Vous êtes sur la page 1sur 40

IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA

STANDAR KOMPETENSI
FISIOTERAPIS INDONESIA

2014

STANDAR KOMPETENSI FISIOTERAPI INDONESIA


.

BAB I

PENDAHULUAN ..

BAB II

FISIOTERAPI DAN FISIOTERAPIS .

BAB III

SISTEMATIKA STANDAR KOMPETENSI FISIOTERAPI INDONESIA .

BAB IV

STANDAR KOMPETENSI FISIOTERAPI INDONESIA .

10

BAB V

PENUTUP .

22

LAMPIRAN ..

23

Daftar Pokok Bahasan

23

Daftar Masalah kesehatan gerak dan fungsi

29

Daftar Keterampilan Praktik

33

DAFTAR ISI

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Era global pada Milenium ke III yang ditandai dengan adanya proses liberalisasi dimana
intinya adalah persaingan bebas. Globalisasi membuat pergerakan sumber daya manusia
antar negara dihilangkan, dampaknya terhadap tenaga kerja termasuk fisioterapis bebas
bergerak antar negara. Dalam kondisi yang demikian hanya tenaga kerja yang berkualitas
baik saja yang akan dapat masuk antar negara untuk bersaing memasuki pasar kerja di
negara-negara lain. Kualitas tenaga kerja yang baik direpresentasikan dalam bentuk
kompetensi yang dimiliki didasarkan standar yang diakui secara Nasional, Regional, dan
Internasional.
Hasil pembangunan kesehatan nasional menunjukkan perbaikan pada berbagai
indikator, seperti peningkatan umur harapan hidup, penurunan angka kematian ibu karena
proses maternal, penurunan angka kematian bayi, dan sebagainya. Namun demikian masih
ada permasalahan yakni adanya disparitas derajat kesehatan, dan beban ganda penyakit
yakni makin meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular (Non Communicable
Disesase), sementara angka penyakit menular masih tinggi. Begitu pula dengan masalah
disabilitas yang membutuhkan perhatian yang lebih besar.
Dibanding 2007, riset kesehatan dasar 2013 menunjukkan fenomena kenaikan
prevalensi penyakit tidak menular, antara lain : sendi (24,7 %), cedera (8,2 %), asma (4,5
%), PPOK (3,7 %), DM (2,1 %), hipertensi (9,5 %), jantung koroner (1,5 %), gagal jantung
(0,3 %), stroke (12,1 ). Hal ini antara lain diakibatkan kurang gerak, pola hidup yang
serba duduk (sedentary living), dan kecelakaan akibat kerja.
Berdasarkan data tersebut diatas menunjukkan pergeseran penyakit dari penyakit
menular menjadi tidak menular dan degeneratif. Penyakit ini mengakibatkan permasalahan
pada gangguan gerak dan fungsi yang memerlukan peran fisioterapi baik dalam hal
promotive, preventive, restorative, maintenance dan wellness.
Menghadapi hal tersebut IFI bekerja sama dengan APTIFI (Asosiasi Pendidikan Fisioterapi
Indonesia) dan pihak terkait, berupaya meningkatkan mutu kinerja fisioterapis melalui
standarisasi kompetensi fisioterapi, dengan menyusun Standar Kompetensi Fisioterapi
Indonesia.

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 3

B. Landasan Hukum.
Standar Kompetensi Profesi Fisioterapi Indonesia disusun berlandaskan pada
1. Undang Undang 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas
2. Undang - undang 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
3. Undang Undang 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Undang Undang 12 tahun 2013 tentang Pendidikan Tinggi
5. PP 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
6. Perpres 32 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
C. Manfaat Standar Kompetensi Profesi Fisioterapi .
1. Bagi institusi pendidikan Fisioterapi
Sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum pendidikan fisioterapi sehingga terjadi
kesesuaian antara proses pembelajaran dengan kebutuhan masyarakat. Dengan
demikian meskipun kurikulum antar perguruan tinggi memiliki perbedaan , tetapi
fisioterapis yang dihasilkan dari berbagai institusi diharapkan memiliki kesetaraan dalam
penguasaan kompetensi.
2. Bagi Pengguna
Dengan Standar Kompetensi, pengguna ( pemerintah, industri, institusi pendidikan,
sekolah, dan institusi lain yang memerlukan fisioterapi) memiliki pedoman dalam
melakukan recruitmen fisioterapi. Khusus

Kemenkes dan Dinas Kesehatan sebagai

pihak yang akan memberikan lisensi dapat mengetahui kompetensi apa yang telah
dikuasai seorang fisioterapis dan kompetensi apa yang perlu ditambahkan, sesuai
dengan kebutuhan spesifik di tempat kerja.
3. Bagi orang tua mahasiswa dan penyandang dana
Dengan standar kompetensi profesi fisioterapis Indonesia yang ada, orang tua
mahasiswa dan penyandang dana dapat mengetahui secara jelas kompetensi yang
akan dikuasai oleh mahasiswa.
4. Bagi mahasiswa
Standar Kompetensi Profesi Fisioterapis dapat digunakan oleh mahasiswa untuk
mengarahkan

proses

belajar

dan

pengembangan

dirinya,

karena

mahasiswa

mengetahui sejak awal kompetensi yang harus dikuasai di akhir pendidikan. Dengan
demikian proses pendidikan diharapkan dapat berjalan lebih efektif dan efisien.

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 4

5. Bagi Depatemen Pendidikan Nasional dan Badan Akreditasi Nasional


Standar Kompetensi Profesi Fisioterapis dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi
acuan/kriteria pada akreditasi program studi pendidikan fisioterapi.
6. Bagi Organisasi Profesi
Standar

Kompetensi

Profesi

Fisioterapis

dapat

dijadikan

acuan

dalam

menyelenggarakan program pengembangan profesi secara berkelanjutan.


7. Program Adaptasi bagi Lulusan Luar Negeri.
Standar Kompetensi Fisioterapi dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai
kompetensi fisioterapis lulusan luar negeri.
Penyusunan Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia dilakukan dengan mengacu
kepada

standar

Kompetensi

internasional

yang

direkomendasikan

oleh

World

Confederation For Physical Therapy (WCPT), klasifikasi berdasarkan Kerangka Kualifikasi


Nasinal Indonesia (KKNI), pengkodean berbagai masala kesehatan yang dihadapi
fisioterapis berdasarkan ICF, ICD-9, ICD-10, yang semuanya disintesa dan dimodifikasi
agar sesuai dengan keadaan di Indonesia.

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 5

BAB II
FISIOTERAPI DAN FISIOTERAPIS

Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan profesional yang ditujukan pada gerak
fungsional individu dan atau kelompok mencakup promotif, preventif, restoratif, pemeliharaan
dan wellness sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara
manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi
dan komunikasi. Termasuk memberikan layanan dalam keadaan di mana gerak fungsional
terancam oleh penuaan, cedera, nyeri, penyakit, gangguan, kondisi atau faktor lingkungan.
Gerak fungsional adalah inti dari apa yang dimaksud sehat dalam fisioterapi.
Gerak terjadi pada sebuah kontinum dari tingkat mikroskopis sampai ke tingkat individu
dalam masyarakat. Gerak pada tingkat kontinum adalah saling tergantung. Pada setiap tingkat
kontinum ada potensi gerak maksimum yang dapat dicapai (MAMP=maximum achievable
movement potential) yang dipengaruhi oleh MAMP tingkat lain pada kontinum akibat respon
fisik, sosial, psikologis dan faktor lingkungan. Dalam batas-batas MAMP, masing-masing
individu memiliki kemampuan gerak fungsional (PMC=preferred movement capability) dan
kemampuan gerak aktual (CMC=current movement capability) yang pada keadaan normal
seharusnya adalah sama. Faktor patologis dan perkembangan memiliki potensi untuk
mengubah MAMP dan / atau membuat perbedaan antara PMC dan CMC. Fokus dari
Fisioterapi adalah untuk meminimalkan perbedaan antara PMC dan CMC baik faktual maupun
potensial.
Dalam kajian Filsafat Ilmu dirumuskan bahwa sebagai Obyek materia dari Fisioterapi
adalah manusia baik sebagai individu maupun kelompok. Sedangkan sebagai Obyek Forma
fisioterapi yang dapat membedakan dengan ilmu lain adalah Gerak Fungsional. Postulat,
merupakan asumsi dasar ditetapkan bahwa setiap individu mempunyai kebutuhan untuk dapat
melaksanakan tugas, fungsi dan kewajibannya. Prinsip Fisoterapi, adalah setiap tindakan
untuk memaksimalkan potensi gerak atau meminimalkan selisih gerak aktual dan gerak
fungsional.

Asumsi, merupakan persyaratan tertentu untuk dapat mengintervensi kepada

individu ditetapkan bahwa setiap individu memiliki gerak potensial yang dapat dilatih dan
dikembangkan.
Fisioterapis

adalah

seseorang

yang

telah

lulus pendidikan fisioterapi sesuai

dengan peraturan perundangan yang berlaku dan kepadanya diberikan kewenangan tertulis
untuk melakukan praktik fisioterapi atas dasar kompetensi yang dimilikinya sesuai dengan

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 6

peraturan perundang-undangan yang berlaku.


Fisioterapis dalam melaksanakan tugasnya memiliki otonomi profesional yaitu
kebebasan dalam melakukan keputusan-keputusan profesional (professional judgement)
dalam melakukan upaya-upaya promotif, preventif, restoratif, pemeliharaan dan wellness
dalam batas pengetahuan yang didapat sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.
Secara umum bahwa praktik fisioterapi yang dilakukan oleh seorang fisioterapis adalah
tanggung jawab fisioterapis secara individu yang disertai oleh keputusan-keputusan profesi
yang mereka lakukan dan tidak dapat dikontrol dan atau diintervensi oleh profesi lainnya.
Fisioterapis memiliki tanggung jawab profesi yang berkesinambungan dan tindakan
atau intervensi fisioterapi yang dilakukan harus dalam batas kompetensi, kode etik profesi,
kewenangan,serta mengikuti aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan baik yang ditetapkan
oleh Ikatan Fisioterapi Indonesia maupun oleh Pemerintah.
Dalam menjalankan praktik, fisioterapis mempunyai kewenangan untuk melakukan
proses Fisioterapi (pemeriksaan, diagnosis, intervensi dan evaluasi) dengan rujukan dan atau
tanpa rujukan.
Pelayanan fisioterapi kepada individu dan masyarakat dilakukan oleh fisioterapis yang
kompeten, etik, legal dan berkualitas dalam bentuk pelayanan yang mudah diakses, aman,
nyaman, efektif, efisien, sesuai/tepat, dapat diterima, tersedia dan terjangkau.
Lahan pelayanan fisioterapi termasuk dan tidak terbatas pada Pelayanan Primer,
Rehabilitasi bersumberdaya masyarakat, , Pusat Pendidikan dan penelitian, Klub kebugaran,
kesehatan dan spa Rumah perawatan/ hospices, Rumah Sakit Umum dan Khusus, Klinik,
Praktik mandiri dan praktik bersama, Promosi kesehatan di tempat umum, Pusat rehabilitasi
dan rumah tempat tinggal, Sekolah termasuk pra sekolah dan sekolah kebutuhan khusus, Panti
werda, Pusat/ klub olahraga, Pabrik.

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 7

BAB III
SISTEMATIKA STANDAR KOMPETENSI FISIOTERAPI INDONESIA

Area Kompetensi. Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia terdiri atas 7 (tujuh) area
kompetensi yang diturunkan dari gambaran tugas, peran, dan fungsi Fisioterapi. Setiap area
kompetensi ditetapkan definisinya, yang disebut kompetensi inti. Setiap area kompetensi
dijabarkan menjadi beberapa komponen kompetensi, yang dirinci lebih lanjut menjadi
kemampuan yang diharapkan di akhir pendidikan.
Secara skematis, susunan Standar Kompetensi Profesi Fisioterapis Indonesia dapat
digambarkan pada Gambar 1.

Area Kompetensi

Kompetensi Inti

Komponen kompetensi

Kemampuan yang diharapkan


pada akhir pembelajaran
Lampiran

Daftar pokok bahasan


Daftar masalah
Daftar keterampilan Praktik

Standar Kompetensi Profesi Fisioterapi Indonesia ini dilengkapi dengan Daftar Pokok Bahasan,
Daftar Masalah, dan Daftar Keterampilan Praktik. Fungsi utama ketiga daftar tersebut sebagai
acuan bagi institusi pendidikan fisioterapi dalam mengembangkan kurikulum institusional.

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 8

Daftar Pokok Bahasan, memuat pokok bahasan dalam proses pembelajaran untuk mencapai
7 area kompetensi. Materi tersebut dapat diuraikan lebih lanjut sesuai bidang ilmu yang terkait,
dan dipetakan sesuai dengan struktur kurikulum masing-masing institusi.

Daftar Masalah, berisikan daftar masalah kesehatan gangguan gerak dan fungsi yang sering
dijumpai dalam pelayanan fisioterapi dan daftar masalah yang seringkali dihadapi fisioterapis
terkait dengan profesinya misalnya masalah etika, disiplin, hukum, dan aspek legal yang sering
dihadapi oleh fisioterapis dalam melakukan pelayanan. Daftar masalah ini memberikan arah
bagi institusi pendidikan fisioterapi untuk mengidentifikasikan isi kurikulum. Pada setiap
masalah telah ditentukan tingkat kemampuan yang diharapkan, sehingga memudahkan bagi
institusi pendidikan fisioterapi untuk menentukan kedalaman dan keluasan dari isi kurikulum.
Daftar Keterampilan Praktik, berisikan keterampilan praktik yang perlu dikuasai oleh
fisioterapis. Pada setiap keterampilan telah ditentukan tingkat kemampuan yang diharapkan.
Daftar ini memudahkan institusi pendidikan fisioterapi untuk menentukan materi dan sarana
pembelajaran keterampilan praktik.

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 9

BAB IV
STANDAR KOMPETENSI FISIOTERAPI INDONESIA

A. Area Kompetensi
Kompetensi dibangun dengan pondasi yang terdiri atas Profesionalitas bernilai luhur,
Kesadaran Diri dan pengembangan profesional, Komunikasi efektif dan ditunjang oleh
pilar berupa Manajemen Informasi, landasan ilmiah ilmu Fisioterapi, keterampilan
praktik, dan penyelesaian masalah kesehatan gerak dan fungsi. Oleh karena itu area
kompetensi disusun dengan urutan sebagai berikut informasi:
1. Profesionalitas bernilai luhur
2. Kesadaran Diri dan pengembangan profesional
3. Komunikasi efektif
4. Manajemen Informasi
5. Landasan Ilmiah Ilmu Fisioterapi
6. Keterampilan Praktik
7. Penyelesaian masalah kesehatan Gerak dan Fungsi

Penyelesaian masalah kesehatan


gerak dan fungsi

Keterampilan Praktik

Landasan Ilmiah Ilmu Fisioterapi

Manajemen Informasi

KOMPETENSI

KOMUNIKASI EFEKTIF
MAWAS DIRI DAN PENGEMBANGAN DIRI
PROFESIONALITAS BERNILAI LUHUR

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 10

B. Komponen kompetensi
Profesionalitas bernilai luhur
1. Berke-Tuhanan Yang Maha Esa
2. Disiplin, bermoral dan beretika
3. Sadar dan taat hukum
4. Berwawasan sosial budaya
5. Bersikap dan berperilaku professional
Kesadaran Diri dan pengembangan profesional
1. Menerapkan mawas diri
2. menerapkan prinsip belajar sepanjang hayat
3. Mengembangkan pengetahuan
Komunikasi efektif
1. Berkomunikasi dengan pasien dan keluarga
2. Berkomunikasi dengan mitra kerja
3. Berkomunikasi dengan masyarakat
Manajemen Informasi
1. Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan
2. Mendiseminasikan informasi dan pengetahuan secara efektif kepada profesional
kesehatan, pasien, masyarakat dan pihak terkait untuk peningkatan mutu pelayanan
kesehatan

Landasan Ilmiah Ilmu Fisioterapi


Menerapkan/ menguasai ilmu Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu psikologi, ilmu gerak/
Kinesiologi-Biomekanik, dan ilmu Kesehatan Masyarakat yang terkini untuk mengelola
masalah kesehatan secara holistik dan komprehensif.

Keterampilan Praktik
1. Melakukan praktek berbasis patient safety
2. Melakukan pemeriksaan / penilaian yang komprehensif dari pasien untuk
menentukan kebutuhan pasien.

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 11

3. Merumuskan diagnosis, prognosis dan rencana tindakan terapi dan evaluasi.


4. Memberikan konsultasi dalam bidang keahliannya dan menentukan kapan pasien
adalah indikasi fisioterapi atau perlu dirujuk ke profesional kesehatan lain.
5. Melaksanakan program intervensi terapi
6. Menentukan hasil dari setiap intervensi apakah perlu dilanjutkan, dihentikan atau
dirujuk ke profesional kesehatan lain.
7. Membuat rekomendasi untuk manajemen diri atau home program.
Penyelesaian Masalah Kesehatan Gerak dan Fungsi
1. Melaksanakan promosi kesehatan gerak dan fungsi pada individu, keluarga dan
masyarakat.
2. Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah kesehatan gerak
dan fungsi pada individu, keluarga dan masyarakat,
3. Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan gerak dan fungsi individu, keluarga
dan masyarakat.
4. Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat dalam upaya meningkatkan
derajat kesehatan gerak dan fungsi.
5. Mengelola sumber daya secara efektif, efisien dan berkesinambungan dalam
penyelesaian masalah kesehatan gerak dan fungsi.
6. Mengakses dan menganalisis serta menerapkan kebijakan kesehatan gerak dan
fungsi.
C. Penjabaran kompetensi
1. Profesionalitas bernilai Luhur
a. Kompetensi Inti
Mampu melaksanakan praktik Fisioterapi yang profesional sesuai dengan nilai dan
prinsip ke-Tuhan-an, moral luhur, etika, disiplin, hukum, dan sosial budaya.
b. Komponen Kompetensi
1)

Berke-Tuhan-an (Yang Maha Esa/Yang Maha Kuasa)


a)

Bersikap dan berperilaku sesuai dengan nilai ke-Tuhan-an dalam praktik


Fisioterapi

b)

Bersikap sunguh sungguh dalam praktik Fisioterapi dengan upaya yang


maksimal.

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 12

2) Bermoral, beretika, dan berdisiplin


a) Bersikap dan berperilaku sesuai dengan standar nilai moral yang luhur
dalam praktik Fisioterapi
b) Bersikap sesuai dengan prinsip dasar etika kesehatan dan kode etik
Fisioterapi Indonesia
c) Mampu mengambil keputusan terhadap dilema etika yang terjadi pada
pelayanan kesehatan gerak dan fungsi individu, keluarga dan masyarakat
d) Bersikap disiplin dalam menjalankan praktik Fisioterapi dan dalam
kehidupan bermasyarakat
3) Sadar dan taat hukum
a) Mengidentifikasi masalah hukum dalam pelayanan Fisioterapi dan
memberikan saran cara pemecahannya
b) Menyadari tanggung jawab Fisioterapis dalam hukum dan ketertiban
masyarakat
c) Taat terhadap perundang-undangan dan aturan yang berlaku
d) Membantu penegakkan hukum serta keadilan
4) Berwawasan sosial budaya
a) Mengenali sosial-budaya-ekonomi masyarakat yang dilayani
b) Menghargai perbedaan persepsi yang dipengaruhi oleh agama, usia,
gender, etnis, difabilitas, dan sosial-budaya-ekonomi dalam menjalankan
praktik Fisioterapi dan bermasyarakat
c) Menghargai dan melindungi kelompok rentan
d) Menghargai

upaya

kesehatan

komplementer

dan

alternatif

yang

berkembang di masyarakat multikultur


5) Berperilaku profesional
a) Accountability (akuntabilitas)
b) Altruism (mengutamakan kepentingan pasien/klien di atas kepentingan
pribadi)
c) Compassion/caring (kasih sayang/peduli)
d) Cultural Competence (Kompetensi yang berbudaya)
e) Ethical Behaviour ( berperilaku sesuai etika)
f)

Integrity (integritas)

g) Personal;/Professional Development (pengembangan diri)

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 13

h) Professional Duty( tugas profesional)


i)

Social Responsibility and Advocacy (Tanggung Jawab Sosial dan


Advokasi)

j)

Teamwork (bekerjasama)

2. Kesadaran Diri dan pengembangan profesional


a. Kompetensi Inti
Mampu melakukan praktik Fisioterapi dengan menyadari keterbatasan, mengatasi
masalah personal, mengembangkan diri dengan mengikuti penyegaran dan
peningkatan pengetahuan secara berkesinambungan demi keselamatan pasien.
b. Lulusan Fisioterapi Mampu
1) Menerapkan mawas diri
a)

Mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisik, psikis, sosial dan


budaya diri sendiri

b)

Menanggapi tantangan profesi

c)

Menyadari keterbatasan kemampuan diri dan merujuk kepada yang lebih


mampu

d)

Menerima dan merespons positif umpan balik dari pihak lain untuk
pengembangan diri

2) Mempraktikkan belajar sepanjang hayat


a)

Menyadari kinerja profesionalitas dan mengidentifikasi diri terhadap


kebutuhan belajar untuk mengatasi kekurangan.

b)

Berperan aktif dalam upaya pengembangan profesi

3) Mengembangkan pengetahuan baru


Melakukan penelitian ilmiah yang berkaitan dengan masalah fisioterapi pada
individu, keluarga dan masyarakat serta mendiseminasikan hasilnya.
a) Memiliki pengetahuan tentang metodologi penelitian bervariasi.
b) Mengidentifikasi pertanyaan yang timbul dari praktik yang dapat berfungsi
sebagai stimulus untuk penelitian masa depan.
c) Memanfaatkan informasi dari literatur penelitian.
d) Berkontribusi dalam praktik profesional melalui penelitian (misalnya
menyajikan sebuah studi kasus tunggal, literatur review, presentasi poster).

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 14

3. Komunikasi efektif
a.

Kompetensi Inti
Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal dengan
pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi lain.

b.

Lulusan Fisioterapi Mampu


1) Berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya
a) Membangun hubungan melalui komunikasi verbal dan nonverbal
b) Berempati secara verbal dan nonverbal
c) Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang santun dan dapat
dimengerti
d) Mendengarkan dengan aktif untuk menggali permasalahan kesehatan
gerak dan fungsi secara holistik dan komprehensif
e) Menyampaikan informasi yang terkait kesehatan gerak dan fungsi
(termasuk berita buruk, informed consent) dan melakukan konseling
dengan cara yang santun, baik dan benar.
f) Menunjukkan kepekaan terhadap aspek biopsikososiokultural dan spiritual
pasien dan keluarga
g) Mendokumentasikan aktifitas praktik menggunakan standar data yang
diterima secara nasional dan / atau internasional sehingga data berguna
tidak hanya untuk perawatan klinis, tetapi juga penelitian, administrasi dan
statistik.
2) Berkomunikasi dengan mitra kerja (sejawat dan profesi lain)
a) Melakukan tatalaksana konsultasi dan rujukan yang baik dan benar
b) Membangun komunikasi interprofesional dalam pelayanan kesehatan gerak
dan fungsi
c) Memberikan informasi yang sebenarnya dan relevan kepada penegak
hukum, perusahaan asuransi kesehatan, media massa dan pihak lainnya
jika diperlukan
d) Mempresentasikan informasi ilmiah secara efektif
e) Memberikan bimbingan bagi mahasiswa dan rekan menggunakan berbagai
keterampilan komunikasi.
3) Berkomunikasi dengan masyarakat

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 15

a) Melakukan komunikasi dengan masyarakat dalam rangka mengidentifikasi


masalah kesehatan gerak dan fungsi serta memecahkannya bersamasama
b) Melakukan advokasi dengan pihak terkait dalam rangka pemecahan
masalah kesehatan gerak dan fungsi individu, keluarga dan masyarakat.

4. Manajemen Informasi
a. Kompetensi Inti
Mampu memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan
dalam praktik Fisioterapi.
b. Lulusan Fisioterapi Mampu
1) Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan
a) Memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan
untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan gerak dan fungsi.
b) Memanfaatkan keterampilan pengelolaan informasi kesehatan untuk dapat
belajar sepanjang hayat
2) Mendiseminasikan informasi dan pengetahuan secara efektif kepada profesi
kesehatan lain, pasien, masyarakat dan pihak terkait untuk peningkatan mutu
pelayanan kesehatan gerak dan fungsi.
Memanfaatkan keterampilan pengelolaan informasi untuk diseminasi informasi
dalam bidang kesehatan.
5. Landasan Ilmiah Ilmu Fisioterapi
a. Kompetensi Inti
Mampu menyelesaikan masalah gerak dan fungsi serta masalah kesehatan
berdasarkan landasan ilmiah ilmu Fisioterapi dan kesehatan terkini untuk
mendapat hasil optimum.
b. Lulusan Fisioterapi Mampu
Melakukan analisa dan sintesa kondisi pasien dengan:
1)

Menerapkan ilmu biological dan physical sciences (anatomy/celluluer biologi,


histologi, fisiologi, ilmu latihan, biomekanik, kinesiologi, neuroscience,
patologi, imaging, dan farmakologi), sebagai landasan dalam membuat
pertimbangan dan keputusan ilmiah dalam praktik fisioterapi.

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 16

2)

Menerapkan

ilmu sosial/perilaku/teknologi (applied psichology,

applied

sociology, komukisasi, etika dan tatanilai, management, finance, teaching and


learning, teknologi informasi komunikasi,clinical reasoning, evidence based
practice, apllied statistics), sebagai landasan menentukan penerapan
teknologi dalam praktik fisioterapi.
3)

Menerapkan ilmu klinik (cardiovascular, pulmonari, endocrine, metabolic,


gastrointestinal, genetourinary, integument, musculosceletal, neuromuscular,
medical dan surgical condition) yg sering dijumpais, sebagai landasan dalam
menggali problem gerak dan fungsi dalam praktik fisioterapi.

4)

Menerapkan pengalaman belajar klinik (termasuk manajemen pasien dalam


berbagai tempat/ multiple practice setting).

5)

Menggunakan data klinik dan pemeriksaan penunjang yang rasional untuk


menegakkan diagnosis.

6)

Menggunakan alasan ilmiah dalam menentukan penatalaksanaan masalah


kesehatan gerak dan fungsi berdasarkan etiologi dan patofisiologi

7)

Menentukan prognosis penyakit melalui pemahaman prinsip-prinsip ilmu


Biomedik, ilmu Humaniora, ilmu gerak, dan ilmu Kesehatan Masyarakat

8)

Mempertimbangkan

kemampuan

dan

kemauan

pasien,

bukti

ilmiah

Fisioterapi, dan keterbatasan sumber daya dalam pelayanan kesehatan gerak


dan fungsi untuk mengambil keputusan.
6. Keterampilan praktik.
a. Kompetensi Inti
Mampu melakukan prosedur praktik yang berkaitan dengan masalah gerak dan
fungsi dengan menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri,
dan keselamatan orang lain.
b. Lulusan Fisioterapi Mampu
1) Assesment meliputi:
a) Melakukan anamnesis dan pemeriksaan
b) Melakukan evaluasi hasil dari anamnesis dan pemeriksaan
c) Menegakkan diagnosis fisioterapis
(1) Memforrmulasikan diagnosis menggunakan penalaran dalam proses
klinik yang menghasilkan identifikasi baik faktual maupun potensial

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 17

terjadinya
aktivitas

kecacatan atau kelemahan (impairment), keterbatasan


(activity

limitations),

hambatan

partisipasi

(participation

restrictions) dan faktor lingkungan.


(2) Menentukan indikasi rujukan ke profesi lain.
d) Memperkirakan Prognosis, apa yang akan terjadi terhadap problem gerak
dan fungsi untuk mengidentifikasi strategi intervensi yang paling cocok pada
pasien.

2) Melakukan prosedur Intervensi


a) Merencanakan intervensi.
(1) Memberikan dan mengelola rencana intervensi yang konsisten dengan
kewajiban hukum, etika dan profesional dan kebijakan administrative
dan prosedur lingkungan praktik. Ini mungkin termasuk persetujuan
untuk rencana intervensi.
(2) Berkolaborasi dengan pasien, anggota keluarga, pembayar (misalnya
sistem sosial, perusahaan asuransi, pasien self-pay), profesional
lainnya dan individu lainnya untuk menentukan rencana intervensi.
(3) Menentukan intervensi spesifik dengan tujuan hasil yang dapat diukur
terkait

dengan rencana intervensi.

(4) Menetapkan rencana intervensi yang aman, efektif bagi pasien.


(5) Menentukan hasil intervensi dengan mempertimbangkan tujuan pasien
dan sumber daya yang tersedia dan menentukan panjang waktu yang
diharapkan untuk mencapai tujuan dan hasil tersebut.
(6) Memantau dan menyesuaikan rencana intervensi dalam menanggapi
Status Pasien.
(7) Mengelola Rujukan ke lembaga lain, atau praktiki kesehatan lain, jika
kasus yang tidak indikasi untuk fisioterapi.
b) Melakukan intervensi berdasarkan bukti. (Lampiran 3)
(1) Menggunakan

bukti

untuk

menginformasikan

praktik

dan

untuk

memastikan bahwa layanan yang diberikan dan intervensi yang


diberikan kepada pasien, wali mereka dan masyarakat didasarkan pada
bukti terbaik yang tersedia, dengan keyakinan pertimbangan dan nilainilai dan konteks budaya lingkungan.

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 18

(2) Menggunakan teknologi informasi untuk akses sumber informasi untuk


mendukung keputusan praktik dan tidak menggunakan teknik dan
teknologi yang telah terbukti tidak efektif atau tidak aman.
(3) Mengevaluasi secara kritis sumber informasi yang terkait dengan praktik
fisioterapi, penelitian dan pendidikan dan menerapkan pengetahuan dari
sumber-sumber secara ilmiah untuk populasi yang tepat.
(4) Mengintegrasikan bukti terbaik

untuk menentukan intervensi terbaik

bagi pasien secara konsisten.


(5) Berkontribusi untuk menyediakan bukti dalam praktik.

c) Melakukan evaluasi hasil intervensi (Re-evaluasi)


(1) Memeriksa kembali pasien di seluruh episode intervensi untuk
mengevaluasi efektivitas intervensi dan hasil.
(2) Menyesuaikan rencana intervensi dalam menanggapi temuan.
(3) Menggunakan instrumen yang valid dan reliabel untuk mengukur hasil,
jika tersedia.
(4) Mengevaluasi dan merekam hasil-hasil pada akhir episode intervensi.

d)

Melakukan pencegahan, promosi, fitness dan wellness.


(1) Melakukan layanan fisoterapi untuk pencegahan, promosi kesehatan,
kebugaran dan wellness kepada individu, kelompok dan masyarakat.
(2) Mempromosikan

wellness,

kualitas

hidup,

hidup

mandiri

dan

kemampuan kerja dengan memberikan informasi mengenai promosi


kesehatan,

kebugaran,

wellness,

penyakit,

penurunan

nilai,

keterbatasan aktivitas, pembatasan partisipasi dan risiko kesehatan


berkaitan dengan usia, jenis kelamin, budaya dan gaya hidup dalam
lingkup praktik fisioterapi.

e) Pengakhiran /discharge:
(1) Mampu mengidentifikasi tanda tanda terminasi intervensi
(2) Mampu merencanakan, mempersiapkan dan melaksanakan terminasi
intervensi

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 19

7. Penyelesaian Masalah Kesehatan Gerak dan Fungsi


a. Kompetensi Inti
Mampu mengelola masalah kesehatan gerak dan fungsi individu, keluarga
maupun

masyarakat

secara

komprehensif,

holistik,

terpadu

dan

berkesinambungan dalam konteks pelayanan kesehatan primer.


b. Lulusan Fisioterapi Mampu
1) Melaksanakan promosi kesehatan gerak dan fungsi pada individu, keluarga dan
masyarakat
a)

Mengidentifikasi kebutuhan perubahan pola pikir, sikap dan perilaku, serta


modifikasi gaya hidup untuk peningkatan kesehatan gerak dan fungsi pada
berbagai kelompok umur, masyarakat, jenis kelamin, etnis, dan budaya.

b)

Merencanakan dan melaksanakan pendidikan kesehatan gerak dan fungsi


dalam rangka promosi kesehatan di tingkat individu, keluarga, dan
masyarakat

2) Melaksanakan pencegahan dan deteksi dini terjadinya masalah kesehatan


gerak dan fungsi pada individu, keluarga dan masyarakat.
a)

Melakukan pencegahan timbulnya masalah kesehatan gerak dan fungsi

b)

Melakukan kegiatan penapisan faktor risiko penyakit laten untuk mencegah


dan memperlambat timbulnya gangguan gerak dan fungsi.

c)

Melakukan pencegahan untuk memperlambat progresi dan timbulnya


komplikasi penyakit dan atau kecacatan.

3) Melakukan penatalaksanaan masalah kesehatan gerak dan fungsi pada


individu, keluarga dan masyarakat
a)

Menginterpretasi data praktik dan merumuskannya menjadi diagnosis


praktik (ICD) dan fungsional (ICF)

b)

Menginterpretasi data kesehatan gerak dan fungsi pada keluarga dalam


rangka mengidentifikasi masalah.

c)

Menginterpretasi

data

kesehatan

masyarakat

mengidentifikasi dan merumuskan diagnosis

dalam

rangka

gerak dan fungsi pada

komunitas
d)

Memilih dan menerapkan strategi penatalaksanaan yang paling tepat


berdasarkan prinsip kendali mutu, biaya, dan berbasis bukti

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 20

e)

Mengelola masalah kesehatan gerak dan fungsi secara mandiri dan


bertanggung jawab (lihat Daftar Pokok Bahasan dan Daftar Gangguan
gerak

dan

keterbatasan

fungsi)

dengan

memperhatikan

prinsip

keselamatan pasien.
f)

Mengkonsultasikan dan/atau merujuk sesuai dengan standar pelayanan


yang berlaku (lihat Daftar Gangguan gerak dan keterbatasan fungsi)

g)

Membuat surat keterangan seperti surat keterangan sakit/ sehat, terkait


Gangguan gerak dan fungsi sesuai kewenangannya

h)

Menulis resep latihan dan alat bantu secara bijak dan rasional (tepat
indikasi, cara pemberian, serta sesuai kondisi pasien), jelas, lengkap, dan
dapat dibaca.

i)

Mengidentifikasi

berbagai

indikator

keberhasilan

terapi,

memonitor

perkembangan penatalaksanaan, memperbaiki, dan mengubah terapi


dengan tepat
j)

Memperkirakan prognosis masalah kesehatan terkait gerak dan fungsi


pada individu, keluarga, dan masyarakat

k)

Melakukan rehabilitasi fisik, fungsi dan sosial pada individu, keluarga, dan
masyarakat

l)

Menerapkan prinsip-prinsip epidemiologi dalam

mengelola

masalah

kesehatan terkait gerak dan fungsi


m) Membantu tatalaksana pada keadaan wabah dan bencana mulai dari
identifikasi masalah hingga rehabilitasi komunitas.

4)

Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat dalam upaya


meningkatkan derajat kesehatan gerak dan fungsi.
a)

Memberdayakan dan berkolaborasi dengan masyarakat agar mampu


mengidentifikasi masalah kesehatan terkait gerak dan fungsi baik aktual
maupun potensial terjadi serta mengatasinya bersama-sama.

b)

Bekerja sama dengan profesi dan sektor lain dalam rangka pemberdayaan
masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan terkait gerak dan fungsi

5)

Mengelola sumber daya secara efektif, efisien dan berkesinambungan dalam


penyelesaian masalah kesehatan terkait gerak dan fungsi

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 21

a)

Mengelola sumber daya manusia, keuangan, sarana, dan prasarana


secara efektif dan efisien

b)

Menerapkan manajemen mutu terpadu dalam pelayanan kesehatan primer

c)

Menerapkan manajemen kesehatan dan institusi layanan kesehatan serta


kesejahteraan social

6)

Mengakses dan menganalisis serta menerapkan kebijakan kesehatan


terkait gangguan gerak dan fungsi serta disabilitas
Menggambarkan bagaimana pilihan kebijakan dapat memengaruhi program
kesehatan masyarakat dan kesejahteraan sosial dari aspek finansial,
administrasi, hukum, etika, sosial, dan politik.

BAB IV
PENUTUP
Dalam melaksanakan praktik pelayanan fisioterapi, fisioterapis Indonesia harus memiliki
kompetensi sesuai dengan standar kompetensi fisioterapi Indonesia yang telah ditetapkan.
Standar kompetensi fisioterapi tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam
menyusun kurikulum pendidikan fisioterapi dan menjalankan praktik fisioterapi sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang berwenang.

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 22

Lampiran 1
Daftar Pokok Bahasan

STANDAR KOMPETENSI FISIOTERAPI INDONESIA


DAFTAR POKOK BAHASAN
Salah satu tantangan terbesar bagi institusi pendidikan Fisioterapi dalam melaksanakan
Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah menerjemahkan standar kompetensi ke dalam bentuk
bahan atau tema pendidikan dan pengajaran. Daftar Pokok Bahasan ini disusun berdasarkan
masukan dari pemangku kepentingan yang kemudian dianalisis dan divalidasi menggunakan
metode focus group discussion (FGD) dan nominal group technique (NGT) bersama dengan
kolegium Fisioterapi, institusi pendidikan Fisioterapi, organisasi profesi, dan perhimpunan.
Tujuan
Daftar Pokok Bahasan ini ditujukan untuk membantu institusi pendidikan Fisioterapi dalam
penyusunan kurikulum, dan bukan untuk membatasi bahan atau tema pendidikan dan
pengajaran.
Sistematika
Daftar Pokok Bahasan ini disusun berdasarkan masing-masing area kompetensi
1. Area Kompetensi 1: Profesionalitas bernilai Luhur
1.1.

Pancasila dan kewarganegaraan dalam konteks sistem pelayanan kesehatan

1.2.

Agama sebagai nilai moral yang menentukan sikap dan perilaku manusia

1.3.

Aspek agama dalam praktik Fisioterapi

1.4.

Fisioterapi sebagai bagian Sistem Kesehatan Nasional

1.5.

Pluralisme keberagamaan sebagai nilai sosial di masyarakat dan toleransi

1.6.

Konsep masyarakat (termasuk pasien) mengenai gerak yang fungsional

1.7.

Aspek-aspek sosial dan budaya masyarakat terkait dengan pelayanan Fisioterapi


(logiko sosio budaya)

1.8.

Hak, kewajiban, dan tanggung jawab manusia terkait bidang kesehatan

1.9.

Pengertian bioetika dan etika Fisioterapi (misalnya pengenalan teori-teori


bioetika, filsafat Fisioterapi, prinsip-prinsip etika terapan, etika klinik)

1.10.

Kaidah Dasar Moral dalam praktik Fisioterapi

1.11.

Teori-teori pemecahan kasus-kasus etika dalam pelayanan Fisioterapi

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 23

1.12.

Penjelasan mengenai hubungan antara hukum dan etika (persamaan dan


perbedaan)

1.13.

Prinsip-prinsip dan logika hukum dalam pelayanan kesehatan

1.14.

Peraturan perundang-undangan dan peraturan-peraturan lain di bawahnya yang


terkait dengan praktik Fisioterapi

1.15.

Alternatif penyelesaian masalah sengketa hukum dalam pelayanan kesehatan

1.16.

Permasalahan

etikomedikolegal

dalam

pelayanan

kesehatan

dan

cara

pemecahannya
1.17.

Hak dan kewajiban Fisioterapi

1.18.

Profesionalisme Fisioterapi (sebagai bentuk kontrak sosial, pengenalan terhadap


karakter profesional, kerja sama tim, hubungan interprofesional Fisioterapi
dengan tenaga kesehatan yang lain)

1.19.

Penyelenggaraan praktik Fisioterapi yang baik di Indonesia (termasuk aspek


kedisiplinan profesi)

1.20.

Fisioterapi sebagai bagian dari masyarakat umum dan masyarakat profesi (IFI
dan organisasi profesi lain yang berkaitan dengan profesi Fisioterapi)

2. Area Kompetensi 2: Kesadaran diri dan Pengembangan Profesional


2.1.

Prinsip pembelajaran orang dewasa (adult learning)


a. Belajar mandiri
b. Berpikir kritis
c. Umpan balik konstruktif
d. Refleksi diri

2.2.

Dasar-dasar keterampilan belajar


a. Pengenalan gaya belajar (learning style)
b. Pencarian literatur (literature searching)
c. Penelusuran sumber belajar secara kritis
d. Mendengar aktif (active listening)
e. Membaca efektif (effective reading)
f. Konsentrasi dan memori (concentration and memory)
g. Manajemen waktu (time management)
h. Membuat catatan kuliah (note taking)

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 24

i. Persiapan ujian (test preparation)


2.3.

Problem based learning

2.4.

Problem solving

2.5.

Metodologi penelitian dan statistika


a. Konsep dasar penulisan proposal dan hasil penelitian
b. Konsep dasar pengukuran
c. Konsep dasar disain penelitian
d. Konsep dasar uji hipotesis dan statistik inferensial
e. Telaah kritis
f. Prinsip-prinsip presentasi dan diseminasi

3. Area Kompetensi 3: Komunikasi Efektif


3.1.

Penggunaan bahasa yang baik, benar, dan mudah dimengerti

3.2.

Prinsip komunikasi dalam pelayanan kesehatan


a. Metode komunikasi oral dan tertulis yang efektif
b. Metode pemberian situasi nyaman dan kondusif dalam berkomunikasi efektif
c. Metode untuk mendorong pasien agar memberikan informasi dengan sukarela
d. Metode melakukan anamnesis secara sistematis
e. Metode untuk mengidentifikasi tujuan pasien berkonsultasi
f.

3.3.

Melingkupi biopsikososiokultural spiritual

Berbagai elemen komunikasi efektif


a. Komunikasi intrapersonal, interpersonal dan komunikasi masa
b. Gaya dalam berkomunikasi
c. Bahasa tubuh, kontak mata, cara berbicara, tempo berbicara, tone suara,
d. kata-kata yang digunakan atau dihindari
e. Keterampilan untuk mendengarkan aktif
f.

Teknik fasilitasi pada situasi yang sulit, misalnya pasien marah, sedih,

g. takut, atau kondisi khusus


h. Teknik negosiasi, persuasi, dan motivasi
3.4.

Komunikasi lintas budaya dan keberagaman


a. Perilaku yang tidak merendahkan atau menyalahkan pasien, bersikap sabar, dan
sensitif terhadap budaya

3.5.

Kaidah penulisan dan laporan ilmiah

3.6.

Komunikasi dalam public speaking

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 25

4. Area Kompetensi 4: Manajemen Informasi.


4.1.

Teknik keterampilan dasar pengelolaan informasi

4.2.

Metode riset dan aplikasi statistik untuk menilai kesahihan informasi ilmiah

4.3.

Keterampilan pemanfaatan evidence-based practice (EBP)

4.4.

Teknik pengisian dokumentasi fisioterapi untuk meningkatkan mutu pelayanan


kesehatan

4.5.

Teknik diseminasi informasi dalam bidang kesehatan baik lisan maupun tulisan
dengan menggunakan media yang sesuai

5. Area Kompetensi 5: Landasan Ilmiah Ilmu Fisioterapi


5.1

Struktur dan fungsi


a. Struktur dan fungsi pada tingkat molekular, selular, jaringan, dan organ
b. Prinsip homeostasis
c. Koordinasi regulasi fungsi antar organ atau sistem:

5.2

Penyebab Gangguan gerak dan fungsi.


a. Lingkungan: biologis, fisik, dan kimia
b. Genetik
c. Psikologi dan perilaku
d. Nutrisi
e. Degeneratif

5.3 .

Patomekanisme Gangguan gerak dan fungsi.


a. Trauma
b. Inflamasi
c. Infeksi
d. Respons imun
e. Gangguan hemodinamik (iskemik, infark, thrombosis, syok)
f. Proses penyembuhan (tissue repair and healing)
g. Neoplasia
i. Kelainan genetik
j. Nutrisi, lingkungan, dan gaya hidup

5.4.

Etika Fisioterapi

5.5.

Prinsip hukum kesehatan

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 26

5.6.

Prinsip-prinsip pelayanan kesehatan (primer dan rujukan)

5.7.

Prinsip-prinsip pencegahan penyakit

5.8.

Prinsip-prinsip pendekatan Fisioterapi keluarga

5.9.

Mutu pelayanan kesehatan

5.10.

Prinsip pendekatan sosio-budaya

6. Area Kompetensi 6: Keterampilan Praktik


6.1.

Prinsip dan keterampilan anamnesis

6.2.

Prinsip dan keterampilan pemeriksaan fisik

6.3.

Prinsip pemeriksaan penunjang

6.4.

Prinsip keterampilan terapeutik (lihat daftar keterampilan praktik)

6.5.

Prinsip kewaspadaan standar (standard precaution)

6.6.

Prinsip Kedaruratan pada praktik fisioterapi.

7. Area Kompetensi 7: Pengelolaan Masalah Kesehatan gerak dan fungsi


7.1.

Prinsip dasar praktik Fisioterapi.


a. Pendokumentasian informasi medik dan nonmedik
b. Prinsip dasar berbagai pemeriksaan penunjang diagnostik (laboratorium
sederhana, USG Muskuloskeletal, EMG, radiodiagnostik)
c. Clinical reasoning
d. Prinsip keselamatan pasien
e. Dasar-dasar penatalaksanaan penyakit (farmakologis dan nonfarmakologis)
f.

Prognosis

g. Pengertian dan prinsip evidence based practice


h. Critical appraisal dalam diagnosis dan terapi
i.

Rehabilitasi

j.

Tiga tingkat pencegahan masalah kesehatan gerak dan fungsi.

7.2.

Kebijakan dan manajemen kesehatan

7.3.

Standar Pelayanan Minimal (SPM)

7.4.

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) termasuk sistem rujukan

7.5.

Pembiayaan kesehatan

7.6.

Penjaminan mutu pelayanan kesehatan

7.7.

Pendidikan kesehatan

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 27

7.8.

Promosi kesehatan

7.9.

Konsultasi dan konseling

7.10.

Faktor risiko masalah kesehatan

7.11.

Epidemiologi

7.12.

Faktor risiko penyakit

7.13.

Surveilans

7.14.

Statistik kesehatan

7.15.

Prinsip pelayanan kesehatan primer dan berbagai tempat layanan.

7.16.

Prinsip interprofesionalisme dalam pendidikan kesehatan

7.17.

Jaminan atau asuransi kesehatan masyarakat.

7.18.

Pelayanan kepada pasien melalui akses langsung.

7.19.

Indikator kinerja dan ukuran hasil.

7.20.

Faktor-faktor sosial dan ekonomi yang berdampak pada kesehatan gerak dan fungsi
dan pemberian layanannya.

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 28

Lampiran 2 :
Daftar Masalah

Dalam melaksanakan praktik fisioterapi, fisioterapis bekerja berdasarkan keluhan atau masalah
pasien, kemudian dilanjutkan dengan penelusuran riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Dalam melaksanakan semua kegiatan tersebut, fisioterapis harus
memperhatikan kondisi pasien secara holistik dan komprehensif, juga menjunjung tinggi
profesionalisme serta etika profesi di atas kepentingan/ keuntungan pribadi. Selama pendidikan,
mahasiswa perlu dipaparkan pada berbagai masalah, keluhan/gejala tersebut, serta dilatih cara
menanganinya Setiap institusi harus menyadari bahwa masalah dalam pelayanan fisioterapi
tidak hanya bersumber dari pasien atau masyarakat, tetapi juga dapat bersumber dari pribadi
fisioterapis. Perspektif ini penting sebagai bahan pembelajaran dalam rangka membentuk
karakter fisioterapis Indonesia yang baik.

Tujuan
Daftar Masalah ini disusun dengan tujuan untuk menjadi acuan bagi institusi pendidikan
fisioterapi dalam menyiapkan sumber daya yang berkaitan dengan kasus dan permasalahan
kesehatan gerak dan fungsi sebagai sumber pembelajaran mahasiswa.

Sistematika
Daftar Masalah ini terdiri atas 2 bagian sebagai berikut:
Bagian I memuat daftar masalah kesehatan gerak dan fungsi baik aktual maupun potensial
pada individu dan masyarakat menimbulkan keluhan utama sehingga datang ke Fisioterapis.

Dalam melaksanakan praktik fisioterapi, fisioterapis berangkat dari keluhan atau masalah
pasien. Melalui penelusuran riwayat kesehatan gerak dan fungsi. pemeriksaan fisioterapi,
pemeriksaan tambahan, serta karakteristik pasien, keluarga dan lingkungannya. Fisioterapis
melakukan analis terhadap masalah kesehatan gerak dan fungsi tersebut untuk kemudian
menentukan tindakan dalam rangka penyelesaian masalah tersebut.

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 29

Daftar Masalah Kesehatan gerak dan fungsi.


1 Gangguan atensi
2 Gangguan otot-otot mata
3 Gangguan vestibular (fungsi sensori dari telinga dalam yang berhubungan dengan
posisi keseimbangan dan gerak)
4 Gangguan Sensasi yang berhubungan dengan fungsi pendengaran dan vestibular
5 Gangguan proprioceptif ( fungsi sensori dalam merasakan yang berhubungan
dengan posisi bagian tubuh )
6 Gangguan sentuh
7 Gangguan Sensasi nyeri
8 Gangguan reflek motorik
9 Gangguan reaksi gerak yang tidak disadari
10 Gangguan kendali gerak sadar
11 Gangguan pola langkah
12 Gangguan sensasi yang berhubungan dengan otot dan gerak
13 Gangguan gerak
14 Gangguan stabilisasi sendi
15 Gangguan mobilitas tulang
16 Gangguan kekuatan otot
17 Gangguan tonus otot
18 Gangguan daya tahan otot
19 Gangguan otot pernapasan
20 Gangguan toleransi latihan ( fungsi yang berhubungan dengan pernapasan dan
kapasitas jantung yang dibutuhkan untuk daya tahan fisik )
21 Gangguan mempertahankan berat badan
22 Gangguan keseimbangan air, mineral dan elektrolit
23 Gangguan termoregulasi
24 Gangguan perlindungan kulit
25 Gangguan perbaikan kulit
26 Gangguan menahan kencing
27 Gangguan laktasi
28 Gangguan Sensasi yang berhubungan dengan fungsi genital dan reproduksi.

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 30

Bagian II berisikan daftar masalah yang seringkali dihadapi fisioterapis terkait dengan
profesinya misalnya masalah etika, disiplin, hukum, dan aspek legal yang sering dihadapi oleh
fisioterapis dalam melakukan pelayanan.

Daftar masalah fisioterapis terkait dengan profesinya


Yang dimaksud dengan permasalahan terkait dengan profesi adalah segala masalah yang
muncul dan berhubungan dengan penyelenggaraan praktik fisioterapi. Permasalahan tersebut
dapat berasal dari pribadi fisioterapis, institusi kesehatan tempat dia bekerja, profesi kesehatan
yang lain, atau pihak-pihak lain yang terkait dengan pelayanan kesehatan. Bagian ini
memberikan

gambaran

umum

mengenai

berbagai

permasalahan

tersebut

sehingga

memungkinkan bagi para penyelenggaran pendidikan fisioterapi dapat mendiskusikannya dari


berbagai sudut pandang, baik dari segi profesionalisme, etika, disiplin, dan hukum.
Masalah Terkait Profesi Fisioterapis
1. Melakukan praktik/kerja fisioterapi tidak sesuai dengan kompetensinya
2. Melakukan praktik/kerja tanpa izin (tanpa SIPF/SIKF dan STR)
3. Melakukan praktik fisioterapi lebih dari tempat yang ditetapkan
4. Mengiklankan/mempromosikan diri dan institusi kesehatan yang tidak sesuai dengan
ketentuan Kode Etik Fisioterapi
5. Bertengkar dengan tenaga kesehatan lain atau dengan tenaga non-kesehatan di insitusi
pelayan kesehatan
6. Tidak melakukan informed consent dengan semestinya
7. Tidak mengikuti Prosedur Operasional Standar atau Standar Pelayanan Minimal yang
jelas
8. Tidak membuat dan menyimpan rekam medik sesuai dengan ketentuan yang berlaku
9. Membuka rahasia medis pasien kepada pihak yang tidak berkepentingan dan tidak
sesuai denga ketentuan yang berlaku
10. Melakukan tindakan yang tidak seharusnya kepada pasien, misalnya pelecehan
seksual, berkata kotor, dan lain-lain
11. Meminta imbal jasa yang berlebihan
12. Memberikan keterangan/kesaksian palsu di pengadilan
13. Melakukan tindakan yang tergolong malpraktik
14. Tidak memperhatikan keselamatan diri sendiri dalam melakukan tugas profesinya

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 31

15. Melanggar ketentuan institusi tempat bekerja (hospital bylaws, peraturan kepegawaian,
dll )
16. Melakukan praktik fisioterapi melebihi batas kewajaran dengan motivasi yang tidak
didasarkan pada keluhuran profesi dengan tidak memperhatikan kesehatan pribadi
17. Tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
18. Melakukan kejahatan asuransi kesehatan secara sendiri atau bersama dengan pasien
(misalnya pemalsuan hasil pemeriksaan, dan tindakan lain untuk kepentingan pribadi)
19. Pelanggaran disiplin profesi
20. Menggantikan praktik/ menggunakan pengganti praktik yang tidak memenuhi syarat
21. Melakukan tindakan yang melanggar hukum (termasuk ketergantungan obat, tindakan
kriminal/perdata, penipuan, dan lain-lain)
22. Merujuk pasien dengan motivasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi, baik kepada
profesi lain, laboratorium, klinik swasta, dan lain-lain

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 32

Lampiran 3
Daftar Keterampilan Praktik

STANDAR KOMPETENSI FISIOTERAPI INDONESIA


DAFTAR KETERAMPILAN PRAKTIK
Keterampilan Fisioterapi perlu dilatihkan sejak awal hingga akhir pendidikan fisioterapi secara
berkesinambungan. Dalam melaksanakan pekerjaannya dan atau praktik, lulusan pendidikan
fisioterapi harus menguasai keterampilan untuk melakukan proses fisioterapi mulai dari
pemeriksaan,

menentukan

diagnosis

fisioterapi,

maupun

melakukan

penatalaksanaan

fisioterapi sampai dokumentasi. Daftar Keterampilan fisioterapi ini disusun dari lampiran Daftar
Keterampilan Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia.
Kemampuan keterampilan fisioterapi di dalam standar kompetensi ini dapat ditingkatkan melalui
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dalam rangka menyerap perkembangan
ilmu dan teknologi fisioterapi yang diselenggarakan oleh organisasi profesi atau lembaga lain
yang diakreditasi oleh organisasi profesi, demikian pula untuk kemampuan keterampilan lain di
luar standar kompetensi fisioterapi yang telah ditetapkan.
TUJUAN
Daftar Keterampilan Fisioterapi ini disusun dengan tujuan untuk menjadi acuan bagi institusi
pendidikan fisioterapi dalam menyiapkan sumber daya yang berkaitan dengan keterampilan
minimal yang harus dikuasai oleh lulusan Fisioterapi.

SISTEMATIKA
Tingkat Kemampuan 1 (Mengetahui Dan Menjelaskan)
Lulusan fisioterapi mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek biomedik dan
psikososial keterampilan tersebut sehingga dapat menjelaskan kepada pasien/klien dan
keluarganya, teman sejawat, serta profesi lainnya tentang prinsip, indikasi, dan komplikasi yang
mungkin timbul. Keterampilan ini dapat dicapai mahasiswa melalui perkuliahan, diskusi,
penugasan, dan belajar mandiri, sedangkan penilaiannya dapat menggunakan ujian tulis.
Tingkat Kemampuan 2 (Memahami Teori Dan Teknik Pelaksanaan, Mampu Menjelaskan)
Lulusan fisioterapi menguasai pengetahuan teoritis dari keterampilan ini dengan penekanan

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 33

pada clinical reasoning dan problem solving serta berkesempatan untuk melihat dan mengamati
keterampilan

tersebut

dalam

bentuk

demonstrasi

atau

pelaksanaan

langsung

pada

pasien/masyarakat. Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 2 dengan menggunakan ujian


tulis pilihan berganda atau penyelesaian kasus secara tertulis dan/atau lisan (oral test).

Tingkat Kemampuan 3 ( Mampu Melaksanakan Dengan Kolaborasi/ Dibawah Supervisi)


Lulusan fisioterapi menguasai pengetahuan teori dan dapat melakukan keterampilan ini
dibawah supervisi atau dengan berkolaborasi termasuk latar belakang biomedik dan dampak
psikososial keterampilan tersebut, berkesempatan untuk melihat dan mengamati keterampilan
tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada pasien/masyarakat, serta
berlatih keterampilan tersebut pada alat peraga dan/atau standardized patient. Pengujian
keterampilan tingkat kemampuan 3 dengan menggunakan Objective Structured Clinical
Examination (OSCE) atau Objective Structured Assessment of Technical Skills (OSATS).

Tingkat Kemampuan 4 ( Mampu Melaksanakan Secara Mandiri)


Lulusan fisioterapi dapat melakukan keterampilannya secara mandiri dengan menguasai
seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah proses fisioterapi, komplikasi, dan pengendalian
komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat
kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment misalnya mini-CEX, portofolio,
logbook, dsb.
Tabel Matriks Tingkat Keterampilan Klinis, Metode Pembelajaran dan Metode Penilaian untuk
setiap tingkat kemampuan

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 34

Kriteria

Tingkat 1

Tingkat 2

Tingkat 3

Tingkat 4

Mampu melakukan
secara mandiri
Mampu melakukan dibawah supervisi

Tingkat
Keterampilan

Memahami clinical reasioning dan problem solving

Praktik

Mengetahui teori keterampilan


Melakukan pada pasien
Berlatih dengan alat peraga atau

Metode

pasien tersandar

Pembelajaran

Observasi langsung, demonstrasi


Perkuliahan, diskusi, penugasan, belajar mandiri

Metode Penilaian

Ujian tulis

Penyelesaian
kasus secara
tertulis dan atau
lisan (oral test)

Objective
Structured
Clinical
Examination
(OSCE)

Workbased Assessment
seperti mini-CEX,
portfolio, logbook, dsb

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 35

DAFTAR KETERAMPILAN PRAKTIK


KEMAMPUAN ASESSMEN

LEVEL
KOMPETENSI

Anamnesis

Pemeriksaan Kardiovaskuler/pulmoner

3.

Pemeriksaan muskuloskeletal

4.

Pemeriksaan Neuromuskuler

Pemeriksaan Integumen

Penilaian Kemampuan Komunikasi

Tes dan Pengukuran Kapasitas aerobic dan endurance:

Tes dan Pengukuran antropometrik

Tes dan Pengukuran Aorosal, atension, kognisi

10

Tes dan Pengukuran kebutuhan penggunaan keselamatan alinment,

dan pengepasan peralatan orthrose, prothese dan supportif


11

Tes dan Pengukuran sirkulasi (arteri, vena, limfatik)

12

Tes dan Pengukuran Integritas saraf kranial dan perifer

13

Tes dan Pengukuran penilaian hambatan lingkungan, rumah dan

pekerjaan (job / sekolah / bermain)


14

Tes dan Pengukuran Ergonomi dan mekanika tubuh

15

Tes dan Pengukuran Pola Langkah, jalan dan keseimbangan

16

Tes dan Pengukuran integritas integument

17

Tes dan Pengukuran integritas sendi dan mobilitas

18

Tes dan Pengukuran fungsi motorik (kontrol motor dan belajar motorik)

19

Tes dan Pengukuran kinerja otot

20

Tes dan Pengukuran pengembangan neuromotor dan sensori

integrasi
21

Tes dan Pengukuran perangkat orthotic

22

Tes dan Pengukuran nyeri

23

Tes dan Pengukuran postur

24

Tes dan Pengukuran Kebutuhan protese

25

Tes dan Pengukuran LGS (Lingkup Gerak Sendi)

26

Tes dan Pengukuran integritas refleks

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 36

27

Tes dan Pengukuran perawatan diri dan manajemen rumah

28

Tes dan Pengukuran integritas sensorik

29

Tes dan Pengukuran ventilasi dan respirasi / gas exchange

30

Tes dan Pengukuran kerja (job / sekolah / bermain), integrasi

masyarakat dan rekreasi


31

Deteksi dini dan Tumbuh Kembang

4
LEVEL

Intervensi

KOMPETENSI

Koordinasi, komunikasi dan dokumentasi

Instruksi Pasien / klien terkait

Terapi latihan
a. kapasitas aerobik / daya tahan dan rekondisi

aquatic programmes
pelatihan langkah dan gerak
peningkatan beban kerja dari waktu ke waktu
pelatihan Efisiensi gerakan dan konservasi energi
program laatihan berjalan dan penggunaan kursi roda
b. pelatihan keseimbangan, koordinasi dan ketangkasan;

Pelatihan pengembangan aktifitas


pelatihan atau pelatihan kembali fungsi motorik (motor control
dan motor learning)
edukasi atau re-edukasi neuromuskular
Pelatihan persepsi
pelatihan kesadaran postur
Pelatihan atau pelatihan ulang sensori
pendekatan latihan komplementer yang terstandar atau
terprogram,
Pelatihan performa /kinerja sesuai yang ditugaskan
Pelatihan vestibular
c.

Mekanika tubuh dan stabilisasi postur

Pelatihan mekanika tubuh


Pelatihan kontrol postur

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 37

Aktifitas stabilisasi postur


Pelatihan kesadaran postur
d.

Pelatihan pola langkah dan berjalan

Pelatihan aktifitas-aktifitas dalam perkembangan


Pelatihan pola jalan
Pelatihan persepsi
Pendekatan latihan komplementer yang terstandar dan
terprogram
Pelatihan kursi roda
e.

Neuromotor development training

Developmental activities training


Motor training
Movement pattern training
Neuromuscular education or re-education
f.

Relaksasi

Cara/ strategi bernafas


Cara/ strategi gerak
Teknik teknik rileksasi
Pendekatan latihan komplementer yang terstandar dan
terprogram
Pelatihan kekuatan, daya/ power dan ketahanan untuk otot otot

g.

kepala, leher, anggota gerak, panggul/ pelvic floor, tulang


belakang dan pernafasan

Latihan aktif dibantu, aktif dan resistif (termasuk konsentris,


dinamik/

isotonik,

eksentrik,

isokinetik,

isometrik

dan

terstandar

dan

plyometrik)

Program program latihan di air

Pendekatan

latihan

komplementer

yang

terprogram

Pelatihan performa /kinerja sesuai yang ditugaskan

Pelatihan fungsi dalam perawatan mandiri/ self-care dan aktifitas


rumah tangga:

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 38

a. Pelatihan Aktifitas Hidup harian/ activities of daily living (ADL)

b. Akomodasi atau modifikasi hambatan

c. Penggunaan perangkat, peralatan dan pelatihan

d. Program pelatihan Fungsional

e. Kegiatan instrumental hidup sehari-hari (IADL) pelatihan

f.

Pencegahan atau pengurangan cedera

pelatihan fungsional dalam pekerjaan (job / sekolah / bermain),


integrasi masyarakat dan rekreasi:

a. akomodasi atau modifikasi hambatan

b. perangkat dan penggunaan peralatan dan pelatihan

c. program pelatihan fungsional

d. pelatihan instrumental kegiatan hidup sehari-hari (IADL)

e. pencegahan atau pengurangan cidera

f. Pelatihan pada waktu luang

Tehnik manual therapy :


a. Manual lymphatic drainage

b. Akupreser

c. Manual traction

d. Massage

e. Mobilisasi / manipulasi

f. Passive range of motion

Penganjuran penggunaan barang-barang pabrik yang tepat,;


a.
b.
c.
d.
e.
f.

perangkat adaptif
alat-alat bantu
perangkat ortesa
Alat-alat protese (lower-extremity and upper-extremity)
Alat pencegahan
Alat-alat penyangga

3
4
4
4
4
4

Perawatan jalan napas,


a. Cara bernapas

b. teknik manual/mekanik

c.

Positioning

Tehnik perawatan dan penyembuhan kulit,

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 39

10

11

a. Debridement

b. Dressings

c. oxygen therapy

d. obat oles/ topical agents

Modalitas elektroterapi,
a.

biofeedback

b.

iontophoresis

c.

Stimulasi listrik

Modalitas fisik dan mekanik :


a.

physical agents

b.

mechanical modalities

Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia | 40

Vous aimerez peut-être aussi