Vous êtes sur la page 1sur 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga yang
bersangkutan. Di negara berkembang seperti di Indonesia ini banyak sekali
kasus hernia, yang salah satunya disebabkan karena pola hidup seseorang.
Diantaranya karena pola buang air besar yang kurang teratur, sering mengejan
pada saat buang air besar, pola makan yang kurang berserat, serta para
pekerja yang dituntut untuk mengangkat benda berat sehingga meningkatkan
tekanan pada intraabdomen (Romadhon dan Wicaturatmashudi, 2014).
Kortz dan Sabiston (1994) mengemukakan bahwa hernia timbul dalam
sekitar 1,5% populasi umum di Amerika Serikat. Sekitar 75% dari kasus
hernia terjadi dalam regio inguinalis dan sekitar 50 persennya merupakan
hernia inguinalis lateralis. Diperkirakan 15% populasi dewasa menderita
hernia inguinal, 5-8% pada rentang usia 25-40 tahun dan mencapai 45% pada
usia 75 tahun. Hernia inguinalis dijumpai 25 kali lebih banyak pada pria
dibanding wanita (Romadhon dan Wicaturatmashudi, 2014).
Data Kementerian Kesehatan Indonesia menyebutkan

bahwa

berdasarkan ditribusi penyakit sistem cerna pasien rawat inap menurut


golongan sebab sakit Indonesia tahun 2004, hernia menempati urutan ke-8
dengan jumlah 18.145 kasus, 273 diantaranya meninggal dunia. Dari total
tersebut, 15.051 diantaranya terjadi pada pria dan 3.094 kasus terjadi pada
wanita. Sedangkan untuk pasien rawat jalan, hernia masih menempati urutan
ke-8. Dari 41.516 kunjungan, sebanyak 23.721 kasus adalah kunjungan baru
dengan 8.7993 pasien pria dan 4.922 pasien wanita (Romadhon dan
Wicaturatmashudi, 2014).
Hernia dapat dijumpai pada semua usia, lebih banyak terjadi pada pria
dibandingkan wanita. Karena pekerjaan yang dilakukan pria lebih berat dari
pada wanita. Umumnya penderita dan masyarakat mengatakan bahwa
penyakit hernia adalah penyakit turun berok, kelingsir, serta adanya benjolan
didaerah selangkangan atau kemaluan dan sebagian besar penderita dan

masyarakat tidak segera melakukan pengobatan seperti operasi (Romadhon


dan Wicaturatmashudi, 2014).
Bila hernia tidak diatasi secara cepat dan tepat maka akan terjadi
komplikasi seperti incareta, strangulate, perforasi, infeksi postop, scrotal
edema, dehinse post operasi, dan evisceration. Berdasarkan masalah tersebut
diatas dan komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien hernia bila tidak
dilakukan secara adekuat, maka perlu asuhan keperawatan secara
komprehensif yang mencakup kebutuhan biopsikososial spiritual yang terkait
dengan masalah tersebut.Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menyusun
makalah tersebut.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat Membuat dan melakukan asuhan keperawatan pada
klien dengan kasus Hernia
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Pengertian Hernia
2. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab Penyakit Hernia
3. Mahasiswa mampu menyebutkan Klasifikasi Penyakit Hernia
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Faktor Risiko pada Penyakit
Hernia
5. Mahasiswa mampu menjelaskan Patofisiologi Penyakit Hernia
6. Mahasiswa mampu menjelaskan Penatalaksanaan Hernia
7. Mahasiswa mampu membuat Konsep dasar Asuhan keperawatan
pada pasien dengan Hernia

BAB II
ANALISA SEVEN JUMPS

2.1 SKENARIO KASUS


Pak Ruslan 65 tahun di rawat di bangsal bedah dengan pembengkakan pada
kantong kemaluan kanan sejak 3 tahun yang lalu, nyeri, mual-mual dan
muntah. Ketika ditanya oleh dokter, dia menerangkan bahwa pembengkakan
ini dulunya bisa hilang ketika dia tidur dan bengkak lagi setelah berjalan kaki.
Sejak 1 tahun terakhir pembengkakan tersebut menetap saja. Pak Ruslan
selama ini bertempat tinggal di pesisir Selatan dan pekerjaannya sebagai
nelayan , dan mempunyai tetangga yang sakit seperti ini tetapi sudah dioperasi
dengan penyakitnya Hydrocole, dan keponakannya juga menderita sakit
seperti ini. Dokter bangsal mengatakan kepada Pak Ruslan bahwa dia akan
dikonsulkan ke dokter bedah dan advis dari dokter bedah akan menjalani
tindakan operasi Hernyorraphy dan hernioplasty dengan memakai penguat
implant Mesh. Sebelum dioperasi akan dilakukan pemeriksaan radiologi
berupa rongen foto thorak, rekam EKG dan pemeriksaan faal hepar, gimjal
dan gula darah random. Bagaimana anda menerangkan penyakit Pak Ruslan
dan keponakanya ?.
2.2 PENYELESAIAN MASALAH
Penyelesaian dan metode diskusi masalah yang ada dalam skenario kasus
diatas menggunakan metode tujuh langkah atau seven jumps. Seven jumps
meliputi:
2.2.1 Seven Jump 1 (mengklarifikasi istilah atau konsep)
1. Hernioraphy adalah operasi perbaikan hernia kadang-kadang secara
spesifik dikerjakan dengan posisi dan penjahitan di tepi-tepi defek
atau lubang.
2. Hernioplasty adalah operasi perbaikan hernia secara spesifik merujuk
pada operasi yang menggunakan lapisan atau sumbat kassa (mesh)
untuk menguatkan bagian tersebut.
3. Implant mes Adalah
4. Hydrocele adalah penumpukan cairan pada selaput yang melindungi
testis.
5. Guladarah random adalah tes GDS (gula darah dalam sewaktu) untuk
mengetahui kadar gula darah dalam tubuh.
6. Faal hepar adalah fungsi kerja organ hati
2.2.2 Seven Jump 2 (menetapkan permasalahan)

Mengapa pada kasus muncul manifestasi klinis nyeri, mual, muntah

dan apakah ada hubungannya dengan adanya pembengkakan ?


Mengapa pembengkakan bisa hilang ketika tidur dan bisa bengkak

ketika aktivitas?
Apakah ada hubungannya dengan penyakit yang diderita tetangganya

yaitu Hydrocele dengan penyakit yang di derita Pak Ruslan ?


Apakah pekerjaan dan tempat tinggal Pak Ruslan berpengaruh dengan

penyakit yang di deritanya ?


Dari tanda dan gejala yang muncul dari kasus diagnosa medis apa

yang kemungkinan muncul?


Mengapa pada pasien ini dilakukan pemeriksaan berupa rontgen

thoraks EKG, faal hepar, ginjal dan gula darah ?


Apa saja diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus tersebut ?

Jelaskan?
Apa tindakan pertama keperawatan ketika menjumpai pasien dengan

gejala di atas ?
9 Apa faktor faktor yang mempengaruhi pembengkakan ?
10 Bagaimana penataklasanaan farmakologi, non farmakologi dan
fitoterapi pada kasus ini ?
11 Bagaimana cara memberikan informen konsen kepada pasien ketika
akan menjalani tindakan operasi Herniotherapi dan Herniosplasty ?
2.2.3 Seven jump 3 (menganalisis masalah)
1. Nyeri menyebabkan ansietas, ansietas menyebabkan asam lambung
meningkat sehingga merangsang aseptor mual.
2. Karena ketika berjalan adanya peningkatan intra abdomen / abdomen
mengembang, usus pada abdomen masuk kedalam kantong hernia,
sehingga terjadi pembengkakan dan ketika tidak ada pembengkakan
terjadi karna tidak ada peningkatan intra abdomen
3. Dari faktor epidemiologi bisa ada hubungannya terkait dengan
lingkungan, terkait keturunan tidak ada hubungannya karena bukan
penyakit keturunan.
4. Adanya hubungannya, dikarenakan profesi nelayan itu adalah pekerjaan
yang berat, itu merupakan salah satu faktor pencetus dari penyakit
pasien.
5. Hernia skrotalis dengan Dx banding Hydrocale karena terjadi
pembengkakan pada skrotum yang dipengaruhi aktivitas.

6. Karena pada kasus akan dilakukan operasi oleh karena itu diperlukan
pemeriksaan jantung guna untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan
pada jantung.
7. Diagnosa keperawatan yang muncul :
a. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
b. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik
tekanan intra abdomen (batuk,
mengejan,
kelemahanmengangkat
ototnutrisi
dinding
benda
abdomen
(obesitas,
trauma)
c. Ketidakseimbangan
kurang
dariberat)
kebutuhan
b.dkehamilan,
faktor
biologis
d. Resiko infeksi b.d tingkat pembedahan
e. Ansietas b.d ancaman pada status terkini
f. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi
8. Membatasi aktivitas dan anjurkan untuk beristirahat
HERNIA
9. Faktorfaktor
yang
mempengaruhi pembengkakan dipengaruhi

2.2.4

aktivitas yang berat yaitu sebagai nelayan.


10. Farmakologi
hernia femoralis
hernia inguinal
a. Dilakuakan injeksi analgetik
11. Informen konsen yang dilakukan :
a. Memberikan
pengertian
tentangabdomen
penyakitnyamelewati anulus inguinal
lemak
preperitoneal
isi rongga
b. Memberitahu tentang prosedur tindakan operasi tersebut
c. Meminta persetujuan:
Step masuk
4 (menarik
dari langkah 3 PATHWAY)
ke kesimpulan
kanalis femoralis
masuk ke kanal inguinal

hernia reponsibel

hernia ireponsibel

prostusi hilang timbul

gangguan pasasegangguan vaskularisasi

ketidak nyamanan area ingunal

hernia inkaserata
hernia strangulata

pembesaran skrotum

suplai darah ke intestinal yg masuk ke kantun


obstruksi intestinal

intervensi bedah relatik


mual/muntah ileus obstruksi

nekrosis intestinal

kecemasan
intake cairan nutrisi
intervensi bedah
intake nutrisi pasca bedah
prabedah
cairan tubuh tidak seimbang
5

respon psikologi

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutu

Hambatan
mobilitas fisik

hipovolemik

respon sensitivitas
saraf lokal
ketidaknyamanan
abdominal
nyeri

2.2.5

2.2.6

gangguan rasa
nyaman: nyeri
STEP 5 (Menetapkan Tujuan Belajar)
Mahasiswa memahami dan menjelaskan tentang Hernia menurut literature:
1. Mampu memahami pengertian Hernia
2. Mampu memahami penyebab Hernia
3. Mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi Hernia
4. Mampu menjelaskan Manifestasi klinis yang timbul pada kasus Hernia
5. Mampu menyebutkan komplikasi dari Hernia
6. Mampu menyebutkan cara pengobatan Hernia
7. Mampu membuat asuhan keperawatan pada kasus Hernia
Step 6 (mengumpulkan informasi tambahan (belajar mandiri)

1. Asmadi, (2008). Teknik Prosedural Keperawatan ; Konsep dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
2. Herdman, T. Heather. (2015). Diagnosisi Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2015 - 2017. Jakarta : EGC
3. Herdman,T. Heather. (2015). NANDA Internasional Diagnosis Definisi
Dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC.
4. Kozeir & Erb, (2009). Buku Ajar Keperawatan Fundamental : Konsep
Proses, Praktik. Jakarta : EGC
5. Mubarak & Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta : EGC.
6. Muttaqin Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika.
7. Muttaqin Arif & Kumala Sari. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah dengan Gangguan Gastrointestinal. Jakarta : Salemba
Medika.
8. Moorhead, Su., et al. (2015). Nursing Outcomes Classification (NOC)
Fifth Edition.United States of America: Mosby Elsevier. .
9. Price dan Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC.
10. Potter & Perry. (2006). Fundamental of Nursing, Edition 7, vol 3. Jakarta :
Salemba medika.
11. Romadhon dan

Wicaturatmasudi.

(2014).

Pelaksanaan

Asuhan

Keperawatan pada Pasien Hernia. Jurnal Keperawatan Bina Husada Vol.2,


2.2.7

No.2 Agustus 2014.


Step 7 Menguji Informasi Tambahan
1. Definisi Hernia
Hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti
penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada
dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong
dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut
dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala, 2009).
Menurut Syamsuhidayat (2006), hernia adalah prostrusi atau
penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.

Sedangkan menurut Tambayong (2006), Hernia adalah defek dalam


dinding abdomen yang memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum,
lemak, usus atau kandung kemih) memasuki defek tersebut, sehingga
timbul kantong berisikan materi abnormal.
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa adalah suatu keadaan keluarnya jaringan
atau organ tubuh dari suatu ruangan melalui suatu lubang atau celah keluar
di bawah kulit atau menuju rongga lainnya (kanalis inguinalis).
2. Penyebab Hernia
Menurut Giri Made Kusala (2009), hal-hal yang dapat menyebabkan
terjadinya hernia adalah :
a. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita. Pada Anakanak penyakit ini disebabkan karena kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan
b. turunnya testis.
Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh
melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit
yang menyebabkan peningkatan

tekanan dalam rongga perut (Giri

Made Kusala, 2009).


c. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki laki biasanya adalah jenis hernia
Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah
selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat
reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini
disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh
pabrik.

Profesi

buruh

yang

sebagian

besar

pekerjaannya

mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan


tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari
otot yang lemah tersebut (Giri Made Kusala, 2009).
d. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada
kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung
kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit
atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu

terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan


keluarnya usus melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis inguinalis.
e. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena
hernia.
f. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya
prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
g. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi
tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus
terjadinya hernia. g. Pekerjaan Beberapa jenis pekerjaan yang
membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan terjadinya hernia.
Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot
abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus
terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang
lemah. h. Kelahiran prematur Bayi yang lahir prematur lebih berisiko
menderita hernia inguinal daripada bayi yang lahir normal karena
penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan
menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis
tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan
ia akan mengalaminya lagi.(Giri Made Kusala, 2009).
3. Klasifikasi Hernia (Syamsuhidayat, 2006)
Hernia dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Berdasarkan terjadinya:
1) Hernia bawaan atau congenital Hernia yang terdapat pada waktu
lahir.
2) Hernia dapatan atau akuisita Hernia

yang

disebabkan

oleh

pengangkatan benda berat atau strain atau cedera berat.


b. Menurut letaknya
1) Hernia Diafraga Herniasi struktur abdomen atau retroeritoneum ke
dalam rongga dada.
2) Hernia Inguinal Hernia lengkung usus ke dalam kanalis inguinalis.
Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi penonjolan dibawah

inguinalis,di daerah lipatan paha Hernia ini dibagi menjadi 2 yaitu:


Hernia Inguinalis Interalis (indirek) Hernia inguinalis lateralis
karena keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis
internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,lalu
hernia

masuk

ke

kanalis

inguinalis

dan

jika

cukup

panjang,menonjol dan keluar dari anulus inguinalis eksternum.lebih


banyak terjadi pada lakilaki usia muda. Hernia Inguinalis Medialis
(direk) Hernia yang melalui dinding inguinalis posteromedial dari
vasa

epigastrika

inferior

didaerah

yang

dibatasi

segitiga

Hasseibach.lebih banyak terjadi pada orang tua.


3) Hernia Umbilikal Sejenis hernia abdominalis dengan sebagian usus
menonjol di umbilikus dan ditutupi oleh kulit dan jaringan
subkutan
4) Hernia Femoral Hernia gelung usus ke dalam kanalis femoralis.
5) Hernia Epigastrika Hernia abdominalis melalui linea alba diatas
umbilikus.
6) Hernia Lumbalis Herniasi omentum atau usus di daerah pinggang
melalui ruang lesshaft atau segitiga lumbal.
c. Menurut sifatnya
1) Hernia Reponibel Isi hernia dapat keluar masuk usus, keluar jika
berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong
masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala abstruksi usus.
2) Hernia Irreponibel Bila isi kantong hernia tidak

dapat

dikembalikan ke dalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh


perlekatan isi kantong pada peritonium kantong hernia
3) Hernia Inkarserata Isi kantong tertangkap tidak dapat kembali ke
dalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan
pasage. Dapat juga diartikan hernia irreponible yang sudah disertai
dengan gejala ileus yaitu tidak dapat flatus. Jadi pada keadaan ini
terjadi obstruksi jalan makan.
4) Hernia Strangulata Hernia

irreponible

dengan

gangguan

vaskulerisasi mulai dari bendungan sampai nekrosis.


d. Hernia menurut terlihat atau tidaknya
1) Hernia Externa Hernia yang menonjol keluar malalui dinding
perut, pinggang atau perineum.

10

2) Hernia Interna Tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu


lubang dalam rongga perut seperti foramen winslow, ressesus
retrosekalis atau defek dapatan pada mesinterium. Umpamanya
setelah anatomi usus. (Syamsuhidayat, 2006)
4. Anatomi Fisiologi
Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis
internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan
aponeurosis tranversus abdominis. Dimedial bawah, diatas tuberkulum
tubkum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka
dari aponeurosis moblikus eksternus. Atapnya

adalah

aponeurosis

moblikus eksternus, dan didasarnya terdapat ligamentum inguinale.


Kanal berisi
tali sperma pada lelaki, dan ligamentum rotundum pada perempuan.
Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis,
karena keluar dari peritonium melalui anulus inguinalis internus yang
terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk
ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari
anulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan
sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. (Sjamsuhidayat, 2004)
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan

menarik

peritoneum

kedaerah

skrotum

sehingga

terjadi
namun dalam beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena
testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering
terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka.
Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada
usia 2 bulan. (Mansjoer, 2007).
5. Patofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah
faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada
waktu kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga pertu
melalui kanalis inguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang dapat
seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor
usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup

11

panjang maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis ekstermus.


Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal
inguinalis berisi tali sperma pada laki-laki, sehingga menyebakan hernia.
Hernia ada yang 6 dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada
yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi
perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan
kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan terganggu.
Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan
mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan
gejala illeus yaitu gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran
darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen
yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis.
Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi
hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan
penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada
keadaan strangulate akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung, muntah
dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu,
daerah benjolan menjadi merah. (Mansjoer, 2007).
6. Manifestasi Klinis
Adapun Manifestasi Klinis yang timbul menurut Hidayat (2006) yaitu
a. Penderita terdapat benjolan pada daerah-daerah kemungkinan terjadi
hernia
b. Benjolan bisa mengecil atau menghilang.
c. Bila menangis , mengesan dan mengangkat benda keras akan timbul
benjolan kembali
d. Rasa nyeri pada benjolan/ mual dan muntah bila sudah terjadi
komplikasi.
e. Benjolan tidak berwarna merah
f. Bila di raba terdapat benjolan
7. Komplikasi yang muncul menurut Hidayat (2006) yaitu:
a. Hernia ireponibel (inkarserata) Terjadi perlengketan antara isi hernia
dengan

dinding kantong hernia sehingga isi hermia

tidak dapat

dimasukan kembali pada keadaan ini belum terjadi gangguan


penyaluran isi usus.
12

b. Hernia strangulata Terjadi penekanan terhadap cincin hermia akibat


makin banyaknya usus yang masuk. Keadaan ini menyebabkan
gangguan aliran isi usus di ikuti dengan gangguan vaskuler (proses
strangulasi)
8. Pencegahan Menurut Jennifer (2007), pencegahan hernia adalah :
a. Usahakan untuk mempertahankan berat tubuh yang sehat. Hal ini dapat
membantu mengurangi tekanan pada otot di bagian perut.
b. Konsumsi makanan yang mengandung serat tinggi, Seperti : Buahbuahan, sayuran, dan makanan yang terbuat dari gandum sangat
disarankan untuk dikonsumsi. Makanan tersebut mengandung banyak
serat yang membantu mencegah konstipasi dan mengurangi tekanan di
bagian perut.
c. Hindari mengangkat barang yang terlalu berat. jika harus mengangkat
barang berat, lakukan dengan cara yang benar. Postur tubuh yang tepat
saat mengangkat barang berat, yakni tekuk lutut Anda dan hindari
membungkuk untuk mengurangi tekanan.
d. Hindari tekanan Intra abdomen. Seperti batuk kronis dan mengejan
yang dapat mencetuskan hernia.
9. Pengobatan Menurut Jennifer (2007), pencegahan hernia adalah :
a. Konservatif
1) Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan
secara perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan
alat penyokong.
2) Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres
hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
3) Celana penyangga
4) Istirahat baring
5) Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya
Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak
tinja untuk mencegah sembelit.d
6) Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian
makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat
sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat,
cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
b. Pembedahan (Operatif) : a.
1) Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang.

13

2) Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,


kantong dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu
dipotong.
3) Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam
abdomen dan menutup celah yang terbuka dengan menjahit
pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus internus
abdominus ke ligamen inguinal
10. Pemeriksaan Khusus
Data yang diperoleh atau dikali tergantung pada tempat terjadinya, beratnya,
apakah akut atau kronik, pengaruh terhadap struktur di sekelilingnya dan
banyaknya akar syaraf yang terkompresi.
a. Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala:atropi otot, gangguan dalam berjalan riwayat pekerjaan
yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama.
b. Eliminasi
Gejala: konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya
inkontinensia atau retensi urine.
c. Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya
paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
d. Neuro sensori
Tanda dan gejala: penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot
hipotonia, nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan
kaki.
e. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk paku,
semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.
f. Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
(Doenges, 2007, hal 320 321).
11. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut
(Yudha, 2011) :
a. Herniografi Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke
dalam kavum peritoneal dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan
pada bayi untuk mengidentifikasi hernia kontralateral pada groin.
Mungkin terkadang berguna untuk memastikan adanya hernia pada
pasien dengan nyeri kronis pada groin.

14

b. USG Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara
klinis,
c. CT dan MRI

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian
Tanggal MRS
Ruangan/kelas
No Kamar

: 28 November 2016 jam 10.00 WIB


: 28 November 2016
: Bedah/ 1
:1C

1. Data Subjektif
a. Identitas pasien
Nama pasien
Jenis kelamin
Usia
Agama
Suku bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Diagnose medis
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama penanggung jawab
Jenis kelamin
Usia
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Hubungan dengan pasien

: Tn. P
: laki-laki
: 65 tahun
: islam
: indonesia
: SMA
: Nelayan
: Kebumen
: Hernia Scrotum
: Ny. A
: perempuan
: 32 tahun
: islam
: SMA
: Ibu RT
: Kebumen
: anak

Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama

15

Pasien mengeluh ada Benjolan di kantong kemaluan kanan.


2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS pada tanggal 28 November 2016 jam 10.00 wib
dengan pembengkakan pada kantong kemaluan kanan sejak 3 tahun yang
lalu, nyeri, mual-mual dan muntah. Ketika ditanya oleh dokter,
pembengkakan ini dulunya bisa hilang ketika dia tidur dan bengkak lagi
setelah berjalan kaki. Sejak 1 tahun terakhir pembengkakan tersebut
menetap saja. Dokter bangsal mengatakan bahwa pasien akan dikonsulkan
ke dokter bedah dan advis dari dokter bedah akan menjalani tindakan
operasi Hernyorraphy dan hernioplasty dengan memakai penguat implant
Mesh. Sebelum dioperasi akan dilakukan pemeriksaan radiologi berupa
rongen foto thorak, rekam EKG dan pemeriksaan faal hepar, gimjal dan
gula darah randomas
3) Riwayat penyakit dahulu
pasien mengatakan Awalnya benjolan berukuran kecil dan tidak
menghiraukannya. Sejak 3 tahun yang lalu, benjolan semakin membesar.
pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit lain seperti diabetes
mellitus, alergi, asma, batuk-batuk yang lama dan penyakit jantung. pasien
juga tidak ada riwayat penyakit prostat sebelumnya. pasien belum pernah
menjalani operasi sebelumnya. pasien mengaku sudah pernah melakukan
pemeriksaan kesehatan sebelumnyaa
4) Riwayat penyakit keluarga
pasien dan keluarga mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan (DM,
HT, jiwa, dll)
5) Riwayat Kebiasaan
pasien mengaku tidak pernah merokok, pasien tidak pernah mengkonsumsi
minuman keras.
6) Riwayat Medikasi
Pasien sebelumnya sudah pernah berobat ke dokter puskesmas
dokter puskesmas hanya memberikan vitamin saja
B. Pola Fungsional Virginia Handerson
1. Pola Oksigenasi

16

tetapi

Sebelum sakit

:Pasien mengatakan bernafas normal dan tidak


pernah sesak nafas

Saat dikaji

:Pasien

dapat

bernafas

normal

dan

tidak

menggunakan alat bantu pernafasan RR 18X/Menit


2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit

:Pasien mengatakan makan3x dalam sehari, porsi


cukup dan minum air putih 5-7 gelas/hari tidak ada
keluhan dalam makan dan minum

Saat dikaji

:Pasien mengatakan tidak nafsu makan, makan diit


3x dalam sehari, porsi cukup, habis piring dan
minum air putih 3-4 gelas/hari
Data Tambahan:
A: IMT: 45/1,582 = 18, 02 Underweight
B: Albumin 1,8 gr/dl, Tranfersin: 160
C: Wajah pucat, konjungtiva anemis

D: pola makan pasien berkurang


3. Kebutuhan Eliminasi
Sebelum sakit
:Pasien mengatakan BAB 1x sehari, fesesnya lunak,
warna kuning dan BAK 4x/hari lancar , warna
Saat dikaji

jernih kekuningan
:Pasien BAB dengan frekuensi 1x sehari, sebanyak
200 cc fesesnya lunak, warna kuning, dan BAK
normal warna jernih kekuningan sebanyak 1400 cc.

4. Aktivitas
Sebelum sakit

:Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa ada

Saat dikaji

gangguan.
:Pasien merasa ada keterbatasan dalam beraktivitas
karena adanya pembengkakan pada kantong hernia
ketika berjalan sehinggga hanya berbaring dan

dibantu keluarganya.
5. Kebutuhan Istirahat dan tidur
Sebelum sakit
:Pasien dapat beristirahat dengan nyaman 7-8 jam
sehari

17

Saat dikaji

:Pasien mengatakan dapat beristirahat dengan


nyaman di rumah sakit 7-8 jam sehari dengan tidur
siang 1jam dan tidur malam 6-7 jam

6. Personal Hygiene
Sebelum Sakit

:Pasien mengatakan melakukan kebersihan diri


mandi sevara mandiri dengan frekuensi 2x/hari dan

Saat dikaji

sikat gigi 2x/hari dengan air dingin


:Pasien mengatakan dalam melakukan kebrsihan
diri dibantu keluarganya dengan frekuensi mandi

2x/hari dan berkumur 2x/hari dengan air hangat


7. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit
:Pasien mengatakan sebelum sakit tidak memiliki
keluhan apa-apa dan merasa aman dan tenang ketika
Saat dikaji

bersama keluarganya
:Pasien mengatakan tidak nyaman karena merasa
badannya lemas dan tidak Nyaman dengan kondisi
sakitnya sekarang karena nyeri pada bagian kantong
scrotum
P: nyeri bertambah saat beraktifitas
Q: nyeri seperti di tusuk tusuk
R: nyeri dibagian kantong kemluan kanan
S: skala nyeri 5
T: nyeri hilang timbul

8. Kebutuhan berpakaian
Sebelum sakit
:Pasien mengatakan dalam berganti baju dilakukan
secara mandiri dengan frekuensi ganti baju 2x
Saat dikaji

sehari
:Pasien mengatakan Memakai pakaian dibantu oleh

keluarganya dengan frekuensi ganti baju 2x/hari


9. Kebutuhan Spiritual
Sebelum sakit
:Pasien mengatakan dapat melakukan ibadah solat
Saat dikaji

5 waktu tanpa kendala


:Pasien dapat sholat
berkeyakinan

dengan

berbaring

bahwa penyakitnya dapat sembuh

karena pertolongan Tuhan.


10. Kebutuhan berkomunikasi dan emosi
Sebelum sakit
:Pasien berkomunikasi normal dan emosi stabil.
18

dan

Saat dikaji

:Pasien dapat

berkomunikasi normal dengan

perawat dan merasa agak cemas


11. Temparatur tubuh
Sebelum sakit
: pasien mengatakan Suhu pasien normal
Saat dikaji
:Pasien memiliki suhu badan 37 C
12. Kebutuhan bekerja
Sebelum sakit
:Pasien adalah seorang nelayan
Saat dikaji
:Pasien tidak dapat bekerja dan hanya berbaring
ditempat tidur.
13. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Sebelum sakit
: Pasien tidak biasa bermaian ataupun rekreasi
Saat dikaji
:Pasien tidak bisa pergi kemana-mana, hanya
tetangganya

sering

menjenguk

di

RS

untuk

menghibur.
14. Kebutuhan Belajar
Sebelum Sakit
:Pasien tidak tahu tentang penyakit yang dideritanya
Saat dikaji
:Pasien belum tahu tentang penyakit yang
dideritanya tampak masih bertanya tenya kepada
perawat
2. Data Objektif
Keadaan umum

: Tampak sakit

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda vital
Data Tambahan:
1) Tekanan darah : 120/80 mmHg
2) Nadi

: 84 x/menit

3) Suhu

: 36,7oC

4) Pernafasan

: 18 x/menit

Status Generalis
1) Kulit
Warna

:sawo

matang,

tidak

hipopigmentasi maupun
Lesi

ikterik

dan

tidak

terdapat

hiperpigmentasi

:tidak terdapat lesi primer seperti macula, papul


vesikuler, pustule maupun lesi sekunder seperti jaringan
parut atau keloid pada bagin tubuh yang lain.

Rambut

:tumbuh rambut permukaan kulit


19

Turgor

: baik

Suhu raba

: hangat

2) Kepala
Ekspresi

:ekspresif

Simetris wajah

:simetris

Nyeri tekan sinus :tidak terdapat nyeri tekan sinus


Rambut

:distribusi merata, warna hitam

Pembuluh darah

:tidak terdapat pelebaran pembuluh darah

Deformitas

:tidak terdapat deformitas

3) Mata
Bentuk

:normal, kedudukan bola mata simetris

Palpebra

:normal, tidak terdapat ptosis, lagoftalmus, oedema,


perdarahan, blefaritis, maupun xanthelasma

Gerakan

:normal, tidak terdapat strabismus, nistagmus

Konjungtiva

:anemis

Sklera

:tidak ikterik

Pupil

:bulat, didapatkan isokor, diameter 4 mm, reflex cahaya


langsung positif pada mata kanan dan kiri, reflex cahaya
tidak langsung positispada mata kanan dan kiri

Eksoftalmus

:tidak ditemukan

Endoftalmus

:tidak ditemukan

4) Telinga
Bentuk

:normotia

Liang telinga

:lapang

Serumen

:tidak ditemukan serumen pada telinga kanan maupun


kiri

Nyeri auricular

:tidak ada nyeri tarik pada auricular kiri maupun kanan

Nyeri tekan tragus :tidak ada nyeri tekan pada tragus kanan maupun kiri
5) Hidung
Bagian luar

: normal, tidak terdapat deformitas

Septum

: terletak ditengah, simetris

Mukosa hidung

: tidak hiperemis, konka nasalis eutrofi

20

Cavum nasi

: tidak ada perdarahan

6) Mulut dan tenggorok


Bibir

: normal, tidak pucat, tidak sianosis

Gigi-geligi

: hygiene baik

Mukosa mulut

: normal, tidak hiperemis

Lidah

: normoglosia, tidak tremor, tidak kotor

Tonsil

: ukuran T1/T1, tenang, tidak hiperemis

Faring

: tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah

7) Leher
Bendungan vena : tidak ada bendungan vena
Kelenjar tiroid

: tidak membesar, mengikuti gerakan, simetris

Trakea

: di tengah

8) Thorax
PARU-PARU
Inspeksi

:simetris, tidak ada hemithorax yang tertinggal pada saat


statis dan dinamis

Palpasi

:gerak simetris vocal fremitus sama kuat pada kedua


hemithorax

Perkusi

:sonor pada kedua hemithorax, batas paru-hepar pada


sela iga VI pada linea midklavikularis dextra, dengan
peranjakan 2 jari pemeriksa, batas paru-lambung pada
sela iga ke VIII pada linea axilatis anterior sinistra.

Auskultasi

:suara nafas vesikuler, tidak terdengar ronkhi maupun


wheezing pada kedua lapang paru

JANTUNG
Inspkesi

: tidak tampak pulsasi ictus cordis

Palpasi

:terdapat pulsasi ictus cordis pada ICS V, di linea


midklavikularis sinistra

Perkusi

Batas jantung kanan : ICS III - V , linea sternalis dextra

Batas jantung kiri : ICS V , 2-3 cm dari linea midklavikularis sinistra

Batas atas jantung : ICS III linea sternalis sinistra

21

Auskultasi

:bunyi jantung I, II regular, tidak terdengar murmur


maupun gallop

9) Abdomen
Inspeksi

:abdomen simetris, datar, tidak terdapat jaringan parut, striae


dan kelainan kulit, tidak terdpat pelebaran vena

Palpasi

:teraba supel, hepar dan lien tidak teraba, tidak ada nyeri tekan,
maupun

nyeri

lepas,

pada

pemeriksaan

ballottement

didapatkan hasil negative


Perkusi

:timpani pada keempat kuadran abdomen, tidak ada nyeri


ketok CVA, ballotment (-)

Auskultasi : bising usus positif 23x/menit, intensitas sedang


10) Genetalia
Inspeksi

:terdapat massa dengan bentuk agak bulat di daerah skrotum


dextra, berwarna seperti warna kulit disekitarnya dan tidak
terdapat tanda-tanda radang

Palpasi

:teraba massa di daerah skrotum dextra, permukaan rata, nyeri,


fluktuasi (-), testis tidak teraba

11) Ekstremitas
Tidak tampak deformitas, Akral hangat pada keempat ekstremitas, Tidak
terdapat oedema pada keempat ekstremitas
2. Pemeriksaan penunjang
Didapatkan hasil laboratorium :
Data Tambahan
PEMERIKSAAN

HASIL

NORMAL

SATUAN

Hemoglobin

Lk: 14-18
Pr: 12-16

Mg/dl

Albumin

1,8

3,8-5,1

Mg/dl

Eritrosit

1,3

Lk:4,6-6,2
Pr: 4,2-5,4

/mm3

22

30

Lk:40-58,

Hematokrit

Pr: 37-43

23

/0

C. ANALISA DATA
NO

DATE

DATA FOKUS

PROBLEM

28 November 2016 DS :
Nyeri akut
jam 10.00 WIB
- pasien mengatakan nyeri pada bagaian

ETIOLOGI
Agen
biologis

kemaluan kanan yang bengkak


-

Data Tambahan:
P: nyeri bertambah saat beraktifitas
Q: nyeri seperti di tusuk tusuk
R: nyeri dibagian kantong kemluan kanan
S: skala nyeri 5
T: nyeri hilang timbul

DO:
-

Klien tampak menahan nyeri


Adanya nyeri tekan perut bagaian bawah
kanan pada abdomen

24 Oktober 2016
jam 10.00 WIB

DS :

Hambatan

Mobilitas fisik

Pasien mengatakan adanya pembengkakan


pada kemalunnya mnyebabkan sulit dalam

melakukan aktifitas
Pasien mengatakan hanya berbaring di

24

Nyeri

cedera

TTD

tempat tidur karena nyeri


Kien mengatakan terasa sangat nyeri bila

melakukan pergerakkan aktifitas


DO:
-

Pasien tampak tidak nyaman


Pasien tampak berbaring ditempat tidur
Terdapat benjolan pada scrotum sebelah

kanan
Aktifitas klien dibantu keluarga

Data Tambahan: Tabel ADL:


NO

INDIKATOR

Makan dan minum

Toileting

Pakaian

Mandi

Berias/dandan

Keterangan:
: ada masalah dan memerlukan bantuan

25

O : tidak ada masalah


3

24 Oktober 2016 DS :
Ketidakseimbanga Kurang
asupan
jam 10.00 WIB
- pasien mengatakan mengalami mual dan n nutrisi kurang makanan
dari
kebutuhan
muntah
tubuh
- pasien mengataan tidak nafsu makan
DO:
-

Pasien tampak lemah

Data tambahan:
A: IMT: 45/1,582 = 18, 02 Underweight
B: Albumin 1,8 gr/dl, Tranfersin: 160
C: Wajah pucat, konjungtiva anemis

D: pola makan pasien berkurang


24 Oktober 2016 DS:
jam 10.00 WIB
- Klien mengtakan tidak tahu

ansietas
tentang

Klien mengatakan cemas terhadap tindakan


pembedahan yang akan dilakukan

DO:
-

pembedahan yang
akan dilakukan

penyakit yang diderita


-

Tindakan

Klien tampak bingung


26

Klien tampak selalu bertanya tentang


penyakit dan pengobatan

D. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri aku b.d agens cidera biologis
2. Hambatan Mobilitas fisik b.d Nyeri
3. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan makanan
4. Ansietas b.d tindakan pembedahan yang akan dilakukan

E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN/INTERVENSI


DATE

DIAGNOSA

RENCANA KEPERAWATAN

KEPERAWATAN

OUTCOME

27

INTERVENSI

2811

Nyeri Akut b.d Agen

Setelah di lakukan tindakan keperawatan 3x24 jam di MANAJEMEN NYERI ( 1400 )

2016

Cedera biologis

harapkan masalah nyeri dapat teratasi sesuai KH sebagai MANDIRI


Lakukan

berikut:

pengkajian

nyeri

TINGKAT NYERI (2102)

komprehensif

termasuk

Keparahan nyeri yang diamati dan dilaporkan

karakteristik,

durasi,

INDIKATOR

55

2. Nyeri menurun

33
3
3

setelah

tanda

vital

beraktivitas

frekuensi,

Kaji tipe dan sumber nyeri untuk


menentukan intervensi
Ajarkan

tentang

teknik

non

farmakologi: napas dalam, relaksasi,


distraksi, kompres hangat/ dingin
Berikan

dalam rentan normal


TD : 120/80 mmHg
Nadi
:
60-80

informasi

tentang

nyeri

seperti penyebab nyeri, lama nyeri


akan berkurang dan antisipasi ketidak

x/menit
RR : 16-24 x/menit
4. mual

lokasi,

kualitas dan faktor presipitasi

SKALA

1. Ekspresi nyeri wajah

3. Tanda

secara

nyamanan dari prosedur


KOLABORASI
1

55

Berikan analgetik untuk mengurangi


nyeri:

KETERANGAN
1. : berat dari kisaran normal
2. : cukup berat dari kisaran norma

28

KELUARGA
Ajak dan libatkan keluarga dalam

3. : sedang dari kisaran normal


4. : ringan dari kisaran normal
5. : tidak ada deviasi dari kisaran normal

tindakan

keperawatan

dalam

menurunkan nyeri

:Awal keadaan pasien sebelum dilakukan tindakan


keperawatan
:Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan
2811

tindakan keperawatan
Hambatan Mobilitas fisik Setelah di lakukan tindakan keperawatan 3x24 jam di TERAPI

2016

b.d Nyeri

LATIHAN

AMBULANSI

harapkan masalah hambatan mobilitas dapat teratasi (4310)


sesuai KH sebagai berikut:

MANDIRI

AMBULANSI PERGERAKAN

Berikan tindakan pengamanan sesuai

INDIKATOR
1. Klien meningkat dalam

SKALA
1

aktifitas fisik
2. Mengerti tujuan dari
peningkatan mobilitas

fisik
3. meningkatkan kekuatan
dankemampuan pindah
KETERANGAN

3
3

indikasi dengan situasi yang spesifik


Catat respon emosi atau perilaku pada
saat immobilisasi, berikan aktivitas
yang disesuaikan dengan pasien
Bantu pasien dalam melakukan
aktivitas ambulasi progresif
Ikuti aktivitas atau prosedur dengan

periode istirahat
Berikan atau bantu pasien untuk
melakukan latihan rentang gerak aktif,

1. : sangat terganggu
2. : banyak terganggu

KOLABORASI

29

Kolaborasikan

3. : cukup terganggu
4. : sedikit terganggu
5. : tidak terganggu

Rehabilitasi

:Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan

2016

Nutrisi
kebutuhan

kurang
tubuh

dalam

tepat.

keperawatan

Ketidakseimbangan

Medik

Tenaga

merencanakan progran terapi yang

:Awal keadaan pasien sebelum dilakukan tindakan

2811

dengan

tindakan keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 MANAJEMEN NUTRISI (1100)
dari
b.d

kurang asupan makanan

jam masalah Kurang nutrisi dapat teratasi dengan MANDIRI


kriteria hasil:
STATUS NUTRISI: (1005)
INDIKATOR
1. Albumin serum
Normal: 3,8-5,1
2. Asupan makanan

Kaji adanya alergi makanan

Yakinkan diet yang dimakan


mengandung tinggi serat untuk

SKALA
1
1

3. Asupan Gizi

2
2
2

mencegah konstipasi
33

KETERANGAN
1. : sangat menyimpang dari kisaran normal
2. : banyak menyimpang dari kisaran normal
3. : cukup menyimpang dari kisaran normal

30

Ajarkan pasien bagaimana membuat


catatan makanan harian.

Monitor lingkungan selama makan

Jadwalkan pengobatan dan tindakan

tidak selama jam makan


-

Monitor turgor kulit

Monitor kekeringan, rambut kusam,


total protein, Hb dan kadar Ht

4. : sedikit menyimpang dari kisaran normal


5. : tidak menyimpang dari kisaran normal

Monitor mual dan muntah

Monitor pucat, kemerahan, dan

:Awal keadaan pasien sebelum dilakukan tindakan


keperawatan
:Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan

kekeringan jaringan konjungtiva


-

Monitor intake nuntrisi

Informasikan pada klien dan keluarga

tindakan keperawatan

tentang manfaat nutrisi


KOLABORASI
-

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk


menentukan jumlah kalori dan nutrisi

b.d

tindakan

yang dibutuhkan pasien


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 MANDIRI

2811

Ansietas

2016

pembedahan yang akan

jam masalah Ansietas dapat teratasi dengan kriteria -

Kaji tingkat pengetahuan klien

dilakukan

hasil:

terhadap penyakitnya

KONTROL ANSIETAS: (1005)


INDIKATOR

SKALA

1. Kecemasan berkurang
2. Ekspresi

wajah

tampak rileks.

31

Beri penjelasan tentang penyakit klien

Beri dukungan kepada klien bahwa


klien sembuh

33

klien

Lakukan perawatan persiapan pre


operasi

Identifikasi tingkat kecemasan

Gunakan pendekatan yang

3. Klien dapat bekerjasama


dalam tindakan medik

menenangkan
4

dirasakan selama prosedur d. Lakukan

yang diberikan
KETERANGAN
1.
2.
3.
4.

Jelaskan semua prosedur dan apa yang


back rub

: berat dari kisaran normal


: cukup berat dari kisaran norma
: sedang dari kisaran normal
: ringan dari kisaran normal
:Awal keadaan pasien sebelum dilakukan tindakan
keperawatan
:Tujuan yang ingin dicapai setelah dilakukan
tindakan keperawatan

32

KOLABORASI
-

Kolarorasi pemberian obat

F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO
.
DX
1

HARI,
TANGGAL,
WAKTU

IMPLEMENTASI

EVALUASI FORMATIF

TTD
NAMA

28 November NYERI AKUT


DS :
2016
- Mengkaji tanda tanda vital sepanjang pasien - Klien mengatakan nyeri dada yang
-

mengalami nyeri
Memberikan istirahat fisik dengan punggung -

ditinggikan atau dalam kursi


memberikanpreparat analgesic (morfinsulfat )
memeriksa TTV (TD, N, S)
Mengkaji tanda-tanda syok.
memberi posisi tidur yang nyaman: semi fowler.
menganjurkan pasien untuk mengurangi

aktivitasnya.
Anjurkan pasien

untuk

melakukan

menjalar
Klien mengatakan

kesiapan

untuk

melakukan perogram pengobatan


P : Nyeri pada scrotum kanan
Q : Seperti di tusuk-tusuk
R : Nyeri dada kiri menjalar ke tangan dan
dagu
S : Skala nyeri 5
T : hilang timbul

teknik
DO:

relaksasi: nafas dalam.

Pasien tampak kooperatif dan tampak

R/

menahan nyeri

33

1) Tekanan darah

: 120/80 mmHg

2) Nadi

: 84 x/menit

3) Suhu

: 36,7oC

4) Pernafasan : 18 x/menit
2

Menganjurkan klien untuk menarik nafas dalam, DS:


Klien mengatakan ketersedian dilakukan

ketika nyeri
28 November
2016
-

Mengetur posisi klien dan ubahlah secara teratur program pengobatan


tiap 2 jam sekali

DO:

Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan ADL,

Pasien tampak koperatif

seperti membersihkan dan makan


-

Menganjurkan keluarga klien untuk turut membantu


melatih dan memberi motivasi kepada klien seperti
memberikan dukungan moril

28 November
2016

mengkaji adanya alergi makanan


memberikan makanan yang terpilih sesuai DS:
Klien mengatakan ketersedian dilakukan
dengan hasil konsultasi ahli gizi

memberikan

nutrisi
memo nitor BB pasien
berkolaborasi dengan

informasi

tentang

kebutuhan program pengobatan


DO:

ahli

gizi

menentukan jumlah kalori dan nutris

34

untuk

Pasien tampak koperatif

mengkaji penyebab kecemasan


membina hubungan saling percaya dan saling DS:

mengasihi dengan pasien


klien mengatakan cemas tentang penyakitnta
memberikan kesempatan dan privasi untuk berbagi

28 November
2016

beban dan rasa takut


membererikan
suasana

penerimaan

untuk

DO

membantu mengetahu ibahwa perasaan merekaa Klien tampak cemas dan bingung
-

dalah normal dan realistis


Support mental

G. EVALUASI
Hari,tanggal, waktu

No DX

Evaluasi

TTD, NAMA

35

28 November 2016

S:
- Klien mengatakan nyeri dada yang menjalar
- Klien mengatakan kesiapan untuk melakukan perogram pengobatan
P : Nyeri pada scrotum kanan
Q : Seperti di tusuk-tusuk
R : Nyeri dada kiri menjalar ke tangan dan dagu
S : Skala nyeri 5
T : hilang timbul
O:
Pasien tampak kooperatif dan tampak menahan nyeri
1. Tekanan darah

: 120/80 mmHg

2. Nadi

: 84 x/menit

3. Suhu

: 36,7oC

4. Pernafasan : 18 x/menit
A : Masalah belum teratasi
INDIKATOR

AW T

AK

1.
2.
3.
4.

Skala nyeri
Ekspresi nyeri wajah
TTV normal
Muntah

P :melanjutkan intervensi

36

S : Klien mengatakan masih terhambat dalam melakukan aktifitas


O:klien tampak terbaring di tempat tidur
28 November 2016

A : Masalah belumteratasi
INDIKATOR

AW T

1. klien
dapata 1
meningkat aktifitas
2. mengerti tujuan dalam 1
meningkatkan
aktivitas
1
3. ADL mandiri

AK

P : melanjutkan intervensi intervensi


S : Klien mengatakan mual dan muntah
O:klien tampak terbaring di tempat tidur
28 November 2016

A: IMT: 45/1,582 = 18, 02 Underweight


B: Albumin 1,8 gr/dl, Tranfersin: 160
C: Wajah pucat, konjungtiva anemis
D: pola makan pasien berkurang

37

A : Masalah teratasi
INDIKATOR

AW T

AK

1. Asupan Gizi
2. ASupan makan

1
1

3
3

3
3

P : Mempertahankan Intervensi
4
28 November 2016

S:
-

Klien mengtakan tidak tahu tentang penyakit yang diderita

Klien mengatakan cemas terhadap tindakan pembedahan yang akan


dilakukan

O:
-

Klien tampak bingung

Klien tampak selalu bertanya tentang penyakit dan pengobatan

A: Msalah teratasi
INDIKATOR

AW T

1. ekspresi
cemas 1
berkurang
2. klien
berkerjasama 1
dalam
proses
pe
nyembuhan
3. ekspresi rileks
1

38

AK

P : melanjutkan intervensi intervensi

39

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Hernia adalah prostrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen,
isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
disebabkan karena aktifitas berat,. perlu pentalasanaan kusus pada kasus yaitu
tindakan farmako, non medis, dan tindakan pembedahan untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut
4.2 SARAN
Bagi Mahasiswa Keperewatan
1. Diharapkan lebih mempelajari tentang Hernia mulai dari pengertian,
anatomi, fungsi, klasifikasi, penyebab, gejala, pemeriksaan penunjang,
diagnosis, penatalaksanaan/pengobatan dan komplikasi pada kasus
Hernia.
2. Diharapkan bisa memahami teori tentang Hernias supaya bisa lebih tepat
untuk mendiagnosis, melakukan pemeriksaan dan penatalaksanaan

40

DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, (2008). Teknik Prosedural Keperawatan ; Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
Herdman, T. Heather. (2015). Diagnosisi Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2015 - 2017. Jakarta : EGC
Herdman,T. Heather. (2015). NANDA Internasional Diagnosis Definisi Dan
Klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC.
Kozeir & Erb, (2009). Buku Ajar Keperawatan Fundamental : Konsep Proses,
Praktik. Jakarta : EGC
Mubarak & Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
EGC.
Muttaqin Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Muttaqin Arif & Kumala Sari. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah dengan Gangguan Gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika.
Moorhead, Su., et al. (2015). Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth
Edition.United States of America: Mosby Elsevier. .
Price dan Wilson, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC.
Potter & Perry. (2006). Fundamental of Nursing, Edition 7, vol 3. Jakarta :
Salemba medika.
Romadhon dan Wicaturatmasudi. (2014). Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada
Pasien Hernia. Jurnal Keperawatan Bina Husada Vol.2, No.2 Agustus 2014

41

Vous aimerez peut-être aussi