Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Perdebatan I
Penulis
: Karena kalian percaya bahwa
Tuhan itu ada. Sekarang, dari mana kalian bisa
tahu bahwa Tuhan itu ada?
Peserta
:
Kami
mengetahui
bahwa
Tuhan itu ada, karena adanya alam ini. Tuhan
kami lah yang menciptakan alam ini. Karena
mustahil alam ini ada begitu saja. Pastilah ada
yang menciptakannya, yakni Tuhan kami
Penulis
: Apakah ketika kalian melihat
alam ini, lantas kalian mengatakan bahwa
Tuhan itu ada?
Peserta
: Ia benar
Penulis
: Artinya, adanya Pencipta yang
kalian klaim sebagai Tuhan, kalianlah yang
memikirakan, setelah melihat alam?
Peserta
: Ia benar demikian
Penulis
: Jika demikian, berarti Tuhan
kalian itu adalah hasil dari buatan pikiran
kalian, karena setelah melihat alam, kalian
berfikir bahwa Tuhan lah yang menciptakan
alam. Terus kenapa kalian mau menyembah
yang kalian buat sendiri dalam pikiran kalian.
Dan apa bedanya dengan orang yang membuat
patung, lantas dia menyembahnya. Bukankah
ini adalah sebuah kebodohan semata
Merekapun terdiam dengan kebingungan.
Nampaknya mereka belum mengetahui betul
kelemahan argumentasi mereka.
Perdebatan ke-II Masih Berhubungan
dengan Ciptaan dan Pencipta.
Peserta
:
Bukti adanya Tuhan, Karena
adanya ciptaan. Karena yang namanya ciptaan
itu mestilah membutuhkan pencipta. Olehnya
itu, karena alam ini ciptaan, pastilah ada
penciptanya
Penulis
: Apa buktinya bahwa alam ini
adalah ciptaan?
Peserta
:
Tentu saja alam ini ciptaan,
karena mustahil dia ada begitu saja. Karena
segala sesuatu yang ada pastilah ada yang
mengadakan, termasuk alam ini
Penulis
: Apakah Tuhan kalian ada?
Peserta
: Ia Tuhan kami ada
Penulis
: Kalau begitu, Tuhan kalian pun
ciptaan. Karena kalian mengatakan
bahwa
setiap yang ada itu pastilah ada yang
mengadakan. Dan karena Tuhan kalian ada,
maka Tuhan kalian pun ada yang mengadakan.
Dan jika Tuhan kalian ada yang mengadakan
berarti Tuhan kalian bukan Tuhan (pencipta),
melainkan ciptaan
Peserta
: Tidak.., tidak seperti itu maksud
kami
Penulis
: Maksud kalian bagaimana?
Peserta
: Maksud kami, setiap yang ada
pastilah ada yang mengadakan, kecuali Tuhan
kami
Penulis
:
Atas
dasar
apa
kalian
mengecualikan Tuhan kalian?
Peserta
: Tentu saja terjadi pengecualian
bagi Tuhan kami, karena Tuhan kami adalah
pencipta. Dan segala sesuatu yang ada itu
adalah ciptaan Tuhan kami
Penulis
: Apa buktinya bahwa Tuhan kalian
pencipta?
Peserta
: Ya.. , tentu saja karena adanya
ciptaan (alam)
Penulis
: Artinya, adanya Tuhan kalian
(Pencipta) karena adanya ciptaan (alam)?
Peserta
: Ia.., seperti itulah
Penulis
: Jika seperti itu berarti, Tuhan
dalam
membuktikan
Kebenaran.
Sepengetahuan saya yang hina dan memiliki
pengetahuan yang terbatas ini, ada empat
Mazhab
berpikir
yang
dominan
dalam
membuktikan Kebenaran. Yaitu :
1. Idealisme
Mazhab ini terbagi atas dua versi;
Idealisme versi Berkley
Menurutnya bahwa segala sesuatu yang
ada di luar ide kita tidak memiliki
keberadaan. Idelah yang mengadakan
atau menciptakan realitas, kira-kira kurang
lebih demikian singkatnya. Jika segala sesuatu
yang ada di luar ide tidak memiliki keberadaan,
maka pernyataan bahwa segala sesuatu yang
ada di luar ide tidak memiliki keberadaan itu
juga nafi atau naf tak bermakna dan tidak
perlu dipikirkan kecuali pernyataan itu tidak
ditujukan
kepada
diri
di
luar
idenya.
Berdasarkan pernyataannya Berkley menafikan
keberadaan dirinya, karena keberadaanya itu
bukanlah sebuah ide atau gagasan belaka
namun ia adalah realitas eksternal atau nyata.
Cara berpikir seperti ini merupakan bias atau
akar dari Shopisme yang meyakini bahwa,
Hanya ketiadaanlah yang ada. Jadi ADA sama
dengan TIDAK ADA. Kalau yang ada hanyalah
ketiadaan berarti ketiadaan itu adalah
keberadaan karena dia ADA. Ini berarti
Pernyataannya
sama
dengan
bukan
pengetahuan
yang
dimilkinya
di
alam
immaterial tersebut hilang? Bukankah jiwa
telah sempurna? Kalau demikian adanya,
pendapat Plato pun bertentangan dengan fitrah
manusia dimana dari tidak sempurna menuju
kesempurnaan. Dari tidak punya pengetahuan
menjadi
punya
pengetahuan.
Murtadha
Muthahari dengan tegas menyatakan (lihat
buku FITRAH, M. Muthahari) bahwa Ilmu
Pengetahuan apa pun yang bertentangan
dengan fitrah manusia pasti salah. Karena Ilmu
Pengetahuan hadir untuk menyempurnakan
nilai-nilai kemanusiaan, tidak menjadikan
manusia tidak sempurna.
Berpikir ala Idealisme, sadar dan tidak sadar
akan menyeret dan menjerumuskan kita
kepada salah satu bentuk alias cara Berpikir
Salah atau Logic Fallacy (Intellectual cul de
sacs) yaitu Fallacy of Dramatic Instance. Satu
bentuk kesalahan berpikir yang bermula dari
klaim subyektif atau pembenaran untuk
mempertahan argument yang terkesan dibuatbuat. Misal, dengan serta merta kita meyakini
bahwa Tuhan itu Pencipta. Lalu orang bertanya :
Apa bukti bahwa Tuhan itu Pencipta? Karena
adanya ciptaan yakni bumi, jawab kita. Tibatiba bumi dilabelisasi secara subyektif oleh kita
sebagai ciptaan. Bagaimana mungkin kita
menyakini
ciptaan
itu
sebenar-benarnya
ciptaan sementara penciptanya belum terbukti
saya
atau
adalah
yang
Pertama.
pertama
dari
Pengalaman
3. Skriptualisme
Berbeda dengan pendapat kedua aliran diatas,
aliran pemikiran ini menjadikan kitab atau
doktrin tekstual sebagai otoritas tunggal dalam
menilai kebenaran realitas. Apa yang berada
atau dikatakan kitab itulah yang benar. Lalu
apa buktinya bahwa kitab itu kitab dan apa
pula buktinya bahwa apa yang dikatakan kitab
itu benar? dan kitab agama apa pula yang akan
kita jadikan rujukan kebenaran? dan bagaimana
dengan mereka yang tidak memiliki kitab?
Karena
kitab
masih
akan
dibuktikan
kebenarannya, maka ia tidak dapat dijadikan
rujukan untuk menilai kebenaran. Bagaimana
mungkin membuktikan sesuatu dengan sesuatu
yang masih akan dibuktikan kebenarannya?
Berpikir skriptualis akan mengantarkan kita
pada Fallacy of Circular Reasoning (cara
berpikir yang berputar-putar) suatu gelar
panjang dan kurang enak didengar. Selain itu,
kitab bersifat partikular dan Kebenaran bersifat
universal. Jadi mana bisa membuktikan sesuatu
yang sifatnya universal dengan sesuatu yang
bersifat partikular? Kitab hanya milik segelintir
orang saja. Kitab disamping bersifat partikular
juga bersifat relative.
W u ju d
E k s is te n s i
Adanya
R e a lit a s
Apanya
E sen si
M a h iy a
Skema II
4.
Pasti Ada-nya : Dari segi ada-nya segala
realitas yang hadir dalam pahaman, meliputi
juga hal-hal yang bersifat pasti ada-nya di luar
pahaman.
Misalnya,
kepastian
ada-nya
matahari, kepastian ada-nya alam, kepastian
ada-nya manusia, dan kepastian ada-nya
segala sesuatu yang pasti ada-nya. Termasuk
kepastian Ada-nya ADA. Dan ternyata, segala
sesuatu yang pasti adanya di luar pahaman,
yang di tangkap dalam pahaman terdiri atas
dua; Pertama, pasti ada-nya karena diri sendiri.
Kedua pasti ada-nya karena yang lain. Pasti
ada-nya karena diri sendiri yaitu, ADA. Dan
pasti ada-nya karena yang lain yaitu,
Alam/Manusia.
W u ju d
E k s is te n s i
Adanya
R e a lita s
Id e
p a s ti
adanya
k a re n a d iri
s e n d ir i
K a ren a
y a n g la in
Ada
M a n u s ia /
A la m
S k e m a III
manusia/alam mestilah
karena yang lain.
di
terposisikan
ada