Vous êtes sur la page 1sur 13

ANTARA RODLIALLOHU ANHU DAN KAROMALLOHU

WAJHAH
Posted by zentijany at 11th March 2014 with No Comments

Related Posts:
JANGANLAH MEMAKNAI BERSEMAYAM DENGAN BERADA ATAU BERTEMPAT
MENYOMBONGKAN JANGGUT YANG LEBAT MENJADI SEBAB TERHIJAB KEPADA ALLOH SWT.
MENGGUNAKAN TASBIH KETIKA MEMBACA WIRID BUKANLAH BIDAH DLOLALAH
BOLEH BAHKAN WAJIB MENGQODLOI SHOLAT YANG TERTINGGALKAN
CONTOH BIDAH YANG DI LAKUKAN PARA SHOHABAT NABI SAW.
PENJELASAN TENTANG MANAQIB dan TAWASUL YANG DI AMALKAN MASYARAKAT KITA
MENGIKUTI SALAH SATU MADZHAB EMPAT ADALAH MASLAHAT TERBESAR UMAT
TUDUHAN MIRING TERHADAP PERNIKAHAN NABI SAW ADALAH KEBODOHAN MUSUH ALLOH SWT
LAFADZ SAYYIDINA UNTUK NAMA MUHAMMAD ROSULILLAH SAW BUKANLAH BIDAH

PERBEDAAN GELAR KHALIFAH


KARAMALLAHU WAJHAH

ANTARA

RADIALLAHU

ANHU

DAN

Di dalam islam ada para shohabat Rosululloh Saw yang sangat berjasa di dalam
perjuangan penyebaran islam keseluruh jagad raya ini, dan karena kehebatan para
shohabat Nabi itu, sampai sampai beliau beliau di jamin oleh Rosululloh Saw untuk masuk
ke dalam surga Alloh di surga kelak.
Para shohabat Nabi yang paling terkenal dan terdekat dengan Rosululloh adalah yang di
sebut dengan Khulafaur Rosyidin yang jumlahnya ada empat, yaitu :
~Sayyidina Abu Bakar Radiallahu anhu
~Sayyidina Umar bin Khattab Radiallahu anhu

~Sayyidina Ustman bin Affan Radiallahu anhu


~Sayyidina Ali bin abi Tholib Karramallahu wajhah
Tapi yang pantas kita cermati adalah tentang nama nama para Shohabat yang di belakangnya di
kasih Rodliallohu Anhu, tetapi kenapa sayyidina Ali tidak memakai rodliallohu Anhu
melainkan Karomallohu Wajhah
?Apakah yang menjadi alasanya kenapa berbeda dengan para shohabat yang lain
:




.


:
:
.

.
hal 71
Mengapa gelar Khalifah Shohabat Ali dengan Karromallahu wajhah
Alasannya di karenakan Shohabat ALI semenjak kecil tidak pernah sujud pada berhala.
Timbul pertanyaan selanjutnya
Shohabat Abu Bakar juga tidak pernah sujud pada berhala tetapi memakai gelar
?Rodhiallahu anhu, tidak memakai Karromallahu wajhah
Alasannya sebab Abu bakar masuk islam setelah dewasa.
Ada sebagian pendapat lagi.

Shohabat ALI di gelari Karromallahu wajhah sebab sahabat ALI tidak pernah melihat auratnya
sama
sekali.
Referensi :
Sirojut Tholibin syarah Minhajut Tholibin juz 1 hal. 124 karya Syaikh Ihsan jampes
124
/
1 :
:
.
: . .
:
Post under category Akidah, artikel, Ilmu Pengetahuan dan Islam, KELUARGA Tags:
DAN ADA YANG KAROMALLOHU WAJHAH, KENAPA RODLIALLOHU ANHU, TENTANG
GELAR SHOHABAT ROSULULLOH

Ali bin Abi Thalib : 3 alasan penamaan


karamallahu wajhah..
Ali bin Abi Thalib diberikan sebutan karamallahu wajhah; sebutan yang berarti doa Semoga
Allah memuliakan wajahnya ..
Seingat saya ada 3 alasan pemberian nama ini:
Pertama di antara sahabat Nabi shalallahualaihi wasallam, hanya Ali bin Abi Thalib yang tidak
pernah menyembah berhala. Dia masuk Islam dalam usia yang masih kecil sehingga tak sempat
beribadat kepada berhala. Artinya, wajahnya tak pernah disujudkan kepada berhala. Ali
kecil langsung sujud kepada Allah.
kedua, Ali adalah orang yang dikenal tak pernah melihat aurat, baik aurat dirinya sendiri
maupun aurat orang lain.
Ketiga, Ali dikenal sebagai seorang pria yang gagah dan tampan. Banyak hadis yang
meriwayatkan Ali memiliki kepala yang agak botak sehingga orang memberikan julukan ashla
yang berarti Si Botak. Umar bin Khattab pernah berkata, Sekiranya tak ada si ashla,
celakalah Umar! Ketika banyak sahabat lain mengecam Ali dengan memberikan julukan ashla,
Rasulullah saw berkata, Janganlah kalian mengecam Ali karena ia sudah tenggelam dalam
kecintaan kepada Allah.
Memang ada pendapat bahwa Hadist atau riwayat yang mengisahkan Ali bin Abi
Thalib karamallahu wajhah haditsnya lemah, palsu, bathil. Ada pula pandangan bahwa
penamaan dengan karamahullahu wajhah tak berlandaskan pada hadits sahih, kecuali hadits

palsu
semata.
(kisah
ini
diolah
http://groups.yahoo.com/group/Tauziyah/message/12552

dari

berbagai

sumber)

Maafkan, saya tak punya banyak ilmu sehingga tak layak memutusi mana yang benar atau
keliru, para ulama tentu lebih tahu. Namun dalam pandangan pribadi saya kalau yang mau
mendoakan beliau dengan hal tersebut yah silahkan, yang mau mendoakan Radhiallahu anhu
pun monggo asal kita tak saling bertengkar.. Bukankah mendoakan kemuliaan itu baik?
wallahu alam.
Hanya saja kalau sudah sampai di Ranah bahwa Ali bin Abi Thalib radiallahu anhu atau
karamallahu wajhah itu Nabi, saya tidak setuju karena semua umat islam tahu Rasulullah
Muhammad shalallahualaihi wasallam adalah khatamul anbiya wal mursalin.( penutup para
nabi-nabi dan rasul-rasul).
Pendapat saya pribadi adalah yang kisah yang baik dari Ali kita contoh, karena beliau pun
termasuk sahabat yang utama dan dekat dengan Nabi Muhammad, sedangkan perkara yang
tidak sesuai akidah kita tinggalkan saja apalagi yg bertentangan Quran-sunnah. Kalau soal
saling menjelekkan, wah ini saya paling kurang setuju..
Demikian.. kurang lebihnya mohon maaf, dan bila ada kekeliruan akan saya luruskan.Kalau ada
kebenaran itu datangnya dari Allah. Terima kasih.

Kenapa Sayyidina Ali Diberi Gelar "Karromallahu Wajhahu" ?

Ali bin Abi Tholib adalah termasuk golongan As-sabiqun Al-Awwalun


dari kalangan anak-anak, yaitu kelompok yang pertama kali masuk Islam.
Beliau dilahirkan 20 tahun sebelum Nabi Muhammad mengemban amanat
risalah (Rasul) dari Allah swt.
Sedari kecil Abu Tholib telah menyerahkan Ali kepada Nabi Muhammad
untuk dididik. Sampai akhirnya beliau ikut memeluk Islam, yaitu agama
yang
dibawa
oleh
Muhammad
saw,
pendidiknya.

Sampai besarnya, Ali selalu mengikuti Rasul bahkan beliau tidak


pernah absen dalam peperangan bersama Rasul saw kecuali satu event,
yaitu perak tabuk.
Saking dekatnya dengan Rasul saw, Ali mendapat perintah untuk
menggantikan beliau saw guna mengurusi para wanita dan anak-anak di
madinah
sepeninggal
Nabi
pergi
ke
Tabuk
untuk
berperang.
Kemudian Ali bertanya-tanya tentang posisi itu kepada Nabi, lalu Nabi saw
pun menjawab:
"tidakkah kamu ridho kedudukanmu disisiku seperti kedudukan Harun
disisi Musa Alayh Salam." (Muttafaq Alayh).
Beliau saw menggambarkan bahwa posisi Ali sepeninggalnya ke Tabuk untuk
berperang layaknya posisi Nabi Harun yang ditugasi mengurus Bani Israel
sepeninggal
Nabi
Musa
yang
pergi
ke
Thur.
Bukan maksud untuk menggantikannya sebagai kholifah setelah setelah
kematian beliau saw sebagaimana yang di gemborkan oleh para pengikut
kelompok sesat syiah. Akan tetapi posisi Ali ketika itu adalah posisi yang
khusus di waktu yang khusus itu saja. Dan Nabi ketika itu masih hidup.
Sebagaimana yang menjadi percontohan Nabi saw untuk Ali dengan Nabi
Harun yang menggantikan Nabi Musa untuk memimpin Bani Israel. Bukan
berarti setelah Musa, lalu harun menggantikannya, toh Nabi Harun itu wafat
sebelum Nabi Musa wafat.
Apa Makna Karromallahu Wajhahu?
Adapun gelar yang diberikan kepada Ali; Karromallu Wajhahu, yang berarti
(Semoga) Allah memuliakan wajahnya. Dan gelar ini tidak terdapat pada
sahabat yang lain, itu karena beliau belum pernah menyembah berhala
sekalipun semasa hidupnya sampai beliau memeluk Islam. Menurut jumhur
ulama.
Dan ada juga beberapa kabar yang menunjukkan bahwa Ali mendapat gelar
seperti itu karena beliau belum pernah melihat kemaluannya. Namun
pendapat ini kurang kuat.
Siapakah Yang Pertama Kali Menyematkan Gelar Ini?
Dan yang pertama kali menyematkan gelar ini pertama kali ialah: para
pengikut kelompok Syiah yang terlalu berlebihan (seperti yang kita tahu)
dalam mengagungkan Ali bin Abi Tholib. sampai membuat mereka menjadi

Kafir atas kelaukan mereka ini. Namun alasan ini pun belum terbukti
kebenarannya secara mutlak.
Bagaimana Pandangan Ulama?
Sheikh As-Sifarini dala kitab Ghidza' Al-Albab mengatakan bahwa gelar ini
yang disematkan kepada Ali telah menyebar ke seluruh penjuru dunia, dan
itu tidak mengapa InsyaAllah. Karena maknanya benar dan tidak
menyimpang.
Namun sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Ibnu Katsir dalam kitab
Tafsirnya; "baiknya gelar itu tidak hanya disematkan kepada Ali bin Abi
Tholib saja, akan tetapi hendaknya disamarata-kan untuk seluruh sahabat.
Karena ada juga sahabat yang lebih Afdhol dari Ali, yaitu Abu Bakar, Umar,
dan juga Ustman Radiyallahu 'anhum."
Imam Ibnu Katsir mengatakan:
"gelar ini telah masyhur dan menyebar, dan banyak dipakai
oleh
para
penulis
kitab
dalam
kitab-kita
mereka.
Yaitu
menyematkan karromallahu wajhahu pada nama Ali bin Abi Tholib.
Walaupun maknanya benar tetapi baiknya gelar ini disamarata-kan
untuk para sahabat yang lain.
Ini untuk sebagai penghormatan dan ta'dzim kepada mereka semua.
Dan Syaikhoni (Abu Bakar & Umar) dan juga Utsman lebih utama
untuk gelar ini disbanding Ali bin Abi Tholib." (Tafsir Ibnu Katsir, jilid 6
hal 478)
wallahu A'lam.

Sayyidina Ali Karamallahu Wajhah


August 10, 2011 Ibra Assegaf Leave a comment Go to comments

Al bin Ab Thlib (Arab: , Persia: ( ) 599 661) adalah salah


seorang pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi Muhammad. Menurut Islam Sunni,
ia adalah Khalifah terakhir dari Khulafaur Rasyidin. Sedangkan Syiah berpendapat bahwa ia
adalah Imam sekaligus Khalifah pertama yang dipilih oleh Rasulullah Muhammad SAW.
Uniknya meskipun Sunni tidak mengakui konsep Imamah mereka setuju memanggil Ali dengan
sebutan Imam, sehingga Ali menjadi satu-satunya Khalifah yang sekaligus juga Imam. Ali
adalah sepupu dari Muhammad, dan setelah menikah dengan Fatimah az-Zahra, ia menjadi
menantu Muhammad.
Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut
sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599
Masehi atau 600(perkiraan). Muslim Syiah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Kabah. Usia

Ali terhadap Nabi Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut
berbeda 25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun.
Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW. Haydar yang berarti
Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh
pemberani dan disegani di antara kalangan Quraisy Mekkah.
Setelah mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar,[rujukan?] Nabi SAW
memanggil dengan Ali yang berarti Tinggi(derajat di sisi Allah).
Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad, dimana Asad merupakan anak dari
Hasyim, sehingga menjadikan Ali, merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu.
Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Nabi SAW karena beliau tidak punya
anak laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga Abu Thalib memberi kesempatan bagi Nabi SAW
bersama istri beliau Khadijah untuk mengasuh Ali dan menjadikannya putra angkat. Hal ini
sekaligus untuk membalas jasa kepada Abu Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak beliau kecil
hingga dewasa, sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan Muhammad.
Dalam biografi asing (Barat), hubungan Ali kepada Nabi Muhammad SAW dilukiskan seperti
Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya) kepada Yesus (Nabi Isa). Dalam riwayat-riwayat Syiah dan
sebagian riwayat Sunni, hubungan tersebut dilukiskan seperti Nabi Harun kepada Nabi Musa.
Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, riwayat-riwayat lama seperti Ibnu Ishaq
menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang mempercayai wahyu tersebut atau orang ke 2 yang
percaya setelah Khadijah istri Nabi sendiri. Pada titik ini Ali berusia sekitar 10 tahun.
Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari Nabi SAW karena
sebagai anak asuh, berkesempatan selalu dekat dengan Nabi hal ini berkelanjutan hingga beliau
menjadi menantu Nabi. Hal inilah yang menjadi bukti bagi sebagian kaum Sufi bahwa ada
pelajaran-pelajaran tertentu masalah ruhani (spirituality dalam bahasa Inggris atau kaum Salaf
lebih suka menyebut istilah Ihsan) atau yang kemudian dikenal dengan istilah Tasawuf yang
diajarkan Nabi khusus kepada beliau tapi tidak kepada Murid-murid atau Sahabat-sahabat yang
lain.
Karena bila ilmu Syariah atau hukum-hukum agama Islam baik yang mengatur ibadah maupun
kemasyarakatan semua yang diterima Nabi harus disampaikan dan diajarkan kepada umatnya,
sementara masalah ruhani hanya bisa diberikan kepada orang-orang tertentu dengan kapasitas
masing-masing.
Didikan langsung dari Nabi kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik aspek zhahir
(exterior) atau syariah dan bathin (interior) atau tasawuf menggembleng Ali menjadi seorang
pemuda yang sangat cerdas, berani dan bijak.

Ali bersedia tidur di kamar Nabi untuk mengelabui orang-orang Quraisy yang akan
menggagalkan hijrah Nabi. Beliau tidur menampakkan kesan Nabi yang tidur sehingga masuk
waktu menjelang pagi mereka mengetahui Ali yang tidur, sudah tertinggal satu malam perjalanan
oleh Nabi yang telah meloloskan diri ke Madinah bersama Abu Bakar.
Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali dinikahkan Nabi dengan putri kesayangannya
Fatimah az-Zahra yang banyak dinanti para pemuda. Nabi menimbang Ali yang paling tepat
dalam banyak hal seperti Nasab keluarga yang se-rumpun (Bani Hasyim), yang paling dulu
mempercayai ke-nabi-an Muhammad (setelah Khadijah), yang selalu belajar di bawah Nabi dan
banyak hal lain.
Ketika Muhammad mencari Ali menantunya, ternyata Ali sedang tidur. Bagian atas pakaiannya
tersingkap dan debu mengotori punggungnya. Melihat itu Muhammad pun lalu duduk dan
membersihkan punggung Ali sambil berkata, Duduklah wahai Abu Turab, duduklah. Turab
yang berarti debu atau tanah dalam bahasa Arab. Julukan tersebut adalah julukan yang paling
disukai oleh Ali.
Beberapa saat setelah menikah, pecahlah perang Badar, perang pertama dalam sejarah Islam. Di
sini Ali betul-betul menjadi pahlawan disamping Hamzah, paman Nabi. Banyaknya Quraisy
Mekkah yang tewas di tangan Ali masih dalam perselisihan, tapi semua sepakat beliau menjadi
bintang lapangan dalam usia yang masih sangat muda sekitar 25 tahun.
Perang Khandaq juga menjadi saksi nyata keberanian Ali bin Abi Thalib ketika memerangi Amar
bin Abdi Wud . Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar, Amar bin Abdi Wud
terbelah menjadi dua bagian.
Setelah Perjanjian Hudaibiyah yang memuat perjanjian perdamaian antara kaum Muslimin
dengan Yahudi, dikemudian hari Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut sehingga pecah perang
melawan Yahudi yang bertahan di Benteng Khaibar yang sangat kokoh, biasa disebut dengan
perang Khaibar. Di saat para sahabat tidak mampu membuka benteng Khaibar, Nabi saw
bersabda:
Besok, akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia akan
menyerang berulang-ulang dan Allah akan mengaruniakan kemenangan baginya. Allah dan
Rasul-Nya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Maka, seluruh sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan kemuliaan tersebut. Namun,
temyata Ali bin Abi Thalib yang mendapat kehormatan itu serta mampu menghancurkan benteng
Khaibar dan berhasil membunuh seorang prajurit musuh yang berani bernama Marhab lalu
menebasnya dengan sekali pukul hingga terbelah menjadi dua bagian.
Hampir semua peperangan beliau ikuti kecuali perang Tabuk karena mewakili nabi Muhammad
untuk menjaga kota Madinah.

Sampai disini hampir semua pihak sepakat tentang riwayat Ali bin Abi Thalib, perbedaan
pendapat mulai tampak ketika Nabi Muhammad wafat. Syiah berpendapat sudah ada wasiat
(berdasar riwayat Ghadir Khum) bahwa Ali harus menjadi Khalifah bila Nabi SAW wafat. Tetapi
Sunni tidak sependapat, sehingga pada saat Ali dan Fatimah masih berada dalam suasana duka
orang-orang Quraisy bersepakat untuk membaiat Abu Bakar.
Menurut riwayat dari Al-Yaqubi dalam kitab Tarikh-nya Jilid II Menyebutkan suatu peristiwa
sebagai berikut. Dalam perjalan pulang ke Madinah seusai menunaikan ibadah haji ( HijjatulWada),malam hari Rasulullah saw bersama rombongan tiba di suatu tempat dekat Jifrah yang
dikenal denagan nama GHADIR KHUM. Hari itu adalah hari ke-18 bulan Dzulhijah. Ia keluar
dari kemahnya kemudia berkhutbah di depan jamaah sambil memegang tangan Imam Ali Bin
Abi Tholib r.a.Dalam khutbahnya itu antara lain beliau berkata : Barang siapa menanggap aku
ini pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya.Ya Allah, pimpinlah orang yang mengakui
kepemimpinannya dan musuhilah orang yang memusuhinya
Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah tentu tidak disetujui keluarga Nabi Ahlul Baitdan
pengikutnya. Beberapa riwayat berbeda pendapat waktu pem-baiat-an Ali bin Abi Thalib
terhadap Abu Bakar sebagai Khalifah pengganti Rasulullah. Ada yang meriwayatkan setelah
Nabi dimakamkan, ada yang beberapa hari setelah itu, riwayat yang terbanyak adalah Ali membaiat Abu Bakar setelah Fatimah meninggal, yaitu enam bulan setelah meninggalnya Rasulullah
demi mencegah perpecahan dalam ummat
Ada yang menyatakan bahwa Ali belum pantas untuk menyandang jabatan Khalifah karena
umurnya yang masih muda, ada pula yang menyatakan bahwa kekhalifahan dan kenabian
sebaiknya tidak berada di tangan Bani Hasyim.
Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah Utsman bin Affan mengakibatkan kegentingan di
seluruh dunia Islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara.
Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali bin
Abi Thalib sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair bin Awwam dan
Talhah bin Ubaidillah memaksa beliau, sehingga akhirnya Ali menerima baiat mereka.
Menjadikan Ali satu-satunya Khalifah yang dibaiat secara massal, karena khalifah sebelumnya
dipilih melalui cara yang berbeda-beda.
Sebagai Khalifah ke-4 yang memerintah selama sekitar 5 tahun. Masa pemerintahannya
mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah Khalifah sebelumnya, Utsman bin Affan.
Untuk pertama kalinya perang saudara antara umat Muslim terjadi saat masa pemerintahannya,
Perang Jamal. 20.000 pasukan pimpinan Ali melawan 30.000 pasukan pimpinan Zubair bin
Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Ummul muminin Aisyah binti Abu Bakar, janda
Rasulullah. Perang tersebut dimenangkan oleh pihak Ali.
Peristiwa pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan yang menurut berbagai kalangan waktu itu
kurang dapat diselesaikan karena fitnah yang sudah terlanjur meluas dan sudah diisyaratkan
(akan terjadi) oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau masih hidup, dan diperparah oleh

hasutan-hasutan para pembangkang yang ada sejak zaman Utsman bin Affan, menyebabkan
perpecahan di kalangan kaum muslim sehingga menyebabkan perang tersebut. Tidak hanya
selesai di situ, konflik berkepanjangan terjadi hingga akhir pemerintahannya. Perang Shiffin
yang melemahkan kekhalifannya juga berawal dari masalah tersebut.
Ali bin Abi Thalib, seseorang yang memiliki kecakapan dalam bidang militer dan strategi
perang, mengalami kesulitan dalam administrasi negara karena kekacauan luar biasa yang
ditinggalkan pemerintahan sebelumya. Ia meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh
Abdrrahman bin Muljam, seseorang yang berasal dari golongan Khawarij (pembangkang) saat
mengimami salat subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan Ali menghembuskan
napas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan secara rahasia di
Najaf, bahkan ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain.
Dua anak laki-lakinya yang terkenal, lahir dari anak Nabi Muhammad, Fatimah, adalah
Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husain.
Keturunan Ali melalui Fatimah dikenal dengan Syarif atau Sayyid, yang merupakan gelar
kehormatan dalam Bahasa Arab, Syarif berarti bangsawan dan Sayyed berarti tuan. Sebagai
keturunan langsung dari Muhammad, mereka dihormati oleh Sunni dan Syiah.
Menurut riwayat, Ali bin Abi Thalib memiliki 36 orang anak yang terdiri dari 18 anak laki-laki
dan 18 anak perempuan. Sampai saat ini keturunan itu masih tersebar, dan dikenal dengan
Alawiyin atau Alawiyah. Sampai saat ini keturunan Ali bin Abi Thalib kerap digelari Sayyid atau
Habib.

KARAMALLAHU WAJHAH ---- IMAM ALI BIN ABI THALIB


16 April 2014 pukul 5:50

Assalaikum warahmatullahi wabarakatuh


Di antara sekian banyak sahabat Nabi, hanya Ali bin Abi Thalib-lah yang diberikan sebutan
karamallahu wajhah; sebuah sebutan yang juga berarti doa "Semoga Allah memuliakan
wajahnya" atau "Allah telah memuliakan wajahnya." Semua ulama sepakat bahwa doa itu hanya
dikhususkan untuk Imam Ali saja seperti halnya sebutan shalallahu 'alaihi wa alihi wassalam
untuk Nabi Muhammad.

Ada beberapa riwayat yang menjelaskan hal ini. Salah satu riwayat diantaranya menjelaskan
alasan tentang doa itu:
1. Di antara semua sahabat Nabi saw, hanya Ali bin Abi Thalib yang tidak pernah menyembah
berhala. Dia masuk Islam dalam usia yang masih kecil sehingga tak sempat beribadah kepada
berhala. Artinya, wajahnya tak pernah disujudkan kepada berhala. Ali kecil langsung sujud
kepada Allah Subhanahu wata'ala.
2. Imam Ali adalah orang yang dikenal tak pernah melihat aurat, baik aurat dirinya sendiri
maupun aurat orang lain. Konon, dalam sebuah pertemuan di Shiffin, pasukan Imam Ali bertemu

dengan pasukan Muawiyah. Sebelum perang berkecamuk, biasanya diadakan mubarazah atau
duel antara dua orang yang mewakili pasukan yang akan bertempur. Imam Ali menantang
Muawiyah ber-mubarazah namun Muawiyah tak berani dan Amr bin Ash menggantikannya.
Dalam duel itu, Amr terdesak dan mengalami kekalahan. Ketika Imam Ali hendak memukulkan
pedangnya ke kepala Amr, Amr lalu membuka auratnya sehingga Imam Ali segera berbalik
memalingkan wajahnya dan meninggalkan Amr. Karena Imam Ali tak mau melihat aurat,
selamatlah Amr.
Semasa hidupnya, Imam Ali dikenal sebagai seorang pria yang gagah dan tampan. Banyak hadis
yang meriwayatkan Imam Ali memiliki kepala yang agak botak sehingga orang yang tak senang
pada Imam Ali memberikan julukan ashla yang berarti "Si Botak". Umar bin Khattab pernah
berkata, "Sekiranya tak ada si ashla, celakalah Umar!"
Ketika banyak sahabat lain mengecam Imam Ali dengan memberikan julukan ashla, Rasulullah
saw berkata, "Janganlah kalian mengecam Ali karena ia sudah tenggelam dalam kecintaan
kepada Allah."Imam Ali sering menjadi fana atau larut dalam kecintaannya kepada Allah. Pernah
suatu hari, Abu Darda menemukan Ali terbujur kaku di atas tanah seperti sebongkah kayu di
sebuah kebun kurma milik seorang penduduk Mekkah. Dengan tergopoh-gopoh, Abu Darda
mendatangi Fathimah untuk berbela sungkawa, karena ia mengira Ali telah meninggal dunia.
Fathimah hanya berkata, "Sepupuku, Ali, tidak mati melainkan ia pingsan karena fana dalam
ketakutannya kepada Allah. Ketahuilah, kejadian itu sering menimpanya."
Bagi Imam Ali, salat juga tidak merupakan peristiwa biasa. Baginya, salat adalah pertemuan
agung dengan Allah swt. Imam Al-Ghazali mengisahkan hal ini dalam kitab Ihya Ulumuddin:
Suatu hari, menjelang waktu salat, seorang sahabat menemukan Imam Ali dalam keadaan tubuh
yang berguncang dan wajah yang pucat pasi. Ia bertanya, "Apa yang telah terjadi, wahai Amirul
Mukminin?" Imam Ali menjawab, "Telah datang waktu salat. Inilah amanat yang pernah
diberikan Allah kepada langit, bumi, dan gunung tetapi mereka menolak untuk memikulnya dan
berguncang dahsyat karenanya. Sekarang, aku harus memikulnya." Dengan sikapnya itu, Imam
Ali ingin mengajarkan sahabatnya bahwa salat bukanlah kejadian biasa. Salat adalah amanat
yang di dalamnya mengandung perjanjian mulia antara seorang hamba dengan Tuhannya.
Alangkah anehnya bila kita masih belum merasakan kekhusukan itu di dalam salat kita. Tuhan
berfirman, "Sungguh beruntung orang-orang mukmin itu; yaitu mereka yang khusyuk di dalam
salatnya. (QS. Al-Mukminun; 1)
Imam Ali juga dikenal karena salatnya yang khusyuk. Banyak sahabat yang memuji salat Ali
sebagai salat yang mirip dengan salat Rasulullah Shalallahu 'alaihi wassalam. Puluhan tahun
sejak kematian Rasulullah, seorang sahabat bernama 'Umran bin Husain, salat di belakang Imam
Ali di Basrah. 'Umran berkata, "Lelaki itu mengingatkan aku pada salat yang dilakukan
Rasulullah saw." 'Umran terkesan akan salat Ali bukan karena gerakan-gerakan lahiriahnya
melainkan karena kekhusyukannya.
Ibn Abi Al-Hadid, bercerita tentang ibadah Imam Ali. Ia menyebutkan Ali sebagai orang yang

paling taat beribadah dan yang paling banyak salat dan puasanya sehingga dari Ali-lah orang
banyak belajar tentang salat malam. Selain itu, Ali senantiasa melazimkan wirid dan menunaikan
ibadah-ibadah nafilah. Dalam Perang Shiffin, Al-Hadid bercerita, "Di tengah-tengah perang yang
berkecamuk, Ali masih mendirikan salat. Sesudah salat, ia membaca wirid. Dalam kesibukan
perangnya, ia tak meninggalkan wiridnya padahal anak panah melintas di antara kedua belah
tangan dan di antara kedua daun telinganya."
Banyak hadis meriwayatkan kehidupan Imam Ali yang teramat sederhana. Ali bekerja keras
membanting tulang untuk nafkah keluarganya. Istrinya, Fathimah, setiap hari menggiling
gandum sampai melepuh tangannya. Suatu saat, setelah memenangkan sebuah peperangan,
kaum muslimin memiliki banyak tawanan perang. Fathimah berkata pada Ali,"Bagaimana jika
kita meminta salah seorang tawanan kepada Rasulullah untuk menjadi pembantu kita?" Imam
Ali enggan menyampaikan permohonan ini pada Rasulullah karena merasa sangat malu. Ia
meminta Fathimahlah yang memintakan hal itu.
Pergilah Fathimah menemui Rasulullah saw. Begitu ia berada di hadapan Nabi yang mulia,
Fathimah tak kuasa menyampaikan maksudnya. Ia pulang lagi ke rumahnya. Imam Ali lalu pergi
untuk menyampaikan hal itu dan ia pun tak kuasa mengutarakan keinginan itu dan kembali lagi.
Akhirnya keduanya memutuskan untuk pergi bersama-sama ke tempat Rasulullah.
Disampaikanlah hajat itu tapi Rasulullah tak menjawab permintaan mereka. Keduanya pulang
dengan perasaan malu dan takut akan kemurkaan Rasulullah.
Malam harinya Nabi datang ke rumah Ali. Nabi menyaksikan Ali hanya berselimutkan sarung
yang amat pendek padahal malam teramat dingin. Jika selimut itu ditarik ke atas, terbukalah
bagian bawah dan jika selimut itu ditarik ke bawah, terbukalah bagian atas. Rasulullah terharu
melihat kesederhanaan Ali. Ia berkata kepada keluarga mulia itu, "Maukah kalian aku berikan
pembantu yang lebih baik dari seluruh isi langit dan bumi?"
Rasulullah Shalallahu'alaihi wassalam kemudian memberikan wirid untuk dibacakan oleh
keluarganya itu seusai salat. Wirid itu berisi 33 kali tasbih, tahmid, dan takbir.Begitu setianya
Imam Ali dengan wiridnya itu, ia tak pernah meninggalkannya bahkan saat perang sekali pun. Ia
melazimkannya dalam setiap keadaan. Di masa kekuasaan Muawiyah, karena kebencian
Muawiyah pada Imam Ali, para khatib Jumat diperintahkan untuk mengakhiri setiap khutbahnya
dengan kecaman kepada Ali. Cacian dan makian ini berlangsung selama hampir puluhan tahun.
Ketika Umar bin Abdul Aziz berkuasa, perintah ini dihapuskan. Namun meskipun Muawiyah
begitu membenci Ali, ia harus mengakui keutamaan sifat-sifat Ali.
Suatu saat, Darar bin Dhamrah Al-Khazani diminta Muawiyah untuk bercerita tentang Imam Ali
kw. Ia tak mau memenuhi permintaan itu. Ia takut, bila ia menceritakan keadaan Ali apa adanya,
ia akan dianggap sebagai orang yang mengutamakan Ali, dan ia akan dihukum. Oleh sebab itu
Darar hanya berkata, "Ampunilah aku, wahai Amirul Mukminin! Jangan perintahkan aku untuk
mengungkapkan hal itu. Perintahkan aku untuk melakukan hal lain saja." "Tidak," ujar
Muawiyah, "aku takkan mengampunimu." Akhirnya Darar bercerita tentang Ali dalam bahasa
Arab yang teramat indah. Terjemahannya sebagai berikut:

"Ali adalah seorang yang cerdik cendekia dan gagah perkasa. Ia berbicara dengan jernih dan
menghukum dengan adil. Ilmu memancar dari kedalaman dirinya dan hikmah keluar dari selasela ucapannya. Ia mengasingkan diri dari dunia dengan segala keindahannya untuk kemudian
bertemankan malam dengan seluruh kegelapannya, di sisi Allah. Air matanya senantiasa
mengalir dan hatinya selalu tenggelam dalam pikiran. Ia sering membolak-balikkan tangannya
dan berdialog dengan dirinya. Ia senang dengan pakaian yang sederhana dan makanan yang
keras." "Demi Allah, ia dekat kepada kami dan kami senang berdekatan dengannya. Ia menjawab
bila kami bertanya. Namun betapa pun ia dekat dengan kami, kami tak sanggup menegurnya
karena kewibawaannya. Jika tersenyum, giginya tampak bagai untaian mutiara. Ia memuliakan
para ahli agama dan mencintai orang miskin. Orang kuat tak berdaya di hadapannya karena
keadilannya sementara orang yang lemah tak putus asa di sisinya."
"Aku bersaksi demi Allah, aku sering melihatnya berada di mihrab pada sebagian tempat
ibadatnya. Malam telah menurunkan tirainya dan gemintang tak tenggelam, saat itu ia
memegang janggutnya dan merintih dengan rintihan orang yang sakit. Ia menangis dengan
tangisan orang yang menderita. Seakan-akan kudengar jeritannya Ya Rabbana, ya Rabbana....."
"Ia menggigil di hadapan kekasihnya lalu berkata pada dunia: Kepadaku kau datang mencumbu.
Kepadaku kau merayu. Enyahlah dan pergi! Tipulah orang selain aku. Aku telah menjatuhkan
talak tiga kepadamu. Usiamu pendek, posisimu rendah. Betapa sedikitnya bekal dan betapa
jauhnya perjalanan, dan betapa sepinya perantauan."
Muawiyah mendengar Darar yang bercerita dengan penuh perasaan. Meskipun ia amat
membenci Ali, tapi ia tak kuasa menahan tangisan begitu mendengar penuturan Darar. Pada
kesempatan lain, Darar pernah ditanya,"Bagaimana kerinduanmu kepada Ali?"Darar
menjawab,"Aku rindu kepadanya seperti kerinduan seorang perempuan yang kekasihnya
disembelih di pangkuannya. Air matanya takkan pernah kering, dukanya panjang dan takkan
pernah usai."
Imam Ali selalu mengisi malamnya dengan tangisan dan orang-orang yang mengenalnya akan
mengisi kisah Ali dengan tangisan pula. Dalam tasawuf, menangis termasuk salah satu hal yang
harus dilatih. Imam Ali berkata,"Salah satu ciri orang yang celaka adalah ia yang memiliki hati
yang keras. Dan ciri hati yang keras adalah hati yang sukar menangis." Nabi saw bersabda,"Jika
engkau membaca Al-Quran, menangislah. Jika tidak bisa, berusahalah agar engkau menangis."
Pada salah satu doanya yang teramat indah, Imam Ali memohon :
"Tuhanku, berilah daku kesempurnaan ikatan kepada-Mu. Sinarilah bashirah ; hati kami dengan
cahayak karena melihat-Mu sehingga kalbu kami menorehkan tirai cahaya dan sampailah ia pada
sumber kebesaran; arwah kami terikat pada keagungan kesucian-Mu. Air mata tidak mengering
kecuali karena hati yang keras dan hati takkan keras kecuali karena banyaknya dosa."
Semoga bermanfaat, aamiin.

Vous aimerez peut-être aussi