Vous êtes sur la page 1sur 35

LAPORAN KEREKAYASAAN DALAM PERENCANAAN

IDENTIFIKASI JALAN PANJITILAR NEGARA KABUPATEN MATARAM

DI SUSUN OLEH :
Mohammad Padli
Siris Sakoti
Alvin Ardian
Didit Maulana Perdaus
Ahmad Fikti
Agus Putra

TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
TAHUN AKADEMIK 2015 /2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan Rahmat, limpahan
Taufik, dan hidayahnya serta karunianya yang dilimpahkan dalam bentuk kesehatan dan
kesempatan sehingga laporan yang berjudul IDENTIFIKASI JALAN PANJI TILAR
NEGARA KABUPATEN MATARAM ini dapat terselesaikan untuk memenuhi syarat
kelayakan dalam mengikuti perkuliahan KEREKAYASAAN DALAM PERENCANAAN.
Dalam menyelesaian laporan ini, penulis mengalami hambatan-hambatan. Untuk itu
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini tidak lepas dari kekurangan, baik dari
segi penulisan maupun pembahasannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari penyempurnaan laporan ini. Semoga dengan keberadaan laporan ini
dapat menjadi bahan yang bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, Juni 2016

DAFTAR ISI
Halaman Judul ...I

Kata Pengantar ..II


Daftar Isi .III
Bab I Pendahuluan

Latar Belakang
.................................................................................................. 1.1
Rumusan Masalah .................................................................................................. 1.2
Tujuan
.............................................................................................................. 1.3
Manfaat
.............................................................................................................. 1.4

Bab II Tinjauan Pustaka


Definis Jalan .............................................................................................................. 2.1
Klasifikasi Jalan
.................................................................................................. 2.2
Bagian Jalan .............................................................................................................. 2.3
Bab III Gambaran Umum
Lokasi Penelitian
................................................................................................. 3.1
Struktur Kawasan ................................................................................................. 3.2
Street ......................................................................................................................... 3.3
Fungsi Kawasan Jalan Panjitilar Negara ............................................................ 3.4
Jenis Tata Signage ................................................................................................ 3.5
Street Furniture
................................................................................................ 3.6
Bab IV Strategi Dan Rencana
Strategi dan Rencana
................................................................................... 4.1
Rencana Jaringan Drainase dan Jaringan Jalan ............................................... 4.2
Rencana Pedestarian dan RTH untuk PKL
............................................... 4.3
Bab V Penutup
Kesimpulan .......................................................................................................... 5.1
Saran ...................................................................................................................... 5.2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Sejarah perkembangan jalan dimulai dengan sejarah manusia itu sendiri yang selalu
berhasrat untuk mencari kebutuhan hidup dan berkomunikasi dengan sesama. Dengan

demikian perkembangan jalan saling berkaitan dengan teknik jalan, seiring dengan
perkembangan teknologi yang ditemukan manusia. Pada awalnya jalan berupa jejak manusia
yang mencari kebutuhan hidup. Setelah manusia mulai hidup berkelompok jejak-jejek
berupa menjadi jalan setapak yang masih berbentuk jalan rata, dengan dipergunakan alat
transportasi seperti hewan, kereta, atau yang lainnya, mulai dibuat jalan yang rata.
Sejarah perkembangan jalan di Indonesia yang tercatat dalam sejarah bangsa
Indonesia adalah pembangunan jalan Daendles pada Zaman Belanda, yang dibangun dari
Anyer di Banten Sampai Panarukan di Banyuwangi Jawa Timur. Yang diperkirakan 1000
km. Tujuan pembangunan pada saat itu terutama untuk kepentingan strategi dan dimasa
tanam paksa untuk memudahkan pengangkutan hasil bumi. Jalan Daendels tersebut belum
direncanakan secara teknis baik geometrik maupun perkerasannya. Konstruksi perkerasan
jalan berkembang pesat pada jaman keemasan Romawi. Pada saat ini telah mulai dibangun
jalan-jalan yang terdiri dari beberapa lapis perkerasan. Perkembangan konstruksi perkerasan
jalan seakan terhenti dengan runtuhnya kekuasaan Romawi sampai abad 18. Pada abad 18
para ahli dari Prancis, Skotlandia menemukan bentuk perkerasan yang sebagian sampai saat
ini umum digunakan di Indonesia dan merupakan awal dan perkembangan konstruksi
perkerasan di Indonesia yang antara lain : konstruksi perkerasan batu belah (Telford),
konstruksi perkerasan macadem.
Sedangkan untuk jaringan jalan di Kota Mataram khususnya pada Jalan Panjitilar
dengan jenis jalan kolektor primer yang berfungsi sebagai penghubung ke pusat Ibu Kota
Kabupaten dengan arah pergerakan dua lajur. Jalan Panjitilar di tetapkan sebagai kawasan
perkantoran dan fasilitas umum dengan pemanfaatan lahan yang mengikuti jalan dengan
panjang jalan 2 - 3 Km pada dokumen RDTR Kota Mataram 203. Dari beberapa ruas Jalan
Panjitilar terdapatnya area pejalan kaki yang mendukung kawasan perkantoran dan fasilitas
umum lainnya. Jalan Panjitilar merupakan jalan yang menghubungkan dengan pust Ibu

Kota, banyaknya jenis jaringan jalan Kota Mataram dikarena jaringan jalan merupakan
salah satu kebutuhan dalam aktivitas seseorang. Adapun kondisi Jalan Panjitilar saat ini,
sebagian jalan pada tiap wilayah mempunyai kondisi yang kurang aik, serta pada kawasan
jalan tersebut untuk area pedestarian/troroar sangat memperhatinkan dengan kondisi yang
rusak. Pada umumnya fungsi pedestarian sendiri digunakan untuk pejalan kaki, sedang
beberapa area pejalan kaki pada Jalan Panjitilar digunakan sebagai tempat usaha PKL daan

parkiran. Dan inilah salah satu permasalahn yang ada di kawasan Jalan Panjitilar yang
kurang tidak diperhatinkan oleh pemerintah.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kondisi Jalan Panjitilar saat ini ?
2. Bagaimanakaah permasalahan yang ada di Jalan Panjitilar ?
3.
1.3.
Tujuan
1. Bagaimanakah kondisi Jalan Panjitilar saat ini ?
2. Bagaimanakaah permasalahan yang ada di Jalan Panjitilar ?
1.4.

Manfaat

Adapun manfaat penelitian ini adalah :


1. Bagi penulis, sebagai tambahan pengetahuan mengenai arahan penggunaan lahan pada
kawasan Jalan , sehingga ilmu pengetahuan ini dapat diterapkan pada kehidupan
bermasyarakat serta pada saat bekerja nantinya.
Bagi penelitian lanjutan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi serta dapat
digunakan sebagai bahan informasi yang bisa memberikan manfaat tersendiri dalam bidang
penelitian dan bisa digunakan untuk mengadakan penelitian lanjutan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Definisi Jalan
Jalan merupakan jalur yang direncanakan atau digunakan untuk lalu lintas kendaraan dan
orang untuk saluran air minum saluran air limbah jaringan listrik telepon gas dan lain-lain
ditempatkan diantara garis sepadan dengan saluran air hujan. Konstruksi jalan mempunyai
peranan yang cukup besar dalam tatanan perkembangan pembangunan nasional. Dalam
kelompok sektor transportasi, jalan raya berpotensi sebagai penyedia akses transportasi
jasa dan barang keseluruh wilayah cakupan perencanaan, yang berdampak sebagai

komponen akselerasi pembangunan wilayah atau regional. Sebagai salah satu moda
transportasi darat, jalan raya merupakan komponen pemicu dinamika pembangunan
ekonomi secara umum. Perkembangan konstruksi jalan raya, terutama pembangunan jalan
raya telah mengalami pasang surut mengikuti irama perkembangan pembangunan nasional.
Hal ini berdampak luas pada pengembangan sarana dan prasarana transportasi dan
lingkungan disekitarnya, bahkan dalam skala yang lebih luas lagi, yaitu pembangunan
ekonomi wilayah yang bersangkutan. Dalam periode saat ini pembangunan jalan raya
terasa semakin surut dibandingkan dengan dekade 1970-an, seiring dengan makin
terbatasnya dana pembangunan yng dimiliki pemerintah. Disatu pihak jalan baru dalam
skala besar sama sekali tidak ada pembangunan, selama sepuluh tahun terakhir ini, jalanjalan lamapun makin lama makin banyak yang mengalami degradasi struktur yang
berdampak pada berubahnya peta jalan yang relatif sudah lumayan baik pada periode
1980-an.
Transportasi secara umum dicirikan dengan digunakannya berbagai moda transportasi
oleh manusia untuk melakukan mobilitas kegiatan dalam rangka memenuhi hajat hidupnya.
Moda transportasi yang ada bila ditinjau dari geografis fisik adalah transportasi darat,
transportasi laut dan transportasi udara. Dulu jalan raya dirintis hanyalah berupa lintas lalu
lalang manusia untuk mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
berjalan kaki atau menggunakan kendaraan sederhana beroda tanpa mesin. Makin lama
perkembangan teknologi yang melahirkan macam macam kendaraan bermesin mulai
mulai dari beroda tiga, empat sampai lebih dari empat. Dari semula hanya sebagai alat
bantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, kemudian berkembang menjadi
sarana pelayanan jasa angkutan manusia, barang dan bahkan menjadi saran pengembangan
wilayah dan peningkatan ekonomi. Dengan pesatnya perkembangan jalan ini, yang semula
hanya dibuat asal jadi saja, belakangan mulai dipirkan syarat syarat jalan, agar dapat
melayani pengguna jalan dengan nyaman, aman dan cepat, bahkan belakangan ini
disyaratkan untuk memenuhi berwawasan lingkungan.
2.2. Klasifikasi Jalan
2.2.1. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Fungsi dan Peranan
Sesuai undang-undang tentang jalan, No.13 tahun 1980 dan peraturan pemerintah
No.26 tahun 1985, sistim jaringan jalan Indonesia dapat dibedakan atas sistem
jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.

a. Sistim jaringan primer adalah sistim jaringan jalan dengan peranan pelayanan
jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah ditingkat nasional dengan
semua simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota. Ini berarti sistim
jaringan jalan primer menghubungkan simpul simpul jasa distribusi sebagai
berikut :
Dalam suatu wilayah pengembangan menghubungkan secara menerus
kota jenjang kesatu (ibu kota propinsi), kota jenjang kedua (ibu kota
kabupaten, kotamadya), kota jenjang ketiga (kacamatan), dan kota jenjang

dibawahnya sampai ke persil.


Menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu antar

Satuan Wilayah Pengembangan.


b. Sistim jaringan jalan sekunder adalah sistim jaringan jalan dengan peranan
pelayanan jasa distribusi untuk masyarakat dalam kota, ini berarti sistim
jaringan jalan, ini berarti sistim jaringan jalan sekunder disusun mengikuti
ketentuan tata ruang kota yang menghubungkan kawasan yang mempunyai
fungsi primer.
Adapun klasifikasi jalan berdasarkan fungsinya dibedakan atas beberapa
jalan,sebagai contoh jalan kolektor primer, adalah jalan yang menghubungkan
kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau menghubungkan kota
jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh jalan kolektor primer adalah :

Kecepatan rencana > 40 km/jam


Lebar badan jalan > 7 m
Kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan volume lalu lintas rata-

rata.
Jalan kolektor primer tidak terputus walaupun memasuki daerah kota.
Jalan masuk dibatasi sehingga kecepatan rencana dan kapasitas jalan

tidak terganggu.
Indeks permukaan tidak kurang dari dua.

2.2.2. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Wewenang Pembinaan


Jaringan jalan dikelompokkan menurut wewenang pembinaan, terdiri dari :
a. Jalan Nasional

Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan nasional, yakni


jalan yang tidak dominan terhadap pengembangan ekonomi, tapi juga
mempunyai peranan menjamin kesatuan dan keutuhan nasional, melayani
daerah-daerah yang rawan dan lain-lain.
b. Jalan Propinsi
Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan Propinsi, yakni
jalan yang biarpun tidak dominan terhadap kepentingan ekonomi, tapi
mempunyai peranan tertentu dalam menjamin terselenggaranya pemerintah
yang baik dalam Pemerintahan Daerah Tingkat I dan terpenuhinya kebutuhankebutuhan sosial lainnya.
c. Jalan Kabupaten
Jalan yang mempunyai nilai strategis terhadap kepentingan Kabupate, yakni
jalan yang walaupun tidak dominan terhadap pengembangan ekonomi, tapi
mempunyai peranan tertentu dalam menjamin terselenggaranya pemerintah
dalam Pemerintah Daerah.
d. Jalan Kotmadya
Jaringan jalan sekunder di dalam Kotamadya.
e. Jalan Desa
Jaringan jalan sekunder didalam desa yang merupakan hasil swadaya
masyarakat, baik yang ada di dalam desa maupun di dalam kelurahan.
f. Jalan Khusus
Jalan yang dibangun dan dipelihara oleh Instansi/Badan Hukum/Perorangan
2.3.

untuk melayani kepentingan masing-masing.


Bagian Jalan
2.3.1. Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA)
Menurut UU.13/1980 Tentang Jalan dan PP26/85 Tentang Jalan menyebutkan
bahwa Damaja adalah suatu ruang sepanjang jalan, yang dibatasi oleh lebar, tinggi
dan kedalaman ruang bebas tertentu yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan,
yang terdiri dari badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya.
2.3.2. Daerah Milik Jalan (DAMIJA)
Daerah Milik Jalan (DAMIJA) atau disebut juga ROW (Right of Way), meliputi
Damaja dan sejalur tanah tertentu, dibatasi oleh patok tanda batas Damija.
2.3.3. Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA)
Daerah sejalur tanah, yang terletak diruang Damija, yang penggunaannya diawasi
oleh pembina jalan, dengan maksud agar tidak mengganggu pandangan
pengemudi dan bangunan konstruksi jalan.

Gambar 2.1. Posisi Damaja, Damija dan Dawasja

2.4.

Peran Jaringan Jalan Bagi Pengembangan Wilayah


Penyediaan jaringan jalan di suatu wilayah tidak dapat dilepaskan dari
kepentingan pembangunan ekonomi dan kewilayahan setempat. Pemahaman yang
mendalam terhadap interaksi antara pengembangan wilayah dengan kebutuhan jaringan
jalan merupakan hal mendasar yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pengembangan
jaringan jalan di suatu wilayah. Siklus peranan jaringan jalan secara umum bagi
pengembangan wilayah disampaikan pada Gambar 2.2. Investasi pada jaringan jalan
(berupa kegiatan pembangunan dan pemeliharaan jalan) akan mempengaruhi kondisi dan
kinerja jaringan jalan, karakteristik kebutuhan perjalanan, dan dampak (seperti: biaya
transportasi, polusi, dsb). Hasil/dampak dari perubahan kondisi dan kinerja jaringan jalan
memberikan accessibility-effect dalam konteks aksessibilitas terhadap moda, jaringan
transport, lokasi, dan waktu.
Perubahan mendasar pada faktor ekonomi akan mempengaruhi sistem ekonomi
wilayah menuju ke titik keseimbangan baru, optimalisasi penggunaan sumber daya,
percepatan dinamika ekonomi wilayah. Secara lebih terukur hal ini akan menghasilkan
perubahan pada output (PDRB) perkapita, kebutuhan sumber daya, dan perkembangan
investasi. Perubahan pada besaran ekonomi wilayah tersebut mengakibatkan adanya
pertumbuhan aktivitas dan permintaan perjalanan yang berdampak pada berubahnya
tingkat aksesibilitas jaringan jalan. Kondisi ini menuntut adanya investasi pada jaringan
jalan untuk memperbaiki kondisi melalui pemeliharaan jalan dan menambah kapasitas
jalan melalui pembangunan jalan baru.

Gambar 2.2. Peran Jaringan Jalan Bagi Pengembangan ekonomi wilayah

Siklus peran jaringan jalan di atas memberikan pemahaman terhadap interaksi antara
ruang dengan penyediaan jaringan jalan jalan. Untuk memahami interaksi tersebut,
Gambar tersebut memberikan ilustrasi mengenai sistem transportasi makro, dimana dalam
sistem transportasi maktro terdapat beberapa sub sistem yang terdiri atas ruang, aktivitas,
potensi pergerakan yang sangat dipengaruhi oleh sistem jaringan jalan. Dengan adanya
ruang untuk melakukan kegiatan dan tersedianya infrastruktur jaringan jalan, secara
otomatis akan memberikan tingkat aksesibilitas tertentu kepada suatu ruang/wilayah
tersebut. Kondisi ini memungkinkan terjadinya aktivitas sosial ekonomi di lokasi
ruang/wilayah tersebut yang memunculkan potensi pergerakan orang, kendaraan, dan
barang untuk berpindah dari satu ruang/wilayah ke ruang/wilayah lainnya.
Kebutuhan aktivitas pergerakan orang, barang dan jasa serta kendaraan ini akan
berhubungan secara langsung dengan hambatan ruang berupa jarak, waktu, dan biaya
perjalanan. Hambatan ruang ini dapat ditangani dengan adanya adanya jaringan jalan,
sehingga dengan jaringan jalan ini dapat terjadi interaksi antar ruang/wilayah yang
berpotensi menimbulkan pergerakan orang, kendaraan, barang dan jasa. Untuk itu jaringan
jalan harus menyediakan kapasitas yang memadai agar pergerakan antar ruang/wilayah
dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

BAB III
GAMBARAN UMUM

3.1. Lokasi Penelitian


Penelitian ini mengambil lokasi di tempat-tempat yang terkait dengan jaringan
jalan khususnya salah satu jalan yang berada pada daerah Kota Mataram yaitu Jalan
Panjitilar Negara.dengan mengidentifikasi jenis struktur kawasan yang ada pada kawasan
jalan. Karena kawasan Jalan Panjitilar mempunyai jenis kegiatan yang utama seperti
perdagangan jasa, maupun fasilitas umum lainnya. Jenis fasilitas umum sangat banyak
sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang jaringan Jalan Panjitilar.
Dengan ditambah mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada. Lebih jelasnya
dapat dilihat melalui peta dibawah ini :

Peta 3.1. Lokasi Penelitian

Sumber : Survey Lapangan

Secara geografis letak jalan majapahit berada pada kawasan Kota Mataram dari beberapa
jalan yang ada. Untuk kawasan administrasi Jalan Majapahit yaitu :
Sebelah Selatan
: Jalan sultan kaharudin
Sebelah Barat
: -------------Sebelah Timur
: -------------Sebelah Utara
: Jalan majapahit
3.1.1. Karakteristik Lokasi Penelitian
Adapun karakteristik lokasi penelitian Jalan Panjitilar, ditinjau dari beberapa jenis
karakteristik pada kawasan Jalan Panjitilar maliputi :
3.1.1.1. Karakterisitik Jalan Panjitilar
Karakteristik Jalan Panjitilar Karakteristik utama jalan yang akan
mempengaruhi kapasitas dan kinerja jalan jika jalan tersebut dibebani
arus lalu lintas. Jenis jaringan Jalan Panjitilar Negara

berupa jalan

kolektor primer dengan terbagi dua lajur jalan dan dihalangi oleh median
jalan. Untuk panjang Jalan Majapahit berkisar 2,05 Km dengan
keberadaan pada 4 kecamatan yang ada di Kota Mataram.
3.1.1.2. Karakteristik Trotoar/Pedestarian
Untuk karakteristik trotoar di Jalan Panjitilar Trotoar merupakan jalur
utama bagi pejalan kaki, atau terkadang juga digunakan bersama dengan
jalur sepeda. Memang tidak semua jalan memiliki fasilitas seperti trotoar
bagi pejalan kaki. Paling tidak trotoar harus ada di daerah perkotaan
dengan kepadatan penduduk tinggi, jalan dengan rute angkutan umum
tetap, daerah yang memiliki aktivitas kontinyu yang tinggi, serta lokasi
yang memiliki permintaan yang tinggi dengan periode pendek. Tapi dari
sebagian trotoar yang ada berbagai kondisi yang berbeda dan
dimanfaatkan dari untuk PKL.
3.1.1.3. Karakteristik Perdagangan Jasa
Berdasarkan jenis perdagangan jasa yang cenderung mengikuti jalan
yang

berbagai

peruntukkan.

Karakteristik

tingkat

pertumbuhan

perekonomian perdagangan yaitu dilihat melalui lokasi yang menentu


dengan jarak yang relatif dekat dan nyaman dari segi aksesbilitas. Ada
beberapa jenis perdagangan formal mapun informal di area Jalan
Panjitilar yang saling mempengaruhi persaingan untuk mencari
keuntungan. Keberadaan perdagangan jasa Jalan Panjitilar yang
memudahkan pejalan kaki maupun yang menggunakan kendaraan dapat
bersinggah disuatu tempat untuk memenuhi kebutuhan.
3.1.1.4. Karakteristik Perkantoran
Kegiatan

yang

dilakukan

untuk mengelola,

merencanakan,

dan

mengontrol setiap aktivitas kantor, dimana hasil akhir kegiatan kantor ini
berujud

pelayanan

informasi

pada

berbagai

pihak.

Sedangkan

beberapa bentuk kegiatan/pekerjaan kantor antara lain: kegiatan catat


mencatat, komunikasi, pengumpulan dan penyimpanan informasi (arsip),
pelayanan tamu, pelayanan rapat dan lainsebagainya. Keberadaan
perkantoran cenderung berada pada tiap area jalan yang cenderung
mengikuti jalan yang berbagai macam jenis peruntuukan perkantoran,
serta berbagai pelayanan untuk masyarakat.
3.1.1.5. Karakteristik Permukiman
Adapun untuk permukiman pada koridor Jalan Panjitilar, hampir
disepanjang

Jalan

Panjitilar

terdapatnya

permukiman

warga.

Pengelompokkan permukiman pada kawasan Jalan Panjitilar yaitu


kecenderungan pemisah/gape antara perdagangan, perkantoran dengan
permukiman, dengan keberadaan permukiman mengelompok berada
pada belakang sektor perdagangan dan perkantoran.
3.1.2. Siklus Pergerakan Yang Beriorentasi Pada Waktu
Berbagai waktu pergerakan manusia yang ditentukan dengan tujuan sosial
dalam kelangsungan hidupnya. Waktu yang telah dimanfaatkan untuk berbagai
kegiatan perkantoran maupun perdagangan. Kecenderungan waktu yang
digunakan dalam pemanfaatan sesuai dalam waktu yang telah ditentukan, Pada

umumnya sistem pergerakan sangat bebas ditentukan arah kemana yang telah
diinginkan. Tetapi ada beberapa siklus pergerakan yang menjadi pergerakan yang
khusus dengan waktu yang telah ditentukan. Misalkan pada waktu tertentu antara
hari pendidikan, contohnya pendidikan dimana kegiatan pembelajaran diarahkan
ke waktu pagi hari berkisar 7:50 hingga berbgantian waktu sampai yang telah
dimanfaatkan waktu sampai sore hari 5-30. Kecenderungan pergerakan yang
dilakukan oleh manusia pada kawasan Jalan Panjitilar dengan diserta fungsi
kegiatan dalam bentuk berbeda. Berikut adalah peta pola pergerakan pada
kawasan Jalan Panjitilar Negara :
Peta 3.2. Pola Pergerakan

3.2. Struktur Kawasan


Peta 3.3. Struktur Kawasan

Berdasarkan hasil survey lapangan pada kawasan Jalan Panjitilar,

jika ditinjau dari

beberapa sudut dan jika dilihat dari struktur kawasan. Perbandingan antara hasil survey
lapangan dengan penempatan lokasi pada peta, bahwas keberadaany struktur kawasan
Jalan Panjitilar terbagi menjadi beberapa bagian. Seperti terdapatnya perdagangan jasa
perkantoran, pendidikan, permukiman, dan kesehatan. Kecenderungan struktur kawasan
Jalan Panjitilar berupa linier atau mengikuti jalan. Untuk lebih jelasnya struktur kawasan
3.3.

Jalan Panjitilar dapat dilihat melalui peta yang ada diatas.


Street (Jalan)
Jalan yang terdapat di Kota Mataram khususnya untuk Jalan Panjitilar berbagai
perkembangan secara permanen dan menerus di sepanjang atau hampir seluruh jalan,
minimum pada satu sisi jalan, baik berupa perkembangan lahan atau bukan. Karakteristik
jalan akan mempengaruhi kinerja jalan seperti komposisi arus dan pemisah arah. Volume
lalu lintas dipengaruhi komposisi arus lalu lintas, setiap kendaraan yang ada harus
dikonversikan menjadi suatu kendaraan standar. Pengaturan lalu lintas, batas kecepatan
jarang diberlakukan didaerah perkotaan, dan karenanya hanya sedikit berpengaruh pada
kecepatan arus bebas.
Interaksi antara sistem tata guna lahan dengan sistem jaringan dalam transportasi
umumnya menghasilkan dampak lalu lintas yang dihasilkan dari keberadaan sistem tata

guna lahan tersebut. Suatu guna lahan tertentu berperan menjadi pembangkit lalu lintas
ataupun pembangkit pergerakan yang membangkitkan suatu perjalanan dari suatu guna
lahan dan tertarik ke suatu guna lahan. Keberadaan suatu guna lahan akan mengubah
sistem kegiatan yang ada yang dan akhirnya berdampak pada perubahan intensitas
pergerakan yang melalui sebuah sistem jaringan tertentu. Perlunya pengelolaan dan
manajemen lalu lintas yang baik serta sistem pelayanan prasarana yang memadai akan
dapat memudahkan masyarakat untuk melakukan aktivitasnya di suatu guna lahan.
Pembangunan pusat perbelanjaan, perkantoran, hunian vertikal dan guna lahan lainnya
merupakan suatu bentuk perubahan pada sistem kegiatan. Perubahan pada sistem kegiatan
yang merupakan suatu bentuk guna lahan perdagangan misalnya akan meningkatkan
pergerakan manusia yang mayoritas berorientasi belanja menggunakan sistem jaringan
yang ada. Hal yang serupa juga terjadi pada guna lahan lainnya yang akan menimbulkan
pergerakan manusia dengan orientasi kegiatan yang berbeda-beda.

Gambar 3.4. Jalan

Sumber : Survey Lapangan

3.3.1. Street Wall

Street Wall adalah pembatasan antara street/jalan dengan sebuah pembangunan


maupun pepohonan. Hambatan samping jalan sangat berpengaruh pada lalu lintas,
dimana terdapatnya trotoar/pedestarian pada samping jalan. Bahu samping jalan
sangat berguna pada arus lalu lintas apalagi pada kawasan kota. Suatu ruas jalan
dianggap perlu dilengkapi dengan trotoar apabila disepanjang jalan tersebut
terdapat pengguna lahan yang mempunyai potensi menimbulkan pejalan kaki.
Penggunaan lahan antara lain perumahan, perkantoran, rumah sakit, pusat
perdagangan, hiburan, pusat kegiatan sosial, pusat industri, terminal bus dll.
Adapun untuk street wall pada kawasan Jalan Panjitilar antara pembatasan jalan
pembangunan dan vegetasi meliputi :
3.3.1.1. Street Wall Terdiri Atas Berupa Bangunan
Hampir disepanjang jalan terdapat bangunan-bangunan sebagai
dinding antara jalan dengan bangunan gedung. Street Wall Jalanhampir
disepanjang jalan berupa bangunan-bangunan gedung perkantoran,
pendidikan maupun perdagangan. Kecenderungan Street Will khususnya
berupa bangunan dengan didominasi trotoar/pedestarian yang digunakan
oleh pejalan kaki untuk beraktifitas.
Street Space Ruang Jalan Sirkulasi Pedestrian Dan Kendaraan
Street Space sangat berpengaruh pada perkembangan suatu

3.3.1.2.

kawasan. Street Space Panjitilar merupakan jalan yang mempunyai


panjang 2,05 Km dengan menyatukan 4 Kecamatan pada Kabupaten
Mataram yaitu Kecamatan Mataram, Kecamatan Sekarbela, Kecamatan
Ampenan dan Kecamatan Selaparang. Jalan Panjitilar terbagi menjadi
dua lajur berbeda arah, hampir disepanjang Jalan Majapahit dibatasi oleh
median/taman ditengah jalan sebagai pembatas dan sebagian yang
lainnya di hanya dibatasi oleh zebra cros.
Sedangkan untuk Street Will pejalan kaki/pedestarian, cenderung
keberadaanya berada pada kawasan yang berpotensi. Di sepanjang Jalan
Panjitilar

terdapatnya

penggunaan

lahan

seperti

permukiman,

perkantoran, perdagangan jasa yang memungkinkan kecenderungan


terdapatnya ruang pejalan kaki atau pedestarian.
3.3.1.3. Street Wall Berupa Pepohonan

Salah satu fungsi dari Street Wall berupa pepohonan pada bagian
jalan yaitu mengurangi populasi dari kendaraan serta memberikan
kenyamanan bagi pejalan kaki dalam beraktifitas. Jenis vegetasi berupa
pepohonan sering terdapatnya di bagian jalan dengan berbagai jenis dan
berbagai ukuran. Adapun vegetasi terdapatnya di pedestarian dimana
berfungsi sebagai hiasan bahu trotoar dengan berbagai macam ukuran
dan jenisnya.
3.3.2. Tinjauan Koridor
Salah satu bentuk dari street adalah koridor, yang merupakan ruang pergerakan
linear, sebagai sarana untuk sirkulasi. Karakteristiknya ditentukan oleh bangunan
yang melingkupinya dan aktivitas yang ada pada koridor tersebut (Krier, 1979).
Selain itu, pembangunan yang terkontrol dengan koridor jalan untuk kendaraan
mempunyai kontribusi yang besar bagi pergerakan dan bentuk traffic dalam suatu
perkotaan, terdapat dua macam urban koridor, yaitu :
1. Komersial koridor, urban komersial koridor termasuk di dalamnya
beberapa dari jalan untuk kendaraan utama yang melewati kota. Biasanya
dimulai dari area area komersial yang ada di mana mana menuju pusat
sub-urban yang baru di mana padat dengan kompleks perkantoran dan
pusat pusat pelayanan.
2. Scenic koridor, memang kurang umum jika dibandingkan dengan
komersial koridor, tetapi scenic koridor memberikan pemandangan yang
unik dan terkenal atau pengalaman rekreasi bagi pengendara kendaraan
saat mereka melewati jalan tersebut. Walaupun scenic koridor kebanyakan
terdapat di area pedesaan, beberapa komunitas masyarakat mengenali
keunikan urban koridor tersebut karena memberikan kesempatan
pemandangan bagi mereka dalam perjalanan dengan kendaraan.
Koridor sebagai ruang pergerakan (sirkulasi) dan parkir memiliki dua pengaruh
langsung pada kualitas lingkungan, yaitu kelangsungan aktivitas komersil dan
kualitas visual yang kuat terhadap struktur dan bentuk fisik kota. urban desain
merupakan peralatan yang bermanfaat dalam menyusun lingkungan kota karena
dapat membentuk, mengarahkan, dan mengontrol pola pola aktivitas dan
pengembangan suatu kota (Shirvani, 1985).

3.4.

Fungsi Kawasan Jalan Panjitilar negara

Peta 3.5. Fungsi Kawasan

Sumber : Survey Lapangan

Untuk fungsi kawasan Jalan Panjitilar diantara sepanjang jalan yang anjangnya berkisar
sampai dengan 2,05 Km, dengan pembagian fungsi kawasan sepanjang jalan yaitu
perkantoran dengan perdagangan. Persebaran peruntukkan jenis perkantoran dan
perdagangan jasa di sepanjang Jalan Panjitilar dimana pola pergerakan yang cenderung
beriorentasi pada kawasan jalan. Jika di lihat dari peta yang ada diatas, peruntukkan
pembangunan perkantoran dan perdgangan dan jasa disepanjang Jalan Majapahit. Jaln

Panjitilar merupakan salah satu jalan yang ada di bagian wilayah Kota Mataram, yang
menghubungkan dengan pusat ibu kota.
3.5. Jenis-jenis Tata Signage
Secara umum, sign berarti segala macam bentuk komunikasi yang mengandung sebuah
pesan. Sebuah signage adalah sign secara kolektif. Sebuah sign tidak terbatas pada katakata namun juga termaksud gambar, gerak, bau, rasa, tekstur, suara, atau dengan kata lain
segala macam cara bagaimana sebuah informasi dapat disampaikan atau diekspresikan oleh
makhluk hidup.
Signage sebagai elemen pemberi informasi dalam lingkungan atau didalam bangunan,
menurut sifatnya atau golongan masyarakat yang dilayani oleh sign tersebut dibedakan
menjadi dua jenis :
1. Publik sign, yaitu sign yang berisi informasi-informasi yang berkaitan dengan
kepentingan umum mengenai lingkungan dimana sign tersebut berada. Sign jenis ini
memberikan informasi arah, identitas dan lain-lain yang mendukung kepentingan
navigasi semata-semata untuk masyarakat umum, tanpa tujuan atau kepentingan
pribadi. Contohnya adalah life safety sign (sign exit,sign tangga kebakaran) toilet,
dan musholla.
2. Privat sign,yaitu signage yang berisi informasi khusus yang siifatnya individual, dan
memiliki tujuan-tujuan pribadi seperti memperkenalkan atau mempromosikan sesuatu
dan memberi informasi kepemilikan suatu tempat. Sign jenis ini sering digunakan
untuk tujuan komersil.

3.5.1. Tata Signage Publik


Peta 3.6.Tata Signage Publik

Sumber : Survey Lapangan

Terdapatnya tata signage publik untuk memberikan visual kepada yang melihat,
dan dapat memberikan pengetahuan atau informasi bagi orang yang melihatnya.
Persebaran tata signage publik disepanjang Jalan Panjitilar untuk memberikan
suatu informasi bagi pengendara maupun bagi pejalan kaki. Selain tata signage
publik memberikan informasi yaitu tata signage memberikan visual atau
perlengakapan, kemawahan dalam beraktivitas.

3.5.2. Tata Signage Privat


Peta 3.7. Tata Signage Privat

Sumber : Survey Lapangan

Untuk tata signage privat sama saja hal dengan tata signage publik,yang
cenderung keberadaan pada komersial. Tata signage privat cenderung mengikuti
jalan pada kawasan Jalan Panjitilar. Persebaran tata signage privat yang
memungkinkan dapat menarik perhatian bagi yang melihatnya. Tata signage
merupakan suatu berita informasi yang dapat di kenali dan bisa di rasakan
keberadaanya untuk dinikmati.
3.6. Street Furniture
Street Furniture atau yang sering disebut perabotan jalan merupakan salah satu elemen
pendukung kegiatan pada suatu ruang publik berupa ruas jalan yang akan memperkuat
karakter suatu blok perancangan yang lebih besar.(Permen PU no 6 tahun 2007).
Perabot/perlengkapan jalan (street furniture), harus saling terintegrasi dengan elemen wajah
jalan lainnya untuk menghindari ketidakteraturan dan ketidakterpaduan lingkungan.
Sedangkan dari katanya Street furnitur adalah suatu topik yang jarang diperhatikan
dankombinasi yang tampaknya tidak masuk akal. Furniture Istilah ini biasanya berhubungan
dengan ruang privat, sementara jalan adalah ruang publik. Kombinasi ini bahkan lebih aneh
dalam bahasa Latin di mana mebel kata berasal dari kata "mobile," yang merupakan sesuatu
yang bergerak, sementara furnitur jalanan tidak bergerak, karena biasanya samar atau tetap
ke lantai. Namun, derivasi dari "furnitur" dari "fournir," Perancis adalah "untuk

menyediakan," tepatnya menggambarkan fungsi: street furniture memberikan kita


kenyamanan dalam ruang publik, memberi kita informasi, tempat duduk, pencahayaan, dan
perlindungan. Dengan demikian fungsi objektif yang sama seperti furnitur biasa di rumah,
rendering ruang kota dihuni.
Beberapa bentuk street furniture adalah lampu jalan, penandaan (lampu lalu lintas, rambu
dll), tempat sampah, halte, tempat duduk, pot bunga dan banyak lagi.Street furniture dapat
menunjukkan image yang ingin ditampilkan dan juga tidak ada integrasi antara sistem street
furniture dengan lingkungan serta antar jenis elemen street furniture. Diantara sekian
banyaknya elemen street furniture yang ada dipilih beberapa yang memilki tingkat prioritas
tertinggi, yaitu halte bus, bangku, peta kota, tempat sampah, lampu penerangan jalan umum,
dan pagar pembatas jalan.

Peta 3.8. Street Furniture

Sumber : Survey Lapangan

Sedangkan untuk street furniture di sepanjang Jalan Panjitilar, hanya terdapatnya jenis
vegetasi pepohonan, sepanduk reklame dan itupun tidak disepanjang jalan sedangakan
secara visual kurang menarik saat dipandang. Ada kawasan-kawasan tertentu saja
terdapatnya street furniture pada kawasan Jalan Panjitilar

3.7.

Masalah
Adapun untuk masalah disepanjang Jalan Panjitilar baik itu masalah rusaknya pedestarian,
pemanfaatan ruang untuk PKL, drainase yang rusak dan pemanfaatan pedestarian untuk area
parkir. Banyaknya masalah yang timbul apalagi di dalam kawsan perkotaan baik itu material
yang kurang maksimal maupun penyebabnya dari alam/manusia itu sendiri. Masalahmasalah yang timbul yang menjadi perhatian dari masyarakat maupun dari pemerintah
dalam mengacu sasaran rencana didalam penanggulangan masalah untuk memberikan
kualitas yang baik di suatu kawasan khususnya pada kawasan Jalan Panjitilar.
Dibawah ini ada jenis-jenis masalah yang ada di sekitar Jalan Panjitilar dengan kondisi yang
berbeda-beda yaitu :

3.7.1. Pemanfaatan Ruang Pedestarian Dialih Fungsikan Oleh PKL


Peta 3.9. PKL

Sumber : Survey Lapangan

Dari photo mapping yang diatas, merupakan salah satu bentuk masalah yang dimana
masalah tersebut dalam pemanfaat ruang pedestarian yang digunakan untuk area usaha
pedagang kaki lima. Hampir sepanjang Jalan Panjitilar terdapatnya PKl dalam
melakukan usahanya serta kondiis pedestarian sangat kurang optimal didalam
manfaatnya untuk pejalan kaki. Dari photo mapping yang diatas merupakan beberapa
dokumntasi foto serta penempatan lokasi keberadaan Pedagangan Kaki Lima (PKL).

3.7.2. Pemanfaatan Ruang Pedestarian Dialih Fungsikan Sebagai Area Parkir

Peta 3.10. Area Parkir

Sumber : Survey Lapangan

Masalah yang kedua tidak jauah dengan pemanfaatan ruang pedestarian untuk
kegiatan informal. Adapun juga masalah lain yaitu pemanfaatan ruas jalan untuk area
parkir. Kecenderungan pemanfaatan ruas jalan untuk area parkir yaitu keberadaanya
pada sektor perdagangan jasa maupun perkantoran selain untuk Pedagangan Kaki
Lima (PKL). Hasil dari survey lapangan hampir sepanjang Jalan Panjitilar negara
untuk ruas jalan dijadikan untuk area parkir yang dimana bagi pengguan pejalan kaki
tidak puas dengan aktivitasnya karena terhalang oleh beberapa kendaraan yang ada di
atas bahu ruas jalan.
3.7.3. Kondisi Pedestarian Yang Rusak

Peta 3.11. Trotoar

Sumber : Survey Lapangan

Sedang untuk kondisi pedestarian saat ini, cenderung beberapa area yang rusak parah,
serta jenis pun kerusakan yang berbeda-beda. Banyaknya masalah yang berada pada
area kawasan Jalan Panjitilar Negara hampir masalah-masalah disepanjang jalan.
Pedestarian yang rusak sulit sekali digunaka untuk kebutuhan pejalan kaki dengan
kondisi yang kurang maksimal digunakan utnuk kebutuhan bersama. Photo mapping
merupakan kondisi saat ini pedestarian Jalan Panjitilar Negara dan hasil dari survey
lapangan ada beberapa ruang pedestarian masih didalam perbaikan saat ini.

3.7.4. Terdapatnya Sampah Dipinggiran Jalan

Peta 3.12. Sampah

Sumber : Survey Lapangan

Terdapatnya masalah lainnya keberadaan sampah pada samping kanan jalan yang
disebabkan oleh ulah masyarakat. Keberadaan sampah hasil dari rumah tangga
maupun dari industri dimana sampah tidak diolah dengan baik, pembuangan tidak
pada tempat. Sampah inilah yang menjadi permasalahan yang berada pada kawasan
Jalan Panjitilar, kurangnya perhatian bagi masyarakat untuk membuang sampah pada
tempatnya. Ditambah sepanjang Jalan Panjitilar Negara tidak adanya keberadaan TPS
yang dimana masyarakat kecenderungan membuang sampah buka pada tempatnya.

3.7.5. Kondisi Drainase Yang Rusak

Peta 3.13. Drainase Rusak

Sumber : Survey Lapangan

Banyaknya drainase yang rusak kurangnya perhatian dari pemerintah maupau dari
masyarakat sekitar dalam rencana penaggulangan saluran drainase sepanjang Jalan
Panjitilar. Untuk kondisi saat ini drainase pada kawasan Jalan Panjitilar terdapatnya
sampah yang sulitnya saluran air mengalir dengan semestinya. Adapun kondisi lain
dari drainase adalah kekeringan serta bagain drainase dijadikan tempat pembuangan
sampah oleh masyarakat setempat. Sebetulnya untuk saluran drainase bagian dari
pembuang limbah baik itu dari rumah tangga maupun dari sektor industri.

3.7.6. Terdapatnya Vegetasi Berupa Pepohonan Pada Area Pedestarian

Peta 3.14. Vegetasi Pepohonan Berlebihan

Sumber : Survey Lapangan

Masalah lainnya yaitu keberadaan vegetasi berupa pepohonan pada ruang


pedestarian yang dimana bagi pengguna pejalan kaki kurang kenyamanan dalam
pemanfaatan ruang tersebut yang dihambat oleh vegetasi pepohonan besar.
Sebenarnya untuk keberadaan pepohonan memang sangat penting untuk ruang
pedestarian, akan teteap apabila vegetasi yang secara berlebihan dan keberadaanya
pada ruang pedestarian akan sulit untuk pejalan kaki.

BAB IV
STRATEGI DAN RENCANA

4.1.

Strategi Dan Rencana


Setelah melakukan survey, mengidentifikasi, dan menganalisa baik itu analisa
sarana prasarana dan analisa permasalahan serta melihat potensi yang ada dikawasan Jalan
Panjitilar Negara. Maka dari hal tersebut, adanya suatu konsep tentang bagaimana dalam
menyelesaikan permasalahan-permasalahan dari hasil survey lapangan. Penyelesaian
permasalahan merupakan hal yang harus terkekayasa dari hasil pemikiran perencana untuk
penanggulangan secara tepat. Berikut adalah struktur strategi perencanaan untuk kawasan
pada Jalan Panjitilar Negara:

Rencana Jalan Panjitilar

Negara

Gambar yang diatas merupakan hasil dari rekayasa perencana kawasan Jalan Panjitilar
Negara dalam memberikan kualitas maupun kuantitas masing-masing struktur bangunan.
Banyaknya masalah disepanjang Jalan Panjitilar Negara baik itu dari jaringan drainase,
persampahan, jaringan jalan maupun trotoar/pedestarian. Berikut adalah rencana dalam
penanggulangan masalah di Jalan Panjitilar Negara:
4.2.

Rencana Jaringan Drainase dan Jaringan Jalan

Rencana

a. Jaringan Drainase
Untuk perencanaan drainase yaitu dengan mengubah beberapa
drainase yang terbuka menjadi drainase yang tertutup dan ada drainase yang
jenis terbuka. Drainase tertutp akan menambah lahan dan tidak ada lagi
penumpukan sampah di drainase. Karena drainase yang dibuat adalah tertutup
maka dibuat pipa saluran untuk menyalurkan air limpasan dari jalan raya ke
drainase tersebut. Selain itu untuk dasar dari drainase tidak kita tutup dengan

semen tapi kita biarkan agar air bisa langsung masuk kedalam tanah (sistem
bak kontrol/sumur resapan).
Selain itu untuk bagian atas drainase menggunakan

rusuk/gril

sebagai penutup agar mempermudah dalam pembersihan drainase ketika


terjadi penyumbatan. Untuk Jarak antara rusuk yang satu dengan yang lain
tergantung pada jarak yang direncanakan agar lebih mudah dalam proses
permbersihan. Sistem bak kontrol pada setiap rusuk diterapkan agar saat
pembersihan petugas tidak perlu masuk kedalam drainase, hanya cukup
membersihkan pada bagian bak kontrol itu saja.
Untuk drainase terbuka keberadaanya cenderung berada pada area
permukiman maupun dalam area perkantoran. Hasil dari rencana telah
dilakukan dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada.
Gambar diatas merupakan hasil rencana jaringan drainse dalam maupun
darinase luar yang disesuiakan dengan tempat dan fungsi.
b. Jaringan Jalan
Untuk permasalahan jalan,tidak memungkinkan untuk melakukan
sebagaian pelebaran jalan karena lahan sudah sempit sehingga solusinya
adalah dengan melakukan perbaikan jalan yang sudah ada agar fungsinya
maksimal, yaitu dengan revitalisasi jalan-jalan yang berlubang dan marka
jalan yang pudar. Selain itu untuk mengatasi masalah kemacetan, dilakukan
juga perencanaan yaitu Membuat jalan alternalif pengalihan untuk mengatasi
kemacetan, jalan yang berada di kawasan sekitar pada Jalan Panjitilar Negara
sehingga dapat mendukung untuk mengatasi macet dengan strategi jalan
alternatif tersebut.

4.3.

Rencana Pedestrian, Bak Sampah dan Pemanfaatan RTH Untuk PKL

rencana

a. Rencana Pedestarian dan Perlengkap Street Furniture


Untuk perencanaan trotoar. Nantinya lahan parkir akan dibagi dan
dibuatkan trotoar seperti pada gambar disamping. Namun tinggi trotoar
disamakan dengan lahan parkir agar memudahkan kendaraan keluar masuk
toko. Selain itu kerb dibuat ramp/ miring agar kendaraan bisa melewatinya.
Trotoar yang dimanfaatkan sebagaian sebagai lahan parkir kecenderungan
berada pada area perdagangan jasa dengan perlebaran luar lahan pedestarian
tersebut. Untuk pedestarian lainnya, akan menambah fasilitas perlengkap
berupa street furniture berua kursih, vegetasi tanaman bak sampah maupun
penempatan tata signage. Keberadaany street furniture sangat berpengaruh
terhadap pengguna pejalan kaki yang memberikan kenyamanan serta
kepuasan

didalam

memanfaatkan

street

furniture

sebagai

kenyamanan.keberadaanya street furniture berupa telpon jalan dan sebagainya

harus telah disesuakan dengan lokasi yang menentu dengan dilihat dari
kepadatan jumlah penduduk yang relatif.
b. Penentuan Bak Sampah pada Sepanjang Jalan Panjitilar Negara Untuk bak
sampah,. Strateginya yaitu dengan memisahkan bak sampah sesuai dengan
jenis sampah seperti pada gambar diatas. Selain itu peletakan tempat sampah
juga diperhatikan agar merata di seluruh sepanjang Jalan Panjitilar Negara
dan pembagian bak sampah di area permukiman warga pada setiap
kelurahan/perumah. Sehingga kemungkinan warga tidak lagi cenderung
membuang sampah pada sembarang tempat.
c. Rencana Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Untuk Pedagang Informal
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau atau lahan yang tersedia digunakan
sebagai lokasi Pedagangan Kaki Lima (PKL). Dengan alasan bahwa PKL
tidak lagi memanfaatkan ruang trotoar sebagai lokasi usaha. Pemanfaata
Ruang Terbuka Hijau untuk pedagang informal dengan lokasi yang menentu
serta ruang yang disediakan untuk PKL. Tidak hanya pemanfaatan ruang hijau
untuk

PKL

tetapi

ruang

yang

disediakan

sebetulnya

memberikan

atraksi/meningkatkan fasilitas yang menonjol seperti adanya pembagian


kavling ruang untuk taman anak-anak. Dan rencana lainya terdapatnya lokasi
teather maupun pembagian lokasi olah raga. Dan apabila banyaknya kegiatan
pada Ruang Terbuka Hijau di lokasi PKL, kemungkinan akan meningkatnya
pemasokan Pedagang Kaki Lima (PKL).

BAB V
PENUTUP

5.1.

Kesimpulan
Pada umumnya jaringan jalan merupakan area laju transportasi yang
menghubungkan kawasan yang satu dengan kawasan yang lainnya. Pada dasarnya kawasan
jalan adalah kawasan yang difungsikan sebagai ketentuan tertentu sesuai dengan fungsi

yang telah ditetapkan didalam RDTR Kota. Jalan Panjitilar Negara salah satu jalan yang
berada pada Kabupaten Mataram dimana Jalan Majapahit merupakan jalan yang
menghubungkan dengan ibu kota. Sedangkan untuk jenis struktur kawasan Jalan Panjitilar
didominasi oleh permukiman, perkantoran, dan perdagangan jasa yang menjadikan pola
5.2.

pergerakan cenderung terjadi pada waktu yang telah ditentukan.


Saran
Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana yang menudung laju
pertumbuhan kawasan Jalan Panjitilar Negara dalam mendukung laju pergerakan
trasnportasi baik itu dari jaringan jalan, pedestraian maupun sebagainya. Mengurangi
masalah-masalah yang sudah ada dan mencegah permasalahan-permasalahan yang akan
muncul dengan berbagai strategi dan arahan kebijkaan.

Vous aimerez peut-être aussi