Vous êtes sur la page 1sur 19

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Biologi Dasar dengan judul Anatomi


Hewan Vertebrata disusun oleh:
Nama
NIM
Kelas
Kelompok

: Dyah Ayunda Pratama Pangastuti


: 1613141003
: Kimia Sains
: III (tiga)

telah diperiksa dan dikonsultasikan kepada Asisten dan Koordinator Asisten maka
dinyatakan diterima.

Makassar,
Koordinator Asisten

Muh. Farid Abdullah, S.Pd.


NIM. 161051301073

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Hj. Andi Asmawati Aziz, M.Si


NIP 19640307 198903 2 001

Desember 2016
Asisten

Ola Mulya
NIM. 1414141002

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuhan menciptakan bumi dengan segala isinya tidaklah sia-sia, semua
mempunyai fungsi dan ciri masing-masing. Manusia berbeda dengan hewan
begitupun dengan tumbuhan. Beranjak dari hal inilah manusia diharuskan
untuk terus belajar, mencari apa yang belum diketahui, mengelola dan
mengembangkan yang telah ada.
Kerumitan tubuh makhluk hidup membuat adanya klasifikasi makhluk
hidup untuk mempermudah manusia dalam mempelajari dan mengenalnya,
mulai dari hewan, tumbuhan dan manusia. Manusia dan hewan diposisikan
salam 1 klasifikasi yang terpisah dari tumbuhan. Dalam pengelompokannya,
hewan terbagi atas hewan yang tidak bertulang belakang (invertebrata) dan
hewan yang bertulang belakang (vertebrata).
Kelompok hewan tidak bertulang belakang (invertebrata) merupakan
kelompok hewan yang paling banyak di muka bumi, hampir 2 juta jenis yang
telah dikenali saat ini. Hewan tidak bertulang belakang dikelompokkan
menjadi hewan bersel satu, hewan berpori, hewan berongga, cacing, hewan
lunak, hewan berkulit duri, dan hewan berkaki beruas-ruas. Vertebrata adalah
hewan yang mempunyai tulang belakang. Tulang belakang adalah tulang yang
beruas-ruas dan berderet dari leher sepanjang punggung sampai ekor. Sumsum
tulang belakang yang terdapat dalam ruas-ruas tulang belakang dan otak
merupakan susunan saraf pusat. Berdasarkan penutup tubuh, alat gerak dan
cara berkembang biak, vertebrata dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu
ikan (Pisces), katak (Amphibia), hewan melata (reptilia), burung (Aves), dan
hewan menyusui (mamalia).
Tubuh vertebrata sangat identik dengan tubuh manusia yang dapat dilihat
dari sistem organ dan fungsinya. Hal itulah yang mempermudah dalam
mempelajari sistem organ yang ada pada manusia, dengan menggunakan
tubuh hewan vertebrata sebagai objek pengamatan berkaitan dengan susunan
tubuhnya.

Pengetahuan terhadap sistem organ pada manusia sangatlah penting,


khususnya dibidang kedokteran. Hal itu disebabkan karena adanya filsafat
ilmu pengetahuan yang mengharuskan agar setiap individu harus memiliki
pengetahuan tentang dirinya sebelum memiliki pengetahuan tentang hal-hal
disekitarnya.
Pada percobaan kali ini kita akan lakukan pengamatan tentang anatomi
dari hewan kodok (Rana cancarivora) secara langsung, dengan melalui
metode pembedahan secara langsung serta melakukan identifikasi sehingga
kita bisa mengamati secara langsung struktur tubuh dari hewan vertebrata
B. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengenali bentuk, warna
dan letak organ, serta hubungannya dengan organ lain pada suatu sistem
organ.
C. Manfaat Praktikum
Mahasiswa dapat mengetahui bentuk, warna, dan letak organ, baik itu
sistem pencernaan, peredaran darah, pernafasan, ekskresi, dan reproduksi,
serta hubunngannya dengan organ lain pada suatu sistem organ.

BAB II
TINJUAN PUSTAKA

Tubuh hewan tersusun atas beberapa sistem organ yang menjalankan


fungsi-fungsi tertentu dan saling berhubungan dalam membangun kesatuan kerja,
untuk menjaga kelangsungan hidup suatau individu. Ganguan pada suatu sistem
akan mempengaruhi kerja sistem tubuh yang lain. Secara umum sitem tubuh
vertebrata terdiri atas sistem itegumen, sistem otot, sistem pencernaan, sistem
pernapasan, sistem peredaran darah, urogetalia, endokrin, saraf, dan sistem imun
(Palennari dkk, 2015 ).
Kekayaan dan keragaman herpetofauna terutama Tubuh hewan terdiri dari
berbagai organ tubuh. Organorgan yang bekerja sama dalam melakukan fungsi
yang lebih tinggi membentuk organ. Anatomi katak (Rana cancarivora) dapat
memberikan gambaran umum organ-organ utama pada hewan vertebrata.
Pengamatan anatomi suatu hewan diperlukan pembedahan untuk memudahkan
mengamati bentuk, kedudukan dan hubungannya dengan organ lain. Yang akan
diamati dalam praktikum

ini adalah sistem pencernaan,peredaran darah,

pernapasan, ekresi dan reproduksi (Tim Penyusun, 2016).


Menurut Campbell (2008) vertebrata mempunyai ciri- ciri sebagai
berikut :
A.
B.
C.
D.

Mempunyai ruas tulang belakang


Mempunyai cranium
Tubuhnya simetris
Memiliki rangga dan sistem reproduksi terpisah
Vertebrata secara anatomis memiliki struktur tubuh yang paling kompleks,

katak merupakan salah satu vertebrata yang transisi antara lingkungan akuatik
dimasa larva dengan lingkungan daratan (teristerial) dimasa dewasa maupun telah
menjadi hewan daratan. Katak dewasa sepenuhnya dapat meninggalkan air. Cara
bernapasnya katak muda (berudu) menggunakan insang untuk mengambil O2
yang terlarut dalam air. Setelah berumur lebih kurang 12 hari, insang luar diganti
dengan insang dalam. Setelah dewasa, katak bernapas menggunakan selaput
rongga mulut, paru-paru, dan kulit. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai
alat

pernapasan

karena

tipis

dan

banyak

terdapat

kapiler

Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, lubang hidung terbuka dan
glotis tertutup, sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk

melalui selaput rongga mulut yang tipis. Pernapasan dengan kulit dilakukan
secara difusi. Hal ini karena kulit katak tipis, selalu lembap, dan mengandung
banyak kapiler darah. Pernapasan dengan kulit berlangsung secara efektif baik di
air maupun di darat. Oksigen (O2) yang masuk lewat kulit akan diangkut melalui
vena kulit paru-paru (vena pulmo kutanea) menuju ke jantung untuk diedarkan ke
seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida (CO2) dari jaringan akan dibawa ke
jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru melalui arteri kulit paru-paru
(arteri pulmo kutanea). Dengan demikian, pertukaran oksigen dan karbon dioksida
terjadi di kulit. Katak juga bernapas dengan paru-paru, tetapi belum sebaik paruparu Mammalia. Paru-paru katak berupa sepasang kantung tipis yang elastis
sehingga udara pernapasan dapat berdifusi, dan dindingnya banyak dikelilingi
kapiler darah sehingga paru-paru katak berwarna kemerahan. Paru-paru dengan
rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek. Seperti pada ikan,
pernapasan pada katak meliputi proses inspirasi dan ekspirasi yang berlangsung
pada saat mulut dalam keadaan tertutup. Mekanisme pernapasan ini diatur oleh
otot-otot pernapasan, yaitu: otot rahang bawah (submandibularis), sternohioideus,
geniohioideus, dan otot perut. Katak bernafas dengan insang, kulit, dan paru-paru.
Ketika masih di air, katak bernafas dengan insang dan kulit. Setelah menjadi
dewasa, bernapas dengan paru-paru. Tetapi kulit masih tetap berfungsi sebagai
tempat difusi gas. Oleh arena itu kulit katak selalu berlendir untuk melarutkan
oksigen. Paru-paru katak digunakan untuk respirasi, yaitu udara akan masuk dan
rongga mulut, kemudian masuk ke glotis, lalu udara akan larut daiamcairan sd
epitel paru-paru kemudiian berdifusi ke kapiler. Dalam kapiler, oksigen akan
diikat oleh Hb dalam eritrosit (Campbell, 2008).
Secara umum morfologi kodok jantan dan kodok betina agak sulit
dibedakan karena keduanya memiliki pola warna yang mirip (coklat muda sampai
agak kehitam-hitaman). Dengan pengamatan yang teliti melalui pengukuran bobot
badan dan morfometri, diperoleh temuan bahwa kodok jantan umumnya lebih
besar dibandingkan kodok betina. Panjang tubuh kodok jantan (mulut dubur)
berkisar antara 132202 mm dengan bobot badan antara 270360 g, sedangkan
panjang tubuh kodok betina berkisar antara 95,5 148,0 mm dengan bobot badan

antara 100345 g. Dari data morfometri diketahui pula perbedaan yang cukup
jelas tergambar dari karakter jarak mata dan timpanum. Jarak mata-timpanum
kodok jantan jauh lebih panjang dari kodok betina. Suatu gambaran mengenai
pola reproduksi pada amfibia antara lain dilaporkan pada Rana canrivora, bahwa
semua stadium gonad dari stadium I sampai stadium VI selalu dijumpai setiap
bulan dalam setahun, namun persentasenya selalu berubah dari satu musim ke
musim lainnya. Bobot rata-rata ovari setiap bulan juga bervariasi dan paling tinggi
diperoleh pada bulan September sampai Nopember dan paling rendah pada bulan
Maret. Fenomena yang berbeda dapat dilihat Rana ridibunda memperlihatkan
bobot ovari yang maksimum terjadi pada Maret dan minimum pada bulan
Agustus. Jumlah telur pada L. cf. grunniens jauh lebih kecil dibandingkan dengan
beberapa jenis lainnya dalam kelompok famili yang sama, seperti Rana cancrivora
mencapai 17.000 butir, sedangkan kodok lembu (Rana catesbeiana) mencapai
20.000 butir telur. L. cf. grunniens jantan memiliki testis berwarna coklat muda
dengan ukuran testis kiri lebih besar dari testis kanan. Hasil pengukuran 7
individu diperoleh rata-rata panjang testis kiri 17,12 mm, bobot rata-rara sebesar
1,3 mg dan rata-rata panjang testis kanan 13,43 mm, bobot rata-rata sebesar 0,8
mg. Perhitungan kepadatan sperma 4 individu berkisar antara 186.2503.176.470,
dengan rata- rata 1.614.898 per mm3. Perhitungan sperma motil terhadap seluruh
spermatozoa adalah 81,23%. Keseluruhan data mengenai karakteristik testis ini
belum dapat dihubungkan dengan kondisi lingkungan spesifik, misalnya iklim
atau musim karena data kontinyu dan konsisten tidak tersedia (Nasruddin, 2008).
Kulit katak berperan penting dalam sistem respirasi, hal ini disebabkan
karena kelenjar yang terdapat pada kulit amfibi menghasilkan senyawa peptide
dengan aktifitas biologis yang luas. Diperkirakan kurang lebih 100.000 peptida
yang berbeda dihasilkan dari kelenjar pada berbagai kulit katak, yaitu dari 10-20
peptida yang berbeda ukuran dan susunanny (Karim, 2012).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.Waktu dan Tempat


Hari / tanggal

: Rabu/ 14 Desember 2016

Waktu

: Pukul 07.30-09.10

Tempat

: Laboratorium Biologi Lantai 3 Sebelah Kiri Jurusan


Biologi FMIPA UNM

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Botol pembunuh
b. Baki bedah
c. Alat bedah
1) Gunting
2) Sedotan minuman
3) Pinset
4) Jarum
5) Skalpel
2. Bahan
a. Katak sawah (Rana cancarivora) atau kodok (Bufo sp)
b. Kapas
c. Kloroform /eter (pembius)
C. Prosedur Kerja
1. Pengamatan bentuk luar
a. Membius hewan dengan ether dengan cara mengambil segulung kapas,
membasahi dengan eter sampai basah separuhnya.
b. Memasukkan kapas basah tersebut kedalam botol pembius sampai katak
tersebut lemas dan mati.
c. Meletakkan katak yang sudah mati diatas papan seksi pada perutnya dan
mengamati bagian kepala : mata ,membran timpani, celah mulut yang
lebar, dan lubang hidung luar, leher badan, kaki depan, lengan atas,
lengan bawah telapak, jari-jari tidak berselaput, kaki belakang seperti
paha, betis, telapak yang menyatu, dan jari-jari yang berselaput.
d. Mengamati seluruh permukaan kulit katak lalu membuat gambar dnegna
pandangan dari punggung dan menunjukkan semua bagian-bagiannya.
2. Pembedahan untuk melihat alat-alat dalam tubuh
a. Melentangkan katak di atas papan seksi
b. Merentangkan kaki-kakinya dan menusuk telapak kaki dengan jarum
pentul untuk menahan agar tidak goyang atau tidak bergerak.

c. Menjepit kulit pertengahan perut dengan pinset secara melintang.


Menggunting lipatan kulit yang terjepit sehingga terjadi sobekan
d. Memasukan ujung gunting yang tumpul dalam sobekan kulit tersebut,
gunting kulit kearah kepala sampai gunting tertumbuk pada bagian
dada.
e. Melanjutkan pengguntingan kulit kearah ekor sampai tertumbuk pada
pangkal paha.
f. Mempelajari perlekatan kulit pada otot/daging.
g. Merentangkan kaki-kaki dan pasang kembali dengan jarum pentul
agar tidak mudah goyang.
h. Membuat torehan pada pertengahan otot perut secara membujur,
sampai tembus.
i. Memasukkan ujung gunting tumpul ke dalam celah yang terbentuk,
dan menggunting otot perut arah kepala sampai pada tulang dada.
Melanjutkan irisan ini kearah ekor sampai pangkal paha.
j. Membuat irisan ke samping dan menahan dengan jarum pentul.
k. Mengamati bagian jantung, hati, lambung, usus, kantong kencing,
ovarium dan paru-paru.
l. Tidak membongkar susunan alat-alat yang kelihatan tersebut lalu
membuat ganbar sederhana alat-alat yang nampak.
3. Pengamatan sistem pencernaan
a. Menyingkapkan jantung ke kanan dan mencari saluran di sebelah
bawah saluran pernafasan, pendek lunak.
b. Mengamati alat pencernaan mulai dari mulut ,kerongkongan,
lambung, usus dua belas jari, usus halus, usus besar, poros yang
bermuara di kloaka dan kloaka.
c. Mengamati kelenjar pencernaan berupa hait, kantung empedu, dan
pankreas.
4. Pengamatan Sistem peredaran darah
a. Mengamati jantung pada tempatnya.
b. Membuka pericardium dengan gunting, mengambil sedikit kapas dan
menjepit dengan gunting, lalu mengambil sedikit kapas dan menjepit
dengan pinset lalu menyerap cairan yang ada disekitar jantung.
c. Debgan loupe mencari dan mengamati bagian-bagian jantung seperti
bilik, serambi kiri, serambi kanan, batang arteri.
5. Pengamatan Sistem pernafasan

a. Memebuka mulut dan mencari celah pangkal tebggorok yang berada


agak di depan pangakal kerongkongan.
b. Memasukkan ujung pipet pengisap

minuman

pada

pangkal

kerongkongan yang berada agak di depan pangkal kerongkogan.


c. Memasukkan ujung pipet pengisap minuman pada pangkal tenggorok
dan tiup.
d. Mengamati bentuk dan susunannya.
6. Pengamatan Sistem ekskresi dan reproduksi (urogenitalia)
a. Melepaskan alat-alat pencernaan dengan gunting, memulai dari
kerongkongan hingga porus.
b. Pada betina mengamati indung telur, saluran telur, ginjal, ureter,
kantong kemih.
c. Pada jantan mengamati testis, vasa everentia, vesikula seminalis,
ureter dan kantung kemih.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A

Hasil Pengamatan
1). Morfologi
a. Dorsal
Gambar

Gambar Pembanding

Keterangan:

1. Telapak tangan
(Manus)
2. Jari-jari (Digiti)
3. Lengan bawah
(Ante branchium)
4. Lengan atas
(Branchium)
5. Paha (Femur)
6. Betis (Crus)
7. Telapak kaki
(Pes)
8. Tonjolan
9. Tympanum
b. Vetral
Gambar

Gambar Pembanding

Keterangan:
1. Linea alba

Gambar Pembanding

Keterangan:

2) Fisiologi
Gambar

1. Jantung
2. Empedu
3. Hati
4. Paru-paru
5. Lambung
6. Telur
7. Selaput
8. Rectum
9. Usus halus
10. Usus besar
11. Klavikula
12. Mulut

3) Anatomi
Gambar

Gambar pembanding

Keterangan:
Jantung
(Sistem peredaran darah)

Empedu
(Sistem ekskresi)

Hati
(Sistem ekskresi)

Lambung
(Sistem percernaan)

Paru-paru
(Sistem pernapasan)

1. Usus halus
2. Usus besar
(Sistem pencernaan)

Klavikula
(Sistem pernapasan)

Ginjal
(Sistem ekskresi)

1. Sel telur
(sistem reproduksi)
2. Rektum
(Sistem eksresi)

B. Pembahasan
Berdasarkan praktikum Anatomi Hewan Vertebrata yang telah dilakukan
dengan teknik pembedaha dapat dilihat secara jelas bentuk, letak, dan hubungan
suatu organ dengan organ yang lain , di dapatkan hasil dimana hasil pengamatan
mendukung kebenaran teori yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Morfologi katak atau kodok
a. Pada bagian kepala terdapat:
1. Mulut, terletak paling ujung anterior kepala. Bentuknya melebar,
dibatasi oleh rahang bawah yang tidak bergigi dan rahang atas
bergigi kecil yang disebut vomer.
2. Lubang hidung luar sepasang yang terletak di ujung depan langitlangit.
3. Sepasang mata, untuk melihat
4. Kelopak mata berupa kulit yang yang tidak bergerak.
5. Selaput tidur, berupa selaput tipis dan bening yang membantu katak
melihat dalam air.
6. Tympanum, selaput pendengaran di bagian pinggirnya disokong oleh
suatu cincin rawan yang dinamakan orulus tympani.
b. Pada bagian badannya terdapat :
1) Tungkai depan yang terdiri dari branchium, ante branchium dan
manus. Pada manus terdapat empat buah digiti.
2) Tungkai belakang juga terdiri dari 3 ruas yaitu femur, crus dan pes.
Pada pes terdapat lima digiti dengan selaput renang diantara digiti.
2. Anatomi kodok (Bufo sp)
Rongga mulut katak,bagian-bagian dari anatomi mulut katak sebagai
berikut:
1) Lingua berfungsi untuk menangkap mangsa.
2) Gigi maxilla, terletak di bagian atas. Berfungsi untuk menahan
mangsa.
3) Lubang suara berfungsi sebagai tempat keluarnya suara pada katak.

3. Sistem pernapasan
Katak bernapas dengan paru-paru. Paru-paru berhubungan dengan
udara luar melalui dua bronkus, trakea yang mengandung tali-tali vocal,

lalu pulmo dari lorong-lorong nasal. Pernapasan juga dilakukan dengan


kulit terutama ketika tidur.
Mekanisme pernapasan kodok antara lain:
a. Fase inspirasi
Otot-otot berkontraksi mengakibatkan rongga mulut membesar
sehingga udara masuk ke rongga mulut menuju tenggororkan. Karena
tertutup oleh klep diikuti kontraksi dari otot rahang sehingga rongga
mulut mengecil dan udara terdorong ke paru-paru.
b. Fase ekspirasi
Otot geniohididens berelaksasi dan otot perut berkontraksi
sehingga rongga perut mengecil dan paru-paru tertekan. Akibatnya
udara terdorong keluar lalu koane terbuka dan udara keluar.
4. Sistem pencernaan
Alat pencernaan diawali oleh cavum oris dan diakhiri dengan
kloaka. Dari cavum oris akan masuk melalui pharink. Esophagus yang
menghasilkan

sekresi

alkalis

dan

mendorong

masuk

dalam

ventrikulusyang berfungsi sebagai gudang pencerna. Bagian muka


ventrikulus yang besar disebut cardiac, bagian ventrikulus yang kecil
berakhir di pyloris. Kontraksi dinding otot ventrikulus meremas makanan
menjadi hancur dan dicampur dengan sekresi ventrikulus yang
mengandung enzim atau fermen yang merupakan katalisator. Enzim yang
dihasilkan terdiri atas pepsin, tripsin, erepsin, untuk protein dan lipase
untuk lemak. Makanan masuk ke intestinum melalui klap pyloris. Bahan
makanan yang berupa sisa akan menjadi feses dan selanjutnya dikeluarkan
melalui kloaka. Usus katak relative pendek, hal ini disesuaikan dengan
makanannya yaitu serangga. Tiga gelambir di bagian dorsal dan gelambir
5.

kanannya terdapat kantung empedu.


Sistem peredaran darah
Sistem peredaran darah kodok adalah sistem peredaran darah tertutup
dan sistem peredaran dua kali yaitu peredaran langsung dan tidak
langsung. Pembuluh nadi utama dari ventrikel bercabang menjadi dua:
aorta kiri dan kanan. Sistem sirkulasi terdiri dari jantung, pembuluh darah,

limpah, dan cairan limpa. Jantung (Cor) dibungkus selaput perikandrium,


berbentuk lonjong, terdiri atas dua serambi dan satu bilik. Adapun proses
sirkulasinya sebagai berikut:
a. Darah yang mengandung oksigen ditransfer ke bilik.
b. Bilik memompa darah dan menyebar ke seluruh tubuh dan menukar
oksigen dengan karbon dioksida.
c. Darah yang kaya karbon dioksida di bawah ke jantung (serambi kanan)
dan begitu seterusnya.
6. Sistem ekskresi
Alat ekskresi utama katak adalah ginjal. Ginjal bermuara pada kloaka,
dan paru-paru juga termasuk sistem ekskresi pada kodok.
7. Sistem reproduksi
Alat reproduksi pada kodok yaitu:
a. Pada jantan, berupa sepasang testis berbentuk oval berwarna keputihputihan terletak disebelah anterior dan ren. Di sebelah cranial testis
melekatlah corpus adiposum, suatu zat lemak yang berwarna kekuningkuningan, sedang disebelah median dataran testis terdapat saluransaluran halus yang disebut Vasa eferensia yang bermuara pada saluran
kencing, kemudian menuju kloaka.
b. Pada betina, sistem reproduksinya disebut ovarium yang di bawahnya
terdapat saluran yang berkelok-kelok putih yang bermuara pada kloaka.
Pada hewan yang telah dewasa kadang-kadang terdapat ovarium yang
berwarna Cormus adipostum yang berwarna kekuning-kuningan. Ovum
yang telah masuk menembus dinding ovarium untuk masuk ke dalam
oviduk. Selanjutnya ovum menuju ke kloaka.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum, dapat mengenali bentuk, warna, dan letak
suatu organ serta dapat menjelaskan hubungannya dengan organ lain pada
suatu sistem organ. Sama halnya dengan vertebrata lain, Rana cancrivora

memiliki organ-organ berupa organ sistem pernapasan, organ sistem peredaran


darah, organ sistem pencernaan, organ sistem eksresi dan reproduksi. Antara
satu organ dengan organ lainnya, saling mendukung sehingga menjadi suatu
unit sistem organ. Sistem organ inilah yang secara kompleks menjalankan
fungsinya masing-masing.
B. Saran
Adapun saran saya untuk praktikan dan asisten, yaitu;praktikan seharusnya
tidak merasa jijik ketika melakukan pembedahan dan pengamatan organ dalam
Katak(Rana cancarivora). Asisten memastikan praktikan telah melihat semua
organ yang perlu diperhatikan.

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. dan Jane B. Reece. 2008. Biologi Edisi kedelapan Jilid 3.
Jakarta: Erlangga
Nasruddin. 2008. Karakteristik Habitat dan Beberapa Aspek Biologi Kodok
Raksasa (Limnonectes cf. grunniens). Jurnal Veteriner. Vol. 9 No. 4
Karim, Aditya, Krishar. 2012. Potensi Keanekaragaman Katak Di Papua Sebagai
Sumber. Fauna Indonesia. Vol 11

Palennari, Muhidin., Hamka L., Faisal. 2015. Buku Ajar Biologi Dasa Bagian
Pertama. Makassar. Lembaga Penelitian Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.
Tim Penyusun. 2016. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Makassar : Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.

DOKUMENTASI

Vous aimerez peut-être aussi