Vous êtes sur la page 1sur 18

LAPORAN PENDAHULAUAN

FRAKTUR TERTUTUP KLAVIKULA


DI RUANG IGD MINOR RSUD Dr. MOEWARDI

Oleh :
NYOMAN WIRAJANA DHARMA ANTARA
070113B043

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2015

FRAKTUR TERTUTUP KLAVIKULA

A. DEFINISI
Terdapat beberapa pengertian tentang fraktur, sebagaimana yang
dikemukakan para ahli melalui berbagai literatur (Musliha, 2010) :
1. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya
kontinuitas tulang.
2. Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000), fraktur adalah
pemisahan atau patahnya tulang.
3. Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya
kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang
berlebihan.
4. Smeltzer S.C & Bare B.G (2001) fraktur adalah terputusnya kontinuitas
tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
5. Reeves C.J,Roux G & Lockhart (2001), fraktur adalah setiap retak atau
patah pada tulang yang utuh.
Pengertian fraktur pada anggota tubuh, disesuaikan menurut anatominya,
misalnya Klavikula (tulang Kolar). Dari pengertian di atas, fraktur Klavikula
merupakan suatu gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya
atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang
berlebihan yang tejadi pada tulang Klavikula.
Definisi fraktur Klavikula (http://en.wikipedia.org/wiki/Clavicle_fracture),
fraktur Klavikula adalah patah tulang pada tulang klavikula atau tulang
selangka. Hal ini sering disebabkan akibat jatuh dengan posisi lengan
terputar/tertarik(outstrechedhead), posisi jatuh bertumpu ke bahu atau pukulan
langsung ke klavikula.
Fraktur klavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh atau
hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah
atau proksimal klavikula. Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada
tubuh. Tanpa tulang tubuh tidak akan tegak berdiri.
Fungsi tulang dapat diklasifikasikan sebagai aspek mekanikal maupun aspek fisiologikal.
Dari aspek mekanikal, tulang membina rangka tubuh badan dan memberikan sokongan yang
kokoh terhadap tubuh. Sedangkan dari aspek fisiologikal tulang melindungi organ-organ
dalam seperti jantung, paru-paru dan lainnya. Tulang juga menghasilkan sel darah merah, sel

darah putih dan plasma. Selain itu tulang sebagai tempat penyimpanan kalsium, fosfat dan
garam magnesium. Namun karena tulang bersifat relatif rapuh, pada keadaan tertentu
tulang dapat mengalami patah, sehingga menyebabkan gangguan fungsi tulang
terutama pada pergerakan. Patah tulang atau fraktur merupakan hilangnya kontinuitas
tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan. Peristiwa ini dapat terjadi karena:
1. Peristiwa trauma tunggal. Patah tulang pada peristiwa ini biasanya dikarenakan oleh
kekuatan yang tiba-tiba berlebihan dapat berupa pemukulan, penekukan, pemuntiran
ataupun penarikan.
2. Tekanan yang berulang-ulang.

Tekanan yang berulang-ulang dapat

menimbulkan

keretakan. Sebagai contoh seorang pelari yang menempuh jarak jauh dapat mengalami
retak tulang pada daerah tibia, fibula maupun metatarsal.
3. Fraktur patologik. Pada peristiwa ini tulang mengalami patah oleh tekanan yang normal
dikarenakan tulang tersebut lemah atau rapuh. Bisa disebabkan oleh penyakit tertentu,
misalnya tumor. Banyak sekali kasus patah tulang yang terjadi dan berbeda-beda pada
daerah patah tulang tersebut. Pada kasus ini akan dibahas mengenai patah tulang bagian
klavikula.
B. ETIOLOGI FAKTUR KLAVIKULA
Secara umum, menurut Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat
relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu :
1. Fraktur akibat peristiwa trauma.
2. Fraktur akibat kelelahan atau tekanan.
3. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang.
Selangka juga disebut klavikula, adalah tulang dari atas dada yang berada
di antara tulang dada (sternum) dan tulang belikat (scapula). Sangat mudah
untuk merasakan klavikula, karena tidak seperti tulang lain yang dibungkus
dengan otot tapi tulang ini hanya tertutup oleh kulit yang mencakup sebagian
besar tulang Klavikula.
Fraktur klavikula sangat umum. Patah tulang dapat terjadi terjadi pada
bayi (biasanya pada proses kelahiran), anak-anak dan remaja (karena klavikula
tidak sepenuhnya mengeras atau mengembang sampai akhir remaja), atlet
(karena risiko dipukul atau jatuh) atau diakibatkan oleh kecelakaan dan jatuh.
Menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh
dengan posisi lengan terputar/tertarik keluar (outstrechedhand) dimana trauma dilanjutkan
dari pergelangan tangan sampai klavikula, namun baru-baru ini telah diungkapkan bahwa

sebenarnya mekanisme secara umum patah tulang klavikula adalah hantaman langsung ke
bahu atau adanya tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras.
Data ini dikemukankan oleh Nowak et a,l Nordqvist dan Peterson. Patah tulangklavikula
karena jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar (outstreched hand) hanya 6% terjadi pada
kasus, sedangkan yang lainnya karena trauma bahu. Kasus patah tulang ini ditemukan sekitar
70% adalah hasil dari trauma dari kecelakaan lalu lintas. Kasus patah tulang klavikula
termasuk kasus yang paling sering dijumpai.
Fraktur klavikula terjadi 30-60 kasus per 100.000 per tahun atau rata-rata
2,6-5% dari semua kasus patah tulang. Fraktur terjadi dua kali lebih banyak
pada laki-laki daripada perempuan. Sekitar setengah dari semua patah tulang
klavikula terjadi pada anak di bawah usia 7 tahun.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Clavicle_fracture)
C. PATOFISIOLOGI
Ketika terjadi patah tulang, maka akan terjadi kerusakan di korteks,
pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibatnya terjadi
perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan disekitarnya. Keadaan ini
menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang di bawah
periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon
inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan
vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh
mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini
menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk
dapat menyebabkan edema yang dapat menekan ujung syaraf yang bila
berlangsung lama dapa menyebabkan Syndroma Kompartement.
Fraktur klavikula paling sering disebabkan oleh karena mekanisme
kompressi atau penekanan, paling sering karena suatu kekuatan yang
melebihi kekuatan tulang tersebut dimana arahnya dari lateral bahu apakah
itu karena

jatuh,

kecelakaan

olahraga,

ataupun

kecelakaan kendaraan

bermotor. Pada daerah tengah tulang klavikula tidak di perkuat oleh


otot ataupun ligament-ligament seperti pada daerah distal dan proksimal
klavikula. Klavikula bagian tengah juga merupakan transition point antara
bagian lateral dan bagian medial. Hal ini yang menjelaskan kenapa pada

daerah ini paling sering terjadi fraktur dibandingkan daerah distal ataupun
proksimal.
D. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang dengan keluhan
jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah dengan setiap gerakan
lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan
kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang
menonjol akibat desakan dari fragmen patah tulang. Pembengkakan lokal akan terlihat
disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang
mengikuti fraktur. Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang.
E. Klasifikasi
Klasifikasi patah tulang secara umum adalah :
1. Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis fraktur meliputi :
a. Fraktur komplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga
tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke
sisi lain serta mengenai seluruh korteks.
b. Fraktur inkomplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis
patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks(masih ada korteks yang
utuh).
2. Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan
dunia luar, meliputi:
a. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh,tulang tidak
menonjol melalui kulit..
b. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan
dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi. Fraktur
terbuka dibagi dalam 3 grade yaitu :
1) Grade I
: robekan kulit dengan kerusakan kulit otot.
2) Garade II
: seperti grade I dengan memar kulit dan otor.
3) Grade III
: luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah,
syaraf otot dan kulit.
Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allmantahun 1967
dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang klavikula menjadi
3 kelompok:
1. Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula (insidensikejadian 7580%).
- Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.

- Umumnya terjadi pada pasien yang muda.


2. Kelompok 2 : patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15-25%). Terbagi menjadi 3
tipe berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular yakni, conoid dan trapezoid
a) Tipe 1.
Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya perpindahan tulang
maupun ganguan ligament coracoclevicular.
b) Tipe 2A.
Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan ligament coracoclavicular
masih melekat pada fragmen.
c) Tipe 2 B.
Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun kedua-duanya.
d) Tipe 3.
Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan AC joint.
e) Tipe 4.
Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan fragmen proksimal
berpindah keatas.
f) Tipe 5.
Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.
3. Kelompok 3 : patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%). Pada kejadian ini
biasanya berhubungan dengan cidera neurovaskuler.
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada fraktur klavikula ada dua pilihan yaitu dengan
tindakan bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau
nonoperative treatment.
Tujuan dari penanganan ini adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari
patah tulang supaya satu sama lain saling berdekatan dan untuk menjaga agar
mereka

tetap menempelsebagaimana

mestinya

sehingga

tidak terjadi

deformitas dan proses penyembuhan tulang yang mengalami fraktur lebih


cepat. Proses penyembuhan pada fraktur clavicula memerlukan waktu yang
cukup lama. Penanganan nonoperative dilakukan dengan pemasangan silang
selama 6 minggu. Selama masa ini pasien harus membatasi pergerakan bahu,
siku dan tangan. Setelah sembuh, tulang yang mengalami fraktur biasanya
kuat dan kembali berfungsi. Pada beberapa patah tulang, dilakukan
pembidaian untuk membatasi pergerakan. atau mobilisasi pada tulang untuk
mempercepat proses penyembuhan. Bagian tulang lainnya harus benar-benar
tidak boleh digerakkan (immobilisasi).
Imobilisasi bisa dilakukan melalui:

1. Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang


Pemasangan gips merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang
patah. Modifikasi spika bahu (gips klavikula) atau balutan berbentuk angka
delapan atau strap klavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini,
menarik bahu ke belakang, dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila
dipergunakan strap klavikula, ketiak harus diberi bantalan yang memadai
untuk mencegah cedera kompresi terhadap pleksus brakhialis dan arteri aksilaris.
Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau.
2. Penarikan (traksi) : menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota gerak
pada tempatnya.
3. Fikasasi :
a. Fiksasi internal : dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan
(plate) atau batanglogam pada pecahan-pecahan tulang atau sering
disebut open reduction with internal fixation (ORIF).
b. Fiksasi eksternal : Immobilisasi lengan atau

tungkai

dapat

menyebabkan otot menjadi lemah dan menciut. Karena itu sebagian


besar penderita perlu menjalani terapi fisik
Pada prinsipnya penanganan patah tulang klavikula adalah untuk mencapai penyembuhan
tulang dengan minimum tingkat morbiditas, hilangnya fungsi, dan sisa kelainan bentuk.
Fraktur 1/3 distal klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamen dapat
ditangani dengan sling dan pembatasan gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal disertai dengan
terputusnya ligamen korakoklavikular, akan terjadi pergeseran yang harus ditangani dengan
reduksi terbuka dan fiksasi interna. Selama imobilisasi pasien diperkenankan melakukan
latihan gerakan tapi harus menghindari aktivitas yang berat. Tindak lanjut perawatan
dilakukan dengan pemantauan yang dijadwalkan1 hingga 2 minggu setelah cedera untuk
menilai gejala klinis dan kemudiansetiap 2 hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala
klinis. Pemeriksaan foto rontgen tidak perlu selama proses perawatan, tetapi akan lebih baik
dilakukan pada saat proses penyatuan tulang yang biasanya dapat dilihat pada minggu ke - 4
sampai minggu ke 6 (pada saat fase remodeling pada proses penyembuhan tulang). Tanda
klinis penyatuan tulang adalah berkurangnya rasa sakit atau rasa sakit hilang, dapat
melakukan gerakan bahu secara penuh, dan kekuatan kembali normal. Tindakan
pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.

5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).


6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion).
Pemberian obat pada kasus patah tulang dapat dilakukan untuk mengurangirasa nyeri. Obatobat yang dapat digunakan adalah obat kategori analgesik antiinflamasi seperti
acetaminophen dan codeine dapat juga obat golongan NSAIDs seperti ibuprofen.
G. PROGNOSIS
Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada
berat ringannya trauma yang dialami, bagaimana penanganan yang tepat dan
usia penderita. Pada anak prognosis sangat baik karena proses penyembuhan
sangat cepat, sementara pada orang dewasa prognosis tergantung dari
penanganan, jika penanganan baik maka komplikasi dapat diminimalisir.
Fraktur klavikula disertai multiple trauma memberi prognosis yang lebih
buruk daripada prognosis fraktur klavikula murni.
Fraktur klavikula bisa sembuh sepenuhnya dalam waktu 12 minggu, tapi
rasa sakit biasanya berkurang dalam beberapa minggu. Seringkali pasien
kembali ke aktivitas penuh sebelum 12 minggu, terutama pada pasien yang
lebih muda (http://en.wikipedia.org/wiki/Clavicle_fracture).
Patah tulang akan sembuh dengan baik jika dilakukan tindakan operative.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus brakhialis, cedera vena
atau arteria subklavia akibat frakmen tulang, dan malunion (penyimpangan penyatuan).
Malunion merupakan masalah kosmetik bila pasien memakai baju dengan leher rendah.
Komplikasi akut :
- Cedera pembuluh darah
- Pneumouthorax
- Haemothorax
Komplikasi lambat :
-

Mal union : proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya,

namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.


Non union : kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG :

Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat
perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas.
Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat didalam darah.
Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.Venogram/anterogram
menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untukmendeteksi struktur fraktur yang
kompleks. Pemeriksaan rontgen untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur.
Scan tulang, CT-scan/ MRI :
Memperlihatkan frakur dan mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak.
J. ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek
keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan pada klien oleh perawat yang
berkompeten untuk memberikan asuhan keperawatan di ruang gawat darurat.
Asuhan keperawatan diberikan untuk mengatasi masalah secara bertahap
maupun mendadak.
Asuhan keperawatan di ruang gawat darurat seringkali dipengaruhi oleh
karakteristik ruang gawat darurat itu sendiri, sehingga dapat menimbulkan
asuhan keperawatan spesifik yang sesuai dengan keadaan ruangan.
Karakteristik unik dari ruangan gawat darurat yang dapat mempengaruhi
sistem asuhan keperawatan antara lain :
1. Kondisi kegawatan seringkali tidak terprediksi, baik kondisi klien dan
jumlah klien yang datang ke ruang gawat darurat.
2. Keterbatasan sumber daya dan waktu.
3. Pengkajian, diagnosis dan tindakan keperawatan diberikan untuk seluruh
usia, seringkali dengan data dasar yang sangat terbatas.
4. Jenis tindakan yang diberikan merupakan tindakan yang memerlukan
kecepatan dan ketepatan yang tinggi.
5. Adanya saling ketergantungan yang tinggi antara profesi kesehatan yang
bekerja di ruang gawat darurat.
Berdasarkan kondisi di atas, prinsip umum asuhan keperawatan yang
diberikan oleh perawat di ruang gawat darurat meliputi :
1. Penjaminan keselamatan diri perawat dan klien yang terjaga : perawat
harus menerapkan prinsip Universal Precaution dan mencegah penyebab
infeksi.

2. Perawat bersikap cepat dan tepat dalam melakukan triase, menentukan


diagnosa

keperawatan,

tindakan

keperawatan

dan

evaluasi

yang

berkelanjutan.
3. Tindakan keperawatan meliputi resusitasi dan stabilisasi diberikan untuk
mengatasi masalah biologi dan psikososial klien.
4. Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga diberikan
untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kerjasama klienperawat.
5. Sistem monitoring kondisi klien harus dapat dijalankan.
6. Sistem dokumentasi yang dipakai dapat digunakan secara mudah dan
cepat.
7. Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal keperawatan perlu
dijaga.
Berikut penjabaran proses keperawatan yang merupakan panduan Asuhan
Keperawatan di ruangan gawat darurat dengan contoh proses keperawatan
klien gawat darurat.
I.

PENGKAJIAN
a. Standar
Perawat gawat darurat harus melakukan pengkajian fisik dan
psikososial di awal dan secara berkelanjutan untuk mengetahui
masalah keperawatan klien dalam lingkup kegawatdaruratan.
b. Keluaran
Adanya pengkajian keperawatan yang terdokumentasi untuk setiap
klien gawat darurat.
c. Proses
Pengkajian merupakan pendekatan sistematik untuk
mengidentifikasi masalah keperawatan gawat darurat. Proses
pengkajian terbagi dua :
1. Pengkajian Primer (primary survey)
Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera
masalah aktual/potensial dari kondisi life threatning (berdampak
terhadap kemampuan pasien untuk mempertahankan hidup).
Pengkajian tetap berpedoman pada inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi jika hal tersebut memungkinkan.
Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan :
A = Airway dengan kontrol servikal
Kaji :

Bersihan jalan nafas


Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
Distress pernafasan
Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema
laring

B = Breathing dan ventilasi


Kaji :
-

Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada


Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas

C = Circulation
Kaji :
-

Denyut nadi karotis


Tekanan darah
Warna kulit, kelembaban kulit
Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal

D = Disability
Kaji :
-

Tingkat kesadaran
Gerakan ekstremitas
GCS atau pada anak tentukan respon A = alert, V = verbal,

P = pain/respon nyeri, U = unresponsive.


Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya.

E = Eksposure
Kaji :
- Tanda-tanda trauma yang ada.
2. Pengkajian Sekunder (secondary survey)
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABC yang
ditemukan pada pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder
meliputi

pengkajian

obyektif

dan

subyektif

dari

riwayat

keperawatan (riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit


terdahulu, riwayat pengobatan, riwayat keluarga) dan pengkajian
dari kepala sampai kaki.
a. Pengkajian Riwayat Penyakit :
Komponen yang perlu dikaji :
- Keluhan utama dan alasan pasien datang ke rumah sakit
- Lamanya waktu kejadian samapai dengan dibawa ke
rumah sakit

Tipe cedera, posisi saat cedera dan lokasi cedera


Gambaran mekanisme cedera dan penyakit yang ada

(nyeri)
Waktu makan terakhir
Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit
sekarang, imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat
alergi klien.
Metode pengkajian :
1) Metode yang sering dipakai untuk mengkaji riwayat
klien :
S

(signs

and
tanda dan gejala yang diobservasi dan

symptoms)

A (Allergis)
M (medications)

dirasakan klien
alergi yang dipunyai klien
: tanyakan obat yang telah diminum klien

(pertinent

past

: untuk mengatasi nyeri

medical hystori)
L (last oral intake
solid
or liquid)
E (event leading to

riwayat penyakit yang diderita klien


:

makan/minum terakhir; jenis makanan,


ada

penurunan

atau

peningkatan

kualitas makan
:

injury or illnes)

pencetus/kejadian penyebab keluhan

:
2) Metode yang sering dipakai untuk mengkaji nyeri :
P (provoked)

pencetus nyeri, tanyakan hal yang

menimbulkan dan mengurangi nyeri


kualitas nyeri
arah penjalaran nyeri
skala nyeri ( 1 10 )
lamanya nyeri sudah dialami klien
b. Tanda-tanda vital dengan mengukur :
- Tekanan darah
- Irama dan kekuatan nadi
- Irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernafasan
- Suhu tubuh
c. Pengkajian Head to Toe yang terfokus, meliputi :
Q (quality)
R (radian)
S (severity)
T (time)

:
:
:
:

1) Pengkajian kepala, leher dan wajah


- Periksa rambut, kulit kepala dan wajah
Adakah luka, perubahan tulang kepala, wajah dan
-

jaringan lunak, adakah perdarahan serta benda asing.


Periksa mata, telinga, hidung, mulut dan bibir
Adakah perdarahan, benda asing, kelainan bentuk,

perlukaan atau keluaran lain seperti cairan otak.


Periksa leher
Nyeri tulang servikal dan tulang belakang, trakhea
miring atau tidak, distensi vena leher, perdarahan,

edema dan kesulitan menelan.


2) Pengkajian dada
Hal-hal yang perlu dikaji dari rongga thoraks :
- Kelainan bentuk dada
- Pergerakan dinding dada
- Amati penggunaan otot bantu nafas
- Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera, petekiae,
perdarahan, sianosis, abrasi dan laserasi
3) Pengkajian Abdomen dan Pelvis
Hal-hal yang perlu dikaji :
- Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen
- Tanda-tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk,
-

alserasi, abrasi, distensi abdomen dan jejas


Masa : besarnya, lokasi dan mobilitas
Nadi femoralis
Nyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri (gunakan

PQRST)
- Distensi abdomen
4) Pengkajian Ekstremitas
Hal-hal yang perlu dikaji :
- Tanda-tanda injuri eksternal
- Nyeri
- Pergerakan
- Sensasi keempat anggota gerak
- Warna kulit
- Denyut nadi perifer
5) Pengkajian Tulang Belakang
Bila tidak terdapat fraktur, klien dapat dimiringkan untuk
mengkaji :
- Deformitas
- Tanda-tanda jejas perdarahan
- Jejas
- Laserasi
- Luka

6) Pengkajian Psikosossial
Meliputi :
- Kaji reaksi emosional : cemas, kehilangan
- Kaji riwayat serangan panik akibat adanya faktor
pencetus seperti sakit tiba-tiba, kecelakaan, kehilangan
-

anggota tubuh ataupun anggota keluarga


Kaji adanya tanda-tanda gangguan psikososial yang
dimanifestasikan dengan takikardi, tekanan darah

meningkat dan hiperventilasi.


Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan meliputi :
1. Radiologi dan Scanning
2. Pemeriksaan laboratorium
3. USG dan EKG
II.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa atau masalah keperawatan dapat teridentifikasi sesuai
dengan kategori urgensi masalah berdasarkan pada sistem triage dan
pengkajian yang telah dilakukan. Prioritas ditentukan berdasarkan
besarnya ancaman kehidupan : Airway, Breathing dan Circulation.
Diagnosa keperawatan Gawat Darurat yang dapat muncul pada kasus
Fraktur Kalvikula antara lain :
1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, pergeseran fragmen tulang
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya gangguan
muskuloskeletal
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan
sekitar fraktur

III.

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri
- Pertahankan mobilisasi yang sakit dengan tirah bening
R/ Menghilangkan nyeri dan mencegah terjadinya kesalahan
posisi tulang

Tinggikan dan dukung ektremitas yang terkena


R/ Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema dan

menurunkan nyeri
Evaluasi keluhan nyeri
R/ mengetahui skala nyeri pasien
Dorong klien mendiskusikam masalah sehubungan dengan

cedera
R/ Menurunkan ansietas
Beri alternative kenyamanan seperti teknik nafas dalam,

sentuhan terapiotik, imajinasi fisualisasi


R/Meningkatkan rasa nyaman pasien
Observasi tanda-tanda vital
R/ Mengetahui perubahan umum pasien
Kolaborasi pemberian analgetic
R/ Menurunkan nyeri pasien

2. Keterbatasan mobilisasi fisik


- Kaji derajat imobilisasi yang dihasilkan oleh fraktur/cedera
R/ Mengetahui derajat imobilisasi fisik
- Instruksikan pasien untuk bantu latihan rentang gerak pasif
aktif
R/ Meningkatkan

aliran

darah

ke

otot

dan

tulang

meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi,


-

mencegah kontraktor atu atrofi


Tempatkan dalam posisi terlentang secara periodic
R/ Menurunkan resiko kotraktor flexsi panggul
Kaji tanda tanda vital pasien
R/ Mengetahui keadaan umum pasien
Kolaborasi dengan fisioterapi
R/ Mempercepat penyembuhan paisen

3. Kerusakan intregitas jaringan


- Kaji kerusakan kulit
R/ Mengetahui seberapa parah kerusakan kulit
- Massage penonjolan tulang
R/ Menurunkan pada area luka
- Penggunaan gips kering dan perawatan kulit
R/ Mencegah penambahan kerusakan kulit
- Traksi kulit dan perawatan kulit
R/ mencegah kontaminasi pada luka.

4. Resiko tinggi infeksi


- Pantau tanda- tanda vital.
R/ mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila

suhu tubuh meningkat.


Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
R/ mengendalikan penyebaran mikroorganisme patogen.
Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus,

kateter, drainase luka, dll.


R/ untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
Pantau hasil laporatorium untuk pemeriksaan darah, seperti Hb

dan leukosit.
R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal
-

bisa terjadi akibat terjadinya proses infeksi.


Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
R/ antibiotik mencegah perkembangan
patogen

mikroorganisme

DAFTAR PUSTAKA
Price, S.A.,dkk,. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Volume
2, 2006, EGC, Jakarta
Musliha, Keperawatan Gawat Darurat Plus Contoh Askep dengan pendekatan Nanda,
NIC, NOC, 2010, Nuha Medika, Yogyakarta
Herdman T.H, dkk,. Nanda Internasional Edisi Bahasa Indonesi, Diagnosis
Keperawatan Defini dan Klasifikasi, 2009-2011, EGC, Jakarta
Wilkinson J M,. Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC
Edisi Bahasa Indonesia, 2006, EGC, Jakarta
Basic trauma Life support, Pro Emergency (Bab XII)
Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Clavicle_fracture
L Joseph Rubino, 2006, Clavicle Fractures, http://www.emedicine.com/orthoped/topic50.htm.
Mardhink Zhadja, ml.scribd.com/doc/89379199/fraktur-klavikula

PORTOPOLIO
LAPORAN PENDAHULUAN
AUSHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI
SURAKARTA

OLEH :
NYOMAN WIRAJANA DHARMA ANTARA
070113B043

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2015

Vous aimerez peut-être aussi