Vous êtes sur la page 1sur 49

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


Makassar, 13 OKTOBER 2016

LAPORAN PBL
BLOK INDERA KHUSUS

Kelompok 1

:11020120024
Tri Zulkifli Lusman
11020140007
Adiyah Prayogha Tanus
11020140027
St. Aisyah. M
11020140058 Aprilia Mappasanda
11020140076
Ahmad Rizki Imran
11020140093
Ade Novita sam
11020140109
Irna Novianti Irwan
11020140120 Megawaty Putri Syaeful
11020140132
Arni Pahlawani Amir
11020140143
Sesariah Fatimah Nur. B
11020140150
Abdul Bashir Fawzy

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2016

Skenario Tuli
Seorang anak perempuan umur 15 tahun diantar ibunya ke puskesmas dengan keluhan
penurunan pendengaran pada telinga kanan sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan pusing berputar
tidak ada. Riwayat otore telinga kanan sejak umur 10 tahun,hilanh timbul terutama pada saat
pilek dan sembuh setelah diobati. Pada pemeriksaan otoskopi terlihat perforasi sentral gendang
telinnga kanan dengan ukuran sedang,mukosa telinga tengah terlihat basah tetapi tidak
hiperemis. Telinga kiri normal.

Kata Sulit :
Otore : Cairan yang keluar dari telinga
Kata Kunci:
1.
2.
3.
4.

Anak perempuan 15 tahun


Keluhan penurunan pendengaran sejak 3 bulan yang lalu
Tidak ada keluhan pusing berputar
Otore pada telinga kanan sejak umur 10 tahun dan hlang timbul setelah pilek dan sembuh

jika diobati
5. Pada otoskopi,terdapat perfprasi telinga kanan berukuran sedang
6. Mukosa telinga tengah basa
7. Telinga kiri normal
Pertanyaan Penting
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Jelaskan anatomi dan fisiologi pendengaran ?


Jelaskan mekanisme yang bias menyebabkan otore ?
Bagaimana hubungan pilek dengan otore ?
Klasifikasi dari perforasi gendang telinga ?
Apa yang menyebabkan perforasi gendang telinga ?
Mengapa gejala tidak disertai dengan pusing berputar ?
Mengapa pendengarannya baru menurun setelah 3 bulan yang lalu padahal otorenya

sudah dialami sejak 5 tahun yang lalu ?


8. Jelaskan langkah-langkah diagnosis yang harus dilakukan dengan scenario tersebut ?
9. Jelaskan differential diagnose dari scenario diatas ?

Jawaban

1. A. Anatomi

Anatomi Telinga
Secara umum telinga terbagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga
luar sendiri terbagi atas daun telinga, liang telinga dan bagian lateral dari membran timpani.
Daun telinga di bentuk oleh tulang rawan dan otot serta ditutupi oleh kulit. Ke arah liang
telinga lapisan tulang rawan berbentuk corong menutupi hampir sepertiga lateral, dua pertiga
lainnya liang tel inga dibentuk oleh tulang yang ditutupi kulit yang melekat erat dan
berhubungan dengan membran timpani. Bentuk daun telinga dengan berbagai tonjolan dan
cekungan serta bentuk liang telinga yang lurus dengan panjang sekitar 2,5 cm, akan
menyebabkan terjadinya resonansi bunyi sebesar 3500 Hz.
Telinga tengah berbentuk seperti kubah dengan enam sisi. Telinga tengah terbagi atas tiga
bagian dari atas ke bawah, yaitu epitimpanum terletak di atas dari batas atas membran timpani,
mesotimpanum disebut juga kavum timpani terletak medial dari membran timpani dan
hipotimpanum terletak kaudal dari membran timpani.
Organ konduksi di dalam telinga tengah ialah membran timpani, rangkaian tulang
pendengaran, ligamentum penunjang, tingkap lonjong dan tingkap bundar. Kontraksi otot tensor
timpani akan menarik manubrium maleus ke arah anteromedial, mengakibatkan membran
timpani bergerak ke arah dalam, sehingga besar energi suara yang masuk dibatasi.

Fungsi dari telinga tengah akan meneruskan energi akustik yang berasal dari telinga luar
kedalam koklea yang berisi cairan. Sebelum memasuki koklea bunyi akan diamplifikasi melalui
perbedaan ukuran membran timpani dan tingkap lonjong, daya ungkit tulang pendengaran dan
bentuk spesifik dari membran timpani. Meskipun bunyi yang diteruskan ke dalam koklea
mengalami amplifikasi yang cukup besar, namun efisiensi energi dan kemurnian bunyi tidak
mengalami distorsi walaupun intensitas bunyi yang diterima sampai 130 dB.
Aktifitas dari otot stapedius disebut juga reflek stapedius pada manusia akan muncul pada
intensitas bunyi diatas 80 dB (SPL) dalam bentuk reflek bilateral dengan sisi homolateral lebih
kuat. Reflek otot ini berfungsi melindungi koklea, efektif pada frekuensi kurang dari 2 khz
dengan masa latensi 10 mdet dengan daya redam 5-10 dB. Dengan demikian dapat dikatakan
telinga mempunyai filter terhadap bunyi tertentu, baik terhadap intensitas maupun frekuensi.
Telinga dalam terdiri dari organ kesimbangan dan organ pendengaran. Telinga dalam
terletak di pars petrosus os temporalis dan disebut labirin karena bentuknya yang kompleks.
Telinga dalam pada waktu lahir bentuknya sudah sempurna dan hanya mengalami pembesaran
seiring dengan pertumbuhan tulang temporal. Telinga dalam terdiri dari dua bagian yaitu labirin
tulang dan labirin membranosa. Labirin tulang merupakan susunan ruangan yang terdapat dalam
pars petrosa os temporalis ( ruang perilimfatik) dan merupakan salah satu tulang terkeras. Labirin
tulang terdiri dari vestibulum, kanalis semisirkularis dan kohlea.
Vestibulum merupakan bagian yang membesar dari labirin tulang dengan ukuran panjang
5 mm, tinggi 5 mm dan dalam 3 mm. Dinding medial menghadap ke meatus akustikus internus
dan ditembus oleh saraf. Pada dinding medial terdapat dua cekungan yaitu spherical recess untuk
sakulus dan eliptical recess untuk utrikulus. Di bawah eliptical recess terdapat lubang kecil
akuaduktus vestibularis yang menyalurkan duktus endolimfatikus ke fossa kranii posterior diluar
duramater.
Di belakang spherical recess terdapat alur yang disebut vestibular crest. Pada ujung
bawah alur ini terpisah untuk mencakup recessus kohlearis yang membawa serabut saraf kohlea
kebasis kohlea. Serabut saraf untuk utrikulus, kanalis semisirkularis superior dan lateral
menembus dinding tulang pada daerah yang berhubungan dengan N. Vestibularis pada fundus
meatus akustikus internus. Di dinding posterior vestibulum mengandung 5 lubang ke kanalis
semisirkularis dan dinding anterior ada lubang berbentuk elips ke skala vestibuli kohlea.

Ada tiga buah semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis superior, posterior dan lateral
yang terletak di atas dan di belakang vestibulum. Bentuknya seperti dua pertiga lingkaran
dengan panjang yang tidak sama tetapi dengan diameter yang hampir sama sekitar 0,8 mm. Pada
salah satu ujungnya masing-masing kanalis ini melebar disebut ampulla yang berisi epitel
sensoris vestibular dan terbuka ke vestibulum.
Ampulla kanalis superior dan lateral letaknya bersebelahan pada masing-masing ujung
anterolateralnya, sedangkan ampulla kanalis posterior terletak dibawah dekat lantai vestibulum.
Ujung kanalis superior dan inferior yang tidak mempunyai ampulla bertemu dan bersatu
membentuk crus communis yang masuk vestibulum pada dinding posterior bagian tengah. Ujung
kanalis lateralis yang tidak memiliki ampulla masuk vestibulum sedikit dibawah cruss
communis.
Kanalis lateralis kedua telinga terletak pada bidang yang hampir sama yaitu bidang
miring ke bawah dan belakang dengan sudut 30 derajat terhadap bidang horizontal bila orang
berdiri. Kanalis lainnya letaknya tegak lurus terhadap kanal ini sehingga kanalis superior sisi
telinga kiri letaknya hampir sejajar dengan posterior telinga kanan demikian pula dengan kanalis
posterior telinga kiri sejajar dengan kanalis superior teling kanan.
Koklea membentuk tabung ulir yang dilindungi oleh tulang dengan panjang sekitar 35
mm dan terbagi atas skala vestibuli, skala media dan skala timpani. Skala timpani dan skala
vestibuli berisi cairan perilimfa dengan konsentrasi K+4 mEq/l dan Na+139 mEq/l. Skala media
berada dibagian tengah, dibatasi oleh membran reissner, membran basilaris, lamina spiralis dan
dinding lateral, berisi cairan endolimfa dengan konsentra si K+144mEq/l dan Na+13 mEq/l.
Skala media mempunyai potensial positif (+ 80 mv) pada saat istirahat dan berkurang secara
perlahan dari basal ke apeks.
Organ corti terletak di membran basilaris yang lebarnya 0.12 mm di bagian basal dan
melebar sampai 0.5 mm di bagian apeks, berbentuk seperti spiral. Beberapa komponen penting
pada organ corti adalah sel rambut dalam, sel rambut luar, sel penunjang Deiters, Hensens,
Claudius, membran tektoria dan lamina retikulari.
Sel-sel rambut tersusun dalam 4 baris, yang terdiri dari 3 baris sel rambut luar yang
terletak lateral terhadap terowongan yang terbentuk oleh pilar-pilar Corti, dan sebaris sel rambut
dalam yang terletak di medial terhadap terowongan. Sel rambut dalam yang berjumlah sekitar

3500 dan sel rambut luar dengan jumlah 12000 berperan dalam merubah hantaran bunyi dalam
bentuk energi mekanik menjadi energi listrik.
Vaskularisasi telinga dalam
Vaskularisasi telinga dalam berasal dari A. Labirintin cabang A. Cerebelaris
anteroinferior atau cabang dari A. Basilaris atau A. Verteberalis. Arteri ini masuk ke meatus
akustikus internus dan terpisah menjadi A. Vestibularis anterior dan A. Kohlearis communis yang
bercabang pula menjadi A. Kohlearis dan A. Vestibulokohlearis. A. Vestibularis anterior
memperdarahi

N.

Vestibularis,

urtikulus

dan

sebagian

duktus

semisirkularis.

A.Vestibulokohlearis sampai di mediolus daerah putaran basal kohlea terpisah menjadi cabang
terminal vestibularis dan cabang kohlear. Cabang vestibular memperdarahi sakulus, sebagian
besar kanalis semisirkularis dan ujung basal kohlea. Cabang kohlear memperdarahi ganglion
spiralis, lamina spiralis ossea, limbus dan ligamen spiralis. A. Kohlearis berjalan mengitari N.
Akustikus di kanalis akustikus internus dan didalam kohlea mengitari modiolus.
Vena dialirkan ke V.Labirintin yang diteruskan ke sinus petrosus inferior atau sinus
sigmoideus. Vena-vena kecil melewati akuaduktus vestibularis dan kohlearis ke sinuspetrosus
superior dan inferior.
Persarafan telinga dalam
N.Vestibulokohlearis (N.akustikus) yang dibentuk oleh bagian kohlear dan vestibular,
didalam meatus akustikus internus bersatu pada sisi lateral akar N.Fasialis dan masuk batang
otak antara pons dan medula. Sel-sel sensoris vestibularis dipersarafi oleh N.Kohlearis dengan
ganglion vestibularis (scarpa) terletak didasar dari meatus akustikus internus. Sel-sel sensoris
pendengaran dipersarafi N.Kohlearis dengan ganglion spiralis corti terletak di modiolus.1
B. Fisiologi Pendengaran2

2. Sedangkan otore dapat berasal dari infeksi telinga luar, namun bila secret banyak dan
bersifat mukoid umumnya berasal dari infeksi telinga tengah. Bila secret bercampur

darah harus dicurigai adanya infeksi akut berat atau keganasan, dan harus diwaspadai
adanya LCS bila cairan keluar seperti air jernih3
3.

Hal ini dapat terjadi bila ada infeksi organisme yang mempengaruhi mukosa
telinga tengah yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh terhadap organisme yang
secara normal berada dalam telinga tengah. Terjadi peningkatan tekanan negative telinga
tengah menyebabkan masuknya organisme dari nasofaring ke telinga tengah.
Hal ini disebabkan karena telinga tengah terhubung dengan saluran napas atas melalui
suatu saluran kecil yang dikenal sebagai Tuba Eustachia. Secara normal, cairan yang
dihasilkan oleh sel-sel di telinga tengah keluar melalui tuba eustachia menuju
tenggorokan. Akan tetapi, ketika Tuba Eustachia mengalami pembengkakan atau
tersumbat maka cairan tersebut tidak akan mengalir sehingga memungkinkan adanya
bakteri ataupun virus yang nantinya dapat menyebabkan area tersebut mengalami infeksi
atau inflamasi. 4
Penyebab tersering infeksi telinga adalah infeksi saluran pernapasan atas, seperti
pilek. Penyakit tersebut dapat menyebabkan pembengkakan pada Tuba Eustachia
sehingga cairan telinga tengah tidak dapat dialirkan dan tersumbat. Tersumbatnya cairan
di Tuba Eustachia dalam jangka waktu yang lama, menyebabkan tekanan pada telinga
tengah meningkat sehingga dapat mempengaruhi organ disekitarnya. Salah satunya
membrane timpani. Membran timpani merupakan selaput tipis yang memisahkan telinga
luar dan telinga tengah. Tekanan yang meningkat dapat menyebabkan perforasi atau
robek pada membrane timpani sehingga dapat memicu terjadinya otore atau keluarnya
cairan dari telinga. 5

4. Bentuk perforasi membran timpani adalah :6


Perforasi sentral Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior

dan postero-superior, kadang-kadang sub total.


Perforasi marginal Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya
erosi dari anulus fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan
sebagai perforasi total. Perforasi pada pinggir postero-superior berhubungan

dengan kolesteatom.
Perforasi atik Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired
cholesteatoma

Primary acquired cholesteatoma adalah kolesteatom yang terbentuk tanpa


didahului oleh perforasi membran timpani. Kolesteatom timbul akibat proses
invaginasi dari membran timpani pars flaksida akibat adanya tekanan negatif
pada telinga tengah karena adanya gangguan tuba (teori invaginasi).
Kolesteatom yang terjadi pada daerah atik atau Universitas Sumatera Utara
pars flaksida
5. Membran timpani adalah selaput atau membran tipis yang memisahkan telinga luar dan
telinga tengah. Membran timpani bentulnya mirip demgan gendang sehingga sering
disebut sebagai gendang telinga. Fungsi membran ini sangat penting dalam proses
mendengar. Selaput ini akan meneruskan impuls suara dari telinga luar ke tulang-tulang
pendengaran yang ada ditelinga tengah, memperkuatnya sebelum selanjutnya diteruskan
ke syaraf pendengaran kita.
Kerusakan membran timpani yang sering terjadi adalah membran timpani berlubang.
Dalamnya disebut perforasi membran timpani. Dapat terjadi baik pada anak-anak
maupun dewasa.

Perforasi atau robeknya membran timpani dapat disebabkan oleh :


Infeksi telinga tengah (otitis media) yang biasanya didahului dengan infeksi
saluran nafas akut seperti sakit tenggorokan karena infeksi adenoid, pilek dan
batuk. Saat terinfeksi cairan di telinga tengah meningkat. Tekanannya mendesak

gendang telinga sehingga berlubang


Trauma baik secara langsung maupun tidak langsung misalnya tertusuk alat
pembersih kuping, suara ledakan yang didekat dengan telinga kita seperti bom,
suara petasan yang sangat keras di dekat sekali dengan telinga, benturan di kepala

akibat kecelakaan atau dipukul didaerah telinga


Naik pesawat dalam keadaan pilek berat sehingga terjadi perbedaan tekanan antar

telinga luar dan telinga tengah


Menyelam melewati batas aman

6. Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh

atau lingkungan

sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang
disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit.

Klasifikasi:7,8
Vestibulogenik:
a

Primer: motion sickness, benign paroxysmal positional vertigo, Meniere disease,


neuronitis vestibuler, drug-induced

Sekunder: migren vertebrobasiler, insufisiensi vertebrobasiler, neuroma akustik.

Nonvestibuler: Gangguan serebellar, hiperventilasi, psikogenik, dll.


Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang
dipersepsi oleh susunan saraf pusat. Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan
kejadian tersebut :
a Teori rangsang berlebihan (overstimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan
hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu, akibatnya akan
timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
b

Teori konflik sensorik.


Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari
berbagai reseptor sensorik perifer yaitu mata/visus, vestibulum dan proprioceptif,
atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik yang berasal dari sisi kiri dan
kanan. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di sentral
sehingga timbul respons yang dapat berupa nnistagmus (usaha koreksi bola mata),
ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang,
berputar (berasal dari sensasi kortikal). Berbeda dengan teori rangsang berlebihan,
teori ini lebih menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab.

Teori neural mismatch


Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik, menurut teori ini otak
mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu, sehingga jika pada
suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang
telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika pola gerakan yang
baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme adaptasi sehingga
berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.

Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha
adaptasi gerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim simpatis terlalu
dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan.

Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori serotonin
(Lucat) yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter tertentu dalam
pengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo.

Teori Sinap
Merupakan

pengembangan

teori

sebelumnya

yang

meninjai

peranan

neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses


adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan
memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor), peningkatan kadar CRF
selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya
mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistim saraf
parasimpatik. Teori ini dapat meneangkan gejala penyerta yang sering timbul
berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang
berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat
akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.
Pasien pada skenario tidak mengalami pusing berputar bisa saja dikarenakan tidak
ada gangguan pada telinga dalam pasien yang dapat mengakibatkan gangguan
keseimbangan seperti pusing berputar atau vertigo.
7. Perforasi kecil membran timpani akan menyebabkan dua efek yang berbeda pada
pendengaran. Pertama adalah pengurangan luas membran timpan yang merupakan pusat
pengarahan tenaga ketelinga tengah sehingga mengurangi gerakan tulang pendengaran.
Untuk perforasi sebesar satu milimeter, gangguan hanya terbatas, yaitu pada nada
dibawah 400 Hz sebesar 12 dB untuk nada 100 dan 200, 29 dB untuk nada 50 Hz dan 48
dB untuk nada 10 Hz. Makin besar perforasi makin berkurang permukaan membran
sebagai pengumpul tenaga suara, akhirnya suara hanya ditampung di kuadran posterior
sisa membran timpani. Efek itu akan semakin besar sebanding dengan besar perforasi. 8

Sehingga dapat disimpulkan bahwa beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak
perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem oenghantaran suara ke
telinga tengah.9
8. Anamnesis : 11
- Identitas penderita
- Keluhan utama
Apakah ada gangguan pendengaran?
Apakah keluhan pada satu atau kedua telinga?
Apakah timbul tiba-tiba atau bertambah berat secara bertahap?
Sudah berapa lama diderita dan sejak kapan?
- Apakah ada suara berdengung ?
- Apakah ada rasa pusing yang berputar?
- Apakah ada rasa nyeri dalam telinga?
- Apakah ada secret yang keluar dari telinga?
Secret keluar dari satu atau kedua telinga?
Sudah berapa lama dan sejak kapan?
Sekretnya dalam bentuk apa?
Apakah progresif atau hilang timbul?
- Apakah ada riwayat penyakit sebelumnya?
- Apakah ada riwayat trauma kepala?
- Apakah ada riwayat pemakaian obat ototoksik?
- Apakah ada riwayat keluarga?
Pemeriksaan fisik:
- Daun Telinga
- Daerah Mastoid
- Liang telinga
- Membrane timpani
- Rine
- Weber
- Schwabach
Pemeriksaan Penunjang:
- Otoskop
- Elektrokokleograf
- Respon auditoris
- Timpanometri
- Diskriminasi
- Audimetri
- Ambang bicara
- Audiometri
- CT-Scan Temporal
9. Telinga luar
a. Otitis Externa 13,14
Definisi

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis disebabkan
oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Penyakit ini sering dijumpai pada
daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim sejuk dan kering.
Ada dua kemungkinan pada otitis eksternna, yaitu:
a Otitis eksterna sirkumskripta
b Otitis eksterna difus
Otitis eksterna sirkumskripta atau furunkel atau yang biasa di sebut
bisul disebabkan oleh karena kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung
adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen,
maka di tempat itu dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus, sehingga
membuntuk furunkel.Kuman penyebab biasanya Staphylococcus aureus atau
Staphylococcus albus. Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat namun tidak
sesuai dengan besar bisul. Hal ini di sebabkan karena kulit liangtelinga tidak
mengandung jaringan longgar di bawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada
penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul pada saat membuka
mulut. Selain itu dapat juga terjadi ganguan pendengaran bila furunkel besar
dan menyumbat liang telinga.
Otitis eksterna difus biasanya mengenai kulit liang telinga 2/3 dalam.
Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasannya.
Kuman penyebab biasanya golongan Pseudomonas. Kuman lain yang dapat
menyebabkan adalah Staphylococcus albus, escherichia coli dan sebagainya.
Otitis eksterna difus dapat juga terjadi skunder pada otitis media supuratif
kronis. Gajalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit,
kelejar getah bening regional memebesar dan nyeri tekan. Terdapat sekret
yang berbau. Sekret yang tidak mengandung lendir sperti sekret yang keluar
dari kavum timpani pada otitis media.

Etiologi dan epidemiologi


Otitis eksterna sering dijumpai, didapati 4 dari 1000 orang,

kebanyakan pada usia remaja dan dewasa muda. Terdiri dari inflamasi, iritasi
atau infeksi pada telinga bagian luar. Dijumpai riwayat pemaparan terhadap
air, trauma mekanik dan goresan atau benda asing dalam liang telinga.
Berenang dalam air yang tercemar merupakan salah satu cara terjadinya otitis

eksterna atau swimmers ear. Bentuk yang paling umum adalah bentuk
furunkulosis salah satu dari satu kelenjar sebasea 1/3 liang telinga luar. Pada
otitis eksterna difusa disini proses patologis membatasi kulit sebagian
kartilago dari otitis liang telinga luar, konka daun telinga penyebabnya
idiopatik, trauma, iritan, bakteri atau fungal, alergi dan lingkungan.
Kebanyakan disebabkan alergi pemakaian topikal obat tetes telinga. Alergen
yang paling sering adalah antibiotik, contohnya: neomycin, framycetyn,
gentamicin, polimixin, anti bakteri dan anti histamin. Sensitifitas poten
lainnya adalah metal dan khususnya nikel yang sering muncul pada kertas dan
klip rambut yang mungkin digunakan untuk mengorek telinga. Infeksi
merupakan penyakit yang paling umum dari liang telinga luar seperti otitis
eksterna difusa akut pada lingkungan yang lembab.
Faktor predisposisi atau faktor yang mempermudah radang telinga luar
ialah perubahan ph di liang telinga yang biasanya normal atau asam. Bila ph
menjadi basa maka, proteksi terhadap infeksi menjadi menurun. Pada keadaan
udara yang hangat dan lebab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Trauma
ringan ketika mengorek telinga atau karena berenang yang menyebabkan
perubahan kulit karena kena air.
Gejala
Pada Anamnesis, pasien mungkin melaporkan gejala seperti otalgia,
rasa penuh ditelinga, gatal, sekret, awalnya debit mungkin tidak jelas dan
tidak berbau tetapi dengan cepat menjadi bernanah dan berbau busuk,
penurunan pendengaran,

tinnitus, demam namun jarang, gejala bilateral

namun jarang. Rasa sakit di dalam telinga atau otalgia bisa bervariasi dari
yang hanya berupa rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga,
perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat serta berdenyut.
Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga
sering merupakan gejala mengelirukan. Rasa sakit bisa tidak sebanding
dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa
kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan
perikondrium, sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang
mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang rawan 1/3

luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga
sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan ke kulit
dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang
hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan nyeri pada tragus, nyeri daun
telinga, kelenjar getah bening regional dapat membesar dan nyeri, pada
pemeriksaan penala kadang didapatkan tuli konduktif dan pada pemeriksaan
liang telinga:
Pada otitis eksterna sirkumskripta dapat terlihat furunkel atau bisul serta

liang telinga sempit.


Pada otitis ekterna difusa liang telinga sempit, kulit liang telinga terlihat

hiperemis dan udem dan batasnya tidak jelas serta sekretnya sedikit.
Pada otomikosis dapat terlihat jamur seperti serabut kapas dengan wana

yang bervariasi (putih kekuningan).


Pada herpes zoster otikus tampak

lesi kulit vasikuler disekitar liang

telinga

Penetalaksanaan
Farmakologi:
a Topikal
Otitis eksterna sirkumskripta pada stadium infiltrat
diberikan salep ikhtiol atau antibiotik dalam bentuk

salep seperti polimixin B atau basitrasin.


Pada otitis eksterna difus dengan memasukkan
tampon yang mengandung antibiotik ke liang teinga
supaya terdapat kontak yang baik antara obat
dengan kulit yang meradang. Pilihan antibiotik yang
dipakai adalah campuran polimiksin B, neomisin,

hidrokortison dan anastesi topikal.


Pada otomikosis dilakukan pembersihan liang
telinga dari plak jamur dilanjutkan dengan mencuci
liang telinga dengan larutan asam asetat 2% dalam
alkohol 70% setiap hari selama 2 minggu. Irigasi

ringan ini harus diikuti dengan pengeringan.


Oral sistemik

Antib

pertimbangan infeksi yang cukup berat.


Analgetik paracetamol atau ibuprofen

diberikan.
Pengobatan herpes zoster otikus sesuai dengan

biotik

sistemik

diberikan

dengan
dapat

tatalaksana Herpes Zoster.


Bila otitis eksterna sudah terrjadi abses, diaspirasi

secara steril untuk mengeluarkan nanah.


Pencegahan
Pasien dan keluarganya dapat diberitahu tentang:
1) k telinga dengna menggunakan cotton bud atau lainnya.
2) Selama pengobatan pasien dilarang untuk berenang.

b. Serumen abturan15
Definisi
Serumen secara umum dapat ditemukan di kanalis akustikus
eksternus.1 Serumen adalah campuran sekresi (sekret kelenjar sebasea dan
kelenjar serumen) yang ada di kulit sepertiga liang telinga. 2 Bila serumen
tidak berhasil dikeluarkan maka akan menimbulkan sumbatan pada kanalis
akustikus eksternus atau sumbatan yang terdapat dikulit sepertiga luar

liang telinga. Hal ini disebut dengan serumen prop (serumen obturans).
Etiologi
Faktor yang menyebabkan serumen terkumpul dan mengeras di
liang telinga sehingga menyumbat, antara lain:
1. Dermatitis kronik liang telinga luar
2. Liang telinga sempit
3. Produksi serumen banyak dan kental
4. Adanya benda asing di liang telinga
5. Adanya eksostosis liang telinga
6. Serumen terdorong oleh jari tangan atau ujung handuk setelah

mandi atau kebiasaan mengorek telinga.


Epidemiologi
Semua umur
Gejala
Penumpukan serumen sering disebabkan oleh produksi kotoran telinga

yang berlebihan sehingga akan menimbulkan gejala seperti: rasa nyeri karena
terjadi penekanan pada kulit liang telinga, berdenging, rasa penuh, gatal dan

penurunan pendengaran. Serumen dapat menghambat penghantaran suara dari


liang telinga luar ke liang telinga dalam sehingga menyebabkan gangguan
pendengaran yaitu tuli konduktif.
Penatalaksanaan
a Serumen yang masih lunak, dapat dibersihkan dengan kapas yang
b

dililitkan oleh aplikator (pelilit).


Serumen yang sudah agak mengeras dikait dan dibersihkan dengan

alat pengait
Serumen yang lembek dan letaknya terlalu dalam, sehingga mendekati
mebran timpani, dapat dikeluarkan dengan mengirigasi liang telinga

(spooling).
Serumen yang telah keras membatu, harus dilembekkan terlebih
dahulu dengan karbol gliserin 10 %, 3 kali 3 tetes sehari, selama 2-5
hari (tergantung keperluan), setelah itu dibersihkan dengan alat pengait

atau diirigasi (spooling).


TeknikIrigasiLiangTelinga
Dalam melakukan tindakan irigasi liang telinga (spooling) ada beberapa
hal yang harus diketahui dan diperhatikan oleh tenaga medis sebelum
melakukan

tindakan

tersebut,antaralain

Pasien tidak mempunyai riwayat sakit telinga yang menyebabkan rupture


gendang telinga, seperti riwayat congekan (OMSK), maupun riwayat
trauma

gendangtelinga.

Pasien tidak sedang mengalami sakit telinga luar (otitis eksterna).


Prosedur Tindakan Spooling (Irigasi) telinga
c. Atresia Meatus Akustikus Externa16,17
Definisi
Otitis Eksterna Maligna merupakan infeksi telinga luar yang
ditandai dengan adanya jaringan granulasi pada liang telinga dan nekrosis
kartilago dan tulang liang telinga hingga meluas ke dasar tengkorak.
Keadaan ini sering dijumpai pada pasien diabetes mellitus atau pasien
dengan immunocompromised. Gejala dan tanda meliputi otalgia, otorea
dengan jaringan granulasi pada liang telinga dan keterlibatan saraf kranial.
P. aeruginosa

merupakan

kuman

patogen

terbanyak

ditemukan.

Pemeriksaan scan tulang dengan technetium Tc 99m dan Ga 67 scan


diperlukan untuk menegakkan diagnosa. Terapi meliputi medikamentosa
dan intervensi bedah.
Otitis Eksterna Maligna (OEM) disebut juga Otitis Eksterna
Nekrotikan atau Osteomielitis dasar tengkorak, merupakan suatu infeksi
telinga luar yang dapat menyebabkan kematian.1-3 Kasus OEM pertama
kali dilaporkan oleh Toulmouche (1838). Meltzer dan Kelleman (1959)
melaporkan kasus osteomielitis tulang temporal yang disebabkan oleh P.
aeruginosa. Chandler (1968) adalah orang yang menjelaskan penyakit ini
secara rinci dan menyebutnya dengan malignant external otitis
Otitis eksterna ini maligna karena sifat kliniknya yang agresif,
hasil terapi yang jelek dan tingginya mortality rate pada penderita.

Epidemiologi
Infeksi telinga ini di mulai dari liang telinga luar dan meluas ke
tulang temporal hingga ke jaringan sekitarnya. Keadaan ini sering didapati
pada pasien usia lanjut dan menderita penyakit diabetes serta pasien
dengan disfungsi imun selular. OEM juga dapat terjadi pada pasien dengan
immunocompromised, seperti AIDS yang melibatkan populasi yang lebih

muda.
Patologi
OEM melibatkan otitis eksterna yang berat, nekrosis kartilago dan
tulang dari liang telinga hingga ke struktur sekitarnya yang meluas ke
dasar tengkorak yang mengenai nervus kranial yang lebih rendah. Hal ini
menyebabkan terjadinya lower cranial neuropathies, trombosis sinus
lateral, sakit kepala yang berat, meningitis dan kematian. Nadol
menjelaskan urutan progresifitas penyakit ini seperti berikut : liang telinga
luar dengan invasi melalui fisura Santorini atau sutura timpanomastoid ke
fossa retromandibular, keterlibatan foramen stilomastoid dan jugularis,
trombosis sepsis dari sinus venosus lateral dan menyebar ke apeks petrosa
melalui pembuluh darah dan lempeng fasial.

Gejala dan Tanda

Penyakit ini dapat membahayakan dan kecurigaan lebih tinggi


ditujukan pada pasien dengan diabetes atau immunocompromised state
atau berumur lanjut. Tanda khas yang dijumpai dari otoskopi pada
penyakit ini adalah otitis eksterna dengan jaringan granulasi sepanjang
posteroinferior liang telinga luar (pada bonycartilaginous junction) disertai
lower cranial neuropathies (n. VII, IX, X, XI) yang biasanya juga disertai
dengan nyeri pada daerah yang dikenai (otalgia). Eksudat pada liang
telinga dan membran timpani intak. 3-6 Terjadinya paralise fasialis dan
sindrom foramen jugularis (Vernet syndrome) merupakan tanda prognostik
yang buruk. 3-6 Benecke membagi OEM atas 3 stadium, yaitu:
I.Infeksi terbatas pada jaringan lunak dan kartilago liang telinga.
II. Dijumpai keterlibatan jaringan lunak dan erosi tulang temporal.
III. Perluasan intrakranial atau erosi di luar tulang temporal.

Patogen Penyebab
Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen penyebab yang
lazim pada otitis eksterna maligna, meskipun sangat jarang juga dapat
dijumpai S. aureus, Proteus dan Aspergillus.

Diagnosis
Diagnosis ditegakan berdasarkan gejala dan tanda yang dijumpai
dan pemeriksaan kultur dari cairan yang didapat dari liang telinga. Biopsi
jaringan granulasi pada liang telinga luar perlu dilakukan untuk
meniadakan karsinoma liang telinga. Pemeriksaan radiologi diperlukan
untuk menentukan perluasan penyakit. CT-scan tulang temporal
direkomendasikan untuk menilai perluasan penyakit pada evaluasi
permulaan. Scan tulang dengan Technetium Tc 99m dilakukan untuk
mendeteksi adanya keterlibatan tulang. Gallium-67 scan merupakan
indikator yang sensitif untuk infeksi.

Terapi
Prinsip terapi adalah: 2-6 1. Diagnosis dini pada populasi resiko
tinggi. 2. Pemberian terapi antibiotik intravena jangka panjang. 3.
Pembersihan liang telinga luar (aural toilet) 4. Pemeriksaan klinis dan scan

gallium-67 secara serial untuk menilai perbaikan. 5. Kontrol yang ketat


terhadap diabetes mellitus dan intervensi bedah.

Komplikasi
Komplikasi OEM yang dapat terjadi meliputi lower cranial
neuropathies, meningitis, abses otak dan kematian.

Kesimpulan
Otitis eksterna maligna adalah infeksi telinga luar yang dapat
menyebabkan kematian. Penyakit ini biasanya ditemukan pada pasien
diabetes atau pasien dengan immunocompromised state. Otalgia adalah
gejala yang paling sering terjadi dan pada otoskopi ditemukan otitis
eksterna dengan jaringan granulasi sepanjang posteroinferior liang telinga
luar. Pemeriksaan scan tulang dengan technetium Tc 99m dan Ga 67 scan
diperlukan untuk menegakkan diagnosa. Diagnosis dini penyakit, terapi
yang adekuat dan kontrol yang ketat terhadap diabetes mellitus harus

dilakukan
d. Benda asing diliang telinga 24
Definisi
Benda asing dalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh atau
dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada.
Benda asing yang berasal dari luar tubuh, disebut benda asing eksogen, biasanya
masuk melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh, disebut
benda asing endogen. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair, atau gas.
Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik, seperti kacang-kacangan, tulang
dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu dan lain-lain. Benda asing eksogen
cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair
non-iritatif, yaitu cairan dengan Ph 7,4. Benda asing endogen dapat berupa sekret
kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, mekonium dapat masuk ke dalam
saluran nafas bayi pada saat proses pernafasan.
Gejala klinis
Benda asing di telinga dapat menyebabkan penurunan pendengaran jika
berlama-lama di diamkan di dalam telinga. Pada anak gejala yang ditemui berupa

nyeri atau pendarahan dari telinga, kemungkinan disertai dengan tuli atau vertigo,
bila saat benda asing masuk atau usaha untuk mengeluarkannya menimbulkan
trauma.
Benda asing di telinga ada dua jenis yaitu, benda hidup dan benda mati.
Benda hidup /binatang bisa berupa semut, nyamuk, kecoa atau serangga lainnya.
Sedangkan benda lain bisa padi, karet penghapus, biji-bijian, krikil taupun benda
lainnya. Jika benda asing tidak diketahui, gejala juga tidak terlihat. Keadaan yang
bisa dijumpai adalah nyeri dan sekret dari suatu otitis eksterna dan sering diikuti
dengan tuli konduktif. Benda asing akan menyebabkan tuli konduktif bila terjadi
sumbatan total dari liang telinga.
Penatalaksaan
Benda asing liang telinga bisa dikeluarkan dengan cara :
a. Menggunakan pengait, bila bendanya licin atau bulat

b. Menggunakan Hartmanns crocodile forcep

c. Menyemprot dengan cairan

d. Menggunakan pengisap (suction)

Masalah utama dalam pengambilan benda asing liang telinga adalah istmus, yang
merupakan tempat tersempit dari liang telinga. Usaha untuk mengeluarkan benda asing
sering kali malah mendorongnya ke dalam. Edema liang telinga dapat terjadi karena
trauma, sehingga akan menyulitkan untuk mengeluarkannya lagi. Benda organik akan
menggembung bila didiamkan terperangkap lama. Bila pasien tidak kooperatif dan ada
resiko merusak gendang telinga atau struktur liang telinga tengah, maka sebaiknya
tindakan dilakukan dengan anestesi umum. Pada kebanyakan kasus tindakan tersebut
dapat dilakukan tanpa anestesi umum. Anak harus dipegang sehingga kepalanya tidak
dapat bergerak

Binatang di liang telinga harus dimatikan lebih dahulu sebelum dikeluarkan. Biasanya
cukup dengan memasukkan tampon basah ke liang telinga lalu meneteskan cairan,
misalnya larutan rivanol lebih kurang 10 menit, kemudian benda asing tersebut diirigasi
dengan air bersih untuk megeluarkannya, atau dengan pinset atau kapas (yang dililitkan
pada pelilit kapas).
e. Tumor

Definisi
Tumor yang paling sering muncul pada telinga tengah adalah

paraganglioma atau yang dikenal sebagai Glomus Tumor. Tumor ini berasal dari
daerah paraganglia yaitu seluruh area tulang temporal, termasuk jugular, telinga
tengah, Jacobson nerve (cabang timpani nervus IX), dan Arnold nerve (cabang
auricular dari nervus X). Predileksi tumor tergantung dari letak anatominya.
Glomus typanicum tumor timbul sepanjang perjalanan dari Jacobson nerve.
Meskipun sebagian besar glomus tumor jarang ditemukan, namun genetik
telah dilaporkan sebagai penyebab karena adanya kesalahan genom atau
keturunan. Tumor hanya terjadi pada keturunan perempuan ketika gen ditularkan
melalui pembawa karier laki-laki.
Gejala
Karena pembuluh darah tumor ini, tinnitus merupakan gejala yang
sering

pertama kali muncul. Pertumbuhan lebih lanjut menyebabkan

gangguan pendengaran konduktif sebagai mobilitas tulang pendengaran


terganggu. Ekspansi terus menerus dapat menyebabkan tumor mengikis
secara lateral melalui gendang telinga, perdarahan polip , atau mungkin
memperluas secara medial menyebabkan disfungsi wajah saraf, gangguan
pendengaran sensorional, atau vertigo.
Dalam serangkaian besar 80 pasien, gejala yang muncul, dalam
rangka penurunan frekuensi, yang berdenyut tinitus (73%), gangguan
pendengaran (condutive 49%, campuran 11%, sensorineural 6%), tekanan
aural (39%), vertigo ( 16%), otalgia (16%), dan otorrhea berdarah (6%).

Penanganan
Operasi adalah lini utama terapi tumor glomus tympanicum. Lesi
kecil dapat divisualisasikan sepenuhnya oleh otoscopy dan terbatas pada

mesotympanicum melalui CT scan untuk melakukan sayatan transkanal


dan timpanomeatal untuk mengekspos telinga tengah.

Telinga Tengah :
a

Otitis Media3
Definisi
Peradangan sebagian atau semua mukosa telinga tengah, tuba

eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.


Patomekanisme
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas
seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah
lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka
dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi
pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya
sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan
membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai
hasilnya

terbentuklah

nanah

dalam

telinga

tengah.

Selain

itu

pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir


yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang
telinga. Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat
terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung
gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat
bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar
24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat
menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45db (kisaran pembicaraan
normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat,
cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang

telinga karena tekanannya


Gejala

Stadium oklusi : Terdapat gambaran retraksi membrane

timpani
Stadium hiperemis : Tampak pembuluh darah yang terlihat
pada membrane timpani dan tampak hiperemis bersama

edema
Stadium supurasi : Membrane timpani tampak menonjol

d
e

kearah telingan luar dan terlihat pasien sangat kesakitan


Stadium perforasi : Rupture membrane timpani
Stadium resolusi : Membran timpani akan perlaha-lahan akan

utuh
Penatalaksanaan
a Stadium oklusi : obat tetes hidung HCL efedrin 0.25% untuk
anak yang berusia dibawah 12 tahun dan untuk dewasa
berikan obat tetes hidung HCL efedrin 0.5% dalam larutan
b

fisiologis
Stadium hiperemis : antibiotic yang bergolongan penisilin
atau eritromisin di kombinasikan dengan obat tetes hidung

dan analgesic
Stadium supurasi : selain pemberian antibiotic lakukan juga

miringotomi bila membrane timpani rupture


Stadium perforasi : obat cuci telinga H202 3% seama 3-5hari

serta antibiotic yang adekuat selama 3 minggu


Stadium resolusi : lanjutkan pemberiana antibiotic selama 3

minggu
Pencegahan :
1. Cek riwayat rinore yang kronik
2. Rajin imunisasi denganvaksin influenza
Komplikasi
Mastoiditis/Petrositis
Labyrintis
Paralysis nervus facialis
Kehilangan pendengaran
Meningitis
Abses otak

Otosklerosis 10

Definisi
Otosklerosis merupakan penyakit pada kapsul tulang labirin yang
mengalami spongiosis di daerah kaki stapes, sehingga stapes menjadi kaku

dan tidak dapat menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik.


Epidemiologi
Banyak menyerang bangsa kulit putih
Lebih banyak termena pada perempuan dan biasanya bilateral
Etiologi
Factor keturunan atau pendarahan stapes
Gambaran klinis
a) Pada awal penyakit akan timbul tuli konduktif dan dapat menjadi
b)
c)
d)
e)

tuli campur afau tuli saraf jika penyakit telah mencapai koklea.
Pendengaran berkurang secara progresif
Tidak ada proliferasi membran timpani
Gambaran membran timpani yang kemerahan
Pasien merasa pendengaran terdengar lebih kuat pada ruangan

bising
Pengobatan
a) Operasi stapedoktomi atau stapedotomi
b) Jikapada kasus dimana operasi tidak dapat dilakukan maka alar
bantu dengar dapat sementara membantu pendemgaran pasien

Otitis media supuratif akut


Definisi
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh
mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Telinga tengah adalah daerah yang dibatasi dengan dunia luar oleh gendang
telinga. Daerah ini menghubungkan suara dengan alat pendengaran di telinga
dalam. Selain itu di daerah ini terdapat saluran Eustachius yang
menghubungkan telinga tengah dengan rongga hidung belakang dan
tenggorokan

Menjaga

bagian

atas.

keseimbangan

menyesuaikannya

dengan

Guna

tekanan
tekanan

udara
udara

saluran
di

ini

dalam
di

adalah:

telinga

dunia

luar.

dan

Mengalirkan sedikit lendir yang dihasilkan sel-sel yang melapisi telinga

tengah ke bagian belakang hidung.

Etiologi
Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun

bakteri. Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya.


Virus ditemukan pada 25% kasus dan kadang menginfeksi telinga tengah
bersama bakteri. Bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus
pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella cattarhalis.
Yang perlu diingat pada OMA, walaupun sebagian besar kasus disebabkan
oleh bakteri, hanya sedikit kasus yang membutuhkan antibiotik. Hal ini
dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun saluran Eustachius akan terbuka
kembali

sehingga

bakteri

akan

tersingkir

bersama

aliran

lendir.

Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena
beberapa

Sistem

hal.
kekebalan

tubuh

anak

masih

dalam

perkembangan.

Saluran Eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih

pendek sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah.

Adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang

berperan dalam kekebalan tubuh) pada anak relatif lebih besar dibanding
orang dewasa. Posisi adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius
sehingga adenoid yang besar dapat mengganggu terbukanya saluran
Eustachius. Selain itu adenoid sendiri dapat terinfeksi di mana infeksi tersebut
kemudian

menyebar

ke

telinga

tengah

lewat

saluran

Eustachius.

Patofisiologi
Terjadi akibat terganggunya faktor pertahanan tubuh yang bertugas
menjaga kesterilan telinga tengah. Otitis media sering diawali dengan
infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang
menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui
saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut

sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran


menyebabkan transudasi, dan datangnya sel-sel darah putih untuk
melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan
mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah
dalam telinga tengah. Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran
Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah
terkumpul

di

belakang

gendang

telinga.

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu


karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang
telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak
bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel
(bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan
gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal).
Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan
yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga
karena tekanannya.

Gejala
Gejala klinis otitis media akut (OMA) tergantung pada stadium penyakit
dan umur pasien. Stadium otitis media akut (OMA) berdasarkan
perubahan

mukosa

telinga

tengah

1. Stadium oklusi tuba Eustachius: Terdapat gambaran retraksi membran


timpani akibat tekanan negatif di dalam telinga tengah. Kadang berwarna
normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat dideteksi. Sukar dibedakan
dengan

otitis

media

serosa

akibat

virus

atau

alergi.

2. Stadium hiperemis (presupurasi) : Tampak pembuluh darah yang


melebar di membran timpani atau seluruh membran timpani tampak
hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih
bersifat

eksudat

serosa

sehingga

sukar

terlihat.

3. Stadium supurasi : Membrana timpani menonjol ke arah telinga luar


akibat edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel
epitel superfisial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani.
Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di telinga
bertambah hebat. Apabila tekanan tidak berkurang, akan terjadi iskemia,
tromboflebitis dan nekrosis mukosa serta submukosa. Nekrosis ini terlihat
sebagai daerah yang lebih lembek dan kekuningan pada membran timpani.
Di

tempat

ini

akan

terjadi

ruptur.

4. Stadium perforasi : Karena pemberian antibiotik yang terlambat atau


virulensi kuman yang tinggi, dapat terjadi ruptur membran timpani dan
nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar. Pasien yang
semula gelisah menjadi tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur
nyenyak.
5. Stadium resolusi : Bila membran timpani tetap utuh maka perlahanlahan akan normal kembali. Bila terjadi perforasi maka sekret akan
berkurang dan mengering. Bila daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman
rendah maka resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan. Otitis media akut
(OMA) berubah menjadi otitis media supuratif subakut bila perforasi
menetap dengan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul lebih
dari 3 minggu. Disebut otitis media supuratif kronik (OMSK) bila
berlangsung lebih 1,5 atau 2 bulan. Dapat meninggalkan gejala sisa berupa
otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa
perforasi.Pada anak, keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga dan
suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek
sebelumnya. Pada orang dewasa, didapatkan juga gangguan pendengaran
berupa rasa penuh atau kurang dengar.Pada bayi dan anak kecil gejala
khas otitis media anak adalah suhu tubuh yang tinggi (> 39,5 derajat
celsius), gelisah, sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, diare, kejang, dan

kadang-kadang memegang telinga yang sakit. Setelah terjadi ruptur

membran tinmpani, suhu tubuh akan turun dan anak tertidur.


Diagnose
Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut.
1)

Penyakitnya muncul mendadak (akut).

2)

Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga

tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di


antara tanda berikut:
a)

menggembungnya gendang telinga

b)

terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga

c)

adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga

d)

cairan yang keluar dari telinga

3) Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan


dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:
a)

kemerahan pada gendang telinga

b)

nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal

Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop (alat untuk memeriksa liang
dan gendang telinga dengan jelas). Dengan otoskop dapat dilihat adanya
gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang telinga
menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan di liang
telinga.
Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi
pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang
telinga yang dilengkapi dengan pompa udara kecil untuk menilai respon
gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara).6 Gerakan gendang
telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali dapat dilihat dengan
pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini meningkatkan sensitivitas diagnosis
OMA. Namun umumnya diagnosis OMA dapat ditegakkan dengan
otoskop biasa. Efusi telinga tengah juga dapat dibuktikan dengan

timpanosentesis (penusukan terhadap gendang telinga). Namun


timpanosentesis tidak dilakukan pada sembarang anak. Indikasi perlunya
timpanosentesis antara lain adalah OMA pada bayi di bawah usia enam
minggu dengan riwayat perawatan intensif di rumah sakit, anak dengan
gangguan kekebalan tubuh, anak yang tidak memberi respon pada
beberapa pemberian antibiotik, atau dengan gejala sangat berat dan

komplikasi.
Penatalaksanaan
Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada
stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas,
dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan
antipiretik.
Stadium Oklusi : Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba
Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang.
Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,25 % untuk anak < 12
tahun atau HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologis untuk anak
diatas 12 tahun dan dewasa. Sumber infeksi lokal harus diobati.
Antibiotik diberikan bila penyebabnya kuman.
Stadium Presupurasi : Diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan
analgesik. Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus,
sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan pemberian antibiotik
golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat
diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin.
Untuk terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar
konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi
mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa
dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Bila
pasien alergi penisilin, maka diberikan eritromisin.
Pada anak ampisilin diberikan dengan dosis 50 100 mg/kg BB
per hari dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/kg BB/hari

dibagi dalam 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kg BB/hari.


Stadium Supurasi : Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk
melakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh
sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur.
Stadium Perforasi : Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara
berdenyut. Diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari
serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret
akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.
Stadium Resolusi : Membran timpani berangsur normal kembali,
sekret tidak ada lagi, dan perforasi menutup. Bila tidak, antibiotik
dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila tetap, mungkin telah
terjadi mastoiditis.

Pencegahan
Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:

pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak,

pemberian ASI minimal selama 6 bulan,

penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring,

penghindaran pajanan terhadap asap rokok.

Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA.

Komplikasi

Mastoiditis/Petrositis

Labyrintis

Paralysis nervus facialis

Kehilangan pendengaran

Meningitis

Abses otak

d. Otitis Media Supuratif Kronik


Definisi
OMSK ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan sekret yg keluar dari telingah tengah terus menerus atau
hilang timbul.

Patomekanisme
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis
media supuratif kronis apabila prosesnya suda lebih dari 2 bulan. Bila
kurang dari 2 bulan, disebut otitis media supuratif subakut.
Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah
terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi
kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah atau higiene buruk.

Jenis
OMSK terdiri dari 2 jenis, yaitu OMSK tipe aman dan OMSK tipe

bahaya. Berdasarkan sekret yang keluar di kenal juga OMSK aktif dan
OMSK tenang. OMSK aktif ialah OMSK yang sekretnya keluar dari kavum
timpani secara aktif, sedangkan OMSK tenang ialah yang keadaan kavum
timpaninya terlihat basah atau kering.

Diagnosis
Diagnossis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan

THT terutama pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan


pemeriksaan sederhana untuk mengetahui adanya gangguan pendengaran.
Untuk mengetahui derajat dan jenis gengguan pemdengaran dapat dilakukan
pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri tutur, dan pemeriksaan

BERA bagi pasien atau anak yang tidak kooperatif dengan pemeriksaan nada
murni.

Penatalaksanaan
Bila selret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci

telinga, berupa larutan H2O2 3 % selama 3 5 hari. Setelah sekret


berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga
yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid.
e. Obtruksi tuba eustachius 20
Obstruksi tuba umumnya terjadi karena otitis media,baik dalam bentuk
barotrauma,otitis media supuratif,maupun otitis media non supuratif. Salah satu
bentuk otitis media non supuratif adalah otitis media serosa. Keadaan ini sering
ditemukan pada rhinitis alergika dan pada orang yang sering pilek. Dapat terjadi oleh
berbagai kondisi,seperti peradangan di nasofaring,peradangan adenoid atau tumor
nasofaring. Gejala knilik awal yang timbul pada penyumbatan tuba oleh tumor adalah
terbentuknya cairan pada telinga tengah (otitis media serosa). Oleh karena itu setiap
pasien dewasa dengan otitis media serosa kronik unilateral harus di fikirkan
kemungkinan adanya ca nasofaring. Sumbatan mulut tuba di nasofaring juga dapat
terjadi oleh tampon posterior hidung (Bellocq tampon) atau oleh sikatriks yang terjadi
akibat trauma operasi (adenoidektomi)
Obstruksi

tuba

eustashius

dapat

terjadi

secara

inflamasi

intrinsik(intraluminal,periluminal)Seperti infeksi atau alergi. Dapat juga terjadi


obstruksi secara ekstrinsik (peritubal) yaitu pembesaran adenoid.

Telinga dalam
a. Presbiakusis 21,22,23
Definisi

Presbikusis adalah ketulian setelah beberapa waktu akibat mekanisme


penuaan pada telinga dalam. Presbikusis adalah peristiwa berkurangnya
pendenganran tak terjelaskan, progresif lambat, simetris, dominan pada frekuensi
tinggi yang disebabkan karena proses penuaan. Presbikusis adalah suatu kondisi
yang sering terkait dengan degenerasi selsel rambut di koklea, dan gangguan
pendengaran terkait usia yang pada awalnya dianggap disebabkan oleh karena
perubahan morphologic pada sel-sel rambut koklea.
Patogenesis
Penurunan pendengaran pada orang tua bergantung pada banyak faktor dan
karena konvergensi dari banyak faktor resiko itu sendiri. Pada orang tua dengan
presbikusis ditemukan lebih sulit untuk membedakan kata-kata dibandingkan
dengan orang yang lebih muda dengan pengujian rata-rata nada murni, hal ini
menunjukkan terlibatnya kerusakan saraf selain dari end organ dysfunction. Proses
patologi sentral yang menyebabkan presbikusis adalah memanjangnya synaptic
time pada auditory pathway, memanjangnya waktu pemrosesan informasi, dan
berkurangnya jumlah sel saraf pada korteks pendengaran. Pada study morphology
pasien presbikusis menunjukkan penurunan innerand outer hair cells dan
supporting cells, dengan penurunan terbesar berada pada dasar belokan pada
cochlea dan penurunan outer hair cells lebih banyak dibandingkan inner hair cells,
namun penurunan ini tidak berhubungan langsung dengan fungsi pendengaran.
Akan tetapi, degradasi sel-sel spiral ganglion, sarafsaraf kedelapan, dan saraf-saraf
pada cochlear nuclei yang terjadi pada presbikusis telah terbukti berhubungan
dengan penurunan fungsi pendengaran.
Beberapa study menyatakan perubahan aktivitas brainstem terkait proses
penuaan memberi kesan terjadi peningkatan aktivitas superior olivary complex,
lateral

lemniscus,

atau

inferior

colliculus,

maka

penurunan

fungsi

pendengaranterbentuk dari kumpulan faktor yang memperburuk keseluruhan jalur


pendengaran.

Penyebab pasti dari presbikusis masih bersifat dugaan karena sulitnya


memisahkan kontribusi bermacam-macam faktor penyebab seperti diet, nutrisi,
metabolisme, arteriosclerosis, pajanan ototoxic, dan trauma yang disebabkan suara.
Banyak yang percaya bahwa faktor genetik sendiri menyebabkan proses
degenerasi fungsi pendengaran tak terelakkan. Penyebab dari penurunan fungsi
pendengaran termungkin adalah pajanan suara sepanjang usia dan penuaan terkait
genetik.

Klasifikasi
Terdapat empat tipe patologik yang telah diklasifikasikan Schuknecht,

yaitu : Presbikusis sensorik, neuropresbikusis, presbikusis stria, dan ketulian


koklear konduktif.
Pada presbikusis sensorik, yang mula-mula hilang adalah sel-sel rambut
pada gelang basal koklea dan menyebabkan ketulian nada tinggi, kemudian akan
menyebabkan gangguan saraf-saraf koklea.
Pada neuropresbikusis, yang menjadi gangguan primer adalah hilangnya
saraf-saraf koklea dan sel-sel rambut relatif dipertahankan. Pada kasus ini,
diskriminasi kata-kata relatif lebih terganggu dengan hanya sedikit gangguan sel
rambut.
Pada presbikusis stria terjadi degenerasi dan penciutan stria vaskularis,
diskriminasi kata-kata masih bagus walaupun proses degenerasi menyebabkan
ketulian sedang hingga berat yang sifatnya relatif datar. 1 Stria vaskularis merupakan
daerah metabolisme aktif pada koklea yang bertanggung jawab terhadap sekresi
endolymph dan mempertahankan gradien ion sepanjang organ corti.
Pada ketulian koklear konduktif, tidak ada ditemukan kerusakan pada sel
rambut, saraf, dan stria vaskularis. Kerusakan diduga berkaitan dengan keterbatasan
gerak basilaris membrane.

Gejala Klinis PresbikusisPada sensory presbycusis

ditandai dengan bilateral, simetris, gangguan pendengaran nada tinggi dan dari

penilaian audiometri terjadi penaikan thresholdnada murni tiba-tiba seiring usia


yang dimulai sejak usia pertengahan. Diskriminasi kata-kata berkaitan langsung
dengan pendengaran nada tinggi .
Pada neural presbycusis terjadi penurunan berat fungsi diskriminasi
katakata. Penurunan fungsi diskriminasi ini lebih berat dari batas audiometri nada
murni. Meskipun neural presbycusis dapat terjadi pada semua usia, gejala klinis
yang ditimbulkan baru akan timbul setelah jumlah saraf yang terlibat turun sampai
tingkat kritis. Pada audiogram akan ditemukan penurunan fungsi pendengaran
dengan berbagai jenis
Pada audiometri strial presbycusis ditemukan grafik datar pada nada murni
dan fungsi diskriminasi kata-kata yang baik. Degradasi strial ini terjadi pada usia
pertengahan.
Pada conductive presbycusis penurunan fungsi diskriminasi akan berkurang
seiring dengan besarnya pure tone loss .

Diagnose
Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis, dan
audiometri. Hal yang ditanyakan pada anamnesis adalah riwayat penyakit yang
dapat menyebabkan gangguan dengar sensorineural. Gejala klinis bervariasi,
biasanya penderita akan mengalami kesulitan untuk mengerti pembicaraan yang
dikatakan secara cepat, kata-kata yang tidak familiar atau kompleks, serta
pembicaraan pada suasana yang bising.
Pemeriksaan klinis pemeriksaan otoskopi untuk menilai external acustic
canaldan tympanic membrane, tidak ditemukan adanya kelainan. Pada
pemeriksaan audiometri nada murni biasanya ditemukan hasil yang khas yaitu
suatu tuli sensorineural, bilateral, simetris dengan konfigurasi tergantung tipe
presbikusisnya.

Faktor Resiko Presbikusis

Faktor resiko presbikusis adalah usia, suku, tempat tinggal, pajanan suara,
pekerjaan,

aktivitas

rekreasi,

jenis

kelamin,

olahraga,

merokok,

diet,

hiperlipidemia, hipertensi, dan penyakit vaskular.

Terapi
a) Hearing Aids (Alat Bantu Dengar)
Pada pasien usia lanjut, penurunan fungsi untuk diskriminasi suara
dan pemahaman kata-kata pada lingkungan bising dapat diturunkan dengan
terapi pendengaran, biasanya melalui proses amplifikasi. Alat bantu dengar
sekarang telah disempurnakan secara fisik dan dapat dipasang seutuhnya
dalam ear canal. Untuk memaksimalkan keuntungan pendengaran, alat
bantu dengar sebaiknya dipilih secara teliti. Akhir-akhir ini alat bantu dengar
digital sudah tersedia dan menjanjikan perbaikan yang bermakna pada
ketajaman percakapan, terutama pada kondisi mendengar yang menyulitkan.
b) Assistive devices
Selain hearing aids banyak alat bantu lain yang dapat membantu
individu atau kelompok untuk dapat mendengar televisi, radio, dan
percakapan pada handphone. Pada televisi dapat digunakan headphone yang
dimasukkan pada lubang pendengaran pada televisi, listening loop dengan
telecoil pada hearing aid, perangkat infrared tanpa kabel yang mengirim
signal televisi langsung ke pendengar melalui receiver. Telephoneamplifier
and devices dapat memperbesar suara dari signal telephone. Sekarang
terdapat perangkat handset amplifiers yang dapat dihubungkan langsung
pada dasar telephone atau earphone. Cochlear implant adalah suatu alat
elektronik yang ditanam melalui operasi untuk menstimulasi saraf
pendengaran, alat ini memegang peran penting pada auditoric rehabilitation
pasien usia lanjut dengan penurunan pendengaran sensorineural berat

b.

Penyakit Miniere24
Definisi
Penyakit Meniere adalah kelainan telinga bagian dalam yang menyebabkan
timbulnya episode vertigo (pusing berputar), tinnitus (telinga berdenging), perasaan

penuh dalam telinga, dan gangguan pendengaran yang bersifat fluktuatif. Hal ini
disebabkan oleh adanya hidrops (pembengkakan) rongga endolimfa pada kokhlea
dan vestibulum.

Epidemiologi
Penyakit Meniere adalah salah satu penyebab tersering vertigo pada telinga
dalam. Sebagian besar kasus timbul pada laki-laki atau perempuan dewasa. Paling
banyak ditemukan pada usia 20-50 tahun. Kemungkinan ada komponen genetik
yang berperan dalam penyakit Meniere karena ada riwayat keluarga yang positif
sekitar 21% pada pasien dengan penyakit Meniere. Pasien dengan resiko besar
terkena penyakit Meniere adalah orang-orang yang memiliki riwayat alergi,
merokok, stres, kelelahan, alkoholisme, dan pasien yang rutin mengkonsumsi
aspirin.

Etiologi
Penyebab pasti Meniere belum diketahui. Namun terdapat berbagai teori

termasuk pengaruh neurokimia dan hormonal abnormal pada aliran darah yang
menuju labirin dan terjadi gangguan elektrolit dalam cairan labirin, reaksi alergi dan
autoimun.
Penyakit Meniere masa kini dianggap sebagai keadaan dimana terjadi
ketidakseimbangan cairan telinga yang abnormal dan diduga disebabkan oleh
terjadinya malabsorbsi dalam sakus endolimfatikus. Selain itu para ahli juga
mengatakan terjadinya suatu robekan endolimfa dan perilimfa bercampur. Hal ini
menurut para ahli dapat menimbulkan gejala dari penyakit Meniere. Para peneliti
juga sedang melakukan penyelidikan dan penelitian terhadap kemungkinan lain
penyebab penyakit Meniere dan masing-masing memiliki keyakinan tersendiri
terhadap penyebab dari penyakit ini, termasuk faktor lingkungan seperti suara
bising,

infeksi

virus

HSV, penekanan

pembuluh

darah

terhadap

saraf

(microvascular compression syndrome). Selain itu gejala dari penyakit Meniere


dapat ditimbulkan oleh trauma kepala, infeksi saluran pernapasan atas, aspirin,

merokok, alkohol, atau konsumsi garam berlebihan. Namun pada dasarnya belum
ada yang tahu secara pasti apa penyebab penyakit Meniere.

Patofisiologi
Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa

(peningkatan endolimfa yang menyebabkan labirin membranosa berdilatasi) pada


kokhlea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi dan hilang timbul diduga disebabkan
oleh meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri, menurunnya tekanan
osmotik dalam kapiler, meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler, jalan
keluar sakus endolimfatikus tersumbat (akibat jaringan parut atau karena defek dari
sejak lahir).
Hidrops endolimfa ini lama kelamaan menyebabkan penekanan yang bila
mencapai dilatasi maksimal akan terjadi ruptur labirin membran dan endolimfa
akan bercampur dengan perilimfa. Pencampuran ini menyebabkan potensial aksi di
telinga dalam sehingga menimbulkan gejala vertigo, tinnitus, dan gangguan
pendengaran serta rasa penuh di telinga. Ketika tekanan sudah sama, maka
membran akan sembuh dengan sendirinya dan cairan perilimfe dan endolimfe tidak
bercampur kembali namun penyembuhan ini tidak sempurna.

Gejala
Penyakit Meniere dimulai dengan satu gejala lalu secara progresif gejala

lain bertambah. Gejala-gejala klinis dari penyakit Meniere yang khas sering disebut
trias Meniere yaitu vertigo, tinnitus, dan tuli saraf sensorineural fluktuatif terutama
nada rendah. Serangan pertama dirasakan sangat berat. Penyakit ini bisa seembuh
tanpa obat dan gejala penyakit ini bisa hilang sama sekali. Pada serangan kedua dan
selanjutnya dirasakan lebih ringan tidak seperti serangan pertama kali. Pada
penyakit Meniere, vertigonya periodik dan makin mereda pada serangan-serangan
selanjutnya.

Pada setiap serangan biasanya disertai dengan gangguan pendengaran dan


dalam keadaan tidak ada serangan pendengararn dirasakan baik kembali. Gejala lain
yang menyertai serangan adalah tinnitus yang kadang menetap walaupun diluar
serangan. Gejala lain yang menjadi tanda khusus adalah perasaan penuh pada
telinga.
Vertigo periodik biasanya dirasakan dalam dua puluh menit sampai dua jam
atau lebih dalam periode serangan seminggu atau sebulan yang diselingi periode
remisi. Vertigo menyebabkan nistagmus, mual, dan muntah. Pada setiap serangan
biasanya disertai gangguan pendengaran dan keseimbangan sehingga tidak dapat
beraktivitas dan dalam keadaan tidak ada serangan pendengaran akan pulih
kembali.
Tinnitus kadang menetap (periode detik hingga menit), meskipun di luar
serangan. Tinnitus sering memburuk sebelum terjadi serangan vertigo. Tinnitus
sering didekripsikan pasien sebagai suara motor, mesin, gemuruh, berdenging,
berdengung, dan denging dalam telinga.
Gangguan pendengaran mungkin terasa hanya berkurang sedikit pada awal
serangan, namun seiring dengan berjalannya waktu dapat terjadi kehilangan
pendengaran yang tetap. Penyakit Meniere mungkin melibatkan semua kerusakan
saraf di semua frekuensi suara pendengaran namun paling mungkin melibatkan
semua kerusakan saraf di semua frekuensi suara pendegaran namun paling umum
terjadi pada frekuensi yang rendah. Suara yang keras mungkin menjadi tidak
nyaman dan sangat mengganggu pada telinga yang terpengaruh.
Rasa penuh pada telinga dirasakan seperti saat kita mengalami perubahan
tekanan udara perbedaannya rasa penuh ini tidak hilang dengan perasat valsava dan
toynbee.

Diagnosis
Diagnosis penyakti ini dapat dipermudah dengan kriteria diagnosis:
a. Anamnesis
- Vertigo yang hilang timbul disertai dengan tinnitus dan rasa penuh pada telinga
- Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli sensorineural

- Menyingkirkan kemungkinan penyebab sentral, misalnya tumor N.VIII


Pada tumor N.VIII serangan vertigo periodik, mula-mula lemah dan semakin
lama makin kuat. Pada sklerosis multipel vertigo periodik dengan intensitas
sama pada tiap serangan. Pada neuritis vestibuler serangan vertigo tidak periodik
dan makin lama menghilang. Pada VPPJ, keluhan vertigo datang akibat
perubahan posisi kepala yang dirasakan sangat berat dan terkadang disertai rasa
mual dan muntah namun tidak berlangsung lama.
b. Pemeriksaan fisik
Diperlukan untuk memperkuat diagnosis. Bila dari hasil pemeriksaan fisik telinga
kemungkinan kelainan telinga luar dan tengah dapat disingkirkan dan dipastikan
kelainan berasal dari telinga dalam misalnya dari anamnesis didapatkan kelainan tuli
saraf fluktuatif dan ternyata dikuatkan dengan hasil pemeriksaan maka kita sudah
dapat mendiagnosis penyakit Meniere, sebab tidak ada tuli saraf yang membaik
kecuali pada penyakit Meniere.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat mendiagnosis penyakit Meniere adalah:
- Pemeriksaan audiometri
- Elektronistagmografi (ENG) dan tes keseimbangan, untuk mengetahui secara
objektif kuantitas dari gangguan keseimbangan pada pasien. Pada sebagian besar
pasien dengan penyakit Meniere mengalami penurunan respons nistagmus
terhadap stimulasi dengan air panas dan air dingin yag digunakan pada tes ini
- Elektrokokleografi (ECOG), mengukur akumulasi cairan di telinga dalam
dengan cara merekam potensial aksi neuron auditoris melalui elektroda yang
ditempatkan dekat dengan kokhlea. Pada pasien dengan penyakit Meniere, tes ini
juga menunjukkan peningkatan tekanan yang disebabkan oleh cairan yang
berlebihan pada telinga dalam yang ditunjukkan dengan adanya pelebaran
bentuk gelombang bentuk gelombang dengan puncak yang multipel
- Brain Evoked Response Audiometry (BERA), biasanya normal pada pasien
dengan penyakit Meniere, walaupun terkadang terdapat penurunan pendengaran
ringan pada pasien dengan kelainan pada sistem saraf pusat
- Magnetic Resonance Imaging (MRI) dengan kontras yang disebut gadolinium
spesifik memvisualisasikan n.VII. Jika ada bagian serabut saraf yang tidak terisi

kontras menunjukkan adanya neuroma akustik. Selain itu pemeriksaan MRI juga
dapat memvisualisasikan kokhlea dan kanalis semisirkularis

Penatalaksanaan
Pasien yang datang dengan keluhan khas penyakit Meniere awalnya hanya
diberikan pengobatan yagng bersifat simptomatik, seperti sedatif dan bila perlu bila
perlu diberikan antiemetik. Pengobatan paling baik adalah sesuai dengan

penyebabnya. Penatalaksanaan pada Penyakit Meniere adalah sebagai berikut :


a. Diet dan gaya hidup
Diet rendah garam memiliki efek yang kecil terhadap konsentrasi sodium pada
plasma, karena tubuh telah memiliki sistem regulasi dalam ginjal untuk
mempertahankan level sodium dalam plasma.
Penyesuaian ini diperankan oleh hormon aldosteron yang berfungsi mengontrol
jumlah transport ion di ginjal sehingga akan memengaruhi regulasi sodium di
endolimfe sehingga mengurangu serangan penyakit Meniere.
Banyak pasien dapat mengontrol gejala hanya dengan mematuhi diet rendah garam
(2000 mg/hari). Jumlah sodium merupakan salah satu faktor yang mengatur
keseimbangan cairan dalam tubuh. Retensi natrium dan cairan dalam tubuh dapat
merusak keseimbangan antara endolimfe dan perilimfe di dalam telinga.
Pemakaian alkohol, rokok, coklat harus dihentikan. Kafein dan nikotin juga
merupakan stimulan vasoaktif dan menyebabkan terjadinya vasokonstriksi dan
penurunan aliran darah arteri kecil yang memberi nutrisi saraf dari telinga tengah.
Dengan menghindari kedua zat tersebut dapat mengurangi gejala.
Olahraga yang rutin dapat menstimulasi sirkulasi aliran darah sehingga perlu untuk
dianjurkan ke pasien. Pasien juga harus menghindari penggunaan obat-obatan yang
bersifat ototoksik seperti aspirin karena dapat memperberat tinnitus.
Selama serangan akut dianjurkan untuk berbaring di tempat yang keras, berusaha
untuk tidak bergerak, pandangan mata difiksasi pada satu objek tidak bergerak,
jangan mencoba minum walaupun ada perasaan mau muntah, setelah vertigo hilang
pasien diminta untuk bangun secara perlahan karena biasanya setelah serangan akan
terjadi kelelahan dan sebaiknya pasien mencari tempat yang nyaman untuk tidur
selama beberapa jam untuk memulihkan keseimbangan.
b. Farmakologi

Untuk penyakit ini diberikan obat-obatan vasodilator perifer, antihistamin,


antikolinergik, steroid, dan diuretik untuk mengurangi tekanan pada endolimfe. Obatobat antiiskemia dapat pula diberikan sebagai obat alternatif dan neurotonik untuk
menguatkan sarafnya selain itu jika terdapat infeksi virus dapat diberikan antivirus
seperti asiklovir.
Transquilizer seperti diazepam (valium) dapat digunakan pada kasus akut untuk
membantu mengontrol vertigo, namun karena sifat adiktifnya tidak digunakan tidak
digunakan sebagai pengobatan jangka panjang. Antiemetik seperti prometazin tidak
hanya mengurangi mual dan muntah tapi juga mengurangi gejala vertigo. Diuretik
seperti tiazide dapat membantu mengurangi gejala penyakit Meniere dengan
menurunkan tekanan dalam sistem endolimfe. Pasien harus diingatkan untuk banyak
makanan yang mengandung kalium seperti pisang, tomat, dan jeruk ketika
menggunakan diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium.
c. Latihan
Ada beberapa latihan, yaitu : Canalit Reposition Treatment (CRT) / epley manouver
dan brand-darroff exercise. Dari beberapa latihan ini kadang memerlukan seseorang
untuk membantunya tapi ada juga yang dapat dikerjakan sendiri.
Dari beberapa latihan, umumnya yang dilakukan pertama adalah CRT jika masih
terasa ada sisa baru dilakukan brand-darroff exercise.

Gambar 2.1. Canalit Reposition Treatment (CRT) / epley manouver

d. Pembedahan7,8
Operasi yang direkomendasikan bila serangan vertigo tidak terkontrol antara lain :
- Dekompresi sakus endolimfatikus
Operasi ini mendekompresikan cairan berlebih di telinga dalam dan
menyebabkan

kembali

normalnya

tekanan

terhadap

ujung

saraf

vestibulokokhlearis. Insisi dilakukan di belakang telinga yang terinfeksi dan air


cell mastoid diangkat agar dapat melihat telinga dalam. Insisi kecil dilakukan
pada sakus endolimfatikus untuk mengalirkan cairan ke rongga mastoid.
Secara keseluruhan sekitar 60% pasien serangan vertigo menjadi terkontrol, 20%
mengalami serangan yang lebih buruk. Fungsi pendengaran tetap stabil namun
jarang yang membaik dan tinnitus tetap ada, 2% mengalami tuli total dan vertigo
tetap ada.
- Labirinektomi
Operasi ini mengangkat kanalis semisirkularis dan saraf vestibulokokhlearis.
Dilakukan dengan insisi di telinga belakang dan air cell mastoid diangkat, bila
telinga dalam sudah terlihat, keseluruhan labirin tulang diangkat. Setelah satu
atau dua hari paskaoperasi, tidak jarang terjadi vertigo berat. Hal ini dapat diatasi
dengan pemberian obat-obatan. Setelah seminggu, pasien mengalami periode
ketidakseimbangan tingkat sedang tanpa vertigo, sesudahnya telinga yang
normal

mengambil

alih

seluruh

fungsi

keseimbangan.

Operasi

ini

menghilangkan fungsi pendengaran telinga.


- Neurektomi vestibuler
Bila pasien masih dapat mendengar, neurektomi vestibuler merupakan pilihan
untuk menyembuhkan vertigo dan pendengaran yang tersisa. Dilakukan insisi di
belakang telinga dan air cell mastoid diangkat, dilakukan pembukaan pada fossa
durameter dan n.VIII dan dilakukan pemotongan terhadap saraf keseimbangan.

Pemilihan operasi ini mirip labirinektomi. Namun karena operasi ini melibatkan
daerah intrakranial, sehingga harus dilakukan pengawasan ketat paskaoperasi.
Operasi ini diindikasikan pada pasien di bawah 60 tahun yang sehat.
Sekitar 5% mengalami tuli total pada telinga yang terinfeksi, paralisis wajah
sementara dapat terjadi selama beberapa hari hingga bulan, sekitar 85% vertigo
dapat terkontrol.
- Labirinektomi dengan zat kimia
Merupakan operasi dimana menggunakan antibiotik (streptomisin atau
gentamisin dosis kecil) yang dimasukkan ke telinga dalam. Operasi ini bertujuan
mengurangi proses penghancuran saraf keseimbangan dan mempertahankan
pendengaran yang masih ada. Pada kasus penyakit Meniere, diberikan
streptomisin intramuskular dapat menyembuhkan serangan vertigo dan
pendengaran dapat dipertahankan.
- Endolimfe shunt
Operasi ini masih kontroversi karena banyak peneliti yang menganggap operasi
ini merupakan plasebo. Ada dua tipe dari operasi ini yaitu:
a) Endolimfe subaraknoid shunt : dengan mempertahankan tuba diantara
endolimfe dan kranium
b) Endolimfe mastoid shunt : dengan menempatkan tuba antara sakus
endolimfatikus dan rongga mastoid
d. Labiritis
Definisi
Infeksi pada bagian telinga dalam
Klasifikasi pathogenesis
1. Labirinitis serosa : terjadi perubahan kimia di ruang perilimfe akibat

proes toksik
2. Labirinitis supuratif : infeksi bakteri di ruang perilimfe
Penatalaksanaan
Pada kedua kadus diatas operasi harus segera dilakukan untuk

menghilangkan infeksi dari telinga tengah


Kadang diperlukan drainase nanah

Pemberian Antibiotik yang adeluat terurama pada otitis media kronik


dengan atau tanpa kolesteatoma

e. Tuli akustikus

Definisi
Tuli yang diakibatkan oleh terpapar bising yang cukup keras dalam jangka
waktu yang lama.

Etiologi
Intensitas kebisingan
Frekuensi kebisingan
Lamanya waktu terpapar
Jenis Kelamin
Usia
Kelainan telinga tengah
Pekerjaan
Pathogenesis
Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea terutama sel-sel
rambut. Daerah yang pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang
menunjukkan adanya degenerasi yang meningkat sesuai dengan intensitas dan
lama paparan. Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang kaku sehingga
mengurangi respon terhadap stimulasi. Dengan bertambahnya intensitas dan
durasi paparan akan dijumpai lebih banyak kerusakan seperti hilangnya
stereosilia. Daerah yang pertama kali terkena adalah daerah basal. Dengan
hilangnya stereosilia, sel-sel rambut mati dan digantikan oleh jaringan parut.
Semakin tinggi intensitas paparan bunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-sel
penunjang juga rusak. Dengan semakin luasnya kerusakan pada sel-sel rambut,
dapat timbul degenerasi pada saraf yang juga dapat dijumpai di nukleus
pendengaran pada batang otak.

Gejala
1 Bersifat sensorineural
2 Hamper selalu bilateral
3 Diskriminasi dalam bicara
4 Tinnitus

Penatalaksaan
1. Hindari tempat yang terlalu bising
2. Menggunakan sumbat telinga
3. Pasangkan alat bantu dengar bia tidak bias berkomunikasi dengan adekuat
Pencegahan
1. Pengukuran pendengaran
2. Pengendalian suara bising
3. Analisa bising

DAFTAR PUSTAKA
1. Lauralee Sherwood. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC. 2011.
2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30607/4/Chapter%20II.pdf.
Diupdate
pada tanggal 9 Oktober 2016. Pukul 15.00 WITA.
3. http://www.aafp.org/afp/2013/1001/p435.pdf. Diupdate pada tanggal 2 oktober 2016
4. Terho, Heikkinein. 2003. Ear Infection Facts: Causes, Acute Infections, Chronic
Infections.
5. Arsyad, Efiati, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher. H.64-65. FK UI: Jakarta
6. Lumbantobing SM.2000.Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta
7. Standar Pelayanan Medik (SPM) PERDOSI
8. Akbar, Muhammad. 2013. Diagnosis Vertigo. Makassar
9. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21423/4/Chapter%20II.pdf
10. Buku ajar telinga,hidung,tenggorokan,kepala dan leher FK UI

11. Pandi, Purnama S. dkk. Pemeriksaan Telinga, Hidung, dan Tenggorok. Dalam : Efiaty
Arsyad Soepardi dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher. Edisi Ketujuh. Jakarta : Badan Penerbit FKUI; 2015. Hlm. 1,2,17-9,
27
12. Harim,
2012.
Perforasi
Membrani
Timpani.
Available
from:
http//.wwwperhati.kl.or.idwp-content.
13. Yeds PD, Flood LM, Banerjee A, Cliford K. Ct-Scanning of Middle Ear Cholesteatome:
What Does The Surgeon Want To Know? The British Journal of Radiology. 2002; 75:
874-852. Available from: http/www.bjradio.org. (accessed on June 2010)
14. https://wisuda.unud.ac.id/pdf/0902005180-3-bab2.pdf. Diupdate pada tanggal 9 Oktober
2016. Pukul 13.55 WITA.
15. https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&sqi=2&ved=0ahUKEwi
kh6aop9XPAhVLMI8KHWvKCz4QFggrMAI&url=http%3A%2F%2Focw.usu.ac.id
%2Fcourse%2Fdownload%2F1110000121-special-senses-system
%2Fsss155_slide_otitis_eksterna.pdf&usg=AFQjCNGB0G9qBcbdEuhF8mwaA9outSzS
mg&sig2=C4VZ9PsGpLeH2LTyjSzfxQ&bvm=bv.135475266,d.c2I.

diupdate

pada

tanggal 9 Oktober 2016. Pukul 13.55 WITA.


16. http://rsa.ugm.ac.id/2015/01/gangguan-pendengaran-akibat-sumbatan-kotoran-telingaimpaksi-serumen/. Diupdate pada tanggal 9 Oktober 2016. Pukul 15.40 WITA.
17. . Browning GG. Aetiopathology of inflammatory conditions of the external and middle
ear. In : Kerr AG, ed. Scott-Browns Otolaryngology. Sixth edition. Volume 3.
Butterworth Heinemann. London, 1997: 3/3/7
18. Kroon DF, Strasnick B. Diseases of the Auricle, External Auditory Canal and Tympanic
Membrane. In : Glasscock Gulya, ed. Glasscock Shambaugh Surgery of the Ear. Fifth
edition. WB Saunders Company, Hamilton, 2003
19. buku ajar ilmu kesehatan, telinga hidung tenggorok kepala & leher. Fakultass kedokteran
UI. Edisi 6. Halaman 69 - 70
20. Djaafar,Zainul,Helmi,Ratna R.Otitis media supiratif kronis. Kelainan telinga tengah,Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.6 th.Ed.Jakarta:Balai
Penerbit FK-UI.2007.69-74
21. Adams, G.L., Boies, L.R., dan Hilger, P.A., 2013. Boies: Buku Ajar Penyakit THT. Edisi
6. Jakarta: EGC.
22. Lalwani, A.K., 2008. Disoreders of Smell, Taste and Hearing Dalam: Harrisons Principle
of Internal Medicine. 17th ed. US: Mc Graw Hill

23. Dewi M.P., 2009, Analisis pemaparan Intensitas Kebisingan di Unit Compresor dan Unit
Cooling Tower PT. Indo Acidama tbk,[Skripsi] Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
24. Nastia, puji. 2011. Prevalensi benda asing pada telinga, hidung, trakeobronkial, dan
esofagus di departemen tht fk usu/rsup h adam malik medan Tahun 2010. [online]
available on : repository.usu.ac.id. diakses 10 Oktober 2016.

Vous aimerez peut-être aussi