Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
NYOMAN WIRAJANA DHARMA ANTARA
070113B043
A. DEFINISI
Terdapat beberapa pengertian tentang fraktur, sebagaimana yang
dikemukakan para ahli melalui berbagai literatur (Musliha, 2010) :
1. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya
kontinuitas tulang.
2. Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000), fraktur adalah
pemisahan atau patahnya tulang.
3. Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya
kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang
berlebihan.
4. Smeltzer S.C & Bare B.G (2001) fraktur adalah terputusnya kontinuitas
tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
5. Reeves C.J,Roux G & Lockhart (2001), fraktur adalah setiap retak atau
patah pada tulang yang utuh.
Pengertian fraktur pada anggota tubuh, disesuaikan menurut anatominya,
misalnya Klavikula (tulang Kolar). Dari pengertian di atas, fraktur Klavikula
merupakan suatu gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya
atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang
berlebihan yang tejadi pada tulang Klavikula.
Definisi fraktur Klavikula (http://en.wikipedia.org/wiki/Clavicle_fracture),
fraktur Klavikula adalah patah tulang pada tulang klavikula atau tulang
selangka. Hal ini sering disebabkan akibat jatuh dengan posisi lengan
terputar/tertarik(outstrechedhead), posisi jatuh bertumpu ke bahu atau pukulan
langsung ke klavikula.
Fraktur klavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh atau
hantaman langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah
atau proksimal klavikula. Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada
tubuh. Tanpa tulang tubuh tidak akan tegak berdiri.
Fungsi tulang dapat diklasifikasikan sebagai aspek mekanikal maupun aspek fisiologikal.
Dari aspek mekanikal, tulang membina rangka tubuh badan dan memberikan sokongan yang
kokoh terhadap tubuh. Sedangkan dari aspek fisiologikal tulang melindungi organ-organ
dalam seperti jantung, paru-paru dan lainnya. Tulang juga menghasilkan sel darah merah, sel
darah putih dan plasma. Selain itu tulang sebagai tempat penyimpanan kalsium, fosfat dan
garam magnesium. Namun karena tulang bersifat relatif rapuh, pada keadaan tertentu
tulang dapat mengalami patah, sehingga menyebabkan gangguan fungsi tulang
terutama pada pergerakan. Patah tulang atau fraktur merupakan hilangnya kontinuitas
tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan. Peristiwa ini dapat terjadi karena:
1. Peristiwa trauma tunggal. Patah tulang pada peristiwa ini biasanya dikarenakan oleh
kekuatan yang tiba-tiba berlebihan dapat berupa pemukulan, penekukan, pemuntiran
ataupun penarikan.
2. Tekanan yang berulang-ulang.
menimbulkan
keretakan. Sebagai contoh seorang pelari yang menempuh jarak jauh dapat mengalami
retak tulang pada daerah tibia, fibula maupun metatarsal.
3. Fraktur patologik. Pada peristiwa ini tulang mengalami patah oleh tekanan yang normal
dikarenakan tulang tersebut lemah atau rapuh. Bisa disebabkan oleh penyakit tertentu,
misalnya tumor. Banyak sekali kasus patah tulang yang terjadi dan berbeda-beda pada
daerah patah tulang tersebut. Pada kasus ini akan dibahas mengenai patah tulang bagian
klavikula.
B. ETIOLOGI FAKTUR KLAVIKULA
Secara umum, menurut Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat
relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu :
1. Fraktur akibat peristiwa trauma.
2. Fraktur akibat kelelahan atau tekanan.
3. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang.
Selangka juga disebut klavikula, adalah tulang dari atas dada yang berada
di antara tulang dada (sternum) dan tulang belikat (scapula). Sangat mudah
untuk merasakan klavikula, karena tidak seperti tulang lain yang dibungkus
dengan otot tapi tulang ini hanya tertutup oleh kulit yang mencakup sebagian
besar tulang Klavikula.
Fraktur klavikula sangat umum. Patah tulang dapat terjadi terjadi pada
bayi (biasanya pada proses kelahiran), anak-anak dan remaja (karena klavikula
tidak sepenuhnya mengeras atau mengembang sampai akhir remaja), atlet
(karena risiko dipukul atau jatuh) atau diakibatkan oleh kecelakaan dan jatuh.
Menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh
dengan posisi lengan terputar/tertarik keluar (outstrechedhand) dimana trauma dilanjutkan
dari pergelangan tangan sampai klavikula, namun baru-baru ini telah diungkapkan bahwa
sebenarnya mekanisme secara umum patah tulang klavikula adalah hantaman langsung ke
bahu atau adanya tekanan yang keras ke bahu akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras.
Data ini dikemukankan oleh Nowak et a,l Nordqvist dan Peterson. Patah tulangklavikula
karena jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar (outstreched hand) hanya 6% terjadi pada
kasus, sedangkan yang lainnya karena trauma bahu. Kasus patah tulang ini ditemukan sekitar
70% adalah hasil dari trauma dari kecelakaan lalu lintas. Kasus patah tulang klavikula
termasuk kasus yang paling sering dijumpai.
Fraktur klavikula terjadi 30-60 kasus per 100.000 per tahun atau rata-rata
2,6-5% dari semua kasus patah tulang. Fraktur terjadi dua kali lebih banyak
pada laki-laki daripada perempuan. Sekitar setengah dari semua patah tulang
klavikula terjadi pada anak di bawah usia 7 tahun.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Clavicle_fracture)
C. PATOFISIOLOGI
Ketika terjadi patah tulang, maka akan terjadi kerusakan di korteks,
pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibatnya terjadi
perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan disekitarnya. Keadaan ini
menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang di bawah
periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon
inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan
vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh
mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini
menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk
dapat menyebabkan edema yang dapat menekan ujung syaraf yang bila
berlangsung lama dapa menyebabkan Syndroma Kompartement.
Fraktur klavikula paling sering disebabkan oleh karena mekanisme
kompressi atau penekanan, paling sering karena suatu kekuatan yang
melebihi kekuatan tulang tersebut dimana arahnya dari lateral bahu apakah
itu karena
jatuh,
kecelakaan
olahraga,
ataupun
kecelakaan kendaraan
daerah ini paling sering terjadi fraktur dibandingkan daerah distal ataupun
proksimal.
D. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang dengan keluhan
jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah dengan setiap gerakan
lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan
kadang-kadang terdengar krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang
menonjol akibat desakan dari fragmen patah tulang. Pembengkakan lokal akan terlihat
disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang
mengikuti fraktur. Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang.
E. Klasifikasi
Klasifikasi patah tulang secara umum adalah :
1. Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis fraktur meliputi :
a. Fraktur komplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga
tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke
sisi lain serta mengenai seluruh korteks.
b. Fraktur inkomplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis
patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks(masih ada korteks yang
utuh).
2. Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan
dunia luar, meliputi:
a. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh,tulang tidak
menonjol melalui kulit..
b. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan
dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi. Fraktur
terbuka dibagi dalam 3 grade yaitu :
1) Grade I
: robekan kulit dengan kerusakan kulit otot.
2) Garade II
: seperti grade I dengan memar kulit dan otor.
3) Grade III
: luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah,
syaraf otot dan kulit.
Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allmantahun 1967
dan dimodifikasi oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang klavikula menjadi
3 kelompok:
1. Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula (insidensikejadian 7580%).
- Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.
tetap menempelsebagaimana
mestinya
sehingga
tidak terjadi
tungkai
dapat
Mal union : proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya,
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat
perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas.
Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat didalam darah.
Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.Venogram/anterogram
menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untukmendeteksi struktur fraktur yang
kompleks. Pemeriksaan rontgen untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur.
Scan tulang, CT-scan/ MRI :
Memperlihatkan frakur dan mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak.
J. ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek
keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan pada klien oleh perawat yang
berkompeten untuk memberikan asuhan keperawatan di ruang gawat darurat.
Asuhan keperawatan diberikan untuk mengatasi masalah secara bertahap
maupun mendadak.
Asuhan keperawatan di ruang gawat darurat seringkali dipengaruhi oleh
karakteristik ruang gawat darurat itu sendiri, sehingga dapat menimbulkan
asuhan keperawatan spesifik yang sesuai dengan keadaan ruangan.
Karakteristik unik dari ruangan gawat darurat yang dapat mempengaruhi
sistem asuhan keperawatan antara lain :
1. Kondisi kegawatan seringkali tidak terprediksi, baik kondisi klien dan
jumlah klien yang datang ke ruang gawat darurat.
2. Keterbatasan sumber daya dan waktu.
3. Pengkajian, diagnosis dan tindakan keperawatan diberikan untuk seluruh
usia, seringkali dengan data dasar yang sangat terbatas.
4. Jenis tindakan yang diberikan merupakan tindakan yang memerlukan
kecepatan dan ketepatan yang tinggi.
5. Adanya saling ketergantungan yang tinggi antara profesi kesehatan yang
bekerja di ruang gawat darurat.
Berdasarkan kondisi di atas, prinsip umum asuhan keperawatan yang
diberikan oleh perawat di ruang gawat darurat meliputi :
1. Penjaminan keselamatan diri perawat dan klien yang terjaga : perawat
harus menerapkan prinsip Universal Precaution dan mencegah penyebab
infeksi.
keperawatan,
tindakan
keperawatan
dan
evaluasi
yang
berkelanjutan.
3. Tindakan keperawatan meliputi resusitasi dan stabilisasi diberikan untuk
mengatasi masalah biologi dan psikososial klien.
4. Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga diberikan
untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kerjasama klienperawat.
5. Sistem monitoring kondisi klien harus dapat dijalankan.
6. Sistem dokumentasi yang dipakai dapat digunakan secara mudah dan
cepat.
7. Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal keperawatan perlu
dijaga.
Berikut penjabaran proses keperawatan yang merupakan panduan Asuhan
Keperawatan di ruangan gawat darurat dengan contoh proses keperawatan
klien gawat darurat.
I.
PENGKAJIAN
a. Standar
Perawat gawat darurat harus melakukan pengkajian fisik dan
psikososial di awal dan secara berkelanjutan untuk mengetahui
masalah keperawatan klien dalam lingkup kegawatdaruratan.
b. Keluaran
Adanya pengkajian keperawatan yang terdokumentasi untuk setiap
klien gawat darurat.
c. Proses
Pengkajian merupakan pendekatan sistematik untuk
mengidentifikasi masalah keperawatan gawat darurat. Proses
pengkajian terbagi dua :
1. Pengkajian Primer (primary survey)
Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera
masalah aktual/potensial dari kondisi life threatning (berdampak
terhadap kemampuan pasien untuk mempertahankan hidup).
Pengkajian tetap berpedoman pada inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi jika hal tersebut memungkinkan.
Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan :
A = Airway dengan kontrol servikal
Kaji :
C = Circulation
Kaji :
-
D = Disability
Kaji :
-
Tingkat kesadaran
Gerakan ekstremitas
GCS atau pada anak tentukan respon A = alert, V = verbal,
E = Eksposure
Kaji :
- Tanda-tanda trauma yang ada.
2. Pengkajian Sekunder (secondary survey)
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABC yang
ditemukan pada pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder
meliputi
pengkajian
obyektif
dan
subyektif
dari
riwayat
(nyeri)
Waktu makan terakhir
Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit
sekarang, imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat
alergi klien.
Metode pengkajian :
1) Metode yang sering dipakai untuk mengkaji riwayat
klien :
S
(signs
and
tanda dan gejala yang diobservasi dan
symptoms)
A (Allergis)
M (medications)
dirasakan klien
alergi yang dipunyai klien
: tanyakan obat yang telah diminum klien
(pertinent
past
medical hystori)
L (last oral intake
solid
or liquid)
E (event leading to
penurunan
atau
peningkatan
kualitas makan
:
injury or illnes)
:
2) Metode yang sering dipakai untuk mengkaji nyeri :
P (provoked)
:
:
:
:
PQRST)
- Distensi abdomen
4) Pengkajian Ekstremitas
Hal-hal yang perlu dikaji :
- Tanda-tanda injuri eksternal
- Nyeri
- Pergerakan
- Sensasi keempat anggota gerak
- Warna kulit
- Denyut nadi perifer
5) Pengkajian Tulang Belakang
Bila tidak terdapat fraktur, klien dapat dimiringkan untuk
mengkaji :
- Deformitas
- Tanda-tanda jejas perdarahan
- Jejas
- Laserasi
- Luka
6) Pengkajian Psikosossial
Meliputi :
- Kaji reaksi emosional : cemas, kehilangan
- Kaji riwayat serangan panik akibat adanya faktor
pencetus seperti sakit tiba-tiba, kecelakaan, kehilangan
-
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa atau masalah keperawatan dapat teridentifikasi sesuai
dengan kategori urgensi masalah berdasarkan pada sistem triage dan
pengkajian yang telah dilakukan. Prioritas ditentukan berdasarkan
besarnya ancaman kehidupan : Airway, Breathing dan Circulation.
Diagnosa keperawatan Gawat Darurat yang dapat muncul pada kasus
Fraktur Kalvikula antara lain :
1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, pergeseran fragmen tulang
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya gangguan
muskuloskeletal
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan
sekitar fraktur
III.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri
- Pertahankan mobilisasi yang sakit dengan tirah bening
R/ Menghilangkan nyeri dan mencegah terjadinya kesalahan
posisi tulang
menurunkan nyeri
Evaluasi keluhan nyeri
R/ mengetahui skala nyeri pasien
Dorong klien mendiskusikam masalah sehubungan dengan
cedera
R/ Menurunkan ansietas
Beri alternative kenyamanan seperti teknik nafas dalam,
aliran
darah
ke
otot
dan
tulang
dan leukosit.
R/ penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal
-
mikroorganisme
DAFTAR PUSTAKA
Price, S.A.,dkk,. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Volume
2, 2006, EGC, Jakarta
Musliha, Keperawatan Gawat Darurat Plus Contoh Askep dengan pendekatan Nanda,
NIC, NOC, 2010, Nuha Medika, Yogyakarta
Herdman T.H, dkk,. Nanda Internasional Edisi Bahasa Indonesi, Diagnosis
Keperawatan Defini dan Klasifikasi, 2009-2011, EGC, Jakarta
Wilkinson J M,. Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC
Edisi Bahasa Indonesia, 2006, EGC, Jakarta
Basic trauma Life support, Pro Emergency (Bab XII)
Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Clavicle_fracture
L Joseph Rubino, 2006, Clavicle Fractures, http://www.emedicine.com/orthoped/topic50.htm.
Mardhink Zhadja, ml.scribd.com/doc/89379199/fraktur-klavikula
PORTOPOLIO
LAPORAN PENDAHULUAN
AUSHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
OLEH :
NYOMAN WIRAJANA DHARMA ANTARA
070113B043