Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DI SUSUN OLEH :
Mohammad Padli
Siris Sakoti
Alvin Ardian
Didit Maulana Perdaus
Ahmad Fikti
Agus Putra
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan Rahmat, limpahan
Taufik, dan hidayahnya serta karunianya yang dilimpahkan dalam bentuk kesehatan dan
kesempatan sehingga laporan yang berjudul IDENTIFIKASI JALAN PANJI TILAR
NEGARA KABUPATEN MATARAM ini dapat terselesaikan untuk memenuhi syarat
kelayakan dalam mengikuti perkuliahan KEREKAYASAAN DALAM PERENCANAAN.
Dalam menyelesaian laporan ini, penulis mengalami hambatan-hambatan. Untuk itu
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini tidak lepas dari kekurangan, baik dari
segi penulisan maupun pembahasannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari penyempurnaan laporan ini. Semoga dengan keberadaan laporan ini
dapat menjadi bahan yang bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...I
Latar Belakang
.................................................................................................. 1.1
Rumusan Masalah .................................................................................................. 1.2
Tujuan
.............................................................................................................. 1.3
Manfaat
.............................................................................................................. 1.4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sejarah perkembangan jalan dimulai dengan sejarah manusia itu sendiri yang selalu
berhasrat untuk mencari kebutuhan hidup dan berkomunikasi dengan sesama. Dengan
demikian perkembangan jalan saling berkaitan dengan teknik jalan, seiring dengan
perkembangan teknologi yang ditemukan manusia. Pada awalnya jalan berupa jejak manusia
yang mencari kebutuhan hidup. Setelah manusia mulai hidup berkelompok jejak-jejek
berupa menjadi jalan setapak yang masih berbentuk jalan rata, dengan dipergunakan alat
transportasi seperti hewan, kereta, atau yang lainnya, mulai dibuat jalan yang rata.
Sejarah perkembangan jalan di Indonesia yang tercatat dalam sejarah bangsa
Indonesia adalah pembangunan jalan Daendles pada Zaman Belanda, yang dibangun dari
Anyer di Banten Sampai Panarukan di Banyuwangi Jawa Timur. Yang diperkirakan 1000
km. Tujuan pembangunan pada saat itu terutama untuk kepentingan strategi dan dimasa
tanam paksa untuk memudahkan pengangkutan hasil bumi. Jalan Daendels tersebut belum
direncanakan secara teknis baik geometrik maupun perkerasannya. Konstruksi perkerasan
jalan berkembang pesat pada jaman keemasan Romawi. Pada saat ini telah mulai dibangun
jalan-jalan yang terdiri dari beberapa lapis perkerasan. Perkembangan konstruksi perkerasan
jalan seakan terhenti dengan runtuhnya kekuasaan Romawi sampai abad 18. Pada abad 18
para ahli dari Prancis, Skotlandia menemukan bentuk perkerasan yang sebagian sampai saat
ini umum digunakan di Indonesia dan merupakan awal dan perkembangan konstruksi
perkerasan di Indonesia yang antara lain : konstruksi perkerasan batu belah (Telford),
konstruksi perkerasan macadem.
Sedangkan untuk jaringan jalan di Kota Mataram khususnya pada Jalan Panjitilar
dengan jenis jalan kolektor primer yang berfungsi sebagai penghubung ke pusat Ibu Kota
Kabupaten dengan arah pergerakan dua lajur. Jalan Panjitilar di tetapkan sebagai kawasan
perkantoran dan fasilitas umum dengan pemanfaatan lahan yang mengikuti jalan dengan
panjang jalan 2 - 3 Km pada dokumen RDTR Kota Mataram 203. Dari beberapa ruas Jalan
Panjitilar terdapatnya area pejalan kaki yang mendukung kawasan perkantoran dan fasilitas
umum lainnya. Jalan Panjitilar merupakan jalan yang menghubungkan dengan pust Ibu
Kota, banyaknya jenis jaringan jalan Kota Mataram dikarena jaringan jalan merupakan
salah satu kebutuhan dalam aktivitas seseorang. Adapun kondisi Jalan Panjitilar saat ini,
sebagian jalan pada tiap wilayah mempunyai kondisi yang kurang aik, serta pada kawasan
jalan tersebut untuk area pedestarian/troroar sangat memperhatinkan dengan kondisi yang
rusak. Pada umumnya fungsi pedestarian sendiri digunakan untuk pejalan kaki, sedang
beberapa area pejalan kaki pada Jalan Panjitilar digunakan sebagai tempat usaha PKL daan
parkiran. Dan inilah salah satu permasalahn yang ada di kawasan Jalan Panjitilar yang
kurang tidak diperhatinkan oleh pemerintah.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kondisi Jalan Panjitilar saat ini ?
2. Bagaimanakaah permasalahan yang ada di Jalan Panjitilar ?
3.
1.3.
Tujuan
1. Bagaimanakah kondisi Jalan Panjitilar saat ini ?
2. Bagaimanakaah permasalahan yang ada di Jalan Panjitilar ?
1.4.
Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi Jalan
Jalan merupakan jalur yang direncanakan atau digunakan untuk lalu lintas kendaraan dan
orang untuk saluran air minum saluran air limbah jaringan listrik telepon gas dan lain-lain
ditempatkan diantara garis sepadan dengan saluran air hujan. Konstruksi jalan mempunyai
peranan yang cukup besar dalam tatanan perkembangan pembangunan nasional. Dalam
kelompok sektor transportasi, jalan raya berpotensi sebagai penyedia akses transportasi
jasa dan barang keseluruh wilayah cakupan perencanaan, yang berdampak sebagai
komponen akselerasi pembangunan wilayah atau regional. Sebagai salah satu moda
transportasi darat, jalan raya merupakan komponen pemicu dinamika pembangunan
ekonomi secara umum. Perkembangan konstruksi jalan raya, terutama pembangunan jalan
raya telah mengalami pasang surut mengikuti irama perkembangan pembangunan nasional.
Hal ini berdampak luas pada pengembangan sarana dan prasarana transportasi dan
lingkungan disekitarnya, bahkan dalam skala yang lebih luas lagi, yaitu pembangunan
ekonomi wilayah yang bersangkutan. Dalam periode saat ini pembangunan jalan raya
terasa semakin surut dibandingkan dengan dekade 1970-an, seiring dengan makin
terbatasnya dana pembangunan yng dimiliki pemerintah. Disatu pihak jalan baru dalam
skala besar sama sekali tidak ada pembangunan, selama sepuluh tahun terakhir ini, jalanjalan lamapun makin lama makin banyak yang mengalami degradasi struktur yang
berdampak pada berubahnya peta jalan yang relatif sudah lumayan baik pada periode
1980-an.
Transportasi secara umum dicirikan dengan digunakannya berbagai moda transportasi
oleh manusia untuk melakukan mobilitas kegiatan dalam rangka memenuhi hajat hidupnya.
Moda transportasi yang ada bila ditinjau dari geografis fisik adalah transportasi darat,
transportasi laut dan transportasi udara. Dulu jalan raya dirintis hanyalah berupa lintas lalu
lalang manusia untuk mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan hidupnya dengan
berjalan kaki atau menggunakan kendaraan sederhana beroda tanpa mesin. Makin lama
perkembangan teknologi yang melahirkan macam macam kendaraan bermesin mulai
mulai dari beroda tiga, empat sampai lebih dari empat. Dari semula hanya sebagai alat
bantu manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, kemudian berkembang menjadi
sarana pelayanan jasa angkutan manusia, barang dan bahkan menjadi saran pengembangan
wilayah dan peningkatan ekonomi. Dengan pesatnya perkembangan jalan ini, yang semula
hanya dibuat asal jadi saja, belakangan mulai dipirkan syarat syarat jalan, agar dapat
melayani pengguna jalan dengan nyaman, aman dan cepat, bahkan belakangan ini
disyaratkan untuk memenuhi berwawasan lingkungan.
2.2. Klasifikasi Jalan
2.2.1. Klasifikasi Jalan Berdasarkan Fungsi dan Peranan
Sesuai undang-undang tentang jalan, No.13 tahun 1980 dan peraturan pemerintah
No.26 tahun 1985, sistim jaringan jalan Indonesia dapat dibedakan atas sistem
jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.
a. Sistim jaringan primer adalah sistim jaringan jalan dengan peranan pelayanan
jasa distribusi untuk pengembangan semua wilayah ditingkat nasional dengan
semua simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota. Ini berarti sistim
jaringan jalan primer menghubungkan simpul simpul jasa distribusi sebagai
berikut :
Dalam suatu wilayah pengembangan menghubungkan secara menerus
kota jenjang kesatu (ibu kota propinsi), kota jenjang kedua (ibu kota
kabupaten, kotamadya), kota jenjang ketiga (kacamatan), dan kota jenjang
rata.
Jalan kolektor primer tidak terputus walaupun memasuki daerah kota.
Jalan masuk dibatasi sehingga kecepatan rencana dan kapasitas jalan
tidak terganggu.
Indeks permukaan tidak kurang dari dua.
2.4.
Siklus peran jaringan jalan di atas memberikan pemahaman terhadap interaksi antara
ruang dengan penyediaan jaringan jalan jalan. Untuk memahami interaksi tersebut,
Gambar tersebut memberikan ilustrasi mengenai sistem transportasi makro, dimana dalam
sistem transportasi maktro terdapat beberapa sub sistem yang terdiri atas ruang, aktivitas,
potensi pergerakan yang sangat dipengaruhi oleh sistem jaringan jalan. Dengan adanya
ruang untuk melakukan kegiatan dan tersedianya infrastruktur jaringan jalan, secara
otomatis akan memberikan tingkat aksesibilitas tertentu kepada suatu ruang/wilayah
tersebut. Kondisi ini memungkinkan terjadinya aktivitas sosial ekonomi di lokasi
ruang/wilayah tersebut yang memunculkan potensi pergerakan orang, kendaraan, dan
barang untuk berpindah dari satu ruang/wilayah ke ruang/wilayah lainnya.
Kebutuhan aktivitas pergerakan orang, barang dan jasa serta kendaraan ini akan
berhubungan secara langsung dengan hambatan ruang berupa jarak, waktu, dan biaya
perjalanan. Hambatan ruang ini dapat ditangani dengan adanya adanya jaringan jalan,
sehingga dengan jaringan jalan ini dapat terjadi interaksi antar ruang/wilayah yang
berpotensi menimbulkan pergerakan orang, kendaraan, barang dan jasa. Untuk itu jaringan
jalan harus menyediakan kapasitas yang memadai agar pergerakan antar ruang/wilayah
dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
BAB III
GAMBARAN UMUM
Secara geografis letak jalan majapahit berada pada kawasan Kota Mataram dari beberapa
jalan yang ada. Untuk kawasan administrasi Jalan Majapahit yaitu :
Sebelah Selatan
: Jalan sultan kaharudin
Sebelah Barat
: -------------Sebelah Timur
: -------------Sebelah Utara
: Jalan majapahit
3.1.1. Karakteristik Lokasi Penelitian
Adapun karakteristik lokasi penelitian Jalan Panjitilar, ditinjau dari beberapa jenis
karakteristik pada kawasan Jalan Panjitilar maliputi :
3.1.1.1. Karakterisitik Jalan Panjitilar
Karakteristik Jalan Panjitilar Karakteristik utama jalan yang akan
mempengaruhi kapasitas dan kinerja jalan jika jalan tersebut dibebani
arus lalu lintas. Jenis jaringan Jalan Panjitilar Negara
berupa jalan
kolektor primer dengan terbagi dua lajur jalan dan dihalangi oleh median
jalan. Untuk panjang Jalan Majapahit berkisar 2,05 Km dengan
keberadaan pada 4 kecamatan yang ada di Kota Mataram.
3.1.1.2. Karakteristik Trotoar/Pedestarian
Untuk karakteristik trotoar di Jalan Panjitilar Trotoar merupakan jalur
utama bagi pejalan kaki, atau terkadang juga digunakan bersama dengan
jalur sepeda. Memang tidak semua jalan memiliki fasilitas seperti trotoar
bagi pejalan kaki. Paling tidak trotoar harus ada di daerah perkotaan
dengan kepadatan penduduk tinggi, jalan dengan rute angkutan umum
tetap, daerah yang memiliki aktivitas kontinyu yang tinggi, serta lokasi
yang memiliki permintaan yang tinggi dengan periode pendek. Tapi dari
sebagian trotoar yang ada berbagai kondisi yang berbeda dan
dimanfaatkan dari untuk PKL.
3.1.1.3. Karakteristik Perdagangan Jasa
Berdasarkan jenis perdagangan jasa yang cenderung mengikuti jalan
yang
berbagai
peruntukkan.
Karakteristik
tingkat
pertumbuhan
yang
dilakukan
untuk mengelola,
merencanakan,
dan
mengontrol setiap aktivitas kantor, dimana hasil akhir kegiatan kantor ini
berujud
pelayanan
informasi
pada
berbagai
pihak.
Sedangkan
Jalan
Panjitilar
terdapatnya
permukiman
warga.
umumnya sistem pergerakan sangat bebas ditentukan arah kemana yang telah
diinginkan. Tetapi ada beberapa siklus pergerakan yang menjadi pergerakan yang
khusus dengan waktu yang telah ditentukan. Misalkan pada waktu tertentu antara
hari pendidikan, contohnya pendidikan dimana kegiatan pembelajaran diarahkan
ke waktu pagi hari berkisar 7:50 hingga berbgantian waktu sampai yang telah
dimanfaatkan waktu sampai sore hari 5-30. Kecenderungan pergerakan yang
dilakukan oleh manusia pada kawasan Jalan Panjitilar dengan diserta fungsi
kegiatan dalam bentuk berbeda. Berikut adalah peta pola pergerakan pada
kawasan Jalan Panjitilar Negara :
Peta 3.2. Pola Pergerakan
beberapa sudut dan jika dilihat dari struktur kawasan. Perbandingan antara hasil survey
lapangan dengan penempatan lokasi pada peta, bahwas keberadaany struktur kawasan
Jalan Panjitilar terbagi menjadi beberapa bagian. Seperti terdapatnya perdagangan jasa
perkantoran, pendidikan, permukiman, dan kesehatan. Kecenderungan struktur kawasan
Jalan Panjitilar berupa linier atau mengikuti jalan. Untuk lebih jelasnya struktur kawasan
3.3.
guna lahan tersebut. Suatu guna lahan tertentu berperan menjadi pembangkit lalu lintas
ataupun pembangkit pergerakan yang membangkitkan suatu perjalanan dari suatu guna
lahan dan tertarik ke suatu guna lahan. Keberadaan suatu guna lahan akan mengubah
sistem kegiatan yang ada yang dan akhirnya berdampak pada perubahan intensitas
pergerakan yang melalui sebuah sistem jaringan tertentu. Perlunya pengelolaan dan
manajemen lalu lintas yang baik serta sistem pelayanan prasarana yang memadai akan
dapat memudahkan masyarakat untuk melakukan aktivitasnya di suatu guna lahan.
Pembangunan pusat perbelanjaan, perkantoran, hunian vertikal dan guna lahan lainnya
merupakan suatu bentuk perubahan pada sistem kegiatan. Perubahan pada sistem kegiatan
yang merupakan suatu bentuk guna lahan perdagangan misalnya akan meningkatkan
pergerakan manusia yang mayoritas berorientasi belanja menggunakan sistem jaringan
yang ada. Hal yang serupa juga terjadi pada guna lahan lainnya yang akan menimbulkan
pergerakan manusia dengan orientasi kegiatan yang berbeda-beda.
3.3.1.2.
terdapatnya
penggunaan
lahan
seperti
permukiman,
Salah satu fungsi dari Street Wall berupa pepohonan pada bagian
jalan yaitu mengurangi populasi dari kendaraan serta memberikan
kenyamanan bagi pejalan kaki dalam beraktifitas. Jenis vegetasi berupa
pepohonan sering terdapatnya di bagian jalan dengan berbagai jenis dan
berbagai ukuran. Adapun vegetasi terdapatnya di pedestarian dimana
berfungsi sebagai hiasan bahu trotoar dengan berbagai macam ukuran
dan jenisnya.
3.3.2. Tinjauan Koridor
Salah satu bentuk dari street adalah koridor, yang merupakan ruang pergerakan
linear, sebagai sarana untuk sirkulasi. Karakteristiknya ditentukan oleh bangunan
yang melingkupinya dan aktivitas yang ada pada koridor tersebut (Krier, 1979).
Selain itu, pembangunan yang terkontrol dengan koridor jalan untuk kendaraan
mempunyai kontribusi yang besar bagi pergerakan dan bentuk traffic dalam suatu
perkotaan, terdapat dua macam urban koridor, yaitu :
1. Komersial koridor, urban komersial koridor termasuk di dalamnya
beberapa dari jalan untuk kendaraan utama yang melewati kota. Biasanya
dimulai dari area area komersial yang ada di mana mana menuju pusat
sub-urban yang baru di mana padat dengan kompleks perkantoran dan
pusat pusat pelayanan.
2. Scenic koridor, memang kurang umum jika dibandingkan dengan
komersial koridor, tetapi scenic koridor memberikan pemandangan yang
unik dan terkenal atau pengalaman rekreasi bagi pengendara kendaraan
saat mereka melewati jalan tersebut. Walaupun scenic koridor kebanyakan
terdapat di area pedesaan, beberapa komunitas masyarakat mengenali
keunikan urban koridor tersebut karena memberikan kesempatan
pemandangan bagi mereka dalam perjalanan dengan kendaraan.
Koridor sebagai ruang pergerakan (sirkulasi) dan parkir memiliki dua pengaruh
langsung pada kualitas lingkungan, yaitu kelangsungan aktivitas komersil dan
kualitas visual yang kuat terhadap struktur dan bentuk fisik kota. urban desain
merupakan peralatan yang bermanfaat dalam menyusun lingkungan kota karena
dapat membentuk, mengarahkan, dan mengontrol pola pola aktivitas dan
pengembangan suatu kota (Shirvani, 1985).
3.4.
Untuk fungsi kawasan Jalan Panjitilar diantara sepanjang jalan yang anjangnya berkisar
sampai dengan 2,05 Km, dengan pembagian fungsi kawasan sepanjang jalan yaitu
perkantoran dengan perdagangan. Persebaran peruntukkan jenis perkantoran dan
perdagangan jasa di sepanjang Jalan Panjitilar dimana pola pergerakan yang cenderung
beriorentasi pada kawasan jalan. Jika di lihat dari peta yang ada diatas, peruntukkan
pembangunan perkantoran dan perdgangan dan jasa disepanjang Jalan Majapahit. Jaln
Panjitilar merupakan salah satu jalan yang ada di bagian wilayah Kota Mataram, yang
menghubungkan dengan pusat ibu kota.
3.5. Jenis-jenis Tata Signage
Secara umum, sign berarti segala macam bentuk komunikasi yang mengandung sebuah
pesan. Sebuah signage adalah sign secara kolektif. Sebuah sign tidak terbatas pada katakata namun juga termaksud gambar, gerak, bau, rasa, tekstur, suara, atau dengan kata lain
segala macam cara bagaimana sebuah informasi dapat disampaikan atau diekspresikan oleh
makhluk hidup.
Signage sebagai elemen pemberi informasi dalam lingkungan atau didalam bangunan,
menurut sifatnya atau golongan masyarakat yang dilayani oleh sign tersebut dibedakan
menjadi dua jenis :
1. Publik sign, yaitu sign yang berisi informasi-informasi yang berkaitan dengan
kepentingan umum mengenai lingkungan dimana sign tersebut berada. Sign jenis ini
memberikan informasi arah, identitas dan lain-lain yang mendukung kepentingan
navigasi semata-semata untuk masyarakat umum, tanpa tujuan atau kepentingan
pribadi. Contohnya adalah life safety sign (sign exit,sign tangga kebakaran) toilet,
dan musholla.
2. Privat sign,yaitu signage yang berisi informasi khusus yang siifatnya individual, dan
memiliki tujuan-tujuan pribadi seperti memperkenalkan atau mempromosikan sesuatu
dan memberi informasi kepemilikan suatu tempat. Sign jenis ini sering digunakan
untuk tujuan komersil.
Terdapatnya tata signage publik untuk memberikan visual kepada yang melihat,
dan dapat memberikan pengetahuan atau informasi bagi orang yang melihatnya.
Persebaran tata signage publik disepanjang Jalan Panjitilar untuk memberikan
suatu informasi bagi pengendara maupun bagi pejalan kaki. Selain tata signage
publik memberikan informasi yaitu tata signage memberikan visual atau
perlengakapan, kemawahan dalam beraktivitas.
Untuk tata signage privat sama saja hal dengan tata signage publik,yang
cenderung keberadaan pada komersial. Tata signage privat cenderung mengikuti
jalan pada kawasan Jalan Panjitilar. Persebaran tata signage privat yang
memungkinkan dapat menarik perhatian bagi yang melihatnya. Tata signage
merupakan suatu berita informasi yang dapat di kenali dan bisa di rasakan
keberadaanya untuk dinikmati.
3.6. Street Furniture
Street Furniture atau yang sering disebut perabotan jalan merupakan salah satu elemen
pendukung kegiatan pada suatu ruang publik berupa ruas jalan yang akan memperkuat
karakter suatu blok perancangan yang lebih besar.(Permen PU no 6 tahun 2007).
Perabot/perlengkapan jalan (street furniture), harus saling terintegrasi dengan elemen wajah
jalan lainnya untuk menghindari ketidakteraturan dan ketidakterpaduan lingkungan.
Sedangkan dari katanya Street furnitur adalah suatu topik yang jarang diperhatikan
dankombinasi yang tampaknya tidak masuk akal. Furniture Istilah ini biasanya berhubungan
dengan ruang privat, sementara jalan adalah ruang publik. Kombinasi ini bahkan lebih aneh
dalam bahasa Latin di mana mebel kata berasal dari kata "mobile," yang merupakan sesuatu
yang bergerak, sementara furnitur jalanan tidak bergerak, karena biasanya samar atau tetap
ke lantai. Namun, derivasi dari "furnitur" dari "fournir," Perancis adalah "untuk
Sedangkan untuk street furniture di sepanjang Jalan Panjitilar, hanya terdapatnya jenis
vegetasi pepohonan, sepanduk reklame dan itupun tidak disepanjang jalan sedangakan
secara visual kurang menarik saat dipandang. Ada kawasan-kawasan tertentu saja
terdapatnya street furniture pada kawasan Jalan Panjitilar
3.7.
Masalah
Adapun untuk masalah disepanjang Jalan Panjitilar baik itu masalah rusaknya pedestarian,
pemanfaatan ruang untuk PKL, drainase yang rusak dan pemanfaatan pedestarian untuk area
parkir. Banyaknya masalah yang timbul apalagi di dalam kawsan perkotaan baik itu material
yang kurang maksimal maupun penyebabnya dari alam/manusia itu sendiri. Masalahmasalah yang timbul yang menjadi perhatian dari masyarakat maupun dari pemerintah
dalam mengacu sasaran rencana didalam penanggulangan masalah untuk memberikan
kualitas yang baik di suatu kawasan khususnya pada kawasan Jalan Panjitilar.
Dibawah ini ada jenis-jenis masalah yang ada di sekitar Jalan Panjitilar dengan kondisi yang
berbeda-beda yaitu :
Dari photo mapping yang diatas, merupakan salah satu bentuk masalah yang dimana
masalah tersebut dalam pemanfaat ruang pedestarian yang digunakan untuk area usaha
pedagang kaki lima. Hampir sepanjang Jalan Panjitilar terdapatnya PKl dalam
melakukan usahanya serta kondiis pedestarian sangat kurang optimal didalam
manfaatnya untuk pejalan kaki. Dari photo mapping yang diatas merupakan beberapa
dokumntasi foto serta penempatan lokasi keberadaan Pedagangan Kaki Lima (PKL).
Masalah yang kedua tidak jauah dengan pemanfaatan ruang pedestarian untuk
kegiatan informal. Adapun juga masalah lain yaitu pemanfaatan ruas jalan untuk area
parkir. Kecenderungan pemanfaatan ruas jalan untuk area parkir yaitu keberadaanya
pada sektor perdagangan jasa maupun perkantoran selain untuk Pedagangan Kaki
Lima (PKL). Hasil dari survey lapangan hampir sepanjang Jalan Panjitilar negara
untuk ruas jalan dijadikan untuk area parkir yang dimana bagi pengguan pejalan kaki
tidak puas dengan aktivitasnya karena terhalang oleh beberapa kendaraan yang ada di
atas bahu ruas jalan.
3.7.3. Kondisi Pedestarian Yang Rusak
Sedang untuk kondisi pedestarian saat ini, cenderung beberapa area yang rusak parah,
serta jenis pun kerusakan yang berbeda-beda. Banyaknya masalah yang berada pada
area kawasan Jalan Panjitilar Negara hampir masalah-masalah disepanjang jalan.
Pedestarian yang rusak sulit sekali digunaka untuk kebutuhan pejalan kaki dengan
kondisi yang kurang maksimal digunakan utnuk kebutuhan bersama. Photo mapping
merupakan kondisi saat ini pedestarian Jalan Panjitilar Negara dan hasil dari survey
lapangan ada beberapa ruang pedestarian masih didalam perbaikan saat ini.
Terdapatnya masalah lainnya keberadaan sampah pada samping kanan jalan yang
disebabkan oleh ulah masyarakat. Keberadaan sampah hasil dari rumah tangga
maupun dari industri dimana sampah tidak diolah dengan baik, pembuangan tidak
pada tempat. Sampah inilah yang menjadi permasalahan yang berada pada kawasan
Jalan Panjitilar, kurangnya perhatian bagi masyarakat untuk membuang sampah pada
tempatnya. Ditambah sepanjang Jalan Panjitilar Negara tidak adanya keberadaan TPS
yang dimana masyarakat kecenderungan membuang sampah buka pada tempatnya.
Banyaknya drainase yang rusak kurangnya perhatian dari pemerintah maupau dari
masyarakat sekitar dalam rencana penaggulangan saluran drainase sepanjang Jalan
Panjitilar. Untuk kondisi saat ini drainase pada kawasan Jalan Panjitilar terdapatnya
sampah yang sulitnya saluran air mengalir dengan semestinya. Adapun kondisi lain
dari drainase adalah kekeringan serta bagain drainase dijadikan tempat pembuangan
sampah oleh masyarakat setempat. Sebetulnya untuk saluran drainase bagian dari
pembuang limbah baik itu dari rumah tangga maupun dari sektor industri.
BAB IV
STRATEGI DAN RENCANA
4.1.
Negara
Gambar yang diatas merupakan hasil dari rekayasa perencana kawasan Jalan Panjitilar
Negara dalam memberikan kualitas maupun kuantitas masing-masing struktur bangunan.
Banyaknya masalah disepanjang Jalan Panjitilar Negara baik itu dari jaringan drainase,
persampahan, jaringan jalan maupun trotoar/pedestarian. Berikut adalah rencana dalam
penanggulangan masalah di Jalan Panjitilar Negara:
4.2.
Rencana
a. Jaringan Drainase
Untuk perencanaan drainase yaitu dengan mengubah beberapa
drainase yang terbuka menjadi drainase yang tertutup dan ada drainase yang
jenis terbuka. Drainase tertutp akan menambah lahan dan tidak ada lagi
penumpukan sampah di drainase. Karena drainase yang dibuat adalah tertutup
maka dibuat pipa saluran untuk menyalurkan air limpasan dari jalan raya ke
drainase tersebut. Selain itu untuk dasar dari drainase tidak kita tutup dengan
semen tapi kita biarkan agar air bisa langsung masuk kedalam tanah (sistem
bak kontrol/sumur resapan).
Selain itu untuk bagian atas drainase menggunakan
rusuk/gril
4.3.
rencana
didalam
memanfaatkan
street
furniture
sebagai
harus telah disesuakan dengan lokasi yang menentu dengan dilihat dari
kepadatan jumlah penduduk yang relatif.
b. Penentuan Bak Sampah pada Sepanjang Jalan Panjitilar Negara Untuk bak
sampah,. Strateginya yaitu dengan memisahkan bak sampah sesuai dengan
jenis sampah seperti pada gambar diatas. Selain itu peletakan tempat sampah
juga diperhatikan agar merata di seluruh sepanjang Jalan Panjitilar Negara
dan pembagian bak sampah di area permukiman warga pada setiap
kelurahan/perumah. Sehingga kemungkinan warga tidak lagi cenderung
membuang sampah pada sembarang tempat.
c. Rencana Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Untuk Pedagang Informal
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau atau lahan yang tersedia digunakan
sebagai lokasi Pedagangan Kaki Lima (PKL). Dengan alasan bahwa PKL
tidak lagi memanfaatkan ruang trotoar sebagai lokasi usaha. Pemanfaata
Ruang Terbuka Hijau untuk pedagang informal dengan lokasi yang menentu
serta ruang yang disediakan untuk PKL. Tidak hanya pemanfaatan ruang hijau
untuk
PKL
tetapi
ruang
yang
disediakan
sebetulnya
memberikan
BAB V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Pada umumnya jaringan jalan merupakan area laju transportasi yang
menghubungkan kawasan yang satu dengan kawasan yang lainnya. Pada dasarnya kawasan
jalan adalah kawasan yang difungsikan sebagai ketentuan tertentu sesuai dengan fungsi
yang telah ditetapkan didalam RDTR Kota. Jalan Panjitilar Negara salah satu jalan yang
berada pada Kabupaten Mataram dimana Jalan Majapahit merupakan jalan yang
menghubungkan dengan ibu kota. Sedangkan untuk jenis struktur kawasan Jalan Panjitilar
didominasi oleh permukiman, perkantoran, dan perdagangan jasa yang menjadikan pola
5.2.