Vous êtes sur la page 1sur 53

4

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN SUSPEK CA BULI-BULI


DI RUANG NUSA INDAH (BEDAH UMUM)
RSUD. ULIN BANJARMASIN

DISUSUN OLEH :

ANDRIANSYAH, S.Kep

NPM : 110065 B-S1

EDDI RISWAN, S.Kep

NPM : 110072 B-S1

MARIA ULFAH, S.Kep

NPM : 10184 B-S1

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROFESI NERS-B
BANJARMASIN
2013
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN SUSPEK CA BULI-BULI
DI RUANG NUSA INDAH (BEDAH UMUM)

2
RSUD. ULIN BANJARMASIN

Diajukan Sebagai Bahan Seminar Besar


Stase Keperawatan Medikal Bedah

DISUSUN OLEH :

ANDRIANSYAH, S.Kep

NPM : 110065 B-S1

EDDI RISWAN, S.Kep

NPM : 110072 B-S1

MARIA ULFAH, S.Kep

NPM : 10184 B-S1

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROFESI NERS-B
BANJARMASIN
2013

KATA PENGANTAR

3
Alhamdulillah dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
selesainya penulisan laporan kasus yang berjudul Asuhan Keperawatan pada
Klien Tn. S dengan Suspek Ca Buli-Buli di Ruang Bedah Umum RSUD. Ulin
Banjarmasin tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihakpihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan laporan kasus
ini:
1.

Bapak M. Syafwani, M.Kep. Sp.Jiwa, selaku ketua STIK Muhammadiyah


Banjarmasin.

2.

Bapak Solikin, Ns.M.Kep.Sp.Kep.MB, selaku Ketua Program studi S1


Keperawatan STIK Muhammadiah Banjarmasin.

3.

Bapak dr. H. Abimanyu, Sp.PD, KGEH, FINASIM, selaku Direktur BLUD


RS Ulin Banjarmasin yang telah memberikan ijin penggunaan lahan praktek bagi
penulis.

4.

Bapak H. Iswantoro, S.Kep.MM., selaku Kepala Bidang Keperawatan BLUD


RS Ulin Banjarmasin.

5.

Ibu Evy Nurhasanah, S.Kep. Ns selaku Clinical Teacher (CT) yang telah
banyak memberikan bimbingan, pentujuk maupun saran kepada penulis.

6.

Bapak H. Yan Setiawan S.Kep Ns., selaku Clinical Instructur (CI) yang telah
banyak memberikan bimbingan, pentunjuk maupun saran kepada penulis.

7.

Mahasiswa STIKES Muhammadiyah Banjarmasin

yang tidak bisa

disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam pembuatan laporan
ini.
8.

Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu dalam pembuatan laporan ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna, maka dari itu segenap kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan laporan studi kasus ini.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan studi kasus ini bermanfaat bagi para
pembaca khususnya para saudara-saudara seprofesi dibidang keperawatan.

Banjarmasin,

Penulis

Juli 2013

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................
ii
KATA PENGANTAR............................................................................................
iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................
vi
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................
1..............................................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................

4
BAB 2

TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Tumor Batu Buli-Buli
2.1.1
5

Pengertian..........................................................................

2.1.2
5

Insiden................................................................................

2.1.3
5

Klasifikasi..........................................................................

2.1.4
7

Type dan Lokasi ..............................................................

2.1.5
7

Gejala Klinis......................................................................

2.1.6
8

Patofisiologis.....................................................................

2.1.7
9

Penatalaksanaan.................................................................

2.1.8
9

Terapi.................................................................................

2.1.9
10

Prognosis............................................................................

2.1.10 Komplikasi.........................................................................
11
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Batu Buli-Buli
2.2.1 Pengkajian............................................................................
11
2.2.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan................................
12

BAB 3

LAPORAN KASUS..............................................................................
21

BAB 4

PENUTUP
4.1 Kesimpulan.....................................................................................
46
4.2 Saran...............................................................................................
47

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
48
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu faktor terpenting dalam kehidupan. Hal
tersebut dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kerentanan fisik individu sendiri,
keadaan lingkungan dan kebiasaan individu mengkonsumsi makanan, dan
akhirnya

bibit

penyakit.

Apabila

ketiga

faktor

tersebut

terjadi

ketidakseimbangan, maka individu berada dalam keadaan yang disebut sakit.


Salah satu penyakit yang termasuk masalah kesehatan masyarakat adalah
kanker sistem urogenitalia. Hal ini dibuktikan pada negara berkembang,
banyak terjadi penyakit kanker yang diderita pada kalangan masyarakat. Baik
itu yang terjadi pada sistem urohgenitalia, terutama di negara Asia, Afrika dan
Amerika menunjukkan bahwa kanker pada saluran urogenitalia merupakan
penyebab utama dan terutama pada dewasa laki-laki dan perempuan (Ilmu
Keperawatan, 2007.com).
Kanker pada vesika urinaria atau carsinoma buli-buli didefinisikan sebagai
tempat tersering pada keterlibatan proses neoplastik saluran kemih. Penyebab
utama pada carsinoma buli-buli antara lain pajanan amin aromatik dari
industri (anilin, karet, huli), asap rokok, infeksi kronik oleh Schistosoma
haematobin dan proses peradangan kronis akibat batu yang dapat
menyebabkan carsinoma sel skuamosa. Gambaran klinis biasanya berupa
7

hematuri tanpa rasa sakit dan obstruksi. Secara klinis tumor buli-buli atau
carsinoma buli-buli terbentuk menjadi 4 jenis yaitu buli-buli dapat berbentuk
papiler, tumor non invasif (insitu), noduler (infiltratif) atau campuran antara
bentuk papiler dan infitratif, yang biasanya akan disertai dengan hematuria.
Hematuria adalah didapatkan sel-sel darah merah didalam urine. Secara
visual terdapatnya sel-sel darah merah didalam urine dibedakan dalam 2
keadaan, yaitu hematuria makroskopik dan mikroskopik yang berlangsung
terus menerus dapat mengancam jiwa karena dapat menimbulkan penyulit
berupa terbentuknya gumpalan darah yang dapat menyumbat aliran darah,
eksanguinasi sehingga menimbulan syok hipovolemik / anemi dan
menimbulkan urosepsis. Tumor buli-buli paling sering menyerang 3 kali lebih
banyak pria dibandingkan pada wanita dan tumor-tumor multipel juga lebih
sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali
dibuat diagnosa. Tumor buli-buli merupakan 2% dari seluruh keganasan.
Sebagian besar 90% tumor buli-buli adalah karsinoma sel transisional.
Tumor ini bersifat multifokal yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang
epitelnya terdiri atas sel transisional yaitu di plelum, ureter atau uretra
posterior, sedangkan jenis yang lainnya adalah karsinoma sel skuamosa
(10%) & adenokarsinoma (2%). Hubungan tersebut terjadi secara berkaitan
yang berarti bertambahnya jumlah rokok yang diisap akan meningkatkan
resiko terjadinya kanker buli-buli 2-5 kali lebih besar dibandingkan dengan
bukan perokok. Pada perokok ditemukan adanya peningkatan metabolit
metabolit triptopan yang berada dalam urinnya (air kemih) yang bersifat
karsinogenik (dapat menimbulkan kanker). Beberapa bahan kimia juga
dilaporkan bersifat karsinogenik pada terjadinya kanker buli-buli, seperti bnaftylamine yang sering digunakan dalam industri cat dan karet, fenacetin,
cyclophosphamine, cafein, dan pemanis buatan. Penelitian terbaru juga
menyebutkan pada orang yang sering memakai cat rambut permanen
resikonya jadi meningkat. Selain itu iritasi jangka panjang pada selaput lendir
kandung kencing seperti yang terjadi pada infeksi kronis (infeksi yang
berlangsung lama), pemakaian kateter yang menetap dan adanya batu pada

buli-buli, juga diduga sebagai faktor penyebab. (Smeltzer, Suzanne C, 2001


vol. 2).
Kanker buli-buli mempunyai gambaran penting yaitu seseorang pasien datang
dengan mengeluh hematuria yang bersifat tanpa disertai rasa nyeri,
kambuhan, dan terjadi pada seluruh proses miksi (hematuria total). Meskipun
seringkali karsinoma buli-buli tanpa disertai gejala disuri, tetapi pada
karsinoma in situ atau karsinoma yang sudah mengadakan infiltrasi luas tidak
jarang menunjukkan gejala iritasi buli-buli. Hematuria dapat menimbulkan
retensi bekuan darah sehingga pasien datang meminta pertolongan karena
tidak dapat miksi. Keluhan akibat penyakit yang telah lanjut berupa gejala
obstruksi saluran kemih bagian atas atau edema tungkai. Edema tungkai ini
disebabkan karena adanya penekanan aliran limfe oleh massa tumor atau oleh
kelenjar limfe yang membesar di daerah pelvis.
Hasil survey di Indonesia menunjukkan bahwa angka kematian karena kanker
untuk seluruh golongan jenis kelamin adalah sekitar antara 120-160 per 1000
penduduk dan dewasa pria menderita 3 : 1 daripada wanita setiap tahunnya
sekitar 45% dari semua kesakitan tumor buli-buli 25 dari semua kematian
pada semua jenis kelamin. Dari berbagai jenis kanker saluran kemih, kanker
buli-buli/kandung kemih merupakan yang sering ditemui. Di Amerika Serikat
keganasan ini merupakan penyebab kematian keenam dari seluruh penyakit
keganasan, dan pada tahun 1996 yang lalu diperkirakan ditemukan 52.900
kasus baru kanker buli-buli. Di Indonesia berdasarkan pendataan hasil
pemeriksaan jaringan yang dilakukan selama 3 tahun (1988-1990) diketahui
bahwa kanker buli- buli menempati urutan kesepuluh dari tumor ganas primer
pada pria. Di Subbagian Urologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari 152
kasus keganasan urologi antara tahun 1995-1997, 36% diantaranya adalah
kanker buli-buli dan juga menempati urutan pertama. Puncak kejadiannnya
terutama

berada

pada

usia

dekade

ke

lima

sampai

ke

tujuh.

Tumor buli-buli merupakan penyakit yang disebabkan karena bahan-bahan


karsinogen seperti bahan pewarna karet, kulit dan faktor lainnya juga bisa
karena infeksi bakteri kambuhan (Smeltzer, Suzanne C. 2001,vol.2).
Kekambuhan pada tumor buli-buli merupakan masalah yang serius, 25%

hingga 40% tumor superfisial akan kambuh kembali sesudah dilakukan


fulgerasi atau reseksi transuretra, sehingga klien tumor buli-buli yang dirawat
inap harus dilakukan tindakan pemeriksaan laboratorium urin, pemeriksaan
sel-sel uretolium, mendeteksi adanya kelainan karsinoma sel-sel urotelium.
Dari latar belakang tersebut diatas, mendorong penulis untuk memilih kasus
keperawatan dengan judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn. S dengan Ca
Buli-buli di ruang Nusa Indah Bedah Umum RSUD. Ulin Banjarmasin.

5
1.2. Tujuan Penulisan
1. 2.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan Asuhan keperawatan pada pasien Ca Buli-buli
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang utuh dan
komprehensif.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mampu melakukan pengkajian selama memberikan Asuhan
Keperawatan pada Tn. S dengan Ca Buli-buli di ruang Nusa
Indah Bedah Umum RSUD. Ulin Banjarmasin.
1.2.2.2 Mampu merumuskan diagnosa keperawatan

selama

memberikan Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Ca


Buli-buli di ruang Nusa Indah Bedah Umum RSUD. Ulin
Banjarmasin.
1.2.2.3 Mampu merumuskan rencana tindakan selama memberikan
Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Ca Buli-buli di
ruang Nusa Indah Bedah Umum RSUD. Ulin Banjarmasin.
1.2.2.4 Mampu memberikan intervensi keperawatan yang dialami
oleh klien Tn. S dengan Ca Buli-buli di ruang Nusa Indah
Bedah Umum RSUD. Ulin Banjarmasin.
1.2.2.5 Mampu melakukan evaluasi keperawatan yang dialami oleh
klien Tn. S dengan Ca Buli-buli di ruang Nusa Indah Bedah
Umum RSUD. Ulin Banjarmasin.

BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Tumor Batu Buli-Buli
2.1.1 Pengertian
Tomor buli-buli adalah tumor yang didapatkan dalam buli-buli.
2.1.2

Insiden
Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah Bulibuli. Kanker Buli-buli terjadi tiga kali lebih banyak pada pria
dibandingkan pada wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih

6
sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu
kali dibuat diagnosa.
2.1.3

Klasifikasi
2.1.3.1 Staging dan klasifikasi
Klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi
STRONG-MARSHAL

untuk

menentukan

operasi

atau

observasi :
a. T = pembesaran local tumor primer, ditentukan melalui :
Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan
bimanual di bawah anestesi umum dan biopsy atau
transurethral reseksi.
Tis = carcinoma insitu (pre invasive Ca)
Tx = cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran
tumor, tak dapat dilakukan
To = tanda-tanda tumor primer tidak ada
T1= pada pemeriksaan bimanual didapatkan masa yang
bergerak
T2 = pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada
dinding buli-buli.
T3 = pada pemeriksaan bimanual indurasi atau masa
nodular yang bergerak bebeas dapat diraba di buli-buli.
T3a = invasi otot yang lebih dalam
T3b= perluasan lewat dinding buli-buli
T4 = Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
T4a= tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus
vagina
T4b= tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau
infiltrasi ke dalam abdomen.
b. N = Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar
limfe
pemeriksaan kinis, lympgraphy, urography, operative
Nx = minimal yang ditetapkan kel. Lymfe regional tidak dapat
ditemukan
No = tanpa tanda-tanda pemebsaran kelenjar lymfe regional
N1 = pemebsaran tunggal kelenjar lymfe regional yang
homolateral
N2 = pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar
lymfe regional yang multiple

7
N3 = masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga
yang bebeas antaranya dan tumor
N4 = pemebesaran lkelenjar lymfe juxta regional
1. M = metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe
yang jauh
Pemeriksaan klinis , thorax foto, dan test biokimia
Mx = kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan
adanya metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
M1 = adanya metastase jauh
M1a= adanya metastase yang tersembunyi pada test-test
biokimia
M1b= metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal
M1c= metastase multiple dalam satu terdapat organ yang
multiple
M1d= metastase dalam organ yang multiple

2.1.4

Type dan lokasi


Type tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi.
2.1.4.1 Efidermoid Ca, kira-kira 5% neoplasma buli-buli squamosa
cell., anaplastik, invasi yang dalam dan cepat metastasenya.
2.1.4.2 Adeno Ca, sangat jarang dan sering muncul pada bekas
urachus
2.1.4.3 Rhabdomyo sarcoma, sering terjadi pada anak-anak laki-laki
(adolescent), infiltasi, metastase cepat dan biasanya fatal
2.1.4.4 Primary
Malignant
lymphoma,
neurofibroma
dan
pheochromacytoma, dapat menimbulkan serangan hipertensi
selama kencing
2.1.4.5 Ca dari pada kulit, melanoma, lambung, paru dan mamma
mungkin mengadakan metastase ke buli-buli, invasi ke buli-

2.1.5

buli oleh endometriosis dapat terjadi.


Gejala Klinis
2.1.5.1 Kencing campur darah yang intermitten
2.1.5.2 Merasa panas waktu kencing
2.1.5.3 Merasa ingin kencing
2.1.5.4 Nyeri suprapubik yang konstan
2.1.5.5 Panas badan dan merasa lemah
2.1.5.6 Nyeri pinggang karena tekanan saraf
2.1.5.7 Nyeri pda satu sisi karena hydronephrosis

2.1.6

Patofisiologis
Buli-buli

Ca Buli-Buli

Ulserasi

Metastase

Oklusi ureter/pelvic renal

Infeksi sekunder :

Invasi pada bladder

Refluks

panas waktu kencing


merasa panas dan
tubuh lemah
kencing
campur
darah

Retensio urine :
- sulit/sukar kenicing

Hydronephrosis
- nyeri suprapubic
- nyeri pinggang

Ginjal membesar

Penatalaksanaan

Operasi :

Radiology :

Chemotherapy :

Kecemasan

Defifsit ekonomi

Tidak adequatnya terapi

Takut

Tidak adequatnya terapi

Efek samping chemotherapy

9
Kurang pengetahuan

panas tubuh dan lemah


nafsu makan menurun
intoleransi aktivitas
depresi
konsep diri

10
2.1.7

Penatalaksanaan
2.1.7.1 Pemeriksaan penunjang
2.1.7.2 Laboratorium
a. Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi,
b.

uremia, gros atau micros hematuria


Lukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus

dan bakteri dalam urine


c. RFT normal
d.
Lymphopenia (N = 1490-2930)
2.1.7.3 Radiology
a. Excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat
b.
c.

menunjukkan tumornya.
Retrograde cystogram dapat menunjukkan tumor
Fractionated cystogram adanya invasi tomor dalam

d.

dinding buli-buli
Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat

pembuluh lymphe
2.1.7.4 Cystocopy dan biopsy
a. Cystoscopy hamper selalu menghasilkan tumor
b.
Biopasi dari pada lesi selalu dikerjakan secara rutin.
2.1.7.5 Cystologi
Pengecatan

sieman/papanicelaou

pada

sediment

urine

terdapat transionil cel daripada tumor


2.1.8. Terapi
2.1.8.1 Operasi
a. Reseksi tranurethral untuk single/multiple papiloma
b.
Dilakukan pada stage 0,A,B1 dan grade I-II-low grade
c. Total cystotomy dengan pegangkatan kel. Prostate dan
urinary diversion untuk :
1) Ransurethral cel tumor pada grade 2 atau lebih
2) Aquamosa cal Ca pada stage B-C
2.1.8.2 Radioterapy
a.
Diberikan pada tumor yang radiosensitive seperti
b.

undifferentiated pada grade III-IV dan stage B2-C.


RAdiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu,
dosis 3000-4000 Rads. Penderita dievaluasi selam 2-4
minggu dengan iinterval cystoscopy, foto thoraks dan
IVP, kemudian 6 minggu setelah radiasi direncanakan
operasi. Post operasi radiasi tambahan 2000-3000 Rads

11
selam 2-3 minggu.
2.1.8.3 Chemoterapi
Obat-obat anti kanker :
a. Citral, 5 fluoro urasil
b. Topical chemotherapy yaitu Thic-TEPA, Chemotherapy
merupakan

paliatif.

5-

Fluorouracil

(5-FU)

dan

doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang paling


sering dipakai. Thiotepa dapat diamsukkan ke dalam
Buli-buli sebagai pengobatan topikal. Klien dibiarkan
menderita

dehidrasi

sampai

12

jam

sebelum

pengobatan dengan theotipa dan obat diabiarkan dalam


Buli-buli selama dua jam.
2.1.9

Prognosis
Penemuan dan pemeriksaan dini, prognosisnya baik, tetapi bila sudah
lama dan adanya metastesi ke organ lebih dalam dan lainnya
prognosisnya jelek.

2.1.10 Komplikasi
a. Infeksi sekunder bil atumor mengalami ulserasi
b. Retensi urine bil atumor mengadakan invasi ke bladder neck
c. Hydronephrosis oleh karena ureter menglami oklusi

12
2.2 Konsep Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
2.2.1.1 Identitas
Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan
adalah Buli-buli. Kanker Buli-buli terjadi tiga kali lebih
banyak pada pria dibandingkan pada wanita, dan tumor-tumor
multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai
lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.
2.2.1.2 Riwayat keperawatan
Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah
yang intermitten, merasa panas waktu kening. Merasa ingin
kencing, sering kencing terutama malam hari dan pada fase
selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang konstan,
panas badan dan merasa lemah, nyeri pinggang karena tekanan
saraf, dan nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis
2.2.1.3 Pemeriksaan fisik dan klinis
Inspeksi , tampak warna kencing campur darah, pemebesaran
suprapubic bil atumor sudah bear.
Palpasi, teraba tumor 9masa) suprapubic, pmeriksaan bimaual
teraba tumpr pada dasar buli-buli dengan bantuan general
anestesi baik waktu VT atau RT.
2.2.1.4 Pemeriksaan penunjang
Lihat kosep dasar.
2.2.2

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


2.2.2.1 Cemas / takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker),
perubahan kesehatan, sosioal ekonomi, peran dan fungsi,
bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan
keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan,
mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung,
tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.

Tujuan :
a. Klien dapat mengurangi rasa cemasnya

13
b. Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
c. Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam
pengobatan.
INTERVENSI

RASIONAL

a.

Tentukan pengalaman klien


sebelumnya terhadap penyakit
yang dideritanya.

b.

Berikan informasi tentang


prognosis secara akurat.

a.

b.
c.

c.

d.

e.
f.
g.
h.

Beri kesempatan pada klien


untuk mengekspresikan rasa
marah, takut, konfrontasi. Beri
informasi dengan emosi wajar
dan ekspresi yang sesuai.
Jelaskan pengobatan, tujuan
dan efek samping. Bantu klien
mempersiapkan diri dalam
pengobatan.
Catat koping yang tidak
efektif seperti kurang interaksi
sosial, ketidak berdayaan dll.
Anjurkan
untuk
mengembangkan
interaksi
dengan support system.
Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman.
Pertahankan kontak dengan
klien, bicara dan sentuhlah
dengan wajar.
2.2.2.2 Nyeri

(akut)

d.
e.

f.
g.
h.

Data-data mengenai pengalaman


klien sebelumnya akan memberikan
dasar untuk penyuluhan dan
menghindari adanya duplikasi.
Pemberian
informasi
dapat
membantu klien dalam memahami
proses penyakitnya.
Dapat menurunkan kecemasan
klien.
Membantu
klien
dalam
memahami
kebutuhan
untuk
pengobatan dan efek sampingnya.
Mengetahui dan menggali pola
koping
klien
serta
mengatasinya/memberikan
solusi
dalam
upaya
meningkatkan
kekuatan
dalam
mengatasi
kecemasan.
Agar
klien
memperoleh
dukungan
dari
orang
yang
terdekat/keluarga.
Memberikan kesempatan pada
klien
untuk
berpikir/merenung/istirahat.
Klien mendapatkan kepercayaan
diri dan keyakinan bahwa dia benarbenar ditolong.

berhubungan

dengan

proses

penyakit

(penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay


syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi
kanker ditandai dengan klien mngatakan nyeri, klien sulit tidur,
tidak

mampu

memusatkan

perhatian,

ekspresi

kelemahan.
Tujuan :
a. Klien mampu mengontrol rasa nyeri melalui aktivitas

nyeri,

14
b. Melaporkan nyeri yang dialaminya
c. Mengikuti program pengobatan
d. Mendemontrasikan tehnik relaksasi dan pengalihan rasa
nyeri melalui aktivitas yang mungkin.
INTERVENSI
a.
b.

c.

d.

e.
f.
g.

Tentukan riwayat nyeri, lokasi,


durasi dan intensitas.
Evaluasi therapi: pembedahan,
radiasi,
khemotherapi,
biotherapi, ajarkan klien dan
keluarga
tentang
cara
menghadapinya
Berikan pengalihan seperti
reposisi
dan
aktivitas
menyenangkan
seperti
mendengarkan
musik
atau
nonton TV
Menganjurkan
tehnik
penanganan
stress
(tehnik
relaksasi,
visualisasi,
bimbingan),
gembira,
dan
berikan sentuhan therapeutik.
Evaluasi
nyeri,
berikan
pengobatan bila perlu.
Diskusikan penanganan nyeri
dengan dokter dan juga dengan
klien
Berikan
analgetik
sesuai
indikasi
seperti
morfin,
methadone, narkotik dll

RASIONAL
a. Memberikan
informasi
yang
diperlukan untuk merencanakan
asuhan.
b. Untuk mengetahui terapi yang
dilakukan sesuai atau tidak,
atau
malah
menyebabkan
komplikasi.
c. Untuk meningkatkan kenyamanan
dengan mengalihkan perhatian
klien dari rasa nyeri.
d. Meningkatkan kontrol diri atas
efek
samping
dengan
menurunkan stress dan ansietas.
e. Untuk mengetahui efektifitas
penanganan nyeri, tingkat nyeri
dan sampai sejauhmana klien
mampu menahannya serta
untuk mengetahui kebutuhan
klien akan obat-obatan anti
nyeri.
f. Agar terapi yang diberikan tepat
sasaran.
g. Untuk mengatasi nyeri.

2.2.2.3 Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan


dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker,
konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia,
iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional
distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai
dengan klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa
kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau
lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak
subkutan, konstipasi, abdominal cramping.

15

Tujuan :
a. Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab
normal dan tidak ada tanda malnutrisi
b. Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang
adekuat
c. Berpartisipasi

dalam

penatalaksanaan

diet

yang

berhubungan dengan penyakitnya


INTERVENSI
a.

Monitor intake makanan setiap


hari, apakah klien makan sesuai
dengan kebutuhannya.
b. Timbang dan ukur berat badan,
ukuran
triceps
serta
amati
penurunan berat badan.
c. Kaji pucat, penyembuhan luka
yang lambat dan pembesaran
kelenjar parotis.
d. Anjurkan
klien
untuk
mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dengan intake cairan yang
adekuat. Anjurkan pula makanan
kecil untuk klien.
e. Kontrol faktor lingkungan seperti
bau busuk atau bising. Hindarkan
makanan yang terlalu manis,
berlemak dan pedas.
f. Ciptakan suasana makan yang
menyenangkan misalnya makan
bersama teman atau keluarga.
g. Anjurkan
tehnik
relaksasi,
visualisasi,
latihan
moderate
sebelum makan.
h. Anjurkan komunikasi terbuka
tentang problem anoreksia yang
dialami klien.
i. Kolaboratif
j. Amati studi laboraturium seperti
total limposit, serum transferin dan
albumin
k. Berikan pengobatan sesuai indikasi
l. Phenotiazine,
antidopaminergic,
corticosteroids, vitamins khususnya
A,D,E dan B6, antacida
m. Pasang pipa nasogastrik untuk

RASIONAL
a.
b.
c.
d.
e.

f.
g.
h.
i.

j.
k.

Memberikan informasi tentang status gizi


klien.
Memberikan
informasi
tentang
penambahan dan penurunan berat badan
klien.
Menunjukkan keadaan gizi klien sangat
buruk.
Kalori merupakan sumber energi.
Mencegah mual muntah, distensi
berlebihan, dispepsia yang menyebabkan
penurunan nafsu makan serta mengurangi
stimulus
berbahaya
yang
dapat
meningkatkan ansietas.
Agar klien merasa seperti berada dirumah
sendiri.
Untuk menimbulkan perasaan ingin
makan/membangkitkan selera makan.
Agar dapat diatasi secara bersama-sama
(dengan ahli gizi, perawat dan klien).
Untuk
mengetahui/menegakkan
terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat
perjalanan penyakit, pengobatan dan
perawatan terhadap klien.
Membantu
menghilangkan
gejala
penyakit,
efek
samping
dan
meningkatkan status kesehatan klien.
Mempermudah intake makanan dan
minuman dengan hasil yang maksimal
dan tepat sesuai kebutuhan.

16
memberikan
makanan
secara
enteral, imbangi dengan infus.
2.2.2.4 Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan
pengobatan

berhubungan

dengan

kurangnya

informasi,

misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering


bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi,
tidak akurat dalam mengikiuti intruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan :
a. Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan
pengobatan pada ting-katan siap.
b. Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang
alasan mengikuti prosedur tersebut.
c. Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan
berpartisipasi dalam pengo- batan.
d. Bekerjasama dengan pemberi informasi.
INTERVENSI
a.
b.

c.

d.

e.

f.

Review pengertian klien dan


keluarga tentang diagnosa,
pengobatan dan akibatnya.
Tentukan persepsi klien tentang
kanker dan pengobatannya,
ceritakan pada klien tentang
pengalaman klien lain yang
menderita kanker.
Beri informasi yang akurat dan
faktual.
Jawab
pertanyaan
secara
spesifik,
hindarkan
informasi
yang
tidak
diperlukan.
Berikan bimbingan kepada
klien/keluarga
sebelum
mengikuti prosedur pengobatan,
therapy yang lama, komplikasi.
Jujurlah pada klien.
Anjurkan
klien
untuk
memberikan
umpan
balik
verbal
dan
mengkoreksi
miskonsepsi
tentang
penyakitnya.
Review klien /keluarga tentang
pentingnya status nutrisi yang

RASIONAL
a.
b.

c.
d.
e.
f.
g.

h.

Menghindari adanya duplikasi dan


pengulangan terhadap pengetahuan
klien.
Memungkinkan
dilakukan
pembenaran terhadap kesalahan
persepsi dan konsepsi serta
kesalahan pengertian.
Membantu klien dalam memahami
proses penyakit.
Membantu klien dan keluarga
dalam
membuat
keputusan
pengobatan.
Mengetahui sampai sejauhmana
pemahaman klien dan keluarga
mengenai penyakit klien.
Meningkatkan pengetahuan klien
dan keluarga mengenai nutrisi yang
adekuat.
Mengkaji perkembangan prosesproses penyembuhan dan tandatanda infeksi serta masalah dengan
kesehatan mulut yang dapat
mempengaruhi intake makanan dan
minuman.
Meningkatkan integritas kulit dan

17

g.

h.

optimal.
Anjurkan klien untuk mengkaji
membran mukosa mulutnya
secara rutin, perhatikan adanya
eritema, ulcerasi.
Anjurkan klien memelihara
kebersihan kulit dan rambut.

kepala.

2.2.2.5 Resiko tinggi kerusakan membran mukosa mulut berhubungan


dengan efek samping kemotherapi dan radiasi/radiotherapi.
Tujuan :
a. Membrana mukosa tidak menunjukkan kerusakan, terbebas
dari inflamasi dan ulcerasi
b. Klien mengungkapkan faktor penyebab secara verbal.
c. Klien mampu mendemontrasikan tehnik mempertahankan/
menjaga kebersihan rongga mulut.
INTERVENSI
a.
b.

c.
d.

e.
f.
g.
h.
i.
j.

Kaji kesehatan gigi dan mulut


pada saat pertemuan dengan
klien dan secara periodik.
Kaji rongga mulut setiap hari,
amati
perubahan
mukosa
membran. Amati tanda terbakar
di mulut, perubahan suara, rasa
kecap, kekentalan ludah.
Diskusikan
dengan
klien
tentang metode pemeliharan
oral hygine.
Intruksikan perubahan pola diet
misalnya hindari makanan
panas, pedas, asam, hindarkan
makanan yang keras.
Amati dan jelaskan pada klien
tentang tanda superinfeksi oral.
Kolaboratif.
Konsultasi dengan dokter gigi
sebelum kemotherapi.
Berikan obat sesuai indikasi,
analgetik, topikal lidocaine,
antimikrobial mouthwash
preparation.
Kultur lesi oral.

RASIONAL
a.

b.
c.
d.
e.
f.
g.

h.

Mengkaji perkembangan proses


penyembuhan dan tanda-tanda
infeksi memberikan informasi
penting untuk mengembangkan
rencana keperawatan.
Masalah dengan kesehatan mulut
dapat mempengaruhi pemasukan
makanan dan minuman.
Mencari alternatif lain mengenai
pemeliharaan mulut dan gigi.
Mencegah rasa tidak nyaman dan
iritasi lanjut pada membran
mukosa.
Agar klien mengetahui dan segera
memberitahu bila ada tanda-tanda
tersebut.
Meningkatkan kebersihan dan
kesehatan gigi dan gusi.
Tindakan/terapi
yang
dapat
menghilangkan nyeri, menangani
infeksi dalam rongga mulut/infeksi
sistemik.
Untuk mengetahui jenis kuman
sehingga dapat diberikan terapi
antibiotik yang tepat.

18
2.2.2.6 Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan
output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik,
kurangnya intake
Tujuan :
Klien menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital
normal, membran mukosa normal, turgor kulit bagus, capilarry
ferill normal, urine output normal.
INTERVENSI
a.

b.
c.
d.
e.
f.

g.
h.
i.
j.
k.

RASIONAL

Monitor intake dan output


termasuk keluaran yang tidak
normal seperti emesis, diare,
drainase
luka.
Hitung
keseimbangan selama 24 jam.
Timbang berat badan jika
diperlukan.
Monitor vital signs. Evaluasi
pulse peripheral, capilarry
refil.
Kaji turgor kulit dan keadaan
membran
mukosa.
Catat
keadaan kehausan pada klien.
Anjurkan intake cairan samapi
3000 ml per hari sesuai
kebutuhan individu.
Observasi
kemungkinan
perdarahan seperti perlukaan
pada membran mukosa, luka
bedah, adanya ekimosis dan
pethekie.
Hindarkan trauma dan tekanan
yang berlebihan pada luka
bedah.
Kolaboratif
Berikan cairan IV bila
diperlukan.
Berikan therapy antiemetik.
Monitor hasil laboratorium :
Hb, elektrolit, albumin

a.
b.
c.

d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Pemasukan oral yang tidak adekuat


dapat menyebabkan hipovolemia.
Dengan memonitor berat badan
dapat
diketahui
bila
ada
ketidakseimbangan cairan.
Tanda-tanda hipovolemia segera
diketahui dengan adanya takikardi,
hipotensi dan suhu tubuh yang
meningkat berhubungan dengan
dehidrasi.
Dengan mengetahui tanda-tanda
dehidrasi dapat mencegah terjadinya
hipovolemia.
Memenuhi kebutuhan cairan yang
kurang.
Segera diketahui adanya perubahan
keseimbangan volume cairan.
Mencegah terjadinya perdarahan.
Memenuhi kebutuhan cairan yang
kurang.
Mencegah/menghilangkan
mual
muntah.
Mengetahui perubahan yang terjadi.

2.2.2.7 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya


pertahanan

tubuh

sekunder

dan

sistem

kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif

imun

(efek

19
Tujuan :
a. Klien mampu mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam tindakan
pecegahan infeksi.
b. Tidak menunjukkan

tanda-tanda

infeksi

dan

penyembuhan

luka

berlangsung normal.
a.

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

INTERVENSI
Cuci
tangan
sebelum
melakukan
tindakan.
Pengunjung juga dianjurkan
melakukan hal yang sama.
Jaga personal hygine klien
dengan baik.
Monitor temperatur.

a.
b.
c.
d.

Kaji semua sistem untuk e.


melihat tanda-tanda infeksi.
Hindarkan/batasi
prosedur f.
invasif dan jaga aseptik
prosedur.
g.
Kolaboratif.
Monitor
CBC,
WBC,
granulosit, platelets.
Berikan
antibiotik
bila
diindikasikan.

RASIONAL
Mencegah terjadinya infeksi silang.
Menurunkan/mengurangi
adanya
organisme hidup.
Peningkatan suhu merupakan tanda
terjadinya infeksi.
Mencegah/mengurangi terjadinya
resiko infeksi.
Mencegah terjadinya infeksi.
Segera dapat diketahui apabila
terjadi infeksi.
Adanya indikasi yang jelas
sehingga antibiotik yang diberikan
dapat
mengatasi
organisme
penyebab infeksi.

2.2.2.8 Resiko tinggi gangguan fungsi seksual berhubungan dengan


deficit pengetahuan/keterampilan tentang alternatif respon
terhadap transisi kesehatan, penurunan fungsi/struktur tubuh,
dampak pengobatan.
Tujuan :
a. Klien dapat mengungkapkan pengertiannya terhadap efek kanker dan
therapi terhadap seksualitas
b. Mempertahankan aktivitas seksual dalam batas kemampuan.
a.

b.

INTERVENSI
Diskusikan dengan klien dan a.
keluarga
tentang
proses
seksualitas dan reaksi serta
hubungannya
dengan b.
penyakitnya.
Berikan advise tentang akibat
pengobatan
terhadap c.
seksualitasnya.

RASIONAL
Meningkatkan ekspresi seksual dan
meningkatkan komunikasi terbuka
antara klien dengan pasangannya.
Membantu klien dalam mengatasi
masalah
seksual
yang
dihadapinya.
Memberikan kesempatan bagi
klien dan pasangannya untuk

20
c.

Berikan privacy kepada klien


dan pasangannya. Ketuk pintu
sebelum masuk.

mengekspresikan perasaan
keinginan secara wajar.

dan

2.2.2.9 Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan


efek radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan
intake nutrisi dan anemia.
Tujuan :
a. Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan
dengan kondisi spesifik
b. Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan
penyembuhan.
a.

b.
c.

INTERVENSI
Kaji integritas kulit untuk a.
melihat adanya efek samping
therapi
kanker,
amati
penyembuhan luka.
Anjurkan klien untuk tidak b.
menggaruk bagian yang gatal.
Ubah posisi klien secara teratur. c.

d.

RASIONAL
Memberikan
informasi
untuk
perencanaan
asuhan
dan
mengembangkan identifikasi awal
terhadap perubahan integritas kulit.
Menghindari perlukaan yang dapat
menimbulkan infeksi.
Menghindari penekanan yang terus
menerus pada suatu daerah
tertentu.
Mencegah trauma berlanjut pada
kulit dan produk yang kontra
indikatif

Berikan advise pada klien untuk


menghindari pemakaian cream d.
kulit, minyak, bedak tanpa
rekomendasi dokter.
BAB 3
LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.S DENGAN
SUSPEK CA BULI-BULI DI RUANG NUSA INDAH (BEDAH UMUM)
RSUD. ULIN BANJARMASIN
3.1 Pengkajian Data
3.1.1

Identitas
Nama

: Tn. S

Umur

: 42 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki.

Suku/Bangsa

: Banjar/Indonesia

Tanggal MRS

: 26 Mei 2013

Tanggal Pengkajian

: 06 Juni 2013

No RMK

: 1.03.17.83

21
Agama

: Islam

Pekerjaan

: Buruh harian lepas

Status Perkawinan

: Kawin

Pendidikan

: SD

Alamat

: Langadai Kelumpang Hilir Kotabaru

Diagnosa Medik

: Suspec Ca. Buli - Buli

3.2 Keluhan Utama


Nyeri saat Kencing dan bercampur darah
P (Provoking Insiden) : Klien mengatakan nyeri ketika aktivitas dan diam
Q (Quality Of Pain)

: Nyeri seperti ditusuk-tusuk.

R (Region)

: Pada perut kanan bagian bawah menjalar


ke pinggang

S (Scale)

: Skala nyeri 3 (berat)

T (Time)

: Klien mengatakan nyeri terus menerus 10 menit

3.3 Riwayat Penyakit


3.3.1

Riwayat Penyakit Sekarang


Klien ada riwayat kencing darah 6 bulan yang lalu pernah berobat ke
puskesmas dan pada tanggal 16 Mei 2013 1 minggu sebelum
masuk Rumah Sakit Kota Baru klien mengeluh merasa ada benjolan
diperut kanan bagian bawahnya, BAK tidak lancar, terasa nyeri dan
panas, sifatnya terus menerus. Klien juga merasa kesulitan dalam
BAB, konsistensi keras dan lama baru keluar. Tanggal 23 Mei 2013
Klien sudah berobat ke Rumah Sakit di Kota Baru dengan keluhan
yang sama kemudian di rujuk tanggal 26 Mei 2013 ke RSUD Ulin
Banjarmasin dan sekarang dirawat di Ruang Nusa Indah (Bedah
Umum) tanggal 26 Mei 2013

3.3.2

Riwayat Penyakit Dahulu

22
Sebelumnya klien belum pernah mengalami penyakit yang di derita
seperti saat ini, klien tidak ada riwayat penyakit DM, Hipertensi,
3.3.3

Alergi, TB paru, Asma.


Riwayat Kesehatan Keluarga:
Dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti yang
diderita oleh klien sekarang ini.

3.4 Pemeriksaan Fisik


3.4.1

Keadaan Umum: klien tampak lemah, klien tampak pucat, klien


tampak hanya berbaring ditempat tidur, klien tampak meringis
kesakitan, kesadaran compos mentis GCS: E= 4 V=5 M= 6.
Tanda-tanda Vital:
Suhu 36,5oC, Nadi 84x/menit, TD 140/90 mmHg, RR 20x/menit.
Data Antropometri:
BB sebelum MRS : 60 kg
BB

: 58 kg

TB

: 165 cm

BB Ideal : (165-100) 10% (165-100)


=(65-6,5) (65+6,5)
=58,5 71,5 kg
3.4.2

Kulit dan Kuku


Kulit dan kuku terlihat bersih, warna kulit pucat, akral teraba dingin,
turgor kulit < 2 detik, tidak tampak adanya lesi pada kuku dan kulit,

3.4.3

CRT > 3 detik.


Kepala dan Leher
Struktur kepala dan leher simetris, rambut warna hitam dengan
distribusi merata, tidak ada keterbatasan gerak pada leher dan kepala.

3.4.4

Mata dan Penglihatan


Struktur mata kanan dan kiri simetris, Konjungtiva: anemis, pupil :
isokor, tidak ada peradangan pada mata, pergerakan pada bola mata
baik dapat melihat kesegala arah, fungsi penglihatan baik, tidak
memakai alat bantu penglihatan.

3.4.5

Hidung dan Penciuman


Struktur Hidung simetris, tampak tidak ada benjolan atau peradangan
pada hidung, hidung tampak bersih, fungsi penciuman baik, klien

23

3.4.6

dapat membedakan bau-bauan yang ada disekitarnya.


Telinga dan Pendengaran
Sruktur telinga kanan dan kiri simetris, pendengaran baik, klien tidak
mengalami gangguan pendengaran dan klien tidak menggunakan alat

3.4.7

bantu pendengaran.
Mulut dan Pengecapan
Mulut tidak tampak adanya peradangan pada mulut, klien tidak
menggunakan gigi palsu, fungsi pengunyahan baik, fungsi menelan

3.4.8

baik.
Dada dan Pernafasan
- Inspeksi
-

: pergerakan dinding dada simetris, retaksi

dinding dada normal, klien tidak menggunakan alat bantu nafas


Palpasi
: tidak terdapat nyeri tekan pada dada
Perkusi
: terdengar suara sonor pada kanan dan kiri
Auskultasi
: suara nafas vesikuler (normal), tidak ada
bunyi nafas tambahan, Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

3.4.9

Abdomen
- Inspeksi
-

: bentuk abdomen simetris, tidak ada

asites pada abdomen


Auskultasi
: bising usus positif 12 kali/menit
- Palpasi
:
teraba
massa

supra

sympisis, diameter 10 x 10 cm, keras.


- Perkusi
: pekak di supra sympisis
3.4.10 Ekstremitas Atas dan Bawah
Kemampuan pergerakan sendi bebas, tidak ada parese, paralise
maupun hemiparese.
Extremitas:
- Atas : tidak ada kelainan, tangan kanan tampak terpasang IV line
Nacl 20 tetes/menit.
- Bawah : tidak terdapat edema pada tungkai kiri dan kanan.
- Skala kekuatan Otot
5555 5555
5555 5555
Keterangan :
0 = paralisis total
1 = tidak ada gerakan, teraba adanya kontraksi otot
2 = gerakan otot penuh menentang gravitasi, dengan sokongan.
3 = gerakan normal penuh menentang gravitasi.
4 = gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit
tahanan.

24
5 = gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan tahanan
penuh ( Robert Priharjo, 2005 ).
3.4.11 Genetalia
Klien berjenis kelamin laki-laki, sudah menikah, dan tidak ada
gangguan pada sistem genetalia

3.5 Kebutuhan Fisik, Psikologis, Sosial, Dan Spiritual


3.5.1

Aktivitas dan Istirahat


Di Rumah :
Klien seorang buruh lepas, untuk istirahat biasanya pada sore hari,
skala aktivitas klien di rumah 0 = mandiri, pasien tidur 6 8 jam
setiap malam.
Di RS :
Kemampuan beaktifitas klien setelah masuk di rumah sakit
mengalami penurunan, klien beristirahat total diRS, tidak banyak
melakukan aktivitas, skala aktivitas 2 (perlu bantuan, pengawasan,
dan bimbingan dari orang lain). Klien tidur siang 2 jam, sedangkan

3.5.2

3.5.3

malam hari 4 5 jam.


Keterangan skala aktivitas :
0 = mandiri penuh
1 = perlu menggunakan peralatan atau alat
2 = perlu bantuan, pengawasan dan bimbingan dari orang lain
3 = perlu bantuan, dari orang lain dan peralatan atau alat
4 = ketergantungan tidak dapat berpartisifasi dalam aktivitas
( Cynthia M. Taylor 2010 )
Personal Hygiene
Di Rumah :
Klien mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, keramas setiap
kali pasien mandi, potong kuku 1 minggu sekali.
Di RS :
Klien setiap hari diseka oleh keluarganya.
Nutrisi
Di Rumah :
Klien makan 3 kali sehari, nafsu makan baik, tidak ada pantangan
makanan, ataupun alergi, minum 6 8 gelas sehari. Tidak ada
keluhan makan dan minum.
Di RS :
Klien makan 3 kali sehari sesuai dengan menu yang disediakan RS

25

3.5.4

dan dapat menghabiskan porsi saja makanannya, diet TKTPRG.


Eliminasi
Di Rumah :
Klien biasanya BAB 1 kali sehari, BAK tidak menentu 5 6 kali
sehari
Di RS :
Klien BAB 1 kali, BAK produksi urine dalam 24 jam 700 ml,
keluar melalui dower kateter, terpasang irigasi Nacl 0,9 % ( 30

3.5.5

tts/menit), warna merah bau amoniak.


Reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki, penis klien sudah disirkumsisi.

3.5.6

Spiritual
Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan : klien
mempercayainya. Persepsi terhadap penyebab penyakit : sebagai

3.5.7

cobaan/ peringatan.
Psikologis
Pasien tampak koorperatif saat diajak berkomunikasi, hubungan
pasien dengan keluarga, kerabat dekat, teman satu ruangan, perawat
dokter, dan tenaga kesehatan tampak baik, serta ramah, pasien
tampak sabar dengan penyakit yang dideritanya sekarang.

3.6 Pemeriksaan Penunjang


3.6.1 Pemeriksaan laboratorium tanggal : 8-6-2012:

PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin
Lekosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
RDW-CV
MCV,MCH,MCHC
MCV
MCH
MCHC
HITUNG JENIS
Gran%

HASIL

NILAI RUJUKAN

SATUAN

6.0
23.1
2.33
17.5
22
17.0

14.00-18.00
4.0-10.5
4.50-6.00
42.00-52.00
150-450
11.5-14.7

g/dl
ribu/ul
Juta/ul
Vol%
ribu/ul
%

75.2
25.7
34.2

80.0-97.0
27.0-32.0
32.0-38.0

Fl
Pg
%

89.0

50.0-70.0

26
Limposit%
MID%
Gran#
Limposit#
MID
3.6.2

4.5
6.5
20.60
1.0
1.5

25.0-40.0
4.0-11.0
2.50-7.00
1.25-4.0

%
%
ribu/ul
ribu/ul
ribu/ul

USG
Hasil pemeriksaan USG abdomen pada penderita menunjukkan
gambaran massa intravesika dengan hidronefrosis ginjal kanan dan
hidroureter kiri.

3.6.3

X- Ray
Foto thoraks tidak ditemukan adanya metastasis ke organ
intraabdomen maupun pulmo.

3.7 Terapi:
IVFD Nacl = 20 tetes/menit.
Irigasi Nacl
Levofloxacin 1 x 1 gr
Asam Traksenamat 3x500 mg
Ranitidin 2 x50 mg
Antrain 3x50 mg
Vitamin K ( fitomenadion ) 3 x 25 mg
Tranfusi PRC 3 kolf

27
ANALISA DATA
NO
1.

DATA
DS :
Pasien mengeluh pusing
DO :
- Akral teraba dingin
- Klien tampak lemah
- Kulit tampak pucat
- Konjungtiva anemis
- Hasil LAB : Hb 6,0 g/dl
- CRT > 3 detik
- Warna urine merah

2.

DS :
Klien mengatakan nyeri saat
kencing dan bercampur darah.
P : Klien mengatakan nyeri
ketika aktivitas dan diam
Q : Nyeri seperti ditusuktusuk.
R : Pada Perut kanan bagian
bawah menjalar ke
pinggang
S : Skala nyeri 3 (berat)
T : Klien mengatakan nyeri
terus menerus 10 menit
DO :
- Ekspersi wajah meringis
kesakitan
- Klien tampak gelisah
- Muka tampak pucat
- TD 140/90 mmhg,
RR 20x/menit, Suhu 36,5 C,
- Nadi 84x/menit
- Kolaborasi medis :
Antrain 3x50 mg

3.

DS :

ETIOLOGI
Penurunan kadar Hb

MASALAH
Gangguan perfusi
jaringan perifer

Perdarahan pada
saluran kemih

Obstruksi pada
kandung kemih

Keengganan klien

Nyeri akut

Hambatan

28

4.

5.

6.

Klien mengatakan sulit


untuk bergerak (nyeri)
bergerak karena nyeri
DO :
- Klien tampak berbaring di
tempat tidur
Keadaan umum tampak lemah
Skala aktivitas 2
Sebagian aktivitas klien
dibantu oleh keluarga
DS:
Situasi krisis (kanker).
Klien menanyakan kapan
operasinya dilaksanakan
DO:
- Operasi belum di lakukan.
- Klien gelisah.
- Klien tampak kelelahan.
- TD 140/90 mmhg
Faktor Resiko
- Keadaan Umum Lemah
- Klien Tampak Tidak
Menghabiskan Makanan Yang
Disediakan Di Rs
- Porsi Yang Dimakan Klien
Dari Makanan Yang
Disediakan
- Bb Smrs 60 Kg
- Bb Saat Di Rs 58 Kg
-Bb Ideal =58,5-71,5 Kg
Faktor Resiko
- Terpasang douwer kateter

mobilitas fisik

Cemas

Resiko nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh

Resiko infeksi

PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan kadar hb

perdarahan pada

saluran kemih
2. Nyeri akut b.d obstruksi pada kandung kemih
3. Hambatan mobilitas fisik b.d keengganan klien untuk bergerak (nyeri)
4. Cemas b.d situasi krisis (kanker)
5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6. Resiko infeksi

29
RENCANA TINDAKAN PERAWATAN
NO

2.

TGL

DIAGNOSA KEPERAWATAN

6-6-2013

Gangguan perfusi jaringan perifer b.d


penurunan kadar Hb perdarahan
pada saluran kemih ditandai dengan:
DS :
Klien mengeluh pusing
DO :
- Akral teraba dingin
- Klien tampak lemah
- Kulit tampak pucat
- Konjungtiva anemis
- Hasil LAB : Hb 6,0 g/dl
- CRT > 3 detik
- Warna urine merah

6-6-2013

Nyeri akut b.d Obstruksi pada


kandung kemih ditandai dengan:
DS :

TUJUAN

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan 3 x 9 jam
terjadi Peningkatan perfusi
jaringan.
Kriteria hasil :
Klien tidak mengeluh
pusing
Klien tampak tidak
pucat
Konjungtiva tidak
anemis
Hasil LAB : Hb 14.0018.00 g/dl
CRT< 3 detik

RENCANA TINDAKAN
1. Kaji tanda-tanda vital
2. Kolaborasi untuk pemberian

tranfusi.
3. Kolaborasi dengan tim gizi

untuk pemberian diet TKTP


4. Kolaborasi hasil pemeriksaan
laboraturium

Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri


keperawatan 1 shift nyeri
secara komprehensif (lokasi,
berkurang / hilang.
karakteristik, durasi,

RASIONAL

1. Memberikan informasi
tentang derajat/keadekuatan
perfusi jaringan dan
membantu menetukan
kebutuhan intervensi.
2. Mengidentifikasi defisiensi
dan kebutuhan pengobatan
/respons terhadap terapi.
3. Dengan diet TKTP klien
dapat mempercepat
penyembuhan.
4. Mengidentifikasi defisiensi
dan kebutuhan
pengobatan/respons terhadap
terapi.

1. Memberikan dasar untuk


perbandingan dan evaluasi.
2. Peningkatan nadi dan respirasi

30

3.

6-6-2013

Klien mengatakan nyeri saat kencing


dan bercampur darah.

P : Klien mengatakan nyeri

ketika aktivitas dan diam

Q : Nyeri seperti ditusuk


tusuk.
R : Pada perut kanan bagian bawah
menjalar ke pinggang
S : Skala nyeri 3 (berat)
T : Klien mengatakan nyeri
terus menerus 10 menit
DO :
- Ekspersi wajah meringis
kesakitan
- Klien tampak gelisah
- Muka tampak pucat
- TD 140/90 mmhg,
RR 20x/menit, Suhu 36,5 C,
- HR 84x/menit
- Kolaborasi medis :
Antrain 3x50 mg

Kriteria hasil :
Nyeri berkurang skala 3-0
Klien tampak rileks.
Klien tampak istirahat.
TTV dalam batas normal

frekuensi,kualitas).
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Ajarkan teknik relaksasi nafas
dalam.
4. Anjurkan klien istirahat yang
cukup.
5. Lakukan pemberian analgetik
sesuai jadwal
- Antrain 3x50 mg

Hambatan mobilitas fisik b.d


keengganan klien untuk bergerak
(nyeri) ditandai dengan:

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 2 x 9
jam diharapkan pasien

1. Kaji tingkat kemampuan


ROM aktif pasien
2. Ajarkan cara-cara yang benar

kadang merupakan respon


timbulnya nyeri.
3. Mengurangi nyeri.
4.Membantu pemulihan.
5.Membantu mengurangi rasa
nyeri

1. ROM aktif dapat membantu

dalam mempertahankan/
meningkatkan kekuatan dan

31
DS :
mampu menggerakkan
Klien mengatakan sulit bergerak
bagian tubuh
karena nyeri
Kriteria hasil :
DO :
Klien bisa bergerak
- Klien tampak berbaring di
Keadaan umum baik
tempat tidur
Skala aktivitas 2-0
Keadaan umum tampak lemah
Skala aktivitas 2
- Sebagian aktivitas klien dibantu oleh
keluarga

4.

6-6-2013

Cemas b.d Situasi krisis (kanker)


Setelah dilakukan tindakan
ditandai dengan:
keperawatan 1 x 4 jam
DS:
cemas teratasi.
Klien menanyakan kapan operasinya Kriteria hasil :
dilaksanakan
Klien tidak gelisah

dalam melakukan macammacam mobilisasi


seperti body mechanic ROM
aktif, dan ambulasi
3. Libatkan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan klien

kelenturan otot,
mempertahankan fungsi
cardiorespirasi, dan
mencegah kontraktur dan
kekakuan sendi
2. Agar pasien terhindar dari
kerusakan kembali pada
ekstremitas.
3. Keluarga dapat memnuhi
segala kebutuhan klien.

1. Beri kesempatan pada klien


untuk mengekspresikan rasa
cemasnya.
2. Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman

1. Dapat menurunkan
kecemasan klien
2. Memberikan kesempatan
pada klien untuk
berpikir/merenung/istirahat

32

5.

6-6-2013

6.

6-6-2013

DO:
- Operasi belum dilakukan.
- Klien gelisah.
- Klien tampak kelelahan.
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh ditandai dengan:
- Keadaan umum Lemah
- Klien tampak tidak menghabiskan
makanan yang disediakan di RS
- Porsi yang dimakan klien dari
makanan yang disediakan
- BB SMRS 60 kg
- BB Saat di RS 58 kg

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan 3 x 9 jam
nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil:
Klien tampak tidak
lemah
Klien menghabiskan
porsi yang disediakan

1. Monitor intake makanan


setiap hari
2. Timbang berat badan klien
3. Anjurkan klien makan
sedikit tapi sering
4. Anjurkan kepada keluarga
untuk memberikan makanan
yang disukai klien
5. Berikan makanan dalam
keadaan hangat.

Resiko infeksi ditandai dengan


terpasang douwer kateter

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan 3 x 9 jam
infeksi tidak terjadi
Kriterial hasil :
tidak terdapat tandatanda infeksi

1. Lakukan perawatan kateter


tiap hari
2. Observasi tanda-tanda
infeksi
3. Anjurkan untuk personal
hygiene
4. Jelaskan pada pasien untuk
menghindari menyentuh

Klien tidak tampak


kelelahan
Klien dapat beristirahat

3. Pertahankan kontak dengan


klien

3. Klien mendapatkan
kepercayaan diri dan
keyakinan bahwa dia benarbenar ditolong.
1. Memberikan tentang status
gizi klien
2. Memberikan informasi
tentang penambahan dan
penurunan berat badan klien
3. Kalori merupakan sumber
energi
4. Untuk meningkatkan nafsu
makan klien
5. Untuk mengurangi mual
klien

1. Mencegah pemasukan
bakteri dan kontaminasi
yang menyebabkan infeksi
2. Mengurangi kontaminasi
yang menyebabkan infeksi
3. Deteksi dini adanya infeksi
dan menentukan tindakan
selanjutnya

33
kateter dekat dengan
kemaluan.
5. Lakukan pemberian
antibiotik sesuai jadwal
-Injeksi Levofloxacin 1 gram

4. Drainase purulent pada sisi


insersi menunjukkan adanya
infeksi lokal
5. mencegah kontaminasi
penyebab penyakit
6. Mengatasi infeksi dan
mencegah sepsis.

34
PELAKSANAAN DAN EVALUASI
NO. DX

TGL/JAM
06/06/ 2013
09.00 WITA

1.

2.

3.

4.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Jam 09.00 WITA
Mengkaji Tanda-Tanda Vital
Hasil TTV :
- TD 140/90 Mmhg
- RR 20x/Menit
- Suhu 36,5 c
- HR 84x/Menit
- CRT > 3 dtk
Jam 09.05 WITA
Berkolaborasi Untuk Pemberian Tranfusi
Hasil : Tranfusi PRC 3 Kolf Sehari Satu Kantong
Jam 12.00 WITA
Berkolaborasi Dengan Tim Gizi Untuk Pemberian Diet TKTP
Hasil : klien dapat diet TKTPRG
Jam 09.10 WITA
Berkolaborasi hasil pemeriksaan laboraturium
Hasil : LAB : Hb 6,0 g/dl

EVALUASI
Jam 12.00 WITA
S : Klien mengatakan masih sering terasa pusing
O : Klien tampak memegang kepala yang sakit
TTV :
- TD 140/90 mmhg
- RR 20x/menit
- Suhu 36,5 C
- HR 84x/menit
- CRT > 3 dtk
- Hasil LAB : Hb 6,0 g/dl
A : Masalah Gangguan Perfusi Jaringan belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi.

35
06/06/ 2013
09.15 WITA

1.

2.

II
3.

4.

5.

Jam 09.15 WITA


Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas).
Hasil :
P : Klien mengatakan nyeri ketika aktivitas dan diam
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk.
R : Pada perut kanan bagian bawah menjalar ke pinggang
S : Skala nyeri 3 (berat)
T : Klien mengatakan nyeri terus menerus 10 menit
Jam 09.00 WITA
Mengobservasi tanda-tanda vital
Hasil :
TD 140/90 mmhg, RR 20x/menit, Suhu 36,5 C, N 84x/menit
Jam 09.20 WITA
Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
Hasil : Mengajarkan cara menarik nafas dalam lewat hidung dan
hembuskan pelan-pelan lewat mulut, klien dapat mengulanginya.
Jam 09. 25 WITA
Menganjurkan klien istirahat yang cukup.
Hasil : klien mau mendengarkan penjelasan perawat
Jam 09.00 WITA
Melakukan pemberian analgetik sesuai jadwal
- Antrain 50 mg

Jam 12.00 WITA


S : Klien mengatakan nyeri saat kencing dan
bercampur darah belum berkurang.
P : Klien mengatakan nyeri ketika aktivitas dan
diam
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk.
R : Pada perut kanan bagian bawah menjalar ke
pinggang
S : Skala nyeri 3 (berat)
T : Klien mengatakan nyeri terus menerus 10
menit
O:
-Ekspersi wajah meringis kesakitan
-Klien tampak gelisah
-Muka tampak pucat
-TD 140/90 mmhg, RR 20x/menit, Suhu 36,5 C,
N 84x/menit
Kolaborasi medis : Antrain 3x50 amg
A : Masalah Nyeri akut belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

36
06/06/ 2013
10.00 WITA

III

1.

2.

3.
06/06/ 2013
10.30 WITA

IV

1.

2.

3.

Jam 10.00 WITA


Mengkaji tingkat kemampuan ROM aktif pasien
Hasil : Klien mampu menggerakkan seluruh sendinya dengan
rentang gerak tanpa bantuan.
Jam 10.10 WITA
Mengajarkan cara-cara yang benar dalam melakukan macammacam mobilisasi.
Hasil : Klien bisa melakukan posisi miring kanan dan miring kiri.
Jam 10.15 WITA
Melibatkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan klien
Hasil : keperluan klien dipenuhi oleh keluarga
Jam 10.30 WITA
Memberi kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa
cemasnya.
Hasil : Klien melaporkan perasaan cemasnya berkurang
Jam 11.00 WITA
Memberikan lingkungan yang tenang dan nyaman
Hasil : Klien bisa istirahat/tidur sebentar
Jam 10.35 WITA
Mempertahankan kontak dengan klien
Hasil : Klien mau menunggu rencana operasi serta pasrah dengan
semua yang akan dilakukan terhadapnya.

Jam 12.00 WITA


S:
Klien mengatakan sulit bergerak karena nyeri
O:
- Klien tampak berbaring di tempat tidur
- Keadaan umum tampak lemah
- Klien mampu menggerakkan seluruh sendinya
dengan rentang gerak tanpa bantuan
A : Masalah Hambatan mobilitas fisik teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Jam 12.00 WITA
S:
Klien menanyakan kapan operasinya
dilaksanakan
O:
- Operasi belum di lakukan.
- Klien gelisah.
- Klien tampak kelelahan.
- Mata klien tampak merah karena kurang tidur
A: Masalah cemas belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

37
06/06/ 2013
11.00 WITA

1.

2.

3.

4.

5.

Jam 11.00 WITA


Memonitor intake makanan setiap hari
Hasil : Porsi yang dimakan klien dari makanan yang disediakan
Jam 11.05 WITA
Menimbang berat badan klien
Hasil : BB Saat di RS 58 kg
Jam 11.10 WITA
Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering
Hasil : Klien melaksanakan anjuran perawat,klien makan sedikitsedikit
Jam 11.15 WITA
Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan makanan yang
disukai klien
Hasil : Keluarga memberikan makanan yang disukai klien
Jam 11.20 WITA
Berikan makanan dalam keadaan hangat.
Hasil : Klien makan dalam keadaan hangat

Jam 12.00 WITA


S:
Klien mengatakan masih kurang nafsu makan dan
terasa mual
O:
-Keadaan umum Lemah
-Klien tampak tidak menghabiskan makanan yang
disediakan di RS
-Porsi yang dimakan klien dari makanan yang
disediakan
-BB SMRS 60 kg
-BB Saat di RS 58 kg
A: Masalah Resiko Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

38
06/06/ 2013
11.30 WITA

1.

2.

VI

3.

4.

5.

Jam 11.30 WITA


Melakukan perawatan kateter tiap hari
Hasil : Memberikan perawatan kateter secara aseptik.
Jam 11.35 WITA
Mengobservasi tanda-tanda infeksi
Hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti bengkak, kemerahan,
sakit dan panas daerah kemaluan
Jam 11.40 WITA
Menganjurkan untuk personal hygiene
Hasil : Klien diseka keluarga tiap hari
Jam 11.45 WITA
Menjelaskan pada pasien untuk menghindari menyentuh kateter
dekat dengan kemaluan (gland penis).
Hasil : Klien mematuhi apa yang di jelaskan perawat
Jam 09.00 WITA
Memberikan obat anti botika sesuai jadwal
Hasil : Injeksi Levofloxacin 1 gram

Jam 12.00 WITA


S:O:
- DC terpasang
- Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti
bengkak, kemerahan, sakit dan panas
daerah kemaluan
A : Masalah Resiko Infeksi teratasi
P : Pertahankan intervensi

39
CATATAN PERKEMBANGAN
NO.
1.

TANGGAL/JAM
07/06/2013

NO.DIAGNOSA

09.00 WITA

07/06/2013
09.30 WITA

II

SOAP
Jam 12.00 WITA
S : Klien mengatakan masih sering terasa pusing
O : Klien tampak memegang kepala yang sakit
TTV :
- TD 130/90 mmhg
- RR 20x/menit
- Suhu 36,7 C
- Nadi 80x/menit
- CRT > 3 dtk
A : Masalah Gangguan Perfusi Jaringan Perifer belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Jam 12.00 WITA
S:
Klien mengatakan Nyeri saat Kencing dan bercampur darah belum berkurang.
P : Klien mengatakan nyeri ketika aktivitas dan diam
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk.
R : Pada perut kanan bagian bawah menjalar ke pinggang
S : Skala nyeri 2 (sedang)
T : Klien mengatakan nyeri terus menerus 10 menit
O:

40
-Ekspersi wajah meringis kesakitan
-Klien tampak gelisah
-Muka tampak pucat
- TD 130/90 mmhg, HR 80x/menit , CRT > 3 dtk, RR 20x/menit, Suhu 36,7 C
- Kolaborasi medis : Antrain 3x1 amp
A : Masalah Nyeri akut teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
07/06/2013
10.00 WITA

III

07/06/2013
10.30 WITA

IV

Jam 12.00 WITA


S:
Klien mengatakan sulit bergerak karena nyeri
O:
- Klien tampak berbaring di tempat tidur
- Keadaan umum tampak lemah
- Klien mampu menggerakkan seluruh sendinya dengan rentang gerak tanpa
bantuan
A : Masalah Hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Jam 12.00 WITA
S:
Klien menanyakan kapan operasinya dilaksanakan
O:
- Operasi belum dilakukan.
- Klien tampak gelisah.

41

07/06/2013
11.00 WITA

07/06/2013
11.30 WITA

VI
2.

08/06/2013

- Klien tampak kelelahan.


A: Masalah cemas belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Jam 12.00 WITA
S:
Klien mengatakan masih kurang nafsu makan dan terasa mual
O:
-Keadaan umum Lemah
-Klien tampak tidak menghabiskan makanan yang disediakan di RS
-Porsi yang dimakan klien dari makanan yang disediakan
-BB SMRS 60 kg
-BB Saat di RS 58 kg
A: Masalah Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Jam 12.00 WITA
S:O:
- DC terpasang
- Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti bengkak, kemerahan, sakit dan panas
daerah kemaluan
A : Masalah Resiko Infeksi teratasi
P : Pertahankan intervensi
Jam 12.00 WITA
S : Klien mengatakan pusing berkurang

42
09.00 WITA

08/06/2013
09.30 WITA

O : Klien tampak rileks


TTV :
- TD 130/90 mmhg
- RR 20x/menit
- Suhu 36,2 C
- Nadi 80x/menit
- CRT > 3 dtk
A : Masalah gangguan perfusi jaringan perifer sebagian
P : Lanjutkan intervensi

II

Jam 12.00 WITA


S:
Klien mengatakan Nyeri saat Kencing dan bercampur darah mulai berkurang.
P : Klien mengatakan nyeri ketika aktivitas dan diam
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk.
R : Pada perut kanan bagian bawah menjalar ke pinggang
S : Skala nyeri 2 (sedang)
T : Klien mengatakan nyeri terus menerus 10 menit
O:
-Ekspresi wajah rileks
-Klien tidak gelisah
-Muka tampak pucat
-TD 130/90 mmhg, RR 20x/menit, Suhu 36,2 C, HR 80x/menit
Kolaborasi medis : Antrain 3x1 amp
A : Masalah Nyeri akut teratasi sebagian

43
P : Lanjutkan intervensi
08/06/2013
10.00 WITA

III

08/06/2013
10.30 WITA

IV

08/06/2013
11.00 WITA

Jam 12.00 WITA


S:
Klien mengatakan sulit bergerak karena nyeri
O:
- Klien tampak berbaring di tempat tidur
- Keadaan umum tampak lemah
- Klien mampu menggerakkan seluruh sendinya dengan rentang gerak tanpa
bantuan
A : Masalah Hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Jam 12.00 WITA
S:
Klien mengatakan pasrah dengan keadaannya klien menyerahkan sepenuhnya
kepada pihak rumah sakit
O:
- Operasi belum dilakukan.
- Klien terlihat tenang.
A: Masalah Cemas teratasi
P: Pertahankan intervensi
S:
Klien mengatakan masih kurang nafsu makan dan mual berkurang
O:

44

08/06/2013
11.30 WITA

VI

-Keadaan umum Lemah


-Klien tampak tidak menghabiskan makanan yang disediakan di RS
-Porsi yang dimakan klien dari makanan yang disediakan
-BB SMRS 60 kg
-BB Saat di RS 58 kg
A: Masalah Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Jam 12.00 WITA
S:O:
- DC terpasang
- Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti bengkak, kemerahan, sakit dan panas
daerah kemaluan
A : Masalah Resiko infeksi teratasi
P : Pertahankan intervensi

BAB 4
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
4.1.1 Pengkajian data yang ditemukan: Klien Tn. S, umur 42 tahun, keluhan saat pengkajian nyeri saat kencing dan bercampur
darah P (Provoking Insiden) klien mengatakan nyeri ketika aktivitas dan diam, Q (Quality Of Pain) nyeri seperti di tusuk-

45
tusuk, R (Region) pada perut bagian bawah menjalar ke pinggang, S (Scale) skala nyeri 3 (berat) / skala 0-4, T (Time) klien
mengatakan nyeri terus menerus 10 menit
Keadaan umum klien tampak lemah, klien tampak pucat, klien tampak hanya berbaring ditempat tidur, klien tampak meringis
kesakitan. Tanda-tanda vital: Suhu 36,5oC/axilla, Nadi kuat dan teratur, 84x/menit, Tensi diukur pada posisi berbaring pada
lengan kiri, hasilnya= 140/90 mmHg, Pernafasan normal, 20x/menit. Data Antropometri: BB sebelum MRS : 60 kg, saat
pengkajian BB 58 kg. Pemeriksaan laboratorium: Hb 6,0 g/dl, Hasil pemeriksaan USG abdomen pada penderita menunjukkan
gambaran massa intravesika dengan hidronefrosis dan hidroureter kiri dan Foto thoraks tidak ditemukan adanya metastasis ke
organ intra abdomen maupun pulmo. Terapi: IVFD Nacl = 20 tetes/menit, Irigasi Nacl 30 tts, Levofloxacin 1 x 1 gr, Asam
Traksenamat 3x1 amp, Ranitidin 2 x1 amp, Antrain 3x1 amp, Vitamin K ( fitomenadion ) 3 x 1 amp, Tranfusi PRC (Packed
red Cel) 3 kolf.
4.1.2 Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. S adalah Gangguan perfusi jaringan perifer, nyeri akut, hambatan mobilitas
fisik, cemas, resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko infeksi
.
4.1.3 Perencanaan disesuaikan dengan kebutuhan dan respon dari klien, serta sarana dan prasarana yang tersedia, sehingga rencana
tersebut dengan mudah dapat dilaksanakan dengan baik.
4.1.4 Semua intervensi yang direncanakan pada keenam diagnosa, dapat dilaksanakan dengan baik.

46
4.1.5 Hasil evaluasi dari diagnosa Gangguan perfusi jaringan perifer masalah belum teratasi, nyeri akut masalah nyeri akut belum
teratasi, hambatan mobilitas fisik masalah teratasi sebagian, cemas masalah belum teratasi, resiko nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh masalah belum teratasi, dan resiko infeksi masalah teratasi.
4.2

Saran
Klien selama perawatan di RS, agar mengikuti perawatan dan pengobatan yang diprogramkan dengan baik dan keluarga memberikan
support kepada klien, membatasi dan mengatur kunjungan dari keluarga dan teman klien.

47

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.


Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.
Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran
UI : Media Aescullapius.
(1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Bedah. Fakultas
Kedokteran Unair & RSUD dr Soetomo Surabaya

Vous aimerez peut-être aussi