Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
STANDAR KOMPETENSI
FISIOTERAPIS INDONESIA
2014
BAB I
PENDAHULUAN ..
BAB II
BAB III
BAB IV
10
BAB V
PENUTUP .
22
LAMPIRAN ..
23
23
29
33
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era global pada Milenium ke III yang ditandai dengan adanya proses liberalisasi dimana
intinya adalah persaingan bebas. Globalisasi membuat pergerakan sumber daya manusia
antar negara dihilangkan, dampaknya terhadap tenaga kerja termasuk fisioterapis bebas
bergerak antar negara. Dalam kondisi yang demikian hanya tenaga kerja yang berkualitas
baik saja yang akan dapat masuk antar negara untuk bersaing memasuki pasar kerja di
negara-negara lain. Kualitas tenaga kerja yang baik direpresentasikan dalam bentuk
kompetensi yang dimiliki didasarkan standar yang diakui secara Nasional, Regional, dan
Internasional.
Hasil pembangunan kesehatan nasional menunjukkan perbaikan pada berbagai
indikator, seperti peningkatan umur harapan hidup, penurunan angka kematian ibu karena
proses maternal, penurunan angka kematian bayi, dan sebagainya. Namun demikian masih
ada permasalahan yakni adanya disparitas derajat kesehatan, dan beban ganda penyakit
yakni makin meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular (Non Communicable
Disesase), sementara angka penyakit menular masih tinggi. Begitu pula dengan masalah
disabilitas yang membutuhkan perhatian yang lebih besar.
Dibanding 2007, riset kesehatan dasar 2013 menunjukkan fenomena kenaikan
prevalensi penyakit tidak menular, antara lain : sendi (24,7 %), cedera (8,2 %), asma (4,5
%), PPOK (3,7 %), DM (2,1 %), hipertensi (9,5 %), jantung koroner (1,5 %), gagal jantung
(0,3 %), stroke (12,1 ). Hal ini antara lain diakibatkan kurang gerak, pola hidup yang
serba duduk (sedentary living), dan kecelakaan akibat kerja.
Berdasarkan data tersebut diatas menunjukkan pergeseran penyakit dari penyakit
menular menjadi tidak menular dan degeneratif. Penyakit ini mengakibatkan permasalahan
pada gangguan gerak dan fungsi yang memerlukan peran fisioterapi baik dalam hal
promotive, preventive, restorative, maintenance dan wellness.
Menghadapi hal tersebut IFI bekerja sama dengan APTIFI (Asosiasi Pendidikan Fisioterapi
Indonesia) dan pihak terkait, berupaya meningkatkan mutu kinerja fisioterapis melalui
standarisasi kompetensi fisioterapi, dengan menyusun Standar Kompetensi Fisioterapi
Indonesia.
B. Landasan Hukum.
Standar Kompetensi Profesi Fisioterapi Indonesia disusun berlandaskan pada
1. Undang Undang 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas
2. Undang - undang 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
3. Undang Undang 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Undang Undang 12 tahun 2013 tentang Pendidikan Tinggi
5. PP 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
6. Perpres 32 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
C. Manfaat Standar Kompetensi Profesi Fisioterapi .
1. Bagi institusi pendidikan Fisioterapi
Sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum pendidikan fisioterapi sehingga terjadi
kesesuaian antara proses pembelajaran dengan kebutuhan masyarakat. Dengan
demikian meskipun kurikulum antar perguruan tinggi memiliki perbedaan , tetapi
fisioterapis yang dihasilkan dari berbagai institusi diharapkan memiliki kesetaraan dalam
penguasaan kompetensi.
2. Bagi Pengguna
Dengan Standar Kompetensi, pengguna ( pemerintah, industri, institusi pendidikan,
sekolah, dan institusi lain yang memerlukan fisioterapi) memiliki pedoman dalam
melakukan recruitmen fisioterapi. Khusus
pihak yang akan memberikan lisensi dapat mengetahui kompetensi apa yang telah
dikuasai seorang fisioterapis dan kompetensi apa yang perlu ditambahkan, sesuai
dengan kebutuhan spesifik di tempat kerja.
3. Bagi orang tua mahasiswa dan penyandang dana
Dengan standar kompetensi profesi fisioterapis Indonesia yang ada, orang tua
mahasiswa dan penyandang dana dapat mengetahui secara jelas kompetensi yang
akan dikuasai oleh mahasiswa.
4. Bagi mahasiswa
Standar Kompetensi Profesi Fisioterapis dapat digunakan oleh mahasiswa untuk
mengarahkan
proses
belajar
dan
pengembangan
dirinya,
karena
mahasiswa
mengetahui sejak awal kompetensi yang harus dikuasai di akhir pendidikan. Dengan
demikian proses pendidikan diharapkan dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
Kompetensi
Profesi
Fisioterapis
dapat
dijadikan
acuan
dalam
standar
Kompetensi
internasional
yang
direkomendasikan
oleh
World
BAB II
FISIOTERAPI DAN FISIOTERAPIS
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan profesional yang ditujukan pada gerak
fungsional individu dan atau kelompok mencakup promotif, preventif, restoratif, pemeliharaan
dan wellness sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara
manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi
dan komunikasi. Termasuk memberikan layanan dalam keadaan di mana gerak fungsional
terancam oleh penuaan, cedera, nyeri, penyakit, gangguan, kondisi atau faktor lingkungan.
Gerak fungsional adalah inti dari apa yang dimaksud sehat dalam fisioterapi.
Gerak terjadi pada sebuah kontinum dari tingkat mikroskopis sampai ke tingkat individu
dalam masyarakat. Gerak pada tingkat kontinum adalah saling tergantung. Pada setiap tingkat
kontinum ada potensi gerak maksimum yang dapat dicapai (MAMP=maximum achievable
movement potential) yang dipengaruhi oleh MAMP tingkat lain pada kontinum akibat respon
fisik, sosial, psikologis dan faktor lingkungan. Dalam batas-batas MAMP, masing-masing
individu memiliki kemampuan gerak fungsional (PMC=preferred movement capability) dan
kemampuan gerak aktual (CMC=current movement capability) yang pada keadaan normal
seharusnya adalah sama. Faktor patologis dan perkembangan memiliki potensi untuk
mengubah MAMP dan / atau membuat perbedaan antara PMC dan CMC. Fokus dari
Fisioterapi adalah untuk meminimalkan perbedaan antara PMC dan CMC baik faktual maupun
potensial.
Dalam kajian Filsafat Ilmu dirumuskan bahwa sebagai Obyek materia dari Fisioterapi
adalah manusia baik sebagai individu maupun kelompok. Sedangkan sebagai Obyek Forma
fisioterapi yang dapat membedakan dengan ilmu lain adalah Gerak Fungsional. Postulat,
merupakan asumsi dasar ditetapkan bahwa setiap individu mempunyai kebutuhan untuk dapat
melaksanakan tugas, fungsi dan kewajibannya. Prinsip Fisoterapi, adalah setiap tindakan
untuk memaksimalkan potensi gerak atau meminimalkan selisih gerak aktual dan gerak
fungsional.
individu ditetapkan bahwa setiap individu memiliki gerak potensial yang dapat dilatih dan
dikembangkan.
Fisioterapis
adalah
seseorang
yang
telah
dengan peraturan perundangan yang berlaku dan kepadanya diberikan kewenangan tertulis
untuk melakukan praktik fisioterapi atas dasar kompetensi yang dimilikinya sesuai dengan
BAB III
SISTEMATIKA STANDAR KOMPETENSI FISIOTERAPI INDONESIA
Area Kompetensi. Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia terdiri atas 7 (tujuh) area
kompetensi yang diturunkan dari gambaran tugas, peran, dan fungsi Fisioterapi. Setiap area
kompetensi ditetapkan definisinya, yang disebut kompetensi inti. Setiap area kompetensi
dijabarkan menjadi beberapa komponen kompetensi, yang dirinci lebih lanjut menjadi
kemampuan yang diharapkan di akhir pendidikan.
Secara skematis, susunan Standar Kompetensi Profesi Fisioterapis Indonesia dapat
digambarkan pada Gambar 1.
Area Kompetensi
Kompetensi Inti
Komponen kompetensi
Standar Kompetensi Profesi Fisioterapi Indonesia ini dilengkapi dengan Daftar Pokok Bahasan,
Daftar Masalah, dan Daftar Keterampilan Praktik. Fungsi utama ketiga daftar tersebut sebagai
acuan bagi institusi pendidikan fisioterapi dalam mengembangkan kurikulum institusional.
Daftar Pokok Bahasan, memuat pokok bahasan dalam proses pembelajaran untuk mencapai
7 area kompetensi. Materi tersebut dapat diuraikan lebih lanjut sesuai bidang ilmu yang terkait,
dan dipetakan sesuai dengan struktur kurikulum masing-masing institusi.
Daftar Masalah, berisikan daftar masalah kesehatan gangguan gerak dan fungsi yang sering
dijumpai dalam pelayanan fisioterapi dan daftar masalah yang seringkali dihadapi fisioterapis
terkait dengan profesinya misalnya masalah etika, disiplin, hukum, dan aspek legal yang sering
dihadapi oleh fisioterapis dalam melakukan pelayanan. Daftar masalah ini memberikan arah
bagi institusi pendidikan fisioterapi untuk mengidentifikasikan isi kurikulum. Pada setiap
masalah telah ditentukan tingkat kemampuan yang diharapkan, sehingga memudahkan bagi
institusi pendidikan fisioterapi untuk menentukan kedalaman dan keluasan dari isi kurikulum.
Daftar Keterampilan Praktik, berisikan keterampilan praktik yang perlu dikuasai oleh
fisioterapis. Pada setiap keterampilan telah ditentukan tingkat kemampuan yang diharapkan.
Daftar ini memudahkan institusi pendidikan fisioterapi untuk menentukan materi dan sarana
pembelajaran keterampilan praktik.
BAB IV
STANDAR KOMPETENSI FISIOTERAPI INDONESIA
A. Area Kompetensi
Kompetensi dibangun dengan pondasi yang terdiri atas Profesionalitas bernilai luhur,
Kesadaran Diri dan pengembangan profesional, Komunikasi efektif dan ditunjang oleh
pilar berupa Manajemen Informasi, landasan ilmiah ilmu Fisioterapi, keterampilan
praktik, dan penyelesaian masalah kesehatan gerak dan fungsi. Oleh karena itu area
kompetensi disusun dengan urutan sebagai berikut informasi:
1. Profesionalitas bernilai luhur
2. Kesadaran Diri dan pengembangan profesional
3. Komunikasi efektif
4. Manajemen Informasi
5. Landasan Ilmiah Ilmu Fisioterapi
6. Keterampilan Praktik
7. Penyelesaian masalah kesehatan Gerak dan Fungsi
Keterampilan Praktik
Manajemen Informasi
KOMPETENSI
KOMUNIKASI EFEKTIF
MAWAS DIRI DAN PENGEMBANGAN DIRI
PROFESIONALITAS BERNILAI LUHUR
B. Komponen kompetensi
Profesionalitas bernilai luhur
1. Berke-Tuhanan Yang Maha Esa
2. Disiplin, bermoral dan beretika
3. Sadar dan taat hukum
4. Berwawasan sosial budaya
5. Bersikap dan berperilaku professional
Kesadaran Diri dan pengembangan profesional
1. Menerapkan mawas diri
2. menerapkan prinsip belajar sepanjang hayat
3. Mengembangkan pengetahuan
Komunikasi efektif
1. Berkomunikasi dengan pasien dan keluarga
2. Berkomunikasi dengan mitra kerja
3. Berkomunikasi dengan masyarakat
Manajemen Informasi
1. Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan
2. Mendiseminasikan informasi dan pengetahuan secara efektif kepada profesional
kesehatan, pasien, masyarakat dan pihak terkait untuk peningkatan mutu pelayanan
kesehatan
Keterampilan Praktik
1. Melakukan praktek berbasis patient safety
2. Melakukan pemeriksaan / penilaian yang komprehensif dari pasien untuk
menentukan kebutuhan pasien.
b)
upaya
kesehatan
komplementer
dan
alternatif
yang
Integrity (integritas)
j)
Teamwork (bekerjasama)
b)
c)
d)
Menerima dan merespons positif umpan balik dari pihak lain untuk
pengembangan diri
b)
3. Komunikasi efektif
a.
Kompetensi Inti
Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal dengan
pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi lain.
b.
4. Manajemen Informasi
a. Kompetensi Inti
Mampu memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan
dalam praktik Fisioterapi.
b. Lulusan Fisioterapi Mampu
1) Mengakses dan menilai informasi dan pengetahuan
a) Memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan
untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan gerak dan fungsi.
b) Memanfaatkan keterampilan pengelolaan informasi kesehatan untuk dapat
belajar sepanjang hayat
2) Mendiseminasikan informasi dan pengetahuan secara efektif kepada profesi
kesehatan lain, pasien, masyarakat dan pihak terkait untuk peningkatan mutu
pelayanan kesehatan gerak dan fungsi.
Memanfaatkan keterampilan pengelolaan informasi untuk diseminasi informasi
dalam bidang kesehatan.
5. Landasan Ilmiah Ilmu Fisioterapi
a. Kompetensi Inti
Mampu menyelesaikan masalah gerak dan fungsi serta masalah kesehatan
berdasarkan landasan ilmiah ilmu Fisioterapi dan kesehatan terkini untuk
mendapat hasil optimum.
b. Lulusan Fisioterapi Mampu
Melakukan analisa dan sintesa kondisi pasien dengan:
1)
2)
Menerapkan
applied
4)
5)
6)
7)
8)
Mempertimbangkan
kemampuan
dan
kemauan
pasien,
bukti
ilmiah
terjadinya
aktivitas
limitations),
hambatan
partisipasi
(participation
bukti
untuk
menginformasikan
praktik
dan
untuk
d)
wellness,
kualitas
hidup,
hidup
mandiri
dan
kebugaran,
wellness,
penyakit,
penurunan
nilai,
e) Pengakhiran /discharge:
(1) Mampu mengidentifikasi tanda tanda terminasi intervensi
(2) Mampu merencanakan, mempersiapkan dan melaksanakan terminasi
intervensi
masyarakat
secara
komprehensif,
holistik,
terpadu
dan
b)
b)
c)
b)
c)
Menginterpretasi
data
kesehatan
masyarakat
dalam
rangka
komunitas
d)
e)
dan
keterbatasan
fungsi)
dengan
memperhatikan
prinsip
keselamatan pasien.
f)
g)
h)
Menulis resep latihan dan alat bantu secara bijak dan rasional (tepat
indikasi, cara pemberian, serta sesuai kondisi pasien), jelas, lengkap, dan
dapat dibaca.
i)
Mengidentifikasi
berbagai
indikator
keberhasilan
terapi,
memonitor
k)
Melakukan rehabilitasi fisik, fungsi dan sosial pada individu, keluarga, dan
masyarakat
l)
mengelola
masalah
4)
b)
Bekerja sama dengan profesi dan sektor lain dalam rangka pemberdayaan
masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan terkait gerak dan fungsi
5)
a)
b)
c)
6)
BAB IV
PENUTUP
Dalam melaksanakan praktik pelayanan fisioterapi, fisioterapis Indonesia harus memiliki
kompetensi sesuai dengan standar kompetensi fisioterapi Indonesia yang telah ditetapkan.
Standar kompetensi fisioterapi tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam
menyusun kurikulum pendidikan fisioterapi dan menjalankan praktik fisioterapi sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang berwenang.
Lampiran 1
Daftar Pokok Bahasan
1.2.
Agama sebagai nilai moral yang menentukan sikap dan perilaku manusia
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.
1.7.
1.8.
1.9.
1.10.
1.11.
1.12.
1.13.
1.14.
1.15.
1.16.
Permasalahan
etikomedikolegal
dalam
pelayanan
kesehatan
dan
cara
pemecahannya
1.17.
1.18.
1.19.
1.20.
Fisioterapi sebagai bagian dari masyarakat umum dan masyarakat profesi (IFI
dan organisasi profesi lain yang berkaitan dengan profesi Fisioterapi)
2.2.
2.4.
Problem solving
2.5.
3.2.
3.3.
Teknik fasilitasi pada situasi yang sulit, misalnya pasien marah, sedih,
3.5.
3.6.
4.2.
Metode riset dan aplikasi statistik untuk menilai kesahihan informasi ilmiah
4.3.
4.4.
4.5.
Teknik diseminasi informasi dalam bidang kesehatan baik lisan maupun tulisan
dengan menggunakan media yang sesuai
5.2
5.3 .
5.4.
Etika Fisioterapi
5.5.
5.6.
5.7.
5.8.
5.9.
5.10.
6.2.
6.3.
6.4.
6.5.
6.6.
Prognosis
Rehabilitasi
j.
7.2.
7.3.
7.4.
7.5.
Pembiayaan kesehatan
7.6.
7.7.
Pendidikan kesehatan
7.8.
Promosi kesehatan
7.9.
7.10.
7.11.
Epidemiologi
7.12.
7.13.
Surveilans
7.14.
Statistik kesehatan
7.15.
7.16.
7.17.
7.18.
7.19.
7.20.
Faktor-faktor sosial dan ekonomi yang berdampak pada kesehatan gerak dan fungsi
dan pemberian layanannya.
Lampiran 2 :
Daftar Masalah
Dalam melaksanakan praktik fisioterapi, fisioterapis bekerja berdasarkan keluhan atau masalah
pasien, kemudian dilanjutkan dengan penelusuran riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Dalam melaksanakan semua kegiatan tersebut, fisioterapis harus
memperhatikan kondisi pasien secara holistik dan komprehensif, juga menjunjung tinggi
profesionalisme serta etika profesi di atas kepentingan/ keuntungan pribadi. Selama pendidikan,
mahasiswa perlu dipaparkan pada berbagai masalah, keluhan/gejala tersebut, serta dilatih cara
menanganinya Setiap institusi harus menyadari bahwa masalah dalam pelayanan fisioterapi
tidak hanya bersumber dari pasien atau masyarakat, tetapi juga dapat bersumber dari pribadi
fisioterapis. Perspektif ini penting sebagai bahan pembelajaran dalam rangka membentuk
karakter fisioterapis Indonesia yang baik.
Tujuan
Daftar Masalah ini disusun dengan tujuan untuk menjadi acuan bagi institusi pendidikan
fisioterapi dalam menyiapkan sumber daya yang berkaitan dengan kasus dan permasalahan
kesehatan gerak dan fungsi sebagai sumber pembelajaran mahasiswa.
Sistematika
Daftar Masalah ini terdiri atas 2 bagian sebagai berikut:
Bagian I memuat daftar masalah kesehatan gerak dan fungsi baik aktual maupun potensial
pada individu dan masyarakat menimbulkan keluhan utama sehingga datang ke Fisioterapis.
Dalam melaksanakan praktik fisioterapi, fisioterapis berangkat dari keluhan atau masalah
pasien. Melalui penelusuran riwayat kesehatan gerak dan fungsi. pemeriksaan fisioterapi,
pemeriksaan tambahan, serta karakteristik pasien, keluarga dan lingkungannya. Fisioterapis
melakukan analis terhadap masalah kesehatan gerak dan fungsi tersebut untuk kemudian
menentukan tindakan dalam rangka penyelesaian masalah tersebut.
Bagian II berisikan daftar masalah yang seringkali dihadapi fisioterapis terkait dengan
profesinya misalnya masalah etika, disiplin, hukum, dan aspek legal yang sering dihadapi oleh
fisioterapis dalam melakukan pelayanan.
gambaran
umum
mengenai
berbagai
permasalahan
tersebut
sehingga
15. Melanggar ketentuan institusi tempat bekerja (hospital bylaws, peraturan kepegawaian,
dll )
16. Melakukan praktik fisioterapi melebihi batas kewajaran dengan motivasi yang tidak
didasarkan pada keluhuran profesi dengan tidak memperhatikan kesehatan pribadi
17. Tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
18. Melakukan kejahatan asuransi kesehatan secara sendiri atau bersama dengan pasien
(misalnya pemalsuan hasil pemeriksaan, dan tindakan lain untuk kepentingan pribadi)
19. Pelanggaran disiplin profesi
20. Menggantikan praktik/ menggunakan pengganti praktik yang tidak memenuhi syarat
21. Melakukan tindakan yang melanggar hukum (termasuk ketergantungan obat, tindakan
kriminal/perdata, penipuan, dan lain-lain)
22. Merujuk pasien dengan motivasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi, baik kepada
profesi lain, laboratorium, klinik swasta, dan lain-lain
Lampiran 3
Daftar Keterampilan Praktik
menentukan
diagnosis
fisioterapi,
maupun
melakukan
penatalaksanaan
fisioterapi sampai dokumentasi. Daftar Keterampilan fisioterapi ini disusun dari lampiran Daftar
Keterampilan Standar Kompetensi Fisioterapi Indonesia.
Kemampuan keterampilan fisioterapi di dalam standar kompetensi ini dapat ditingkatkan melalui
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dalam rangka menyerap perkembangan
ilmu dan teknologi fisioterapi yang diselenggarakan oleh organisasi profesi atau lembaga lain
yang diakreditasi oleh organisasi profesi, demikian pula untuk kemampuan keterampilan lain di
luar standar kompetensi fisioterapi yang telah ditetapkan.
TUJUAN
Daftar Keterampilan Fisioterapi ini disusun dengan tujuan untuk menjadi acuan bagi institusi
pendidikan fisioterapi dalam menyiapkan sumber daya yang berkaitan dengan keterampilan
minimal yang harus dikuasai oleh lulusan Fisioterapi.
SISTEMATIKA
Tingkat Kemampuan 1 (Mengetahui Dan Menjelaskan)
Lulusan fisioterapi mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek biomedik dan
psikososial keterampilan tersebut sehingga dapat menjelaskan kepada pasien/klien dan
keluarganya, teman sejawat, serta profesi lainnya tentang prinsip, indikasi, dan komplikasi yang
mungkin timbul. Keterampilan ini dapat dicapai mahasiswa melalui perkuliahan, diskusi,
penugasan, dan belajar mandiri, sedangkan penilaiannya dapat menggunakan ujian tulis.
Tingkat Kemampuan 2 (Memahami Teori Dan Teknik Pelaksanaan, Mampu Menjelaskan)
Lulusan fisioterapi menguasai pengetahuan teoritis dari keterampilan ini dengan penekanan
pada clinical reasoning dan problem solving serta berkesempatan untuk melihat dan mengamati
keterampilan
tersebut
dalam
bentuk
demonstrasi
atau
pelaksanaan
langsung
pada
Kriteria
Tingkat 1
Tingkat 2
Tingkat 3
Tingkat 4
Mampu melakukan
secara mandiri
Mampu melakukan dibawah supervisi
Tingkat
Keterampilan
Praktik
Metode
pasien tersandar
Pembelajaran
Metode Penilaian
Ujian tulis
Penyelesaian
kasus secara
tertulis dan atau
lisan (oral test)
Objective
Structured
Clinical
Examination
(OSCE)
Workbased Assessment
seperti mini-CEX,
portfolio, logbook, dsb
LEVEL
KOMPETENSI
Anamnesis
Pemeriksaan Kardiovaskuler/pulmoner
3.
Pemeriksaan muskuloskeletal
4.
Pemeriksaan Neuromuskuler
Pemeriksaan Integumen
10
12
13
15
16
17
18
Tes dan Pengukuran fungsi motorik (kontrol motor dan belajar motorik)
19
20
integrasi
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
4
LEVEL
Intervensi
KOMPETENSI
Terapi latihan
a. kapasitas aerobik / daya tahan dan rekondisi
aquatic programmes
pelatihan langkah dan gerak
peningkatan beban kerja dari waktu ke waktu
pelatihan Efisiensi gerakan dan konservasi energi
program laatihan berjalan dan penggunaan kursi roda
b. pelatihan keseimbangan, koordinasi dan ketangkasan;
Relaksasi
g.
isotonik,
eksentrik,
isokinetik,
isometrik
dan
terstandar
dan
plyometrik)
Pendekatan
latihan
komplementer
yang
terprogram
f.
b. Akupreser
c. Manual traction
d. Massage
e. Mobilisasi / manipulasi
perangkat adaptif
alat-alat bantu
perangkat ortesa
Alat-alat protese (lower-extremity and upper-extremity)
Alat pencegahan
Alat-alat penyangga
3
4
4
4
4
4
b. teknik manual/mekanik
c.
Positioning
10
11
a. Debridement
b. Dressings
c. oxygen therapy
Modalitas elektroterapi,
a.
biofeedback
b.
iontophoresis
c.
Stimulasi listrik
physical agents
b.
mechanical modalities