Vous êtes sur la page 1sur 71

ASKEP AKUT LEUKIMIA LIMFOBlASTIC (ALL)

Posted May 23, 2011 by jfikriamrullah in Uncategorized. Leave a Comment


1.Pengertian
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembentuk darah. (Suriadi, & Rita yuliani, 2001 : 175).
Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and
Bare, B.G, 2002 : 248 )
Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum
tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh
yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495)
Berdasarkan dari beberapa pengetian diatas maka penulis berpendapat bahwa
leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari
sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
2.Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu :
a.Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen
(Tcell Leukemia Lhymphoma Virus/ HLTV).
b.Radiasi
c.Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol.
d.Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot.
e.Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom. (Suriadi & Rita Yuliani,
2001 : hal. 177)
Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih.
Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui.
Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya
benzena) dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya
leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma
Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.
3.Gambaran klinik
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai
berikut :
a.Pilek tidak sembuh-sembuh
b.Pucat, lesu, mudah terstimulasi
c.Demam dan anorexia
d.Berat badan menurun

e.Ptechiae, memar tanpa sebab


f.Nyeri pada tulang dan persendian
g.Nyeri abdomen
h.Lumphedenopathy
i.Hepatosplenomegaly
j.Abnormal WBC
(Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177)
4.Insiden
ALL (Acute Lymphoid Leukemia) adalah insiden paling tinggi terjadi pada anakanak yang berusia antara 3 dan 5 tahun. Anak perempuan menunjukkan prognosis
yang lebih baik daripada anak laki-laki. Anak kulit hitam mempunyai frekuensi
remisi yang lebih sedikit dan angka kelangsungan hidup (survival rate) rata-rata
yang juga lebih rendah.
ANLL (Acute Nonlymphoid Leukemia) mencakup 15% sampai 25% kasus
leukemia pada anak. Resiko terkena penyakit ini meningkat pada anak yang
mempunyai kelainan kromosom bawaan seperti Sindrom Down. Lebih sulit dari
ALL dalam hal menginduksi remisi (angka remisi 70%). Remisinya lebih singkat
pada anak-anak dengan ALL. Lima puluh persen anak yang mengalami
pencangkokan sumsum tulang memiliki remisi berkepanjangan. (Betz, Cecily L.
2002. hal : 300).
5.Patofisiologi
a.Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel
blast. Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan platelet terganggu
sehingga akan menimbulkan anemia dan trombositipenia.
b.Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan gangguan sistem
pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi.
c.Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan infiltrasi
organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan metabolisme. Depresi
sumsum tulang yangt akan berdampak pada penurunan lekosit, eritrosit, faktor
pembekuan dan peningkatan tekanan jaringan.
d.Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran
hati, limfe, nodus limfe, dan nyeri persendian.
(Suriadi, & Yuliani R, 2001: hal. 175)
6.Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
a.Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang
dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik;
jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada
anak sembarang umur.
b.Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat
c.Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.

d.Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.


e.Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.
f.Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.
g.Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan.
(Betz, Cecily L. 2002. hal : 301-302).
7.Penatalaksanaan Medis
Protokol pengobatan bervariasi sesuai jenis leukemia dan jenis obat yang
diberikan pada anak. Proses induksi remisi pada anak terdiri dari tiga fase :
induksi, konsolidasi, dan rumatan. Selama fase induksi (kira-kira 3 sampai 6
minggu) anak menerima berbagai agens kemoterapeutik untuk menimbulkan
remisi. Periode intensif diperpanjang 2 sampai 3 minggu selama fase konsolidasi
untuk memberantas keterlibatan sistem saraf pusat dan organ vital lain. Terapi
rumatan diberikan selama beberapa tahun setelah diagnosis untuk memperpanjang
remisi. Beberapa obat yang dipakai untuk leukemia anak-anak adalah prednison
(antiinflamasi), vinkristin (antineoplastik), asparaginase (menurunkan kadar
asparagin (asam amino untuk pertumbuhan tumor), metotreksat (antimetabolit),
merkaptopurin, sitarabin (menginduksi remisi pada pasien dengan leukemia
granulositik akut), alopurinol, siklofosfamid (antitumor kuat), dan daunorubisin
(menghambat pembelahan sel selama pengobatan leukemia akut). (Betz, Cecily L.
2002. : 302).
Konsep Dasar Keperawatan
Menurut American Nursing Association (ANA) proses keperawatan adalah suatu
metode yang sistematis yang diberikan kepada individu, keluarga dan masyarakat
dengan berfokus pada respon unik dari individu, keluarga, dan masyarakat
terhadap masalah kesehatan yang potensial maupun aktual. ( Marilynn E.
Doengoes, dkk .2000 : 6 ).
Di dalam memberikan asuhan keperawatan terdiri dari beberapa tahap atau
langkah-langkah proses keperawatan yaitu ; pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
1.Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang
akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola
pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta
merumuskan diagnosa keperawatan. (Budi Anna Keliat, 1994)
Pengkajian pada leukemia meliputi :
a.Riwayat penyakit
b.Kaji adanya tanda-tanda anemia :
1).Pucat
2).Kelemahan
3).Sesak
4).Nafas cepat

c.Kaji adanya tanda-tanda leukopenia


1).Demam
2).Infeksi
d.Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :
1).Ptechiae
2).Purpura
3).Perdarahan membran mukosa
e.Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :
1).Limfadenopati
2).Hepatomegali
3).Splenomegali
f.Kaji adanya pembesaran testis
g.Kaji adanya :
1).Hematuria
2).Hipertensi
3).Gagal ginjal
4).Inflamasi disekitar rektal
5).Nyeri (Suriadi,R dan Rita Yuliani,2001 : 178)
2.Patofisiologi dan Penyimpangan KDM
Proliferasi sel kanker
Sel kanker bersaing dengan sel normal
Untuk mendapatkan nutrisi
Infiltrasi
Sel normal digantikan dengan
Sel kanker
3.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA) adalah suatu penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang
aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan diamana perawat bertanggung
gugat (Wong,D.L, 2004 :331)
Menurut Wong, D.L (2004 :596 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia
adalah :
1.Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3.Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan
jumlah trombosit
4.Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5.Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi

6.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan


anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau
stomatitis
7.Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
9.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.
10.Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang
menderita leukemia.
11.Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak.
4.Rencana keperawatan
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk
mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan.
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan
dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai
berikut (Wong,D.L,2004 )
a.Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
1)Tujuan : Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
2)Intervensi :
a)Pantau suhu dengan teliti
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
b)Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
c)Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk menggunakan teknik
mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
d)Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko infeksi
e)Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi seperti
tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
f)Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan organisme
g)Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi seluler
h)Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
i)Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
b.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
1)Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas

2)Intervensi :
a)Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi
dala aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
b)Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau
penyambungan jaringan
c)Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan atau
dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu pemilihan
intervensi
d)Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
c.Resiko terhadap cedera/perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
1)Tujuan : klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
2)Intervensi :
a)Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada daerah
ekimosis
Rasional : karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan adanya anemia
b) Cegah ulserasi oral dan rektal
Rasional : karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
c) Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional : untuk mencegah perdarahan
d) Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional : untuk mencegah perdarahan
e) Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun, denyut nadi
cepat, dan pucat)
Rasional : untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi perdarahan
f) Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional : karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
g) Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol perdarahan
hidung
Rasional : untuk mencegah perdarahan
d.Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
1)Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan
- Pasien tidak mengalami mual dan muntah
2)Intervensi :
a)Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
b)Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
c)Kaji respon anak terhadap anti emetik
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum berhasil
d)Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat

Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah


e)Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
f)Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
g)Rasional : untuk mempertahankan hidrasi
e.Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
1)Tujuan : pasien tidak mengalami mukositis oral
2)Intervensi :
a)Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus oral
Rasional : untuk mendapatkan tindakan yang segera
b)Hindari mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah trauma
c)Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator berujung kapas, atau jari yang
dibalut kasa
Rasional : untuk menghindari trauma
d)Berikan pencucian mulut yang sering dengan cairan salin normal atau tanpa
larutan bikarbonat
Rasional : untuk menuingkatkan penyembuhan
e)Gunakan pelembab bibir
Rasional : untuk menjaga agar bibir tetap lembab dan mencegah pecah-pecah
(fisura)
f)Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak kecil
Rasional : karena bila digunakan pada faring, dapat menekan refleks muntah yang
mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat menyebabkan kejang
g)Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional : agar makanan yang masuk dapat ditoleransi anak
h)Inspeksi mulut setiap hari
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
i)Dorong masukan cairan dengan menggunakan sedotan
Rasional : untuk membantu melewati area nyeri
j)Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen peroksida dan susu magnesia
Rasional : dapat mengiritasi jaringan yang luka dan dapat membusukkan gigi,
memperlambat penyembuhan dengan memecah protein dan dapat mengeringkan
mukosa
k)Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional : untuk mencegah atau mengatasi mukositis
l)Berikan analgetik
Rasional : untuk mengendalikan nyeri
f.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau
stomatitis
1)Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
2)Intervensi :

a)Dorong orang tua untuk tetap rileks pada saat anak makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat langsung dari
mual dan muntah serta kemoterapi
b)Izinkan anak memakan semua makanan yang dapat ditoleransi, rencanakan
unmtuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
c)Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu bubuk atau
suplemen yang dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
d)Izinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar anak mau makan
e)Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
f)Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan untuk
menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan peranan penting dalam
mempertahankan masukan kalori dan protein yang adekuat
g)Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori, khususnya
bila BB dan pengukuran antropometri kurang dari normal
g.Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
1)Tujuan : pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang
dapat diterima anak
2)Intervensi :
a)Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan atau
keefektifan intervensi
b)Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu non invasif,
alat akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
c)Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu pemberian atau
obat
d)Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
e)Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri
h.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas
1)Tujuan : pasien mempertahankan integritas kulit
2)Intervensi :
a)Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan daerah
perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
b)Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit

c)Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan


Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
d)Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi dapat terjadi
dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi
e)Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang kering
Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit
f)Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negatif
g)Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan
i.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan
1)Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
2)Intervensi :
a)Dorong anak untuk memilih wig (anak perempuan) yang serupa gaya dan warna
rambut anak sebelum rambut mulai rontok
Rasional : untuk membantu mengembangkan penyesuaian rambut terhadap
kerontokan rambut
b)Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar matahari,
angin atau dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
c)Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih, pendek dan
halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
d)Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan mungkin
warna atau teksturnya agak berbeda
Rasional : untuk menyiapkan anak dan keluarga terhadap perubahan penampilan
rambut baru
e)Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin ,
misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan
j.Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang
menderita leukemia
1)Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur
diagnostik atau terapi
2)Intervensi :
a)Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pda anak
Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
b)Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari staff
Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
c)Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam membantu anak
menjalani kehidupan yang normal
Rasional : untuk meningkatkan perkembangan anak yang optimal
d)Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai kehidupan anak

sebelum diagnosa dan prospek anak untuk bertahan hidup


Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi rasa takut
secara realistis
e)Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu anak tentang
hasil tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan kemungkinan terapi
tambahan
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
f)Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada
Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga
k.Antisipasi berduka berhubungan dengan perasaan potensial kehilangan anak
1)Tujuan : pasien atau keluarga menerima dan mengatasi kemungkinan kematian
anak
2)Intervensi :
a)Kaji tahapan berduka terhadap anak dan keluarga
Rasional : pengetahuan tentang proses berduka memperkuat normalitas perasaan
atau reaksi terhadap apa yang dialami dan dapat membantu pasien dan keluarga
lebih efektif menghadapi kondisinya
b)Berikan kontak yang konsisten pada keluarga
Rasional : untuk menetapkan hubungan saling percaya yang mendorong
komunikasi
c)Bantu keluarga merencanakan perawatan anak, terutama pada tahap terminal
Rasional : untuk meyakinkan bahwa harapan mereka diimplementasikan
d)Fasilitasi anak untuk mengespresikan perasaannya melalui bermain
Rasional : memperkuat normalitas perasaan atau reaksi terhadap apa yang dialami
5.Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan
yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus
dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya.
Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah ditentukan dapat tercapai (Wong.
D.L.2004:hal.331).
6.Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610)
hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah :
a.Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b.Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya
laporan peningkatan toleransi aktifitas.
c.Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d.Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
e.Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak
nyaman

f.Masukan nutrisi adekuat


g.Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan
bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h.Kulit tetap bersih dan utuh
i.Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak
membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan
menerapkan metode ini dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
j.Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga
menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga
mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama
anak.
k.Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan
anak mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka
pada tahap terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat.
Sumber:
1.Sunar Trenggana, Dr. Leukemia ; Penuntun bagi orang tua Bagian Ilmu
Kesehatan Anak, FK UNHAS/SMF Anak RS DR. Wahidin Sudirohusodo
Makassar.
2.Susan Martin Tucker, Mary M. Canabbio, Eleanor Yang Paquette, Majorie Fife
Wells, 1998, Standar Perawatan Pasien, volume 4, EGC.
3.Abdoerrachman MH, dkk, 1998, Ilmu Kesehatan Anak, Buku I, penerbit
Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
4.Anna Budi Keliat, SKp, MSc., 1994, Proses Keperawatan, EGC.
5.Marilynn E. Doenges, Mary Prances Moorhouse, Alice C. Beissler, 1993,
Rencana Asuhan Keperawatan, EGC.
6.Rosa M Sacharin, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta
7.Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, Balai
Penerbit FKUI, Jakarta

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN ACUTE


LYMPHOBLASTIC LEUKEMIA PADA ANAK USIA PRA
SEKOLAH

PENGERTIAN
Acute lympobastic leukemia adalah bentuk akut dari leukemia yang
diklasifikasikan menurut cell yang lebih banyak dalam sumsum tulang yaitu
berupa lymphoblasts.

Pada keadaan leukemia terjadi proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas,
sering disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal, jumlahnya berlebihan
dan dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian.
Faktor penyebab ALL tidak diketahui, tapi dimungkinkan karena interaksi
sejumlah faktor :
1. Neoplasia
2. Infeksi
3. Radiasi
4. Keturunan
5. Zat kimia
6. Murasi gen
EPIDEMIOLOGI
Leukemia akut cepat terjadi dan lambat penyembuhannya, dapat diakhiri dengan
kematian bila tidak segera diobati. ALL sering ditemukan pada anak-anak (82 %)
daripada umur dewasa (!*%) dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki
daripada anak perempuan.
PATOFISIOLOGI
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan leukosit
atau sel darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet. Seluruh sel darah normal
diperoleh dari sel batang tunggal yang terdapat pada seluruh sumsum tulang. Sel
batang dapat dibagi ke dalam lymphpoid dan sel batang darah (myeloid), dimana
pada kebalikannya menjadi cikal bakal sel yang terbagis epanjang jalur tunggal
khusus. Proses ini dikenal sebagai hematopoiesis dan terjadi di dalam sumsum
tulang tengkorak, tulang belakang., panggul, tulang dada, dan pada proximal
epifisis pada tulang-tulang yang panjang.
ALL meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan kematangan lemah dan
pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang. Biasanya
dijumpai tinmgkat pengembangan lymphoid yang berbeda dalam sumsum tulang
mulai dari yang sangat mentah hingga hampir menjadi sel normal. Derajat
kementahannya merupakan petunjuk untk menentukan/meramalkan
kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan

biasanya ada leukositosis (^)%), kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah


leukosit neutrofil seringkali rendah, demikian pula kadar hemoglobin dan
trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum tulang biasanya menunjukkan sel-sel blas
yang dominan. Pematangan limfosit B dimulai dari sel stem pluripoten, kemudian
sel stem limfoid, pre pre-B, early B, sel B intermedia, sel B matang, sel
plasmasitoid dan sel plasma. Limfosit T juga berasal dari sel stem pluripoten,
berkembang menjadi sel stem limfoid, sel timosit imatur, cimmom thymosit,
timosit matur, dan menjadi sel limfosit T helper dan limfosit T supresor.
Peningkatan prosuksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat ekstramedular
sehingga anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan
hepatosplenomegali. Sakit tulang juga sering dijumpai. Jugaa timbul serangan
pada susunan saraf pusat, yaitu sakit kepala, muntah-muntah, seizures dan
gangguan penglihatan.
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK PRA SEKOLAH (1-6
TAHUN)
Menurut Soetjiningsih
Anak usia pra sekolah digolongkan pada usia 1 6 tahun
Menurut Donna L Wong
Masa Anak Pra Sekolah atau disebut juga masa anak-anak awal berada pada usia 3
6 tahun
Perkembangan Psokoseksual menurut Sigmund Freud
Disebut fase laten ( usia 5 12 tahun )
- Anak masuk permulaan fase pubertas
- Periode integrasi, dimana anak harus berhadapan dengan berbagai tuntutan sosial
- Fase tenang
- Dorongan libido mereda
- Erotik zone berkurang
- Anak tertarik dengan peer group

Perkembangan Psikososial menurut Erik Erikson


Kepercayaan yang diperoleh anak pra sekolah diartikan bahwa ia diperbolehkan
memiliki inisiatif dalam belajar mencari pengalaman-pengalaman baru secara
aktif seperti bagaimana dan mengapa tentanang sesuatu sehinggga anak dapat
memperluas aktifitasnya. Jika anak dilarang atau diomeli maka anak akan merasa
bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang
menantang keterampilan motorik dan bahasanya.
PENGKAJIAN DATA KEPERAWATAN
Identitas
Acute lymphoblastic leukemia sering terdapat pada anak-anak usia di bawah 15
tahun (85%) , puncaknya berada pada usia 2 4 tahun. Rasio lebih sering terjadi
pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Pada anak pra sekolah keluhan yang sering muncul tiba-tiba adalah demam,
lesudan malas makan atau nafsu makan berkurang, pucat (anemia) dan
kecenderungan terjadi perdarahan.
Riwayat kesehatan masa lalu
Pada penderita ALL sering ditemukan riwayat keluarga yang erpapar oleh
chemical toxins (benzene dan arsen), infeksi virus (epstein barr, HTLV-1),
kelainan kromosom dan penggunaan obat-obatann seperti phenylbutazone dan
khloramphenicol, terapi radiasi maupun kemoterapi.
Pola Persepsi mempertahankan kesehatan
Tidak spesifik dan berhubungan dengan kebiasaan buruk dalam mempertahankan
kondisi kesehatan dan kebersihan diri. Kadang ditemukan laporan tentang riwayat
terpapar bahan-bahan kimia dari orangtua.
Pola Latihan dan Aktivitas
Anak penderita ALL sering ditemukan mengalami penurunan kordinasi dalam
pergerakan, keluhan nyeri pada sendi atau tulang.
Anak sering dalam keadaan umum lemah, rewel, dan ketidakmampuan
melaksnakan aktivitas rutin seperti berpakaian, mandi, makan, toileting secara
mandiri.

Dari pemeriksaan fisik dedapatkan penurunan tonus otot, kesadaran somnolence,


keluhan jantung berdebar-debar (palpitasi), adanya murmur, kulit pucat, membran
mukosa pucat, penurunan fungsi saraf kranial dengan atau disertai tanda-tanda
perdarahan serebral.
Anak mudah mengalami kelelahan serta sesak saat beraktifitas ringan, dapat
ditemukan adanya dyspnea, tachipnea, batuk, crackles, ronchi dan penurunan
suara nafas.
Penderita ALL mudah mengalami perdarahan spontan yang tak terkontrol dengan
trauma minimal, gangguan visual akibat perdarahan retina, , demam, lebam,
purpura, perdarahan gusi, epistaksis.
Pola Nurisi
Anak sering mengalami penurunan nafsu makan, anorexia, muntah, perubahan
sensasi rasa, penurunan berat badan dan gangguan menelan, serta pharingitis.
Dari pemerksaan fisik ditemukan adanya distensi abdomen, penurunan bowel
sounds, pembesaran limfa, pembesaran hepar akibat invasi sel-sel darah putih
yang berproliferasi secara abnormal, ikterus, stomatitis, ulserasi oal, dan adanya
pmbesaran gusi (bisa menjadi indikasi terhadap acute monolytic leukemia)
Pola Eliminasi
Anak kadang mengalami diare, penegangan pada perianal, nyeri abdomen, dan
ditemukan darah segar dan faeces berwarna ter, darah dalam urin, serta penurunan
urin output.
Pada inspeksi didapatkan adanya abses perianal, serta adanya hematuria.
Pola Tidur dan Istrahat
Anak memperlihatkan penurunan aktifitas dan lebih banyak waktu yang
dihabiskan untuk tidur /istrahat karena mudah mengalami kelelahan.
Pola Kognitif dan Persepsi
Anak penderita ALL sering ditemukan mengalami penurunan kesadaran
(somnolence) , iritabilits otot dan seizure activity, adanya keluhan sakit kepala,
disorientasi, karena sel darah putih yang abnormal berinfiltrasi ke susunan saraf
pusat.

Pola Mekanisme Koping dan Stress


Anak berada dalam kondisi yang lemah dengan pertahan tubuh yang sangat jelek.
Dalam pengkajian dapt ditemukan adanya depresi, withdrawal, cemas, takut,
marah, dan iritabilitas. Juga ditemukan peerubahan suasana hati, dan bingung.
Pola Seksual
Pada pasien anak-anak pola seksual belum dapat dikaji
Pola Hubungan Peran
Pasien anak-anak usia pra sekolah merasa kehilangan kesempatan bermain dan
berkumpul bersama teman-teman serta belajar.
Pola Keyakinan dan Nilai
Anak pra sekolah mengalami kelemahan umum dan ketidakberdayaan melakukan
ibadah.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Count Blood Cells : indikasi normocytic, normochromic anemia
2. Hemoglobin : bisa kurang dari 10 gr%
3. Retikulosit : menurun/rendah
4. Platelet count : sangat rendah (<50.000/mm)
5. White Blood cells : > 50.000/cm dengan peningkatan immatur WBC (kiri ke
kanan)
6. Serum/urin uric acid : meningkat
7. Serum zinc : menurun
8. Bone marrow biopsy : indikasi 60 90 % adalah blast sel dengan erythroid
prekursor, sel matur dan penurunan megakaryosit
9. Rongent dada dan biopsi kelenjar limfa : menunjukkan tingkat kesulitan
tertentu
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perubahan maturitas sel
darah merah, peningkatan jumlah limfosit imatur, imunosupresi

2. Resiko terhadap penurunan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran


berlebihan seperti muntah, perdarahan, diare, penurunan intake cairan
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran kelenjar
limfe, efek sekunder pemberian anti leukemic agents
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sumber energi,
peningkatan laju metabolik akibat produksi lekosit yang berlebihan,
ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan
RENCANA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perubahan maturitas sel
darah merah, peningkatan jumlah limfosit imatur, imunosupresi
Batasan karakteristik :
- Peningkatan jumlah lekosit
- Count Blood Cells : indikasi normocytic, normochromic anemia
Kriteria Hasil :
Klien akan :
1. Mengidentifikasi faktor resiko yang dapat dikurangi
2. Menyebutkan tanda dan gejala dini infeksi
Intervensi

Rasional

1. Lakukan tindakan untuk mencegah


pemajanan pada sumber yang diketahui
atau potensial terhadap infeksi :

1. Kewaspadaan meminimalkan pemajanan


klien terhadap bakteri, virus, dan patogen
jamur baik endogen maupun eksogen

a. Pertahankan isolasi protektif sesuai


kebijakan institusional

2. Perubahan tanda-tanda vital merupakan


tanda din terjadinya sepsis, utamanya bila
terjadi peningkatan suhu tubuh

b. Pertahankan teknik mencuci tangan


dengan cermat

3. Kultur dapat mengkonfirmasikan infeksi


dan mengidentifikasi organisme penyebab

c. Beri hygiene yang baik


4. Pengertian klien dapat memperbaiki

d. Batasi pengunjung yang sedang demam, kepatuhan dan mengurangi faktor resiko
flu atau infeksi
5. Granulositopeniaa dapat menetap 6-12
e. Berikan hygiene perianal 2 x sehari dan minggu. Pengetian tentang sifat sementara
setiap BAB
granulositopenia dapat membantu
mencegah kecemasan klien dan
f. Batasi bunga segar dan sayur segar
keluarganya
g. Gunakan protokol rawat mulut

6. Prosedur tertentu dapat menyebabkan


trauma jaringan, menngkatkan kerentanan
h. Rawat klien dengan neutropenik terlebih infeksi
dahulu
2. Laporkan bila ada perubahan tanda vital
3. Dapatkan kultur sputum, urine, diare,
darah dan sekresi tubuh abnormal sesuai
anjuran
4. Jelaskan alasan kewaspadaan dan
pantangan
5. Yakinkan klien dan keluarganya bahwa
peningkatan kerentanan pada infeksi hanya
sementara
6. Minimalkan prosedur invasif
2. Resiko terhadap penurunan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran
berlebihan seperti muntah, perdarahan, diare, penurunan intake cairan
Batasan karakteristik :
- Muntah +
- Perdarahan masif +
- Diare +
- Intake < output
Kriteria Hasil :

Klien akan :
1. Memperlihatkan keadaaan volume cairan yang adekuat
2. Memperlihatkan tanda-tanda vital dalam bataas normal
3. Memperlihatkan urine output, PH dalam batas normal
Intervensi

Rasional

1. Monitor intake dan output . Catat


penurunan urin, dan besarnya PH

Penurunan sirkulasi sekunder dapat


menyebabkan berkurangnya sirkulasi ke
ginjal atau berkembang menjadi batu ginjal
sehingga menyebabkan retensi cairan atau
gagal ginjal

2. Hitung berat badan setiap hari

3. Motivasi klien untuk minum 3 4 l/hari


jika tanpa kontra indikasi
Sebagai ukuran keadekuatan volume cairan.
Intake yang lebih besar dari output dapat
4. Kaji adanya petechie pada kulit dan
diindikasikan menjadi renal obstruksi.
membran mukosa, perdarahan gusi
Meningkatkan aliran urin, mencegah asam
5. Gunakan alat-alat yang tidak
urat, dan membersihkan sisa-sisa obat
menyebakan resiko perdarahan
neoplastik
6. Berikan diet makanan lunak
Kolaborasi :
1. Pemberian cairan sesuai indikasi
2. Monitor pemeriksaan diagnostik :
Platelet, Hb/Hct, bekuan darah

Supresi bone marrow dan prosuduksi


platelet menyebabkan klien beresiko
mengalami perdarahan
Jaringan yang mudah robek dan mekanisme
pembekuan dapat menyebabkan perdarahan
meskipun karena trauma ringan
Mencegah iritasi gusi
Mempertahankan cairan dan elektrolit yang
tidak bisa dilakukan per oral, menurunkan
komplikasi renal
Bila platelet <20.000/mm( akibat pengaruh
sekunder obat neoplastik ) , klien
cenderung mengalami perdarahan.

Penurunan Hb/Hct berindikasi terhadap


perdarahan.
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran kelenjar
limfe, efek sekunder pemberian anti leukemic agents
Batasan karakteristik :
- Keluhan nyeri (tulang,sarf, sakit kepala, dll)
- Distraksi menahan, ekspresi meringis, menangis, perubahan tonus otot
- Respon-respons autonomik
Kriteria hasil :
Klien akan :
1. Melaporkan nyeri berkurang atau hilang
2. Memperlihatkan perilaku positif dalam mengatasi nyeri
Intervensi

Rasional

1. Kaji tingkat nyeri, gunakan skala 1 10 Berguna mengkaji kebutuhan intervensi ,


bisa berindikasi perkembangan komplikasi
2. Monitor vital signs, catat reaksi non
verbal
Berguna dalam validasi verbal dan
mengevaluasi keefektifan intervensi
3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan
kurangi stimulus
Meningkatkan kemampuan istrahat dan
memperkuat kemampuan koping
4. Berikan posisi yang nyaman
Menurunkan gangguan pada tulang dan
5. Latih ROM exercise
sendi
6. Evaluasi mekanisme koping klien
Kolaborasi :
1. Analgetik

Meningkatkan sirkulasi jaringan dan


mobilitas sendi
Penggunaan persepsi pribadi untuk
mengatasi nyeri dapat membantu klien

2. Narkotik

memiliki koping yang lebih efektif

3. Tranguilizer

Diberikan untuk nyeri ringan


Cat : jangan menggunakan aspirin karena
bisa menyebabkan perdarahan
Diberikan untuk nyeri sedang-berat
Memperkkuat kerja analgetik/narkotik

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sumber energi,


peningkatan laju metabolik akibat produksi lekosit yang berlebihan,
ketidakseimbangan suplai oksigen dengan kebutuhan
Batasan karakteristik :
- Keluhan lemah, anak memperlihatkan penurunan kemampuan beraktifitas
- Anak rewel, dyspnea
- Abnormal HR atau respon perubahan TD
Kriteria hasil :
Klien akan menunjukkan partisipasi dalam ADL sesuai kemampuan
Intervensi

Rasional

1. Evaluasi keluhan lemah, rewel,


ketidakberdayaan dalam ADL

Efek leukemia, anemia dan kemoterapi


dapat menjadi satu sehingga memerlukan
bantuan dalam pemenuhan aktifitas ADL

2.. Ciptakan lingkungan yang tenang dan


istrahat yang tidak terganggu
4. Bantu dalam setiap pemenuhan rawat
diri/ADL
5. Jadwalkan pemberian makan sebelum
kemoterapi. Beri oral hidrasi sebelum
makan dan anti emetik sesuai indikasi

Mengumpulkan energi untuk beraktifitas


dan untuk regenerasi sel
Memaksimalkan kemampuan untuk rawat
diri
Meningkatkan intake sebelum terjadi mual
akibat efek samping kemoterapi

Kolaborasi :

Memaksimalkan kemampuan oksigenasi


untuk uptake seluler

Pemberian suplemen O2 sesuai anjuran


DAFTAR PUSTAKA
Boediwarsono, Dr (1998), Bahan Kuliah Hematologi, FK Universitas Airlangga,
Surabaya
Carpenito, Lynda Juall (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8, EGC,
Jakarta
Carpenito, Lynda Juall (1995), Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,
edisi 2, EGC, Jakarta
Gale,Danielle(2000), Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, EGC, Jakarta
Hoffbrand, AV (1989), Kapita Selecta Haematology, edisi 2, EGC, Jakarta
Luckmanns Sorensen (1996), Medical Surgical Nursing, Core Principles, WB
Saunders, Philadelphia
Probowati, Ririn SKp (2000), Bahan Kuliah Ilmu Keperawatan Anak, PSIK,
Universitas Airlangga, Surabaya
Soeparman (1990), Ilmu Penyakit Dalam II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
LP AKUT LIMFOBLASTIK LEUKIMIA

AKUT LIMFOBLASTIK LEUKIMIA (ALL)


A. DEFINISI
Acute lympobastic leukemia adalah bentuk akut dari
leukemia yang diklasifikasikan menurut cell yang lebih banyak
dalam sumsum tulang yaitu berupa lymphoblasts. Pada keadaan
leukemia terjadi proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas,
sering disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal,
jumlahnya

berlebihan

dan

dapat

menyebabkan

anemia,

trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian (Ngastiyah,


1997).
Leukemia adalah istilah umum yang digunakan untuk
keganasan pada sumsum tulang dan sistem limpatik (Wong,
1995). Sedangkan menurut Robbins & Kummar (1995), leukemia
adalah neoplasma ganas sel induk hematopoesis yang ditandai
oelh penggantian secara merata sumsum tulang oleh sel
neoplasi.
B. ETIOLOGI
Penyebab acut limphosityc leukemia sampai saat ini belum
jelas, diduga kemungkinan karena virus (virus onkogenik) dan
faktor lain yang mungkin berperan, yaitu:
1.

Faktor eksogen

a.

Sinar x, sinar radioaktif.

b.

Hormon.

c.

Bahan

kimia

seperti:

bensol,

arsen,

preparat

sulfat,

chloramphinecol, anti neoplastic agent).


2.
a.

Faktor endogen
Ras (orang Yahudi lebih mudah terkena dibanding orang kulit
hitam)

b.

Kongenital (kelainan kromosom, terutama pada anak dengan


Sindrom Down).

c.

Herediter (kakak beradik atau kembar satu telur).


(Ngastiyah, 1997)

C. PATOFISIOLOGI
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah
merah (RBC) dan leukosit atau sel darah putih (WBC) serta
trombosit atau platelet. Seluruh sel darah normal diperoleh dari

sel batang tunggal yang terdapat pada seluruh sumsum tulang.


Sel batang dapat dibagi ke dalam lymphpoid dan sel batang
darah (myeloid), dimana pada kebalikannya menjadi cikal bakal
sel yang terbagi sepanjang jalur tunggal khusus. Proses ini
dikenal sebagai hematopoiesis dan terjadi di dalam sumsum
tulang tengkorak, tulang belakang., panggul, tulang dada, dan
pada proximal epifisis pada tulang-tulang yang panjang.
ALL meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan
kematangan

lemah

dan

pengumpulan

sel-sel

penyebab

kerusakan di dalam sumsum tulang. Biasanya dijumpai tingkat


pengembangan lymphoid yang berbeda dalam sumsum tulang
mulai dari yang sangat mentah hingga

hampir menjadi sel

normal. Derajat kementahannya merupakan petunjuk untuk


menentukan/meramalkan

kelanjutannya.

Pada

pemeriksaan

darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya ada


leukositosis (^)%), kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah
leukosit

neutrofil

seringkali

rendah,

demikian

pula

kadar

hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum tulang


biasanya menunjukkan sel-sel blas yang dominan. Pematangan
limfosit B dimulai dari sel stem pluripoten, kemudian sel stem
limfoid, pre pre-B, early B, sel B intermedia, sel B matang, sel
plasmasitoid dan sel plasma. Limfosit T juga berasal dari sel stem
pluripoten, berkembang menjadi sel stem limfoid, sel timosit
imatur, cimmom thymosit, timosit matur, dan menjadi sel limfosit
T helper dan limfosit T supresor.
Peningkatan prosuksi leukosit juga melibatkan tempattempat

ekstramedular

sehingga

anak-anak

menderita

pembesaran kelenjar limfe dan hepatosplenomegali. Sakit tulang


juga sering dijumpai. Juga timbul serangan pada susunan saraf
pusat, yaitu sakit kepala, muntah-muntah, seizures dan

gangguan penglihatan (Price Sylvia A, Wilson Lorraine Mc Cart,


1995).
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal
dalam jumlah yang berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke
berbagai organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan
unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam
sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu
perkembangan sel normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis
normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan jumlah leucosit,
sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai
organ menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati,
sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang serta persendian.
Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan
jumlah

trombosit

mempermudah

terjadinya

perdarahan

(echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker


juga

mempengaruhi

sistem

retikuloendotelial

yang

dapat

menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga


mudah mengalami infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu
metabolisme sehingga sel kekurangan makanan. (Ngastiyah,
1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz
& Sowden, 2002).

PATHWAYS

D. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinik dari acut limphosityc leukemia antara


lain:
1. Pilek tak sembuh-sembuh
2. Pucat, lesu, mudah terstimulasi
3. Demam, anoreksia, mual, muntah
4. Berat badan menurun
5. Ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi, memar tanpa sebab
6. Nyeri tulang dan persendian
7. Nyeri abdomen
8. Hepatosplenomegali, limfadenopati
9. Abnormalitas WBC
10.

Nyeri kepala

(Mansjoer, A, 2000)

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak
dengan acut limphosityc leukemia adalah:
1. Pemeriksaan

sumsum

tulang

Punction):
a.

Ditemukan sel blast yang berlebihan

b.

Peningkatan protein
2. Pemeriksaan darah tepi

(BMP

Bone

Marrow

a.

Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia)

b.

Peningkatan asam urat serum

c.

Peningkatan tembaga (Cu) serum

d.

Penurunan kadar Zink (Zn)

e.

Peningkatan leukosit dapat terjadi (20.000 200.000 / l)


tetapi dalam bentuk sel blast / sel primitif
3. Biopsi

hati,

limpa,

ginjal,

tulang

untuk

mengkaji

keterlibatan / infiltrasi sel kanker ke organ tersebut


4. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum
5. Sitogenik:
50-60% dari pasien ALL dan AML mempunyai kelainan berupa:
a.

Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2na), hiperploid (2n+a)

b.

Bertambah

atau

hilangnya

bagian

kromosom

(partial

delection)
c.

Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara


morfologis bukan komponen kromosom normal dari bentuk yang
sangat besar sampai yang sangat kecil (Betz, Sowden. (2002).

F.
1.

PENATALAKSANAAN
Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari
6 g%. Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan masif,
dapat diberikan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda
DIC dapat diberikan heparin.

2.

Kortikosteroid

(prednison,

kortison,

deksametason

dan

sebagainya). Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi


sedikit dan akhirnya dihentikan.

3.

Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin


atau 6-mp, metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula
yang

baru

dan

lebih

poten

seperti

vinkristin

(oncovin),

rubidomisin (daunorubycine), sitosin, arabinosid, L-asparaginase,


siklofosfamid atau CPA, adriamisin dan sebagainya. Umumnya
sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama-sama dengan
prednison. Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat
akibat samping berupa alopesia, stomatitis, leukopenia, infeksi
sekunder atau kandidiagis. Hendaknya lebih berhziti-hati bila
jumiah leukosit kurang dari 2.000/mm3.
4.

Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi


dalam kamar yang suci hama).

5.

Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru.


Setelah tercapai remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah
(105 - 106), imunoterapi mulai diberikan. Pengobatan yang
aspesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau
dengan Corynae bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk
antibodi yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan
spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia yang telah
diradiasi. Dengan cara ini diharapkan akan terbentuk antibodi
yang spesifik terhadap sel leukemia, sehingga semua sel
patologis akan dihancurkan sehingga diharapkan penderita
leukemia dapat sembuh sempurna.

6.
7.

Cara pengobatan.
Setiap klinik mempunyai cara tersendiri bergantung pada
pengalamannya.

Umumnya

pengobatan

ditujukan

terhadap

pencegahan kambuh dan mendapatkan masa remisi yang lebih


lama. Untuk mencapai keadaan tersebut, pada prinsipnya dipakai
pola dasar pengobatan sebagai berikut:
a.

Induksi

Dimaksudkan untuk mencapai remisi, yaitu dengan pemberian


berbagai obat tersebut di atas, baik secara sistemik maupun
intratekal sampai sel blast dalam sumsum tulang kurang dari 5%.
b.

Konsolidasi
Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.

c.

Rumat (maintenance)
Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu
masa remisi yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian
sitostatika separuh dosis biasa.

d.

Reinduksi
Dimaksudkan

untuk

mencegah

relaps.

Reinduksi

biasanya

dilakukan setiap 3-6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti


pada induksi selama 10-14 hari.
e.

Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat.


Untuk hal ini diberikan MTX intratekal pada waktu induksi untuk
mencegah leukemia meningeal dan radiasi kranial sebanyak
2.4002.500 rad. untuk mencegah leukemia meningeal dan
leukemia serebral. Radiasi ini tidak diulang pada reinduksi.

f.

Pengobatan imunologik
Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama
sekali dan dengan demikian diharapkan penderita dapat sembuh
sempurna. (Sutarni Nani.(2003)

G. ASUHAN KEPERAWATAN
1.

Pengkajian keperawatan
a.
Identitas
Acute lymphoblastic leukemia sering terdapat pada anak-anak
usia di bawah 15 tahun (85%) , puncaknya berada pada usia 2

4 tahun. Rasio lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada


anak perempuan.
b.

Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama : Pada anak keluhan yang sering


muncul tiba-tiba adalah demam, lesudan malas
makan atau nafsu makan berkurang, pucat (anemia)
dan kecenderungan terjadi perdarahan.
Riwayat kesehatan masa lalu : Pada penderita ALL
sering ditemukan riwayat keluarga yang erpapar oleh
chemical toxins (benzene dan arsen), infeksi virus
(epstein

barr,

HTLV-1),

kelainan

kromosom

dan

penggunaan obat-obatann seperti phenylbutazone


dan

khloramphenicol,

terapi

radiasi

maupun

kemoterapi.
Pola Persepsi mempertahankan kesehatan : Tidak
spesifik dan berhubungan dengan kebiasaan buruk
dalam

mempertahankan

kondisi

kesehatan

dan

kebersihan diri. Kadang ditemukan laporan tentang


riwayat terpapar bahan-bahan kimia dari orangtua.

Pola Latihan dan Aktivitas : Anak penderita ALL


sering ditemukan mengalami penurunan kordinasi
dalam pergerakan, keluhan nyeri pada sendi atau
tulang. Anak sering dalam keadaan umum lemah,
rewel, dan ketidakmampuan melaksnakan aktivitas
rutin seperti berpakaian, mandi, makan, toileting
secara mandiri. Dari pemeriksaan fisik dedapatkan
penurunan

tonus

otot,

kesadaran

somnolence,

keluhan jantung berdebar-debar (palpitasi), adanya


murmur,

kulit

pucat,

membran

mukosa

pucat,

penurunan fungsi saraf kranial dengan atau disertai


tanda-tanda

perdarahan

serebral.Anak

mudah

mengalami kelelahan serta sesak saat beraktifitas


ringan, dapat ditemukan adanya dyspnea, tachipnea,
batuk, crackles, ronchi dan penurunan suara nafas.
Penderita ALL mudah mengalami perdarahan spontan
yang

tak

terkontrol

dengan

trauma

minimal,

gangguan visual akibat perdarahan retina, , demam,


lebam, purpura, perdarahan gusi, epistaksis.

Pola Nurisi : Anak sering mengalami penurunan


nafsu makan, anorexia, muntah, perubahan sensasi
rasa,

penurunan

berat

badan

dan

gangguan

menelan, serta pharingitis. Dari pemerksaan fisik


ditemukan adanya distensi abdomen, penurunan
bowel sounds, pembesaran limfa, pembesaran hepar
akibat invasi sel-sel darah putih yang berproliferasi
secara abnormal, ikterus, stomatitis, ulserasi oal, dan
adanya

pmbesaran

gusi

(bisa

terhadap acute monolytic leukemia)

menjadi

indikasi

Pola Eliminasi : Anak kadang mengalami diare,


penegangan pada perianal, nyeri abdomen, dan
ditemukan darah segar dan faeces berwarna ter,
darah dalam urin, serta penurunan urin output. Pada
inspeksi didapatkan adanya abses perianal, serta
adanya hematuria.

Pola Tidur dan Istrahat : Anak memperlihatkan


penurunan aktifitas dan lebih banyak waktu yang
dihabiskan

untuk

tidur

/istrahat

karena

mudah

mengalami kelelahan.

Pola Kognitif dan Persepsi : Anak penderita ALL


sering ditemukan mengalami penurunan kesadaran
(somnolence) , iritabilits otot dan seizure activity,
adanya keluhan sakit kepala, disorientasi, karena sel
darah putih yang abnormal berinfiltrasi ke susunan
saraf pusat.

Pola Mekanisme Koping dan Stress : Anak berada


dalam kondisi yang lemah dengan pertahan tubuh
yang sangat jelek. Dalam pengkajian dapt ditemukan
adanya depresi, withdrawal, cemas, takut, marah,
dan iritabilitas. Juga ditemukan peerubahan suasana
hati, dan bingung.
Pola Seksual : Pada pasien anak-anak pola seksual
belum dapat dikaji
Pola Hubungan Peran : Pasien anak-anak biasanya
merasa

kehilangan

kesempatan

bermain

berkumpul bersama teman-teman serta belajar.

dan

Pola Keyakinan dan Nilai : Anak pra sekolah


mengalami kelemahan umum dan ketidakberdayaan
melakukan ibadah.

2.

Pemeriksaan Diagnostik

Count Blood Cells : indikasi normocytic, normochromic anemia


Hemoglobin : bisa kurang dari 10 gr%
Retikulosit : menurun/rendah
Platelet count : sangat rendah (<50.000/mm)
White Blood cells : > 50.000/cm dengan peningkatan immatur
WBC (kiri ke kanan)
Serum/urin uric acid : meningkat
Serum zinc : menurun
Bone marrow biopsy : indikasi 60 90 % adalah blast sel dengan
erythroid prekursor, sel matur dan penurunan megakaryosit
Rongent dada dan biopsi kelenjar limfa : menunjukkan tingkat
kesulitan tertentu

3.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perubahan
maturitas sel darah merah, peningkatan jumlah limfosit imatur,
imunosupresi

Resiko terhadap penurunan volume cairan berhubungan dengan


pengeluaran berlebihan seperti muntah, perdarahan, diare,
penurunan intake cairan

Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan


pembesaran kelenjar limfe, efek sekunder pemberian anti
leukemic agents

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan


sumber energi, peningkatan laju metabolik akibat produksi

lekosit

yang

berlebihan,

ketidakseimbangan

suplai

oksigen

dengan kebutuhan
4.

RENCANA KEPERAWATAN
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan perubahan
maturitas sel darah merah, peningkatan jumlah limfosit imatur,
imunosupresi
Tujuan : setelah dilakukan tindakana keperawatan diharapkan
tdak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil :
Klien akan :

Mengidentifikasi faktor resiko yang dapat dikurangi

Menyebutkan tanda dan gejala dini infeksi

Tidak ada tand infeksi


Intervensi

1.

Lakukan

Rasional

tindakan

untuk
1.

Kewaspadaan

meminimalkan

mencegah pemajanan pada sumber pemajanan klien terhadap bakteri,


yang

diketahui

atau

potensial virus,

terhadap infeksi :
a.

Pertahankan
Pertahankan

isolasi

protektif

teknik

mencuci

tangan dengan cermat


c.

Beri hygiene yang baik

d.

Batasi pengunjung yang sedang


demam, flu atau infeksi

e.

Berikan hygiene perianal 2 x


sehari dan setiap BAB

f.

Batasi bunga segar dan sayur


segar

patogen

jamur

endogen maupun eksogen

sesuai kebijakan institusional


b.

dan

baik

g.
h.

Gunakan protokol rawat mulut


Rawat klien dengan neutropenik
terlebih dahulu

2.

Laporkan

2.
bila

ada

Perubahan

perubahan merupakan

tanda vital

sepsis,

tanda-tanda

tanda

din

utamanya

vital

terjadinya

bila

terjadi

peningkatan suhu tubuh


3.
3.

Dapatkan kultur sputum, urine, infeksi


diare,

darah

dan

sekresi

4.

mengidentifikasi

Pengertian

Jelaskan alasan kewaspadaan dan memperbaiki


pantangan

5.

dan

tubuh organisme penyebab

abnormal sesuai anjuran


4.

Kultur dapat mengkonfirmasikan

klien

dapat

kepatuhan

dan

mengurangi faktor resiko

Yakinkan klien dan keluarganya


5.

Granulositopeniaa dapat menetap

bahwa peningkatan kerentanan pada 6-12 minggu. Pengetian tentang sifat


infeksi hanya sementara

sementara

granulositopenia

membantu

mencegah

dapat

kecemasan

klien dan keluarganya


6.

Minimalkan prosedur invasif

6.

Prosedur
menyebabkan

tertentu
trauma

dapat
jaringan,

menngkatkan kerentanan infeksi

Resiko terhadap penurunan volume cairan berhubungan dengan


pengeluaran berlebihan seperti muntah, perdarahan, diare,
penurunan intake cairan
Batasan karakteristik :

Tidak muntah

Perdarahan masif tidak ada

Tidak mengalami diare

Intake < output


Kriteria Hasil :

Klien akan :
-

Memperlihatkan keadaaan volume cairan yang adekuat

Memperlihatkan tanda-tanda vital dalam bataas normal

Memperlihatkan urine output, PH dalam batas normal


Intervensi
Monitor intake dan output 1.
.

1.

Catat

penurunan

urin,

Rasional
Penurunan sirkulasi sekunder

dan dapat

besarnya PH

menyebabkan

berkurangnya sirkulasi ke ginjal


atau berkembang menjadi batu
ginjal

sehingga

menyebabkan

retensi cairan atau gagal ginjal


2.

Hitung berat badan setiap


2.
hari

Sebagai ukuran keadekuatan


volume cairan. Intake yang lebih
besar

dari

diindikasikan

output

dapat

menjadi

renal

obstruksi.
3.

Motivasi klien untuk minum 3


3.

l/hari

jika

tanpa

Meningkatkan

kontra mencegah

indikasi

aliran

urin,

urat,

dan

sisa-sisa

obat

asam

membersihkan
neoplastik

4.

Kaji adanya petechie pada


4.
kulit

dan

membran

Supresi bone marrow dan

mukosa, prosuduksi

perdarahan gusi

menyebabkan

platelet
klien

beresiko

mengalami perdarahan
5.

Gunakan alat-alat yang tidak


5.
menyebakan resiko perdarahan

Jaringan yang mudah robek


dan

mekanisme

pembekuan

dapat menyebabkan perdarahan


meskipun karena trauma ringan
6.

Berikan diet makanan lunak 6.

7.

Kolaborasi :

Mencegah iritasi gusi

Pemberian cairan sesuai indikasi7.

Mempertahankan cairan dan


elektrolit

yang

tidak

bisa

dilakukan per oral, menurunkan


komplikasi renal

Monitor
diagnostik

pemeriksaan
Platelet,

Hb/Hct,
8.

bekuan darah

Bila

platelet

<20.000/mm( akibat pengaruh


sekunder obat neoplastik ) , klien
cenderung

mengalami

perdarahan. Penurunan Hb/Hct


berindikasi

terhadap

perdarahan.

Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan


pembesaran kelenjar limfe, efek sekunder pemberian anti
leukemic agents
Batasan karakteristik :

Keluhan nyeri (tulang,sarf, sakit kepala, dll)

Distraksi menahan, ekspresi meringis, menangis, perubahan


tonus otot

Respon-respons autonomik
Kriteria hasil :
Klien akan :

Melaporkan nyeri berkurang atau hilang

Memperlihatkan perilaku positif dalam mengatasi nyeri

1.

Intervensi
Kaji tingkat nyeri, gunakan
1.
skala 1 10

Rasional
Berguna mengkaji kebutuhan
intervensi

bisa

berindikasi

perkembangan komplikasi
2.
3.

Monitor

vital

signs,

catat
2.

reaksi non verbal

dan

Ciptakan

yang intervensi

lingkungan

tenang dan kurangi stimulus


4.

Berguna dalam validasi verbal

3.

Berikan posisi yang nyaman

mengevaluasi

keefektifan

Meningkatkan
istrahat

kemampuan

dan

memperkuat

kemampuan koping
5.

Latih ROM exercise

4.

Menurunkan gangguan pada


tulang dan sendi

6.

Evaluasi mekanisme koping


5.
klien

Meningkatkan

jaringan dan mobilitas sendi


6.

Penggunaan persepsi pribadi


untuk

Kolaborasi :
1.

mengatasi

nyeri

dapat

membantu klien memiliki koping

Analgetik

yang lebih efektif


7.

2.

sirkulasi

Narkotik

Diberikan untuk nyeri ringan


Cat

3. Tranguilizer

jangan

aspirin

menggunakan

karena

bisa

menyebabkan perdarahan
8.

Diberikan untuk nyeri sedangberat

9.

Memperkkuat

kerja

analgetik/narkotik

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan


sumber energi, peningkatan laju metabolik akibat produksi
lekosit

yang

berlebihan,

dengan kebutuhan
Batasan karakteristik :

ketidakseimbangan

suplai

oksigen

Keluhan

lemah,

anak

memperlihatkan

penurunan

kemampuan beraktifitas
-

Anak rewel, dyspnea

Abnormal HR atau respon perubahan TD

Kriteria hasil :
Klien akan menunjukkan partisipasi dalam ADL sesuai
kemampuan
Intervensi
Evaluasi keluhan

1.

lemah,
1.

Rasional
Efek leukemia, anemia dan

rewel, ketidakberdayaan dalam kemoterapi dapat menjadi satu


ADL

sehingga memerlukan bantuan


dalam pemenuhan aktifitas ADL
2.

2.

Ciptakan

lingkungan

Mengumpulkan energi untuk

yang beraktifitas

dan

untuk

tenang dan istrahat yang tidak regenerasi sel


terganggu
3.

Bantu

3.
dalam

pemenuhan rawat diri/ADL


4.

Memaksimalkan kemampuan

setiap untuk rawat diri


4.

Meningkatkan intake sebelum

Jadwalkan pemberian makan terjadi mual akibat efek samping


sebelum kemoterapi. Beri oral kemoterapi
hidrasi sebelum makan dan anti
emetik sesuai indikasi

5.

5.

Kolaborasi :

Memaksimalkan kemampuan
oksigenasi untuk uptake seluler

Pemberian suplemen O2 sesuai


anjuran
Diposkan oleh Adi di 21:54
ASKEP PADA PASIEN DENGAN LEUKEMIA
A. PENGERTIAN
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel
pembentuk darah dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves,

2001). Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau


akumulasi ssel darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan
elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati,
limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non hematologis,
seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor
predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
1. Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya
perubahan struktur gen ( T cell leukemia-lymphoma virus/HTLV)
2. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan
kanker sebelumnya
3. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol,
fenilbutazon, dan agen anti neoplastik.
4. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti
diethylstilbestrol
5. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
6. Kelainan kromosom : Sindrom Blooms, trisomi 21 (Sindrom
Downs), Trisomi G (Sindrom Klinefelters), Sindrom fanconis,
Kromosom Philadelphia positif, Telangiektasis ataksia.
C. JENIS LEUKEMIA
1. Leukemia Mielogenus Akut
AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi
ke semua sel Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan
trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi
meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia
nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2. Leukemia Mielogenus Kronis
CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid.
Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga
penyakit ini lebih ringan. CML jarang menyerang individu di
bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi
tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala
selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai
jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
3. Luekemia Limfositik Akut
ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi
pada anak-anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan,

puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi.


Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang
dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel
normal..
4. Leukemia Limfositik Kronis
CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50
sampai 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan
gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan
penyakit lain.
D. PATHWAY
E. TANDA DAN GEJALA
1. Aktivitas : kelelahan, kelemahan, malaise, kelelahan otot.
2. Sirkulasi :palpitasi, takikardi, mur-mur jantung, membran
mukosa pucat.
3. Eliminsi : diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang,
feses hitam, penurunan haluaran urin.
4. Integritas ego : perasaan tidak berdaya, menarik diri, takut,
mudah terangsang, ansietas.
5. Makanan/cairan: anoreksia, muntah, perubahan rasa,
faringitis, penurunan BB dan disfagia
6. Neurosensori : penurunan koordinasi, disorientasi, pusing
kesemutan, parestesia, aktivitas kejang, otot mudah terangsang.
7. Nyeri : nyeri abomen, sakit kepala, nyeri sendi, perilaku hatihati gelisah
8. Pernafasan : nafas pendek, batuk, dispneu, takipneu, ronkhi,
gemericik, penurunan bunyi nafas
9. Keamanan : gangguan penglihatan, perdarahan spontan tidak
terkontrol, demam, infeksi, kemerahan, purpura, pembesaran
nodus limfe.
10. Seksualitas : perubahan libido, perubahan menstruasi,
impotensi, menoragia.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia
normositik
2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)

5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP


immatur
6. PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum : mungkin meningkat
9. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut
dan mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
12. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan
derajat keterlibatan
G. PENATALAKSANAAN
1. Pelaksanaan kemoterapi
2. Irradiasi kranial
3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi :
a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini
diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan Lasparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang
ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan
hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel
leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada
pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c. Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk
mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel
leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan
atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk
menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi
supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara
atau dosis obat dikurangi.
H. PENGKAJIAN
1. Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya
2. Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya
faktor herediter misal kembar monozigot)

3. Kaji adanya tanda-tanda anemia : kelemahan, kelelahan,


pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat
4. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia : demam, stomatitis,
gejala infeksi pernafasan atas, infeksi perkemihan; infeksi kulit
dapat timbul kemerahan atau hiotam tanpa pus
5. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia : ptechiae, purpura,
perdarahan membran mukosa, pembentukan hematoma,
purpura; kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medula:
limfadenopati, hepatomegali, splenomegali.
6. Kaji adanya pembesaran testis, hemAturia, hipertensi, gagal
ginjal, inflamasi di sekkitar rektal dan nyeri.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Resiko tinggi infeksi berhubungn dengan menururnnya sistem
pertahanan tubuh sekunder gangguan pematangan SDP,
peningkatan jumlah limfosit immatur, imunosupresi, peneknan
sumsum tulang.
Tujuan : pasien bebas dari infeksi
Kriteria hasil :
a. Normotermia
b. Hasil kultur negatif
c. Peningkatan penyembuhan
Intervensi :
a. Tempatkan pada ruangan yang khusus. Batasi pengunjung
sesuai indikasi.
b. Cuci tangan untuk semua petugas dan pengunjung.
c. Awsi suhu, perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan
pengobatan kemoterapi. Observasi demam sehubungan dengan
takikardia, hipotensi, perubahan mental samar.
d. Cegah menggigil : tingkatkan cairan, berikan mandi kompres
e. Dorong sering mengubah posisi, napas dalam dan batuk.
f. Auskultsi bunyi nafas, perhatikan gemericik, ronkhi; inspeksi
sekresi terhadap perubahan karakteristik, contoh peningktatan
sputum atau sputum kental, urine bau busuk dengan berkemih
tiba-tiba atau rasa terbakar.
g. Inspeksi kulit unutk nyeri tekan, area eritematosus; luka
terbuka. Besihkan kulit dengan larutan antibakterial.
h. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan
sikat gigi halus.
i. Tingkatkan kebersihan perianal. Berikan rendam duduk

menggunakan betadine atau Hibiclens bila diindiksikan.


j. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
k. Dorong peningkatan masukan makanan tinggi protein dan
cairan.
l. Hindari prosedur invasif (tusukan jarum dan injeksi) bila
mungkin.
m. Kolaborasi :
? Awasi pemeriksaan laboratorium misal : hitung darah lerngkap,
apakah SDP turun atau tiba-tiba terjadi perubahan pada neutrofil;
kultur gram/sensitivitas.
? Kaji ulang seri foto dada.
? Berikan obat sesuai indikasi contoh antibiotik.
? Hindari antipiretik yang mengandung aspirin.
? Berikan diet rendah bakteri misal makanan dimasak, diproses
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan berlebihan : muntah, perdarahan,diare ; penurunan
pemasukan cairan : mual,anoreksia ; peningkatan kebutuhan
cairan : demam, hipermetabolik
Tujuan : volume cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Volume cairan adekuat
b. Mukosa lembab
c. Tanda vital stabil : TD 90/60 mmHg, nadi 100 x/menit, RR 20
x/mnt
d. Nadi teraba
e. Haluaran urin 30 ml/jam
f. Kapileri refill < 2 detik
Intervensi :
a. Awasi masukan/haluaran. Hitung kehilangan cairan dan
keseimbangna cairan. Perhatikan penurunan urin, ukur berat
jenis dan pH urin.
b. Timbang berat badan tiap hari
c. Awasi TD dan frekuensi jantung
d. Evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan kondisi membran
mukosa.
e. Beri masukan cairan 3-4 L/hari
f. Inspeksi kulit/membran mukosa untuk petekie, area ekimosis;
perhatikan perdarahan gusi, darah warna karat atau samar pada
feses dan urin; perdarahan lanjut dari sisi tusukan invsif.
g. Implementasikan tindakan untuk mencegah cedera

jaringan/perdarahan.
h. Batasi perawatan oral untuk mencuci mulut bila diindikasikan
i. Berikan diet halus.
j. Kolaborasi :
? Berikan cairan IV sesuai indikasi
? Awasi pemeriksaan laboratorium : trombosit, Hb/Ht,
pembekuan.
? Berikan SDM, trombosit, faktor pembekuan.
? Pertahankan alat akses vaskuler sentral eksternal (kateter
arteri subklavikula, tunneld, port implan)
? Berikan obat sesuai indikasi : Ondansetron, allopurinol, kalium
asetat atau asetat, natrium biukarbonat, pelunak feses.
3. Nyeri berhubungan dengan agen fisikal seperti pembesaran
organ/nodus limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan sel
leukemia; agen kimia pengobatan antileukemik
Tujuan : nyeri teratasi
Kriteria hasil :
a. Pasien menyatakan nyeri hilang atau terkontrol
b. Menunjukkan perilaku penanganan nyeri
c. Tampak rileks dan mampu istirahat
Intervensi :
a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan perubahan pada derajat dan sisi
(gunakan skala 0-10)
b. Awasi tanda vital, perhatikan petunjuk non-verbal misal
tegangan otot, gelisah.
c. Berikan lingkungan tenang dan kurangi rangsangan penuh
stres.
d. Tempatkan pada posis nyaman dan sokong sendi, ekstremitas
dengan bantal.
e. Ubah posisi secara periodik dan bantu latihan rentang gerak
lembut..
f. Berikan tindakan kenyamanan ( pijatan, kompres dingin dan
dukungan psikologis)
g. Kaji ulang/tingkatkan intervensi kenyamanan pasien sendiri
h. Evaluasi dan dukung mekanisme koping pasien.
i. Dorong menggunakan teknik menajemen nyeri contoh latihan
relaksasi/nafas dalam, sentuhan.
j. Bantu aktivitas terapeutik, teknik relaksasi.

k. Kolaborasi :
? Awasi kadar asam urat
? Berika obat sesuai indikasi : analgesik (asetaminofen), narkotik
(kodein, meperidin, morfin, hidromorfon)
? Agen antiansietas (diazepam, lorazepam)
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
peningkatan laju metabolik
Tujuan : pasien mampu mentoleransi aktivitas
Kriteria hasil :
a. Peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur
b. Berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai tingkat
kemampuan
c. Menunjukkan penurunan tanda fisiologis tidak toleran misal
nadi, pernafasan dan TD dalam batas normal
Intervensi :
d. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan
untuk berpartisipasi dalam aktivitas.berikan lingkungan tenang
dan periode istirahat tanpa ganggaun
e. Implementasikan teknik penghematan energi, contoh lebih
baik duduk daripada berdiri, pengunaan kursi untuk madi
f. Jadwalkan makan sekitar kemoterapi. Berikan kebersihan mulut
sebelum makan dan berikan antiemetik sesuai indikasi
g. Kolaborasi : berikan oksigen tambahan
5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan
trombositopenia
Tujuan : pasien bebas dari gejala perdarahan
Kriteria hasil :
a. TD 90/60mmHg
b. Nadi 100 x/mnt
c. Ekskresi dan sekresi negtif terhadap darah
d. Ht 40-54% (laki-laki), 37-47% ( permpuan)
e. Hb 14-18 gr%
Intervensi :
f. Pantau hitung trombosit dengan jumlah 50.000/ ml, resiko
terjadi perdarahan. Pantau Ht dan Hb terhadap tanda perdarahan
g. Minta pasien untuk mengingatkan perawat bila ada rembesan
darah dari gusi

h. Inspeksi kulit, mulut, hidung urin, feses, muntahan dan tempat


tusukan IV terhadap perdarahan
i. Pantau TV interval sering dan waspadai tanda perdarahan.
j. Gunakan jarum ukuran kecil
k. Jika terjadi perdarahan, tinggikan bagian yang sakit dan
berikan kompres dingin dan tekan perlahan.
l. Beri bantalan tempat tidur untuk cegh trauma
m. Anjurkan pada pasien untuk menggunakan sikat gigi halus
atau pencukur listrik.
6. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan terhentinya
aliran darah sekunder adanya destruksi SDM
Tujuan : perfusi adekuat
Kriteria hasil :
a. Masukan dan haluaran seimbang
b. Haluaran urin 30 ml/jam
c. Kapileri refill < 2 detik
d. Tanda vital stabil
e. Nadi perifer kuat terpalpasi
f. Kulit hangat dan tidak ada sianosis
Intervensi :
a. Awasi tanda vital
b. Kaji kulit untuk rasa dingin, pucat, kelambatan pengisian
kapiler
c. Catat perubahan tingkat kesadaran
d. Pertahankan masukan cairan adekuat
e. Evaluasi terjadinya edema
f. Kolaborasi :
? Awasi pemeriksaan laboratorium ; GDA, AST/ALT, CPK, BUN
? Elektrolit serum, berikan pengganti sesuai indikasi
? Berikan cairan hipoosmolar
DAFTAR PUSTAKA
1. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor
Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.
2. Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing
Process, diagnosis, And Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5.
Jakarta : EGC; 1998
3. Doenges, Marilynn E. Nursing Care Plans: Guidelines For

Planning And Documenting Patient Care. Alih Bahasa I Made


Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC; 1999
4. Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of
Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta :
EGC; 1994
5. Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa
Joko Setyono. Ed. I. Jakarta : Salemba Medika; 2001

Infolinks In Text Ads


Patofisiologi dan Pathways leukemia ALL (Acute Lymphoid
Leukemia)
Maret
24 undefined
den ger
Jaringan pembentuk darah ditandai oleh pergantian sel yang
sangat cepat. Normalnya, produksi sel darah tertentu dari
prekusor sel stem diatur sesuai kebutuhan tubuh. Apabila
mekanisme yang mengatur produksi sel tersebut terganggu, sel
akan membelah diri sampai ke tingkat sel yang membahayakan
(proliferasi neoplastik). Proliferasi neoplastik dapat terjadi karena
kerusakan sumsum tulang akibat radiasi, virus onkogenik,
maupun herediter.
Sel polimorfonuklear dan monosit normalnya dibentuk hanya
dalam sumsum tulang. Sedangkan limfosit dan sel plasma
dihasilkan dalam berbagai organ limfogen (kelenjar limfe, limpa,
timus, tonsil). Beberapa sel darah putih yang dibentuk dalam
sumsum tulang, khususnya granulosit, disimpan dalam sumsum
tulang sampai mereka dibutuhkan dalam sirkulasi. Bila terjadi
kerusakan sumsum tulang, misalnya akibat radiasi atau bahan
kimia, maka akan terjadi proliferasi sel-sel darah putih yang
berlebihan dan imatur. Pada kasus AML, dimulai dengan
pembentukan kanker pada sel mielogen muda (bentuk dini
neutrofil, monosit, atau lainnya) dalam sumsum tulang dan
kemudian menyebar ke seluruh tubuh sehingga sel-sel darah
putih dibentuk pada banyak organ ekstra medula.

Sedangkan secara imunologik, patogenesis leukemia dapat


diterangkan

sebagai

berikut.

Bila

virus

dianggap

sebagai

penyebabnya (virus onkogenik yang mempunyai struktur antigen


tertentu), maka virus tersebut dengan mudah akan masuk ke
dalam tubuh manusia dan merusak mekanisme proliferasi.
Seandainya struktur antigennya sesuai dengan struktur antigen
manusia

tersebut, maka virus mudah masuk. Bila struktur

antigen individu tidak sama dengan struktur antigen virus, maka


virus tersebut akan ditolaknya. Struktur antigen ini terbentuk
dari struktur antigen dari berbagai alat tubuh, terutama kulit dan
selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh atau HL-A
(Human Leucocyte Locus A). Sistem HL-A diturunkan menurut
hukum
genetik, sehingga etiologi leukemia sangat erat kaitannya
dengan faktor herediter.
Akibat proliferasi mieloid yang neoplastik, maka produksi elemen
darah yang lain tertekan karena terjadi kompetisi nutrisi untuk
proses metabolisme (terjadi granulositopenia, trombositopenia).
Sel-sel leukemia juga menginvasi tulang di sekelilingnya yang
menyebabkan nyeri tulang dan cenderung mudah patah tulang.
Proliferasi sel leukemia dalam organ mengakibatkan gejala
tambahan : nyeri akibat pembesaran limpa atau hati, masalah
kelenjar limfa; sakit kepala atau muntah akibat leukemia
meningeal.

BAB IPENDAHULUAN
1 . 1 L ATAR B E L A K A N G
Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi
diniyang berlebihan dari sel darah putih. Leukemia merupakan keganasan
hematologisa k i b a t p r o s e s n e o p l a s t i k y a n g d i s e r t a i g a n g g u a n
d i f e r e n s i a s i p a d a b e r b a g a i tingkatan sel induk
hematopoetik.L e u k e m i a m e r u p a k a n k e g a n a s a n y a n g
s e r i n g d i j u m p a i t e t a p i h a n ya merupakan sebagian kecil
dari kangker secara keseluruhan. Beberapa
d a t a epidemiologi menunjukkan hasil bahwa insidensi leukemia di
negara barat adalah13/100.000 penduduk/tahun. Frekuensi relatif
leukemia di negara barat menurutG u n z a d a l a h L e u k e m i a a k u t
(LMA
d a n L L A ) 6 0 % , L L K 2 5 % , L M K 1 5 % , d i Afrika,10-20% penderita
LMA memiliki kloroma di sekitar orbita mata.DiKenya, Tiongkok ,
d a n India,LMK mengenai penderita berumur 20-40 tahun. Pada orang
Asia Timur danIndiaTimur jarang ditemui LLK, di Indonesia , frekuensi
LLK sangat rendah. LMK merupakan leukemia kronis yang paling
sering di jumpai.L e u k e m i a m e r u p a k a n 2 , 8 % d a r i s e l u r u h k a s u s
k a n g k e r, b e l u m a d a a n g k a p a s t i mengenai insiden leukemia di

indonesia.Insidensi leukemia menurut usia didapatkan data yaitu, LLA


terbanyak padaanak-anak dan dewasa, LMK pada semua usia, lebih
sering pada orang dewasa,L M K p a d a s e m u a u s i a t e r s e r i n g u s i a 4 0 6 0 t a h u n , L L K t e r b a n y a k p a d a o r a n g t u a . Wal a u p u n l e u k e m i a
m e n y e r a n g k e d u a j e n i s k e l a m i n , t e t a p i p r i a t e r s e r a n g sedikit lebih
banyak dibandingkan wanita dengan perbandingan 2 : 1.Penting bagi tenaga
kesehatan terkhususnya tenaga perawat untuk dapat lebihm e m a h a m i
gangguan sistem hematologi dalam hal ini adalah leukemia,
karena pen yakit ini dapat men yebabkan gangguan yang luas
b a g i p e n d e r i t a b a i k p a d a kesehatan maupun psikologi. Oleh karena
itu pengetahuan dan pemahaman yangkomprehensif tentang leukemia
sangat penting, agar perawat mampu memberikanasuhan keperawatan
maupun pendidikan kesehatan yang baik dan benar sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan pasien maupun masyarakat dengan optimal.
Kelompok kami mengambil dan membahas tentang leukemia, karena penyakitini
merupakan keganasan pada Sel Darah Putih yang dapat menjadi akut
maupunkronik dan dapat menyebabkan munculnya komplikasi yang
berakaitan dengantindakan-tindakan keperawatan. Sehingga sangat
penting bagi kita, terkhususnyamahasiswa yang sedang mendalami
studi keperawatan untuk memahami tentang p e n y a k i t i n i d a n
tindakan keperawatan yang bisa dilakukan agar klien
d a p a t mencapai derajat kesehatan yang optimal..
1 . 2 T U J U A N TUJUAN UMUM
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa dapat
memahami gambaranumum tentang leukimia dan proses keperawatannya.
TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan khususnya adalah :1 . M e n g e t a h u i t e n t a n g p e n g e r t i a n
dan etiologi leukemia.2.Mengetahui klasifikasi, tanda
d a n g e j a l a l e u k e m i a . 3.Mengetahui tentang patofisiologi dan
pathway dari leukemia.4 . M e n g e t a h u i t e n t a n g p e m e r i k s a a n
diagnostik pada leukemia.5.Mengetahui tentang
k o m p l i k a s i d a r i l e u k e m i a . 6.Mengetahui tentang
penatalaksanaan medis dan keperawatan pada
leukemia.7 . M e l a k u k a n a s u h a n k e p e r a w a t a n p a d a k l i e n
dengan leukemia.

BAB IITINJAUAN TEORITIS


2 . 1 A N ATO M I S I S T E M H E M ATO L O G I
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi,
termasuk sumsum tulang dan nodus limpa. Darah merupakan medium transpor

tubuh, volumed a r a h s e k i t a r 7 % - 1 0 % b e r a t b a d a n n o r m a l d a n
b e r j u m l a h s e k i t a r 5 l i t e r. D a r a h terdiri dari atas 2 komponen utama, yaitu
sebagai berikut.1 . P l a s m a d a r a h , b a g i a n c a i r d a r a h
y a n g s e b a g i a n b e s a r t e r d i r i a t a s a i r , elektrolit,dan
protein darah.2 . B u t i r - b u t i r d a r a h ( b l o o d c o r p u s c l e s ) , y a n g t e r d i r i
d a r i k o m p o n e n - k o m p o n e n berikut ini.

Eritrosit : sel darah merah (SDMred blood cell


)

Leukosit : sel darah putih (SDPwhite blood cell


)

Trombosit : butir pembeku darah platelet.


2.2STRUKTUR DAN FUNGSI NORMAL SEL DARAH PUTIH
Pada keadaan normal, darah manusia mengandung 4000 - 11.000 sel
darah putih per mikroliter. Dari jumlah tersebut, jumlah tersebut,
jumlah sel terbanyak adalah
granulosit (leukosit polimorfonukleus, PMN).
Sel granulosit mudamemiliki inti berbentuk seperti kuda, yang
a k a n b e r u b a h m e n j a d i m u l t i l o b u l a r dengan bertambahnya umur sel.
Sebagian besar sel tersebut mengandung granulaneutrofilik (
neutrofil
), namun sebagian kecil mengandung granula yang
dapatd i w a r n a i d e n g a n z a t w a r n a a s a m (
eosinofil
) , d a n s e b a g i a n l a g i m e n g a n d u n g granula basofilik (
basofil
). Dua jenis sel yang lazim ditemukan dalam darah tepi adalah
limfosit
, yang memiliki inti bulat besar dan sitoplasma sedikit, dan
monosit
,y a n g m e n g a n d u n g b a n y a k s i t o p l a s m a t a k b e r g l a n u l a d a n
mempunyai inti yang berbentuk ginjal. Kerja sama sel tersebut
m e n y e b a b k a n t u b u h m e m i l i k i s i s t e m pertahanan yang kuat
terhadap bebagai tumor, infeksi virus, bakteri, dan parasit (Ganong,2008).
Fungsi Sel Darah Putih adalah sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh
danm e m a k a n b i b i t p e n y a k i t / b a k t e r i y a n g m a s u k k e d a l a m
j a r i n g a n R E S ( s i s t e m retikuloendotel), tempat pembiakannya di dalam limpa
dan kelenjar limfe; sebagai p e n g a n g k u t / m e m b a w a z a t l e m a k d a r i
d i n d i n g u s u s m e l a l u i l i m p a t e r u s k e pembuluh darah. Sel
l e u k o s i t d i s a m p i n g b e r a d a d i d a l a m p e m b u l u h d a r a h j u g a terdapat
di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkanoleh
masuknya kuman/infeksi maka jumlah leukosit yang ada di dalam darah akanlebih

banyak dari biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal
didalam kelenjar limfe, sekarang beredar dalam darah untuk mempertahankan
tubuhd a r i s e r a n g a n p e n y a k i t t e r s e b u t . J i k a j u m l a h l e u k o s i t
d a l a m d a r a h m e l e b i h i 11.000/mm
3
disebut
leukositosis
dan kurang dari 4000mm
3
disebut leukopenia.Macam-macam leukosit secara jelas meliputi :
1 . A g r a n u l o s i t . S e l l e u k o s i t y a n g
t i d a k m e m p u n y a i g r a n u l a d i
d a l a m n y a , y a n g terdiri dari:a . L i m f o s i t , m a c a m
leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES
d a n kelenjar limfe, bentuknya ada yang besar dan ada yang kecil, di
dalamsitoplasmanya terdapat granula dan intinya besar, banyaknya 20%-25%dan
fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke
dalam jaringan tubuh. b . M o n o s i t . T e r b a n y a k d i b u a t d i s u m s u m
m e r a h , l e b i h b e s a r d a r i l i m f o s i t , fungsin ya sebagai fagosit
dan banyaknya 34%. Di bawah mikroskop t e r l i h a t b a h w a
protoplasmanya lebar, warna biru sedikit abua b u mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan. Inti selnya
b u l a t a t a u panjang, warnanya lembayung muda.2 . G r a n u l o s i t d i s e b u t
juga leukosit granular terdiri dari :a . N e u t r o f i l a t a u
polimorfonuklear leukosit, mempunyai inti sel
y a n g kadang-kadang seperti terpisah-pisah, protoplasmanya banyak
bintik- bintik halus/granula, banyaknya 60%-70%. b . E u s i n o f i l . U k u r a n
d a n b e n t u k n y a h a m p i r s a m a d e n g a n n e u t r o f i l t e t a p i granula
dalam sitoplasmanya lebih besar , banyaknya 24%.
c.Basofil, sel ini kecil dari eusinofil tetapi mempunyai inti
yang bentuknya t e r a t u r , d i d a l a m p r o t o p l a s m a n y a t e r d a p a t
g r a n u l a - g r a n u l a b e s a r . Banyaknya setengah bagian sumsum
merah, fungsinya tidak diketahui(Syaifuddin,2006).2.3
LEUKEMIA1 . D E F I N I S I

Leukemia mula-mula dijelaskan oleh Virchow pada tahun 1847 sebagai


darah putih,a d a l a h p e n y a k i t n e o p l a s t i k y a n g d i t a n d a i
o l e h p r o l i f e r a s i a b n o r m a l d a r i s e l - s e l hematopoietik (Price,
1994).

Leukemia adalah proliferase leukosit yang tidak terkontrol di


d a l a m d a r a h , s u m s u m tulang, dan jaringan retikuloendotelial (Tuker, 1998).

Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai


d e n g a n p r o l i f e r a s i d i n i y a n g berlebihan (sel muda) dari sel darah
putih (SDP) (Engram, 1998).

Leukemia merupakan proliferatif neoplastik dari


p e r k u s o r s e l d a r a h p u t i h , y a n g menyebabkan penggantian
d i f u s s u m s u m t u l a n g n o r m a l o l e h s e l l e u k e m i a d e n g a n akumulasi
sel abnormal pada darah tepi dan infiltrasi organ misalnya hati, limpa,
kelenjar limfe, meningen, dan gonad oleh sel leukemi (Underwood, 1999).

Leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah


putih dalam sumsumtulang, mengganti elemen sumsum tulang normal.
Juga terjadi proliferasi di hati,limpa d a n n o d u s l i m f a t i k u s d a n
invasi organ nonhematologis, seperti meninges,
t r a k t u s gastrointestinal, ginjal dan kulit (Smeltzer, 2001).

Leukemia adalah penyakit mengenai sel darah putih yang mengalami


pembelahan yang b e r u l a n g - u l a n g . p e n y a k i t i n i s e m a c a m k a n k e r
y a n g m e n y e r a n g s e l - s e l d a r a h p u t i h . Akibatnya fungsi sel darah
putih terganggu, bahkan sel-sel darah merah dapat terdesak karena
pertumbuhan yang berlebihan ini jumlah sel darah merah menurun (Irianto,2004).

Leukemia (kangker darah) merupakan suatu penyakit yang ditandai pertambahan


jumlahsel darah putih (leukosit). Pertambahan ini sangat cepat dan tak
terkendali serta bentuk sel- sel darah putihnya tidak normal (Yatim, 2003).

Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai


d e n g a n p r o l i f e r a s i d i n i y a n g berlebihan dari sel darah putih
(Handayani, 2008)

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa


L e u k e m i a a d a l a h s u a t u penyakit sistem hematologi yang ditandai
dengan proliferasi yang berlebihan dan tidak normal pada sel darah putih
yang mengakibatkan fungsi sel darah putih terganggu.
2.4KLASIFIKASI LEUKEMIA
Leukemia dapat diklafikasikan ke dalam :1 . M a t u r i t a s s e l :

Akut (sel-sel asal berdiferensiasi secara buruk)

Kronis (lebih banyak sel dewasa)2 . T i p e - t i p e s e l a s a l

Mielositik (Mieloblast yang dihasilkan sumsum tulang)

Limfositik (limfoblast yang dihasilkan sistem limfatik) Normalnya, sel asal


(mieloblast dan limfoblast) tak ada pada darah perifer.Maturitas sel dan
tipe sel dikombinasikan untuk membentuk empat tipe utama leukemia :
1.LEUKEMIA MIELOGENUS AKUT (LMA)
Leukemia Mielogenus Akut (LMA) atau leukemia mielositik akut
ataud a p a t j u g a d i s e b u t l e u k e m i a g r a n u l o s i t i k a k u t ( L G A ) ,
mengenai sel stemhematopetik yang kelak berdiferensiasi ke
semua sel mieloid; monosit, g r a n u l o s i t ( b a s o f i l ,
netrofil, eosinofil), eritrosit, dan
t r o m b o s i t . Dikarakteristikan oleh produksi berlebihan dari mieloblast.
Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai dengan
bertambahnya usia.Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering
terjadi.
2.LEUKEMIA MIELOGENUS KRONIS (LMK)
Leukemia Mielogenus Kronis (LMK) atau leukemia mielositik
kronisatau leukemia granulositik kronis (LGK), juga dimasukan dalam
keganasansel stem mieloid. Namun, lebih banyak terdapat sel normal di
banding pada bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan.
Abnormalitas genetika yangdinamakan kromosom Philadelpia ditemukan
90% sampai 95% pasien dengan
LMK. LMK jarang menyerang individu di bawah 20
t a h u n , n a m u n insidensinya meningkat sesuai pertambahan usia.Gambaran
menonjol adalah :- a d a n y a k r o m o s o m P h i l a d e l p h i a
p a d a s e l s e l d a r a h . I n i a d a l a h kromosom
abnormal yang ditemukan pada sel sel sumsum tulang.- K r i s i s B l a s t .
Fase yang dikarakteristik oleh proliferasi tiba-tiba
d a r i jumlah besar mieloblast. Temuan ini menandakan pengubahan
LMK menjadi LMA. Kematian sering terjadi dalam beberapa bulan saat
sel sel leukemia menjadi resisten terhadap kemoterapi selama krisis blast.
3.LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT (LLA)
Leukemia Limfositik Akut (LLA) dianggap sebagai suatu
proliferasiganas limfoblas. Paling sering terjadi pada anak-anak,
dengan laki-laki lebih b a n y a k d i b a n d i n g p e r e m p u a n , d e n g a n
p u n c a k i n s i d e n s i p a d a u s i a 4 t a h u n . Setelah usia 15 tahun , LLA jarang
terjadi.
4.LEUKEMIA LIMFOSITIK KRONIS (LLK)
Leukemia Limfositik Kronis (LLK) cenderung merupakan
kelainanringan yang terutama mengenai individu antara usia 50
s a m p a i 7 0 t a h u n . Negara-negara barat melaporkan penyakit ini
sebagai leukemia yang umumterjadi. LLK dikarakteristikan oleh proliferasi
dari diferensiasi limfosit yang baik (mudah dikenali sel-sel yang menunjukkan
jaringan asal).Kelompok Klasifikasi Leukemia Akut MenurutFrench-AmericanBritish (FAB)
Leukemia Limfositik Akut
L-1 pada masa kanak-kanak: populasi sel homogenL - 2 L e u k e m i a
limfositik akut tampak pada orang dewasa: populasi sel

heterogenL-3Limfoma Burkitt-tipe leukemia: sel-sel


besar, populasi sel homogen.

Leukemia Mieloblastik Akut


M-1Diferensiasi granulositik tanpa
p e m a t a n g a n M-2 Diferensiasi granulositik disertai pematangan menjadi
stadium promielositik M - 3 D i f e r e n s i a s i g r a n u l o s i t i k d i s e r t a i
promielosit hipergranular yang dikaitkan
d e n g a n pembekuan intra vaskular tersebar (
Disseminated intravascular coagulation
).M - 4 L e u k e m i a m i e l o m o n o s i t i k a k u t : k e d u a g a r i s s e l
granulosit dan monosit.M-5aLeukemia monositik akut :
kurang berdiferesiasiM - 5 b L e u k e m i a m o n o s i t i k a k u t :
berdiferensiasi baik M-6Eritroblast predominan
disertai diseritropoiesis beratM - 7 L e u k e m i a
m e g a k a r i o s i t i k .
2.5 ETIOLOGI
Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti.
D i p e r k i r a k a n b u k a n penyebab tunggal tetapi gabungan dari faktor resiko
antara lain :

Ter i n f e k s i v i r u s . Ag e n v i r u s s u d a h l a m a d i i d e n t i f i k a s i s e b a g a i
p e n y e b a b leukemia pada hewan. Pada tahun 1980, diisolasi virus HTLV-1 dari
leukemiasel T manusia pada limfosit seorang penderita limfoma kulit dan sejak
saat itudiisolasi dari sampel serum penderita leukemia sel T.

Faktor Genetik. Pengaruh genetik maupun faktorf a k t o r l i n g k u n g a n kelihatannya memainkan peranan , namun
jarang terdapat leukemia familial,tetapi insidensi leukemia lebih tinggi
dari saudara kandung anak-anak yang t e r s e r a n g , d e n g a n i n s i d e n s i
y a n g m e n i n g k a t s a m p a i 2 0 % p a d a k e m b a r monozigot (identik).

Kelainan Herediter. Individu dengan kelainan kromosom, seperti


SindromDown, kelihatannya mempunyai insidensi leukemia akut 20 puluh kali
lipat.

Faktor lingkungan.- R a d i a s i . K o n t a k d e n g a n r a d i a s i
i o n i s a s i d i s e r t a i m a n i f e s t a s i l e u k e m i a yang timbul
bertahun-tahun kemudian.- Z a t K i m i a . Z a t k i m i a
m i s a l n y a : b e n z e n , a r s e n ,
k l o r a m f e n i k o l , fenilbutazon, dan agen antineoplastik
dikaitkan dengan frekuensi yangm e n i n g k a t k h u s u s n y a a g e n -

a g e n a l k i l . K e m u n g k i n a n l e u k e m i a meningkat pada
p e n d e r i t a y a n g d i o b a t i b a i k d e n g a n r a d i a s i m a u p u n kemoterapi.

PATO F I S I O L O G I
Jika penyebab leukemia virus, virus tersebut akan masuk ke
dalam tubuhmanusia jika struktur antigennya sesuai dengan
struktur antigen manusia. Bilastruktur antigen individu tidak
sama dengan struktur antigen virus, maka virus t e r s e b u t
ditolaknya seperti pada benda asing lain. Struktur
a n t i g e n m a n u s i a terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai alat
tubuh, terutama kulit dan selaputlendir yang terletak di permukaan tubuh
(kulit disebut juga antigen jaringan ). OlehWHO terhadap antigen jaringan
telah ditetapkan istilah HL-A (Human Leucocyte Lucos A). Sistem HL-A
individu ini diturunkan menurut hukum genetika sehinggaa d a n y a p e r a n a n
faktor ras dan keluarga dalam etiologi leukemia tidak
d a p a t diabaikan.Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang
bersifat sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan
penyakit darah yang disebabkankarena terjadinya kerusakan pada
pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut
kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat
sel-sel darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal
dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah normal.P r o s e s p a t o f i s i o l o g i
leukemia dimulai dari transformasi ganas sel
induk hematologis dan turunannya. Proliferasi ganas sel induk
i n i m e n g h a s i l k a n s e l leukemia dan mengakibatkan penekanan
hematopoesis normal, sehingga terjadi bone marrow failure, infiltrasi sel
leukemia ke dalam organ, sehingga menimbulkanorganomegali, katabolisme sel
meningkat, sehingga terjadi keadaan hiperkatabolik.
2.7 FATHWAY (TERLAMPIR)2 . 8 M A N I F E S T A S I K L I N I S
Gejala yang khas leukemia secara umum :

Pucat

Panas

Splenomegali

Hepatomegali

Limfadenopati

Perdarahan dapat berupa ekimosis, petekia, epitaksis, dan perdarahan gusiGejala


yang tidak khas

Sakit/ nyeri sendi atau sakit tulang disalahtafsirkan sebagai reumatik

Lesi purpura pada kulit

Efusi pleura

kejang
Leukemia Mielogenus Akut
Kebanyakan tanda dan gejala terjadi akibat berkurangnya produksi sel
darahnormal.

Peka terhadap infeksi akibat granulositopenia, kekurangan granulosit

Kelelahan dan kelemahan terjadi karena anemia

Kecendrungan perdarahan terjadi akibat trombositopenia, kurangnya


jumlahtrombosit.

Proliferase sel lukemi dalam organ mengakibatkan berbagai gejala


tambahan :n y e r i a k i b a t p e m b e s a r a n l i m f a ; s a k i t k e p a l a a t a u
m u n t a h a k i b a t l e u k e m i meningeal (sering terjadi pada leukemia
limfositik); dan nyeri tulang akibat penyebaran sumsum tulang belakang.
Leukemia Mielogenus Kronis
Gambaran klinis LMK mirip dengan gambaran LMA,
t e t a p i t a n d a d a n gejalanya lebih ringan. Banyak pasien yang
menunjukkan tanda dan gejala selama bertahun-tahun.

Terdapat peningkatan leukosit, kadang sampai jumlah yang luar biasa.

Limpa sering membesar.


Leukemia Limfositik Akut
Limfosit imatur berploriferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer
danmenggangu perkembangan sel normal. Akibatnya:


Hematopoesis normal terhambat, mengakibatkan penurunan jumah
leukosit,sel darah merah, dan trombosit. Eritrosit dan trombosit jumlahnya
rendah danleukosit jumlahnya dapat rendah atau tinggi tetapi selalu terdapat sel
imatur.

Manifestasi infiltrasi leukemia ke organ-organ lain lebih sering terjadi


padaLLA daripada jenis leukemia lain dan mengakibatkan :- N y e r i
karena pembesaran hati dan limpa- S a k i t
k e p a l a -Muntah karena keterlibatan
meninges, dan- N y e r i
t u l a n g .
Leukemia Limfositik Kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan baru terdiagnosa pada
saat penanganan fisik atau penanganan untuk penyakit lain. Manifestasi
yang mungkinterjadi adanya :

Anemia

Infeksi

Pembesaran nodus limfe dan organ abdominal

Jumlah eritrosit dan trombosit mungkin normal atau menurun.

Terjadi penurunan jumlah limfosit (limfositopenia)


2.9 KOMPLIKASI
Komplikasi leukemia meliputi perdarahan dan infeksi, yang
merupakan p e n y a b a b u t a m a k e m a t i a n . P e m b e n t u k a n
b a t u g i n j a l , a n e m i a d a n m a s a l a h gastroentestinal merupakan
komplikasi lain.

Risiko perdarahan berhubungan dengan tingkat


d e f i s i e n s i t r o m b o s i t (trombositopenia). Angka trombosit rendah ditandai
dengan memar (ekimosis)dan petekia (bintik perdarahan kemerahan atau keabuan
sebesar ujung jarumdi permukaan kulit). Pasien juga dapat mengalami perdarahan
berat jika jumahtrombositnya turun sampai di bawah 20.000/mm
3
darah. Dengan alasan tidak jelas, demam dan infeksi dapat meningkatkan
kemungkinan perdarahan

Karena kekurangan granulosit matur dan normal, pasien selalu dalam


keadaanterancam infeksi. Kemungkinan terjadinya infeksi meningkat
sesuai denganderajat netropenia, sehingga jika granulosit berada di
bawah 100/ml darahsangat mungkin terjadi infeksi sistemik. Disfungsi imum
mempertinggi resikoinfeksi.


Penghancuran sel besar-besaran yang terjadi selama pemberian
kemoterapiakan meningkatkan kadar asam urat dan membuat pasien
rentan mengalami pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal. Maka
pasien memerlukan asupancairan yang tinggi untuk mencegah
kristalisasi asam urat dan pembentukan batu.

Masalah gastrointestinal dapat terjadi akibat infiltrasi leukosit


abnormal keo r a n a b d o m i n a l s e l a i n a k i b a t t o k s i s i t a s o b a t
k e m o t e r a p i . S e r i n g t e r j a d i anoreksia, mual, muntah, diare, dan lesi
mukosa mulut.
2.10PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK a . P e m e r i k s a a n
laboratorium
Gejala yang terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan
sumsumtulang berupa pansitopenia, limfositosis yang kadang-kadang
menyebabkang a m b a r a n d a r a h t e p i m e n o t o n d a n t e r d a p a t s e l b l a s .
Ter d a p a t n y a s e l b l a s dalam darah tepi merupakan gajala patognomik
untuk leukemia.kolesterolm u n g k i n r e n d a h , a s a m u r a t d a p a t
m e n i n g k a t , h i p o g a m a g l o b i n e a . D a r i pemeriksaan sumsum
tulang akan ditemukan gambaran yang menoton, yaituhanya terdiri dari
sel limfopoietik patologis sedangkan sistem lain terdesak (aplasia
sekunder). Pada LMA selain gambaran yang menoton, terlihat
pulaadanya hiatus leukemia ialah keadaan yang memperlihatkan banyak
sel blas(mieloblas), beberapa sel tua (segmen) dan sangat kurang bentuk
pematangans e l y a n g b e r a d a d i a n t a r a n y a ( p r o m i e l o s i t , m i e l o s i t ,
m e t a m i e l o s i t d a n s e l batang).
b . B i o p s i
L i m p
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliferase sel leukemia dan sel
yang b e r a s a l d a r i j a r i n g a n l i m p a y a n g t e r d e s a k , s e p e r t i l i m f o s i t
n o r m a l , R E S , granulosit, dan
pulp cell
.
c.Pungsi Sumsum Tulang
Pungsi sumsum tulang merupakan pengambilan sedikit cairan
sumsumt u l a n g , y a n g b e r t u j u a n u n t u k p e n i l a i a n
t e r h a d a p s i m p a n a n z a t b e s i , mendapatkan spesimen
u n t u k p e m e r i k s a a n b a k t e r i o v i r o l o g i s ( b i a k a n mikrobiologi),
untuk diagnosa sitomorfologi/ evaluasi produk pematangan selasal darah.
Tempat yang biasanya digunakan aspirasi untuk pungsi sumsum tulang
adalah spina iliaka posterior superior (SIPS), krista iliaka, spina iliakaanterior
superior (SIAS), sternum di antara iga ke-2 dan ke-3 midsternal atausedikit di
kanannya (jangan lebih dari 1 cm), spina dorsalis/prosesus spinosusvertebra
lumbalis.
d.Cairan Serebrospinal
Bila terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein,berarti
suatuleukemia meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat pada

perjalanan p e n y a k i t b a i k d a l a m k e a d a a n r e m i s i m a u p u n
k e a d a a n k a m b u h . U n t u k mencegahnya diberikan metotreksat (MTX)
secara intratekal secara rutin padasetiap pasien baru atau pasien yang
menunjukkan gejala tekanan intrakranial meninggi.
e . S i t o g e n i k
Pada kasus LMK 70-90% menunjukkan kelainan kromosom,
y a i t u kromosom 21 (kromosom Philadelpia atau Ph 1). 50-70% dari
pasien LLAdan LMA mempunyai kelainan berupa:

Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), hiploid


( 2 n - a ) , hiperploid (2n+a).

Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom yangdiploid.

Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (


partial depletion
).
erdapatnya
marker chromosome
yaitu elemen yang secara morfologis b u k a n m e r u p a k a n k r o m o s o m
n o r m a l ; d a r i b e n t u k y a n g s e n g a t b e s a r sampai yang sangat
kecil.U n t u k m e n e n t u k a n p e n g o b a t a n n y a h a r u s d i k e t a h u i j e n i s
kelainan yang d i t e m u k a n . P a d a l e u k e m i a b i a s a n y a
d i d a p a t k a n d a r i h a s i l d a r a h t e p i b e r u p a limfositosis lebih dari
80% atau terdapat sel blas. Juga diperlukan pemeriksaan darisumsum tulang
dengan menggunakan mikroskop elektron akan terlihat adanya
sel patologis.
2.11PENATALAKSANAAN MEDIS DAN PENUNJANGa. Penetalaksanaan Medis

Transfusi darah, biasanya diberikan jika kadar Hb kurang dari 6g%.


Padat r o m b o s i t o p e n i a y a n g b e r a t d a n p e r d a r a h a n m a s i f , d a p a t
d i b e r i k a n transfusi trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat
diberikanheparin

Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan


s e b a g a i n y a ) . Setelah dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan
akhirnyadihentikan.

Sitostatika. Selain sitostatika yang lama (6-merkaptopurin atau


6 - m p , metotreksat atau MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan
lebih poten seperti vinkristin (Oncovin), rubidomisin (daunorubycine)
dan b e r b a g a i n a m a o b a t l a i n n y a . U m u m n y a s i t o s t a t i k a
diberikan dalamkombinasi bersama-sama dengan prednison.
Pada pemberian obat-o b a t a n i n i s e r i n g t e r d a p a t e f e k
s a m p i n g b e r u p a a l o p e s i a ( b o t a k ) , stomatitis, leukopenia,

infeksi sekunder atau kandidiasis. Bila jumlah leukosit kurang dari


2000/mm
3
pemberiannya harus hati-hati.

Infeksi sekunder dihindarkan (lebih baik pasien dirawat di kamar yang sucihama/
steril).

Imunoterapi, merupakan cara pengobatan terbaru. Setelah tercapai


remisid a n j u m l a h s e l l e u k e m i a c u k u p r e n d a h ( 1 0
5
-10
6
), imunoterapi mulai
diberikan (mengenai cara pengobatan yang terbaru masih
d a l a m pengembangan).C a r a p e n g o b a t a n b e r b e d a - b e d a p a d a s e t i a p
k l i n i k b e r g a n t u n g d a r i pengalaman, tetapi prnsipnya sama, yaitu dengan
pola dasar :1.
Induksi.
Dimaksud untuk mencapai remisi dengan bebagai obat tersebut sampai
sel blas dalam sumsum tulang kurang dari 5%.2.
Konsolidasi.
Bertujuan agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.3.
Rumat.
Untuk mempertahankan masa remisi agar lebih lama. Biasanya dengan
memberikan sitostatika setengah dosis biasa.4.
Reinduksi.
Dimaksukan untuk mencegah relaps. Biasanya dilakukan setiap3-6 bulan
dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10- 14
hari.5.Mencegah terjadinya leukemia pada susunan syaraf pusat.
Diberikan MTXsecara intratekal dan radiasi kranial.6 . P e n g o b a t a n
imunologik.
b.Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan
pasienl a i n y a n g m e n d e r i t a p e n y a k i t d a r a h . Tet a p i k a r e n a
p r o g n o s i s p a s i e n p a d a umumnya kurang menggembirakan (sama seperti
pasien kanker lainnya) maka p e n d e k a t a n p s i k o s o s i a l h a r u s
d i u t a m a k a n . Yan g p e r l u d i u s a h a k a n i a l a h ruangan yang aseptik dan
cara bekerja yang aseptik pula. Sikap perawat yangramah dan lembut
diharapkan tidak hanya untuk pasien saja tetapi juga pada k e l u a r g a
yang dalam hal ini sangat peka perasaannya jika
m e n g e t a h u i penyakit anaknya atau keluarganya.B e b e r a p a c a r a y a n g
b i s a k i t a a n j u r k a n a d a l a h h i n d a r i m e n y i k a t g i g i terlalu keras, karena
bulu sikat gigi dapat mencederai gusi. Menyarankan kliensupaya berhati-hati
ketika berjalan di lantai yang licin seperti kamar mandiagar tidak jatuh.
Memberikan klien dan keluarganya pendidikan kesehatan

bagaimana cara mengatasi perdarahan hidung, misalnya dibendung


dengankapas atau perban, posisi kepala menengadah.Untuk menangani
infeksi klien harus menjaga kebersihan diri, seperti m e n c u c i t a n g a n ,
mandi 3x sehari. Menganjurkan keluarga klien
untuk menjaga keersihan diri mereka, membatasi jumlah
p e n g u n j u n g k a r e n a dikhawatirkan dapat menularkan penyakipen yakit seperti flu dan batuk.Menciptakan lingkungan yang
b e r s i h d a n j i k a p e r l u p e r t a h a n k a n t e h n i k isolasi.2.12
PROSES KEPERAWATAN Pasien Leukemiaa . P e n g k a j i a n
1.Riwayat pemajanan pada faktor-faktor pencetus, seperti
pemajanan padadosis besar radiasi, riwayat infeksi virus,
g e n e t i k d a n p e n y a k i t herediter.2 . P e m e r i k s a a n f i s i k d a p a t
m e n u n j u k k a n m a n i f e s t a s i : Pembesaran sumsum tulang dengan
sel-sel leukemia yang selanjutnya menekan fungsi sumsum tulang, sehingga
menyebabkan beberapa gejaladi bawah ini:

Sakit kepala

Infeksi

Pemeriksaan darah menunjukkan perubahan sel darah putih

Anemia

penurunan berat badan, kelemahan dan kelelahan


,
pucat, malaise, muntah dan anoreksia.

Trombositopenia (jumlah trombosit rendah)

Petekia, Ekimosis,mudah memar, Kencenderungan perdarahan (pada gusi)

Netropenia

Demam, berkeringat pada malam hari.3 . I n f i l t r a s i o r g a n l a i n


dengan sel-sel leukemia yang
m e n y e b a b k a n beberapa gejala seperti :

Hepatomegali

Splenomegal

Limfadenopati

Nyri tulang dan sendi


Hipertrofi gusi.
b . D i a g n o s a
dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul antara lain :1.
Nyeri b.d infiltrasi leukosit ke jaringan sistemik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien nyeri
akan berkurang.Kriteria Hasil :

M e n ya t a k a n n y e r i b e r k u r a n g d e n g a n i n d i k a t o r 1 - 3 ( t i d a k
a d a , ringan, sedang )

Ekspresi wajah tenang.

Tidak ada petunjuk non verbal tentang nyeri

HR 60-100x/mnt, RR 16-24x/mnt, TD 120/80mmHg.

Menerima medikasi nyeri sesuai yang diresepkan

Mengambil peran aktif dalam pemberian analgetik.

Skala nyeri 1-3 (tidak ada, ringan, sedang )Intervensi Keperawatan :


1 . K a j i
k a r a k t e r i s t i k
n y e r i
:
l o k a s i ,
k u a l i t a s ,
f r e k u e n s i ,
d a n
d u r a s i .
Rasional
: M e m b e r i k a n d a s a r u n t u k m e n g k a j i p e r u b a h a n p a d a tingkat
nyeri dan mengevaluasi intervensi.2 . B e r i k a n
t e r a p i
a n a l g e t i k
s e s u a i
d e n g a n
i n s t r u k s i
d o k t e r .
L a k u k a n penilaian respon pasien terhadap pemberian analgetik
Rasional
: analgetik merupakan agen farmakologi yang berfungsi m e n g u r a n g i
r a s a n y e r i , a n a l g e t i k c e n d e r u n g l e b i h e f e k t i f k e t i k a diberikan
secara dini pada siklus nyeri, respon pasien memberikan informasi
tambahan tentang nyeri klien.3 . B e r i k a n
d u k u n g a n
e m o s i o n a l
d a n
m e n e n t r a m k a n
k e k u a t i a r a n
p a s i e n .
Rasional
: mengurangi ketakutan dan ansietas akibat penyakit yang di derita.
Ketakutan dan ansietas akan meningkatkan persepsi
nyeri.4 . G u n a k a n
m e t o d e
d i s t r a k s i
s e p e r t i
r e l a k s a s i ,
t e k n i k
p e r n a p s a n
d a l a m , mendengarkan musik, dan imajinasi.

Raional
: teknik pengalihan perhatian atau distraksi dapat membuatmengurangi
nyeri yang dirasakan pasien karena pasien tidak fokus terhadap nyeri yang
dialaminya.2.
Resiko infeksi b.d menurunnya daya tahan tubuh yang berkaitan dengan
neutropenia/ menurunnya sistem imun.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien, klien akanterbebas
dari gejala infeksi.Kriteria Hasil:

Faktor resiko akan hilang ditunjukkan dengan status imun pasien

Pasien menunjukkan pengendalian resiko, dibuktikan dengan indikator berikut ini


(antara1-3: tidak pernah, jarang, kadang-kadang,).

Mengindikasi status gastrointestinal, pernapasan, genitourinaria, dan imum dalam


batasnormal.

Menunjukkan higiene pribadi yang adekuat.

Leukosit 4000 - 11.000/

L, Neutrofil : 150-300/

36-37
o
CIntervensi Keperawatan :1 . P a n t a u
t a n d a
/
g e j a l a
i n f e k s i
( m i s a l n y a
s u h u
t u b u h ,
d e n y u t
j a n t u n g , pembuangan,
penampilan luka, sekresi, penampilan urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihandan
malaise, nilai leukosit).
Rasional
: m e m b e r i k a n d a s a r u n t u k m e n g k a j i p e r u b a h a n j i k a terjadi
kemungkinan infeksi2 . K a j i f a k t o r y a n g
m e n i n g k a t k a n s e r a n g a n i n f e k s i
( m i s a l n y a : u s i a l a n j u t , tanggap imun rendah,
malnutrisi).
Rasional
: untuk menentukan intervensi selanjutnya
I n s t r u k s i k a n
u n t u k m e n j a g a
h i g i e n e p r i b a d i u n t u k
m e l i n d u n g i
t u b u h terhadap infeksi baik pada pasien maupun keluarga.
Rasional
: higiene pribadi dapat melindungi tubuh
u n t u k meminimalkan pajanan pada organisme infektif.4 . B e r i k a n

t e r a p i a n t i b i o t i k b i l a d i p e r l u k a n
s e s u a i d e n g a n i n s t r u k s i d o k t e r .
Rasional
: diberikan sebagai profilaktik atau mengobati
i n f e k s i khusus5 . P e r t a h a n k a n
t e k n i k
i s o l a s i ,
b i l a
d i p e r l u k a n .
Rasional
: ruangan yang terisolasi dapat
m e m i n i m a l k a n terpaparnya pasien dari sumber
infeksi.6 . L i n d u n g i
p a s i e n
d a r i
k o n t a m i n a s i
s i l a n g
d e n g a n
t i d a k
m e n u g a s k a n perawat yang sama untuk
setiap pasien infeksi dan memisahkan pasien infeksi dalam kamar yang
berbeda.
Rasional
: kontaminasi silang dapat memperbesar resiko infeksi pada klien.3.
Intoleransi aktivitas : kelemahan secara menyeluruh akibat anemia.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien,
terjadi peningkatan toleransi aktifitas.Kriteria Hasil:

Mentolenrasi aktivitas yang biasa dilakukan dan ditunjukan dengandaya tahan,


penghematan energi, dan perawatan diri : Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
(AKSI).

Menunjukkan penghematan energi, ditandai dengan indikator 15( t i d a k s a m a s e k a l i , r i n g a n , s e d a n g , b e r a t , a t a u s a n g a t


b e r a t ) , menyadari keterbatasan energi, menyeimbangkan aktivitas
danistirahat.

Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang


k e b u t u h a n oksigen, pengobatan, dan/atau peralatan yang dapat
meningkatkantoleransi terhadap aktivitas.

Istirahat jika mengalami keletihan


Melaporkan tingkat keletihan

Hb : 13-16gr/dL (laki-laki), Hb : 12-14gr/dL (perempuan)

Ht : lk = 40-58%Perempuan = 37-43%

ERITROSIT : Lk = 4,6-6,2 jt/mm


3
Perempuan = 4,2-5,4 jt/mm
3

HR 60-100x/mnt, RR 16-24x/mnt, TD 120/80mmHg, S :36-37

o
CIntervensi Keperawatan :1 . K a j i T a n d a - t a n d a V i t a l s e r t a
p a n t a u r e s p o n s k a r d i o r e s p i r a s i terhadap aktivitas
(misalnya, takikardia, disaritmia lain, dispnea,diaforesis, pucat,
tekanan, hemodinamik, dan frekuensi respirasi) pasien dan kadar Hb dalam
darah.
Rasional
: memberikan dasar untuk menentukan intervensi serta tingkat kemampuan
klien2 . E v a l u a s i l a p o r a n k e l e m a h a n ,
p e r h a t i k a n k e m a m p u a n u n t u k berpartisipasi dalam
aktifitas sehari-hari.
Rasional
: menentukan derajat dan efek ketidakmampuan.3 . B e r i k a n l i n g k u n g a n
tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan.
Rasional
: menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau penyambungan
jaringan.4 . P a n t a u a s u p a n n u t r i s i u n t u k m e m a s t i k a n
k e a d e k u a t a n s u m b e r - sumber energi serta berikan masukan
p r o t e i n d a n k a l o r i y a n g adekuat.
Rasional
: nutrisi kalori dan proten yang cukup dapat membantumengembalikan
energi yang hilang dan meningkatkan toleransi aktivitas.5 . A j a r k a n
pengaturan aktivitas dan teknik menajemen waktu
u n t u k mencegah kelelahan.
Rasional
: p e n g a t u r a n a k t i v i t a s d a n m e n e j e m e n w a k t u d a p a t mengatur
penggunaan energi sehingga dapat mencegah kelelahan.
.Resiko cedera : perdarahan b.d trombositopenia
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
p a d a k l i e n , menunjukkan resiko cedera menurun.Kriteria Hasil:

Menunjukkan pengendalian resiko dibuktikan dengan indikator ini1-3 (tidak


pernah, jarang, kadang-kadang).

Menghidari cedera fisik.

Mempersiapkan lingkungan yang aman (misalnya,


meniadakanketidakteraturan dan tumpahan, penempatan
p e g a n g a n t a n g a n , penggunaan tikar karet, serta pegangan tangan di kamar
mandi).

Tanda-tanda pendarahan berkurang. Ekimosis tidak ada/berkurang, peteki tidak


ada, epistaksis tidak ada atau jarang.

Trombosit : 150.000-450.000/

LIntervensi Keperawatan :1 . G u n a k a n s e m u a t i n d a k a n u n t u k
m e n c e g a h p e r d a r a h a n k h u s u s n y a pada daerah ekimosis
Rasional
: karena perdarahan memperberat kondisi pasien dengan adanya
anemia.2 . L a p o r k a n s e t i a p t a n d a - t a n d a p e r d a r a h a n
s e r t a p a n t a u k a d a r trombosit dalamdarah (tekanan darah menurun,
denyut nadi cepat,dan pucat)
Rasional
: untuk memberikan intervensi dini dalam
m e n g a t a s i perdarahan.3 . G u n a k a n j a r u m y a n g
k e c i l p a d a s a a t m e l a k u k a n i n j e k s i
Rasional
: untuk mencegah perdarahan.4 . A j a r k a n k e l u a r g a d a n p a s i e n
y a n g u n t u k m e n g o n t r o l p e r d a r a h a n hidung.
Rasional
: untuk mencegah perdarahan
M e n g g u n a k a n
s i k a t
g i g i
y a n g
l u n a k
d a n
l e m b u t
Rasional
: untuk mencegah perdarahan pada gusi.6 . H i n d a r i o b a t - o b a t y a n g
mengandung aspirin.
Rasional
: karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit.
5.Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan,
f u n g s i d a n peran.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada klien,maka
citratubuh an harga diri klien dapat diperbaiki.Kriteria Hasil:

Harga diri yang positif

Menunjukkan citra tubuh, ditandai dengan indikator kekonsistenan5 (positif).

Kongruen antara realitas tubuh, ideal tubuh, dan wujud tubuh.

Kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh.

Mempertahankan peran sebelumnya dalam pembuatan


keputusan,m e n g u n g k a p k a n p e r a s a a n d a n r e a k s i t e r h a d a p
k e h i l a n g a n , i k u t serta dalam aktivitas perawatan diri.Intervensi Keperawatan :
1.Kaji perasaan pasien tentang gambaran dan tingkat harga
diri.
Rasional
: M e m b e r i k a n d a s a r u n t u k m e n g k a j i p e r u b a h a n p a d a tingkat nyeri
dan mengevaluasi intervensi.2 . B e r i k a n m o t i v a s i u n t u k k e i k u t s e r t a a n
y a n g k o n t i n u d a l a m a k t i v i t a s dalam aktivitas dan pembuatan keputusan.
Rasional

: memberikan motivasi memungkinkan kontrol kontinu terdapat kejadian


dandiri klien3 . B e r i k a n d u k u n g a n p a d a
k l i e n u n t u k m e n g u n g k a p k a n kekhawatirannya.
Rasional
: mengidentifikasi kekhawatiran merupakan satu tahapan penting dalam
mengatasinya.
4.Bantu klien dalam perawatan diri ketika keletihan
Rasional
: kesejahteraan fisik meningkatkan harga diri.5 . B e r i k a n m o t i v a s i
k e p a d a k l i e n d a n p a s a n g a n n y a a t a u p u n k e l u a r g a untuk
s a l i n g b e r b a g i k e k h a w a t i r a n m e n g e n a i p e r u b a h a n f u n g s i seksual
Rasional
: memberikan kesempatan untuk
m e n g e k s p r e s i k a n kekhawatirannya

Vous aimerez peut-être aussi