Vous êtes sur la page 1sur 12

Penilaian Persediaan Nilai Terendah antar Biaya Perolehan dan Nilai Pasar

dalam Pengukuran Kembali


Penerapan aturan nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai pasar
untuk persediaan memerlukan perlakuan khusus pada saat mata uang pencatatan
bukan mata uang fungsional. Oleh karena itu, laporan keuangan entitas asing
harus diukur kembali terlebih dahulu menggunakan kurs historis untuk
menentukan nilai biaya perolehan historis dalam mata uang fungsional. Kemudian
biaya perolehan hasil pengukuran kembali ini dibandingkan dengan nilai pasar
dari persediaan yang di translasikan menggunakan kurs sekarang. Langkah
terakhir adalah membandingkan biaya perolehan dan nilai pasar, yang keduanya
sudah dalam mata uang fungsional, dan untuk mengakui apakah diperlukan
penurunan nilai ke nilai pasar. Perbandingan dilakukan dalam mata uang
fungsional, bukan mata uang lokal atau pelaporan, tetapi tidak ada dalam
pembukuan anak perusahaan atau ada dalam pembukuan tetapi tidak dalam
laporan keuangan konsolidasi.
Transaksi Antarperusahaan
Sebuah induk perusahaan atau kantor pusat Indonesia dapat mempunyai
transaksi penjualan atau pembelian antarperusahaan dengan afiliasi luar negeri
yang menimbulkan piutang atau utang antar perusahaan. Proses translasi piutang
atau utang yang didenominasi dalam mata uang asing. Sebagai contoh, asumsikan
bahwa perusahaan Indonesia mempunyai piutang yang didenominasi dalam mata
uang asing dari anak perusahaan luar negeri. Perusahaan Indonesia akan pertamatama menilai kembali piutang yang didenominasi dalam mata uang menjadi nilai
setara rupiah pada tanggal laporan keuangan. Setelah laporan keuangan afiliasi
luar negeri ditranslasikan atau diukur kembali, tergantung mata uang fungsional
afiliasi luar negeri, maka piutang atau utang antar perusahaan akan mempunyai
nilai rupiah yang sama dan dapat dieliminasi.

Jika transaksi mata uang antar perusahaan tidak akan dilunasi dalam waktu
dekat, maka transaksi antar perusahaan tersebut dapat dianggap bagian dari
investasi bersih di entitas luar negeri. Selisih translasi dari piutang atau utang
jangka panjang ditangguhkan dan diakumulasi sebagai bagian dari akun translasi
kumulatif.

Pajak Penghasilan
Diharuskan alokasi pajak antarperiode pada saat ada perbedaan temporer
dalam pengakuan pendapatan dan beban untuk tujuan laporan laba rugi dan tujuan
untuk pajak. Keuntungan atau kerugian selisih kurs dari transaksi mata uang asing
mengharuskan adanya pengakuan pajak tangguhan jika dimasukan dalam laba
tetapi tidak diakui untuk tujuan pajak dalam periode yang sama.
Pendapatan komperensif lainyaselisih translasi
Utang pajak penghasilan

xxx

Translasi Ketika Mta Uang Ketiga adalah Mata Uang Fungsional


Terdapat beberapa kasus dimana anak perusahaan mempunyai pembukuan
dan pencatatan dalam unit mata uang lokal tetapi mempunyai mata uang ketiga
sebagai mata uang fungsional. Sebagai contoh, asumsikan anak perusahaan kita,
German Company, mempunyai pencatatan dalam mata uang lokal, euro. Jika anak
perusahaan melakukan sebagian besar aktivitasnya dalam franc Swiss, maka
manajemen dapat memutuskan bahwa franc Swiss adalah mata uang funsional
anak perusahaan. Jika pembukuan dan pencatatan entitas tidak dinyatakan dalam
mata uang fungsional, maka harus digunakan proses dua langkah berikut:
1.

Mengukur kembali laporan keuangan anak perusahaan kedalam mata uang


funsional. Dalam contoh kita, laporan keuangan dinyatakan dalam euro akan
diukur kembali kedalam franc Swiss. Laporan keuangan tersebut sekarang sudah
dinyatakan dalam mata uang fungsional entitas, yaitu franc Swiis

xxx

2.

Laporan keuangan yang dinyatakan dalam franc Swiss kemudian ditranslasikan


ke dalam rupiah menggunakan proses translasi.

PSAK No. 52 : Mata Uang Pelaporan


Definisi
1.

Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan


ini:

Mata uang fungsional adalah mata uang utama dalam arti substansi

ekonomi yaitu mata uang utama yang dicerminkan dalam kegiatan operasi
perusahaan.
-

Mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan

laporan keuangan.
-

Mata uang pencatatan adalah mata uang yang digunakan oleh perusahaan

untuk membukukan transaksi.


-

Mata Uang Pencatatan dan Pelaporan


2. Mata uang pelaporan yang digunakan oleh perusahaan di Indonesia adalah
mata uang rupiah. Perusahaan dapat menggunakan mata uang selain rupiah
sebagai mata uang pelaporan hanya apabila mata uang tersebut memenuhi
kriteria mata uang fungsional.
3. Mata uang pencatatan harus sama dengan mata uang pelaporan.
4. Pada umumnya laporan keuangan dilaporkan dalam mata uang lokal.
Namun demikian, apabila perusahaan menggunakan mata uang selain mata
uang lokal (misalnya dolar Amerika) sebagai mata uang pelaporan, maka
mata uang pelaporan tersebut harus merupakan mata uang fungsional.
Mata uang fungsional dapat merupakan mata uang rupiah atau mata uang

selain rupiah (misalnya dolar Amerika), tergantung pada fakta substansi


ekonominya.
5. Laporan keuangan dimaksudkan untuk memberikan informasi finansial
tentang kinerja, posisi keuangan, dan arus kas perusahaan. Laporan
keuangan dihasilkan dari catatan akuntansi perusahaan, sehingga mata
uang yang digunakan dalam catatan akuntansi adaiah mata uang yang
digunakan dalam laporan keuangan. Dengan konsep ini Prosedur
pengukuran kembali (remeasurement) dari catatan akuntansi laporan
keuangan atau penjabaran laporan keuangan (translation) tidak diperlukan
lagi, kecuali untuk periode yang diperbandingkan apabila perusahaan
untuk pertama kali mengadopsi Standar ini (lihat paragraf 16) dan untuk
laporan keuangan perusahaan yang dikonsolidasikan (Iihat paragraf 19),
karena pada hakikatnya laporan keuangan telah disajikan pada mata uang
fungsionalnya.
Mata Uang Fungsional
6. Suatu mata uang merupakan mata uang fungsional apabila memenuhi
indikator berikut ini secara menyeluruh (kumulatif):
(a) Indikator arus kas: arus kas yang berhubungan dengan kegiatan utama
perusahaan didominasi oleh mats uang tertentu;
(b) Indikator harga jual: harga jual produk perusahaan dalam periode
jangka pendek sangat dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar mata uang
tertentu atau produk perusahaan secara dominan dipasarkan untuk ekspor;
dan
(c) Indikator biaya: biaya-biaya perusahaan secara dominan sangat
dipengaruhi oleh pergerakan mata uang tertentu.
7. Harga jual atau biaya perusahaan sangat dipengaruhi oleh pergerakan nilai
tukar mata uang tertentu apabila harga jual atau biaya tersebut dihitung
berdasarkan nilai tukar mata uang tertentu.
8. Untuk menentukan mata uang fungsional suatu perusahaan diperlukan
pertimbangan mengenai indikator dalam paragraf 08 di atas. Disamping
itu, untuk perusahaan yang mempunyai lebih dari satu anak perusahaan

atau operasi terpisah dan dapat dibedakan, seperti cabang atau divisi,
dimana operasi ini dapat dipandang sebagai suatu perusahaan atau
kegiatan operasi terpisah, mungkin digunakan beberapa mata uang
fungsional yang berbeda sehingga masing-masing mats uang tersebut perlu
dipertimbangkan dalam penentuan mata uang fungsional perusahaan
tersebut. Dalam penentuan mata uang fungsional tingkat relevansi dan
keandalan diperoleh, misalnya melalui pemberian bobot pada masingmasing indikator tersebut di atas, kemudian atas bobot indikator individu
ini ditentukan bobot secara keseluruhan. Dalam hal ini, arus kas masuk
memiliki bobot paling besar. Selain pemberian bobot, juga perlu
dipertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kondisi
ekonomi dalam jangka panjang.
9. Faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi penentuan mata uang
fungsional perlu ditentukan agar perusahaan mempunyai tolok ukur yang
konsisten. Apabila faktor-faktor tersebut di atas tidak dapat secara jelas
dikaitkan dengan salah satu mata uang sebagai mata uang fungsional,
maka dibutuhkan pertimbangan profesional (professional judgement)
dengan mempertimbangkan operasi dan kegiatan perusahaan secara rinci,
dan harus dilakukan dengan tingkat relevansi dan keandalan yang paling
tinggi.
10. Perlakuan akuntansi untuk transaksi dan saldo dalam mata uang non
fungsional adalah sebagaimana diatur dalam PSAK 10 tentang Transaksi
dalam Mata Uang Asing.
11. Implikasi dari paragraf 12 di atas adalah, mata uang selain mata uang
fungsional dianggap sebagai mata uang non-fungsional, sedangkan mata
uang fungsional dianggap sebagai mata uang dasar (base currency) dalam
menentukan nilai tukar atau dalam perhitungan selisih kurs. Sebagai
contoh, apabila berdasarkan fakta substansi ekonomi mata uang fungsional
perusahaan adalah dolar Amerika, maka mata uang selain dolar Amerika
dianggap sebagai mata uang non-fungsional, sehingga semua transaksi
dalam mata uang non-fungsional harus ditranslasikan ke mata uang
fungsional.

Penentuan Saldo Awal


12. Penentuan saldo awal untuk tujuan pencatatan akuntansi dilakukan dengan
pengukuran kembali akun-akun laporan keuangan seolah-olah mata uang
fungsional tersebut telah digunakan sejak tanggal terjadinya transaksi.
Prosedur pengukuran kembali adalah sebagai berikut:
(i) Aktiva dan kewajiban moneter diukur kembali dengan menggunakan kurs
tanggal neraca.
(ii) Aktiva dan kewajiban non-moneter serta modal saham diukur kembali dengan
menggunakan kurs historis atau kurs tanggal terjadinya transaksi perolehan aktiva
tetap, terjadinya kewajiban atau penyetoran modal saham.
(iii) Selisih antara aktiva, kewajiban dan modal saham dalam mata uang
pelaporan baru, yang merupakan hasil perhitungan prosedur, diperhitungkan pada
saldo laba atau akumulasi kerugian pada periode tersebut.
(iv) Pendapatan dan beban diukur kembali dengan menggunakan kurs rata-rata
tertmbang selama periode yang diperbandingkan, kecuali untuk beban penyusutan
aktiva tetap atau amortisasi aktiva non-moneter yang diukur kembali dengan
menggunakan kurs historis aktiva yang bersangkutan.
(v) Dividen diukur dengan menggunakan kurs tanggal pencatatan dividen tersebut
(vi) Prosedur akan menghasilkan selisih pengukuran kembali yang perhitungkan
pada saldo laba atau akumulasi kerugian pada periode tersebut;
(vii) Selisih pengukuran kembali merupakan hasil dari perhitungan berikut: saldo
laba (akumulasi kerugian) akhir tahun (hasil dari prosedur (iii)) ditambah dengan
dividen (hasil dari prosedur (v)) dan dikurangi dengan hasil perhitungan laba
(rugi) bersih selama periode yang diperbandingkan (hasil dari prosedur (iv)).
13. Pengukuran kembali sebagaimana diatur dalam paragraf 14, dilakukan
surut hingga tahun dimana mata uang fungsional tersebut mulai berlaku.
Penyajian Komparatif

14. Laporan keuangan periode yang diperbandingkan yang tidak


menggunakan mata uang fungsional, harus diukur dan disajikan kembali
sesuai dengan cara yang dijelaskan pada paragraf 14 dan 15.
Perubahan Mata Uang Pencatatan dan Pelaporan
15. Perusahaan diharuskan untuk mengubah mata uang pencatatan dan
pelaporan ke rupiah, apabila mata uang fungsional berubah dari bukan
rupiah ke rupiah. Perubahan mata uang pencatatan dan pelaporan harus
dilakukan pada awal tahun buku, tidak di tengah tahun buku.
16. Keputusan perusahaan untuk mengubah mata uang pelaporan hanya dapat
dilakukan apabila telah terjadi perubahan substansi ekonomi dari mata
uang fungsional. Dalam perjalanan hidup perusahaan, karena perubahan
operasi atau pasar, mata uang fungsional perusahaan dapat saja berubah.
Konsolidasi
17. Laporan keuangan konsolidasi disajikan dalam mata uang fungsional
setelah mempertimbangkan indikator pada paragraph 08 terhadap induk
perusahaan dan anak perusahaan. Penjabaran laporan keuangan anak
perusahaan ke mata uang fungsional pada laporan keuangan konsolidasi
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
(i) Aktiva dan kewajiban d#abarkan dengan menggunakan kurs tanggal
neraca;
(ii) Ekuitas dyabarkan dengan menggunakan kurs historis;
(iii) Pendapatan dan beban dijabarkan dengan menggunakan kurs rata-rata
tertimbang;
(iv) Dividen diukur dengan menggunakan kurs tanggal pencatatan dividen
tersebut;
(v) Prosedur (i) sampai (iv) di atas akan menghasilkan selisih penjabaran
kembali yang disajikan dalam akun ekuitas sebagai Selisih Penjabaran:
18. Mata uang pencatatan induk perusahaan harus sama denga mata uang
pelaporan konsolidasi.

Pengungkapan
19. Perusahaan mengungkapkan hal-hal berikut ini:
(a) Alasan penentuan mata uang pelaporan berdasarkan indikator pada
paragraf 08;
(b) Perubahan mata uang pelaporan dan alasan perubahannya:
(i) alasan perubahan berdasarkan indikator pada paragraf 08;
(ii) kurs (historis, sekarang, atau rata-rata tertimbang) yang digunakan
dalam pengukuran kembali atau penjabaran;
(iii) ikhtisar neraca dan laporan laba-rugi yang disajikan sebagai
perbandingan dalam mata uang pelaporan sebelumnya.
TANGGAL BERLAKU EFEKTIF
20. Pernyataan ini efektif berlaku untuk penyusunan dan penyajian laporan
keuangan yang mencakup periode laporan yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2000. Penerapan lebih dini dianjurkan.
PENGUKURAN KEMBALI KE MATA UANG FUNGSIONAL
Pengukuran kembali dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang sama
seperti apabila catatan akuntansi perusahaan tersebut diselenggarakan dalam mata
uang fungsionalnya. Dalam proses pengukuran kembali digunakan kurs historis,
kurs sekarang, dan kurs rata tertimbang. Berikut ini adalah contoh akun yang
menggunakan kurs historis, kurs sekarang, dan kurs rata tertimbang.
A. Akun yang Diukur Kembali dengan Kurs Historis
- Akun neraca
- Surat berharga yang dinilai berdasarkan harga perolehan
- Persediaan yang dinilai berdasarkan harga perolehan

- Pembayaran di muka, seperti asuransi, Man dan sewa


- Aktiva tetap
- Paten, merk dagang, lisensi, dan formula Goodwill
- Aktiva tidak berwujud lainnya
- Beban ditangguhkan dan kredit, kecuali biaya perolehan polls untuk perusahaan
asuransi
- Pendapatan ditangguhkan Saham biasa
- Saham preferen dinilai berdasarkan harga penerbitan
- Akun laporan laba-rugi
- Pendapatan dan biaya yang terkait dengan aktiva atau kewajiban non-moneter
- Harga pokok penjualan
- Penyusutan aktiva tetap
- Amortisasi aktiva tidak berwujud
- Amortisasi pendapatan yang ditangguhkan

B. Akun yang Diukur Kembali dengan Kurs Sekarang


Aktiva dan kewajiban selain yang disebutkan di atas diukur dengan
menggunakan kurs sekarang. Pada umumnya, akun yang menggunakan kurs
sekarang adalah aktiva dan kewajiban moneter.
C. Akun yang Diukur Kembali dengan Kurs Rata-rata Tertimbang
Akun laporan laba-rugi seharusnya diukur dengan menggunakan kurs
historis. Namun apabila hal ini diterapkan, penyusunan laporan keuangan akan
menjadi tidak praktis. Dalam hal ini dapat ditempuh cara lain, yaitu dengan
penggunaan kurs rata-rata tertimbang yang dapat mencerminkan perubahan kurs
selama periode laporan keuangan yang dicakup.

PSAK 11
PENJABARAN LAPORAN KEUANGAN DALAM MATA UANG ASING
Suatu perusahaan dapa melakukan aktivitas yang menyangkut valuta asing
(foreign activities) dalam dua cara : melakukan transaksi dalam mata uang asing
atau

memiliki

kegiatan

usaha

luar

negeri (foreign

operations).

Untuk

memasukkan kegiatan usaha luar negeri pada laporan keuangan perusahaan.


Laporan keuangan kegiatan usaha luar negeri harus dijabarkan kedalam mata uang
pelaporan perusahaan.
Pernyataan ini mengatur akuntansi untuk penjabaran laporan keuangan dalam
mata uang asing yang meliputi penentuan kurs yang digunakan dan pengakuan
pengaruh keuangan dari perubahan kurs valuta asing dalam laporan keuangan
Kegiatan usaha luar negeri (foreign operation) adalah suau anak perusahaan
(subsidiary), perusahaan asosiasi (associates), usaha potongan (joint venture) atau
cabang dari perusahaan pelapor, yang aktifitasnya dilaksanakan di suatu Negara di
luar Negara perusahaan pelapor atau entitas asing.
Entitas asing (foreign entity) adalah suatu kegiatan usaha di luar negeri (foreign
operation), yang aktivitasnya bukan merupakan bagian integral dari perusahaan
pelapor.
Mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam menyajikan
laporan keuangan.
Mata uang asing adalah mata uang selain mata uang pelaporan suatu perusahaan
Nilai tukar (kurs) adalah rasio pertukaran dua mata asing
Selisih kurs (Exchange difference) adalah selisih yang dihasilkan dari pelaporan
jumlah unit mata uang asing yang sama dalam mata uang pelaporan pada kurs
yang berbeda.
Kurs penutup (closing rate) adalah nilai tukar spot pada tanggal neraca.
Investasi neto dalam suatu entitas asing adalah bagian (share) perusahaan pelapor
dalam asset neto suatu entitas asing.
Pos moneter adalah kas dan setara kas, asset, dan kewajiban yang akan diterima
atau dibayar yang jumlahnya pasti atau dapat ditentukan.

Nilai wajar (fair value) adalah nilai dimana suatu asset yang dipertukarkan atau
suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan
untuk transaksi wajar (arms length transaction).
Kegiatan Usaha Luar Negeri (Foreign Operation) yang Merupakan Bagian
Intergral dari Perusahaan Pelapor
Laporan keuangan dari suatu kegiatan usaha luar negeri yang merupakan bagian
integral dari perusahaan harus dijabarkan dengan menggunakan prosedur
sebagaimana dinyatakan PSAK 10 tentang Transaksi dalam Mata Uang Asing,
seolah-olah transaksi kegiatan usaha luar negegi tersebut merupakan transaksi
perusahaan pelapor sendiri.
ENTITAS ASING
Dalam menjabarkan laporan keuangan suatu entitas asing untuk ditentukan /
diinkorporasi dengan laporan keuangan pelapor, digunakan prosedur sebagai
berikut :
a.

Aset dan kewajiban entitas asing , baik moneter maupun non moneter dijabarkan
dengan menggunakan kurs penutup (closing rate)

b.

Pendapatan dan beban entitas asing dijabarkan dengan menggunakan kurs yang
berlaku pada tanggal transaksi.

c.

Selisih kurs yang terjadi disajikan sebagai selisih kurs karena penjabaran laporan
keuangan dan disajikan sebagian dari ekuitas sampai pelepasan investasi neto
yang yang bersangkutan.
Pelaporan (Disposal) suatu Entitas Asing
Pada pelepasan (disposal) suatu entitas asing, jumlah kumulatif selisih kurs yang
telah ditangguhkan dengan entitas asing tersebut harus diakui sebagai pendapatan
atau beban periode yang sama pada waktu keuntungan atau kerugian pelepasan
(disposal) diakui.
Perubahan dalam Klasifikasi Kegiatan Usaha Luar Negeri (Foreign Operation)

Jika terdapat perubahan klasifikasi suatu kegiatan usaha luar negeri, prosedur
penjabaran yang dapat diterapkan pada klasifikasi yang direvisi harus diterapkan
sejak tanggal perubahan klasifikasi.
PENGUNGKAPAN
Perusahaan harus mengungkapkan selisih kurs bersih yang diklasifikasikan dalam
kelompok ekuitas sebagai suatu unsure yang terpisah , dan rekonsiliasi selisih kurs
tersebut pada awal dan akhir periode.
Jika mata uang pelaporan berbeda dengan mata uang Negara tempat perusahaan
berdomisili, alas an untuk menggunakan mata uang yang berbeda harus
diungkapkan. Alas an untuk setiap perubahan dalam mata uang pelaporan juga
harus diungkapkan.
Jika terdapat perubahan dalam klasifikasi suatu kegiatan usaha luar negeri yang
signifikan, perusahaan harus mengungkapkan :
a.

Sifat perubahan dalam klasifikasi

b.

Alasan perubahan

c.

Dampak perubahan atas klasifikasi modal pemegang saham, dan

d.

Dampak pada laba bersih atau kerugian untuk setiap perode sebelumnya jika
perubahan klasifikasi terjadi pada periode sebelumnya yang paling awal.
Perusahaan harus mengungkapkan metode yang dipilih misalnya metode untuk
pencatatan goodwill dan penyesuaian nilai wajar yang timbul pada akuisisi suatu
entitas asing.

Vous aimerez peut-être aussi