Vous êtes sur la page 1sur 12

Latar Belakang

Cedera kepala berdasarkan patofisiologinya adalah cedera kepala


primer dan cedera kepala sekunder.Cedera kepala itu sendiri adalah
suatu injury yang dapat melibatkan seluruh struktur kepala mulai dari
lapisan kulit kepala atau tingkat yang paling ringan, tulang tengkorak,
durameter, vaskuler otak sampai dengan jaringan otak sendiri baik
berupa luka tertutup maupun tembus. Cedera kepala primer dimana
terjadi secara langsung, sedangkan cedera kepala sekunder terjadi
setelah trauma dan dapat berlangsung untuk waktu yang lama. Setiap
tahun di United States sebanyak 1,4 Miliar orang terkena Traumatic
Brain

Injury

(TBI)

dimana

efeknya

adalah

menghabiskan

biaya

kesehatan yang dianggarkan oleh pemerintah sebanyak 37,8 triliun U$


dolar. TBI terjadi jika ada suatu pukulan atau tusukan yang mengenai
kepala sehingga mengganggu fungsi otak itu sendiri. TBI didapatkan
dari

adanya

perdarahan,

kontusio

(trauma

tumpul

sehingga

menyebakan kerusakan jaringan di bawah kulit atau laserasi karena


jatuh, kecelakaan atau pukulan dari suatu objek.Kerusakan pada
jaringan otak akan menyebabkan cedera otak primer dan cedera otak
sekunder.Cedera

otak

primer

diklasifikasikan

sebagai

fokal

dan

diffuse.Akibat lebih parah dari cedera otak ini adalah perubahan


struktur cerebral, ischemia cerebral, cerebral edema dan dapat
menyebabkan kerusakan di sekitar jaringan otak atau terjadi cedera
otak sekunder.Perubahan bisa dilihat dari parameter fisiologi, yaitu
tekanan darah, tekanan intrakranial, tekanan perfusi cerebral,saturasi
oksigen dan suhu tubuh.Berdasarkan aturan yang dikeluarkan oleh
Brain

Trauma

Foundation

dan

Asosiasi

Bedah

Saraf

Amerika

merekomendasikan Pedoman yang ditetapkan oleh Brain Trauma


Foundation (BTF) dan American Association of Surgeons Neurologis
mengenai rentang yang dianjurkan antara lain Tekanan Darah Sistolik,
Saturasi Oksigen, Tekanan Intrakranial dan Tekanan Perfusi Serebral,
hal ini bertujuan untuk membatasi pemantauan cedera otak sekunder
dari variabel-variabel oleh perawat ICU dan meminimalkan terjadinya
proses yang terkait dengan cedera otak sekunder

dan mencegah

kerusakan otak sekunder. Secara interdisiplin perawatan untuk pasien

TBI hanya berfokus pada cedera otak primer dan sedikit yang tahu
bagaimana mencegah terjadinya cedera otak sekunder.

Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh variabel fisiologis dan situasional yang
dapat mempengaruhi penilaian dan intervensi perawat ICU mengenai
resiko cedera otak sekunder pada pasien dengan kasus TBI ( Traumatic
Brain Injury )?
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui variabel
fisiologis dan situasional yang dapat mempengaruhi penilaian dan
intervensi perawat ICU

tentang cedera otak sekunder pada pasien

dengan TBI (Traumatic Brain Injury).


Topik Permasalahan
Mengidentifikasi atau menilai faktor-faktor yang mempengaruhi
penilaian dan intervensi perawat dimana dalam hal ini adalah variabel
fisiologis dan situasional yang berhubungan dengan resiko cedera otak
sekunder pada pasien dengan kasus TBI (Traumatic Brain Injury ).
Variabel fisiologis yang dimaksud adalah

Tekanan Darah Sistolik,

Tekanan Intrakranial, Tekanan Perfusi Serebral, Saturasi Oksigen dan


Suhu

tubuh.Variabel

situasional

disini

adalah

nursing

shift

dan

bagaimana tipe dan waktu assesment.


Analisis Data
Metode
Penelitian ini menggunakan desain segmen survei beberapa
faktorial

untuk

menyelidiki

bagaimana

kelompok-kelompok

yang

berbeda dari variabel dipengaruhi penilaian ICU perawat pada dua


waktu yang berbeda. Keuntungan utama dari metode survei faktorial

adalah tingkat validitas internalnya tinggi. Kombinasi dari desain


eksperimental dan
internal

dengan

metode survei dapat meningkatkan validitas

membiarkan

penilaian

masing-masing

variabel

bervariasi secara acak, menghilangkan sifat multicollinear dari variabel


dan meningkatkan varians validitas variabel. Konten independen dari
sketsa didirikan dengan menggunakan metode kasus baru. Perawat
diminta untuk memberikan informasi tentang pasien TBI terbaru yang
dirawat

di

ICU.

Data

dari

pertanyaan-pertanyaan

ini

kemudian

digunakan untuk memvalidasi isi sketsa secara acak. Stabilitas antara


variabel dilaporkan dalam kasus terakhir dan variabel sketsa didirikan
validitas konten. Penggunaan desain survei faktorial sangat berharga,
karena desain mirip skenario nyata yang dihadapi di ICU, dimana
status pasien dapat dengan cepat berubah dan perawat sering
membuat keputusan berdasarkan situasi sebelumnya atau tanggapan
terkait dengan pasien.
Analisa Data
Data dianalisis dengan menggunakan metode yang konsisten
dengan metode survei faktorial. Statistik deskriptif dihitung pertama
kali untuk merangkum karakteristik responden. Analisis korelasional
kemudian dilakukan dengan variabel dependen. Akhirnya, data dari
sketsa penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik regresi
berganda. Variabel sketsa (yaitu, variabel fisiologis dan situasional)
digunakan

sebagai

analisis

sentral

dalam

model

regresi

untuk

menentukan variabel yang paling prediktif dari penilaian perawat ICU


tentang risiko cedera otak sekunder, mengelola situasi dengan
intervensi keperawatan, dan mengelola situasi dengan konsultasi pada
anggota lain dari tim perawatan kesehatan.
Analisis

ini

dilakukan

untuk

mengidentifikasi

variabel

independen yang mempengaruhi penilaian pada waktu pertama (yaitu,


setelah membaca segmen pertama dari sketsa tersebut). Setiap
analisis regresi memberikan informasi mengenai jumlah perbedaan,
ukuran efek, dan signifikansi dari variabel prediksi dari masing-masing
3 variabel dependen. Pengaruh dari setiap variabel independen dan
kekuatan

keseluruhan

dari

model

regresi

dievaluasi

dengan

menggunakan korelasi berganda kuadrat (R2). Dalam rangka untuk


menentukan variabel prediksi dari penilaian pada waktu kedua (yaitu,
penilaian dilakukan setelah membaca segmen kedua sketsa tersebut),
satu set terpisah analisis regresi dilakukan. Sebuah model regresi
diciptakan untuk setiap penilaian tindak lanjut. Untuk masing-masing
model, serangkaian analisis regresi dilakukan di mana berbagai
kelompok variabel (yaitu, sketsa variabel waktu pertama, sketsa
variabel pada waktu kedua, dan skor penilaian pada waktu pertama)
yang dimasukkan dalam blok untuk menentukan variabel adalah
prediksi dari penilaian pada waktu kedua. SPSS, versi 15.0 (SPSS Inc,
Chicago, Illinois), digunakan untuk semua analisis data.

Hasil
Data Demograf
Sebanyak 67 perawat selesai survei (tingkat respon 44%). Survei
disediakan 335 sketsa untuk analisis, suatu jumlah yang cukup untuk
mempertahankan kekuatan 80% dengan ukuran efek menengah-kecil.
64% responden adalah 26-40 tahun dan telah bekerja sebagai perawat
terdaftar <10 tahun. Meskipun 30% dari perawat memiliki pengalaman
perawatan kritis >10 tahun, 75% diantaranya baru saja mulai bekerja
di ICU mereka saat ini. Sebanyak 58% dari responden memiliki gelar
sarjana keperawatan, 22% memiliki derajat asosiasi, dan 19% memiliki
ijazah keperawatan diploma.
Pada akhir survei demografi, perawat diminta untuk menunjukkan
pengetahuan berbasis bukti pedoman untuk pasien TBI. Dalam
menanggapi pertanyaan ini, hanya 27% responden yang menunjukkan
bahwa mereka memiliki pedoman pengetahuan yang ada. Namun,
ketika diminta untuk menuliskan nama pedoman, tidak ada perawat
yang

menyebutkan

pedoman

yang

disediakan

oleh

BTF,

yang

merupakan standar berbasis bukti saat ini perawatan untuk pasien TBI.

Variabel

Lev

Nilai

Rasional

Tekanan darah

el
1

90 100

Hipotensi terjadi pada 35% pasien TBI dan

sistolik

80 89

kematian meningkat 50% 150% .

(mm Hg)

70 79

Hipotensi terutama berbahaya pada pasien

<70

TBI

karena

autoregulasi

otak

terganggu

dan

Saturasi oksigen

90 95

mengakibatkan penurunan CPP.


Episode desaturasi pada pasien

(%)

85 89

berhubungan dengan peningkatan angka

80 84

kematian dan hasil yang buruk bagi pasien.

<80

Hipoksia

serebral

peningkatan

ICP,

dikaitkan
penurunan

TBI

dengan
CPP,

dan

hypocarbia.
Demam terjadi pada 50% 70% pasien TBI

Suhu tubuh

38,0

( C)

38,5

38,6

Hasil suhu tubuh meningkat di aliran darah

39,0

otak, produksi karbondioksida, konsumsi

39,1

dan memiliki efek samping pada hasil.

oksigen, dan ICP.

39,5
ICP

>39,6
15 20

Peningkatan ICP terjadi pada sekitar 50%

(mm Hg)

21 25

pasien TBI dan memiliki efek samping pada

26 30

pasien.

>30

Peningkatan ICP menyebabkan penurunan

CPP

60 65

perfusi serebral.
Penurunan CCP dikaitkan dengan hasil yang

(mm Hg)

55 59

buruk dan kematian.

50 54

Resistensi

<50

pembuluh

darah

otak

dan

autoregulasi otak terganggu sebagai akibat


dari cedera otak primer.
Nilai

CCP

yang

rendah

menyebabkan

iskemia otak dan kerusakan otak tambahan.


Tabel 1 (Variabel Sketsa Fisiologis)

Tabel 2 (Variabel Sketsa Situasional)


Variabel
Diagnosis primer

Level
1
Hematoma epidural
2
Hematoma subdural
3
Perdarahan intrakranial
4
Cedera aksonal
menyebar

Diagnosis
sekunder

1
2
3
4

Cedera ekstrakranial
Hipertensi
DM
Tidak ada

Usia pasien
(tahun)

1
2
3
4
5
6
7
1
2

25
35
45
55
65
75
85
Laki-laki
Perempuan

Jenis kelamin
pasien
Mekanisme
cedera

1
Jatuh
2
Kecelakaan kendaran
bermotor
3
Pukulan benda tumpul
4
Serangan

Rasional
Hematoma
epidural
terjadi
pada 2% 6% pasien TBI,
hematoma subdural pada 30%
pasien TBI, dan perdarahan
intrakranial pada 4% 15%
pasien TBI.
Cedera
aksonal
menyebar
terjadi pada 50% pasien TBI.
Cedera ekstrakranial terjadi
pada 95% pasien TBI.
Hipertensi dan DM terjadi pada
28% 73% pasien TBI
dan
meningkatkan angka kematian.
Kebanyakan pasien TBI berusia
15 34 tahun. Usia adalah
prediktor kuat dari hasil pada
pasien TBI.

Laki-laki 1,5 kali lebih beresiko


mengalami

TBI

perempuan.
Jatuh, kecelakaan
bermotor,

dibanding
kendaraan

pukulan,

dan

serangan merupakan penyebab


utama dari TBI.
Kecelakaan

kendaraan

bermotor
mekanisme

merupakan
cedera

dengan

jumlah tertinggi pada pasien


Shift
keperawatan

1
2
3

Siang
Sore
Malam

Tipe/waktu
penilaian
(hanya
digunakan dalam

1
Penilaian follow-up/15
menit kemudian
2
Penilaian ulang shift
rutin/4 jam kemudian

TBI di rumah sakit.


Jenis-jenis
keputusan

yang

dibuat oleh perawat bervariasi


berdasarkan shift keperawatan.
Penilaian
ulang
perubahan
status pasien harus dilakukan
setidaknya setiap 15 menit.

tindak lanjut
sketsa)

Penilaian

ulang

rutin

pada

pasien unit perawatan intensif


dalam kondisi stabil dilakukan
setidaknya setiap 4 jam.

Tabel 3 (Data Demograf Responden Perawat)


Karakteristik

No.

20 25

26 30

15

22

31 35

18

27

36 40

10

15

>40
Etnis

18

27

Putih

61

92

(tahun)

41

61

0 10

26

39

(tahun)

47

70

0 10

20

30

saat ini (tahun)

50

75

0 10

17

25

(tahun)

50

75

0 10

17

25

Kolega

15

22

Diploma

13

19

Sarjana
Shift keperawatan primer

39

58

Siang

17

25

Siang/malam

20

30

10

22

33

Usia (tahun)

Lainnya
Lamanya

sebagai

perawat

terdaftar

11
Lamanya di unit perawatan intensif

11
Lamanya di unit perawatan intensif

11
Lamanya merawat pasien dengan TBI

11
Gelar keperawatan tertinggi

Siang/sore
Malam
Sore

Tabel 4 (Ringkasan Prediksi Koefsien Regresi pada Penilaian


Pertama)

Penilaian
Pasien
yang
beresiko mengalami
cedera

otak

sekunder

Variabel Signifkan
Saturasi oksigen
Tekanan intrakranial (ICP)
Tekanan perfusi serebral
(CCP)
Diagnosa primer
Mekanisme cedera
Shift keperawatan

.305

T
5.212

P
<.001

.197

3.381

.001

.461

4.956

<.001

.112

2.011

.04

.143

2.393

.02

Pengelolaan dengan

Saturasi oksigen

.111
-.331

0.209
-5.373

.04
<.001

intervensi

Tekanan intrakranial (ICP)

-.186

-3.037

.003

keperawatan

Tekanan

-.314

-3.212

.001

(CCP)

.116

2.031

.04

Shift
Saturasi oksigen
Tekanan perfusi

.327

5.133

<.001

.265

2.602

.01

Dikelola oleh
anggota tim
konsultasi kesehatan

perfusi

serebral

serebral

(CCP)

Tabel 5 (Ringkasan Prediksi Koefsien Regresi pada Penilaian


Kedua)

Penilaian
Pasien yang

Variabel Signifkan
Tekanan darah

.160

T
2.629

P
.009

beresiko mengalami

Saturasi oksigen

.294

4.827

<.001

cedera otak

Tekanan intrakranial (ICP)

.187

3.135

.002

sekunder

Tekanan

.448

4.175

<.001

CCP)

-.142

-2.492

.01

Mekanisme cedera

-.170

-2.975

.02

-.135

-2.092

.04

-.287

-4.544

<.001

.183

3.057

.002

.239
.334

4.044
1.818

<.001
<.001

.342

1.635

.003

.123

1.971

.05

Pengelolaan dengan
intervensi
keperawatan
Dikelola oleh
anggota tim
konsultasi kesehatan

perfusi

Shift keperawatan
Tekanan darah
Saturasi oksigen
Tekanan perfusi
(CCP)
Shift keperawatan
Saturasi oksigen
Tekanan perfusi
(CCP)
Diagnosa

serebral

serebral

serebral

Mekanisme cedera

.193

2.907

Masukan Jurnal
a. Kelebihan
1) Validitas isi sketsa pertama kali didirikan untuk mengatasi
keterbatasan utama dan memastikan bahwa sketsa secara
akurat mencerminkan situasi klinis.
2) Jurnal ini dilengkapi dengan tabel, sehinggga mempermudah
pembaca untuk memahami isi dari jurnal tersebut.
b. Kekurangan
1) Keterbatasan utama dari penelitian ini yaitu data penilaian
dikumpulkan dengan menggunakan sketsa daripada dengan
pengamatan langsung dalam pengaturan klinis. Selain itu,
memanipulasi

variabel

fisiologis

dalam

penelitian

observasional untuk menentukan respon perawat ICU.


2) Keterbatasan kedua dari penelitian ini adalah generalisasi
dari temuan. Ukuran sampel terbatas untuk menyimpulkan
bahwa penilaian dalam penelitian ini mencerminkan penilaian
yang dibuat oleh semua perawat ICU. Karakteristik responden
mirip dengan nonresponden, hal ini menunjukkan bahwa
sampel penelitian tercermin perawat yang bekerja di 3 unit
ICU.
3) Peneliti tidak dapat berasumsi bahwa perawat ICU yang
bekerja di semua pusat trauma akan berespon mirip dengan
sketsa, karena terdapat keterbatasan pada jumlah sampel
(perawat) yang bekerja di satu lokasi geografis dan karena
pendidikan pada cedera otak sekunder bervariasi pada unit
keperawatan dan rumah sakit.
Aplikasi di Indonesia
Pelayanan kesehatan terutama di Rumah Sakit bagaimana menangani
pasien yang mengalami cedera otak primer dan cedera otak sekunder
dinilai masih kurang, yaitu dari penilaian dan intervensi mengenai
pasien yang beresiko cedera otak sekunder.Dalam jurnal dari penelitian
ini dapat digunakan untuk memandu inisiatif pendidikan tersebut dan

.004

sebagai dasar untuk penelitian di masa depan dalam memberikan


intervensi pendidikan pada insiden cedera otak sekunder dan hasil
pasien.

Vous aimerez peut-être aussi