Pada tanggal 8 Agustus 2016, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2016 tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dan perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan. Hal ini dilakukan untuk mempercepat proses pembangunan, kemudahan dalam usaha serta pemberian perlindungan kepada masayarakat berpenghasilan rendah. Objek pajak merupakan penghasilan yang diperoleh oleh orang pribadi atau badan dari: Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan Perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan. Dengan demikian, transaksi berupa Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) tanah dan/atau banguan sudah dikenakan PPh Final walaupun belum dibuatkan Akta Jual Beli. Hal ini berarti pada PP 34 Tahun 2016 ini, terdapat perluasan objek pajak penghasilan dibandingkan peraturan sebelumnya yakni PP 48 Tahun 1994. Selain perubahan terdapat objek pajak pemerintah juga melakukan pemangkasan tarif hingga 2,5%. Tarif pajak penghasilan selain rumah sederhana (RS) atau rumah susun sederhana (RSS) diatur sebesar 2,5% dari jumlah bruto nilai pengalihan HTB. Sementara itu, pengalihan HTB berupa RS dan RSS dikenakan tarif PPh 1%. Untuk besaran tarif jenis ini digunakan untuk wajib pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan atau dengan kata lain untuk real estate. Selain itu, atas pengalihan hak kepada pemerintah, BUMN yang mendapat penugasan khusus dari pemerintah, atau BUMD yang mendapat penugasan khusus dari kepala daerah dikenai tarif 0%. Jika pengalihan hak kepada pemerintah maka nilai pengalihan berdasarkan keputusan penjabat berwenang. Sedangkan jika pengalihan karena lelang maka nilai pengalihan sesuai dengan risalah lelang. Jika pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan melalui jual beIi yang dipengaruhi hubungan istimewa maka nilai pengalihan merupakan nilai yang seharusnya diterima.
Jika wajib pajak telah menerima penghasilan
baik sebagian maupun seluruh pembayaran atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan maka ia wajib melakukan pembayaran pajak penghasilan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah pembayaran dilakukan. Pelunasan pajak penghasilan yang terutang dalam perjanjian pengikatan jual beli sebelum terjadinya perubahan atas perjanjian pengikatan jual beli dilakukan
oleh pihak pembeli sementara pihak penjual
hanya menandatangai perubahan atas perjanjian tersebut. Terdapat beberapa pihak yang dikecualikan dari kewajiban pembayaran pungutan PPh ini antara lain, orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang melakukan pengalihan ha katas tanah/bangunan dengan jumlah bruto pengalihannya kurang dari Rp60 juta dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah. Selain itu, orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan dengan cara hibah kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat (khusus OP), badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil. Pengalihan harta berupa tanah dan/bangunan karena waris juga dikecualikan. Badan yang melakukan pengalihan karena penggabungan, peleburan dan pemekaran usaha serta karena perjanjian serah guna dan pemanfaatan barang milik negara juga dikecualikan dalam pemungutan PPh ini. Peraturan Pemerintah No 34 Tahun 2016 ini mulai nerlaku 30 hari setalah diundangkan, sehingga mulai berlaku pada tanggal 8 September 2016. Pada saat peraturan ini dimulai maka PP No 48 Tahun 1994 dan PP No 71 Tahun 2008 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. sum