Vous êtes sur la page 1sur 14

LAPORAN PENDAHULUAN PADA An.

M
DENGAN SLE (SISTEMISC LUPUS ERYTHEMATOSUS)
DI RUANG MELATI 4
RSUP DR. SARDJITO

Oleh :
NENDEN SRI ASTUTI
2520142501

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2016

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan kepewatan anak pada An. M dengan SLE (Sistemisc Lupus
Erythematosus) di ruang melati 4 RSUP Dr. Sardjito, tugas ini disusun untuk
memenuhi tugas Keperawatan Anak Semester V, pada :
Hari

Tanggal

Tempat: Melati 4

Praktikan,

(................................................)

Mengetahui,

CI lahan,

CI Akademik,

(..........................................)

(.............................................)

BAB I
PENGERTIAN
SLE adalah penyakit peradangan kronik multisistem yg dihubungkan dg
ketidaknormalan sistem imun.

SLE berpengaruh pada kulit, persendian &

membran serosa (pleura, perikardium), jantung, ginjal, sistem hematologi &


neurologi (Lewis et al, 2004)
SLE atau LES (lupus eritematosus sistemik) adalah penyakit radang atau
imflamasi multisystem yang penyebabnya diduga karena adanya perubahan
system imun (Albar, 2003).
SLE (Sistemisc lupus erythematosus) adalah penyakit radang multisistem
yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut
dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya
berbagai macam autoantibodi dalam tubuh. Penyakit lupus merupakan penyakit
sistem daya tahan, atau penyakit auto imun, dimana tubuh pasien lupus
membentuk antibodi yang salah arah, merusak organ tubuh sendiri, seperti ginjal,
hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit. Antibodi seharusnya
ditujukan untuk melawan bakteri ataupun virus yang masuk ke dalam tubuh.
( Smeltzer. Suzanne C. 2002).
SLE (Sistemisc lupus erythematosus) adalah suatu penyakit komplek yang
bersifat genetis dan di duga lebih dari satu gen menentukan seseorang akan
terkena atau tidak (Sharon moore, 2008).
SLE (Sistemisc lupus erythematosus) adalah suatu penyakit autoimun
kronik yang ditandai oleh terbentuknya antibodi-antibodi terhadap beberapa
antigen diri yang berlainan. Antibodi-antibodi tersebut biasanya adalah IgG atau
IgM dan dapat bekerja terhadap asam nukleat pada DNA atau RNA, protein
jenjang koagulasi, kulit, sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Komplek
antigen antibodi dapat mengendap di jaringan kapiler sehingga terjadi reaksi
hipersensitivitas III, kemudian terjadi peradangan kronik (Elizabeth, 2009).

BAB II
PROSES TERJADINYA MASALAH
A. Faktor Penyebab
Penyebab atau etiologi dari SLE tidak diketahui secara pasti, namun
ada beberapa faktor predisposisi yang dapat menimbulkan penyakit SLE,
yaitu faktor jenis kelamin, hormonal, dan faktor faktor genetik dapat
menjadi predisposisi terjadinya SLE, hal ini dibuktikan konkordansi
penyakit SLE pada kembar identik adalah sekitar 20-25% dan bahwa dalam
kembar dizigot adalah sekitar 5% (Mok & Lau, 2013).
Selain faktor diatas, faktor lingkungan yang dapat menjadi relevan
dengan kejadian SLE diantaranya faktor kimia seperti pewarna rambut,
sinar

ultraviolet,

rokok,

obat-obatan

(procainamide,

hydralazine,

chlorpomazine, isoniazid, phenytoin, penicillamine), faktor makanan (Lcanavanine/alfalfa sprouts, dan intake lemak jenuh yang berlebihan, faktor
agen infeksius seperti retrovirus dan endotoksin atau bakterial DNA, faktor
hormon (hormonal replacement therapy, kontrasepsi oral, dan prenatal yang
terekspose dengan estrogen) (Mok & Lau, 2013).
B. Patofisiologi
Temuan patologis SLE terjadi di seluruh tubuh dan diwujudkan oleh
peradangan, kelainan pembuluh darah yang mencakup baik vasculopathy
dan vaskulitis, dan deposisi kompleks imun.Hasil SLE dari reaksi abnormal
terhadap resiko tubuh itu sendiri jaringan, sel, dan protein serum. Dengan
kata lain, sebagai penyakit autoimun, SLE ditandai dengan penurunan
toleransi tubuh terhadap penyakit (Black & Hawks, 2009).

C. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis dari LES biasanya dapat membingungkan, gejala yang
palin sering adalah sebagai berikut:
1. Poliartralgia (nyeri sendi) dan artiritis (peradangan sendi).
2. Demam akibat peradangan kronik
3. Ruam wajah dalam pola malar (seperti kupu-kupu) di pipi dan hidung,
kata Lupus berarti serigala dan mengacu kepada penampakan topeng
seperti serigala.
4. Lesi dan kebiruan di ujung kaki akibat buruknya aliran darah dan
5.
6.
7.
8.

hipoksia kronik
Sklerosis (pengencangan atau pengerasan) kulit jari tangan
Luka di selaput lendir mulut atau faring (sariawan)
Lesi berskuama di kepala, leher dan punggung
Edema mata dan kaki mungkin mencerminkan keterlibatan ginjal dan

hipertensi
9. Anemia, kelelahan kronik, infeksi berulang, dan perdarahan sering
terjadi karena serangan terhadap sel darah merah dan putih serta
trombosit (Elizabeth, 2009).
D. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita LES adalah sebagai berikut:
1. Gagal ginjal adalah penyebab tersering kematian pada penderita LES.
Gagal ginjal dapat terjadi akibat deposit kompleks antibodi-antigen
pada glomerulus disertai pengaktifan komplemen resultan yang
menyebabkan cedera sel, suatu contoh reaksi hipersensitivitas tipe III
2. Dapat terjadi perikarditis (peradangan kantong perikadium yang
mengelilingi jantung)
3. Peradangan membran pleura yang mengelilngi paru dapat membatasi
perapasan. Sering terjadi bronkhitis.
4. Dapat terjadi vaskulitis di semua pembuluh serebrum dan perifer.
5. Komplikasi susunan saraf pusat termasuk stroke dan kejang. Perubahan
kepribadian, termasuk psikosis dan depresi dapat terjadi. Perubahan
kepribadian mungkin berkaitan dengan terapi obat atau penyakitnya
(Elizabeth, 2009).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Tidak ada gejala atau tanda-tanda tunggal yang cukup untuk
menegakkan diagnosa. Bila seorang anak diduga LES pemeriksaan

laboratorium yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan indikator


inflamasi, uji autoantibodi (khususnya ditujukan pada antigen nuklear),
pemeriksaan untuk evaluasi keterlibatan organ dan pemeriksaan untuk
memantau efek terapi, termasuk toksisitas obat.
2. Secara umum anjuran pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah
Analisis darah tepi lengkap (darah besar dan LED), Sel LE, Antibodi
antinuclear (ANA), Anti-dsDNA (anti DNA natif), Autoantibodi lain
(anti SM, RF, antifosfolipid, antihiston, dll), Titer komplemen C3, C4
dan CH50, Titer IgM, IgG, IgA, Krioglobulin, Masa pembekuan,
Serologi sifilis (VDRL), Uji Coombs, Elektroforesis protein, Kreatinin
dan ureum darah, Protein urin (total protein dalam 24 jam), Biakan
kuman, terutama dalam urin dan foto rontgen dada.
3. Mengingat banyaknya pemeriksaan yang dilakukan bila tidak terdapat
berbagai macam komplikasi atau karena pertimbvangan biaya maka
maka dapat dilakukan permeriksaan awal yang penting seperti darah
lengkap dan hitung jenis, trombosit, LED, ANA, urinalisis, sel LE dan
antibodi anti-ds DNA.
4. Berbagai kriteria diagnosis klinis penyakit lupus telah diajukan akan
tetapi yang paling banyak dianut adalah kriteria menurut American
College of Rheumatology (ACR) (Tabel 30-7). Diagnosis LES
ditegakkan bila terdapat paling sedikit 4 dari 11 kriteria ACR tersebut.
F. Penatalaksanaan Medik
Lupus adalah penyakit seumur hidup, karenanya pemantauan harus
dilakukan

selamanya.Tujuan

pengobatan

SLE

adalah

mengontrol

manifestasi penyakit, sehingga anak dapat memiliki kualitas hidup yang


baik tanpa eksaserbasi berat, sekaligus mencegah kerusakan organ serius
yang dapat menyebabkan kematian (Hockenberry & Wilson, 2009)
Tatalaksana primer pada SLE meliputi:
1. Mengurangi inflamasi dan meminimalisir komplikasi
Adapun obat-obatan yang dibutuhkan seperti:

a.

Antiinflamasi non steroid (NSAIDs), untuk mengobati simptomatik


artralgia nyeri sendi.

b.

Antimalaria, Diberikan untuk lupus diskoid. Pemakaian jangka


panjang memerlukan evaluasi retina setiap 6 bulan.

c.

Kortikosteroid, Dosis rendah, untuk mengatasi gejala klinis seperti


demam, dermatitis, efusi pleura. Diberikan selama 4 minggu
minimal sebelum dilakukan penyapihan. Dosis tinggi, untuk
mengatasi krisis lupus, gejala nefritis, SSP, dan anemi hemolitik.

d.

Obat imunosupresan/sitostatika, Imunosupresan diberikan pada


SLE dengan keterlibatan SSP, nefritis difus dan membranosa,
anemia hemolitik akut, dan kasus yang resisten terhadap pemberian
kortikosteroid.

e.

Obat antihipertensi, Atasi hipertensi pada nefritis lupus dengan


agresif

f.

Kalsium, Semua pasien LES yang mengalami artritis serta


mendapat terapi prednison berisiko untuk mengalami mosteopenia,
karenanya memerlukan suplementasi kalsium.

2. Dialisis atau transplantasi ginjal


Pasien dengan stadium akhir lupus nefropati, dapat dilakukan dialisis
atau transplantasi ginjal
3. Diet
Restriksi diet ditentukan oleh terapi yang diberikan.Sebagian
besar pasien memerlukan kortikosteroid, dan saat itu diet yang
diperbolehkan adalah yang mengandung cukup kalsium, rendah lemak,
dan rendah garam.Pasien disarankan berhati-hati dengan suplemen
makanan dan obat tradisional.
4. Aktivitas
Pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal.Olah raga
diperlukan untuk mempertahankan densitas tulang dan berat badan
normal. Tetapi tidak boleh berlebihan karena lelah dan stress sering
dihubungkan

dengan

kekambuhan.

Pasien

disarankan

untuk

menghindari sinar matahari, bila terpaksa harus terpapar matahari harus


menggunakan krim pelindung matahari (waterproof sunblock) setiap 2
jam.Lampu fluorescence juga dapat meningkatkan timbulnya lesi kulit
pada pasien LES.
5. Penatalaksanaan infeksi
Pengobatan segera bila ada infeksi terutama infeksi bakteri.Setiap
kelainan urin harus dipikirkan kemungkinan pielonefritis.
Pencegahan dan pemantauan untuk komplikasi yaitu dengan cara
ajarkan keluargaa untuk mengoleskan tabir surya (minimal SPF 15) ke
kulit anak mereeka setiap hari untuk mencegah ruam akibat
fotosensitivitas. Instruksikan anak dan keluarga untuk melindungi diri
terhadap udara dingin dengaan menggunakan kos kaki hangat dan
sarung tangan ketika di luar rumah pada musim dingin. Jika anak diluar
ruangan untuk periode yang lama selama bulan-bulan musim dingin,
inspeksi jari tangan dan jari kaki terhadap perubahan warna. Awasi
perkembangan nefritis dengan mengevaluai tekanan darah, kadar BUN
dan kreatinin serum, dan haluaran urin serta pemantauan autuk
hematuria atau proteinuria. Pastikan bahwa srining penglihatan dan
pemeriksaan oftalmik setiap tahun dilakukan untuk memelihara fungsi
penglihatan yang dapat mengalami perubahan.
DAFTAR PUSTAKA
Albar 2003, Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Untuk Petugas Puskesmas, Medan,
Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara.
Black & Hawks. (2009). Medical Surgical Nursing Clinical Mnagement for
Positive Outcomes. elseveir Saunders.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku PATOFISIOLOGI. Jakarta : EGC

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses:


Definitions & Classification, 20152017. 10nd ed. Oxford: Wiley
Blackwell.
Hockenberry, M.J & Wilson, D. (2009). Essential of Pediatric Nursing. St. Louis
Missoury: Mosby
Lewis et al. (2004). Medical surgical nursing; Assesment and management of
clinical problem (5th ed). Philadelphia: Mosby.
Mok, C S Lau. 2013. Pathogenesis of systemic lupus erythematosus, Department
of Medicine and Geriatrics, Tuen Mun Hospital, Tsing Chung Koon Road,
New Territories, Hong Kong;
Moore, Sharon. 2008. Lupus: Terapi terapi Alternatif yang Berhasil.
Yogyakarta: B-first.
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh
Agung Waluyo.(dkk), EGC, Jakarta.

BAB III
RENCANA KEPERAWATAN
A. Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada sendi
2.
Hipertermia berhubungan dengan adanya peningkatan suhu akibat
proses inflamasi
Gangguan integritas kulit berhubungan denganadanya butterfly

3.

rash dan kemerahan pada seluruh tubuh

4.

Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan


pertahanan primer akibat pembentukan antibodi.

B. Tujuan dan Intervensi Keperawatan


1. Nyeri akut oleh karena proses inflamasi pada sendi
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri
(biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan
jaringan
DS:
Laporan secara verbal DO:
Posisi untuk menahan nyeri
Tingkah laku berhatihati
Gangguan tidur (matasayu,tampak capek, sulit atau
gerakan kacau, menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri
Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu,
kerusakan proses berpikir,penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan)
Tingkahlaku distraksi,contoh: jalanjalan,menemui
oranglain dan/atau aktivitas, aktivitas berulangulang)
Respon autonom(seperti diaphoresis, perubahan tekanan
darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin
dalam rentang dari lemah ke kaku)
Tingkah laku ekspresif (contoh :
gelisah,merintih,menangis,waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu makan dan minum

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC:
1. PainLevel,
2. paincontrol,
3. comfortlevel
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama. Pasien tidak mengalami
nyeri,
dengan kriteria hasil:
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
Tidak mengalami gangguan tidur

2. Hipertermia karena adanya peningkatan suhu akibat proses inflamasi

Intervensi
NIC:
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Kurangi factor presipitasi nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam,
relaksasi,distraksi,kompres hangat/dingin
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri:...
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali

Diagnosa Keperawatan/ Masalah


Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan KriteriaHasil

Hipertermia
Berhubungan dengan:
penyakit/trauma
peningkatan metabolisme
aktivitas yang berlebih
dehidrasi
DO/DS:
kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal
serangan atau konvulsi (kejang)
kulit kemerahan
pertambahan RR
takikardi
Kulit teraba panas/hangat

NOC:
Thermoregulasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama.. pasien menunjukkan:
Suhu tubuh dalam batasnormal dengan
kreiteria hasil:
Suhu3637C
Nadi dan RR dalam rentang normal
Tidak ada perubahan warna kulit dan
tidak ada pusing, merasa nyaman

Intervensi
NIC:
Monitor suhu sesering mungkin
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tekanan darah,nadi dan RR
Monitor penurunan tingkat kesadaran
Monitor WBC, Hb, dan Hct
Monitor intake dan output
Berikan antipiretik:
Kelola Antibiotik:
Selimuti pasien
Berikan cairan intravena
Kompres pasien pada lipat paha dana ksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Monitor TD, nadi, suhu,dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban
membranmukosa)

3. Gangguan integritas kulit yang ditandai dengan adanya buttterfly rash dan kemerahan pada seluruh tubuh
Diagnosa Keperawatan/ Masalah
Kolaborasi
Risiko gangguan integritas kulit
Faktorfaktor risiko: Eksternal:
Hipertermia atau hipotermia
Substansi kimia
Kelembaban udara
Faktor mekanik (misalnya: alat yang dapat
menimbulkan luka, tekanan,restraint)
Immobilitasfisik
Radiasi
Usia yang ekstrim
Kelembaban kulit

Rencanakeperawatan
Tujuan dan KriteriaHasil
NOC:
Tissue Integrity:Skinand Mucous Membranes
Status Nutrisi
Tissue Perfusion: perifer
Dialiysis Access Integrity
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama. Gangguan integritas kulit tidak
terjadi dengan
Kriteria hasil:
Integritas kulit yang baik bisa
dipertahankan
Melaporkan adanya gangguan

Intervensi
NIC :
Pressure Management
Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
longgar
Hindari kerutan pada tempat tidur
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam
sekali
Monitor kulit akan adanya kemerahan
Oleskan lotion atau minyak/babyoil pada daerah yang
tertekan

Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien


Monitor status nutrisi pasien
Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Gunakan pengkajian risiko untuk memonitor factor risiko

4. Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer akibat pembentukan antibodi.
Diagnosa Keperawatan/ Masalah

Rencana keperawatan

Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil
Risikoinfeksi
Faktorfaktor risiko:
Prosedur Infasif
Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan
lingkungan
Malnutrisi
Peningkatan paparan lingkungan patogen
Imonusupresi
Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan
Hb, Leukopenia, penekanan responinflamasi)
Penyakit kronik
Imunosupresi
Malnutrisi
Pertahan primer tidak adekuat (kerusakan
kulit,trauma jaringan, gangguan peristaltik)

Intervensi

NOC:

NIC:

Immune Status
Knowledge: Infectioncontrol
Risk control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama pasien tidak mengalami infeksi
dengan
Kriteria hasil:
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

Pertahankan teknik aseptif


Batasi pengunjung bila perlu
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan

Menunjukkan kemampuan untuk mencegah


timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
Status imun, gastrointestinal, genitourinaria
dalam batas normal

Gunakan baju,sarung tangan sebagai alat pelindung


Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan
petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
Tingkatkan intakenutrisi
Berikan terapi antibiotik:.................................
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Pertahankan teknik isolasik/p
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan, panas,drainase
Monitor adanya luka
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4jam

Vous aimerez peut-être aussi