Vous êtes sur la page 1sur 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf
(neurodegenerative) yang bersifat progressive, ditandai dengan ketidakteraturan pergerakan
(movement disorder), tremor pada saat istirahat, kesulitan pada saat memulai pergerakan, dan
kekakuan otot.
Tanda-tanda khas yang ditemukan pada penderita diantaranya resting tremor, rigiditas,
bradikinesia, dan instabilitas postural. Tanda-tanda motorik tersebut merupakan akibat dari
degenerasi neuron dopaminergik pada system nigrostriatal. Namun, derajat keparahan defisit
motorik tersebut beragam. Tanda-tanda motorik pasien sering disertai depresi, disfungsi
kognitif, gangguan tidur, dan disfungsi autonom.
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan wanita
seimbang. 5 10 % orang yang terjangkit penyakit parkinson, gejala awalnya muncul
sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara
keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 % di
Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 64 tahun sampai 3,5 % pada usia 85 89 tahun.
Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia sendiri, dengan
jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita. Ratarata usia penderita di atas 50 tahun dengan rentang usia-sesuai dengan penelitian yang
dilakukan di beberapa rumah sakit di Sumatera dan Jawa- 18 hingga 85 tahun. Statistik
menunjukkan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena
dibanding perempuan (3:2) dengan alasan yang belum diketahui.

B. Tujuan Penulisan
a)
b)
c)
d)
e)

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :.


untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah yang diberikan oleh Dosen Pembimbing Ns. Muh,
Hasan Basri, S.Kep
Untuk mengetahui bagaimana pengkajian sindrom Parkinson.
Untuk mengetahui bagaimana diagnosa keperawatan sindrom Parkinson.
Untuk mengetahui bagaimana rencana keperawatan sindrom Parkinson.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran serta asuhan keperawatan
terkait klien dengan sindrom parkinson

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Penyakit Parkinson (paralysis agitans) atau sindrom Parkinson (Parkinsonismus)
merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan
atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus palidus/ neostriatum
(striatal dopamine deficiency).
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang berkaitan erat
dengan usia. Penyakit ini mempunyai karakteristik terjadinya degenerasi dari neuron
dopaminergik pas substansia nigra pars kompakta, ditambah dengan adanya inklusi
intraplasma yang terdiri dari protein yang disebut dengan Lewy Bodies. Neurodegeneratif
pada parkinson juga terjadi pasa daerah otak lain termasuk lokus ceruleus, raphe nuklei,

nukleus basalis Meynert, hipothalamus, korteks cerebri, motor nukelus dari saraf kranial,
sistem saraf otonom
Penyakit Parkinson meruakan suatu gangguan neurologist progresif yang mengenai
pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan.Karakteristik
yang muncul berupa bradikinesia (perlambatan gerakan),tremor,dan kekakuan otot.

B. Etiologi
Etiologi Parkinson primer belum diketahui, masih belum diketahui. Terdapat beberapa
dugaan, di antaranya ialah : infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum diketahui),
reaksi abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum
diketahui, terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat.
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra. Suatu
kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary).
Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya.
Mekanis-me bagaimana kerusakan itu belum jelas benar.
Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai berikut:
1. Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari 10.000
penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang
mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada substansia nigra, pada penyakit parkinson.
2. Geografi
Di Libya 31 dari 100.000 orang, di Buinos aires 657 per 100.000 orang. Faktor resiko yang
mempengaruhi perbedaan angka secara geografis ini termasuk adanya perbedaaan genetik,
kekebalan terhadap penyakit dan paparan terhadap faktor lingkungan.
3. Periode
Fluktuasi jumlah penderita penyakit parkinson tiap periode mungkin berhubungan dengan
hasil pemaparan lingkungan yang episodik, misalnya proses infeksi, industrialisasi ataupun
gaya hidup.
4. Genetik
Adanya riwayat penyakit parkinson pada keluarga meningakatkan faktor resiko menderita
penyakit parkinson sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8 kali pada usia
lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat jarang, jika disebabkan oleh keturunan, gejala
parkinsonisme tampak pada usia relatif muda.
5. Faktor Lingkungan
a. Xenobiotik
Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menmbulkan kerusakan mitokondria
b. Pekerjaan
Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama
c. Infeksi
Paparan virus influenza intrautero diduga turut menjadi faktor predesposisi penyakit
parkinson melalui kerusakan substansia nigra. Penelitian pada hewan menunjukkan adanya
kerusakan substansia nigra oleh infeksi Nocardia astroides.
d. Diet
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu mekanisme
kerusakan neuronal pada penyakit parkinson. Sebaliknya,kopi merupakan neuroprotektif.
e. Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa menyebabkan penyakit parkinson, meski peranannya masih
belum jelas benar
f. Stress dan depresi

Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala motorik. Depresi dan
stress dihubungkan dengan penyakit parkinson karena pada stress dan depresi terjadi
peningkatan turnover katekolamin yang memacu stress oksidatif.

C. Patofisiologi
Jauh di dalam otak ada sebuah daerah yang disebut ganglia basalis. Jika otak
memerintahkan suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-sel saraf di dalam
ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan tersebut dan mengatur perubahan
sikap tubuh. Ganglia basalis mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke talamus, yang akan
menyampaikan informasi yang telah diolah kembali ke korteks otak besar.
Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter sebagai
impuls listrik di sepanjang jalur saraf dan di antara saraf-saraf. Neurotransmiter yang utama
pada ganglia basalis adalah dopamin.
Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami kemunduran
sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan dengan sel saraf dan otot lainnya
juga lebih sedikit. Penyebab dari kemunduran sel saraf dan berkurangnya dopamin terkadang
tidak diketahui. Penyakit ini cenderung diturunkan, walau terkadang faktor genetik tidang
memegang peran utama.
Kadang penyebabnya diketahui. Pada beberapa kasus, Parkinson merupakan
komplikasi yang sangat lanjut dari ensefalitis karena virus (suatu infeksi yang menyebabkan
peradangan otak). Kasus lainnya terjadi jika penyakit degeneratif lainnya, obat-obatan atau
racun memengaruhi atau menghalangi kerja dopamin di dalam otak. Misalnya obat anti
psikosa yang digunakan untuk mengobati paranoia berat dan skizofrenia menghambat kerja
dopamin pada sel saraf.

D. Manifestasi Klinis
Meskipun gejala yang disampaikan di bawah ini bukan hanya milik penderita
parkinson, umumnya penderita parkinson mengalami hal itu.
1) Gejala Motorik
a) Tremor/Bergetar
Gejala penyakit parkinson sering luput dari pandangan awam, dan dianggap sebagai suatu hal
yang lumrah terjadi pada orang tua. Salah satu ciri khas dari penyakit parkinson adalah
tangan tremor (bergetar) jika sedang beristirahat. Namun, jika orang itu diminta melakukan
sesuatu, getaran tersebut tidak terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor, yang hilang juga
sewaktu tidur. Tremor terdapat pada jari tangan, tremor kasar pada sendi metakarpofalangis,
kadang-kadang tremor seperti menghitung uang logam atau memulung-mulung (pil rolling).
Pada sendi tangan fleksi-ekstensi atau pronasi-supinasi pada kaki fleksi-ekstensi, kepala
fleksi-ekstensi atau menggeleng, mulut membuka menutup, lidah terjulur-tertarik. Tremor ini
menghilang waktu istirahat dan menghebat waktu emosi terangsang (resting/ alternating
tremor). Tremor tidak hanya terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada
kelopak mata dan bola mata, bibir, lidah dan jari tangan (seperti orang menghitung uang).
Semua itu terjadi pada saat istirahat/tanpa sadar. Bahkan, kepala penderita bisa bergoyanggoyang jika tidak sedang melakukan aktivitas (tanpa sadar). Artinya, jika disadari, tremor
tersebut bisa berhenti. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi, namun semakin berat
penyakit, tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi.
b) Rigiditas/Kekakuan
Tanda yang lain adalah kekakuan (rigiditas). Jika kepalan tangan yang tremor tersebut
digerakkan (oleh orang lain) secara perlahan ke atas bertumpu pada pergelangan tangan,
terasa ada tahanan seperti melewati suatu roda yang bergigi sehingga gerakannya menjadi
terpatah-patah/putus-putus. Selain di tangan maupun di kaki, kekakuan itu bisa juga terjadi di

leher. Akibat kekakuan itu, gerakannya menjadi tidak halus lagi seperti break-dance. Gerakan
yang kaku membuat penderita akan berjalan dengan postur yang membungkuk. Untuk
mempertahankan pusat gravitasinya agar tidak jatuh, langkahnya menjadi cepat tetapi
pendek-pendek. Adanya hipertoni pada otot fleksor ekstensor dan hipertoni seluruh gerakan,
hal ini oleh karena meningkatnya aktifitas motorneuron alfa, adanya fenomena roda bergigi
(cogwheel phenomenon).
c) Akinesia/Bradikinesia
Kedua gejala di atas biasanya masih kurang mendapat perhatian sehingga tanda
akinesia/bradikinesia muncul. Gerakan penderita menjadi serba lambat. Dalam pekerjaan
sehari-hari pun bisa terlihat pada tulisan/tanda tangan yang semakin mengecil, sulit
mengenakan baju, langkah menjadi pendek dan diseret. Kesadaran masih tetap baik sehingga
penderita bisa menjadi tertekan (stres) karena penyakit itu. Wajah menjadi tanpa ekspresi.
Kedipan dan lirikan mata berkurang, suara menjadi kecil, refleks menelan berkurang,
sehingga sering keluar air liur. Gerakan volunter menjadi lambat sehingga berkurangnya
gerak asosiatif, misalnya sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lambat
mengambil suatu obyek, bila berbicara gerak lidah dan bibir menjadi lambat. Bradikinesia
mengakibatkan berkurangnya ekspresi muka serta mimik dan gerakan spontan yang
berkurang, misalnya wajah seperti topeng, kedipan mata berkurang, berkurangnya gerak
menelan ludah sehingga ludah suka keluar dari mulut. Disamping itu, kulit muka seperti
berminyak dan ludah suka keluar dari mulut karena berkurangnya gerak menelan ludah.
e) Tiba-tiba Berhenti atau Ragu-ragu untuk Melangkah
Gejala lain adalah, yaitu berhenti di tempat saat mau mulai melangkah, sedang berjalan, atau
berputar balik; dan start hesitation, yaitu ragu-ragu untuk mulai melangkah. Bisa juga terjadi
sering kencing, dan sembelit. Penderita menjadi lambat berpikir dan depresi. Bradikinesia
mengakibatkan kurangnya ekspresi muka serta mimic muka. Langkah Dan Gaya Jalan (Sikap
Parkinson) Berjalan dengan langkah kecil menggeser dan makin menjadi cepat (marche a
petit pas), stadium lanjut kepala difleksikan ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung
melengkung bila berjalan.
f) Bicara Monoton
Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot laring, sehingga bila
berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton dengan volume suara halus ( suara
bisikan ) yang lambat.
g) Dimensia
Adanya perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya dengan deficit kognitif.
h) Gangguan Behavioral
Lambat-laun menjadi dependen ( tergantung kepada orang lain ), mudah takut, sikap kurang
tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan lambat (bradifrenia) biasanya
masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal diberi waktu yang cukup.
i) Gejala Lain
Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas pangkal hidungnya (tanda
Myerson positif).
2) Gejala non motorika
a) Disfungsi Otonom
Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia dan
hipotensi ortostatik.
Kulit berminyak dan infeksi kulit seborrheic
Pengeluaran urin yang banyak
Gangguan seksual yang berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat seksual, perilaku,
orgasme.
b) Gangguan Suasana Hati, Penderita Sering Mengalami Depresi

c) Ganguan Kognitif, Menanggapi Rangsangan Lambat


d) Gangguan Tidur, Penderita Mengalami Kesulitan Tidur (Insomnia)
e) Gangguan Sensasi,
kepekaan kontras visuil lemah, pemikiran mengenai ruang, pembedaan warna,
penderita sering mengalami pingsan, umumnya disebabkan oleh hypotension orthostatic,
suatu kegagalan sistemsaraf otonom untuk melakukan penyesuaian tekanan darah sebagai
jawaban atas perubahan posisi badan
berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau ( microsmia atau anosmia)

E. Diagnosis
Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada setiap
kunjungan penderita:
a) Tekanan darah diukur dalam keadaan berbaring dan berdiri, hal ini untuk mendeteksi
hipotensi ortostatik.
b) Menilai respons terhadap stress ringan, misalnya berdiri dengan tangan diekstensikan,
menghitung surut dari angka seratus, bila masih ada tremor dan rigiditas yang sangat, berarti
belum berespon terhadap medikasi.
c) Mencatat dan mengikuti kemampuan fungsional, disini penderita disuruh menulis kalimat
sederhana dan menggambarkan lingkaran-lingkaran konsentris dengan tangan kanan dan kiri
diatas kertas, kertas ini disimpan untuk perbandingan waktu follow up berikutnya.

F. Pemeriksaan Penunjang

EEG (biasanya terjadi perlambatan yang progresif)


CT Scan kepala (biasanya terjadi atropi kortikal difus, sulki melebar, hidrosefalua eks vakuo).
Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan secara
holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan
penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul.

G. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit parkinson bersifat individual dan simtomatik, obat-obatan yang
biasa diberikan adalah untuk pengobatan penyakit atau menggantikan atau meniru dopamin
yang akan memperbaiki tremor, rigiditas, dan slowness.
Perawatan pada penderita penyakit parkinson bertujuan untuk memperlambat dan
menghambat perkembangan dari penyakit itu. Perawatan ini dapat dilakukan dengan
pemberian obat dan terapi fisik seperti terapi berjalan, terapi suara/berbicara dan pasien
diharapkan tetap melakukan kegiatan sehari-hari.
1) Terapi Obat-Obatan
Beberapa obat yang diberikan pada penderita penyakit parkinson:
a) Antikolinergik
Benzotropine ( Cogentin), trihexyphenidyl ( Artane). Berguna untuk mengendalikan gejala
dari penyakit parkinson. Untuk mengaluskan pergerakan, mengontrol tremor dan kekakuan.
b) Carbidopa/levodopa
Merupakan preparat yang paling efektif untuk menghilangkan gejala Derivat dopaminagonis-ergot berguna jika ditambahkan kedalam levodopa untuk mempelancar fluktasi klinis.
c) Obat-obat antihistamin untuk menghilangkan tremor.
Preparat antivirus, Amantandin hidroklorida,digunakan untuk mengurangi kekakuan,tremor
dan bradikinestesia.
d) Inhibitor MAO untuk menghambat pemecahan dopamine

e) Obat-obat antidepresan
f) Selain terapi obat yang diberikan, pemberian makanan harus benar-benar diperhatikan, karena
kekakuan otot bisa menyebabkan penderita mengalami kesulitan untuk menelan sehingga
bisa terjadi kekurangan gizi (malnutrisi) pada penderita. Makanan berserat akan membantu
mengurangi ganguan pencernaan yang disebabkan kurangnya aktivitas, cairan dan beberapa
obat.
2) Terapi Fisik
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik. Pasien
akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan diberikan petunjuk atau
latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada penyakit Parkinson merupakan
program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan perkembangan atau perburukan
penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas, tremor dan hambatan lainnya. Latihan fisik yang
teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat dalam menjaga dan
meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, keseimbangan, dan range of motion. Latihan dasar
selalu dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi, mengunyah keras, dan memindahkan
makanan di dalam mulut.
3) Terapi Suara
Perawatan yang paling besar untuk kekacauan suara yang diakibatkan oleh penyakit
Parkinson adalah dengan Lee Silverman Voice Treatment (LSVT). LSVT fokus untuk
meningkatkan volume suara.
4) Terapi Gen
Penyelidikan telah dilakukan hingga tahap terapi gen yang melibatkan penggunaan virus
yang tidak berbahaya yang dikirim ke bagian otak yang disebut subthalamic nucleus (STN).
Gen yang digunakan memerintahkan untuk mempoduksi sebuah enzim yang disebut glutamic
acid decarboxylase (GAD) yang mempercepat produksi neurotransmitter (GABA). GABA
bertindak sebagai penghambat langsung sel yang terlalu aktif di STN.
5) Pencangkokan Syaraf
Cangkok sel stem secara genetik untuk memproduksi dopamine atau sel sistem yang
berubah menjadi sel memproduksi dopamine telah mulai dilakukan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengumpulan data subjektif dan objektif pada klien dengan gangguan sistem
persarafan meliputi anamnesis, riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik,
dan pengkajian psikososial.
1) Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, pada usia
50-an dan 60-an), jenis kelamin (lebih banyak laki-laki), pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosis
medis.
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya
refleks postural.
2) Riwayat Penyakit Saat Ini
18

Pada anamnesis, sering klien mengeluhkan adanya tremor pada salah satu lengan dan
tangan, kemudian kebagian lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap
unilateral. Karakteristik tremor dapat berupa lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi)
pada lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah
memutar sebuah pil diantara jari-jari. Keadaan ini meningkat bila klien sedang berkonsentrasi
atau merasa cemas dan muncul pada saat klien istirahat.
Keluhan lainnya pada penyakit meliputi adanya perubahan pada sensasi wajah, sikap
tubuh, dan gaya berjalan. Adanya keluhan rigiditas deserebrasi, berkeringat, kulit berminyak
dan sering menderita dermatitis seboroik, sulit menelan, konstipasi, dan gangguan kandung
kemih yang diperberat oleh obat-obat antikolinergik dan hipertrofi prostat.
Pertanyaan yang bisa disampaikan pada klien pada pengkajian ini meliputi
Apakah Anda mengalami kekakuan tangan atau kaki?
Apakah Anda mengalami sentakan tidak teratur pada tangan atau kaki?
Apakah Anda mengalami beku atau terpaku dan tidak mampu bergerak?
Apakah air liur Anda berlebihan?
Pernakah Anda (orang lain) melihat diri Anda meringis atau membuat gerakan wajah atau
menguyah?
Aktivitas fisik apa yang sulit Anda lakukan?
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian yang dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan tentang adalah
riwayat hipertensi, DM, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat antikoagulan,
aspirin, vasodilator, dan penggunaan obat-obat antikolinergik dalam jangka waktu yang lama.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Walaupun tidak ditemukan adanya hubungan penyakit Parkinson dengan sebab genetik
yang jelas, perawat perlu melakukan pengkajian riwayat penyakit pada keluarga. Pengkajian
dilakukan dengan menanyakan apakah anggota keluarga terdahulu yang menderita hipertensi
dan DM. Hal ini diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat
mempercepat progresifnya penyakit.
5) Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien perlu dilakukan untuk
menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, perubahan dalam keluarga
dan masyarakat, dan respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam
keluarga ataupun dalam masyarakat.
Apakah klien mengalami dampak yang timbul akibat penyakit seperti ketakutan akan
kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).
Adanya perubahan hubungan dan peran disebabkan oleh karena klien mengalami
kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri yang
ditemukan adalah klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah dan tidak
kooperatif.
Perubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit Parkinson adalah tanda depresi.
Manifestasi mental muncul dalam bentuk penurunan kognitif, persepsi dan penurunan
memori (ingatan). Beberapa manifestasi psikiatrik (perubahan kepribadian, psikosis,
demensia, konfusi akut) umumnya terjadi pada lansia.
6) Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan
fisik sangat berguna untuk mendukung data yang diperoleh dari pengkajian anamnesis.

i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.
viii.
ix.

Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6) dan terarah dengan fokus
pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 dan dihubungkan dengan keluhan klien.
7) Keadaan Umum
Klien dengan penyakit Parkinson umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran.
Adanya perubahan pada tanda vital, yaitu bradikardi, hipotensi, dan penurunan frekuensi
pernafasan.
a) B1 (Breathing)
Gangguan fungsi pernapasan yang terjadi berkaitan dengan hipoventilasi, inaktivitas, aspirasi
makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran nafas.
Inspeksi, ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan kemampuan untuk batuk efektif,
peningkatan produksi sputum, sesak napas dan penggunaan otot bantu napas.
Palpasi, ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi, ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.
Auskultasi, ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi pada
klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering
ditemukan pada klien dengan inaktivitas.
b) B2 (Blood)
Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga
gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf otonom.
c) B3 (Brain)
pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada sistem lainnya.
Pada inspeksi umum ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada
seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.
Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga bergantung pada penurunan aliran
darah serebri regional mengakibatkan perubahan pada status kognitif klien.
Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental : biasanya mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan status
kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori baik jangka pendek dan memori jangka
panjang.
Pemeriksaan saraf kranial
Saraf I. Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak ditemukan kelainan dan fungsi
penciuman tidak ada kelainan.
Saraf II. Hasil uji ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai tingkat usia, biasanya
klien lanjut usia dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
Saraf III, IV, dan VI. Gangguan saraf okulomotorius : sewaktu melakukan konvergensi
penglihatan menjadi kabur karena tidak mampu mempertahankan kontraksi otot- otot bola
mata.
Saraf V. Pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya ditemukan perubahan pada otot
wajah. Adanya keterbatasan otot wajah menyebabkan ekspresi wajah klien mengalami
penurunan , saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata).
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal.
Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan dengan proses senilis
dan penurunan aliran darah regional.
Saraf IX dan X. Ditemukan kesulitan menelan dalam menelan makanan.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi.
Indra pengecapan normal.
Sistem Motorik

a) Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh
otot dan kaku pada seluruh gerakan. Klien sering mengalami rigiditas deserebrasi.
b) Tonus otot ditemukan meningkat.
c) Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan karena adanya kelemahan
otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan
kaku pada seluruh gerakan.
Pemeriksaan Refleks
Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri, klien akan berdiri
dengan kepala cenderung kedepan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti didorong.
Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya kedepan atau
kebelakang) dapat menimbulkan sering jatuh.
Sistem Sensorik
Sesuai berlanjutnya usia Klien dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan terhadap
sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik yang ada merupakan hasil dari
neuropati.
d) B4 (Bladder)
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan
persepsi klien secara umum. Klien mungkin mengalami inkontinensia urine,
ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan
urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Selama periode ini, dilakukan
kateterisasi intermiten dengan teknik steril.
e) B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi kurang karena
kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan adanya tremor menyeluruh. Klien sering
mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.
f) B6 ( Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot, tremor secara
umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan menyebabkan masalah pada pola
aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari.
Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakan karena
perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan memberikan risiko pada trauma
fisik bila melakukan aktivitas.

B. Diagnosa
1) Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
2) Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular, menurunnya
kekuatan, kehilangan kontrol otot/koordinasi.
3) Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan
aktivitas.
4) Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor,
pelambatan dalam proses makan, kesulitan menguyah dan menelan.
5) Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara,
pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah.
6) Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena
perkembangan penyakit.
7) Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber informasi prosedur perawatan rumah
yang tidak adekuat.

C. Intervensi
Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam, klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya.
Kriteria Hasil : Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi,
bertambahnya kekuatan otot. Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
Intervensi
Rasionalisasi
Kaji mobilitas yang ada dan observasi Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam
peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi melakukan aktivitas.
motorik.
Lakukan program latihan yang meningkatkan Meningkatkan koordinasi dan ketangkasan,
kekuatan otot.
menurunkan kekakuan otot dan mencegah
kontraktur bila otot tidak digunakan.
Lakukan latihan postural.
Latihan
postural
untuk
melawan
kecenderungan kepala dan leher tertarik
kedepan dan kebawah.
Ajarkan teknik berjalan khusus :
Teknik berjalan khusus dapat juga dipelajari
Ajarkan untuk berkosentrasi pada berjalan tegak, untuk mengimbangi gaya berjalan menyeret
memandang lurus kedepan, dan menggunakan dan kecenderungan tubuh condong kedepan.
cara berjalan dengan dasar lebar (misalnya
berjalan dengan kaki terpisah).
Klien dianjurkan untuk latihan berjalan dengan
diiringi musik marching band atau lagu, karena
hal ini memberikan rangsangan sensorik.
Latihan bernapas sambil berjalan membantu
untuk menggerakan rangka tulang rusuk dan
transpor oksigen untuk mengisi bagian paru-paru
yang kadar oksigennya rendah.
Melakukan periode istirahat yang sering untuk
membantu pencegahan frustasi dan kelelahan.
Anjurkan mandi hangat dan masase otot.
mandi hangat dan masase membantu otototot rileks saat melakukan aktivitas pasif
dan aktif dan mengurangi nyeri otot akibat
spasme yang mengakibatkan kekakuan.
Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai
diri, sesuai toleransi.
kemampuan.
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi
fisik klien.
ekstremitas dapat ditingkatkan dengan
latihan fisik oleh tim fisioterapis.
Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuskular, menurunnya
kekuatan, kehilangan kontrol otot/koordinasi.
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam, perawatan diri klien terpenuhi.
Kriteria Hasil : Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat
kemampuannya, mengidentifikasi personal/masyarakat dapat yang membantu.
Intervensi
Rasionalisasi
Mandiri
Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala
0-4 untuk melakukan ADL.
Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan
bantu bila perlu.
Ajarkan dan dukung klien selama aktivitas.

Membantu dalam mengantisipasi dan


merencanakan pertemuan kebutuhan
individual.
Menghindari klien dari keadaan cemas
dan ketergantungan untuk mencegah
frustasi dan harga diri klien rendah.
Dukungan pada klien selama aktivitas

Rencanakan tindakan untuk mengatasi keterbatasan


penglihatan seperti tempatkan makanan dan peralatan
dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidur kedinding.
Modifikasi lingkungan.
Gunakan pagar disekeliling tempat tidur.

Kaji kemampuan komunikasi untuk buang air kecil,


kemampuan menggunakan urinal, pispot. Antarkan
kekamar mandi bila kondisi memungkinkan.
Kolaborasi
Pemberian supositoria dan pelumas feses/pencahar.
Konsultasi kedokter terapi okupasi.

kehidupan
sehari-hari
dapat
meningkatkan perawatan diri.
Klien akan mampu melihat dan
memakan makanan, akan mampu
melihat keluar masuknya orang
keruangan.
Modifikasi lingkungan diperlukan
untuk mengompensasi ketidakmampuan
fungsi.
Gunakan pagar disekeliling tempat tidur
baik tempat tidur di rumah sakit dan
dirumah, atau sebuah tali yang
diikatkan pada kaki tempat tidur untuk
memberi bantuan dalam mendorong diri
untuk bangun tanpa bantuan orang lain.
Ketidakmampuan komunikasi dengan
perawat dapat menimbulkan masalah
pengosongan kandung kemih oleh
karena masalah neurogenik.
Pertolongan utama terhadap fungsi
bowel atau buang air besar.
Untuk mengembangkan terapi dan
melengkapi kebutuhan khusus.

Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan
aktivitas.
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam, kebutuhan eliminasi alvi terpenuhi.
Kriteria Hasil : Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat,
konsistensi feses lembek, tidak teraba massa pada kolon, bising usus normal (15-30x/mnt).
Intervensi
Rasionalisasi
Monitor adanya konstipasi.
Klien Parkinson mempunyai masalah
konstipasi berat. Faktor-faktor yang
menyebabkan kondisi ini adalah
melemahnya otot-otot yang digunakan
dalam defekasi, kurangnya latihan,
tidak adekuatnya asupan cairan, dan
penurunan aktivitas sistem saraf
otonom dan obat-obatan digunakan
untuk mengobati penyakit, juga
menghambat sekresi normal usus.
Berikan penjelasan pada klien dan keluarga penyebab Klien dan keluarga akan mengerti
konstipasi.
tentang penyebab obstipasi.
Modifikasi defekasi yang teratur. Anjurkan pada klien Defekasi yang teratur dan rutin dapat
untuk makan makanan yang mengandung serat.
membangun semangat klien untuk
mengikuti pola yang teratur, sadar
untuk meningkatkan asupan cairan dan
makan makanan serat. Diet seimbang
tinggi kandungan serat merangsang
peristaltik dan eliminasi reguler.
Atur posisi duduk toilet.
Dudukan toilet ditinggikan untuk
memudahkan aktivitas toileting karena
klien sulit bergerak dari posisi berdiri
ke posisi duduk.
Bila klien mampu minum, berikan asupan cairan yang Asupan cairan adekuat membantu
cukup (2liter/hari) jika tidak ada kontraindikasi.
mempertahankan konsistensi feses yang
sesuai pada usus dan membantu
eliminasi reguler.

Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian


pelunak feses (laksatif, supositoria, enema).

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pelunak feses meningkatkan efisiensi


pembasahan air pada usus, yang
mulunakkan massa feses dan membantu
eliminasi.

Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor,
pelambatan dalam proses makan, kesulitan menguyah dan menelan.
Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kriteria Hasil : Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, memperlihatkan kenaikan berat
badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
Intervensi
Rasionalisasi
Evaluasi kemampuan makan klien.
Klien mengalami kesulitan dalam
mempertahankan berat badan mereka.
Mulut mereka kering akibat obat-obatan
dan mengalami kesulitan mengunyah
dan menelan.
Observasi/timbang berat badan jika memungkinkan.
Tanda kehilangan berat badan (7-10%)
dan
kekurangan
asupan
nutrisi
menunjang
terjadinya
masalah
katabolisme,
kandungan
glikogen
dalam otot, dan kepekaan terhadap
pemasangan ventilator.
Manajemen mencapai kemampuan menelan.
Meningkatkan kemampuan klien dalam
Gangguan menelan disebabkan oleh tremor pada menelan
dan
dapat
membantu
lidah, ragu-ragu dalam memulai menelan, kesulitan pemenuhan nutrisi klien melalui oral.
dalam membentuk makanan dalam bentuk bolus.
Tujuan lain adalah mencegah terjadinya
Makanan setengah padat dengan sedikit air kelelaha,
memudahkan
masuknya
memudahkan untuk menelan.
makanan, dan mencegah gangguan pada
Klien dianjurkan untuk menelan secara berurutan.
lambung.
Klien diajarkan untuk meletakkan makanan diatas
lidah, menutup bibir dan gigi, dan menelan.
Klien dianjurkan untuk mengunyah pertama kali pada
satu sisi mulut dan kemudian kesisi lain.
Untuk mengontrol air liur, klien dianjurkan untuk
menahan kepala tetap tegak dan membuat keadaan
sadar untuk menelan.
Masase otot wajah dan leher sebelum makan dapat
membantu.
Berikan makanan kecil dan lunak.
Monitor pemakaian alat bantu.
Pemakaian elektrik digunakan untuk
menjaga makanan tetap hangat dan
klien diizinkan untuk istirahat selama
waktu yang ditetapkan untuk makan,
alat-alat khusus juga membantu makan.
Penggunaan piring yang stabil, cangkir
yang tidak pecah pecah bila jatuh, dan
alat-alat makan yang dapat digenggam
sendiri digunakan sebagai alat bantu.
Kaji fungsi sistem gastrointestinal meliputi suara Fungsi sistem gastrointestinal sangat
bising usus, catat terjadinya perubahan didalam penting untuk asupan makanan.
lambung seperti mual, muntah. Observasi perubahan Ventilator
dapat
menyebabkan
pergerakan usus misalnya diare, konstipasi.
kembung pada lambung dan perdarahan
lambung.
Anjurkan pemberian cairan 2500 cc/hari selama tidak Mencegah terjadinya dehidrasi akibat
terjadi gangguan jantung.
penggunaan ventilator selama klien
tidak sadar dan mencegah terjadinya
konstipasi.
Lakukan
pemeriksaan
laboratorium
yang Memberikan informasi yang tepat
diindikasikan,
seperti
serum,
transferin, tentang
keadaan
nutrisi
yang

BUN/kreatinin, dan glukosa.

dibutuhkan klien.

Hambatan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara,


pelambatan bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah.
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 klien mampu membuat teknik/metode komunikasi yang dapat
dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
Kriteria Hasil : klien dapat berkomunikasi dengan sumber yang ada.
Intervensi
Rasionalisasi
Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi.
Gangguan bicara ditemukan pada
banyak
klien
dengan
penyakit
Parkinson. Bicara mereka yang lemah,
monoton, dan terdengar halusmenuntut
kesadaran berupaya untuk bicara
dengan lambat, dengan penekanan
perhatian pada apa yang mereka
katakan.
Menentukan
cara-cara
komunikasi
seperti Mempertahankan kontak mata akan
mempertahankan
kontak
mata,
memberikan membuat
klien
tertarik
selama
pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak, komunikasi.
Jika
klien
dapat
menggunakan kertas dan pensil/bolpoin, gambar, atau menggerakan kepala, mengedipkan
papan tulis, bahasa isyarat, perjelas arti dari mata, atau senag dengan isyarat-isyarat
komunikasi yang disampaikan.
sederhana,
lebih
baik
dengan
menggunakan pertanyaan ya/tidak.
Kemampuan menulis kadang-kadang
melelahkan klien, selain itu dapat
mengakibatkan frustasi dalam upaya
memenuhi kebutuhan komunikasi.
Keluarga dapat bekerja sama untuk
membantu memenuhi kebutuhan klien.
Pertimbangkan bentuk komunikasi bila terpasang Kateter intravena yang terpasang
kateter intravena.
ditangan akan mengurangi kebebasan
klien dalam menulis atau memberi
isyarat.
Letakkan bel pemanggil dalam jangkauan klien dan Ketergantungan klien pada ventilator
berikan penjelasan cara menggunakannya. Jawab akan membuat klien lebih baik dan
panggilan tersebut dengan segera. Penuhi kebutuhan rileks, merasa aman dan mengerti
klien. Katakan kepada klien bahwa perawat siap bahwa selama menggunakan ventilator,
membantu jika dibutuhkan.
perawat akan memenuhi segala
kebutuhannya.
Buatlah catatan dikantor perawat tentang keadaan Mengingatkan staf perawat untuk
klien yang dapat bicara.
berespon
dengan
klien
selama
memberikan perawatan.
Buatlah rekaman pembicaraan klien.
Rekaman pembicaraan klien dalam pita
kaset secara periodik dibutuhkan dalam
memantau
perkembangan
klien.
Amplifier kecil membantu bila klien
mengalami kesulitan mendengar.
Anjurkan keluarga/orang lain yang dekat dengan klien Keluarga dapat merasa akrab dengan
untuk berbicara dengan klien, memberikan informasi klien dalam berada dekat klien selama
tentang keluarganya, dan keadaan yang sedang terjadi. berbicara. Pengalaman ini dapat
membantu
atau
mempertahankan
kontak nyata seperti merasakan
kehadiran anggota keluarga yang dapat
mengurangi perasaan kaku.
Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa.
Ahli terapi wicara bahasa dapat
membantu
dalam
membentuk
peningkatan latihan percakapan dan
membantu petugas kesehatan untuk
mengembangkan metode komunikasi

untuk memenuhi kebutuhan klien.

Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena
perkembangan penyakit.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 koping individu menjadi efektif.
Kriteria Hasil : mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi,
mengakui, dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa
harga diri yang negatif.
Intervensi
Rasionalisasi
Kaji perubahan gangguan persepsi dan hubungan Menentukan bantuan individual dalam
dengan derajat ketidakmampuan.
menyusun rencana perawatan atau
pemilihan intervensi.
Dukung kemampuan koping klien.
Kepatuhan terhadap program latihan
dan berjalan membantu perlambat
kemajuan penyakit. Dukungan dan
sumber bantuan dapat diberikan melalui
ketekunan berdoa dan penekanan keluar
terhadap
aktivitas
dengan
mempertahankan partisipasi aktif.
Catat ketika klien menyatakan sekarat atau Mendukung penolakan terhadap bagian
mengingkari dan menyatakan inilah kematian.
tubuh atau perasaan negatif terhadap
gambaran tubuh dan kemampuan yang
menunjukkan kebutuhan dan intervensi
serta dukungan emosional.
Pernyataan pengakuan terhadap penolakan tubuh, Membantu klien untuk melihat bahwa
mengingatkan kembali fakta kejadian tentang realitas perawat menerima kedua bagian
bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan sebagai bagian dari seluruh tubuh.
belajar mengontrol sisi yang sehat.
Mengizinkan klien untuk merasakan
adanya harapan dan mulai menerima
situasi baru.
Beri dukungan psikologis secara menyeluruh.
Klien penyakit Parkinson sering merasa
malu, apatis, tidak adekuat, bosan, dan
merasa sendiri. Perasaan ini dapat
disebabkan akibat keadaan fisik yang
lambat dan upaya yang besar
dibutuhkan terhadap tugas-tugas kecil.
Klien dibantu dan didukung untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan
(seperti
meningkatnya
mobilitas).
Karena Parkinson mengarah akan
menunjukkan menarik diri dan depresi,
klien harus aktif berpartisipasi dalam
program terapi yang mencakup program
sosial dan rekreasi.
Bantu dan ajarkan perawatan yang baik dengan Membantu meningkatkan perasaan
memperbaiki kebiasaan.
harga diri dan mengontrol lebih dari
satu area kehidupan.
Buat rencana program aktivitas harian pada Program aktivitas pada keseluruhan hari
keseluruhan hari.
mencegah waktu tidur yang terlalu
banyak yang dapat mengarah pada tidak
adanya keinginan beraktivitas dan
apatis. Setiap upaya dibuat untuk
mendukung klien keluar dari tugastugas yang termasuk koping dengan
kebutuhan mereka setiap hari dan untuk
membentuk klien mandiri. Apapun

Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien


melakukan sebanyak mungkin hal untuk dirinya.
Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan minat
atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi.

Monitor gangguan tidur, peningkatan


konsentrasi, letargi dan penolakan.

yang dilakukan hanya untuk keamanan


sewaktu mencapai tujuan dengan
meningkatnya kemampuan koping.
Menghidupkan
kembali
perasaan
kemandirian
dan
membantu
perkembangan
harga
diri
serta
memengaruhi proses rehabilitasi.
Klien dapat beradaptasi terhadap
perubahan dan pengertian tentang peran
individu masa mendatang.

kesulitan

Dapat mengindikasikan terjadinya


depresi. Depresi umumnya terjadi
sebagai pengaruh dari stroke yang
memerlukan intervensi dan evaluasi
lebih lanjut.

Kolaborasi : rujuk pada ahli neuropsikologi dan


konseling bila ada indikasi.

Dapat memfasilitasi perubahan peran


yang penting untuk perkembangan
perasaan.
Kerjasam
fisioterapi,
psikoterapi, terapi obat-obatan, dan
dukungan partisipasi kelompok dapat
menolong mengurangi depresi yang
juga sering muncul pada keadaan ini.

Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber informasi prosedur perawatan


rumah yang tidak adekuat.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24, informasi dapat diterima klien.
Kriteria Hasil : klien mampu mengulang informasi tentang prosedur perawatan rumah.
Intervensi
Rasionalisasi
Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang Mengetahui tingkat pengetahuan dan
perawatan kesehatan dirumah.
tingkat pendidikan akan memudahkan
perawat dalam memberikan informasi
yang sesuai dengan kondisi klien.
Jelaskan pentingnya perawatan kesehatan dirumah Kebutuhan informasi tentang penyakit
pada klien dan keluarga.
Parkinson ditujukan agar klien mampu
beradaptasi
dan
mempunyai
kemampuan menghadapi penyakit.
Setiap upaya yang dibuat untuk
menjelaskan keadaan nyata, penyakit,
dan pengelolaan kecemasan dan
ketakutan yang muncul, dan mungkin
merupakan ketidakmampuan akibat
penyakit itu sendiri.
Beri dukungan pada keluarga dalam merawat klien Keluarga mengalami stress akinat
Parkinson.
hidup dan merawat orang yang
mengalami ketidakmampuan.
Fasilitasi anggota keluarga untuk mengekspresikan Akan
memudahkan
dalam
perasaannya terhadap frustasi, marah, dan perasaan menentukan intervensi selanjutnya.
bersalah, karena hal ini sering membantu mereka.
Berikan mereka informasi tentang pengobatan dan Memberi
pelayanan
kesehatan
perawatan yang mencegah masalah yang tidak perlu diikutsertakan dalam perencanaan dan
ada.
mungkin sebagai konsultan dalam
mengajarkan klien dan keluarga
tentang teknik menurunkan stress,
bekerjasama
dalam
proses
memberikan perawatan.

D. Implementasi
Sasaran tindakan adalah untuk meningkatkan transmisi dopamin. Terapi obat-obatan
mencakup antihistamin, antikolinergik, amantidin, levodopa, anhibitor monoamin oksidasi
(MAO), dan antidepresi. Beberapa obat-obat ini menyebabkan efek sampik psikiatrik pada
lansia meliputi :
1) Antihistamin
Antihistamin mempunyai efek sedatif dan antikolinergik pusat ringan, dapat membantu dalam
menghilangkan tremor.
2) Terapi Antikolinergik
Agen antikolinergik (triheksifenidil, prosiklidin, dan benzotropin mesilat) efektif untuk
mengontrol tremor dan kekakuan Parkinson. Obat-obatan ini dapat digunakan dalam
kombinasi dengan levodopa. Agen ini menghilangkan aksi asetilkolin pada sistem saraf pusat.
Efek smaping mencakup penglihatan kabur, wajah memerah, ruam pada wajah, konstipasi,
retensi urine, dan kondusi akut. Tekanan intraokular dipantau ketat karena obat-obat ini
kontraindikasi pada klien dengan glaukoma meskipun glaukoma yang dialami klien hanya
sedikit. Klien dengan hiperplasia prostatik dipantau terhadap adanya tanda-tanda retensi
urine.
3) Amantadin Hidroklorida
Amantadin hidroklorida (Symmetrel), agen antivirus yang digunakan pada awal pengobatan
penyakit Parkinson untuk menurunkan kekakuan, tremor dan bredikinesia. Agen ini
diperkirakan bekerja melalui pelepasan dopamin dari daerah psikiatrik (perubahan perasaan
hati, konfusi, halusinasi), muntah, adanya tekanan pada epigastrium, pusing, dan gangguan
penglihatan.
4) Terapi Levodopa
Walaupun levodopa bukan untuk pengobatan, saat ini merupakan agen yang paling efektif
untuk pengobatan pada penyakit Parkinson. Levodopa diubah dari (MD4)L dan (MD4)-dopa
menjadi dopamin pada basal ganglia. Seperti disebutkan diatas dopamin dengan konsentrasi
normal yang terdapat didalam sel-sel substansia nigra menjadi hilang pada klien dengan
penyakit Parkinson. Gejala yang hilang juga dapat terjadi akibat kadar dopamin yang lebih
tinggi akibat pemberian levodopa.
5) Derivat Ergoet-Agonis Dopamin
Agen-agen ini (bromokriptin dan pergolid) dianggap sebagai reseptor dopamin; agen ini
bermanfaat bila ditambahkan dengan levodopa dan pada klien yang mengalami reaksi on-off
terhadap fluktuasi klinis ringan.
6) Inhibitor MAO.
Eldepril adalah salah satu perkembangan dalam farmakoterapi penyakit Parkinson. Obat ini
menghambat pemecahan dopamin; sehingga peningkatan jumlah dopamin tercapai, tidak
seperti bentuk terapi lain, agen ini secara nyata memperlambat kemajuan penyakit.
7) Antidepresan
Antidepresan trisiklik dapat diberikan untuk mengurangi depresi yang juga biasa terjadi pada
penyakit Parkinson.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif yang bersifat kronis


progresif, merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada ganglia basalis akibat
penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia nigra ke globus palidus/
neostriatum (striatal dopamine deficiency). Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis
yang membutuhkan penanganan secara holistik meliputi berbagai bidang.
39
Pada saat ini tidak ada terapi untuk menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan
dan operasi dapat mengatasi gejala yang timbul . Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi
mengalami progress hingga terjadi total disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan
fungsi otak general, dan dapat menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada
setiap pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan
gejala berkurang, dan lamanya gejala terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan
terkadang dapat sangat parah. Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala
parkinson, sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali
terkena parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya.

B. Saran
1)

Berikan penjelasan yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya dan untuk mencegah
terjangkitnya penyakit Parkinson dan mempercepat penyembuhan.
2) Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang
maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arief.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan.Jakarta:SalembaMedika.2008
http://meikafitri.blogspot.com/2009/11/askep-pada-klien-parkinson.html
diakses tanggal 05 Maret 2012
http://bamschalampa-askep.blogspot.com/2010/08/askep-parkinson.html#uds-search-results
diakses tanggal 05 Maret 2012

Vous aimerez peut-être aussi