Vous êtes sur la page 1sur 19

MAKALAH PSIKOLOGI DALAM PRESPEKTIF ISLAM

Ibadah Sholat dan Dzikir Beserta Implikasinya


untuk melengkapi tugas Matakuliah Psikologi dalam Perspektif Islam
yang dibimbing oleh Abdul Aziz Muslim, S.Psi, M.Psi

Psikologi C-2014
Disusun oleh:
Linda Shalihah

(201310230311373)

Budi Laksono

(201410230311123)

Umamah Evan Hanno

(201410230311131)

Abdul Gafur Mursyad

(201410230311133)

Naimatus Sholikhah

(201410230311151)

Umratul Mardiyah

(201410230311176)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS PSIKOLOGI
2016

BAB II
PEMBAHASAN
A. Shalat
a. Pengertian Shalat
Menurut Ahmad Bin Salim (2010), dilihat dari segi bahasa, shalat berarti doa
(memohon), atau memohon kebaikan. Sedangkan secara istilah, shalat adalah
perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri
dengan salam berdasarkan atas syarat-syarat dan rukun-rukun yang telah ditetapkan
oleh Rasulullah.. Shalat dinamakan demikian karena menjadi hubungan secara
langsung

antara

seorang

hamba

dan

Sang

Penciptanya,

dengan

maksud

mengagungkan-Nya, bersyukur kepada-Nya, memohon rahmat-Nya, serta meminta


ampunan dari-Nya. Ibadah tersebut dilakukan dengan rangka memberikan manfaat
dan keunungan yang sangat besar bagi dirinya didunia dan diakhirat. Allah SWT
berfirman:

padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan


memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus (jauh dari
syirik), dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang
demikian itulah agama yang lurus. QS. Al-Bayyinah [98]:5.
Allah SWT telah mewajibkan shalat kepada semua umat terdahulu. Hal ini
sebagaimana disebutkan melalui lisan para nabi dan rasulnya. Allah SWT berfirman
melalui lisan Nabi Ibrahim as:

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap


mendirikan shalat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. QS.Ibrahim [14]: 40.
b. Keutamaan Shalat
Shalat merupakan ibadah yang istimewa dalam agama islam, baik dilihat dari
perintah yang diterima oelh Nabi Muhammad secara langsung dari Tuhan, maupun
dimensi-dimensi yang lain. Menurut Ash-Shiddieqy (1983) seluruh fardu dan ibadah
selain shalat diperintahkan oleh Allah SWT kepada jibril untuk disampaikan kepada
Nabi Muhammad. Hanya perintah shalat ini jibril diperintahkan menjemput Nabi
Muhammad untuk menghadap Allah. Sebagai ibadah utama, maka mustahil jika
shalat

tidak

memberikan

pahala

atau

ganjaran

yang

besar

bagi

yang

melaksanakannya. Begitu pula, mustahil jika shalat bukan energy yang luar biasa,
baik energy spiritual atau ruhaniyah, maupun energy jasmaniah.
Perintah untuk mengerjakan shalat, tidak terbatas pada keadaan tertentum
seperti pada waktu badan sehat saja, situasi aman, tidak sedang berpergian dan
sebagainya, melainkan dalam keadaan bagaimanapun orang tetap dituntut untuk
mengerjakannya. Hal ini ditegaskan dalam QS. Al-Baqarah [2] : 238.

Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa [152]


berdirilah untuk Allah (dlam shalatmu) dengan khusyu. QS. Al-Baqarah [2]: 238.
Shalat merupakn suatu serangkaian pokok dari iman, untuk iman yang teguh
akan bersemi di lubuk jiwa, menunaikan shalat sehingga shalat yang ditegakkan
dengan sempurna, dengan khusyu yang menjadi spiritnya (ruhnya) membawa kepada
rela mengorbankan sebagaian harta untuk kepentingan hidup bersama. Shalat
merupakan sendi Islam untuk menegakkan agama Islam (dalam Marufah, 2015)

c. Aspek Psikologi Sholat


Menurut Ancok dan Suroso (dalam Marufah 2015), terdapat empat aspek
terapeutik yang terkandung dalam shalat, yaitu aspek olahraga, aspek autosugesti,
aspek meditasi dan aspek kebersamaan.
1. Aspek Olahraga
Dalam sebuah rangkaian shalat terdapat gerakan-gerakan yang mampu
memberikan efek kesehatan dan relaksasi pada tubuh. Keseluruhan dari rangkaian
gerakan ini bersifat tenang, berulang-ulang dan melibatkan seluruh jaringan otot
dan persendian. Setiap perubahan gerakan satu ke gerakan yang lain (misalnya
dari rukuk keqauna) kelompok otot yang berbeda akan diaktifkan secara
bergantian. Panas dan kalori yang dikeluarkan tubuh ketika melakukan gerakangerakan ini dapat menjaga keseimbangan energy.
Walker (1975) melaporkan bahwa olahraga sendiri dapat mengurangi
kecemasan dari efek fisiologis yang ditimbulkan. Jika hal ini dikaitkan dengan
shalat, maka rangkaian gerakan shalat yang berupa olahraga mampu menurunkan
tingkat kecemasan dan merelaksasikan kondisi psikis dimana kondisi psikis yang
rileks merupakan sebuah kondisi yang diperlukan disetiap melakukan terapi pada
penderita gangguan jiwa.
2. Aspek Autosugesti
Jika pada proses pemulihan penderita gangguan post traumatic stress
(PTSD) sang terapis menganjurkan untuk melakukan teknik Self Talk ketika
penderita menemui obyek yang dapat membangkitkan perasaan traumanya, maka
dalam shalat teknik yang sama dilakukan secara tidak sadar oleh individu yang
mengerjakannya. Teknik self talk berfungsi untuk meningkatkan motivasi dan
keyakinan individu, dalam shalat bentuk self talk yang biasanya muncul adalah
bahwa Allah SWT Maha Mendengar dan Maha Melihat serta Maha Mengabulkan
doa sehingga keyakinan akan diperhatikannya individu akan semakin kuat dan
individu mampu mencapai keadaan katarsis (suatu keadaan dimana individu
merasa pulih dan tenang).

Jika ditelaah melalui teori hypnosis, proses ini dinamakan autosuggestion.


Maka dalam hal ini proses shalat merupakan rangkaian terapi yang tidak jauh
berbeda dengan self hypnosis.
3. Aspek Meditasi
Dalam shalat, individu akan berusaha untuk menapaki jalan spiritual yang
bertujuan untuk mempertemukan diri atau aku yang fana dengan kekuatan
Ilahiah (divine power). Proses ini dinamakan khusyuk atau dapat disebut juga
sebagai proses meditasi. Dalam proses ini individu melepaskan pikiran dan panca
indranya dari keadaan riil dan dari segala peristiwa yang ada disekitarnya,
termasuk reaksi sensorik yang ada pada tubuhnya. Individu meninggalkan segala
macam peristiwa yang ada disekitarnya dan memfokuskan diri hanya untuk
bertemu dengan Tuhannya Allah Aza Wa Zalla. Bentuk perjalanan jiwa ini disebut
sebagai taraf kesadaran tertinggi (Altered States of Conciousneess), dalam
paradigm humanis disebut sebagai peak experience. Pada taraf ini jiwa individu
keluar dari tubuhnya selagi tubuh masih melakukan rangkaian gerakan shalat.
Sekembalinya dari perjalanan pada tingkat kesadaran tertinggi, jiwa
individu akan kembali bersih layaknya seseorang yang tidak memiliki
permasalahan hidup. Individu akan mengalami katarsis total dan siap kembali
menjalani kehidupan tanpa ada rasa takut ataupun cemas.
"(Yaitu) Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram
dengan mengingat Allah, ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah, hati
menjadi tenang." (Qs. Ar-Ra'du: 28)
4. Aspek Kebersamaan
Rasulullah SAW sangat menganjurkan untuk melaksanakan shalat secara
berjamaah atau bersama-sama. Jika hal ini ditelaah dari sisi psikologis, shalat
berjamaah memberikan efek terapeutik berupa social support layaknya yang
terdapat dalam setiap terapi kelompok. Dengan shalat berjamaah dapat
mengurangi perasaan keterasingan sehingga meningkat keyakinan dan motivasi
diri.

d. Tujuan Shalat
Dalam Surat Thoha ayat 14 disebutkan :
Sesungguhnya Aku ini Allah tidak ada illah melainkan Aku, maka berbaktilah
kepada-Ku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Allah
Ayat diatas menjelaskan bahwa tujuan Allah memerintahkan sholat dalam
rangka untuk mengingat Allah. Para ilmuwan berbeda pendapat dalam menafsirkan
kalimat mengingat Allah , mereka ada yang menafsirkan :
1. Mengingat Zat-Nya
2. Mengingat sifat-sifat-Nya
3. Mengingat kenikmatan-kenikmatan dan ancaman/siksa Allah
4. Mengingat sunnatullah yang diberlakukan-Nya
Mengingat Allah artinya adalah mengingat kembali apa hakikat kehidupan ini,
dan apa hubungan kita dengan-Nya. Dalam khazanah ilmu jawa dikenal istilah,
"sangkan paraning dumadi". Allah itu, sejatinya dalah "asal muasal dan tujuan
kehidupan". Kita berasal dari-Nya, dan akan kembali kepada-Nya. Kondisi ideal
seorang manusia adalah ketika selalu ingat, sadar, bahwa hidup dia semata-mata
merupakan nikmat dan wujud Kasih Sayang-Nya, dan bahwa kita ini sedang dalam
perjalanan kembali menuju rumah peristirahatan terakhir, tempat dari mana kita
berasal. Lebih jauh, manusia yang terbaik adalah manusia yang hatinya telah sanggup
mengenal Allah di dalam hatinya Allah bersemayam dan yang ada di dalam hasratnya
adalah kerinduan untuk kembali kepada Dia Yang Maha Indah, Dia Yang Maha
Agung.
e. Fungsi Sholat
Terdapat dua fungsi utama shalat dan satu fungsi tambahan. Dua fungsi utama
itu jika berhasil terlaksana maka orang yg melaksanakannya adalah termasuk orang
beruntung. Kedua fungsi tersebut adalah :
a. Untuk membersihkan diri dari perbuatan kotor dan tercela
b. Untuk mengingat allah

Kedua fungsi ini tercakup dalam firman allah :


1. ( )

Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri, dan dia ingat nama
Tuhannya, lalu dia sembahyang
Untuk lebih jelasnya lagi mengenai fungsi pertama, simaklah firman allah :



Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan tercela dan perbuatan munkar
Sedang untuk fungsi kedua disebutkan dalam ayat :
2.
Dirikanlah shalat untuk mengingatku
Untuk memperjelas lagi simaklah firman allah :
( )

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang
yangkhusyu' dalam sembahyangnya
Jadi seperti halnya dalam surat Al-A'la Allah menyebutkan bahwa orang yang
membersihkan diri, dan berdzikir kepada Allah maka ia shalat adalah orang yang
beruntung, maka pada firman Allah diatas, Allah menyebutkan bahwa orang mukmin
yang shalatnya khusyuk adalah orang yang beruntung.
Sedang fungsi tambahan shalat adalah sebagai wasilah untuk minta tolong
kepada Allah. Allah berfirman : ( )


Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu
Sahabat ibnu abbas ketika diberitahukan padanya perihal kematian putranya
beliau langsung shalat (sunnah) dan setelah selesai beliau berkata
lalu membaca ayat di atas.Walaupun begitu tidak berarti fungsi ini hanya
dilaksanakan pada waktu tertimpa musibah saja, namun juga ketika anda mempunya
hajat atau kepentingan. Karena itu rasulullah mengajarkan kepada kita apa yang oleh
para ulama disebut shalat hajat.

B. Dzikir
a. Definisi Dzikir
Dzikir secara etimologi berasal dari kata adz-dzikr yang artinya adalah ingat.
Dzikir berarti mengingat Allah (Saleh, 2010). Dzikir ialah mengingat nikmat-nikmat
Tuhan. Lebih jauh, berdzikir meliputi pengertian menyebut lafal-lafal dzikir dan
mengingat Allah dalam setiap waktu, takut dan berharap hanya kepada-Nya, merasa
yakin bahwa diri manusia selalu berada di bawah kehendak Allah dalam segala hal
dan urusannya (Ash- Shiddieqy dalam Maimunah dan Retnowati, 2011). Dzikir
membantu individu membentuk persepsi yang lain selain ketakutan yaitu keyakinan
bahwa stresor apapun akan dapat dihadapi dengan baik dengan bantuan Allah. Umat
islam percaya bahwa penyebutan Allah secara berulang (dzikir) dapat menyembuhkan
jiwa dan menyembuhkan berbagai penyakit (Subandi, 2009). Saat seorang muslim
membiasakan dzikir, ia akan merasa dirinya dekat dengan Allah, berada dalam
penjagaan dan lindungan-Nya, yang kemudian akan membangkitkan percaya diri,
kekuatan, perasaan aman, tenteram, dan bahagia (Najati, 2005).
Sejatinya Allah SWT

mengingatkan kepada manusia untuk senantiasa

berdzikir, karena dengan berdzikir akan membawa ketenangan dan dapat


mengantarkan jiwa manusia tentram, bahkan lebih lanjut Allah swt. swt. menyeru
kepada manusia untuk berdzikir karena seseorang yang lisannya selalu menyebut
asma-asma Allah swt. dan hatinya ingat kepada Allah swt. maka ia selalu berada
dalam lindungan dan bimbingan Allah swt ( dalam Haryanto, 2014).
Allah swt. berfirman dalam al-Quran surat ar-Rad ayat 28:

Artinya: Orang-orang yang beriman hatinya menjadi tentram karena mengingat


Allah swt., ketahuilah hanya dengan mengingat Allah swt. hati menjadi tentram.
Dalam surat al-Baqarah ayat 152 Allah swt. juga berfirman:

Artinya: Maka mengingatlah kalian kepadaKu, niscaya Aku akan mengingat


kalian......
Dzikir dalam suasana yang hening akan dapat merasakan kehadiran Allah.
Dengan keyakinan seperti itu, seseorang yang berdzikir optimis saat berdoa.
Optimisme ini dipupuk dengan baik sehingga melahirkan mentalitas yang positif.
Pemupukan dapat dilakukan melalui pembiasaan berdzikir. Agama mengajarkan
dzikir dilakukan sehabis shalat khususnya pada waktu pagi hari dan 2/3 malam.
Pembiasaan ini akan mempengaruhi jiw a pelakunya kemudian menguatkan rasa takut
kepada Allah yang bermuara pada kesabaran.
b. Tujuan Dalam Berdzikir
Melihat dari segi tujuan akhir setiap ibadah adalah pembinaan taqwa.
Bertaqwa mengandung arti menjauhi perbuatan-perbuatan jahat dan melakukan
perbuatan baik. Demikin pula dengan ibadah dzikir, kegiatan berdzikir bukanlah
ucapan verbal dan bukan pula pelepasna perenungan dalam lamunan. Dzikir
mempunyai motivasi dan tujuan yaitu untuk menciptakan amal sholeh sebagai senjata
yang ampuh untuk menanggulangi segala musibah yang menimpa.
Tujuan dzikir adalah untuk mendorong orang melakukannya agar senantiasa
berbuat kebaikan di dalam hidupnya dan menjauhkan diri dari perbuatan perbuatan
jahat.

Dalam Al-Quran juga disebutkan bahwa tujuan berdzikir adalah untuk

menunjukkan pengabdian yang luhur kepada Allah SWT.


c. Terdapat beberapa jenis jenis dzikir yaitu :
a. Zikir pertama adalah dengan mengingat nama dan sifat Allah serta memuji,
mensucikan Allah dari sesuatu yang tidak layak bagi-Nya.Sekedar menyanjung
Allah seperti mengucapkan subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaha illallah
wallahu akbar, subhanallah wa bihamdih, laa ilaha illallah wahdahu laa
syarika lah lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ala kulli syai-in qodiir.
b. Zikir kedua dengan mengingat perintah, larangan dan hukum Allah. Zikir jenis ini
ada dua macam:
1. Mengingat perintah dan larangan Allah, apa yang Allah cintai dan apa yang
Allah murkai.

2. Mengingat perintah Allah lantas segera menjalankannya dan mengingat


larangan-Nya lantas segera menjauh darinya.
3. Zikir ketiga adalah dengan mengingat berbagai nikmat dan kebaikan yang
Allah berikan.
d. Aspek-aspek dalam intensitas berdzikir
Ada beberapa aspek aspek intensitas berdzikir menurut Al Ghazali (dalam
Sri Rahayu, Maarif & Kusdiyati, 2010) mencakup:
1. Khauf yaitu Perasaan Takut kepada Allah
Yang dimaksud dengan khauf, takut atau gundah yaitu reaksi atas
munculnya

kekhawatiran

terjadinya

sesuatu

yang

membahayakan

dan

menyakitkan. Takut ada tiga: (1) takut tabiie; (2) takut yang bernilai ibadah; (3)
takut terhadap sesuatu yang ghaib. Khauf menjadikan kita terhindar dari
perbuatan yang membawa bencana, karena takut itu pula orang meningkatkan
amal baktinya kepada Allah SWT, demi menuntut keridhoan Allah SWT.
2. Kehadiran Hati
Yang dimaksud dengan kehadiran hati oleh Al-Ghazali adalah hati hanya
terpusat pada apa yang ia panjatkan dan apa yang diucapkan dengan bibirnya, jika
pikiran telah terpisah dengan segalanya dan hati dengan penuh konsentrasi tertuju
perhatiannya maka kehadiran hati muncul.
3. Mengagungkan Allah
Al-Quran mengajak kita untuk merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah
SWT di alam semesta dengan merangsang aspek keindahan yang fitri dalam diri
manusia (M. Badri, 2001: 95). Unsur keindahan adalah sesuatu yang disengaja
dalam wujud ini. Sebab keapikan dari penciptaan tersebut membuat fungsi segala
sesuatunya berjalan sempurna sehingga sesuatunya berjalan sempurna sehingga
sampai kepada tingkat keindahan.

4. Penuh Harap

Melakukan dzikir merupakan sutu perbuatan yang sangat bermanfaat.


Dengan mengingat Allah SWT akan dapat menumbuhkembangkan harapan
kepada Allah SWT. Dzikir dilakukan dengan perasaan penuh harap akan
pengampunan Allah SWT. Dengan memperoleh pengampunan Allah SWT,
maka akan meringankan pertanggungjawaban manusia ini di dalam
mahkamah Agung di hari hisab nanti.
5. Mengerti yang dibaca
Yang dimaksud dengan pemahaman atau mengerti adalah adanya
sesuatu dibalik yang tampak, pemahaman hati tentang arti ruhani dari apa
yang dipanjatkan. Dengan demikian adanya suatu pemahaman bahwa tidak
ada satupun yang patut diberikan kepada manusia kecuali hanya kepada Allah
SWT dan yakin betul bahwa doanya akan terkabul. Penjelasan dari Al Quran
dan Sunnah menunjukkan bahwa ada bacaan-bacaan doa tertentu yang
memiliki bobot yang sangat berat seperti Subhanallah, Alhamdulillah, dan
Allahu Akbar, sedangkan ada ungkapan doa tertentu yang dinyatakan oleh
hadist sebagai lebih baik daripada dunia, langit dan segala isinya. Ini
menunjukkan bahwa ada doadoa tertentu yang bernilai lebih dibandingkan
dengan doa yang lain. Itu dipahami oleh orang yang membacanya dan
membawa imbas bagi orang yang berdoa.
e. Manfaat Dzikir dalam Keseharian.
Berikut ini terdapat beberapa hal manfaat dalam dzikir yang melingkupi
keseharian, diantaranya:
1. Kemenangan dan Kekuatan.
Dengan mengingat nama Allah dan meminta pertolongannya secara tidak
sadar kemampuan seseorang menjadi naik mungkin hal yang tidak mungkin
terjadi namun seperti pepatah Islam berkata apa yang terjadi maka terjadilah hal
tersebut secara logika tidak mungkin terjadi tapi bila Allah berkehendak maka
terjadilah. Hal ini sering di lakukan oleh Ali Bin api Thalib sahabat Rasulullah
SWT selalu berdzikir sebelum perang walaupun tentaranya sedikit dan tidak

cukup kuat namun seperti Anda tahu Kerjaan Islam sendiri dahulunya sampai ke
tanah Eropa.
2. Menjauhkan dari siksa api neraka.
Dengan berdzikir membuat manusia selalu ingat akan Allah. Kemudian
tentu manusia akan mengingat apa yang menjadi larangan-larangan Allah maka
hal tersebut harus di jauhi. Menjadi watak bagi para manusia yang lebih
mengingat Allah saat dalam kondisi susah dan lupa jika kondisi senang. Hal ini
menjadi ujian tersendiri bagi tiap diri masing-masing para muslim agar dapat
selalu ingat Asmanya dan Karanganyar agar tidak terjerumus di siksa api neraka.
Berdzikir ini juga dapat untuk mengakui dosa kepada Allah dan juga sebagai
tempat minta maaf bagi Allah
3. Ketenangan Jiwa
Dengan berdzikir akan membuat hal tersebut lama-lama hilang karena di
Islam duniawi bukanlah satu-satunya hal yang harus di prioritaskan untuk di kejar.
Pikiran dan jiwa tentu akan menjadi tidak akan menjadi serakah seperti tersebut.
Rasulallah SWT sendiri juga mengajarkan dzikir selalu untuk Allah kepada para
umatnya karena dia tahu betul luar biasanya apa yang di dapatkan dari berdzikir.
Berdzikir sendiri lebih cocoknya di lakukan saat menjelang magrib ke isya
ataupun setelah isya. Kita tidak perlu menyangkal bahwa kehidupan dunia itu juga
penting oleh maka itu kegiatan untuk akherat dan duniawi harus di lakukan secara
C. Implikasi Shalat dan Dzikir dalam Kesehatan
1. Shalat
a) Shalat sebagai penghapus dosa
Shalat merupakan mediator untuk mendapatkan pertolongan dan ampunan Allah
SWT, serta ketenangan jiwa.
b) Shalat mencapai kemenangan dan keberuntungan
Shalat merupakan sarana untuk mencapai sarana kemenangan dan keberuntungan
surat QS. Al-Mukminun: 1, Al-Maarij:
Apalagi shalat wajib lima kali dalam sehari semalam itu merupakan penghapus
dosa sebagaimada air yang dipakau mandi dapat menghapuskan daki yang ada di
badan.
c) Shalat membuat rasa aman
Dengan shalat akan tercipta hubungan yang amat dekat dengan Allah SWT
(taqarrub), sehingga terasa adanya pengawasan dari-Nya terhadap segala perilaku

kita, yang pada gilirannya akan memberikan ketenangan dalam jiwa sekaligus
mencegaj terjadinya kelalauian yang dapat memalingkan ketaatan kepada-Nya.
Dalam Firman Allah:
Orang-Orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat
Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram (QS. ArRad: 28).
d) Shalat menjauhkan dari perbuatan keji dan munkar
Shalat merupakan benteng hidup kita agar jangan sampai terjerumus
kedalam perbuatan keji dan munkar. Hal ini tampak jelas dalam firman Allah
SWT:
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatab keji dan
munkar (QS. Al-Ankabut 45)
e) Shalat menghindarkan dari sifat takabur, sombong tinggi hati dan sebagainya
Hal ini karenapada dasarnya manusia selalu berkeluh kesah apabila ditimpa
kesusahan dan bersifat kikir apabila mendapatkan kebaikan sesuai dengan salah
satau firman Allah SWT:
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia
ditimpa kesusahan, maka ia berkeluh kesah dan apabila ia mendapatkan kebaikan
ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap
mengerjakan shalatnya (QS. Al-Maarij)
f) Tinjauan dari segi fisik (kesehatan)
Shalat disampng mengandung hikmah secara moral, juga mengandung hikmah
secara fisik terutama yang menyangkut masalah kesehatan yang dijelaskan oleh
DR.A. SABOE kedokteran yang termasyhur terutama di barat:
a. Bersedekap, meletakkan telapak tangan kanan diatas pergelangan tangan kiri
merupakan istirahat yang paling sempurna bagi kedua tangan sebab sendisendi, otot-otot kedua tangan berada dalam posisi istirahat penuh. Sikap
seperti ini akan memudahkan aliran darah mengalir kembali ke jantung , serta
memproduksi getah bening dan air jaringan dari kedua persendian tangan akan
menjadi lebih baik sehingga gerakan di dalam persendian akan menjadi lebih

lancar. Hal ini akan menghindari timbulnya bermacam-macam penyakit


persendian seperti rheumatik. Sebagai contoh, orang yang mengalami patah
tangan, terkilir maka tangan/lengan penderita tersebut oleh dokter akan
dilipatkan diatas dada ataupun perut dengan mempergunakan mitella yang
disangkutkan di leher.
b. Ruku, yaitu membungkukkan badan dan meletakkan telapak tangan diatas
lutut sehingga punggung sejajar merupakan suatu garis lurus. Sikap yang
demikian ini akan mencegah timbulnya penyakit yang berhubungan dengan
ruas tulang belakang, ruas tulang pungung, ruas tulang leher, ruas tulang
pinggang, dsb.
c. Sujud, sikap ini menyebabkan semua otot-otot bagian atas akan bergerak. Hal
ini bukan saja menyebabkan otot-otot menjadi besar dan kuat, tetapi peredaran
urat-urat darah sebagai pembuluh nadi dan pembuluh darah serta limpa akan
menjadi lancar di tubuh kita. Dengan sikap sujud ini maka dinding dari uraturat nadi yang berada di otak dapat dilatih dengan membiasakan untuk
menerima aliran darah yang lebih banyak dari biasanya, karena otak (kepala)
kita pada waktu itu terletak di bawah. Latihan semacam ini akan dapat
menghindarkan kita mati mendadak dengan sebab tekanan darah yang
menyebabkan pecahnya urat nadi bagian otak dikarenakan amarah, emosi
yang berlebihan, terkejut dan sebagainya yang sekonyong-konyong lebih
banyak darah yang di pompakan ke urat-urat nadi otak yang dapat
menyebabkan pecahnya urat-urat nadi otak, terutama bila dinding urat-urat
nadi tersebut telah menjadi sempit, keras, dan rapuh karena dimakan usia.
d. Duduk Iftrasy (duduk antara dua sujud & tahiyat awal), posisi duduk seperti
ini menyebabkan tumit menekan otot-otot pangkal paha , hal ini
mengakibatkan pangkal paha terpijit. Pijitan tersebut dapat menghindarkan
atau menyembuhkan penyakit saraf pangkal paha (neuralgia) yang
menyebabkan tidak dapat berjalan. Disamping itu urat nadi dan pembuluh
darah balik di sekitar pangkal paha dapat terurut dan tirpijit sehingga aliran
darah terutama yang mengalir kembali ke jantung dapat mengalir dengan
lancar. Hal ini dapat menghindarkan dari pengakit bawasir.

e. Duduk tawaruk (tahiyat akhir), duduk seperti ini dapat menghindarkan


penyakit bawasir yang sering dialami wanita yang hamil. Kemudian duduk
tawaruk ini juga dapat untuk mempermudah buang air kecil.
f. Salam, diakhiri dengan menoleh ke kanan dan ke kiri. Hal ini sangat berguna
untuk memperkuat otot-otot leher dan kuduk, selain itu dapat pula untuk
menghindarkan penyakit kepala dan kuduk kaku.
g) Dalam bidang psikologi
Sentot Haryanto, dalam Psikologi Shalat (2001), mengungkapkan bahwa
shalat mengandung aspek-aspek psikologis yang mampu mengembangkan
kesehatan mental. Aspek-aspek tersebut yaitu:
a. Aspek olahraga: gerakan-gerakan shalat, mulai dari takbiratul ihram sampai
salam memberikan efek positif bagi kesehatan jasmani dan rohani
b. Aspek relaksasi otot: aspek ini dapat mengurangi kecemasan, mengurangi
insomnia, mengurangi sifat hiperaktif pada anak dan mengurangi toleransi
rasa sakit.
c. Aspek relaksasi kesadaran indera: pada saat melaksanakan shalat, roh kita
terbang menghadap Zat yang Mahatinggi tanpa perantara. Setiap bacaan dan
gerakan senantiasa diayati dan dimengerti. Ingatan pun terfokus pada Allah
semata.
d. Aspek meditasi: shalat memiliki efek sepert meditasi, bahkan shalat adala
meditasi tertinggi dengan efek luar biasa apabila dilakukan dengan benar dan
khusyuk.
e. Aspek autosugesti: shalat dapat membimbing diri melalui proses pengulangan
doa-doa atau bacaan shalat yang menyatakan suatu keyakinan atau perbuatan
positif
f. Aspek penyaluran emosi (katarsis): shalat menjadi sarana penghubung atau
sarana komunikasi antara seorang hamba dan Tuhannya. Saat itulah, dia dapat
mengadu dan mengungkapkan isi hatinya kepada Allah secara langsung
sehingga beban emosi dapat tersalurkan secara tepat
g. Aspek pembentukan kepribadian: artinya, melalui shalat, seorang hamba akan
memiliki kedisiplinan, cinta kebersihan, cinta persaudaraan, bertutur kata
yang baik, dan bersungguh-sungguh dalam hidup.

h. Aspek terapi air (hydro therapy): sebelum shalat, seorang hamba harus
berwudu. Wudu ini memiliki efek penyegaran (refreshing), mampu
membersihkan badan dan jiwa, serta memulihkan tenaga.
2. Dzikir
a) Psikoterapi
Studi terbaru menjelaskan adanya korelasi antara semua sudut pandang
Ilmu Psikologi dan ajaran Islam mengenai dimensi kejiwaan manusia.
Berdasarkan dimensi kejiwaan yang dibahas secara utuh, gangguan kejiwaan
terjadi karena hasrat spiritual yang tidak terpenuhi. Kehidupan modern saat ini
yang lebih berorientasi kepada aspek fisik membuat manusia secara sadar atau
tidak melupakan aspek spiritual yang ada di dalam dirinya. Dorongan ppiritual
yang tidak terpenuhi inilah menyebabkan perasaan hampa dan tanpa makna yang
berujung kepada terjadinya gangguan kejiwaan. Oleh karena itu dzikir dalam
ajaran Islam telah digunakan sebagai terapi gangguan kejiwaan sejak masa
Rasulullah saw. Saat ini, terapi dzikir telah dibahas secara mendalam dan telah
diakui sebagai suatu alternatif terapi yang sangat efektif dalam mengatasi
gangguan kejiwaan. Kolaborasi antara Psikoterapy berdasarkan teori psikologi
dan ajaran Islam khususnya dzikir menghasilkan cabang psikoterapylogoterapy
yang berorientasi kepada peningkatan makna hidup manusia secara kejiwaan
dengan meningkatkan elemen spiritualitasnya ( dalam Haryanto, 2014).
b) Menanggulangi Kecemasan Pada Ibu Hamil
Selama kehamilan kebanyakan wanita mengalami perubahan psikologis
dan emosional. Sering kali mendengar seorang wanita mengatakan betapa
bahagianya dia karena akan menjadi seorang ibu dan dia juga sudah memilih
sebuah nama untuk bayi yang akan dilahirkannya. Namun tidak jarang ada wanita
yang merasa khawatir jika terjadi masalah dalam kehamilannya, khawatir jika
bayinya tidak normal atau khawatir saat melahirkan nanti (dalam Qothiyah &
Tulus, 2013). Menurut (Gunarsa, 1980: 43) kecemasan merupakan suatu
perubahan suasana hati yang timbul di dalam tanpa ada perangsang dari luar.
Kebanyakan manusia pernah mengalami rasa takut, cemas, dan khawatir.

Sementara reaksi kecemasan biasanya akan berakhir pada saat bahaya sudah
berlalu. Allah, maka itulah yang dikatakan sebagai dzikrullah. (Amin, 2008: 15).
Terapi dzikir memiliki fungsi yang cukup efektif dalam menurunkan
tingkat kecemasan seseorang, karena dalam penelitian terdahulu yang diteliti oleh
Luluk Masluchah dan Joko Sutrisno dengan fokus penelitian pengaruh bimbingan
doa dan dzikir terhadap kecemasan pasien pre-operasi, (Masluchah dan Joko,
2010: 11-22). telah menunjukkan hasil yang cukup signifikan, bahwa dzikir dapat
memberikan pengaruh yang efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan ibu
hamil sebelum melakukan operasi. Hasil survey oleh majalah Time dan CNN
serta USA Weekend tahun 1996, menyatakan bahwa lebih 70 pasien percaya
bahwa doa dan dzikir dapat membantu mempercepat proses pennyembuhan
penyakit. Sementara itu lebih dari 64% pasien menyatakan hendaknya para dokter
juga memberi terapi keagamaan, misalnya dalam bentuk doa dan dzikir.
(Masluchah dan Joko, 2010: 11-22).
c) Aktivitas Dzikir Sebagai Kendali Emosi.
Dzikir mengandung suatu nilai yang dapat menentramkan jiwa manusia
sehingga jiwa itu mengarah pada hal-hal yang baik dan terhindar dari hal-hal
maksiat. Karena dengan dzikir itulah dapat menimbulkan perasaan bahwa yang
dilakukan berada pada pengwasannya sehingga seseorang dapat terhindar dari
hal-hal yang tidak sesuai dengan prinsip islam.
Goleman menyatakan bahwa emosi merupakan perasaan, nafsu yang
meulap-luap. Menurut William James dan Carl Lange mengemukakan bahw
perubahan psikologis yang terjadi dalam emosi disebabkan karena adanya
perubahan psikologis. Dengan kata lain, menurut James Lange seseorang bukan
tertawa karena senang melainkan karena ia senang karena tertawa. Seperti
dikemukakan diatas bahwa emosi atau perasaan itu timbul sebagai akibat atau
reaksi terhadap stimulus mengenai individu (dalam Munir, 2003).

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Bin Salim Baduailah dan Hishshah Binti Rasyid. (2010). Bertaubatlah dengan
shalat dan al-quran. Solo: Aqwam Media Profetika.
Al-Ghazali. (1999). Al-Asma al-Husna, Bandung: Pustaka Hidayah.
Amin, Syamsul Munir. 2008. Energi Dzikir. Jakarta: Amzah.
Gunarsa, S. D. (1980). Psikologi Perawatan. Jakarta: BPK Gunung.
Haryanto, R. 2014. Dzikir: Psikoterapi dalam Perspektif Islam. Jurnal Al Ihkam Vol 9
No.
Marufah, Y. (2015). Manfaat Shalat Terhadap Kesehatan Mental Dalam Al- Quran.
Skripsi Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan
Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Masluchah, Luluk dan Joko. (2010). Pengaruh Bimbingan Doa dan Dzikir Terhadap
Kecemasan Pasien Pra-Operasi. Hasil Penelitian yang Dipublikasikan dalam
Jurnal Psikologi Universitas Darul Ulum Jombang, Vol. 01, No. 01.
Munir, S. 2003. Aktivitas Dzikir dan Kendali Emosi (Studi Pada Santri Mirqot Ilmiyah
Al- Itqoon Cengkareng Jakarta Barat. Skripsi Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Najati, M. U. (2005). Al-Quran dan Psikologi (Terjemahan). Jakarta: Aras Pustaka.
Retnowati S & Maimunnah A. 2011. Pengaruh Pelatihan Relaksasi Dengan Dzikir
Untuk Mengatasi Kecemasan Ibu Hamil Pertama. Jurnal Psikologi Islam Vol
8 No. 1 Hal 1 - 22
Sentot Haryanto. (2005). Psikologi Sholat. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Sholeh, M. (2006). Terapi Shalat Tahajjud: Menyembuhkan Berbagai Penyakit. Jakarta:
Hikmah, PT. Mizan Publika.
Sri Rahayu M, Maarif S B & Kusdiyati S. 2010. Hubungan Antara Intensitas Dzikir
dengan Kecerdasan Emosional. Jurnal MIMBAR Vol 28 No. 1 Hal 31 38.
Subandi, M. A. (2009). Psikologi Dzikir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
https://id.wikipedia.org/wiki/Zikir diakses pada tanggal 25 Oktober 2016.
http://manfaat.co.id/manfaat-dzikir diakses pada tanggal 25 Oktober 2016.

Vous aimerez peut-être aussi