Vous êtes sur la page 1sur 13

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktivitas gerak tubuh manusia bergantung pada efektifnya interaksi
pada

sendi

yang

normal

dengan

unit-unit

neuromuskular

yang

menggerakkannya. Elemen tersebut juga berinteraksi untuk mendistribusikan


stress mekanik ke jaringan sekitar sendi. Otot, tendon, ligament, rawan sendi
dan tulang saling bekerja sama agar fungsi tersebut dapat berlangsung dengan
sempurna (Lukman & Ningsih, 2012: 2).
Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat
badan, dan otot menyusun kurang lebih 50%. Struktur tulang member
perlindungan pada organ vital, termasuk otak, jantung dan paru-paru. Otot
yang melekat pada tulang memungkinkan tubh bergerak. Matriks tulang
menyimpan kalsium, fosfor, magnesium dan fluor. Tubuh manusia dewasa
muda mengandung sekitar 1.100 gr (27,5 mol) kalsium. Kalsium plasma pada
keadaan normal sekitar 10 mg/dl hormone yang mengatur homeostasis kalsium
adalah paratiroid dan kalsitonin (Lukman & Ningsih, 2012: 2).
Sistem muskuloskeletal dapat bergerak secara terstruktur karena adanya
rangsangan dari SSP (sistem saraf pusat) yang mengakibatkan keluarnya output
dalam bentuk gerakan (motorik). Sistem muskuloskeletal termasuk dalam
golongan pengungkit/pengumpil.
Selanjutnya dalam makalah ini akan dibahas secara lebih rinci
mengenai

fisika,

kimia,

biokimia

serta

farmakologi

dari

sistem

muskuloskeletal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep fisika dari sistem muskuloskeletal?
2. Bagaimana konsep kimia dari sistem muskuloskeletal?
3. Bagaimana konsep biokimia dari sistem muskuloskeletal?
4. Bagaimana farmakologi pada penyakit gangguan sistem muskuloskeletal?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep fisika dari sistem muskuloskeletal
2. Untuk mengetahui konsep kimia dari sistem muskuloskeletal
3. Untuk mengetahui biokimia dari sistem muskuloskeletal

4. Untuk

mengetahui

farmakologi

pada

muskuloskeletal

BAB II
PEMBAHASAN
A. Fisika Sistem Muskuloskeletal
1. Otot dan tulang sebagai komponen gerak

penyakit

gangguan

sistem

Sistem muskuloskeletal adalah sistem yang melaksanakan 2 fungsi


yang berhubungan erat satu sama lain yaitu gerak (lokomosi) dan
penunjang/pendukung (Sadikin, 2011: 2).
Untuk melaksanakan gerak diperlukan (Sadikin, 2011: 2)
a. Perintah untuk gerak
b. Energi untuk gerak
c. Kendali/pengaturan gerak
Dalam melakukan gerakan, tubuh harus memiliki organ pendukung
yaitu tulang (alat gerak pasif) dan otot (alat gerak aktif). Fungsi tulang
sebagai alat gerak pasif yaitu:
a. Mendukung beban tubuh
b. Menahan berbagai gaya:
1) Tekanan: vertikal (searah sumbu tulang) dan horizontal (tegak lurus
sumbu tulang).
2) Tarikan
3) Puntiran (Torsi)
Sedangkan fungsi otot sebagai alat gerak aktif yaitu mampu
menggerakkan tulang. Hal ini dikarenakan otot mampu berkontraksi
(mengkerut) dan relaksasi (mengendor). Otot yang mampu menggerakkan
tulang adalah otot yang melekat pada tulang atau rangka yang disebut otot
lurik, sedangkan otot polos dan otot jantung tidak menggerakkan tulang,
karena tidak melekat pada tulang atau rangka. Otot lurik dapat
berkontraksi karena mempunyai energi yang tersimpan dalam otot yang
disebut ATP (Adensin Tri Phosphat). ATP tersedia dari hasil pembakaran
atau oksidasi makanan (baik karbohidrat maupun lemak). Jika otot terusmenerus berkontraksi, maka energi akan habis sehingga harus membentuk
ATP lagi.
Allah SWT telah menjelaskan dalam al-quran surah Al-Mukminun
ayat 14 berkaitan dengan penciptaan manusia dari air mani membentuk
segumpal darah, lalu segumpal daging, lalu tulang belulang lalu dibungkus
lagi oleh daging, hingga menjadi manusia sempurna.




Terjemahnya:

Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu


segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging
itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Pada ayat ini Allah s.w.t menjelaskan bahwa air mani itu Dia
kembangkan dalam beberapa minggu sehingga menjadi segumpal darah.
Dari darah dijadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu ada
bagian dalamnya yang Allah jadikan tulang belulang, dan ada bagian lain
unsur daging yang dijadikan daging. Kemudian tulang belulang itu Allah
bungkus dengan daging, laksana pakaian penutup tubuh, kemudian Allah
jadikan makhluk yang (berbentuk) lain. Setelah ditiupkan ruh kedalamnya,
maka jadilah manusia yang sempurna, dapat berbicara, melihat,
mendengar, berpikir yang tadinya hanya merupakan benda mati saja. Maka
Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik (Sepdhani, 2014).
2. Hukum dasar dalam gerak (Hukum Newton)
Hukum dasar gerak menurut newton adalah sebagai berikut
(Gabriel, 2013: 7):
a. Hukum newton I (Hukum kelembaman)
1) Benda/objek bersifat mempertahankan keadaan
2) Semua benda/objek akan bergerak bila ada gaya (force) yang
mengakibatkan pergerakan.
b. Hukum newton II
Apabila ada gaya yang bekerja pada suatu benda maka benda akan
mengalami suatu percepatan yang arahnya sama dengan arah gaya
c. Hukum newton III
Untuk setiap aksi selalu ada, selalu ada reaksi yang arahnya
berlawanan
3. Gaya pada tubuh manusia
Dalam tubuh manusia terdapat 3 jenis gaya yaitu sebagai berikut
(Latar, 2012: 27):
a. Gaya gravitasi, yaitu gaya yang melalui pusat massa dari tiap segmen
tubuh manusia dengan arah kebawah. Besar gayanya adalah massa
dikali percepatan gravitasi ( F = m g ).
b. Gaya reaksi, yaitu gaya yang terjadi akibat beban pada segmen tubuh
atau berat segmen tubuh itu sendiri.

c. Gaya otot, gaya yang terjadi pada bagian sendi, baik akibat gesekan
sendi atau akibat gaya pada otot yang melekat pada sendi. Gaya ini
menggambarkan besarnya momen otot.
Pada sistem muskuloskeletal fokus kerjanya adalah sebagai
pengumpil/pengungkit. Ada 3 kelas sistem pengumpil pada sistem
muskoloskeletal yaitu (Latar, 2012: 28):
a. Kelas pertama
Titik tumpuan terletak diantara gaya berat dan otot. Contoh Posisi
normal wajah dan leher.
b. Kelas kedua
Gaya berat diantara titik tumpu dan dan gaya otot. Contoh posisi jinjit.
c. Kelas ketiga
Gaya otot terletak diantara titik tumpuan dan gaya berat. Contoh
B. Kimia Sistem Muskuloskeletal
1. Susunan kimia tulang
Tulang bekerja seperti bank kimia yang menyimpan elemenelemen untuk penggunaaan selanjutnya oleh tubuh. Tubuh dapat
mengambil bahan kimia ini sesuai kebutuhan. Sebagai contoh, tingkat
minimum kalsiumyang dibutuhkan dalam darah; bila tingkatnya turun
terlalu rendah, sensor kalsium menyebabkan kelenjer parathyroid
melepaskan sebagian parathormon ke darah, dan hal ini menyebabkan
tulang melepaskan kalsium yang dibutuhkan (Cameron, dkk, 2006: 95).
Komposisi Kimia Tulang
Elemen
Tulang Keras (%)
H
3,4
C
15,5
N
4,0
O
44,0
Mg
0,2
P
10,2
S
0,3
Ca
22,2
Campuran
0,2
Tulang terdiri atas komponen seluler dan komponen interseluler
(matriks). Komponen seluler terdiri atas (Rosyidi, 2013: 3):
a. Osteoprogenitor
Merupakan sel yang belum mengalami perubahan, serupa dengan
fibroblast. Memiliki kemampuan tinggi untuk membelah.

b. Osteoblas
Terdapat pada permukaan tulang dan berfungsi sebagai penyusun tulang
dan mensintesis komponen matriks tulang (kolagen dan glikoprotein).
c. Osteosit (sel tulang)
Merupakan sel matur (matang) yang ditemukan terbungkus di dalam
lapisan matriks tulang yang telah mengalami mineralisasi.
d. Osteoklas
Sel yang motil (dapat bergerak bebas) dan berinti banyak. Biasanya
terdapat pada permukaan matriks atau pada permukaan tulang.
Sedangkan komponen interseluler (matriks) terdiri atas bahanbahan anorganik serta zat dasar yang amorf (tidak mempunyai bentuk atau
tidak jelas bentuknya) dan bahan organik. Berdasarkan beratnya, matriks
tulang yang merupakan penyusun komponen interseluler terdiri dari 70%
senyawa anorganik dan 30% matriks senyawa organik. 95% komponen
organik dibentuk dari kolagen (golongan protein), sisanya terdiri dari
substansi dasar proteoglycan, glikosaminoglikan (G.A.G) dan molekulmolekul non kolagen yang terlibat dalam pengaturan mineralisasi tulang
(Rosyidi, 2013: 3).
Matriks senyawa anorganik merupakan bahan mineral yang
sebagian besar terdiri dari kalsium (Ca) dan fosfat (Po4) dalam bentuk
kristal-kristal hydroxyaptite. Kristal-kristal tersebut tersusun

sepanjang

serabut kolagen. Bahan mineral lain: ion sitrat, karbonat, magnesium,


natrium dan potassium. Perlu diingat bahwa, kekerasan tulang tergantung
dari kadar bahan anorganik dalam matriks, sedangkan dalam kekuatannya
tergantung dari bahan-bahan organik khususnya serabut kolagen (Rosyidi,
2013: 2).
2. Susunan kimia sendi
Rawan sendi merupakan jaringan avaskuler dan juga tidak
memiliki jaringan syaraf, berfungsi sebagai bantalan terhadap beban yang
jatuh ke dalam sendi. Rawan sendi dibentuk oleh sel rawan sendi
(kondrosit) dan matriks rawan. Kondrosit berfungsi mensintesis dan
memelihara matriks rawan sehingga menjaga fungsi bantalan sendi.
Sedangkan matriks rawan sendi terutama terdiri dari air, proteoglikan

(molekul

yang

kompleks

yang

tersusun

atas

inti

protein

dan

glikosaminoglikan) dan kolagen (Rosyidi, 2013: 27).


Membaran sinovial merupakan jaringan avaskular yang melapisi
permukaan dalam kapsul sendi , tetapi tidak melapisi rawan sendi. Kaya
akan pembuluh darah dan limfe (Rosyidi, 2013: 27).
Cairan sinovial diproduksi oleh membrane sinovial yang berfungsi
sebagai pelumas serta sumber nutrisi bagi rawan sendi(Rosyidi, 2013: 27).
3. Komposisi otot rangka
Komposisi otot rangka terdiri atas (Kuntarti, 2007: 58):
a. Otot merah & putih
Otot merah banyak mengandung pigmen pernapasan yaitu mioglobin,
yang berfungsi membawa oksigen dari kapiler darah (ekstrasel) ke
mitokondria (intrasel) kapasitas metabolisme oksidatif yang lebih
tinggi degan aktivitas siklus Krebs dan enzim transport electron yang
kuat. Sedangkan otot putih

karena kurang mioglobin kapasitas

glikolisis anaerobic yang tinggi dengan aktivitas enzim glikolisis dan


fosforilase yang kuat.
b. Ekstraktif
Yaitu zat non-protein yang larut dlm air meliputi kreatinin, kreatinin
fosfat, ADP, asam amino, asam laktat, dll. Zat yang memiliki struktur
grup fosfat merupakan zat yang kaya energi.
c. Protein
Komponen enzim otot yang mengkatalisis berbagai tahapan pd proses
glikolisis

merupakan

protein

sarkoplasmik.

Protein

lain

yang

membentuk struktur otot ialah miosin, aktin, troponin, dan tropomiosin.


C. Biokimia Sistem Muskuloskeletal
Langkah-langkah penggabungan dari eksistasi (rangsangan), kontraksi
dan relaksasi dalam kontraksi otot rangka sehingga memunculkan gerakan
adalah sebagai berikut (Hafid, 2015):
1. Eksitasi (rangsangan)
Asetilkolin yang yang dikeluarkan dari ujung terminal neuron
motorik mengalami potensial aksi. Asetilkolin mampu memberikan
eksitasi (rangsangan) pada membrane untuk membuka pintu-pintu ion
kalsium. Potensial aksi yang diberikan pada serabut otot memberikan
rangsangan untuk melepaskan untuk melepaskan ion kalsium ditempat
penyimpanannya yaitu di serabut otot reticulum sarkoplasma. Selanjutnya

retiklum sarkoplasma akan melepaskan ion kalsiumnya, setelah ion


kalsium maka ia akan mencari reseptornya (tempat melekatnya) yang ada
pada troponin C pada aktin (filament tipis).
2. Kontraksi
Pada saat ion kalsium melekat di troponin C menyebabkan secara
langsung tropomiosin bergerak ke samping sehingga aktin dan myosin
memungkinkan untuk saling melekat. ATP yang ada di kepala myosin
mengalami penguraian menjadi ADP+PI+Energi. Energy inilah yang
dijadikan miosin untuk menggerakkan lengannya. ATP diubah menjadi
ADP dengan bantuan enzim ATPase. Jumlah ATPase pada otot rangka
banyak sehingga dapat berkontraksi dengan cepat dibandikan jenis otot
lain.
3. Relaksasi
Ketika myosin telah selesai menggunakan energinya (ATP ADP)
maka ADP yang ada di kepala myosin mengalami fosforilasi dan fosfat
masuk ke kembali ke ADP sehingga menjadi ATP kembali dan siap
digunakan.
Berikut akan dijelaskan proses reaksi biokimia dalam tubuh dengan
menggunakan fermentasi asam laktat.
Fermentasi adalah proses diproduksinya energi oleh sel-sel tubuh
dengan tanpa menggunakan oksigen. Proses tersebut tergolong proses
anaerob karena tidak menggunakan oksigen dan tidak menghasilkan air
(H2O). Salah satu contoh fermentasi yang akan kita bahas kali ini adalah
fermentasi asam laktat. Hasil akhir dari fermentasi ini adalah asam laktat
dan energi. Proses fermentasi asam laktat memerlukan bahan dasar berupa
glukosa dan dibantu dengan menggunakan enzim. Oleh karena itu kita
akan merasa tidak berenergi jika tubuh kita kekurangan glukosa. Selain
menghasilkan energi, proses ini juga akan menghasilkan asam laktat.
Jika diterjemahkan dalam rumus reaksi kimia, maka proses
fermentasi asam laktat adalah sebagai berikut (Anonim, 2013):

D. Farmakologi pada Gangguan Sistem Muskuloskeletal


Obat (yang biasa digunakan) pada sistem muskuloskeletal (Sugiri,
2010):
1. Vitamin
Adalah zat organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil
untuk berbagai reaksi metabolisme dan mempertahankan kesehatan.
Sumber : bahan makanan dan obat.
2. Mineral
Tubuh membutuhkan 13 unsur penyusun dan pendukung
metabolisme berupa : 7 dalam jumlah banyak dan 6 trace elements ( Fe,
Cu, Mn, I, Co, Zn ). Ca (kalsium) dan P (fosfor) merupakan mineral
terbanyak pada tulang. Sumber: susu, telur. Dipengaruhi: vit D.
Penyimpanan: tulang . Pengaturan metabolismenya oleh hormon paratiroid
3. Analgetik
Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang
mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa meghalangi kesadaran.
Antipiretik adalah zat-zat yg dapat mengurangi suhu tubuh. Obat analgetik
antipiretik serta Obat Anti Inflamasi non Steroid (OAINS) merupakan
suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat
berbeda secara kimia.Obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan
dalam efek terapi maupun efek samping. Kesamaan efek terapi dan efek
samping berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin (PG).
Prototipe obat golongan ini adalah aspirin. Karena itu, banyak golongan
dalam obat ini sering disebut obat mirip aspirin (Aspirin-like drugs).
Atas kerja farmakologisnya, analgesik dibagi dalam dua kelompok
besar, yaitu:
a. Analgetik Perifer (non narkotik).

Terdiri dari obat-obat yang tidak

bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.


b. Analgetik Narkotik. Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri
hebat, seperti fraktur dan kanker.

10

4. Antiinflamasi
Antiinflamasi adalah obat atau zat-zat yang dapat mengobati
peradangan atau pembengkakan. Obat Anti Inflamasi Non Steroid
(OAINS):
a. Turunan asam salisilat
: Aspirin, salisilamid,diflunisal.
b. Turunan 5-pirazolidin
: Fenilbutazon, Oksifenbutazon.
c. Turunan asam N-antranilat: Asam mefenamat, Asam flufenamat
d. Turunan asam arilasetat : Natrium diklofenak, Ibuprofen,
Ketoprofen.
e. Turunan heteroarilasetat : Indometasin.
f. Turunan oksikam
: Peroksikam, Tenoksikam.
5. Antibiotika
Adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang
mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di
dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri
Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit
infeksi
Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau
memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah
bakteri. Berbeda dengan desinfektan, desifektan membunuh kuman dengan
menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.
Klasifikasi Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :
a. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin,
Polypeptide dan Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G;
b. Inhibitor transkripsi & replikasi, mencakup golongan Quinolone,
misal: rifampicin, actinomycin D, nalidixic acid;
c. Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama
dari golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline, misalnya
gentamycin, chloramphenicol, kanamycin, streptomycin, tetracycline,
oxytetracycline;
d. Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;
e. Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida,
misalnya oligomycin, tunicamycin; dan
f. Antimetabolit, misalnya passerine.
6. Antineoplastik (sitostatika/kemoterapi)
Kemoterapi adalah penggunaan zat kimia untuk perawatan
penyakit. Dalam penggunaan modern, istilah ini hampir merujuk secara

11

khusus kepada obat sitostatik yang digunakan untuk melawan kanker


(antineoplastik).
Biasanya kemoterapi berupa kombinasi dari obat yang bekerja
bersama khususnya untuk membunuh sel kanker. Mengkombinasikan obat
yang memiliki mekanisme aksi yang berbeda saat di dalam sel dapat
meningkatkan pengrusakan dari sel kanker & mungkin dapat menurunkan
resiko perkembangan kanker yang resisten terhadap salah satu jenis obat.
Prinsip antikanker : Membunuh sel yang sedang dalam proses membelah
diri.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem muskuloskeletal dalam kajian fisika erat hubungannya dengan
hukum newton (I, II dan III) tentang hukum dasar gerak. Sedangkan sistem
muskuloskeletal dalam kajian kimia mempelajari tentang unsur-unsur atau
senyawa penyusun tulang, otot, dan sendi. Adapun dalam kajian biokimia
berkaitan erat dengan proses terbentuknya gerak pada manusia yang
diperankan oleh ATP dan kalsium dalam tubuh serta proses metabolisme
dalam tubuh mencakup glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs dan
transpor elektron. Sedangkan farmakologi yang berkaitan dengan penyakitpenyakit sistem muskuloskeletal mencakup vitamin, mineral, analgetik,
antiinflamasi, antibiotik dan antineoplastik.
B. Saran
Untuk mahasiswa kesehatan, perlu untuk mengkaji lebih tentang
sistem muskuloskeletal yang berkaitan dengan fisika, kimia, biokimia dan
farmakologi. Materi tersebut adalah materi dasar yang perlu dipahami

12

sebelum melangkah ke materi dengan jenjang yang tinggi yang berkaitan


dengan anatomi dan fisiologi serta penyakit-penyakit yang berkaitan dengan
sistem muskuloskeletal.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Proses Fermentasi Asam Laktat. Available on
www.sudut-bacaan.blogspot.co.id diakses tanggal 6 Sepetember 2016.
Cameron, John R, James G. Skofronick, Roderick M. Grant. 2006. Fisika
Kedokteran: Fisika Tubuh Manusia. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Kuntarti. 2007. Anatomi Sistem Muskuloskeletal dan Sistem Integumen. Available
on www.staff.ui.ac.id diakses tanggal 6 Sepetember 2016.
Latar, Muh Arif. 2012. Biomekanika. Available on www.digilib.esaunggul.ac.id
diakses tanggal 6 September 2016.
Lukman & Nurna Ningsih. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Rosyidi, Kholid. 2013. Muskuloskeletal. Jakarta: Trans Info Media Jakarta.
Gabriel. 2013. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC.
Sadikin,

Mohamad.

2011.

Biokimia

Muskuloskeletal.

Available

on

www.staff.ui.ac.id diakses tanggal 6 September 2016.


Sephdani. 2014. Bagaimana Al-Quran Berbicara tentang Proses Penciptaan
Manusia (Ilmu Kandungan)?. Available on www.sepdhani.wordpress.com
diakses tanggal 6 September 2016.
Sugiri, Bahana. 2010. Tinjauan Farmakologi Sistem Muskuloskeletal. Available
on www.hmkuliah.wordpress.com diakse tanggal 6 september 2016.

13

Vous aimerez peut-être aussi