Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pembimbing :
Dr. Anas Makhfud, Sp. An
Disusun Oleh :
Hilman Luthfi Hardana
Lalu Khairul Nazmi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan presentasi kasus yang berjudul
Penatalaksanaan Anestesi Umum pada Operasi Kraniotomi untuk Koreksi Fraktur Impresi
pada Ossis Frontalis.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Anas Makhfud, SpAn.
2. dr. Orizanov Mahisa, Sp.An.
3. Seluruh staf, medis dan paramedis yang bertugas di bagian anestesi RSML.
4. Semua pihak yang telah membantu selama penulisan laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa di dalam presentasi kasus ini masih jauh dari
sempurna, karena keterbatasan pengetahuan serta pengalaman, walaupun demikian penulis
telah berusaha sebaik mungkin. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun
diharapkan guna penyusunan dan kesempurnaannya.
Lamongan,
Februari 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................
BAB 1
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. Zaenab
Umur
: 42 tahun
Berat badan
: 50 kg
Tinggi badan
: 155 cm
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Sumengko RT 4 RW 2 Lamongan
Agama
: Islam
Tanggal masuk
No. RM
: 224356
II ANAMNESIS
a. Keluhan utama
: Penurunan kesadaran
b. RPS
:
pasien rujukan dari RSM Babat.
: disangkal
- Riwayat penyakit DM
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Kesadaran
: GCS= E1V1 M5
Vital Sign
Kepala
Mata
Telinga
: dbn
Hidung
Mulut
: dbn
Gigi
Leher
Thorax
: Pulmo
Cor
Abdomen
Extremitas
Status lokalis
: 12,8 g/dl
(14 18 g/dl)
- Leukosit
: 32.500 l
(5000 10000 l)
- Hct
: 39,5 %
(L 40 54 %)
- Trombosit
: 297.000/l
(150.000 400.000/l)
:2
(0 1%)
:0
(1-4%)
- Ginjal:
- Batang
:8
(2 5%)
- Segmen
:3
(40-70 %)
- Limfosit
: 10
(19 48 %)
- Monosit
:5
(3 9%)
- Urea
: 17
(10-50mg/dl)
- Serum creatinin
:0,5
(0,7-1,2mg/dl)
Foto thoraks
V. DIAGNOSIS
VI.
Diagnosis
Tindakan
: Trepanasi
PROGNOSIS
Dubia ad Malam
VII.
Status Anestesi
1) Persiapan Anestesi
1. Informed concent
2. Stop makan dan minum
2) Penatalaksanaan Anestesi
-
Jenis anestesi
Status Fisik
: ASA I E
Vital Sign
- Premedikasi
- Induksi Anestesi
- Relaksasi
- Maintenance anestesi
- Obat lain
-Intubasi
TD
: 126/78 mm Hg
: 85 x/menit
: 36,4 C
: 32x/menit
: Midazolam 2mg
: Propofol 100mg
: Midazolam 2mg
: Propofol, Fentanyl, O2
: Ranitidin, as tranexamat
: 1. Laringoskop grade: 1
2. Tube: oral 7 cuff (+)
-Respirasi
- Posisi
: Supine, noleh
- Monitoring
3) Infus
: Ringerfudin 1000cc
Mulai anestesi
: 24.30
Mulai operasi
: 24.50
Operasi Selesai
: 03.05
Ringerfudin
: 1000 cc
BB : 50 kg, durante operasi 120 menit, puasa 6 jam, bleeding 300 cc, stress:
operasi besar
EBV:
70 x 50 kg = 3500 cc
Bleeding 200 cc, maka diberikan cairan kristaloid 200 cc 400 cc
Pemberian cairan:
Jam I : puasa + maintanance + stress operasi + cairan kristaloid
600 + 100 + 400 + (200 sampai 400 cc) = 1200 cc 1300 cc
Jam II : puasa + maintanance + stress operasi + cairan kristaloid
600 + 100 + 400 + (200 sampai 400 cc) = 1150 cc 1200 cc
Jam III : puasa + maintanance + stress operasi + cairan kristaloid
600+ 100 + 400 + (200 sampai 400 cc) = 1150 cc 1200 cc
IX.
Tensi
Nadi
SaO2
24.30
140/84
78
100%
24.35
130/70
79
100%
24.40
115/65
75
100%
24.45
98/60
72
100%
24.50
97/65
74
100%
24.55
125/68
76
100%
01.00
134/94
70
100%
01.05
118/75
71
100%
01.10
116/79
78
100%
01.15
135/90
90
100%
01.20
131/87
84
100%
01.25
125/73
85
100%
01.30
98/60
71
100%
01.35
99/72
79
100%
01.40
102/77
81
100%
01.45
105/75
81
100%
01.50
104/77
78
100%
2.00
109/53
75
100%
2.10
90/70
79
100%
2.20
102/75
79
100%
2.30
104/77
76
100%
2.40
109/71
77
100%
2.50
104/72
76
100%
3.00
101/68
75
100%
3.05
108/71
79
100%
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
yang
telah
berdilatasi,
tindakan
hiperventilasi
ini
tidak
selalu
Penyebab trauma
Pada pemeriksaan fisik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ialah :
Pemeriksaan radiologis, berupa foto rontgen kepala dan bagian tubuh lain
yang diperlukan. Jika tersedia, dapat dilakukan pemeriksaan dengan CT
scan atau MRI.
vasodilatasi
serebral
mungkin
berakibat
peninggian
umum dicegah penggunaannya pada pasien cedera kepala. Semua obat anestesi
inhalasi dapat meninggikan aliran darah serebral secara ringan hingga berat. Obat
inhalasi volatil seperti halotan. enfluran dan isofluran, semua meninggikan aliran
darah serebral, namun mereka mungkin aman pada
konsentrasi
rendah.
intravena, dan
(50-70 %
tiopental. Penggunaan
tujuan persiapan pra anestesi adalah untuk mempersiapkan mental dan fisik
secara optimal, merencanakan dan memilih tehnik serta obat obat anestesi
yang sesuai dengan fisik dan kehendak pasien, menentukan status fisik
penderita dengan klasifikasi ASA (American Society Anesthesiology).
a. Macam-macam teknik anestesi :
No.
Teknik
Resevoir bag
Valve
1.
Open
2.
Semi open
3.
Semi closed
4.
Closed
Open drop method: Cara ini dapat digunakan untuk anestesik yang
menguap, peralatan sangat sederhana dan tidak mahal.
Zat anestetik
mengurangi
terbuangnya
zat
anestetik
digunakan
masker.
dikeluarkan akan dibuang ke udara luar. Sistem sirkuit (semi closed) adalah
system aliran udara nafas yang merupakan lingkaran yang terdiri dari: dua
pipa karet/ plastic yang ujungnya dihubungkan dengan pipa Y dan
pangkalnya masing-masing dihubungkan dengan katup inspirasi dan katup
ekspirasi, selanjutnya katup-katup tersebut dihubungkan dengan canister
(tempat kapur penyerap gas CO2) dan kantong penampung udara. Di antara
canister dan kantong penampung udara diisi katup pembuangan udara,
sedangkan inlet aliran gas segar bisa ditempatkan di antara dua canister
atau pada tangkai inspirasi. Penyerap CO2 yang mengisi canister adalah
kapur soda atau barium yang berbentuk kerikil-kerikil kecil yang besarnya
hampir sama. Kapur-kapur ini akan mengikat CO2 melalui mekanisme
kimiawi.
Closed method: Cara ini hampir sama seperti semi closed hanya
udara ekspirasi dialirkan melalui soda lime yang dapat mengikat CO2,
sehingga udara yang mengandung anestetik dapat digunakan lagi.
b. Menentukan status fisik penderita dengan klasifikasi ASA (American
Society Anesthesiology), yaitu:
ASA I
mortalitas mencapai 2 %.
ASA II : Pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang
karena penyakit bedah maupun proses patofisiolgis. Angka
mortalitas mencapai 16 %.
ASA III : Pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat
sehingga aktivitas harian terbatas . Angka mortalitas mencapai 36
%.
ASA IV
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
pernafasan,
hematologi,
dermatologi.
kardiovaskular,
neurologi,
endokrin,
ginjal,
psikiatrik,
gastrointestinal,
ortopedi
dan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.
2.
3.
4.
EKG
sebelumnya,
riwayat
penggunaan
obat
tertentu
yang
Sulfas Atropin
Sulfas atropin termasuk golongan anti kolinergik. Berguna mengurangi
sekresi lendir dan mengurangi efek bronkhial dan kardial yang berasal dari
perangsangan parasimpatis akibat obat anestesi atau tindakan operasi. Pada dosis
klinik (0,40,6 mg ) akan menimbulkan bradikardi yang disebabkan perangsangan
nervus Vagus. Pada dosis yang lebih besar (> 2 mg) akan menghambat nervus
Vagus sehingga terjadi takikardi. Efek lainnya yaitu melemaskan nervus otot
polos, mendepresi vagal reflek, menurunkan spasme gastrointestinal dan
mengurangi rasa mual serta muntah.6
Obat ini juga dapat menimbulkan rasa kering di mulut serta penglihatan
kabur, maka lebih baik tidak diberikan pra anestesi lokal atau regional. Dalam
dosis toksik dapat menyebabkan gelisah, delirium, halusinasi, dan kebingungan
pada pasien. Tetapi hal ini dapat diatasi dengan pemberian Prostigmin 1 2 mg
intra vena.6
Sedian : dalam bentuk Sulfat Atropin dalam ampul 0,25 mg dan 0,50 mg.
Dosis : 0,01 mg/kgBB dan 0,1 0,4 mg untuk anak anak.
Pemberian : SC, IM, IV. 4
Pethidin
Merupakan derivat fenil piperidin yang efek utamanya depresi nafas dan
efek sentral lain. Efek analgetik timbul lebih cepat setelah pemberian sub cutan
atau intra muskular, tapi masa kerja lebih pendek. Dosis toksik menimbulkan
perangsangan SSP misal tremor, kedutan otot dan konvulsi. Pada saluran nafas,
Midazolam
Midazolam merupakan suatu golongan imidazo-benzodiazepin dengan sifat
menit sebelum permulaan operasi, pada orang tua dosis harus diturunkan 1- 1,5 mg
dengan total dosis tidak melebihi 3,5 mg IV.
Fentanil
nalokson. Fentanyl biasanya digunakan hanya untuk anestesi, meski juga dapat
digunakan sebagai anelgesi pasca operasi. Obat ini tersedia dalam bentuk larutan
untuk suntik dan tersedia pula dalam bentuk kombinasi tetap dengan droperidol.
Fentanyl dan droperidol (suatu butypherone yang berkaitan dengan haloperidol)
diberikan bersama-sama untuk menimbulkan analgesia dan amnesia dan
dikombinasikan dengan nitrogen oksida memberikan suatu efek yang disedut
sebagai neurolepanestesia.
Ondansetron
Merupakan suatu antagonis 5-HT3 yang sangat efektif yang dapat menekan
mual dan muntah karena sitostatika misalnya cisplatin dan radiasi. Ondansetron
mempercepat pengosongan lambung, bila kecepatan pengosongan basal rendah.
Tetapi waktu transit saluran cerna memanjang sehingga dapat terjadi konstipasi.
Ondansetron dieliminasi dengan cepat dari tubuh. Metabolisme obat ini terutama
secara hidroksilasi dan konjugasi dengan glukonida atau sulfat dalam hati.5 Dosis
ondansentron yang biasanya diberikan untuk premedikasi antara 4-8 mg/kgBB.
Dalam suatu penelitian kombinasi antara Granisetron dosis kecil yang diberikan
sesaat sebelum ekstubasi trakhea ditambah Dexamethasone yang diberikan saat
induksi anestesi merupakan suatu alternatif dalam mencegah muntah selama 0-2
jam setelah ekstubasi trakhea daripada ondansetron dan dexamethasone.
2.8 Induksi Anestesi
Stadium I (analgesia)
- mulai pemberian zat anestesi sampai denganhilangnya kesadaran .
- mengikuti perintah, rasa sakit hilang.
Stadium II ( Delirium )
- mulai hilangnya kesadaran sampai dengan permulaan stadium bedah.
- gerakan tidak menurut kehendak, nafas tidak teratur, midriasis,
takikardi.
Stadium III (Pembedahan):
1. Tingkat 1: nafas teratur spontan, miosis, bola mata tidak menurut
kehendak, nafas dada dan perut seimbang.
2. Tingkat 2: nafas teratur spontan kurang dalam, bola mata tidak
bergerak, pupil mulai melebar, mulai relaksasi otot.
3. Tingkat 3: nafas perut lebih dari nafas dada, relaksasi otot sempurna.
4. Tingkat 4: nafas perut sempurna, tekanan darah menurun, midriasis
maksimal, reflek cahaya ( - )
Propofol
Propofol merupakan derivat isoprofilfenol yang digunakan untuk induksi
dan pemeliharaan anestesi umum. Propofol secara kimia tidak ada hubungannya
dengan anestesi IV lain. Pemberian IV ( 2 mg/kg BB ) menginduksi anestesi
secara cepat seperti Tiopental. Anestesi dapat dipertahankan dengan infus Propofol
yang berkesinambungan dengan Opiat, N2 dan atau anestesi inhalasi lain.4
Keuntungan Propofol, bekerja lebih cepat dari Tiopental, mempunyai induksi
yang cepat, masa pulih sadar yang cepat, sehingga berguna pada pasien rawat jalan
yang memerlukan prosedur cepat dan singkat.3
Propofol dapat menyebabkan turunnya tekanan darah yang cukup berarti
selama induksi anestesi karena menurunnya resitensi arteri perifer dan
venodilatasi.10 Propofol menurunkan tekanan arteri sistemik kira-kira 80% tetapi
efek ini disebabkan karena vasodilatasi perifer daripada penurunan curah jantung.
Tekanan sistemik kembali normal dengan intubasi trakea. Propofol tidak
menimbulkan aritmia, atau iskemik otot jantung, tidak merusak fungsi hati dan
ginjal.
Sediaan :ampul atau vial 20 ml ( 200 mg ) 10 mg/ml Propofol.
Dosis
: 1,5 2
2 2,5
mg/kgBB iv (anak)
mg/kgBB iv (dewasa)
langsung pada otot jantung dan menurunnya tahanan vaskuler sistemik. Propofol
tidak mempunyai efek analgesik. Dibandingkan dengan tiopental waktu pulih
sadar lebih cepat dan jarang terdapat mual dan muntah. Pada dosis yang rendah
propofol memiliki efek antiemetik.
Efek samping
Ketamine
Merupakan larutan yang tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relatif
aman. Ketamin mempunyai sifat analgesik, anestetik dan kataleptik dengan kerja
singkat. Sifat analgesiknya sangat kuat untuk sistem somatik tetapi lemah untuk
sistem viseral. Ketamin dapat meningkatkan tekanan darah, frekuensi nadi dan
curah jantung sampai 20%.
Mekanisme aksi ketamine adalah memblokade membran terhadap efek
eksitasi neurotranmiter asam glutamat pada reseptor subtipe NMDA. Ketamine
merupakan obat yang sangat lipofilik dan dengan cepat didistribusikan ke dalam
organ yang perfusinya baik seperti otak, hati dan ginjal. Kemudian, ketamine
diredistribusi ke dalam jaringan-jaringan yang berperfusi kurang baik bersamaan
dengan metabolisme hepatik dan diikuti dengan ekskresi urin dan bilier.Ketamine
merupakan satu-satunya anestesi intravena yang memiliki efek analgesik dan
mampu menghasilkan stimulasi cardiovaskular yang berkaitan dengan dosis. Nadi,
tekanan darah arteri dan cardiac output dapat meningkat secara signifikan di atas
nilai normal. Variabel-variabel ini mencapai puncaknya 2-4 menit setelah injeksi
bolus intravena, kemudian menurun ke nilai normal selama 10-20 menit kemudian.
Ketamine menghasilkan efek terhadap kardiovaskuler ini dengan menstimulasi
sistem saraf simpatis pusat, kurang lebih, dengan menghambat reuptake
norepinefrin pada terminal saraf simpatis. Peningkatan kadar epinefrin dan
noerpinefrin plasma terjadi selama 2 menit setelah bolus ketamine intravena dan
kembali ke kadar normal dalam kurang dari 15 menit. Ketamine secara nyata
meningkatkan aliran darah otak, konsumsi oksigen dan tekanan intrakranial.
Sebagaimana anestesi yang menguap, ketamine merupakan sebuah obat yang
secara potensial berbahaya ketika tekanan intrakranial meningkat. Meskipun
ketamine menurunkan laju pernapasan, tonus otot pernapasan bagian atas tetap
dipertahankan dengan baik dan refleks-refleks jalan napas biasanya tetap
dipelihara.
Maintenance
atau
pemeliharaan
adalah
pemberian
obat
untuk
atau
kombinasi
dengan
dipakai
oksigen.
Tidak
menunjukkan
kelumpuhan
bertahap
pada
B. Non depolarisasi
-
Menunjukkan
kelumpuhan
yang
bertahap
pada
Contoh:
tracrium
(atrakurium
besilat),
pavulon
1. Succynil Choline
Merupakan pelumpuh otot depolarisasi dengan mula kerja cepat,
sekitar 1 2 menit dan lama kerja singkat sekitar 3 5 menit sehingga obat
ini sering digunakan dalam tindakan intubasi trakea. Lama kerja dapat
memanjang jika kadar enzim kolinesterase berkurang, misalnya pada
penyakit hati parenkimal, kakeksia, anemia, dan hipoproteinemia.
: 0,5 - 0,6 mg / Kg BB / IV
: 0,5 0,6 mg / Kg BB / IV
Ketorolac
Ketorolac dapat diberikan secara oral, intramuskuler, atau intravena.
Pemberian
: IM atau IV
5. Intubasi Trakea
Merupakan suatu tindakan memasukkan pipa khusus ke dalam trakea,
sehingga jalan nafas bebas hambatan dan nafas mudah di monitor dan
dikendalikan.
Tindakan intubasi trakea ini bertujuan untuk :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
6. Terapi Cairan
Dalam suatu tindakan operasi terapi cairan harus diperhatikan dengan
serius, terapi cairan perioperatif bertujuan untuk :
1.
2.
1. Pra operasi
Pada pasien pra operasi dapat terjadi defisit cairan yang
diakibatkan
vasodilatasi obat anestesi. Menggigil akan menambah beban jantung dan sangat
berbahaya pada pasien dangan penyakit jantung.
Tabel 1. Steward Scoring System
Kesadaran
Jalan nafas
Gerakan
Kriteria
Bangun
Skor
2
Tidak bergerak
Kriteria
Sadar penuh, mata terbuka, berbicara
Skor
4
Jalan nafas
Aktivitas
Tak bergerak
Respirasi
Sirkulasi
Dapat
bergerak
volunter
atau
atas
perintah
4
gerak
Recovery score
in
15
30
anggota 2
2
2
2
anggota 1
gerak
0
anggota
gerak
Mampu benafas dan batuk
secara bebas
Dyspnea, nafas dangkal
atau terbatas
Apnea
Tensi Pre Tensi 20
opmmHg mmHg preop
Tensi 20-50
45
2
60
2
out
2
0
2
0
2
0
2
0
2
0
2
0
2
mmHg preop
Tensi 50 0
mmHg preop
Kesadaran Sadar Penuh
2
Bangun waktu dipanggil
1
Tidak ada respon
0
Warna
Normal
2
kulit
Pucat kelabu
1
Sianotik
0
2
1
0
2
1
0
2
1
0
2
1
0
2
1
0
2
1
0
2
1
0
2
1
0
2
1
0
2
1
0
Dengan demikian pasien pasca operasi atau anestesi dapat terhindar dari komplikasi
yang disebabkan karena operasi atau pengaruh anestesinya.
BAB 3
PEMBAHASAN
1)
Pra Operatif
Pada saat datang keadaaan umum pasien tidak sadar dengan GCS E 1M1V5,
dilakukan
tindakan
anestesi
terlebih
dahulu
diberikan
BAB 4
KESIMPULAN
SDH+Fraktur FTP pada cranial harus mendapat tindakan segera karena dapat
mengakibatkan kematian
DAFTAR PUSTAKA
4. Latief,
S.A.,
Suryadi,
K.A.,
Dachlan,
R.
2002. Petunjuk
Praktis