Vous êtes sur la page 1sur 37

PANDUAN MAHASISWA KEPERAWATAN

KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Burst
Abdomen )

2012

WWW.SAKTYAIRLANGGA.WORDPRESS.COM

Anatomi dan Fisiologi


Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh. Bentuknya lonjong dan
meluas dari atas dari drafragma sampai pelvis di bawah. Rongga abdomen
dilukiskan menjadi dua bagian, abdomen yang sebenarnya yaitu rongga sebelah
atas dan yang lebih besar dari pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan lebih kecil.
Batas-batas rongga abdomen adalah di bagian atas diafragma, di bagian bawah
pintu masuk panggul dari panggul besar, di depan dan di kedua sisi otot-otot
abdominal, tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah, di bagian belakang
tulang punggung dan otot psoas dan quadratus lumborum. Bagian dari rongga
abdomen dan pelvis beserta daerah-daerah (Pearce, 1999).

Rongga Abdomen dan Pelvis (Pearce, 1999)


Keterangan :
1. Hipokhondriak kanan
2. Epigastrik
3. Hipokhondriak kiri
4. Lumbal kanan
5. Pusar (umbilikus)

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 5

6. Lumbal kiri
7. Ilium kanan
8. Hipogastrik
9. Ilium kiri
Isi dari rongga abdomen adalah sebagian besar dari saluran pencernaan,
yaitu lambung, usus halus dan usus besar (Pearce, 1999).
1. Lambung
Lambung terletak di sebelah atas kiri abdomen, sebagian terlindung di
belakang iga-iga sebelah bawah beserta tulang rawannya. Orifisium cardia terletak
di belakang tulang rawan iga ke tujuh kiri. Fundus lambung, mencapai ketinggian
ruang interkostal (antar iga) kelima kiri. Corpus, bagian terbesar letak di tengah.
Pylorus, suatu kanalis yang menghubungkan corpus dengan duodenum. Bagian
corpus dekat dengan pylorus disebut anthrum pyloricum.
Fungsi lambung:
a. Tempat penyimpanan makanan sementara
b. Mencampur makanan.
c. Melunakkan makanan.
d. Mendorong makanan ke distal.
e. Protein diubah menjadi pepton.
f. Susu dibekukan dan kasein dikeluarkan.
g. Faktor antianemi dibentuk.
h. Khime yaitu isi lambung yang cair disalurkan masuk duodenum (Pearce,
1999).
2. Usus halus
Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter
panjang dalam keadaan hidup. Usus halus memanjang dari lambung sampai
katup ibo kolika tempat bersambung dengan usus besar. Usus halus terletak di
daerah umbilicus dan dikelilingi usus besar.
Usus halus dapat dibagi menjadi beberapa bagian :
a. Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya 25 cm.
b. Yeyenum adalah menempati dua per lima sebelah atas dari usus halus.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 6

c. Ileum adalah menempati tiga pertama akhir.


Fungsi usus halus adalah mencerna dan mengabsorpsi khime dari lambung
isi duodenum adalah alkali. (Pearce, 1999)
3. Usus besar
Usus besar adalah sambungan dari usus halus dan dimulai dari katup
ileokdik yaitu tempat sisa makanan. Panjang usus besar kira-kira satu setengah
meter.
Fungsi usus besar adalah:
a. Absorpsi air, garam dan glukosa.
b. Sekresi musin oleh kelenjer di dalam lapisan dalam.
c. Penyiapan selulosa.
d. Defekasi (pembuangan air besar) (Pearce, 1999)
4. Hati
Hati adalah kelenjer terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian teratas
dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah diafragma. Hati Secara luar
dilindungi oleh iga-iga.
Fungsi hati adalah:
a. Bersangkutan

dengan

metabolisme

tubuh,

khususnya

mengenai

pengaruhnya atas makanan dan darah.


b. Hati merupakan pabrik kimia terbesar dalam tubuh/sebagai pengantar
matabolisme.
c. Hati mengubah zat buangan dan bahan racun.
d. Hati juga mengubah asam amino menjadi glukosa.
e. Hati membentuk sel darah merah pada masa hidup janin.
f. Hati sebagai penghancur sel darah merah.
g. Membuat sebagian besar dari protein plasma.
h. Membersihkan bilirubin dari darah (Pearce, 1999).
5. Kandung Empedu
Kandung empedu adalah sebuah kantong berbentuk terong dan merupakan
membran berotot. Letaknya di dalam sebuah lekukan di sebelah permukaan

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 7

bawah hati, sampai di pinggiran depannya. Panjangnya delapan sampai dua belas
centimeter. Kandung empedu terbagi dalam sebuah fundus, badan dan leher.
Fungsi kangdung empedu adalah :
a. Kandung empedu bekerja sebagai tempat persediaan getah empedu.
b. Getah empedu yang tersimpan di dalamnya dibuat pekat. (Pearce, 1999).
6. Pankreas
Pankreas adalah kelenjar majemuk bertandan, strukturnya sangat mirip
dengan kelenjar ludah. Panjangnya kira-kira lima belas centimeter, mulai dari
duodenum sampai limpa. Pankreas dibagi menjadi tiga bagian yaitu kepala
pankreas yang terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lekukan
abdomen, badan pankreas yang terletak di belakang lambung dalam di depan
vertebre lumbalis pertama, ekor pankreas bagian yang runcing di sebelah kiri
dan menyentuh limpa.
Fungsi pankreas adalah :
a. Fungsi exokrine dilaksanakan oleh sel sekretori lobulanya, yang membentuk
getah pankreas dan yang berisi enzim dan elektrolit.
b. Fungsi endokrine terbesar diantara alvedi pankreas terdapat kelompokkelompok kecil sel epitelium yang jelas terpisah dan nyata.
c. Menghasilkan hormon insulin mengubah gula darah menjadi gula otot
(Pearce, 1999).
7. Ginjal
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal
di sebelah kanan dari kiri tulang belakang, di belakang peritoneum. Dapat
diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian vertebre thoracalis sampai
vertebre lumbalis ketiga ginjal kanan lebih rendah dari kiri, karena hati
menduduki ruang banyak di sebelah kanan. Panjang ginjal 6 sampai 7
centimeter. Pada orang dewasa berat kira-kira 140 gram. Ginjal terbagi menjadi
beberapa lobus yaitu : lobus hepatis dexter, lobus quadratus, lobus caudatus,
lobus sinistra.
Fungsi ginjal adalah :

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 8

a. Mengatur keseimbangan air.


b. Mengatur konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam basa
darah.
c. Ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam. (Pearce, 1999)
8. Limpa
Terletak di regio hipokondrium kiri di dalam cavum abdomen diantara
fundus ventrikuli dan diafragma.
Fungsi limpa adalah :
a. Pada masa janin dan setelah lahir adalah penghasil eritrosit dan
limposit
b. Setelah dewasa adalah penghancur eritrosit tua dan pembentuk
homoglobin dan zat besi bebas.
Limpa dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
a. Dua facies yaitu facies diafraghmatika dan visceralis.
b. Dua kutub yaitu ekstremitas superior dan inferior.
c. Dua margo yaitu margo anterior dan posterior

Rongga Abdomen Bagian Depan (Pearce, 1999).


Keterangan :

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 9

10

A. Diafragma
B. Esofagus
C. Lambung
D. Kaliks kiri
E. Pankreas
F. Kolon desenden
G. Kolon transversum
H. Usus halus
I. Kolon sigmoid
J. Kandung kencing
K. Apendiks
L. Sekum
M. Illium
N. Kolon asenden
O. Kandung empedu
P. Liver
Q. Lobus kanan
R. Lobus kiri

Definisi
Burst abdomen atau abdominal wound dehiscence adalah terbukanya tepitepi luka sehingga menyebabkan evirasi atau pengeluaran isi organ-organ dalam
seperti usus, hal ini merupakan salah satu komplikasi post operasi dari penutupan
luka di dalam perut. (saktyaairlangga, 2011)
Burst abdomen atau disebut juga sebagai Wound dehiscence merupakan
komplikasi serius dari tindakan post operatif yang dapat meningkatkan morbiditas
dan mortalitas. (Lotfy, 2009)

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 10

11

Burst abdomen ini juga merupakan salah satu luka kontaminasi dan
biasanya sering terjadi setalah tindakan operasi laparotomy (Operasi mayor
abdomen).
Faktor Resiko
1. Usia lanjut
Burst abdomen sering terjadi pada usia >60 tahun. Hal ini
dikarenakan sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan
tubuh mengalami proses degenerasi dan otot dinding rongga perut
melemah. (Lotfy, 2009)
2. Hypoproteinemia
Hypoproteinemia adalah salah satu faktor yang penting dalam
penundaan penyembuhan, seseorang yang memiliki tingkat protein serum
di bawah 6 g / dl memiliki resiko burst abdomen. (Saktyaairlangga, 2011)
3. Diabetes : gula darah puasa > 140 mg/dl atau gula darah acak > 200 mg/dl
Pada

orang

dengan

diabetes,

proses

penyembuhan

luka

berlangsung lama. (Lotfy, 2009)


4. Anemia : Hemoglobin < 10 gm %
Hemoglobin menyumbang oksigen untuk regenerasi jaringan
granulasi

dan

penurunan

tingkat

hemoglobin

mempengaruhi

penyembuhan luka. (Lotfy, 2009)


5. Kebiasaan merokok sejak muda
Kebiasaan merokok sejak muda menyebabkan batuk-batuk yang
persisten, batuk yang kuat dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra
abdomen. (Saktyaairlangga, 2011)
6. Hypoalbuminaemia: serum albumin < 3 mg%

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 11

12

Keadaan hipoalbuminemia ini akan mengurangi sintesa komponen


sulfas mukopolisarida dan kolagen yang merupakan bahan dasar
penyembuhan luka. Defisiensi tersebut akan mempengaruhi proses
fibroblasi dan kolagenisasi yangmerupakan proses awal penyembuhan
luka. Hal ini akan memperlambat proses penyembuhan luka. (Anonim,
2012)
7. Peningkatan tekanan intra abdominal
Tekanan intraabdominal yang tinggi akan menekan otot-otot
dinding abdomen sehingga akan teregang. Regangan otot dinding
abdomen inilah yang akan menyebabkan berkurangnya kekuatan jahitan
bahkan pada kasus yang berat akan menyebabkan putusnya benang pada
jahitan luka operasi dan keluarnya jaringan dalam rongga abdomen.
(Anonim, 2012)
Etiologi
Pre Operasi
1. Usia
Pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan
bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi.
Kejadian tertinggi burst abdomen sering terjadi pada umur > 50-65 tahun.
< 45 dehiscence terjadi pada 1,3%
> 45 dehiscence terjadi pada 5,4%
(Schwartz et al, Principles Of Surgery)
Hal ini mungkin karena item berikut:
a. Faktor penentu sebelum terjadinya burst abdomen yang sering
ditemukan dalam kelompok usia ini yaitu batuk kronis karena
berbagai penyebab, konstipasi kronis dan dysuria.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 12

13

b. Adanya anemia, hypoproteinaemia, dan beberapa kekurangan vitamin


dalam kelompok usia ini. Hemoglobin menyumbang oksigen untuk
regenerasi jaringan granulasi dan penurunan

tingkat hemoglobin

mempengaruhi penyembuhan luka.


c. Komplikasi pasca operasi seperti mengejan atau batuk, muntah
berulang dan infeksi pada sistem pernafasan lebih sering terjadi pada
kelompok usia ini.
2. Emergency Operation
Lebih berkaitan dengan hemodinamik dan ketidakstabilan dari prosedur
yang tidak terjadwal.

3. Kebiasaan merokok.
Merokok menyebabkan batuk-batuk yang persisten, batuk yang kuat dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen.

4. Penyakit Diabetes Melitus


DM (berkaitan dengan gangguan metabolisme pada jaringan ikat).
Penyakit-penyakit tersebut tentu saja amat sangat berpengaruh terhadap daya
tahan tubuh sehingga akan mengganggu proses penyembuhan luka operasi.
Sehingga pengendalian DM yang baik dibutuhkan untuk menghindari DM
sebagai faktor resiko.

5. Malnutrisi
Hypo-albuminaemia dapat digunakan sebagai penanda malnutrisi.
Hypoproteinemia merupakan salah satu faktor terpenting dalam proses
penyembuhan. Untuk perbaikan jaringan, sejumlah besar asam amino
diperlukan. Asam amino membantu dalam pembentukan RNA dan DNA.
Kekurangan ini mengarah ke jaringan selular miskin, yang menyebabkan
kekuatan luka hilang.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 13

14

VitaminC

sangat

penting

untuk

memperoleh

kekuatan

dalam

penyembuhan luka. Kekurangan vitamin C dapat mengganggu penyembuhan


dan merupakan predisposisi kegagalan luka. Kekurangan vitamin C terkait
dengan delapan kali lipat peningkatan dalam insiden wound dehiscence. Seng
adalah co-faktor untuk berbagai proses enzimatik dan mitosis.

6. Kortikosteroid
Steriod diberikan topikal atau sistemik, memiliki efek merugikan pada
penyembuhan luka, bercampur dengan peradangan, fungsi makrofag, kapiler,
proliferasi, dan fibroplasia. (Anonim, 2012).
Selain itu juga kortikosteroid dapat menurunkan sistem imun sehingga jika
terjadi suatu infeksi, proses penyembuhan luka terhambat.

Operasi
Faktor selama operasi ini mencakup tipe insisi dan jahitan yang digunakan
1. Tipe Insisi
Midline incision memiliki insiden terjadinya burst abdomen lebih besar
daripada transverse incision. Midline incision tidak anatomis karena incisi
ini memotong serabut aponeurotik, sedangkan pada transverse incision
memotong diantara serabut. Kontraksi pada dinding abdomen akan
memberikan tekanan untuk membantu penutupan luka. Pada midline
incision, kontraksi ini dapat menyebabkan adanya luka baru pada lateral
jahitan, sedangkan pada transverse incision, jahitan akan merapat. Midline
incision banyak digunakan karena dengan teknik ini lapangan pandang
saat operasi menjadi lebih luas untuk melakukan explorasi.
2. Tipe Jahitan
Berdasarkan hasil penelitian teknik continuous Z memiliki faktor resiko
terjadinya burst abdomen lebih besar yaitu sebesar 14,8% sedangkan pada
teknik interrupted X hanya sebesar 2,17%. (Anonim, 2012)
Post operasi

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 14

15

Menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal


yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut, dimana kondisi itu
ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama,
pembedahan abdominal dan kegemukan. Hal yang menyebabkan peningkatan
tekanan intra abdomen diantaranya:
a. Mengangkat beban berat
b. Batuk dan bersin yang kuat
c. Mengejan akibat konstipasi
1. Infeksi luka
a. Perannya tidak jelas.
b. Dehiscence sering terjadi sebelum infeksi luka
c. Tingkat tambahan peradangan yang didapat dari luka infeksi
d. Disintegrasi froma necrotising fasia dapat mengakibatkan infeksi
dehiscnence.
2. Terapi radiasi
a. Riwayat pemakaian terapi radiasi
b. Mengganggu sintesis protein normal, mitosis, migrasi dari faktor
peradangan, dan pematangan kolagen.
3. Gangguan pada Penyembuhan Luka
Infeksi merupakan factor yang berhubungan pada separuh lebih terjadinya
luka karena rusak. Adanya drain, seroma, dan luka hematom juga sebagai
tanda adanya penyembuhan luka yang terlambat. Normalnya, healing ridge
(penebalan kira-kira 0,5 cm dari masing-masing sisi jahitan) tampak pada
akhir dari minggu pertama setelah operasi. Jika muncul jenis luka seperti ini
maka secara klinis penyembuhan luka berjalan dengan baik dan adekuat, dan
ini biasanya tidak muncul pada luka yang rusak. (Anonim, 2012)
Patofisiologi
Burst Abdomen bisa disebabkan oleh faktor pre operasi, operasi dan post
operasi. Pada faktor pre operasi, hal-hal yang berpengaruh dalam factor pre
operasi ini adalah usia,kebiasaan merokok, penyakit diabetes mellitus, dan operasi

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 15

16

ini adalah usia,kebiasaan merokok, penyakit diabetes mellitus, dan malnutrisi.


Pada umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya
umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Kejadian tertinggi
burst abdomen sering terjadi pada umur > 50-65 tahun. Selain itu adanya anemia,
hypoproteinaemia, dan beberapa kekurangan vitamin bisa menyebabkan
terjadinya burst abdomen. Hemoglobin menyumbang oksigen untuk regenerasi
jaringan

granulasi

dan

penurunan

tingkat

hemoglobin

mempengaruhi

penyembuhan luka. Kebiasaan merokok sejak muda menyebabkan batuk-batuk


yang persisten, batuk yang kuat dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra
abdomen. Penyakit-penyakit tersebut tentu saja amat sangat berpengaruh terhadap
daya tahan tubuh sehingga akan mengganggu proses penyembuhan luka operasi.
Hypoproteinemia adalah salah satu faktor yang penting dalam penundaan
penyembuhan, seseorang yang memiliki tingkat protein serum di bawah 6 g / dl.
Untuk perbaikan jaringan, sejumlah besar asam amino diperlukan. VitaminC
sangat penting untuk memperoleh kekuatan dalam penyembuhan luka.
Kekurangan vitamin C dapat mengganggu penyembuhan dan merupakan
predisposisi kegagalan luka. Kekurangan vitamin C terkait dengan delapan kali
lipat peningkatan dalam insiden wound dehiscence. Seng adalah co-faktor untuk
berbagai proses enzimatik dan mitosis.
Untuk faktor operasi, tergantung pada tipe insisi, penutupan sayatan,
penutupan peritoneum, dan jahitan bahan. Kontraksi dari dinding abdomen
menyebabkan tekanan tinggi di daerah lateral pada saat penutupan. Pada insisi
midline, ini memungkinkan menyebabkan bahan jahitan dipotong dengan
pemisahan lemak transversal. Dan sebaliknya, pada insisi transversal, lemak
dilawankan dengan kontraksi. Otot perut rektus segmental memiliki suplai darah
dan saraf. Jika irisan sedikit lebih lateral, medial bagian dari otot perut rektus
mendapat denervated dan akhirnya berhenti tumbuh. Ini menciptakan titik lemah
di dinding dan pecah perut.
Faktor post operasi terdiri dari peningkatan dari intra-abdominal pressure
yang menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 16

17

yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut, dimana kondisi itu ada
sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan
abdominal dan kegemukan. Dapat dipicu juga jika mengangkat beban berat, batuk
dan bersin yang kuat, mengejan akibat konstipasi. Terapi radiasi dapat
mengganggu sintesis protein normal, mitosis, migrasi dari faktor peradangan, dan
pematangan kolagen. Antineoplastic agents menghambat penyembuhan luka dan
luka penundaan perolehan dalam kekuatan tarik. (saktyairlangga, 2011)
Manifestasi Klinis
1. Nyeri setelah beberapa hari operasi
2. Keluar cairan merah pada bekas jahitan atau bahkan keluar nanah
3. Luka jahitan menjadi lembek dan merah (hiperemi)
4. Perut distended (membesar dan tegang) yang menandai adanya infeksi di
daerah tersebut
5. Keadaan umum pasien juga menurun ditandai dengan wajah tampak
anemis dan pasien tampak sangat kesakitan (Anonim, 2012)
Komplikasi
1. Peritonitis (infeksi ke seluruh dinding usus)
Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada
selaput rongga perut (peritoneum). Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih
yang membungkus organ perut dan dinding perut sebelah dalam. Cedera pada
kandung empedu, ureter, kandung kemih atau usus selama pembedahan dapat
memindahkan bakteri ke dalam perut. Kebocoran juga dapat terjadi selama
pembedahan untuk menyambungkan bagian usus.
2. Kelemahan fasia/dinding perut yang progresif
3. Perdarahan di daerah jahitan sekitar abdomen
4. Kebocoran usus
5. Infeksi luka bedah,

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 17

18

Infeksi Luka Operasi ( ILO )/Infeksi Tempat Pembedahan (ITP)/Surgical


Site Infection (SSI) adalah infeksi pada luka operasi atau organ/ruang yang terjadi
dalam 30 hari paska operasi atau dalam kurun 1 tahun apabila terdapat implant.
Sumber bakteri pada ILO dapat berasal dari pasien, dokter dan tim, lingkungan,
dan termasuk juga instrumentasi.
Menurut The National Nosocomial Surveillence Infection (NNSI), kriteria
untuk menentukan jenis SSI adalah sebagai berikut :
Superficial Incision SSI ( ITP Superfisial )
Merupakan infeksi yang terjadi pada kurun waktu 30 hari paska operasi
dan infeksi tersebut hanya melibatkan kulit dan jaringan subkutan pada tempat
insisi dengan setidaknya ditemukan salah satu tanda sebagai berikut :
1. Terdapat cairan purulen.
2. Ditemukan kuman dari cairan atau tanda dari jaringan superfisial.
3. Terdapat minimal satu dari tanda-tanda inflammasi
4. Dinyatakan oleh ahli bedah atau dokter yang merawat.
Deep Insicional SSI ( ITP Dalam )
Merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari paska operasi
jika tidak menggunakan implan atau dalam kurun waktu 1 tahun jika terdapat
implan dan infeksi tersebut memang tampak berhubungan dengan operasi dan
melibatkan jaringan yang lebih dalam ( contoh, jaringan otot atau fasia ) pada
tempat insisi dengan setidaknya terdapat salah satu tanda :
1. Keluar cairan purulen dari tempat insisi.
2. Dehidensi dari fasia atau dibebaskan oleh ahli bedah karena ada tanda
inflammasi.
3. Ditemukannya adanya abses pada reoperasi, PA atau radiologis.
4. Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter yang merawat
Organ/ Space SSI ( ITP organ dalam )
Merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari paska operasi
jika tidak menggunakan implan atau dalam kurun waktu 1 tahun jika terdapat
implan dan infeksi tersebut memang tampak berhubungan dengan operasi dan

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 18

19

melibatkan suatu bagian anotomi tertentu (contoh, organ atau ruang) pada tempat
insisi yang dibuka atau dimanipulasi pada saat operasi dengan setidaknya terdapat
salah satu tanda :
1. Keluar cairan purulen dari drain organ dalam
2. Didapat isolasi bakteri dari organ dalam
3. Ditemukan abses
4. Dinyatakan infeksi oleh ahli bedah atau dokter.
Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar X abdomen: Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya tinggi
kadar gas dalam usus atau obstruksi usus.
b. Laboratorium: untuk mengetahui resiko yang dapat memperparah penyakit.
Pemeriksaan laboratorium ini meliputi pemeriksaan darah lengkap dan
kimia darah (Anonim, 2012)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan burst abdomen dipengaruhi oleh keadaan umum pasien
dimana dapat dibagi menjadi dua, yaitu terapi non-operatif dan operatif.
1. Terapi non-operatif
Terapi ini dilakukan bila keadaan umum pasien stabil dan tidak disertai
adanya eviserasi. Perawatan luka yang dilanjutkan dengan penutupan secara steril
perlu dilakukan. Pasien dianjurkan tidak turun dari tempat tidur dan menutup luka
dengan handuk yang dibasahi dengan cairan steril. Abdominal binder dapat
digunakan untuk membantu proses penutupan luka. Diharapkan luka dapat
menutup kembali, atau jika keadaan pasien sudah membaik, maka dapat
direncanakan operasi.
2. Terapi operatif
Tindakan yang harus segera dilakukan oleh ahli bedah bila menjumpai
adanya burst abdomen adalah dengan memperbaiki kembali luka operasi yang
ditimbulkan segera dengan terlebih dahulu mengevaluasi struktur di dalamnya.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 19

20

dibilas dengan cairan isotonis ringer lactate yang mengandung antibiotic dan
kemudian dilakukan penutupan kembali dinding abdomen.
Antibiotik profilaksis harus diberikan sebelum operasi. Tindakan repair ini
harus dilakukan dalam keadaan steril (diatas meja operasi) dan dengan anastesi
general. Lepas dahulu jahitan yang telah dilakukan pada operasi pada bagian
yang mengalami burst, kemudian explore bagian terdalam dari luka yang rusak
dengan jari yang menggunakan sarung tangan steril sampai bagian jahitan yang
terbuka kemudian evaluasi apa yang terjadi apakah terdapat sumber infeksi.
Kemudian dilakukan pencucian luka secara mekanik dengan cairan isotonis yang
mengandung antibiotic yang berlimpah, setelah itu dilakukan perbaikan jahitan
dengan memberikan jahitan ekstra untuk mencegah timbulnya luka dehisence
berulang, seperti dengan menggunakan jahitan dengan ketebalan yang penuh
menggunakan benang wire nomer 22 atau benang heavy nylon. Perbaiki jahitan
pada semua lapisan fascia lapis demi lapis, dengan menggunakan benang
monofilament.
Penjahitan dilakukan dengan tehnik yang sesuai dan teliti dengan
menggunakan jarum dan benang yang sesuai (monofilamen nilon atau poligycolic
acid), setelah repair jahitan selesai luka ditutup dengan kassa basah steril dan
diberi antibiotik, kemudian ditutup kembali sehingga tidak terkontaminasi dengan
dunia luar. (Anonim, 2012)

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 20

Asuhan Keperawatan
Kasus semu
Tn.K, umur 61 tahun, dirawat di RSUD Soetomo, lima hari yang lalu
pasien telah menjalani operasi post laparotomi. Pasien mengeluh nyeri,karena
luka bekas operasi pasien sedikit terbuka. Nyeri dirasakan seperti diiris-iris. Luka
pasien sepanjang 20 cm, tampak kemerahan di kulit sekitar luka dan bengkak.
Luka jahitan mengeluarkan sedikit darah dan tampak sedikit rembesan cairan.
Suhu tubuh pasien mencapai 37oC. Pasien mengalami distensi abdomen. Pasien
terlihat lemah.

Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian Meliputi:
a. Identitas :
Nama

: Tn. K

Umur

: 61 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Petani

Alamat

: Mojokerto

MRS

: 05 April 2012

b. Keluhan utama

: nyeri pada daerah sekitar luka operasi di perut.

c. Riwayat Penyakit Sekarang : Kurang lebih 3 bulan sebelum masuk


RS, Tn K mengalami panas badan yang terus menerus meningkat dan
disertai sulit BAB. Klien kemudian dirujuk ke RSUD Soetomo dan
dilakukan tindakan operasi laparatomi eksplorasi.
laparatomi hari ke-5, luka pasien

Post operasi

sepanjang 20 cm, tampak

kemerahan dan bengkak. Luka jahitan mengeluarkan sedikit darah


dan tampak sedikit rembesan cairan. Klien mengeluh nyeri pada
daerah luka operasi.
22

23

d. Riwayat Penyakit dahulu: e. Riwayat penyakit keluarga : Dalam keluarga tidak ada yang memiliki
gejala penyakit yang sama seperti pasien.
f. Pola Kebiasaan:
1. Pola Nutrisi
Kurang asupan makanan bergizi. Pasien makan 3 kali sehari,
pasien hanya menghabiskan setengah dari porsi yang seharusnya,
dan pasien suka pilih-pilih makanan.
2. Pola Tidur/ Istirahat
Klien mengeluh tidak bisa tidur dan sering terjaga di malam hari
karena nyeri yang dirasakan bertambah buruk pada malam hari.
3. Pola aktivitas
Klien merasa aktivitasnya terbatas akibat dari ketidak nyamanan
pada area abdomen yang terdapat luka post operasi
4. Pola eliminasi
Tidak bisa BAB selama beberapa hari
5. Pola koping
Pola koping klien kurang adekuat
6. Konsep diri : g. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breath)

: RR meningkat 30x/menit, nafas cepat dan

dangkal, terdapat penggunaan otot bantu nafas.


b. B2 (Blood)

: akral teraba hangat, kering, dan merah,

CRT kurang dari 3 detik. Tekanan darah 90/60 mmHg. Nadi 84


x/ menit.
c. B3 (Brain)

:-

d. B4 (Bladder)

:-

e. B5 (Bowel)

: nafsu makan turun, BB turun, pasien

lemah, bibir kering. Dilanjutkan dengan memeriksa bagian


perut dimulai dengan :
- Inspeksi

: adakah pembesaran abdomen, peregangan

atau tonjolan. Luka post operasi pasien hiperemi, sedikit


bengkak dan terdapat rembesan darah. Distensi abdomen.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 23

24

- Palpasi

: pada permukaan perut untuk menilai

kekuatan otot-otot perut. Nyeri 2 cm pada sekitar luka


- Perkusi

: timpani

- Auskultasi

: bising usus bertambah.

f. B6 (Bone)

: lemah, turgor jelek

g. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Jenis pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

HEMATOLOGI
Sysmex
1. Hemoglobin
2. Leukosit

1318 gr / dl
12,3
27.500

3,810,6

ribu

mm3

3. Hematokrit

36

4052 %

4. Trombosit
b
.

264.000

150440

ribu

mm3

foto polos abdomen


Analisa data

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 24

25

Data

Etiologi
Pasca operasi

Data Subjektif:

Masalah
Nutrisi

kurang

dari

kebutuhan
1.

Klien tidak nafsu


makan

distensi abdomen

Data Objektif:
A : BB 55kg
Nafsu makan
B = (hasil lab)
-Hb=12,3 gr/dl
Menurunnya intake

-albumin=3,5g/dl

makanan
-Hematokrit=36%
C = tidak nafsu makan,
bibir kering, kondisi
pasien lemah. Clinis
(yang dirasakan pasien
& kondisi fisik)
D

pasien

hanya

menghabiskan setengah
porsi makanan, jenis
diet : diet tinggi protein
dan kalori
Membran

mukosa

pucat
Bising usus bertambah

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 25

26

Tonus otot menurun


Nyeri

Data Subjektif
1. Klien mengatakan nyeri pada luka post-op.
2.Klien mengatakan nyeri akan dirasakan
bertambah bila klien

operasi

bergerak/
beraktivitas,
pada

saat

dan
diganti

balutan

dan

dipalpasi.

kerusakan jaringan
pasca operasi

Data Objektif
P: Terdapat luka post

nyeri

operasi laparotomi hari


ke-5
Q: nyeri yang dirasakan
seperti ditusuk-tusuk
R: pasien melaporkan
nyeri

di

daerah

abdomen.
S: Skala nyeri 3 (0-5)
T : Klien meringis saat
diganti

balutan

dan

dipalpasi pada daerah


abdomen.

Nyeri

bertambah buruk pada

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 26

27

malam hari.
1.

Tanda vital :

TD: 90 / 60 mmHg
N : 84 x / menit
S

:370C

R : 30x /menit
2. Perubahan nafsu
makan dan perilaku
menjaga dan
melindungi.

Data Subjektif

Luka post operasi

Resiko infeksi

Data objektif
1. Terdapat luka post
laparotomi 20 cm.

Port de entri

2. Terdapat luka bekas


drain

di

kuadran

kanan bawah
3. Leukosit

Resiko infeksi

27.500/

mm3
4. Hb : 12,3 gr/dl
5. Suhu 380C
Data subyektif

Insisi pada kulit

Kerusakan

integritas

kulit

Data obyektif

Luka post op

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 27

28

1. Luka post operasi


hiperemi

dan

sedikit
bengkakKerusakan
lapisan kulit

Kerusakan integritas
kulit

2. Gangguan
permukaan kulit
3. Turgor jelek

Data subyektif
1. Pasien

distensi abdomen

Pola nafas tidak efektif

sesak,

nafasnya cepat
dan dangkal

ekspansi paru tidak


optimal

Data obyektif
1. RR

meningkat

dipsnea

30x per menit.

Diagnosa keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d ekspansi paru tidak optimal
2. Nyeri b.d terbukanya luka post operasi.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan.
4. Resiko infeksi b.d adanya port de entree dari luka pembedahan
5. Kerusakan integritas kulit b.d adanya luka invasif pasca operasi

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 28

29

Intervensi Keperawatan
1.

Pola nafas tidak efektif b.d ekspansi paru tidak optimal

Tujuan : Pasien menunjukan pola napas yang efektif


Kriteria hasil :
1. Tidak ada dyspneu, irama dan frekuensi nafas normal.
2.

Bunyi nafas tambahan tidak ada.

3.

Pasien tidak menunjukan otot bantu pernafasan


INTERVENSI

RASIONAL

1. Observasi frekuensi dan

1. Dilakukan

untuk

memastikan

kedalaman

pernapasan,

efektivitas pernapasan sehingga

pemakaian

otot

upaya

pernapasan,

bantu

memperbaikinya

dapat

segera dilakukan.

perluasan

rongga dada, retraksi tau


pernapasan

cuping

hidung, warna kulit dan

2. Dilakukan untuk meningkatkan


atau

aliran udara.
2. Berikan

tambahan

oksigen

sesuai

memaksimalkan

pengambilan oksigen yang akan


diikat oleh Hb.

kebutuhan.
3. Dengan latihan napas yang rutin,
klien dapat terbiasa untuk napas

3. Berikan instruksi untuk

dalam yang efektif.

latihan nafas dalam


4. Catat kemajuan yang ada
pada

klien

4. Sebagai indikator efektif atau

tentang

pernafasan

tidakkah

intervensi

yang

dilakukan perawat pada klien.

2. Nyeri b.d terbukanya luka post operasi


Tujuan : dalam waktu 2x24 jam nyeri berkurang atau teradaptasi
Kriteria hasil :

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 29

30

1. Pasien menyatakan nyeri berkurang


2. Skala nyeri 0-1 (0-5)
3. Dapat mengidentifikasikan aktifitas yang dapat menurunkan nyeri
4. Pasien tidak gelisah
Intervensi

Rasional

1. Kaji tingkat nyeri yang


dirasakan oleh pasien,
lokasi dan intensitas (

1. Dapat mengindikasikan rasa sakit


akut dan ketidaknyamanan.
2. Untuk

menunjukkan

jika

nyeri

mengganngu kondisi hemodinamik

skala 0-5)
2. Kaji tanda-tanda vital,
perhatikan

tachikardi,

hipertensi,

dan

peningkatan pernapasan.
3. Berikan

sehingga dapat diatasi secara cepat


dan tepat.
3. Pengetahuan yang akan dirasakan
membantu mengurangi nyerinyadan

informasi

dapat membantu mengembangkan

sifat

kepatuhan pasien terhadap rencana

mengenai

ketidaknyamanan, sesuai

terapeutik.

kebutuhan.
4. Anjurkan menggunakan

4. Teknik relaksasi akan meningkatkan

metode relaksasi napas

asupan

oksigen

sehingga

akan

dalam pada saat nyeri

menurunkan nyeri dan memberikan


relaksasi pada otot-otot abdominal
sehingga dapat menurunkan distensi

5. Atur

posisi

(Posisi
dengan

fisiologis

otot-otot abdominal

semiflower
fleksi

pada
5. posisi ini dapat mengurangi tegangan

ekstrimitas bawah)
untuk

otot abdomen dan juga kondisi

pemberian obat analgesic

pascabedah dengan adanya insisi

yang sesuai.

sehingga dapat menurunkan stimulus

6. Kolaborasikan

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 30

31

nyeri

6. Analgesik
penghilangan

akan
nyeri

menimbulkan
yang

lebih

efektif.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan.


Tujuan : menunjukkan status gizi baik
Kriteria Hasil:
1. Toleransi terhadap diet yang dibutuhkan
2. Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal
3. Nilai laboratorium dalam batas normal
4. Melaporkan keadekuatan tingkat energi

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 31

32

Intervensi

Rasional

Mandiri
1. Buat

perencanaan

dengan

pasien

makan

1. Menjaga

untuk

sehingga

dimasukkan ke dalam jadwal

untuk

pasien

makan

pasien
secara

teratur

anggota

keluarga

makanan yang dibawa dari rumah

membawa

makanan

dan dapat meningkatkan nafsu

kesukaan pasien dari rumah.


3. Tawarkan makanan porsi besar
disiang

makan

2. Pasien merasa nyaman dengan

makan.
2. Dukung

pola

hari

ketika

nafsu

makan pasien.
3. Dengan pemberian porsi yang besar
dapat menjaga keadekuatan nutrisi
yang masuk.

makan tinggi.

4. Intervensi ini untuk menurunkan

4. Lakukan perawatan mulut

resiko infeksi oral dan memberikan


rasa nyaman di mulut
Kolaborasi
5. Kolaborasi dengan ahli gizi
mengenai jenis nutrisi yang

5. Tinggi karbohidrat, protein, dan


kalori diperlukan atau dibutuhkan
selama perawatan.

akan digunakan pasien.


Observasi
6. Pastikan pola diet biasa pasien,
yang

disukai

atau

tidak

disukai.
7. Pantau

mendukung

peningkatan

nafsu makan pasien


7. Mengetahui keseimbangan intake

masukan

dan

pengeluaran dan berat badan


secara pariodik.

nilai

dan pengeluaran asupan makanan


8. Sebagai data penunjang adanya
perubahan nutrisi yang kurang dari

8. Kaji turgor kulit pasien


9. Pantau

6. Untuk

kebutuhan

laboratorium,

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 32

33

seperti Hb, albumin, dan kadar


glukosa darah
10. Health Edukasi

9. Untuk dapat mengetahui tingkat


kekurangan

kandungan

albumin, dan glukosa dalam darah.

4. Resiko infeksi b.d port de entry dari luka pembedahan


Tujuan: dalam waktu 12x24 jam terjadi perbaikan pada intregitas jaringan
lunak dan tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil:
1.

pada hari ke-12 tidak ada tanda-tanda infeksi dan peradangan pada
area luka pembedahan.

2.

Leukosit dalam batas normal

3.

Ttv dalam batas normal

Hb,

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 33

34

Intervensi

Rasional

Mandiri

1. Kaji

jenis

waktu

pembedahan,

pembedahan

apakah

adanya

khusus

dari

bedah

dalam

dan

instruksi

tim

1. Mengidentifikasi kemajuan atau


penyimpangan dari tujuan yang
diharapkan

dokter

melakukan

perawatan luka.
2. Jaga kondisi balutan dalam
dalam keadaan bersih dan
kering
3. Lakukan perawatan luka.
Lakukan

perawatan

luka

steril 3 hari pasca operasi


dan diulang setiap 2 hari

2. Kondisi bersih dan kering akan


menghindarkan

kontaminasi

komensal.
3. Perawatan luka sebaiknya tidak
setiap hari untuk menurunkan
kontak tindakan dengan luka
yang

dalam

kondisi

steril

sehinnga mencegah kontaminasi


kuman ke luka bedah.
4. Tutup luka dan penampang

4. Penutupan secara menyeluruh

eksternal dengan kasa steril

dapat menghindari kontaminasi

dan tutup dengan plester

dari benda atau udara yang

adhesif

bersentuhan dengan luka operasi.

yang

menyeluruh

menutupi kasa

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 34

35

Kolaborasi
5. Berikan terapi antibiotik

5. Pemberian

antibiotik

dapat

mengurangi infeksi

Observasi
6. Dapat melakukan pencegahan
6. Pantau tanda atau gejala

dini terhadap terjadinya infeksi

infeksi

7. Dapat menghindari faktor-faktor


7. Kaji

faktor

meningkatkan

yang
serangan

infeksi

yang

dapat

memperparah infeksi
8. Hasil

8. Pantau hasil laboratorium

mungkin

laboratorium

dapat

menentukan sejauh mana infeksi


yang telah terjadi
9. Perlindungan terhadap infeksi

9. Instruksikan untuk menjaga


hygiene pribadi

5.

Kerusakan integritas kulit b.d adanya luka invasif pasca pembedahan

Tujuan
: Dalam perawatan 2x24 jam pasien menunjukkan regenerasi
jaringan.
Kriteria hasil : Pasien menunjukkan turgor kulit normal, Integritas kulit
pasien pulih.
Intervensi

Rasional

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 35

36

1.

Lakukan perawatan luka 4.

Menyiapkan

jaringan

untuk

yang tepat dan tindakan kontrol

penanaman dan menurunkan resiko

infeksi.

infeksi/kegagalan kulit.

2.

Latih alih baring

3.

Hindari terjadinya infeksi 6.


pada luka operasi yang dapat

5.

Mencegah terjadinya dekubitus.


Adanya

infeksi

dapat

membuat

kerusakan integritas kulit lebih luas

membuat parahnya integritas


kulit.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 36

37

PENUTUP
Kesimpulan
Burst abdomen dikenal juga sebagai abdominal wound dehiscence
(terbukanya tepi- tepi luka), kegagalan luka, gangguan luka, dan eviserasi atau
pengeluaran isi (organ-organ dalam) melalui insisi. Merupakan komplikasi post
operative dari penutupan luka di dalam perut dengan tonjolan atau pengeluaran isi
dari perut. Abdominal wound dehiscence dan hernia insisional adalah bagian yang
sama dari proses kegagalan penyembuhan luka operasi, yang membedakan adalah
waktu dan penyembuhan kulit dari luka tersebut. Abdominal wound dehiscence
terjadi sebelum penyembuhan kulit, sedangkan hernia insisional terjadi saat
penyembuhan insisi kulit yang membaik.

Saran
Kita sebagai perawat dalam melakukan perencanaan tindakan keperawatan
pada pasien dengan burst abdomen

harus disesuaikan dengan apa yang

dibutuhkan pasien serta mampu dalam melakukan tindakan keperawatan yang


tepat dan maksimal bagi pasien, agar tidak terjadi infeksi selanjutnya.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 37

38

DAFTAR PUSTAKA
Airlangga, Saktya. 2011. Asuhan keperawatan pada burst abdomen.
http://saktyairlangga.wordpress.com/2011/11/27/asuhan-keperawatanburst-abdomen/. Diakses tanggal 2 Mei 2012
Anonim,
2012.
28428593 Burst
www.scribd.com/doc/83069251/28428593-Burst-Abdomen.
tanggal 5 Mei 2012

Abdomen.
Diakses

Anonim.
2012.
Penatalaksanaan
Burst
Abdomen.
http://www.bedahmalang.com/tulisan-ilmiah/61-penatalaksanaan-burstabdomen.html. Diakses tanggal 1 Mei 2012
Artawijaya, Agung. 2010. Anatomi Abdomen ~ Catatan Radiograf .
catatanradiograf.blogspot.com/2010/08/anatomi-abdomen.htmi.
Diakses
tanggal 5 mei 2012
Brunner & Suddarth. 1997. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Kumalasari, Arief Muthagin. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba
Medika
Lotfy,

Wael.

2009.

BURST

ABDOMEN:

IS

IT

PREVENTABLE

COMPLICATION?. Vol 28, No 3. www.ess-eg.org/ ../339.pdf. Diakses tanggal 20


April

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 38

20

WOC (Web of Caution)

Faktor resiko pre


operasi

Faktor resiko selama


operasi,tipe insisi ,
jahitan luka

Faktor resiko post


operasi

Vagal manufer,
Usia
lanjut

Mal nutrisi,DM,
Hipoalbumin,
anemia

Kesalahan menutup
ketika pembedahan
abdomen

batuk dan bersin yang kuat,


mengejan karena konstipasi,
mengangkat beban yang berat
Peningkatan tekanan
intra abdomen

Kelemahan otot
dinding perut

Memperlambat
proses
penyembuhan luka
Kekuatan jaringan
tidak seluruhnya
kembali seperti
semula

Menekan jahitan pada


dinding abdomen

Jahitan terbuka

Burst Abdomen

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 20

21
Burst Abdomen

Keluarnya
usus dari
abdomen

Resiko pecahnya
pembuluh darah
abdomen

Distensi
Abdomen

Penekanan
diafragma

Mual,muntah
Suplai darah ke
dinding abdomen

Anoreksia

Penatalaksanaan
Pembedahan
(Operasi)

Pre
Operasi

Perdarahan

Syok
hipovolemik

Post
Operasi

Kurang
pengetahuan

Insisi pada kulit

Intake nutrisi
tidak adekuat

Iskhemik
Ekspansi paru
tidak optimal

Gangguan Perfusi
jaringan

Luka
Anxietas

Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Dipsnea

Nyeri

Resiko Infeksi
Suplai darah ke otak

Nyeri
Ketidakefektifan
pola nafas

tekanan di
pembuluh
ginjal

resistensi
vaskular ginjal

Resiko kerusakan
integritas kulit

Hipoksia jaringan otak

oliguri

Perubahan pola

Gangguan pola
tidur

Gangguan Kesadaran

eliminasi urin
Gangguan perfusi serebri
www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 21

22

Vous aimerez peut-être aussi