Vous êtes sur la page 1sur 13

ALAT PERONTOK PADI TRADISIONAL, MANUAL, SEDERHANA,

SEMI MODERN, MESIN, DAN MODERN


1. Alat perontok padi tradisional
a. Alat pemetik padi ani-ani
Ani-ani atau ketam adalah sebuah pisau kecil yang dipakai untuk memanen padi.
Dengan ani-ani tangkai bulir padi dipotong satu-satu, sehingga proses ini memakan banyak
pekerjaan dan waktu, namun keuntungannya ialah bulir padi yang belum masak tidak ikut
terpotong, berbeda dengan penggunaan sebuah sabit atau arit, tidak semua batang ikut
terpotong.

Ani-ani
Pada zaman dahulu mayoritas petani kita memetik padi dengan menggunakan alat ani-ani
karena waktu itu padi masih belum bisa tua menguning secara bersamaan, tidak seperti
sekarang yang mana dengan teknik penanaman, pemupukan, dan lain sebagainya sehingga
padi dapat menguning secara serentak. Penggunaan alat ani-ani merupakan proses awal
memanen padi, adapun setelah tangkai padi dipetik dan dikumpulkan kemudian untuk
memisahkan bulir padi dari batangnya adalah dengan alat pemukul seperti kayu ( pada
umumnya menggunakan alu ), kemudian agar buliran padi tidak ada yang tersisa di
tangkainya maka proses selanjutnya digilas manual dengan kaki.
Saat ini ani-ani masih sering digunakan oleh para petani/buruh tani yaitu untuk
memanen/memetik padi ketan. Walaupun ada juga yang memanen ketan dengan alat perontok
modern.
b. Alat Sabit
Sabit merupakan alat umum yang dipakai oleh petani, baik dalam bentuk sabit bergerigi
maupun sabit tidak bergerigi (biasa), dimana cara kegiatan panen dan perontokan merupakan
satu paket (on farm) dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Apabila proses perontokan dilakukan dengan cara di-iles (foot trampling), maka malai
padi dipotong pendek (jerami plus malai 3: 30 cm), tetapi apabila perontokan
dilakukan dengan cara dibanting (gebot), padi dipotong panjang (jerami plus malai 75
cm). Untuk metode potong pendck masih akan dibutuhkan tambahan pekerjaan
pembersihan tegakan j erami yang masih tertinggal di lapangan.
2. Apabila dipakai mesin perontok Thresher, metode potong panjang dilakukan untuk
thresher dengan cara hold on (batang padi dipegang oleh tangan dan yang dirontok
bagaian malainya). Sedangkan metode potong pendek digunakan untuk thresher
dengan cara throw in (seluruh batang padi diumpankan masuk ke mesin thresher
tanpa dipegang oleh tangan).
3. Letak lokasi sawah, jauh dekatnya dengan rumah petani, akan menjadi pertimbangan
apakah padi akan dirontok di sawah atau akan dirontok di rumah.
4. Dikenal ada dua cara pembayaran ongkos tenaga kerja pemanen, yaitu kcrja harian
(dibayar dengan uang plus konsumsi) dan kerja borongan atau bawon (dibayar
berdasarkan persentase gabah yang dihasilkan). Pada kerja borongan (bawon) dikenal
istilah 1 banding 7, aninya untuk sejumlah 7 kaleng gabah, maka enam kaleng gabah
untuk pernilik, satu kaleng untuk upah kerja borongan (bawon).
Berdasarkan variasi jumlah gerigi pada bilah pisau, sabit bergerigi dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) yaitu : (a) Gerigi halus, lebih dari 16 gerigi dalam 1 inchi ; (b) Gerigi sedang,
14 s/d 16 gerigi dalam 1 inchi ; (c) Gerigi kasar, kurang dari 14 gerigi dalarn 1
inchi.

Penggunaan alat sabit bergerigi mempunyai keunggulan dibanding dengan penggunaan sabit
biasa. Petani yang sudah terbiasa menggunakan sabit bergerigi akan mcrasakan perbedaan
yang signikan dibanding mcnggunakan sabit non bergerigi. Sabit bergerigi semakin sering
dipakai akan semakin tajam pisau geriginya. Dari hasil penelitian
menyebutkan bahwa pada saat proses panen terdapat pengaruh signikan penggunaan sabit
bergerigi dcngan sabit non bergcrigi tcrhadap detak jantung petani, sabit bergerigi lebih
berpihak kepada kesehatan.
c. Alat perontok padi papan kayu untuk gepyok

Proses penggunaan perontok padi manual tradisional dilakukan setelah semua batang
padi sudah dibabat dengan menggunakan sabit/arit. Memanen padi dengan sabit lebih cepat
daripada dengan alat ani-ani. Setelah batang padi telah dibabat, langkah selanjutnya yaitu
memisahkan bulir padi dari tangkainya dengan cara merontokkannya menggunakan alat
sederhana yakni papan gebyok yang terbuat dari kayu. Prosesnya dengan cara manual yakni
dengan memukulkan batang padi pada papan kayu, proses memukulkan batang/tangkai padi
ke papan kayu sering disebut dengan istilah gepyok padi.

2. Alat perontok padi modern


a. Alat perontok padi system otel ( semi modern )

Alat Perontok Padi System Otelan


Alat perontok padi ini sebenarnya sudah cukup memudahkan dan mempercepat proses
perontokkan padi. Namun dalam desain alatnya baru memakai teknologi sederhana yakni
dengan memanfaatkan roda berporos atau system otel sehingga para perontok harus terus
menggayuh otelan yang ada pada kanan dan kiri bawah alat perontok padi ini.

Proses Merontok Padi


a. Alat perontok padi mesin sederhana
Model atau bentuk alat perontok padi mesin sebenarnya mirip alat perontok padi sistem otel,
bedanya hanya pada sistem penggeraknya.

Alat Perontok Padi Mesin via


b. Alat perontok padi mesin modern
Jenis alat perontok padi mesin modern banyak sekali jenis dengan berbagai merknya. Di
bawah ini salah satu contoh mesin perontok padi modern.

PENGERTIAN ILMU TEKNIK PERTANIAN DAN MEKANISASI PERTANIAN


1. Teknik Pertanian (agricultural engineering)
Pada pilihan pertama, masuk teknik pertanian, yang merupakan pemahaman baru
aspek teknik tentang bagaimana dan mengapa cara bekerjanya berikut penjelasan secara
ilmiah tentang manipulasi budidaya reproduksi pertanian (sumberdaya hayati dan biofisik
lingkungan).

Terminologi teknik pertanian sebagai padanan agricultural engineering

dikenalkan di Indonesia pada paruh 1990-an, bersamaan dengan pengenalan dan penggunaan

traktor untuk program intensifikasi pertanian.

Soeprodjo (1994) membuat rumusan

keilmuan mengenai teknik pertanian sebagai berikut; ilmu praktik-empirik yang


bersifat pragmatik finalistik yang dilandasi faham mekanistik vitalistik dalam
penerapan produksi dan pemanfaatan biomassa dengan menekankan pada obyek
formal kerekayasaan dalam pengadaan peralatan, bangunan pengendalian lingkungan
dan sistem produksi.
Bidang cakupan teknik pertanian antara lain sebagai berikut,
-

Alat dan mesin budidaya pertanian, mempelajari dan bergiat dalam penggunaan ,

pemeliharaan, dan pengembangan alat dan mesin budidaya pertanian.


Teknik tanah dan air, menelaah persoalan yang berhubungan dengan irigasi, pengawetan

dan pelestarian sumber tanah dan sumberdaya air.


Energi dan elektrifikasi pertanian, mencakup prinsip-prinsip teknologi energi dan daya

seta penerapannya untuk kegiatan pertanian.


Lingkungan dan bangunan pertanian, mencakup masalah yang berkaitan dengan
perancangan dan konstruksi bangunan khusus untuk keperluan pertanian, termasuk unit
penyimpanan tanaman dan peralatan, pusat pengolahan dan sistem pengendalian iklim

serta sesuai keadaan lingkungan.


Teknik pengolahan pangan dan hasil pertanian, penggunaan mesin untuk menyiapkan
hasil pertanian, baik untuk disimpan atau digunakan sebagai bahan pangan atau
penggunaan lain.
Perkembangan ilmu sistem pada tahun 1980-an memberikan imbas pada bidang

teknik pertanian, dengan berkemabangnya ranah sistem dan manajemen mekanisasi


pertanian, yang merupakan penerapan manajemen dan analisis sistem untuk
penerapan mekanisasi pertanian.
Penerapan ilmu sistem secara lebih khusus sangat menopang perkembangan teknologi
pertanian sebagai kegiatan industri, dalam cabang/subspecies atau bahkan hibrida ilmu teknik
sistem industri (industrial system engineering), yang dikemudian hari menjadi landasan
teknologi industri pertanian (Mangunwidjaja, 1998).
Perkembangan berikutnya, pada abad ke-20 menuju abad ke-21 berkaitan dengan
ilmu komputasi, teknologi pembantu otak dan otot lewat sistem control, sisem pakar,
kecerdasan buatan (AI, artificial intelegency) berupa penerapan robot pada sistem pertanian,
menjadikan teknik pertanian berkembang menjadi sistem teknik pertanian (agricultural
systems engineering) dengan beberapa cabang antara lain precission farming. Obyek
formalnya sendiri yang berupa kegiatan reproduksi flora dan fauna serta biota akuatik,
didekati lebih luas sebagai sistem hayati/biologis (biological systems) dengan orientasi
pemecahan masalah pertanian secara holistik dan kompleks dengan pendekatan bersistem.

Dalam pendekatan ini sumberdaya hayati berupa mikroba (mikroorganisme) ikut dijadikan
obyek formal dalam produksi dan peningkatan biomassa. Di beberapa perguruan tinggi di
Amerika Serikat dan Jepang, program-program studi atau departemen yang dulu bernama
Teknik Pertanian kini berganti baju dengan nama Teknik Sistem Biologis (Biological System
Engineering).
2. Teknologi Hasil Pertanian
Sebagaimana pilihan pertama, pada kegiatan pascapanen dan pengolahan hasil
pertanian, juga tidak luput dari pengaruh perkembangan ilmu-ilmu dasar dan ilmu
teknik serta manajemen. Teknik kimia, dan pada perkembangan selanjutnya teknik
biokimia, menjadi landasan dari teknologi pengolahan hasil pertanian atau teknologi
proses, yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip kimia/biokimia, fisika dalam
penanganan, pengolahan, dan peningkatan nilai tambah hasil pertanian.

Hasil

pertanian (nabati atau hewani) sebagai hasil olahan sesuai penggunaannya dapat
merupakan bahan pangan untuk dikonsumsi langsung maupun bahan non-pangan
yang digunakan untuk bahan baku industri.
Bahan pangan sebagai salah satu kebutuhan primer manusia, sangat intensif dijadikan
kajian sebagai obyek formal ilmu teknik dan ditopang dengan tuntunan industri, terutama di
Negara maju. Kondisi ini melahirkan subspecies atau bahkan hibrida dari teknologi proses,
yaitu teknologi pangan, yang merupakan penerapan ilmu dasar (kimia, fisika, dan
mikrobiologi) serta prinsip-prinsip teknik (engineering), ekonomi dan manajemen pada
seluruh mata rantai penggarapan bahan pangan dari sejak dipanen sampai menjadi
hidangan (Anonim, 2003). Definisi lebih awal dikemukakan oleh Livingstone dan Solberg
(1978) yang mengemukakan teknologi pangan merupakan penerapan ilmu dan teknik
pada penelitian, produksi, pengolahan, distribusi, penyimpanan pangan berikut
pemanfaatannya. Ilmu terapan yang menjadi landasan pengembangan teknologi pangan,
meliputi ilmu pangan, kimia pangan, mikrobiologi pangan, fisika pangan, dan teknik proses.
Ilmu pangan merupakan penerapan dasar-dasar biologi, kimia, fisika dan teknik
dalam mempelajari sifat-sifat bahan pangan, penyebab kerusakan pangan, dan prinsip-prinsip
yang mendasari pengolahan Powrie (1977) mendefinisikan ilmu pangan sebagai pengetahuan
tentang sifat-sifat kimia, fisika, structural, nutrisional, toksikologik, mikrobiologis, dan
organoleptik dari bahan pangan serta perubahan-perubahan yang terjadi selama penanganan
bahan mentah, pengolahan, pengawetan, dan penyimpanan.
Kimia pangan mencakup aspek dasar, penerapan, dan pengembangan dalam
penentuan komposisi kimiawi secara kualitatif dan kuantitatif dan telaahan reaksi
kimia/biokimia yang terjadi sejak bahan dipanen sampai siap dikonsumsi.

Mikrobiologi pangan mencakup penelaahan mikroba yang berperan dalam kerusakan,


penanganan dan pengawetan bahan pangan, sanitasi, penerapan mikrobiologi di industri serta
aspek keamanan pangan (food safety). Perkembangan bioteknologi yang pesat di tahun
1980-an menjadi wahana yang sangat tepat bagi penerapannya di pangan dan dikenal sebagai
bioteknologi pangan yang memfokuskan pada penerapan bioproses untuk produksi,
pengawetan, atau peningkatan nilai tambah pangan.
Penelaahan tentang nutrisi pangan dan metabolisme yang terjadi pada bahan pangan
yang dikonsumsi oleh manusia menjadi cakupan gizi pangan. Bidang ini juga mempelajari
dan mengembangkan teknik evaluasi gizi pangan secara in vivo maupun in vitro, evaluasi
toksisitas, zat anti gizi alami, seta bahan pangan dan upaya penanganannya.
3. Teknologi Industri Pertanian
Kegiatan hilir dari pertanian, berupa penanganan, pengolahan, dan distribusi serta
pemasaran yang semula secara sederhana tercakup dalam teknologi hasil pertanian,
berkembang menjadi lebih luas dengan pendekatan dari sistem industri. Perkembangan ini
sejalan dengan perkembangan disiplin teknik industri (industrial engineering). Di Indonesia,
teknik industri berkembang pesat di paruh 1980-an, meskipun embrio teknik industri sejak
tahun 1958 telah dirintis sebagai bagian dari teknik mesin di ITB (Taroepratjeka, 2001).
Teknik industri sendiri pada perkembangannya menjadi teknik sistem industri (industrial
system engineering) yang diterapkan untuk obyek formal kegiatan atau sistem agroindustri
melahirkan teknologi industri pertanian menjadi bidang ketiga pada lingkup teknologi
pertanian. Teknologi industri pertanian secara formal dijadikan kajian ilmiah dengan rintisan
pembukaan jurusan Teknologi Industri Pertanian, di Fakultas Teknoogi Pertanian, IPB tahun
1981 (Anonim, 1983).
Kegiatan penanganan, pengolahan, distribusi, dan pemasaran hasil pertanian dengan
konsep peningkatan nilai tambah selanjutnya kita kenal sebagai agroindustri.

Dengan

demikian, teknologi industri pertanian didefinisikan sebagai disiplin ilmu terapan yang
menitikberatkan kepada perencanaan , perancangan, pengembangan, evaluasi suatu sistem
terpadu (meliputi manusia, bahan, informasi, peralatan dan energi) pada kegiatatan
agroindustri untuk mencapai kinerja (efisiensi dan efektivitas) yang optimal. Sebagaimana
ayah kandung-nya teknik proses dan teknik industri, disiplin ini menerapkan
matematika, fisika, kimia/biokimia, ilmu-ilmu social ekonomi, prinsip-prinsip dan
metodologi dalam menganalisis dan merancang agar mampu memperkirakan dan
mengevaluasi hasil yang diperoleh dari sistem terpadu agroindustri (Anonim, 1983,
1998).

Sebagai panduan dari dua disiplin, teknik proses dan teknik industri dengan obyek
formalnya adalah pendayagunaan hasil pertanian. Teknologi industri pertanian memunyai
sub-spesies/bidang kajian meliputi sebagai berikut;
-

Sistem teknologi proses industri pertanian, kegiatan yang berkaitan dengan perancangan,
instalasi, dan perbaikan suatu sistem terpadu yang terdiri atas bahan, sumberdaya,

peralatan, dan energi pada pabrik agroindustri


Manajemen industri, kajian yang berkaitan dengan perencanaan, pengoperasian dan
perbaikan suatu sistem terpadu (manusia, bahan, sumberdaya, peralatan, energi) pada

pemasalahan sistem usaha agroindustri.


Teknoekonomi agroindustri, kajian yang berkaitan dengan perencanaann analisis dan
perumusan

kebijakan suatu sistem terpadu (manusia, bahan, sumberdaya, peralatan,

energi) pada permasalahan sector agroindustri.


Manajemen mutu, penerapan prinsip-prinsip manajemen (perencanaan, penerapan, dan
erbaikan) pada bahan (dasar, buku), sistem pemroses, produk, dan lingkungan untuk
mencapai taraf mutu yang ditetapkan.
Sebagai sub-spesies baru pada teknologi pertanian, teknologi industri pertanian terus

berkembang dengan tanpa lepas dari kemajuan ilmu lain, terutama ilmu sistem, komputer,
serta ilmu dasar, terutama biokimia yang melandasi transformasi hasil pertanian menfadi
produk bernilai tambah tinggi. Demikian pula tuntutan pengembangan industri yang ramah
lingkungan serta produksi bersih (cleaner production) termasuk dalam kegiatan agroindustri
sebagai obyek formalnya dan meniscayakan perlunya aspek lingkungan dijadikan gatra pada
teknologi industri pertanian.
4. Tehnologi Pekerja
Setiap individu, setiap perusahaan baik yang skala kecil maupun skala besar tidak
akan pernah luput dari factor yang bernama teknologi. Manusia saat ini begitu dimudahkan
dengan yang namanya teknologi tapi juga bisa tersesatkan oleh yang namanya teknologi.
Ironi dari teknologi pada saat ini memang menjadi kasat mata. Kita bisa melihat bagaimana
mol yang berlantai tiga pasti menyediakan escalator yang akan memanjakan pengunjung agar
tidak mengeluarkan keringat dan rasa lelah. Di satu sisi ini sangat menyenangkan tapi di sisi
lain tubuh manusia menjadi kurang bergerak sehingga para pakar kesehatan menyediakan alat
untuk membuat manusia bergerak dan berjalan dengan alat yang bernama threadmill.
Pada kasus komputer, kini setiap orang tidak lagi perlu risau dengan tulisan yang kurang baik
karena di computer semua tulisan memiliki standar yang sama. Di sisi lain, hal ini
menyadarkan kita betapa hari ini orang-orang sudah kehilangan seni menulis indah, atau

menulis dengan tangan. Kini setiap orang disibukkan dengan tombol-tombol yang membuat
orang menjadi kehilangan kemampuan motorik halusnya padahal hal tersebut jelas
dibutuhkan untuk keseimbangan tubuh.
Berdasarkan penjelasan di atas Djoyohadikusumo (1994, 222) mendefinisikan
teknologi berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan kata
lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang saling berkaitan
satu sama lainnya. Sosiolog Manuel Castells seperti dikutip Capra (2004, 107)
mendefinisikan teknologi sebagai kumpulan alat, aturan dan prosedur yang merupakan
penerapan pengetahuan ilmiah terhadap suatu pekerjaan tertentu dalam cara yang
memungkinkan pengulangan.
Tubuh manusia pada setiap organnya pasti memiliki fungsi-fungsi tertentu yang
menunjang satu sama lain atau sistemik. Jika salah satu organ rusak atau tidak berjalan
sebagaimana mestinya maka dapat dipastikan kinerja tubuh manusia secara keseluruhan tidak
dapat maksimal. Sehingga sekelompok orang atau badan usaha yang memiliki tujuan tertentu
menyebutnya dengan istilah organisasi. Untuk menjalankan itu semua supaya bisa bergerak
dan mencapai sasaran maka dipastikan akan memilih dan menentukan kinerja tertentu.
Relevan dengan hal di atas Anwar Prabu Mangkunegara (2000 : 67) menjelaskan Kinerja
( prestasi kerja ) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Adapun Veizal Rivai ( 2004 : 309) mengemukakan kinerja adalah : merupakan
perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh
karyawansesuai dengan perannya dalam perusahaan.
Jadi teknologi kinerja dalam pemahaman saya adalah alat atau prosedur yang harus
dilakukan oleh para karyawan dengan standar tertentu sebagai prasyarat untuk mencapai
kualitas dan kuantitas sesuai dengan yang ditugaskan. Adapun definisi lain teknologi kinerja
adalah sekumpulan metode dan proses untuk menyelesaikan masalah atau memberdayakan
kesempatan yang berhubungan dengan kinerja seseorang. Ini dapat digunakan pada individu,
kelompok kecil, atau organisasi besar ( National Society Of Performance And Instruction
Citied In Rosenberg, 1990, p.46). Adapun Harless (dikutip daari Geis,1986, hal. 1),
Teknologi kinerja manusia adalah sebuah proses seleksi, analisa, rancangan, pengembangan,
penerapan, dan pengujian program-program berdasar pada yang paling efektif berpengaruh
terhadap prilaku manusia dan prestasi-prestasinya.
5. Ilmu Gizi dan Pangan
1. Ilmu Gizi

Ilmu gizi didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu yang mempelajari hubungan antara
makanan yang dimakan dengan kesehatan tubuh yang diakibatkannya serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Dengan semakin berkembangnya penelitian gizi maka ilmu gizi memiliki cabang-cabang
ilmu yang lebih khusus lagi, yaitu:
a. gizi manusia;
b. gizi masyarakat;
c. gizi klinik;
d. teknologi pangan dan gizi;
e. gizi hewan.
Zat gizi digolongkan ke dalam 6 (enam) kelompok utama, yaitu karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, mineral, dan air.
Zat gizi ada yang esensial dan tidak esensial.
Fungsi umum zat gizi di dalam tubuh adalah:
a. untuk sumber energi;
b. untuk pertumbuhan dan mempertahankan jaringan-jaringan tubuh;
c. untuk mengatur proses-proses di dalam tubuh.
Zat Gizi Makro
1. Tiga kelompok utama karbohidrat adalah monosakarida, disakarida, dan polisakarida.
Tiga macam monosakarida yang merupakan pembentuk disakarida adalah glukosa,
fruktosa, dan galaktosa. Tiga macam disakarida adalah sukrosa, maltosa, dan laktosa.
Sedangkan polisakarida yang umum adalah pati, dekstrin, glikogen, serta polisakarida
struktural (sering disebut serat tanaman).
2. Fungsi karbohidrat adalah sebagai sumber energi, bahan pembentuk berbagai senyawa
tubuh, bahan pembentuk asam amino esensial, metabolisme normal lemak,
menghemat protein, meningkatkan pertumbuhan bakteri usus, mempertahankan gerak
usus, meningkatkan konsumsi protein, mineral, dan vitamin B.
3. Lipid dapat dibagi ke dalam dua kelas, yaitu (a) lipid yang terdapat dalam pangan
tubuh; (b) lipid struktural atau kompleks yang dihasilkan dalam tubuh untuk
membentuk membran, untuk mentranspor lemak atau untuk mensintesis hormonhormon atau katalis lipid.
4. Berdasarkan bentuknya lemak digolongkan ke dalam lemak padat (misal mentega dan
lemak hewan) dan lemak cair atau minyak (misal minyak sawit dan minyak kelapa).
Sedangkan berdasarkan penampakan, lemak digolongkan ke dalam lemak kentara
(misal mentega dan lemak pada daging sapi) dan lemak tak kentara (misal lemak pada
telur, lemak pada avokat, dan lemak susu).
5. Klasifikasi asam lemak menurut panjang rantai karbon adalah asam lemak rantai
pendek (4-6 atom karbon), asam lemak rantai sedang (8-12 atom karbon), dan asam

lemak rantai panjang (lebih dari 12 atom karbon). Asam lemak rantai panjang
diklasifikasikan menurut derajat kejenuhannya, yaitu asam lemak jenuh, asam lemak
tidak jenuh tunggal, dan asam lemak tidak jenuh poli.
6. Fungsi lemak dalam menu adalah sumber energi padat; menghemat protein dan
thiamin; membuat rasa kenyang lebih lama; membuat rasa makanan tambah enak;
memberikan zat gizi lain yang dibutuhkan tubuh. Sedangkan fungsi lemak tubuh
adalah sebagai simpanan lemak, sumber asam lemak esensial, precursor dari
prostaglandin, dan senyawa-senyawa tubuh lainnya.
2. Pengertian Pangan
1. Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 pangan adalah segala sesuatu
yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah,
yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang
digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau
minuman.
2. Menurut Suharjo tahun 1986 pangan adalah bahan-bahan makanan yang dimakan
sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja, dan
penggantian jaringan tubuh yang rusak
3. Menurut Sunita A. dalam bukunya Prinsip Dasar Ilmu Gizi tahun 2001 pangan
adalah semua bahan yang dapat dijadikan makanan.
2. Penggolongan Pangan
a. Menurut asalnya

Hewani dan Nabati

Hewani mempunyai sifat khas :


Tidak mempunyai daya simpan lama, kecuali telur
Sifatnya Lunak
Masing-masing jenis mempunyai sifat spesifik
Umumnya sumber protein dan lemak
Nabati, fisik bermacam-macam (lunak, keras, rapuh, dan kenyal/elastis.)
b. Menurut stabilitasnya (kemudahan rusak)
Perishable (mudah rusak) daging segar, ikan, sayuran, buah segar dan lain-lain.
Semi Perishable (agak mudah rusak) bahan makanan kering (tepung beras, kacangkacangan, buah dan sayuran kering.)
Non-Perishable Gula, sirop, madu, makanan kaleng, ikan asin, dendeng.
c. Berdasarkan fungsi dan kegunaannya
Zat pembakar (karbohidrat, lemak, dan protein)

Zat pembangun (protein, mineral, dan air)


Zat pengatur (protein, mineral, air, dan vitamin)

Vous aimerez peut-être aussi