Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1. Definisi Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba (Notoatmodjo, 2005).
Pengetahuan atau kognitif yang merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan fisik
dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun dengan dorongan sikap
perilaku setiap orang sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan
stimulasi terhadap tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2005).
2.1.2. Tingkatan Pengetahuan Dalam Domain Kognitif
Menurut Notoatmodjo (2005), tingkat pengetahuan terdiri dari 6 (enam)
tingkatan, yakni :
a.
Tahu (Know)
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang
termasuk mengingat kembali tahap suatu yang spesifik dari keseluruhan bahan
yang dipelajari atau rangsangan. Jadi tahu merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Pengetahuan wanita yang diteliti tentang Pap Smear pada tingkat
tahu bermaksud mereka dapat mengingat hal yang penting berkaitan dengan
pemeriksaan Pap Smear seperti ingat apa tujuan pemeriksaan ini.
b.
Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai sutau kemampuan menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan,
kata
analisis
kerja seperti
dapat
kata
dikaitkan
kerja
dari
seperti
penggunaan-
menggambarkan,
menunjukkan
pada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
atau
objek.
Pengukuran
pengetahuan
wanita
tentang
pemeriksaan Pap Smear dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang materi yang ingin diukur melalui kuesioner yang diberikan.
2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
a. Usia
Usia merupakan lamanya hidup dalam hitungan waktu (tahun). Wanita
yang sudah menikah atau memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari
18 tahun) mendekati resiko terkena kanker leher rahim. Seharusnya wanita
dewasa tingkat pengetahuannya mengenai Pap Smear akan lebih tinggi dan baik
berbanding dengan mereka yang masih muda atau anak-anak. Hal ini
adalah
karena diasumsi bahwa mereka lebih banyak dan lama terpapar dengan
informasi mengenai Pap Smear. Selain itu, wanita yang usianya lebih tinggi
akan cenderung untuk mengambil berat mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan alat reproduksinya
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses belajar yang pernah ditempuh secara formal
didalam lembaga pendidikan. Tingkat pendidikan mempunyai hubungan
terhadap motivasi untuk melakukan papsmear, karena semakin tinggi tingkat
pendidikan, maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan dan kesadaran pada
orang tersebut dalam menerima informasi. Tingkat pendidikan tinggi akan
mengubah cara penilaian seseorang tentang Pap Smear sehingga timbul
keinginan atau motivasi seseorang itu untuk melakukan pemeriksaan ini.
Berbeda
penyakit
pada organ
pada
sel-sel
permukaan
serviks
yang
normal
menjadi abnormal. Pap Smear pertama sekali diperkenalkan oleh Dr. George
Papanicolou dan Dr. Aurel Babel pada tahun 1928 dan pemeriksaan ini mulai
populer sejak tahun 1943 (Purwoto
& Nuranna, 2002).
2.2.2 Akurasi Dan Manfaat
Menurut
Oats
dan
Abraham
(2005),
pemeriksaan
Pap
Smear
ini
relatif sederhana, cepat dan tidak menyebabkan rasa nyeri pada pasien-pasien yang
datang untuk melakukan pemeriksaan ini. Diestimasikan kesalahan dari hasil
pemeriksaan ini ataupun false-negativenya cuma 5-15% dan bisa dikurangi dengan
melakukan prosedur pemeriksaan yang lebih berhati-hati dan teliti.
Melalui pemeriksaan Pap Smear yang dilakukan secara reguler, ia dapat
membantu
mendeteksi dini
kanker
serviks
pada
wanita-wanita
yang
mempunyai resiko untuk mendapat kanker serviks. Pemeriksaan Pap Smear berguna
sebagai penyaring (skrining) dan pelacak adanya perubahan sel kearah keganasan
secara dini sehingga kelainan prakanker dapat dideteksi sekaligus membantu
mengurangkan pembiayaan pengobatan yang menjadi relatif lebih mudah dan
murah (Hillegas,
2005). Selain itu, pemeriksaan ini juga bisa mendeteksi infeksi virus seperti Human
Papiloma Virus (HPV) dan infeksi dari bakteri-bakteri yang bisa menyebabkan
penyakit
Abraham,
2005).
menular
bahwa
untuk
kasus
kanker
serviks
yang
disebabkan
Human
Papiloma Virus (HPV), maka wanita disarankan untuk mula datang melakukan
pemeriksaan Pap Smear ini seawal usia 21 tahun dan mereka diharuskan untuk
datang melakukan pemeriksaan ini sekurang-kurangnya satu kali dalam masa 3
tahun bermula pada usia
21
tahun.
Jika
hasil
pemeriksaan
dikatakan
normal
oleh
dokter
yang
serviks invasif rendah. Bagi negara-negara yang sedang berkembang, skrining ini
mula dianjurkan untuk wanita yang berusia 35 tahun karena insiden kasus kanker
serviks rendah untuk wanita usia dibawah 35 tahun (Bieber et al., 2006).
2.2.4. Persiapan
Pemeriksaan
Menurut
berikut:
Alat
Dan
Persiapan
Pasien
Sebelum
Pasien
yang
mahu
melakukan pemeriksaan
Pap
Smear
seharusnya
Hal
hingga
minggu
sebelum
datang
melakukan
Smear
pemeriksaan di
klinik, puskesmas atau hospital oleh ahli-ahli terlatih seperti dokter, pembantu
dokter atau jururawat. Pasien selalunya akan diminta untuk berada dalam posisi
letak litotomi
setelah
kira-kira
satu
jam
lalu
akan
dikeringkan
sebelum
dikirim
ke
memeriksa
sampel yang
dihantar ke
laboratorium dan akan memberikan maklum balas berkaitan hasil dari pemeriksaan
yang telah dilakukan seperti berikut (Oats dan Abraham, 2005).
a)
Tidak
(unsatisfactory)
memuaskan
Diagnosis tidak dapat dilakukan dari sampel yang dihantar mungkin karena
sampel tersebut mengandungi terlalu sedikit sel, tidak mengandungi sel
endoservikal sama sekali, ataupun proses pembuatan apusan tidak benar. Untuk
sampel seperti ini, mereka meminta untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear
ulang selepas empat minggu.
b)
Inflamasi
inconclusive)
(inflammatory
or
Nuklei atau nuclei pada sampel yang dihantar terganggu dan tidak dapat
ditentukan
diagnosnya
karena
effek
dari
infeksi
vagina
seperti
ringan
(mild
b. positif
non kanker,
tidak
menggambarkan
interpretasi yang
seragam,
ini,
gelisah
atau
cemas
bila
mengetahui
mereka
mendapat
infeksi
HPV
karena beranggapan ini merupakan suatu hal yang serius dan bisa mengancam
kesehatan mereka. Maka, sebaiknya dokter menjelaskan kepada pasiennya disebalik
maksud laporan Pap Smearnya dan apa prosedur yang perlu dilakukan pada tahap
selanjutnya (Oats dan Abraham, 2005).
2.3. Kanker Serviks
2.3.1. Definisi
Kanker serviks adalah suatu keganasan yang terjadi pada serviks ataupun leher
rahim, di mana terjadi perubahan pada sel-sel epithelium serviks yang
awalnya normal menjadi abnormal (NCBI, 2010). Hal ini disebabkan sel-sel
abnormal tadi bermultiplikasi tanpa kontrol. Serviks berasal dari bahasa Latin yang
artinya leher. Serviks adalah salah satu bagian dari rahim dan terdiri dari dua bagian
yaitu mulut rahim dan leher rahim, tetapi secara keseluruhan keduanya disebut
serviks. Serviks adalah organ yang menghubungkan rahim dan vagina ( Nurwijaya et
al., 2010).
2.3.2. Etiologi Dan Faktor Resiko
Menurut Otto (2003), kebanyakan kasus kanker serviks adalah disebabkan
infeksi dari HPV yang dapat menular dari hubungan seksual. Terdapat banyak
tipe dari HPV, tetapi infeksi HPV tipe 16 dan 18 merupakan penyebab paling
banyak kasus kanker serviks. Faktor risiko untuk terjadinya kanker serviks
termasuklah:
a) melakukan hubungan seksual pada usia yang terlalu muda (di bawah 18
tahun)
b) perilaku seksual dengan pasangan lebih dari satu (suka berganti-ganti
pasangan seksual)
c)
kehamilan pertama sebelum usia 18
tahun
d) kehamilan ganda membuat seorang wanita memiliki risiko yang lebih
tinggi
diagnosis karsinoma in situ mendekati 100%, dengan kanker terbatas secara lokal
88%, penyakit berkembang ke area regional 52% dan metastasis jauh 14% (Otto,
2003).
2.4.5. Komplikasi
a) Terdapat beberapa tipe kanker serviks yang tidak menunjukkan respon baik pada
pengobatan yang diberikan.
b) Masih terdapat kemungkinan terjadi rekuren (recurrent) selepas pengobatan
c) Kanker serviks tipe rekuren biasanya terjadi pada wanita yang sebelumnya
melakukan pengobatan kanker serviks tetapi mahu mempertahankan uterusnya.
d) Penatalaksanaan kanker serviks seperti melakukan operasi atau radiasi bisa
menimbulkan gangguan fungsi pada abdomen dan kandung kemih serta
gangguan hubungan seksual (NCBI, 2010).
2.4.6. Pencegahan
Bagi wanita semua umur, membatasi jumlah pasangan seks dan penggunaan
kontrasepsi penghalang, seperti kondom sangat dianjurkan untuk mengurangi risiko
terjadinya kanker serviks. Modifikasi pola makan yang dapat mengurangi
risiko kanker serviks di antaranya dengan mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandungi vitamin A dan C dan asam folat. Selain itu, adalah dengan mencegah
bertambahnya atau mengupayakan penghentian penggunaan tembakau dan alkohol.
Pasien juga disarankan untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear secara regular
supaya kanker serviks bisa dideteksi lebih dini (Otto, 2003).
Vaksin Gardasil untuk mencegah terjadinya kanker serviks yang disebabkan
infeksi HPV terutama tipe 16 dan 18 juga telah tersedia pada waktu kini. Menurut
penelitian yang dilakukan sebelum ini, vaksin ini ternyata bisa mencegah kanker
serviks pada stadium awal (NCBI, 2010).