Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pencacah (Counter)
0
SHARES
FacebookTwitter
Counter juga disebut pencacah atau penghitung yaitu rangkaian logika sekuensial yang
digunakan untuk menghitung jumlah pulsa yang diberikan pada bagian masukan. Counter
digunakan untuk berbagai operasi aritmatika, pembagi frekuensi, penghitung jarak (odometer),
penghitung kecepatan (spedometer), yang pengembangannya digunakan luas dalam aplikasi
perhitungan pada instrumen ilmiah, kontrol industri, komputer, perlengkapan komunikasi, dan
sebagainya .
Counter tersusun atas sederetan flip-flop yang dimanipulasi sedemikian rupa dengan
menggunakan peta Karnough sehingga pulsa yang masuk dapat dihitung sesuai rancangan.
Dalam perancangannya counter dapat tersusun atas semua jenis flip-flop, tergantung
karakteristik masing-masing flip-flop tersebut.
Dilihat dari arah cacahan, rangkaian pencacah dibedakan atas pencacah naik (Up Counter) dan
pencacah turun (Down Counter). Pencacah naik melakukan cacahan dari kecil ke arah besar,
kemudian kembali ke cacahan awal secara otomatis. Pada pencacah menurun, pencacahan dari
besar ke arah kecil hingga cacahan terakhir kemudian kembali ke cacahan awal.
Tiga faktor yang harus diperhatikan untuk membangun pencacah naik atau turun yaitu (1) pada
transisi mana Flip-flop tersebut aktif. Transisi pulsa dari positif ke negatif atau sebaliknya, (2)
output Flip-flop yang diumpankan ke Flip-flop berikutnya diambilkan dari mana. Dari output Q
atau Q, (3) indikator hasil cacahan dinyatakan sebagai output yang mana. Output Q atau Q.
ketiga faktor tersebut di atas dapat dinyatakan dalam persamaan EX-OR.
Secara global counter terbagi atas 2 jenis, yaitu: Syncronus Counter dan Asyncronous counter.
Perbedaan kedua jenis counter ini adalah pada pemicuannya. Pada Syncronous counter pemicuan
flip-flop dilakukan serentak (dipicu oleh satu sumber clock) susunan flip-flopnya paralel.
Sedangkan pada Asyncronous counter, minimal ada salah satu flip-flop yang clock-nya dipicu
oleh keluaran flip-flop lain atau dari sumber clock lain, dan susunan flip-flopnya seri. Dengan
memanipulasi koneksi flip-flop berdasarkan peta karnough atau timing diagram dapat dihasilkan
counter acak, shift counter (counter sebagai fungsi register) atau juga up-down counter.
1). Synchronous Counter
Syncronous counter memiliki pemicuan dari sumber clock yang sama dan susunan flip-flopnya
adalah paralel. Dalam Syncronous counter ini sendiri terdapat perbedaan penempatan atau
manipulasi gerbang dasarnya yang menyebabkan perbadaan waktu tunda yang di sebut carry
propagation delay.
Penerapan counter dalam aplikasinya adalah berupa chip IC baik IC TTL, maupun CMOS, antara
lain adalah: (TTL) 7490, 7493, 74190, 74191, 74192, 74193, (CMOS) 4017,4029,4042,dan lainlain.
Pada Counter Sinkron, sumber clock diberikan pada masing-masing input Clock dari Flip-flop
penyusunnya, sehingga apabila ada perubahan pulsa dari sumber, maka perubahan tersebut akan
men-trigger seluruh Flip-flop secara bersama-sama.
Tabel Kebenaran untuk Up Counter dan Down Counter Sinkron 3 bit :
Berdasarkan bentuk timing diagram di atas, output dari flip-flop C menjadi clock dari flip-flop B,
sedangkan output dari flip-flop B menjadi clock dari flip-flop A. Perubahan pada negatif edge di
masing-masing clock flip-flop sebelumnya menyebabkan flip-flop sesudahnya berganti kondisi
(toggle), sehingga input-input J dan K di masing-masing flip-flop diberi nilai 1 (sifat toggle
dari JK flip-flop).
Counter Asinkron Mod-N
Counter Mod-N adalah Counter yang tidak 2n. Misalkan Counter Mod-6, menghitung : 0, 1, 2, 3,
4, 5. Sehingga Up Counter Mod-N akan menghitung 0 s/d N-1, sedangkan Down Counter MODN akan menghitung dari bilangan tertinggi sebanyak N kali ke bawah. Misalkan Down Counter
MOD-9, akan menghitung : 15, 14, 13, 12, 11, 10, 9, 8, 7, 15, 14, 13,..
Sebuah Up Counter Asinkron Mod-6, akan menghitung : 0,1,2,3,4,5,0,1,2, Maka nilai yang
tidak pernah dikeluarkan adalah 6. Jika hitungan menginjak ke-6, maka counter akan reset
kembali ke 0. Untuk itu masing-masing Flip-flop perlu di-reset ke nilai 0 dengan
memanfaatkan input-input Asinkron-nya (
dan
). Nilai 0 yang akan dimasukkan
di PC didapatkan dengan me-NAND kan input A dan B (ABC =110 untuk desimal 6). Jika input
A dan B keduanya bernilai 1, maka seluruh flip-flop akan di-reset.
Gambar rangkaian Up/Down Counter Asinkron 3 bit
Rangkaian Up/Down Counter merupakan gabungan dari Up Counter dan Down Counter.
Rangkaian ini dapat menghitung bergantian antara Up dan Down karena adanya input eksternal
sebagai control yang menentukan saat menghitung Up atau Down. Pada rangkaian Up/Down
Counter ASinkron, output dari flip-flop sebelumnya menjadi input clock dari flip-flop
berikutnya.
Perancangan Counter
Perancangan counter dapat dibagi menjadi 2, yaitu dengan menggunakan peta Karnough, dan
dengan diagram waktu. Berikut ini akan dijelaskan langkah-langkah dalam merancang suatu
counter.
a). Perancangan Counter Menggunakan Peta Karnaugh
Umumnya perancangan dengan peta karnaugh ini digunakan dalam merancang syncronous
counter. Langkah-langkah perancangannya:
a. Dengan mengetahui urutan keluaran counter yang akan dirancang, kita tentukan masukan
masing-masing flip-flop untuk setiap kondisi keluaran, dengan menggunakan tabel kebalikan.
b. Cari fungsi boolean masing-masing masukan flip-flop dengan menggunakan peta Karnough.
Usahakan untuk mendapatkan fungsi yang sesederhana mungkin, agar rangkaian counter
menjadi sederhana.
c. Buat rangkaian counter, dengan fungsi masukan flip-flop yang telah ditentukan. Pada
umumnya digunakan gerbang-gerbang logika untuk membentuk fungsi tersebut.
b). Perancangan Counter Menggunakan Diagram Waktu
Umumnya perancangan dengan diagram waktu digunakan dalam merancang asyncronous
counter, karena kita dapat mengamati dan menentukan sumber pemicuan suatu flip-flop dari flipflop lainnya. Adapun langkah-langkah perancangannya:
1) Menggambarkan diagram waktu clock, tentukan jenis pemicuan yang digunakan, dan keluaran
masing-masing flip-flop yang kita inginkan. Untuk n kondisi keluaran, terdapat njumlah pulsa
clock.
2) Dengan melihat keluaran masing-masing flip-flop sebelum dan sesudah clock aktif (Qn dan
Qn+1), tentukan fungsi masukan flip-flop dengan menggunakan tabel kebalikan.
3) Menggambarkan fungsi masukan tersebut pada diagram waktu yang sama.
4) Sederhanakan fungsi masukan yang telah diperoleh sebelumnya, dengan melihat kondisi
logika dan kondisi keluaran flip-flop. Untuk flip-flop R-S dan J-K kondisi dont care (x) dapat
dianggap sama dengan 0 atau 1.
5) Tentukan (minimal satu) flip-flop yang dipicu oleh keluaran flip-flop lain. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengamati perubahan keluaran suatu flip-flop setiap perubahan keluaran flipflop lain, sesuai dengan jenis pemicuannya.
6) Buat rangkaian counter, dengan fungsi masukan flip-flop yang telah ditentukan. Pada
umumnya digunakan gerbang-gerbang logika untuk membentuk fungsi tersebut.
Pada umumnya orang menggunakan kode desimal untuk menyatakan angka. Rangkaian sistem
digital dalam kalkulator atau komputer kebanyakan menggunakan kode biner untuk menyatakan
angka. Banyak kode lain yang digunakan dalam suatu sistem digital untuk menyatakan angka,
bahkan huruf dari alfabet. Penerjemahan rangkaian digital, yang mengubah kode satu ke kode
yang lain, digunakan suatu dekoder dan enkoder dalam sistem digital.
Sebuah Decoder adalah rangkaian logika yang menerima input-input biner dan mengaktifkan
salah satu output-nya sesuai dengan urutan biner input-nya. Rangkaian dekoder mempunyai sifat
yang berkebalikan dengan enkoder yaitu merubah kode biner menjadi sinyal diskrit. Syarat
perancangan sebuah dekoder adalah m <= 2n dimana m adalah kombinasi keluaran dan n adalah
jumlah bit masukan. Satu kombinasi masukan hanya dapat mewakili satu kombinasi
keluaran.Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel keluaran bebas tapi harus tetap
memperhatikan unsur efisiensi rangkaian. Misal dekoder 3 bit memiliki 8 atau kurang kombinasi
keluaran tetapi bisa memiliki jumlah saluran keluaran lebih dari 8 (10 atau 55 atau 100 dan
sebagainya). Contoh rangkaian dekoder adalah rangkaian dekoder dot matrik, dan dekoder seven
segmen.
Penampilan bilangan-bilangan biner dari sandi BCD menjadi bilangan decimal selain dalam
tabung angka (nixie tube) yang sudah berbentuk angka angka decimal dari 0 sampai 9 juga
dapat diwujudkan oleh lampu lampu penunjuk kecil (LED : light emitting diodes). Dalam hal
ini lampu lampu penunjuk kecil/LED tersebut disusun menjadi tujuh segmen, dan angka
decimal dari 0 sampai 9 dapat ditampilkan dengan cara mengatur cara penyalaan dari tujuh
segmen tersebut.
Perlu diketahui, bahwa LED adalah suatu dioda yang bersifat mengemisi atau menyala bila
mendapat suatu arus maju (forward Biased). Dengan sifatnya yang demikian, LED banyak
dipakai sebagai lampu lampu penunjuk kecil yang serba guna, misalnya saja untuk
menunjukkan keadaan ON dari suatu peralatan atau untuk lampu lampu test.
Bila semua segmen menyala, maka dapat dibaca sebagai angka decimal 8. Angka decimal 0 dan
3 terlihat pada menyalanya segmen segmen sesuai gambar. Untuk penampilan huruf, hanya
beberapa huruf saja yang dapat dibaca dari tujuh segmen.
Jika kita perhatikan decoder ini sebenarnya mirip dengan demultiplexer, dengan satu
pengecualian yaitu pada decoder ini tidak mempunyai data input. Input hanya digunakan
sebagai data control.
Beberapa rangkaian Decoder yang sering dijumpai adalah decoder 38 ( 3 bit input dan 8 output
line), decoder 416, decoder BCD to Decimal (4 bit input dan 10 output line), decoder BCD to 7
segment (4 bit input dan 8 output line).
Khusus untuk BCD to 7 segment mempunyai prinsip kerja yang berbeda dengan decoder-decoder
yang lain, di mana kombinasi dari setiap inputnya dapat mengaktifkan beberapa output line-nya
(bukan salah satu line).
A B
C
00 0
00 1
01 0
01 1
10 0
10 1
11 0
11 1
D
0
1
0
0
0
0
0
0
0
D
1
0
1
0
0
0
0
0
0
D
2
0
0
1
0
0
0
0
0
D
3
0
0
0
1
0
0
0
0
D
4
0
0
0
0
1
0
0
0
D
D6 D
5
7
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
1 0 0
0 1 0
0 0 1
Dekoder dapat dibentuk dari susunan gerbang logika dasar atau menggunakan IC dekoder yang
telah ada dipasaran seperti 74LS48, 74LS154, 74LS138, 74LS155 dan sebagainya. Dengan
menggunakan IC dekoder yang telah ada dipasaran, perancang dapat merancang dekoder dengan
jumlah bit dan keluaran yang diinginkan. Contoh merancang sebuah dekoder 32 saluran keluaran
dengan IC dekoder 8 saluran keluaran. Dalam sistem digital, dekoder sangat sering digunakan
yaitu sebagai contoh: untuk dekoder matrik, seven segmen, pengontrol trafic light, pengalamatan
memori I/O dan sebagainya
TEOREMA BOOLEAN
Sifat-sifat atau teorema Boolean digunakan untuk menyederhanakan fungsi-fungsi suatu untai
digital. Tabel di bawah ini merupakan sifat-sifat aljabar Boolean secara umum : :2thumbup
No.
Satu Variabel (Single Variable)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Dua Variabel (Two Variables)
10
11
12
13
14
15
Tiga Variabel (Three Variables)
16
17
18
19
20
Keterangan
X+0=X
X+1=1
X.0=0
X.1=X
X+X=X
X.X=X
X + X = X
X . X = 0
(X) = X
Bound Law
Bound Law
Bound Law
Bound Law
Idempotent Law
Idempotent Law
Negation Law
Negation Law
Double Negation Law
X +Y=Y+ X
X.Y=Y.X
(X + Y) = X . Y
(X.Y) = X + Y
X.(X+Y) = X
X + (X.Y) = X
Commutative Law
Commutative Law
De Morgans Law
De Morgans Law
Absorption Law
Absorption Law
X+(Y+Z) = (X+Y)+Z
X.(Y.Z) = (X.Y).Z
X.(Y+Z) = X.Y + X.Z
X + Y.Z = (X+Y) . (X+Z)
(X+Y+Z) = X . Y . Z
Associative Law
Associative Law
Distributive Law
Distributive Law
De Morgans Law
21
NB : Teorema De Morgan (De Morgans Law) digunakan untuk menyederhanakan suatu fungsi
logika yang di-invers (dikomplemenkan).
RANGKAIAN KOMBINATORIAL
Pada dasarnya rangkaian logika (digital) yang dibentuk dari beberapa gabungan komponen
elektronik yang terdiri dari bermacam-macam gate dan rangkaian-rangkaian lainnya , sehingga
membentuk rangkaian elektronika yang bersifat kompleks dan rumit. Untuk mengatasi hal
tersebut maka dipergunakanlah beberapa penyederhanaan rangkaian logika.
Dalam penyederhanaan rangkaian logika, dapat menggunakan beberapa cara, diantaranya:
1. Metode Aljabar Boolean
Metode Aljabar Boolean merupakan suatu metode penyederhanaan rangkaian logika yang
dilakukan dengan menerapkan aturan-aturan atau teorema Boolean. Metode ini lebih cepat dan
mudah dibandingkan dengan menggunakan tabel kebenaran untuk menyederhanakan suatu
rangkaian fungsi logika yang panjang.
2. Metode Maxterm / Minterm (Sum of Product/Product of Sum)
Metode ini selain digunakan untuk penyederhanaan suatu rangkaian logika juga dapat digunakan
untuk mendesain rangkaian logika. Untuk menggunakan metode ini dikenal dua cara penyajian
fungsi Boolean yaitu :
-> sukumin (singkatan dari suku minimum minterm, minimum term), simbol: mn
Sum Of Product (SOP), nilai 1
Bentuk rangkaian SOP ini terdiri dari sekumpulan gerbang AND yang diumpankan
ke sebuah gerbang OR.
Prosedur desain dengan metode SOP (Sum of Product) :
1. Menentukan tabel kebenaran
2. Menulis minterm (ANDterm) dari masing-masing kombinasi input yang menghasilkan output
1
3. Menulis persamaan SOP sebagai persamaan outputnya
4. Menyederhanakan persamaan output tersebut
5. Menggambarkan rangkaian dari hasil step 4
-> sukumax (singkatan dari suku maksimum maxterm, maximum term), simbol: Mn
Product of sum (POS), nilai 0
Rangkaiannya akan terdiri dari sekumpulan gerbang OR yang diumpankan ke sebuah gerbang
AND.
Prosedur desain dengan metode POS (Product of Sum) :
1. Menentukan tabel kebenaran
2. Menulis maxterm (ORterm) dari masing-masing kombinasi input yang menghasilkan output 0
3. Menulis persamaan POS sebagai persamaan outputnya
4. Menyederhanakan persamaan output tersebut
5. Menggambarkan rangkaian dari hasil step 4
Contoh untuk kedua metode di atas :
SOP : = m1 + m3 + m4 +m6
POS : = M0 + M2 + M5 + M7
3. Metode Karnaugh Map
Metode Karnaugh Map merupakan salah satu cara untuk menyederhanakan fungsi Boolean yaitu
dengan memetakan tabel kebenaran dalam kotak-kotak segi empat yang jumlahnya tergantung
dari jumlah peubah (variabel) masukan. Peta Karnaugh juga dapat digunakan untuk menilik
kesamaan dua buah fungsi Boolean. Metode Karnaugh Map ada dua cara :
Karnaugh Map Sukumin
Merupakan penyederhanaan untuk setiap 1 yang bertetanggaan 2,4,8,16 menjadi suku
minterm yang sederhana.
Contoh : f = S m (0,2,8,10,12,14 )