Vous êtes sur la page 1sur 35

MAKALAH

IMPLEMENTASI TATA NILAI GERAKAN AYO KERJA KAMI PASTI


DALAM PROSES ANALISA DAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA
DAN ANGGARAN DI RUMAH TAHANAN NEGARA
KLAS IIB RABA BIMA

oleh :
NAMA
NIP.
PANGKAT/GOL
JABATAN
UNIT KERJA

: LALU BUDI SETIAWAN


: 198908242010121003
: PENGATUR MUDA TK. I (II/b)
: OPERATOR RKAKL
: RUTAN KLAS IIB RABA BIMA

DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT DALAM MENGIKUTI


UJIAN PENYESUAIAN IJAZAH SARJANA (S1)

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA


KANTOR WILAYAH NUSA TENGGARA BARAT
RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS IIB RABA BIMA
2016

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan karuniaNya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Tergerak oleh pembinaan narapidana di Rumah Tahanan Negara Klas IIb Raba
Bima yang belum optimal, maka penulis menyususn karya tulis dengan judul
Implementasi Tata Nilai Gerakan Ayo Kerja Kami Pasti Dalam Proses Analisa Dan
Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran Di Rumah Tahanan Negara Klas IIb
Raba Bima.

Dengan selesainya makalah ini tentu tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih
dan penghargaan setinggi tingginya kepada seluruh pihak yang telah membantu.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan dan jauh
dari sempurna. Karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang
membangun tercapainya penulisan yang baik.
Harapan Penulis semoga kiranya makalah ini dapat memberikan manfaat dan
kontribusi terhadap kemajuan pemasyarakatan serta kementerian hokum dan hak
asasi manusi pada umumnya.

Bima, 25 Nopember 2016


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.. i
DAFTAR ISI ii
ABSTRAK. iii
BAB I. PENDAHULUAN.. 1
A. Latar Belakang.. 1
B. Rumusan Masalah.. 3
C. Tujuan. 4
D. Fungsi/Manfaat 4
E. Output Yang Diharapkan 4
F. Metode .. 5
BAB II. PEMBAHASAN. 6
A. Sejarah awal mula perumusan slogan Kami Pasti di kemenkumham
terkait gerakan revolusi mental.. 6
B. Pengertian tata nilai gerakan ayo kerja kami pasti 8
C. Implementasi sikap mental Profesional, Akuntabel, Sinergi, Transparan,
dan Inovatif dalam proses Analisa dan Penyusunan Anggaran di Satuan Kerja.. 10
D. Tantangan yang dihadapi. 25
BAB III. KESIMPULAN 29
DAFTAR PUSTAKA.. 30

ii

IMPLEMENTASI TATA NILAI GERAKAN AYO KERJA KAMI PASTI


DALAM PROSES ANALISA DAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN
ANGGARAN DI RUMAH TAHANAN NEGARA KLAS IIB RABA BIMA
Lalu Budi Setiawan
Rumah Tahanan Negara Klas IIb Raba Bima
2016

ABSTRAK
Tata Nilai Gerakan Ayo Kerja Kami Pasti adalah suatu gagasan revolusi mental yang
merupakan implementasi reformasi birokrasi khususnya di area manajemen
perubahan. Gerakan ini bukan hanya gerakan himbauan saja, tetapi merupakan
wujud nyata sebagai pengejawentahan pengabdian seluruh jajaran Kementerian
Hukum dan HAM, dan akan terus dilaksanakan secara berkesinambungan dalam
rangka pencapaian visi kementerian, yaitu mewujudkan "masyarakat memperoleh
kepastian hukum".Gerakan ini penting, karena saat ini kita berada dalam
pemerintahan "Kabinet Indonesia Kerja". Bekerja berarti berkarya, berkarya berarti
menghasilkan sesuatu yang nyata. Bukan hanya dalam bentuk konsep yang tanpa
makna, tetapi harus berbentuk satu operasionalisasi tindakan yang dapat dirasakan
hasilnya oleh masyarakat dan bangsa1.
Nilai

nilai

dari

gerakan

ini

sejak

awal

mula

terbentuknya,

langsung

diimplementasikan pada semua jajaran di Kemenkumham, mulai dari pusat, hingga


UPT, tidak terkecuali di RUTAN Raba Bima. Perubahan mulai dirasakan dalam
pelaksanaan tugas di lapangan, termasuk di bidang perencanaan anggaran.
Perencanaan anggaran, sebagai ujung tombak dari seluruh tugas dan kegiatan,
telah mengalami perubahan. Dalam pelaksanaannya, perencanaan anggaran saat
ini telah dilaksanakan secara lebih Transparan dan Terukur, sesuai dengan prinsip
money follow program.
Kata Kunci : Perencanaan Anggaran, RKAKL, Ayo Kerja Kami PASTI, RUTAN Bima

Kemenkumham Yasonna H Laoly, pidato sambutan pada peringatan HUT RI ke 70

iii

ABSTRACT
Lalu Budi Setiawan. Implementation of value order of the movements from lets
work KAMI PASTI in the process of the work plan analytical and composing in the
National Prison of Raba Bima.
National Prison of Raba Bima, 2016.
The value order of the movements from lets work Kami Pasti is the concept of
mental revolutions that being the implementations of bureaucracy reformation,
particulary in the conversion management area. This movements not only the appeal
persuasion, but also the real form as manifestation of perpetuation from entire line of
the Law and Human Right Ministry, and will be directed continuously in order the
ministry vision performance, that actualize people gain the certainty of law.
This movements is important, because now we are stayed in the governmental
cabinet of Indonesia Kerja. Kerja or work means created, created means make
something real. Not only in the shape of concept without sense, but should be one
operationalization of actions that can be feel its result by all people and nation.
The value orders of this movements, from the first beginning of formed, have
implementated directly to the entire line of the ministry, from the central until the
technic implementer units, not except in National Prison of Raba Bima. The
conversions start feeled in the task and duty implementations in field, included in the
estimate planning sector.
The estimate planning, as the top of the spear from the all task and duty, have get
the conversions. In the implementations, the estimate planning now have make in
transparently and accountable, appropriate with the principle of money follow
program.

Key Words : Estimate Planning, RKAKL, Lets Work Kami PASTI, National Prison of
Raba Bima.

iv

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tahun 2010 merupakan titik awal dilaksanakannya reformasi birokrasi di
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Segala aspek melakukan perubahan
(reform) dimulai dari merubah pola pikir dan budaya kerja, penataan peraturan
perundang-undangan, penataan dan penguatan organisasi, penataan tata laksana,
penataan sistem manajemen aparatur, penguatan pengawasan, penguatan
akuntabilitas kinerja dan yang terakhir tentu untuk dipersembahkan kepada
masyarakat, bangsa dan negara yaitu peningkatan kualitas layanan publik atau
dikenal dengan nama 8 area perubahan. Masih ingat kala itu di tahun 2010, kita
harus mulai belajar bekerja penuh dengan disiplin, bekerja yang terukur, bekerja
yang berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Jika kita flashback perjalanan reformasi birokrasi di Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia dari tahun 2010 sampai dengan 2016 saat ini, ketika landasan dasar/
pondasi ditetapkan di tahun 2010, di masa itu kita secara bersama sama
menyatukan tekad dengan menyatakan satu motto yaitu harmoni dalam gerak dan
langkah di setiap pidato dan sambutan, di setiap spanduk dan stiker pada pojok
kantor di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Itu berarti kita

semua

sedang meyakinkan diri kita sendiri untuk serasi, selaras dan seimbang berpadu
dalam mewujudkan cita-cita. Itu semua tidak akan tercapai kalau tidak melakukan
gerak sebagai perubahan dari kondisi semula menuju kondisi yang berikutnya
(perubahan yang lebih baik). Untuk mewujudkan gerak yang terarah maka
diperlukan langkah sebagai pelaksanaan tindakan, maka dengan harmoni dalam
gerak dan langkah sesungguhnya perubahan besar sedang dilakukan Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam rangka turut mewujudkan Indonesia yang
mandiri, maju, adil dan makmur.
Masih di tahun 2010, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia melakukan
transformasi di segala aspek dari perubahan logo pengayoman, perubahan seragam
dinas, yel-yel reformasi birokrasi juga diperkenalkan sebagai spirit baru di
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Salam Pembaharuan ..! Siap

Laksanakan!!!!! menggema di setiap hari mengawali aktivitas dan kegiatan hari itu.
Akhirnya spirit baru dan terbarukan tersebut membuahkan hasil. Pada tahun 2011
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mendapatkan opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan yang sebelumnya di tahun 2010
mendapatkan opini WTP-DPP. Disamping itu, Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia juga mendapatkan predikat B atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah yang semula mendapat predikat CC dari Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Kemudian di tahun 2012, tepatnya pada tanggal 10 Agustus 2012, Kementerian
Hukum dan HAM melalui layanan Sistem Penerbitan Paspor Republik Indonesia
meraih peringkat ke 2 didalam Kompetisi Open Goverment Indonesia yang
diselenggarakan oleh Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian
Pembangunan (UKP4). Penganugerahan langsung diberikan oleh Wakil Presiden
Republik Indonesia. Kemudian berturut-turut Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia

menerima

Piagam

Inovasi

Penghargaan

Pelayanan

Publik

dari

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Piagam


tersebut didapatkan dari Pendirian Perseroan Terbatas Secara Online yang ada di
Direktorat Jenderal (Ditjen) Administrasi Hukum Umum (AHU).
Sebelumnya pada tahun 2014 Kemenkumham juga mendapatkan piagam serupa
setelah mendaftarkan Pelayanan Fidusia Online yang juga ada di Ditjen AHU.
Kemudian di tahun 2015 dengan semangat terbarukan lagi dicetuskan sebuah
slogan baru, suatu gerakan revolusi mental dengan tata nilai kami PASTI
(Profesional, Akuntabel, Sinergi, Transparan dan Inovatif) , sehingga Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia semakin mantap mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik.
Di tahun 2016 ini, berbagai penghargaan telah diraih dan telah banyak berimplikasi
pada kinerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Hal ini tentu merupakan
suatu tantangan tersendiri, sesuai peribahasa The big power bring the big
responsibility. Sesungguhnya bukanlah penghargaan yang utama dari sebuah
transformasi tetapi yang terpenting adalah sebuah tatanan yang dapat mewujudkan
sebuah tata pemerintahan yang baik dengan birokrasi pemerintah yang profesional,

berintegritas tinggi, menjadi pelayan masyarakat dan abdi negara menuju Indonesia
menjadi bangsa kelas dunia2
Kementerian Hukum dan HAM, sebagai sebuah lembaga yang besar, dengan
segala prestasi yang dimilikinya, tidak terlepas dari peranan seluruh jajaran mulai
dari pusat hingga daerah, termasuk di Rutan Raba Bima.
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, Rumah Tahanan Negara klas IIB Raba
Bima harus memberikan kontribusi bagi pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran
Pemasyarakatan. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan suatu perencanaan yang
matang, dengan tetap memperhatikan skala prioritas dan target kegiatan, sesuai
dengan tata nilai Kami PASTI
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis akan membahas nya secara sistematis
dalam suatu karya ilmiah, dengan judul Implementasi Tata Nilai Gerakan Ayo Kerja
Kami Pasti Dalam Proses Analisa Dan Penyusunan Rencana Kerja Dan Anggaran
Di Rumah Tahanan Negara Klas IIb Raba Bima.

B. RUMUSAN MASALAH
Untuk lebih mempermudah dalam pembahasan, maka permasalahan tersebut
dibagi dalam beberapa sub permasalahan yaitu :
1. Apa itu tata nilai gerakan ayo kerja kami pasti dan bagaimana
pengertiannya
2. Bagaimana awal mula perumusan slogan Kami Pasti di kemenkumham
3. Bagaimana makna atau penjelasan tata nilai gerakan ayo kerja kami pasti
4. Seperti apa bentuk Implementasi sikap mental Profesional, Akuntabel,
Sinergi, Transparan, dan Inovatif dalam proses Analisa dan Penyusunan
Anggaran di Satuan Kerja
5. Apa saja tantangan yang dihadapi dalam mengimplementasikan tata nilai
gerakan Kami PASTI

Dra. Sri Puguh Budi Utami, Bc.IP, M.Si., Mars Kementerian Hukum dan HAM

C. TUJUAN
Sesuai dengan permasalahan sebagaimana tersebut di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian dari tata nilai gerakan ayo kerja kami pasti
2. Mengetahui sejarah awal mula dirumuskannya slogan Kami Pasti di
kemenkumham
3. Mengetahui makna dan penjelasan tata nilai gerakan ayo kerja kami pasti
4. Memahami cara menerapkan tata nilai gerakan ayo kerja kami pasti dalam
pelaksanaan tugas dan fungsi
5. Dapat mengimplementasikan sikap mental Profesional, Akuntabel, Sinergi,
Transparan, dan Inovatif dalam proses Analisa dan Penyusunan Anggaran
di Satuan Kerja
6. Mengetahui tantangan yang ada dalam mengimplementasikan tata nilai
gerakan Kami PASTI serta dapat menghadapinya

D. FUNGSI/MANFAAT
Penelitian ini berguna untuk mengembangkan kemampuan penulis dalam
membangun argumentasi dan menuangkan dalam suatu karya tulis yang
sistematis dan ilmiah, serta untuk menambah pengetahuan bagi masyarakat luas
tentang proses analisa dan penyusunan rencana kerja dan anggaran di UPT
pemasyarakatan khususnya di RUTAN Raba Bima, selain itu penelitian ini juga
berguna

sebagai

memperhatikan

masukan

segala

bagi

Kementerian

permasalahan

dalam

Hukum
Proses

dan
Kerja,

HAM

agar

mulai

dari

perencanaan hingga pelaksanaannya, serta untuk menemukan pola-pola baru


dalam proses penyusunan anggaran, dalam rangka memberikan pelayanan
terbaik pada kemasyarakat.

E. OUTPUT YANG DIHARAPKAN


Diharahapkan karya tulis ini dapat dimuat dalam sebuah artikel ilmiah agar dapat
mudah diakses oleh masyarakat luas, sehingga masyarakat dapat lebih
memahami tentang bagaimana proses analisa dan penyusunan rencana kerja
dan anggaran di UPT Pemasyarakatan, khususnya di RUTAN Raba Bima, dan
apakah proses tersebut sudah sesuai dengan Tata Nilai Kami PASTI dan efektif
atau harus diperbaiki lagi untuk masa yang akan datang.

F. METODE
Sesuai dengan judul yang telah dibuat maka penelitian ini adalah penelitian
deskripsi hubungan variabel atau disebut juga dengan penelitian deskriptif
korelasional research, dimana penelitian dapat dilaksanakan dengan penelitian
kepustakaan (library research) dan dengan penelitian lapangan (field research)
sehingga dapat menjawab setiap rumusan masalah.
Sumber data
Guna memudahkan penelitian, maka diambil data dari sumber data primer yaitu
sumber data yang didapat langsung dari penelitian dengan cara memakai
seperti:
a. Observasi
b. Wawancara
c. Tinjauan pustaka dari sumber data yaitu terdiri dari:
1. Bahan data primer, seperti peraturan perudang-undangan
2. Bahan data sekunder, seperti buku atau karangan ahli yang berkaitan
dengan penelitian
3. Bahan data tersier, yaitu bahan penunjang penelitian seperti : diktat
seminar dan browsing internet.

BAB 2
PEMBAHASAN

A. SEJARAH

AWAL

MULA

PERUMUSAN

SLOGAN

KAMI

PASTI

DI

KEMENKUMHAM SEBAGAI WUJUD GERAKAN REVOLUSI MENTAL


Perumusan Slogan Gerakan Ayo Kerja KAMI PASTI diawali dengan
diselenggarakannya Deklarasi yang telah diamanatkan oleh Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna H. Laoly ini, secara serentak
dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 2015, bertepatan dengan Hari Lahirnya
Pancasila, di 817 satuan kerja, meliputi seluruh Kantor Wilayah (Kanwil) dan
Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia (Kemenkumham). Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai bentuk
tindak lanjut Surat Sekjen Kemenkumham Nomor: SEK.PR.01.01-52 tanggal 27
Mei 2015 Perihal Pelaksanaan Gerakan "Ayo Kerja Kami PASTI"
Isi Deklarasi GERAKAN AYO KERJA KAMI PASTI bahwa kami Pegawai
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia , Berkomitmen;
1. Senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa
2. Mengutamakan kejujuran dalam pengabdian kepada masyarakat sebagai
bentuk dukungan dalam menghadirkan kembali Negara untuk melindungi
segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga
Negara
3. Menjunjung tinggi integritas dan kehormatan sebagai aparatur Negara
yang mengutamakan kepentingan Negara diatas kepentingan pribadi
4. Membangun karakter bangsa dengan semangat kerja keras, kerja cerdas,
kerja ikhlas dalam mewujudkan Kami PASTI (Profesional, Akuntabel,
Sinergi, Transparan, Inovatif)
5. Menguatkan semangat gotong royong dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Gerakan Ayo Kerja Kami PASTI sebagai bentuk perubahan yang meliputi 3
aspek, yaitu menghadirkan Negara yang bekerja, kemandirian yang
mensejahterakan, dan revolusi mental.
Hal ini sejalan dengan area perubahan capaian reformasi birokrasi yang
dimiliki Kemenkumham, antara lain :

Pola pikir dan budaya kerja (manajemen perubahan)

Penataan peraturan perundang-undangan

Penataan dan penguatan organisasi

Penataan tata laksana

Penataan sistem manajemen SDM aparatur

Penguatan Pengawasan

Penguatan Akuntabilitas kinerja

Peningkatan kualitas pelayanan publik

Dengan adanya kegiatan ini diharapkan seluruh aparatur Kementerian Hukum


dan HAM menjadi manusia yang sehat, cerdas, dan berkepribadian, sehingga
mampu berperan aktif dalam mensukseskan sasaran pembangunan nasional
yang diemban oleh Kementerian Hukum dan HAM3.

Materi sosialisasi Gerakan ayo kerja Kami PASTI

B. PENGERTIAN TATA NILAI GERAKAN AYO KERJA KAMI PASTI


Kami PASTI memiliki logo khusus berupa gambar lingkaran bertuliskan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan Kami PASTI beserta
kepanjangannya. Di tengahnya terdapat gambar 5 manusia yang sedang
melompat dan bergandengan tangan, dengan baju berwarna biru serta berlatar
belakang bendera merah putih dan lambang pengayoman.

Penjelasan

Makna

Kementerian

Tata

Nilai

Hukum

(Core

dan

Value)
Hak

Logo

Kami

Asasi

PASTI
Manusia

Frame Lingkaran : Aparatur Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia


dalam melaksanakan tugas dan fungsinya senantiasa mengedepankan
prinsip sinergitas
Latar Belakang Merah Putih : Aparatur Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia berjiwa pemberani (merah) dan niat yang suci/tulus (putih)
Simbol Manusia berjumlah 5 orang melompat : Aparatur Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia yang memiliki semangat kerja keras dalam
mencapai visi dan misi organisasi

Bergandengan tangan : Aparatur Kementerian Hukum dan Hak Asasi


Manusia

senantiasa

mempunyai

semangat

kebersamaan

dalam

melaksanakan tugas dan fungsi organisasi


Warna Seragam Biru : Sama seperti warna seragam Kemenkumham, Biru
melambangkan kekuatan dan optimisme, artinya setiap Aparatur Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia mempunyai kekuatan atau potensi diri serta
optimisme dalam memberikan sumbangsihnya bagi organisasi, bangsa dan
negara
Kami PASTI : Aparatur Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya berkarakter Profesional, Akuntabel,
Sinergi, Transparan dan Inovatif untuk mencapai Visi dan Misi Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia4

Arti dari singkatan PASTI adalah :


Profesional
Bekerja dengan kerangka acuan yang jelas
Jadwal yang tepat
Mekanisme yang benar
Akuntabel
Pertanggungjawaban yang akuntabel
Prinsip efektivitas dan efisiensi
Mendahulukan yang strategis dan prioritas
Sinergi
Kembangkan kompetensi sesuai TUSI
Satukan energy
Komunikasi yang efektif
Transparan
Prosedur permohonan
Proses pelayanan
Kejelasan tarif
Kejelasan waktu penyelesaian
Fasilitas lain yang mendukung standar pelayanan Prima
Inovatif
Mengoptimalkan diri untuk berkreatif
Pengembangan Inisiatif
Melakukan pembaharuan dalam pelaksanaan TUSI

https://twitter.com/kanwilkumhamdki/status/600187623190048768

Kerja keras, kerja cerdas serta kerja ikhlas itulah karakter aparatur yang
"PROFESIONAL". Serta sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Inilah ciri-ciri aparatur Negara yang "AKUNTABEL". Bekerja dalam kebersamaan
tentu lebih maksimal hasilnya dibandingkan dalam kesendirian. Ibarat lidi saat
sendiri dia bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, namun saat berada dalam
ikatan berbentuk sapu maka pekerjaan besar dalam membersihkan kotoran
dapat diselesaikan dengan sempurna 5 dan inilah makna dari "SINERGI". Apabila
kita telah mampu melaksanakan hal tersebut, maka kita menjadi aparatur yang
memegang teguh nilai-nilai "TRANSPARAN".

Dari penggambaran itulah maka tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali
mengoptimalkan diri untuk terus berkreatifitas, dan mengembangkan inisiatif
serta senantiasa melakukan pembaharuan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi
sehingga mampu menguatkan peran organisasi Kementerian Hukum dan HAM
untuk terus berprestasi. Karena sejatinya, kesadaran itulah yang menjadikan kita
sebagai aparatur yang "INOVATIF"6
C. IMPLEMENTASI SIKAP MENTAL PROFESIONAL, AKUNTABEL, SINERGI,
TRANSPARAN,DAN

INOVATIF

DALAM

PROSES

ANALISA

DAN

PENYUSUNAN ANGGARAN DI SATUAN KERJA


Penyusunan anggaran dalam dokumen Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L) merupakan bagian dari penyusunan
AnggaranPendapatan dan Belanja Negara (APBN), serta merupakan ujung
tombak dari seluruh pelaksanaan program suatu Lembaga atau organisasi.

Secara garis besar, proses penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran mengatur
3 (tiga) materi pokok, yaitu : pendekatan penyusunan anggaran, klasifikasi
anggaran, dan proses penganggaran.
Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan anggaran terdiri atas
pendekatan : (1) penganggaran terpadu, (2) Penganggaran Berbasis Kinerja
(PBK), dan (3) Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM).
5

Kepala Biro Humas dan KLN Ansaruddin, amanat Menkumham saat Apel Pagi Gerakan Ayo Kerja Kami Pasti di
Kanwil Sumbar, Senin (01/06/2015)
6

Himbauan Menkumham pada apel serentak gerakan ayo kerja Kami PASTI di lapangan upacara
Kemenkumham, dibacakan oleh Direktur Jenderal HAM, Mualimin Abdi

10

Sementara itu, klasifikasi anggaran yang digunakan dalam penganggaran meliputi


(1) klasifikasi menurut organisasi, (2) klasifikasi menurut fungsi, dan (3) klasifikasi
menurut Jenis belanja (ekonomi).
Selanjutnya, proses penganggaran merupakan uraian mengenai proses dan
mekanisme penganggarannya, dimulai dari Pagu lndikatif sampai dengan penetapan
Pagu Alokasi Anggaran K/L yang bersifat final. Sistem penganggaran tersebut harus
dipahami dan dilaksanakan secara baik dan benar oleh pengelola dan pelaksana
anggaran

agar

dapat

dihasilkan

APBN

yang

kredibel

dan

dapat

di

pertanggungjawabkan.
C.1 PENDEKATAN PENYUSUNAN ANGGARAN
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

tentang

Keuangan Negara (UU 17/2003), penyusunan anggaran oleh K/L mengacu


kepada 3 (tiga) pilar sistem penganggaran, yaitu (1) penganggaran terpadu, (2)
Penganggara Berbasis Kinerja (PBK), dan (3) Kerangka Pengeluaran Jangka
Menengah (KPJM).
C.1.1 Pendekatan Penganggaran Terpadu
Penganggaran terpadu merupakan unsur yang paling mendasar bagi
penerapan pendekatan penyusunan anggaran lainnya yaitu PBK dan KPJM.
Dengan kata lain bahwa pendekatan anggaran terpadu merupakan kondisi
yang harus terwujud terlebih dahulu. Penyusunan anggaran terpadu
dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan
penganggaran di lingkungan K/L untuk menghasilkan dokumen RKA-K/L
dengan klasifikasi anggaran menurut organisasi , fungsi, dan jenis belanja.
Integrasi

atau

keterpaduan

proses

perencanaan

dan

penganggaran

dimaksudkan agar tidak terjadi duplikasi dalam penyediaan dana untuk K/L
baik yang bersifat investasi maupun untuk keperluan biaya operasional.

Pada sisi yang lain penerapan penganggaran terpadu juga diharapkan dapat
mewujudkan Satuan Kerja (Satker) sebagai satu-satunya entitas akuntansi
yang bertanggung jawab terhadap aset dan kewajiban yang dimilikinya, serta
adanya akun (pendapatan dan/atau belanja) untuk satu transaksi sehingga
dipastikan tidak ada duplikasi dalam penggunaannya.

11

Penganggaran terpadu tersebut diterapkan pada ketiga klasifikasi anggaran,


yaitu klasifikasi organisasi, klasifikasi fungsi, dan klasifikasi ekonomi. Dalam
kaitan ini, pengalokasian anggaran untuk suatu kegiatan, misalnya, secara
total harus merupakan gabungan antara anggaran operasional dan anggaran
non- operasional. Berkaitan dengan itu, mulai tahun ini di Kementerian/
Lembaga, khususnya dalam postur anggaran Rutan Raba Bima telah
dilakukan penataan pengalokasian anggaran menurut fungsi- programkegiatan agar sejalan dengan penggangaran terpadu.
C.1.2 Pendekatan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK)
PBK merupakan suatu pendekatan dalam sistem penganggaran

yang

memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dan kinerja yang diharapkan,


serta memperhatikan efisiensi dalam pencapaian kinerja tersebut. Yang
dimaksud kinerja adalah prestasi kerja yang berupa keluaran dari suatu
Kegiatan atau hasil dari suatu Program dengan kuantitas dan kualitas yang
terukur.

Landasan konseptual yang mendasari penerapan PBK meliputi :


a. Pengalokasian anggaran berorientasi pada kinerja (output and outcome
oriented);
b. Pengalokasian anggaran Program / Kegiatan didasarkan pada tugasfungsi Unit Kerja yang dilekatkan pada struktur organisasi (money follow
function);
c. Terdapatnya fleksibilitas pengelolaan anggaran dengan tetap menjaga
prinsip akuntabilitas (let the manager manages).
Landasan konseptual dalam rangka penerapan PBK tersebut bertujuan untuk:
a. Menunjukan keterkaitan antara pendanaan dengan kinerja yang akan
dicapai (direct linkages between performance and budget);
b. Meningkatkan

efisiensi

dan

transparansi

dalam

penganggaran

(operational efficiency);
c. Meningkatkan fleksibilitas dan akuntabilitas unit dalam melaksanakan
tugas dan pengelolaan anggaran (more flexibility and accountability).

12

Agar penerapan PBK tersebut dapat dioperasionalkan, PBK menggunakan


instrumen sebagai berikut:
a. Indikator Kinerja, merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur
Kinerja;
b. Standar Biaya, adalah satuan biaya yang ditetapkan baik berupa standar
biaya masukan dan standar biaya keluaran maupun standar struktur biaya
sebagai acuan perhitungan kebutuhan anggaran ; dan
c. Evaluasi Kinerja, merupakan penilaian terhadap capaian Sasaran Kinerja,
konsistensi perencanaan dan implementasi, serta realisasi penyerapan
anggaran.

Berdasarkan landasan konseptual , tujuan penerapan PBK, dan instrumen


yang digunakan PBK dapat disimpulkan bahwa secara operasional prinsip
utama penerapan PBK adalah adanya keterkaitan yang jelas antara kebijakan
yang terdapat dalam dokumen perencanaan nasional dan alokasi anggaran
yang dikelola K/L sesuai tugas-fungsinya (yang tercermin dalam struktur
organisasi K/ L).
C.1.3 Pendekatan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM)
KPJM adalah pendekatan penyusunan anggaran berdasarkan kebijakan,
dengan pengambilan keputusan yang menimbulkan implikasi anggaran dalam
jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun anggaran. Sesuai dengan amanat UU
17 /2003, dalam penerapan KPJM, K/L menyusun prakiraan maju dalam
periode 3 (tiga) tahun ke depan, dan hal tersebut merupakan keharusan yang
dilakukan setiap tahun, bersamaan dengan penyampaian RKA-K/ L.

Secara umum, penyusunan KPJM yang komprehensif memerlukan suatu


tahapan proses penyusunan perencanaan jangka menengah meliputi :
a. penyusunan proyeksi /rencana kerangka (asumsi) ekonomi makro untuk

jangka menengah ;
b. penyusunan proyeksi /rencana/ target-target fiskal (seperti tax ratio, defisit,

dan rasio utang pemerintah) jangka menengah;

13

c. rencana kerangka anggaran (penerimaan, pengeluaran, dan pembiayaan)

jangka menengah (medium term budget framework), yang menghasilkan


pagu total belanja pemerintah (resources envelope) ;
d. pendistribusian total pagu belanja jangka menengah ke masing-masing K/

L (line ministries ceilings). Indikasi pagu K/L dalam jangka menengah


tersebut merupakan perkiraan batas tertinggi anggaran belanja dalam
jangka menengah ;
e. penjabaran pengeluaran jangka menengah masing- masing K/ L (line

ministries ceilings) ke masing-masing program dan kegiatan berdasarkan


indikasi pagu jangka menengah yang telah ditetapkan.
Tahapan penyusunan proyeksi/rencana huruf a sampai dengan huruf d
merupakan proses top down, sedangkan tahapan huruf e merupakan
kombinasi dari proses top down dengan proses bottom up.

Dalam rangka penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran dengan pendekatan


KPJM, K/ L perlu menyelaraskan kegiatan/program dengan RPJMN dan
Renstra K/ L, yang pada tahap sebelumnya juga menjadi acuan dalam
menyusun RKP dan Renja K/ L.

C.2 KLASIFIKASI ANGGARAN


Klasifikasi

anggaran

merupakan

pengelompokan

anggaran

berdasarkan

orgamsasi, fungsi, dan jenis belanja (ekonomi) yang bertujuan untuk melihat
besaran alokasi anggaran menurut organisasi K/ L, tugas-fungsi pemerintah,
dan belanja K/ L.
C.2.1 Klasifikasi Menurut Organisasi
Klasifikasi organisasi mengelompokkan alokasi anggaran belanja sesuai
dengan struktur organisasi K/ L. Organisasi diartikan sebagai K/ L yang
dibentuk untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan peraturan perundanganundangan yang berlaku.

Selanjutnya yang dimaksud dengan unit organisasi pada K/ L adalah Unit


Eselon I yang bertanggung jawab atas pencapaian sasaran program/hasil

14

(outcome) dan pengoordinasian atas pelaksanaan kegiatan oleh Satker.


Satker pada unit organisasi K/ L adalah Satker baik yang berada di kantor
pusat maupun kantor daerah, atau Satker yang memperoleh penugasan
dari unit organisasi K/L.
C.2.2 Klasifikasi Menurut Fungsi
Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang
dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional,
sedangkan Subfungsi merupakan penjabaran lebih lanjut/lebih detail dari
deskripsi fungsi. Subfungsi terdiri atas kumpulan program dan program
terdiri atas kumpulan kegiatan.

Yang dimaksud program adalah penjabaran- kebijakan K/ L di bidang


tertentu yang dilaksanakan dalam bentuk upaya yang berisi satu atau
beberapa kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang disediakan
untuk mencapai hasil

yang

terukur sesuai dengan

misinya

yang

dilaksanakan in stansi atau masyarakat dalam koordinasi K/ L yang


bersangkutan.

Ketentuan mengenai fungsi diatur sebagaimana berikut:


a. Penggunaan fungsi dan subfungsi disesuaikan dengan tugas dan fungsi
masing-masing K/ L.
b. Sesuai dengan penataan Arsitektur Dan Informasi Kinerja (ADIK), visi
dan misi organisasi atau tugas dan fungsi K/ L mencerminkan outcome
dan output K/ L.
c. Pada level Eselon I, output dirumuskan dalam program dan kegiatan.
d. Jika Eselon I memiliki lebih dari 1 (satu) fungsi, maka Eselon I tersebut
harus memiliki program sejumlah fungsi yang dimiliki.
e. Sesuai dengan sistem penganggaran belanja negara yang
menggunakan sistem Penganggaran Terpadu, dimana tidak ada
pemisahan lagi antara pengeluaran rutin (belanja operasional) dan
pengeluaran
pembangunan
(belanja
non-operasional),
maka
pembebanan belanja operasional K/L harus digabung dengan belanja
non operasional K/L dan dikelompokkan pada satu Fungsi yang sama
sesuai dengan tugas dan fungsi K/L sehingga tidak terdapat tumpang
tindih antar belanja tersebut.

15

C.2.3 Klasifikasi Jenis Belanja (Ekonomi)


Jenis belanja atau klasifikasi menurut ekonomi dalam klasifikasi

belanja

digunakan dalam dokumen anggaran baik dalam proses penyusunan,


pelaksanaan

dan

pertanggung

jawaban/pelaporan

anggaran.

Namun

penggunaan jenis belanja dalam dokumen tersebut mempunyai tujuan


berbeda. Berkenaan dengan proses penyusunan anggaran dalam dokumen
RKAK/L, tujuan penggunaan jenis belanja dimaksudkan untuk mengetahui
pendistribusian alokasi anggaran kedalam jenis-jenis belanja. Terdapat 8
jenis belanja, antara lain Belanja pegawai, barang dan jasa, modal,
pembayaran kewajiban utang, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja
lainnya. Namun dalam pengelolaan keuangan di Rutan Raba Bima, hanya
terdapat 3 jenis belanja sebagai berikut:

a. Belanja Pegawai
Belanja Pegawai adalah kompensasi terhadap pegawai baik dalam
bentuk uang maupun dalam bentuk barang, yang harus dibayarkan
kepada pegawai pemerintah, baik kepada Pejabat Negara, PNS dan
pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS
maupun kepada non-PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah
dilaksanakan dalam rangka mendukung tugas fungsi unit organisasi
pemerintah, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan
modal dan/atau kegiatan yang mempunyai keluaran (output) dalam
kategori belanja barang. Belanja Pegawai terdiri atas belanja gaji dan
tunjangan, belanja honorarium/vakasi/lembur/tunjangan khusus, belanja
kontribusi social dan belanja pegawai transito.

b. Belanja Barang dan Jasa


Belanja Barang dan Jasa adalah pengeluaran untuk pembelian barang
dan/atau jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan/atau jasa
yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan dan pengadaan barang
yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat, dan
belanja

perjalanan.

Dalam pengertian

belanja

tersebut

termasuk

honorarium dan vakasi yang diberikan dalam rangka pelaksanaan


kegiatan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa.

16

Belanja Barang terdiri atas Belanja Barang (Operasional dan NonOperasional), Belanja Jasa, Belanja Pemeliharaan, Belanja Perjalanan,
Belanja Badan Layanan Umum (BLU), serta Belanja Barang Untuk
Diserahkan Kepada Masyarakat.

c. Belanja Modal
Belanja Modal adalah pengeluaran untuk pembayaran perolehan aset
tetap dan/ atau aset lainnya atau menambah nilai aset tetap dan/ atau
aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan
melebihi batas minimal kapitalisasi asset tetap / aset lainnya yang
ditetapkan pemerintah . Dalam pembukuan nilai perolehan aset dihitung
semua pendanaan yang dibutuhkan hingga aset tersebut tersedia dan
siap digunakan. Aset tetap / aset lainnya terse but dipergunakan untuk
operasional kegiatan sehari hari suatu Satker atau dipergunakan oleh
masyarakat /publik, tercatat sebagai aset K/ L terkait dan bukan
dimaksudkan untuk dijual/ diserahkan kepada masyarakat /Pemda.
Belanja Modal terdiri atas Belanja
Modal Tanah, Belanja Modal Peralatan dan Mesin, Belanja Modal
Gedung dan Bangunan, Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan,
Belanja Modal Lainnya, Belanja Penambahan Nilai Aset Tetap / Aset
Lainnya, serta Belanja Modal BLU.
C.3 PROSES PENETAPAN PAGU BELANJA K/ L
Dalam rangka penyusunan APBN, seperti telah diamanatkan dalam PP90/2010,
terdapat 3 (tiga) kali penetapan pagu dana untuk K/ L yaitu pagu indikatif, pagu
anggaran, dan alokasi anggaran. Angka yang tercantum dalam ketiga pagu
tersebut merupakan angka tertinggi yang tidak boleh dilampaui oleh K/L sebagai
acuan dalam menyusun RKA-K/L-nya. Secara garis besar penjelasan tentang
ketiga pagu dijelaskan sebagai berikut:
C.3.1 Pagu Indikatif
Mulai tahun 2012, angka yang tercantum dalam prakiraan maju untuk tahun
anggaran 2013 yang dicantumkan pada saat penyusunan RKA-K/ L tahun
anggaran 2012 dijadikan sebagai angka dasar, sebagai salah satu variabel

17

yang menentukan besarnya pagu indikatif tahun anggaran 2013. Dalam


rangka menyusun pagu indikatif untuk tahun yang direncanakan, ditempuh
proses sebagai berikut:
a. Presiden

menetapkan

pembangunan

nasional,

yaitu

Presiden

menetapkan prioritas pengalokasian dari anggaran yang dimiliki


pemerintah serta pembangunan nasional yang akan dilakukan pada
tahun yang akan direncanakan.
b. K/L memutakhirkan baseline (angka dasar), dimana prakiraan maju yang
telah dicantumkan pada dokumen perencanaan dan penganggaran
tahun sebelumnya akan dijadikan angka dasar untuk perencanaan dan
penganggaran tahun anggaran yang direncanakan.
c. K/L dapat menyusun rencana inisiatif baru, dalam hal terdapat Program
/Kegiatan / Output yang akan dilakukan dan belum dilakukan pada tahun
sebelumnya.
d. Kementerian Keuangan melakukan reviu angka dasar dan menyusun
perkiraan kapasitas fiskal.
e. Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menyusun Pagu
Indikatif.

Pagu

Indikatif

untuk

tahun

yang

direncanakan

disusun

dengan

memperhatikan kapasitas fiskal dan dalam rangka pemenuhan prioritas


pembangunan nasional. Pagu Indikatif yang sudah ditetapkan beserta
prioritas pembangunan nasional dituangkan dalam Surat Edaran Bersama
yang ditandatangani Menteri Keuangan bersama Menteri Perencanaan.
C.3.2 Pagu Anggaran
Langkah-langkah penyu sunan dan penetapan Pagu Anggaran adalah
sebagai berikut:
a. Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun Renja K/L
Dalam menyusun Renja, K/ L berpedoman pada surat mengenai Pagu
Indikatif dan hasil kesepakatan trilateral meeting. Renja K/L dimaksud
disusun dengan pendekatan berbasis Kinerja, KPJM, dan penganggaran
terpadu yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan.

18

b. Trilateral Meeting
Proses penyusunan Renja K/L dilakukan dalam pertemuan 3 (tiga) pihak
antara K/L, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Kementerian Keuangan.
Pertemuan tersebut dilakukan setelah ditetapkannya Pagu Indikatif
sampai dengan sebelum batas akhir penyampaian Renja K/L ke
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Kementerian Keuangan. Pertemuan
tersebut dilakukan dengan tujuan:
1) Meningkatkan koordinasi dan kesepahaman antara K/L, Kementerian
Perencanaan

Pembangunan

Nasional/Badan

Perencanaan

Pembangunan Nasional, dan Kementerian Keuangan, terkait dengan


pencapaian sasaran prioritas pembangunan nasional yang akan
dituangkan dalam RKP;
2) Menjaga

konsistensi

kebijakan

yang

ada

dalam

dokumen

perencanaan dengan dokumen penganggaran, yaitu antara RPJMN,


Renstra, RKP, Renja K/ L dan RKA-K/ L;
3) Mendapatkan komitmen bersama atas penyempurnaan yang perlu
dilakukan terhadap Rancangan Awal RKP

c. Lembaga menyampaikan Renja K/ L kepada Kementerian Perencanaan


Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
dan Kementerian Keuangan untuk bahan penyempurnaan Rancangan
Awal RKP dan penyusunan rincian pagu menurut unit organisasi, fungsi,
program, dan kegiatan
d. Pemerintah menetapkan Rencana Kerja Pemerintah.
e. Pemerintah menyampaikan pokok-pokok pembicaraan Pendahuluan
RAPBN.
f. Menteri Keuangan menetapkan Pagu Anggaran K/ L
g. Menteri / Pimpinan Lembaga menyusun RKA-K/ L berdasarkan :
1) Pagu Anggaran K/ L;
2) Renja-K/ L;

19

3) RKP hasil kesepakatan Pemerintah dan DPR dalam pembicaraan


pendahuluan RAPBN; dan
4) Standar biaya.
h. Penelaahan RKA-K/L Pagu Anggaran yang dilakukan secara terintegrasi,
yang meliputi :
1) Kelayakan anggaran terhadap sasaran kinerja;
2) Konsistensi sasaran kinerja K/ L dengan RKP.
i. Kementerian Keuangan menghimpun RKAK/L Pagu Anggaran hasil
penelaahan untuk digunakan sebagai :
1) Bahan penyusunan Nota Keuangan,RAPBN, dan Rancangan Undang
Undang tentang APBN (RUU APBN);
2) Dokumen pendukung pembahasan RAPBN.
C.3.3 Alokasi Anggaran
Langkah-langkah penyusunan dan penetapan Alokasi Anggaran adalah
sebagai berikut:
a. K/ L melakukan pembahasan RKA-K/ L Pagu Anggaran dengan DPR
Dalam rangka pembahasan RUU APBN, K/ L melakukan pembahasan
RKA-K/ L Pagu Anggaran dengan DPR. Pembahasan tersebut selain
membahas output dan outcome pada level strategis (K/L) dan level
Eselon I yang sudah tercantum dalam dokumen Nota Keuangan yang
menyertai RUU APBN, juga membahas usulan Inisiatif Baru yang muncul
dalam pembahasan dengan DPR jika ada) , dan rencana kontrak tahun
jamak jika ada).
b. Menteri / Pimpinan Lembaga menyusun RKA-K/ L Alokasi Anggaran
Menteri / Pimpinan Lembaga menyusun RKA-K/ L Alokasi Anggaran
berdasarkan :
1) Alokasi Anggaran K/L;
2) RKP dan Renja K/ L;
3) Hasil kesepakatan K/ L dan DPR dalam pembahasan RUU APBN; dan
4) Standar biaya.

20

c. Penelaahan RKA-K/ L Alokasi Anggaran


Penelaahan RKA-K/ L Alokasi Anggaran dilakukan secara terintegrasi,
yang meliputi :
1) Kelayakan anggaran terhadap sasaran kinerja;
2) Konsistensi sasaran kinerja K/ L dengan RKP dan hasil kesepakatan
dengan DPR.
d. Kementerian Keuangan menghimpun RKA-K/ L Alokasi Anggaran hasil
penelaahan untuk digunakan sebagai :
1) Bahan penyusunan Lampiran Peraturan Presiden tentang Rincian
APBN;
2) Bahan penyusunan DIPA.

Tahap selanjutnya adalah Menteri Keuangan mengesahkan dokumen


pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Menteri / Pimpinan Lembaga

C.4 Persiapan Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran

Satker mempersiapkan dokumen yang menjadi dasar pencantuman target


kinerja kegiatan dan alokasi anggarannya pada Kertas Kerja RKA-KL:
1. Daftar alokasi anggaran masing-masing unit eselon I yang dirinci per Satker
dan sumber dananya berdasarkan Pagu Sementara yang ditandatangani
oleh pejabat eselon I;
2. Peraturan perundangan mengenai struktur organisasi dan tugas fungsinya;
3. Dokumen RPJMN, Renstra K/L, RKP dan Renja K/L;
4. Juknis penyusunan RKA-KL;
5. Standar Biaya;
6. Bagan Akun Standar (BAS).

C.4.1 Proses Analisa Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran


Proses Analisa merupakan suatu cara atau metode untuk mengetahui
perbedaan antara kondisi yang diinginkan/ seharusnya (should be / ought to
be) atau diharapkan dengan kondisi yang ada (what is).

21

Kondisi ideal : terpenuhinya semua anggaran


Kondisi

riil

pengalokasian

anggaran

berdasar

realisasi

tahun

sebelumnya, kebutuhan prioritas dan ketersediaan anggaran Kementerian

Alasan Utama Review Baseline/Prakiraan Analisis Kebutuhan Anggaran :


1. Untuk menghitung alokasi sumber daya anggaran yang lebih efisien
(allocative effiency);
2. Untuk meningkatkan kualitas perencanaan penganggaran (improve
quality of planning);
3. Untuk lebih fokus terhadap pilihan kebijakan prioritas (best policy option);

Jenis Kebutuhan Satker


1. Kebutuhan Dasar Satuan Kerja (GENERIK) yang harus dipenuhi
a. Pemenuhan Operasional Satuan Kerja yang terdiri dari:
Belanja Pegawai (001)
Belanja Operasional Satuan Kerja (002)
b. Pemenuhan Bahan Makanan Napi/Tahanan (005)
2. Kebutuhan Tugas dan Fungsi Satuan Kerja (TUSI)

Cara Menentukan Kebutuhan Prioritas Satuan Kerja (Non Ops)


Untuk mengetahui prioritas di satuan kerja, perlu dilakukan invetarisasi
kebutuhan sebagai berikut:
1. Apakah suatu kegiatan dibutuhkan pada satker? ( Kebutuhan)
2. Apakah suatu kegiatan perlu dilaksanakan sekarang? (Waktu)
3. Apakah suatu kegiatan berdampak bagi masyarakat (azas manfaat)
4. Apakah suatu kegiatan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien?
5. Apakah suatu kegiatan mendukung prioritas nasional? (Unit Eselon I)

Selain itu, dalam proses analisa terhadap kebutuhan prioritas di satker,


diperlukan beberapa dokumen sebagai bahan kajian, antara lain:
1. Data RKA-K/L APBN tahun anggaran berjalan yang memuat alokasi
anggaran program, menurut sumber dana dan menurut komponen
(belanja operasional dan belanja non operasional)

22

2. Data realisasi tahun anggaran yang lalu, antara lain:


a. Realisasi Anggaran K/L per jenis belanja, per program, per sumber
dana, dan per komponen. Dapat diambil dari SAS (Sistem Aplikasi
Satker)
b. Realiasasi Output/Outcome (dari aplikasi monitoring dan evaluasi,
jika tidak ada data dari aplikasi monev dapat dilihat dari laporan per
komponen)
3. Angka prakiraan maju tahun anggaran yang direncanakan yang sudah
dimutakhirkan oleh K/L
4. Kebijakan remunirasi, termasuk SK penetapan pemberian tunjangan dan
Perpres penetapan Remunasi (hanya di Setjen);
5. Database kepegawaian (antara lain : jumlah pegawai, status pegawai,
perhitungan lembur: dapat diambil dari aplikasi GPP);
6. Persetujuan Kontrak tahun jamak dan dokumen kontrak lainnya dalam
rangka operasional kantor, seperti pemeliharaan gedung, pemeliharaan
kendaraan, sewa mesin photocopy, Kendaraan operasional, dll;
7. Daftar inventaris BMN meliputi gedung bangunan, peralatan, kendaraan
dan yang sejenisnya yang perlu pemeliharaan;
8. Dokumen tagihan langganan daya dan jasa

Kegiatan yang memerlukan analisis antara lain :


1. Kegiatan yang bersumber dari RM dan PNBP
2. Kegiatan Belanja Barang Operasional (Komponen 001 dan 002)
3. Kegiatan Belanja Barang 005 (bahan makanan napi/tahanan)
4. Kegiatan Belanja Barang Non Operasional
5. Keberlanjutan Program, Kegiatan, Output dan Komponen dengan
melakukan pemutakhiran angka KPJM tahun anggaran berikutnya pada
RKAKL

Setelah

menentukan

skala prioritas kegiatan,

Satuan

Kerja

dapat

menganalisis kebutuhan anggaran suatu kegiatan dengan membandingkan


antara anggaran tahun berjalan dengan realisasi anggaran kegiatan tahun
lalu dan output capaian kinerjanya.

23

Diperlukan peininjauan kembali kebutuhan pemeliharaan gedung kantor dan


halaman, kendaraan, peralatan kantor

disandingkan dengan LTI/Daftar

Inventaris BMN. Jika ada penambahan atau pengurangan, perlu menjadi


perhatian dalam mengalokasikan anggaran.

Untuk anggaran non operasional (Tugas dan Fungsi) dapat merujuk dari
Standar biaya yang sudah ditentukan (SBK atau Kepmen atau Dirjen), serta
Pagu TA. berjalan dikali persentase Realisasi anggaran tahun lalu dikali
Inflasi (1,04)

Untuk

pemenuhan

anggaran

Bahan

Makanan

digunakan

rata-rata

Napi/Tahanan x 365 hari x SBM tahun anggaran berikutnya.


C.4.2 Penyelesaian RKA-KL
Tahap akhir dari proses penyusunan RKA-KL adalah proses memasukkan
data dan komponen input pada fasilitas kertas kerja di aplikasi RKA-KL.
Dalam tahap ini, perencana memasukkan informasi kinerja, serta rencana
kegiatan dan alokasi pendanaannya dalam rangka untuk menghasilkan
outputnya.
a. Informasi kinerja didapat dari dokumen-dokumen seperti : Renstra, RKP
dan Renja K/L;
b. Untuk komponen input yang sudah ada sistem aplikasinya, seperti
belanja pegawai dan SBK, satker dapat me-restore data tersebut ke
dalam kertas kerja.
c. Untuk komponen input lainnya, dimasukkan secara manual, mengikuti
tingkatan yang ada dalam komponen input yang ada.

RKA-KL yang telah disusun diteliti kembali kesesuaiannya dengan pagu


yang ditetapkan serta tidak mengakibatkan :
a. Pergeseran anggaran antar program;
b. Jumlah alokasi dana pada masing-masing program harus sesuai dengan
SE tentang pagu sementara;
c. Pengurangan belanja eks kegiatan 0001 dan 0002;

24

d. Perubahan pagu sumber pendanaan/ sumber pembiayaan (RM/PLN/


HLN/PNBP);
e. Sumber pendanaan/ sumber pembiayaan dalam menghasilkan output
tidak diperbolehkan berubah/ bergeser.

RKA-KL ditandatangani oleh Pejabat Eselon I atau yang setingkat Eselon I


selaku KPA sebagai penanggung jawab program.

RKA-KL (termasuk Kertas Kerja RKA-KL) disampaikan kepada Kementerian


Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran sekurang-kurangnya dilampiri
dokumen/data pendukung berupa:
a. TOR dan RAB untuk setiap Output Kegiatan yang ditandatangani oleh
penanggung jawab Kegiatan atau pejabat lain yang berwenang;
b. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang
ditandatangani oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) apabila rincian
biaya yang tercantum dalam KK RKA-KL tidak terdapat dalam Standar
Biaya.
c. Arsip data komputer (ADK) RKA-KL dan KK RKA-KL Satker;
d. Hasil kesepakatan dengan DPR;
e. Daftar alokasi Pagu masing-masing Unit Eselon I yang dirinci
berdasarkan Program, Satker dan Sumber Pendanaan;
D. TANTANGAN YANG DIHADAPI
Untuk mewujudkan visi dan misi Pemasyarakatan dan Kemenkumham, berbagai
perombakan struktral kelembagaan telah dilakukan. Tapi itu belumlah cukup. Ia
harus di topang dengan perubahan mendasar tentang cara pandang, cara pikir
dan cara bertindak. Sehingga terciptalah Gerakan Kami PASTI sebagai suatu
bentuk Revolusi Mental. Sehingga akan hadir suatu budaya sikap kerja yang
baru, kultur dan proses yang berubah secara progresif. Inti dari gagasan
Kemenkumham tentang Gerakan Kami PASTI dapat ditafsirkan sebagai tawaran
sekaligus tantangan terhadap teori teori perubahan. Gerakan ini diharapkan
menjadi komponen utama untuk melengkapi berbagai inisiatif atau gagasan
sebelumnya,

dalam

menghantarkan kita menuju Pemasyarakatan dan

Kemenkumham yang professional dalam penegakan hukum dan perlindungan


HAM.

25

D.1 Berbagai Tantangan


Tantangan utama implementasi gerakan Ayo Kerja Kami PASTI adalah
merumuskan kesepahaman apa itu Kami PASTI. Kemudian setelah sepakat,
langkah berikutnya adalah merumuskan bagaimana mengimplementasinya;
Apa acuan dan kerangka implementasinya? Kalau tidak ada kerangka acuan
atau common platform, eksekusi Kami PASTI bisa jatuh dalam selera pribadi
dan kepentingan (agenda) individual saja.
Para Insan Kementerian akan mengalami ketidakpahaman bagaimana
menghubungkan Nilai Kami PASTI dalam kehidupan pelaksanaan tugas
sehari-hari. Baik itu di lingkungan kerja dan profesi maupun kehidupan
pribadi, serta dalam kehidupan sosial di masyarakat.
Adanya kerangka acuan implementasi akan membuat seseorang melihat
suatu integrasi dan relevansi antara apa yang ia kerjakan dan temui seharihari, dengan tata nilai Kami PASTI tersebut
Selain itu, beragamnya permasalahan yang ada dalam tubuh UPT, baik
internal

maupun

eksternal,

juga

merupakan

tantangan

yang

siap

menghadang di tiap langkah dalam mengimplementasikan Gerakan kami


PASTI ini, yang secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
Faktor Internal:
-

Kurangnya kebanggaan terhadap organisasi

Keterbatasan Anggaran

Kurangnya kualitas dan kuantitas SDM

Keterbatasan sarana dan prasarana

Mekanisme kerja yang kurang terpadu

Faktor Eksternal :
-

Meningkatnya kuantitas pelanggar hukum

Makin Beragamnya bentuk pelanggaran hukum

Lemahnya pemahaman masyarakat terhadap sistem pemasyarakatan

26

D.2 Tawaran Solusi


Dalam menghadapi tantangan tersebut, diperlukan strategi berupa
penanganan secara langsung terhadap masalah, atau dapat pula
dilakukan dengan cara memadukan peluang dan kekuatan yang kita
miliki untuk menekan permasalahan dan kelemahan yang dialami.
Kekuatan yang dimiliki antara lain :
-

Lembaga yang besar, dengan UPT yang tersebar di seluruh Indonesia

Meningkatnya kesejahteraan petugas

Tuntutan Transparansi dan akuntabilitas

Tuntutan Reformasi Birokrasi

Adanya aturan tentang prosedur kerja yang jelas

Pesatnya Teknologi, salah satunya dengan diluncurkannya beragam


aplikasi untuk menujang tupoksi

Dukungan Pemerintah yang cukup besar

Salah satu pelumas dalam menggerakan roda Gerakan Kami PASTI adalah
sosialisasi atas pertanyaan: Mengapa kita memerlukannnya. Apa memang
itu yang dibutuhkan? Apa manfaat yang bisa diperoleh kalau kita berhasil
menggulirkannya. Dengan kata lain Kesepahaman Definisi dan Rasionalitas
dibalik gerakan tersebut.

Penerimaan motive ini menjadi amat penting, karena gerakan Kami PASTI
sebagai gerakan perubahan, berarti kita harus sepakat bahwa cara-cara lama
tidak efektif, dan akan berganti dengan cara atau metode baru yang lebih
komprehensif.
Gerakan Kami PASTI juga menyangkut perubahan substansial, bersifat
mayor, bukan suatu operasi tambal sulam. Gerakan perubahan ini juga bukan
sebuah upaya perbaikan proses terus- menerus dalam artian pasif. Tetapi
sebuah gebrakan terobosan untuk menantang dan mengubah mekanisme
kerja dengan lebih terpadu, sehingga terjadi perubahan mind set secara
Overhauling. Ia mengandung makna perubahan radikal. Ia seperti tombol

27

restart, yang membuat pikiran dan perilaku kolektif tidak lagi terkooptasi
oleh

program lama yang distortif. Tetapi diharapkan memberikan suatu

lompatan (quantum leap) suatu perubahan perilaku kolektif yang baru dan
berbeda dari pola tindakan dan pola pikir sebelumnya.
Setelah latar belakang dibalik perlunya gerakan ini bisa disosialisasikan dan
diimplementasikan, maka perlu ada suatu ukuran yang jelas tentang
bagaimana mengukur keberhasilkan implementasi tersebut. Apa saja factor
keberhasilan dalam mengimplementasinya. Bisakah Kementerian, khususnya
Pemasyarakatan mewujudkan visi dan misinya tanpa Gerakan Kami PASTI.

28

BAB 3
KESIMPULAN

Perumusan Tata Nilai Gerakan Ayo Kerja Kami PASTI yang dicanangkan
oleh Kemenkumham, berisi suatu harapan untuk menciptakan aparatur yang
sehat, cerdas, dan berkepribadian, sehingga mampu berperan aktif dalam
mensukseskan

sasaran

pembangunan

nasional

yang

diemban

oleh

Kementerian Hukum dan HAM

Gerakan Kami PASTI harus memiliki orientasi terhadap hasil dan proses.
Orientasi pada proses memastikan sikap dan budaya kerja akan mengambil
jalan dan metode Baru. Sedangkan orientasi pada hasil memastikan bahwa
inovasi dari gerakan itu akan membawa kemajuan yang berarti dan terukur,
bukan hanya sekedar slogan.

Salah satu kunci keberhasilan operasionalisasi gerakan Kami PASTI, adalah


tersedianya suatu kerangka formulasi dan implementasi yang komprehensif.
Dan dalam desain seperti itu kita bisa melihat tujuan dan haluan yang
ditetapkan, strategi yang dianut, dan sikap serta tindakan yang diperlukan
untuk mensukseskan gerakan tersebut. Gerakan Kami PASTI tidak bisa
dijalankan dengan himbauan saja. Ia membutuhkan suatu konstruksi
operasional yang jelas. Tanpa implementasi, Nilai nilai yang dikandung oleh
gerakan Kami PASTI akan kehilangan momentum dan kejelasan aksi.

Proses penyusunan rencana kerja dan anggaran di Satker Rutan Raba Bima
telah dilaksanakan dengan baik, serta berpedoman pada tata nilai gerakan
Kami PASTI, tercermin dari adanya tuntutan terhadap pemenuhan skala
prioritas Kemenkumham dan Pemasyarakatan yang menitikberatkan pada
peningkatan pelayanan terhadap masyarakat.

29

PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/313636745/Materi-Sosialisasi-Gerakan-Ayo-Kerja-KamiPasti
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2010 Petunjuk Penyusunan Dan
Penelaahan Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga Tahun
Anggaran 2011, Jakarta: Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2015 Petunjuk Penyusunan Dan
Penelaahan Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Dan
Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, Jakarta: Menteri Hukum dan HAM
Republik Indonesia
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2015 Perubahan Atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 143/PMK.02/2015 Tentang Petunjuk Penyusunan Dan
Penelaahan Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Dan
Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran, Jakarta: Direktur Jenderal
Peraturan Perundang Undangan Kementerian hukum dan HAM Republik Indonesia
Keputusan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Nomor PAS-19.PR.01.01 Tahun
2015 tanggal 11 Juni 2015 tentang Rancana Strategis Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan
2015-2019

30

Vous aimerez peut-être aussi