Vous êtes sur la page 1sur 5

A.

B.
C.
D.

Pertemuan ke
: 7 (Tujuh)
Hari/tanggal praktikum
: Jumat, 26 Desember 2014
Judul praktikum
: Analisis zat pewarna tambahan
Tujuan praktikum
:
Untuk mengetahui kandungan pewarna yang terdapat pada suatu sampel

E. Prinsip
:
Zat warna dalam contoh makanan diserap benang wol dalam
suasana asam dengan pemanasan, kemudian zat warna dalam benang wol
dilarutkan

kembali

dalam

suasana

basa,

selanjutnya

dilakukan

kromatogeafi.
F. Teori

:
Zat pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat

memperbaiki warna makanan yang berubah atau menjadi pucat selama


proses pengolahan atau untuk memberi warna pada makanan yang tidak
berwarn agar kelihatan lebih menarik. Menurut PERMENKES RI
No.722/Menkes/Per/IX/1988

zat

pewarna adalah bahan

tambahan

makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan.


Berdasarkan sumbernya zat pewarna dibagi menjadi dua golongan
utama yaitu pewarna alami dan pewarna buatan.
1. Pewarna alami
Pada pewarna alami zat warna yang diperoleh berasal dari
hewan dan tumbuh-tumbuhan. Seperti : caramel, colkat, daun suji,
daun pandan dan kunyit.
Jenis-jenis pewarna alami tersebut antara lain :
a. Klorofil, yaitu zat warna alami hijau yang umumnya terdapat pada
daun, sehingga sering disebut zat warna hijau daun.
b. Mioglubulin dan hemoglobin yaitu zat warna merah pada daging.
c. Keratenoid yaitu kelompok pigmen yang berwarna kuning, orange,
merah orange, yang terlarut dalam lipid, berasal dari hewan
maupun tanaman antara lain tomat, cabe merah, wortel.
2. Pewarna buatan
Suatu zat pewarna buatan harus melalui perlakuan pemberian
asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen
atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat organik
sebelum mencapai produk akhir, harus melalui senyawa dulu yang

kadang-kadang berbahaya dan seringkali tertinggal dalam hal akhir,


atau terbentuk senyawa-senyawa yang berbahaya.
Seringkali terjadi penyalahgunaan pemakaian pewarna untuk
sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna tekstil dan kulit untuk
mewarnai bahan pangan. Bahan tambahan pangan yang ditemukan
adalah pewarna berbahaya terhadap kesehatan seperti amaran,
auramin, methanyl yellow dan rhodamin B.

G. Alat dan bahan


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Gelas kimia 250, 100 mL


Gelas ukur 50 mL
Hot plate
Pipet tetes
Chamber
Pipet kapiler
Batang pengaduk
Pinset
Kertas saring

j.
k.
l.
m.

Sampel
CH3COOH 6%
NH4OH
Standar
zat

makanan
n. Larutan eluen
o. Metanol
p. aquadest

warna

q.
H. Cara kerja
:
a. Persiapan benangwol bebas lemak
r. Benang wol direbus dengan

menggunakan

air

untuk

menghilangkan kotoran, kemudian dikeringkan, selanjutnya direndam


dengan eter untuk menghilangkan lemak kemudian keringkan.
b. Penarikan warna dengan benang wol
1. Minuman tidak beralkohol
- Memipet 50 mL minuman tidak beralkohol dimasukan kedalam
-

gelas kimia 100 mL


Cek keasaman dengan menggunakan kertas lakmus, apabila
tidak asam ditambahkan CH3COOH 6% beberapa tetes sampai

sampel tersebut asam.


2. Makanan yang larut dalam air
- Makanan digerusterlebih

dahulu,

kemudian

ditimbang

sebanyak 50 g
- Tambahkan air secukupnya
- Diasamkan apabila belum asam
- Saring.
c. Pemisahan pewarna
- Benang wol dimasukan kedalam gelas kimia yang berisi
-

sampel kemudian di didihkan sampai sampel tersebut pekat.


Kemudian benang wol di angkat kemudian di cuci dengan

menggunakan aquadest
Benang wol dimasukan kedalam gelas kimia yang berbeda

yang telah diisi NH4OH sebanyak 10 mL


Dididihkan kembali sampai warna yang terdapat dalam benang

wol luntur
- Angkat benang wol dan lanjutkan pemanasan sampai pekat.
- Dinginkan
- Tambahkan beberapa tetes metanol
d. Menjenuhkan chamber
- Chamber diisi dengan menggunakan eluen
s. Eluen I (rhodamin) n-Butanol : asam asetat glasial : air

(4:5:1)
t. Eluen II (methil yellow) Isobutanol : Etanol : air (3:2:2)
Gunakan kertas saring sesuai ukuran chamber, masukan
kedalam chamber

Tutup chamber, diamkan sampai eluen menyerap ke kertas

saring.
e. Kromatografi
- Membuat kertas kromatografi sesuai dengan chamber
- Totolkan standar zat pewarna makanan dan pekatan dengan
-

menggunakan pipet kapiler


Masukan kedalam chamber, tutup
Biarkan eluen merambat pada kertasdengan jarak rambatan dari

titik penotolan
- Bandingkan Rf bercak sampel dengan Rf bercak standar
u.
I. Hasil pengamatan
:
a. Jarak pergerakan sampel
: 0 cm
b. Jarak pergerakan standar
: 6 cm
c. Tinggi kertas kromatografi
: 6 cm
v.
J. Perhitungan
:
w.
Jarak pergerakan sampel /standar
x. Rf =
jarak pergerakan pelarut

Rf Standar

=
y.

Rf sampel

6
6
0
6

= 1 cm

z.

= 0 cm
K. Pembahasan
:
aa.
Pada praktikum analisis zat pewarna tambahan sampel yang
digunkan yaitu minuman tidak beralkohol dan makanan yang larut dalam
air. Tetapi pad apraktikum ini dibagi 2 kelompok, ada yang mengerjakan
rhodamin dan ada juga yang menggerjakan methil yellow. Sampel yang
digunakan untuk analisis zat pewarna tambahan yaitu jamu karena akan
menganalisis methil yellow.
ab.
Jamu
tersebut

diperiksa

keasamannya

dengan

menggunakan kertas lakmus, apabila tidak asam tambahkan larutan asam


sampai jamu tersebut dalam keadaan asam. Kemudian dididihkan beserta
benang wol sampai pekat sampai sampel tersebut nyerap di benang wol,
kemudian benang wol di cuci dan dimasukan kedalam NH4OH. Kemudia

setelah pekat dan kemudian di tambahkan metanol bertujuan supaya


totolannya tidak terlalu pekat. Pada saat pemeriksaan kromatografi
digunakan larutan standar, agar bisa membandingkan antar sampel dan
standar. Tetapi sampel yang digunakan tersebut tidak merambat sehingga
jarak tempuhnya 0 cm, maka sampel tersebut tidak mengandung zat
pewarna.
ac.

Pemakaian zat pewarna pada makanan mempunyai aturan

yang diatur pada Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan


Makanan nomor: 01415/B/SK/IV/91 tentang tanda khusus pewarna
makanan. LPPOM MUI menyatakan penggunaan pewarna sintesis yang
tidak prporsional dapat menimbulkan masalah kesehatan.
ad.
L. Kesimpulan
:
ae.
Pada praktikum analisis zat pewarna tambahan dilakukan
dengancara kromatografi kertas atau lapis tipis, sampel yang digunakan
adalah jamu, didapat Rf standar 1 cm, sedangkan Rf sampel 0 cm. Maka
dapat disimpulkan sampel jamu tersebut tidak mengandung zat pewarna
tambahan (methil yellow).
af.
M. Daftar pustaka
:
ag. Azwar, A. 1995. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara
Sumber Widya. Jakarta.
ah. Cahyadi, W. 2006. Analisa dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan
Pangan. Bumi Aksara, Jakarta.
ai. Hardiansyah, dkk. 2001. Pengendalian Mutu dan Keamanan Pangan.

Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi