Vous êtes sur la page 1sur 12

Teori Psikologi Humanistik Abraham Maslow

1. Biografi Singkat Abraham Maslow


Abraham Maslow lahir pada tanggal 1 April 1908, di Brooklyn, New
York, Amerika Serikat. Dia dibesarkan dalam kondisi lingkungan yang
kurang bersahabat dan dari keluarga yang miskin, sebagian besar
aktifitasnya digunakan untuk membaca buku dan bekerja sebagai loper
koran.
Dia mulai memasuki bangku kuliah pada Fakultas hukum di City
College, namun karena kurang berminat dalam bidang hukum dan
mengalami kesukaran, ia pindah ke Universitas Cornel. Namun tidak lama
kemudian pindah lagi ke Universitas Wisconsin pada bidang psikologi
ilmiah. Di Universitas inilah ia menyelesaikan studinya sampai meraih
gelar doktor tahun 1930. Dia menulis disertasi tentang ciri-ciri seksual dan
sifat kuasa pada kera.
Dia diangkat menjadi asisten instruktur psikologi pada tahun 19301934 di Universitas Wisconsin. Kemudian menjadi dosen pada tahun 19341935. Pada tahun 1937, Maslow menjadi staf peneliti pada Universitas
Columbia. Kemudian kembali ke New York dan menjadi guru besar
pembantu di Brooklyn College hingga tahun 1951. Di kota inilah Maslow
banyak bertemu dengan banyak ilmuwan kenamaan Eropa, seperti Erich
Fromm, Alfred Adler, Karen Horney, Ruth Benedict, dan Max Wetheimer.
Dari hasil dialog dengan para tokoh-tokoh inilah Maslow memulai
membangun teori-teori Psikologi humanistiknya.
New York, bagi Maslow merupakan kota fantastis yang menjadi pusat
para tokoh-tokoh kenamaan. Di mana mereka lari untuk menghindari
kekejaman Hitler pada masa perang dunia ke-2. Maslow menawarkan teori
psikologi perdamaian untuk segenap umat manusia di dunia.

Sebuah

teori komprehensip dari hasil ramuannya terhadap teori Freudian, Neo


Freudian, Behaviorisme, Gestalt, sampai organismik yang menagcu pada
teori antropologi.
Pada tahun 1951-1981 ia memegang jabatan barunya sebagai kepala
departemen psikologi Universitas Brendies. Selama itu pula Maslow

Teori Psikologi Humanistik Abraham Maslow

mempelopori gerakan psikologi Humanistik di Amerika Serikat, yang ia


proklamirkan sebagai psikologi madzhab ketiga.
Pada tanggal 18 Juli 1966 Maslow meraih prestasi cukup gemilang
dengan terpilihnya dia sebagai presiden APA (American Psychology
Association). Pada tahun yang sama pula ia mendapatkan penghargaan
sebagai Humanist of the Year oleh American Humanist Association.
Sampai akhir hayatnya pada tahun 1970, ia banyak mendukung Essalen
Institut di California dan kelompok lainnya yang bergerak dalam bidang
Human Potential Movement.
Karya-karya tulis Abraham Maslow yang cukup terkenal antara lain
ialah: Motivation and Personality (1950), Towards Psycology Being (1964),
Religions, Values and Peak Experieces (1964), Eupsychian Management: A
Journal (Oktober 1965), The Psychology of Science: A Reconnaissance
(1966), A Theory of Metamotivation: The Biological Rooting of the Value
Life (1967) dan, The Father Reaches of Human Nature (1967)
2. Teori tentang Kebutuhan Dasar Manusia.
Dalam melihat tingkah laku manusia, Maslow memiliki asumsi dasar,
bahwa tingkah laku manusia dapat ditelaah melalui kecenderungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidup, sehingga bermakna dan terpuaskan.
Untuk itu Maslow menempatkan motivasi dasar manusia sebagai sentral
teorinya.
Maslow memiliki gagasan, bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah
kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak
berubah, dan berasal dari sumber genetik atau naluriah. Kebutuhan dasar
tersebut tersusun secara hirarkhis dalam lima strata yang bersifat relatif,
yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.

Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (faali).


Kebutuhan akan rasa aman.
Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki.
Kebutuhan akan harga diri.
Kebutuhan akan aktualisasi diri.

Teori Psikologi Humanistik Abraham Maslow

Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan senantiasa muncul, meskipun


tidak secara berurutan. Dalam pengertian, kebutuhan yang paling dasar
akan mendesak untuk dipenuhi, dan jika sudah dipenuhi akan muncul
kebutuhan lain yang ingin dipenuhi. Namun ada juga sebagian kecil orang
yang berbeda kebutuhan yang paling dasarnya, misalnya orang yang akan
memiliki keyakinan tertentu akan memilih kelaparan daripada kehilangan
keyakinan. Semakin tinggi hirarkhi kebutuhan seseorang terpuaskan,
maka seseorang akan semakin dapat mencapai derajat individualitas atau
kemandirian, kamatangan jiwa dan berjiwa sehat, dan begitu sebaliknya.
Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar tersebut tidak hanya bersifat
material, namun lebih dari itu adalah bersifat spritual, orang yang
kesehatan mental yang prima akan mudah terpuaskan, begitu juga
sebaliknya.
a. Kebutuhan-kebutuhan Fisiologis (Faali)
Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiololis ini antara lain adalah makan,
minum, oksigen, istirahat, aktif, keseimbangan temperatur, seks, dan
stimulsi sensorik. Kebutuhan-kebutuhan ini tentu akan mendesak untuk
didahulukan pemuasannya dibanding kebutuhan-kebutuhan lain. Sebagai
contoh, orang yang sedang lapar, ia tidak akan terdorong untuk
melakukan aktivitas lain sebelum kebutuhan makannya terpuaskan.
Seseorang akan dapat melakukan apapun, bahkan yang tidak wajar
seperti mencuri dan membunuh untuk memenuhi kebutuhan makannya.
Maslow

berkesimpulan,

bahwa

memahami

kebutuhan

fisiologis

manusia utamanya kebutuhan makanan, merupakan aspek penting dalam


memahami manusia secara keseluruhan. Konsep Maslow ini merupakan
jawaban terhadap pandangan behaviorisme, bahwa satu-satunya motivasi
tingkah laku seseorang adalah kebutuhan fisologis. Bagi Maslow, konsep
ini dapat hanya berlaku jika kebutuhan fisiologis belum dapat terpenuhi.
Jika kebutuhan fisiologis terpenuhi, seseorang individu akan menuntut
kebutuhan lain yang lebih tinggi, begitu seterusnya.
b. Kebutuhan akan rasa aman.

Teori Psikologi Humanistik Abraham Maslow

Kebutuhan akan keamanan tersebut antara lain ialah: keamanan,


kemantapan, ketergantungan, perlindungan, bebas dari rasa takut, cemas
dan kekalutan, kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas,
kekuatan pada diri pelindung dan lain-lain.
Pemahaman mengenai kebutuhan keselamatan secara jelas terlihat
pada perilaku anak-anak. Anak-anak tidak akan menutup-nutupi reaksinya
terhadap kebutuhan tersebut. Apabila anak-anak tiba-tiba diganggu,
dilepas, melihat kilatan sinar, mendegar suara nyaring, rangsangan syaraf
yang tidak biasa dirasakan, mereka akan langsung bereaksi seakan-akan
keselamatn mereka terancam.
Oleh karena itu, kehidupan keluarga yang harmoni dan normal adalah
sebuah

kebutuhan

yang

tidak

dapat

ditawar

bagi

seorang

anak.

Percecokan, perceraian, ungkapan amarah, tekanan fisik, perceraian dan


tekanan fisik dan kematian adalah hal yang sangat menakutkan bagi
anak. Dari pengataman tersebut terhadap perilaku anak atau mungkin
pada orang dewasa yang demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa
secara umum masyarakat kita lebih membutuhkan suasana yang lebih
tertib, teratur dan taat hukum daripada segala sesuatu yang tidak terjadi
secara normal.
Hal lain yang lebih luas dari sekedar mencari keselamatan dan
kemantapan, pada umumnya terlihat pada keinginan akan sesuatu yang
dikenal dari pada yang tidak, yang diketahui dari pada yang tidak
diketahui. Sehingga kecenderungan untuk mempunyai agama atau
falsafah dunia yang meyakini struktur relasional dari alam semesta dan
manusia

adalah

sangat

menyenangkan

dan

berarti,

karena

ilmu

pengetahuan dan falsafah adalah memiliki motif pemenuhan kebutuhan


akan keselamatan.
c. Kebutuahan akan rasa cinta dan memiliki
Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki adalah sebuah dorongan di
mana seorang individu berkeinginan untuk menjalin hubungan relasional
secara efektif atau hubungan emosional dengan individu lain, baik yang

Teori Psikologi Humanistik Abraham Maslow

ada dalam lingkungan keluarga maupun di luarnya. Terutama dorongan


untuk memiliki tempat ditengah-tengah kelompoknya. Dorongan ini akan
menekan sedemikian rupa, sehingga ia akan berupaya semaksimal
mungkin untuk mendapatkan persaan saling mencintai dan memiliki itu.
Seseorang individu akan ditimpa keterasingan dan kesepian yang luar
biasa ketika ia jauh dari keluarga, teman-teman, kelompok atau pasangan
hidupnya.
Bagi Maslow, perasaan cinta dan memiliki tidak hanya dan memiliki
tidak hanya didorong oleh kebutuhan seksualitas. Namun lebih banyak
didorong oleh kebutuhan akan kasih sayang. Ia sepakat dengan definisi
cinta yang dikemukakan Karl Roger. Bahwa cinta adalah, keadaan
dimengerti secara mendalam dan menerima dengan sepenuh hati.
Freudian bagi Maslow telah terjebak pada kesalahan yang cukup serius
ketika

memahami

perasaan

cinta.

Diantara

banyak

teori

yang

dikemukakan oleh Freud, yang banyak diterima dan sangat besar


pengaruhnya adalah teorinya bahwa kelembutan hati adalah wujud dari
dorongan seksualitas yang dihambat. Maslow beranggapan, bahwa
keadaan demikian ini adalah disebabkan karena para psikolog hanya
melihat sedikit dan memahami sedikit sekali tentang cinta.
Kebutuhan akan rasa cinta adalah sangat vital bagi pertumbuhan dan
perkembangan kemampuan seseorang. Jika kebutuhan akan rasa cinta
seseorang tidak terpenuhi atau terhambat maka akan dapat menimbulkan
salah penyesuaian. Haus cinta adalah bagian dari penyakit karena
kekurangan. Sehingga seperti halnya seorang yang kekurangan vitamin
dan gizi, seorang yang kekurangan rasa cinta akan menampakkan gejala
yang sama.
Perasaan saling percaya dengan hubungan sehat penuh kasih adalah
bagian dari perasaan cinta yang sesungguhnya. Tanpa adanya perasaan
saling percaya, hubungan cinta seseorang akan menjadi rapuh dan rusak.
Sering kali cinta menjadi runtuh jika salah satu pihak ada perasaan takut
kesalahan-kesalahannya

terungkap.

Perasaan

ini

akan

menjadikan

Teori Psikologi Humanistik Abraham Maslow

hubungan cinta menjadi dangkal. Kebutuhan cinta adalah meliputi cinta


yang memberi dan cinta yang menerima.
d. Kebutuhan akan harga diri
Kebutuhan ini berasal dari dua hal: pertama, keinginan akan kekuatan,
prestasi, kecukupan, keunggulan, kemampuan, dan kepercayaan diri;
kedua, nama baik, gengsi, prestise, status, ketenaran dan kemulian,
dominasi, pengakuan, perhatian, arti penting, martabat, atau apresiasi.
Ketegori pertama berasal dari diri sendiri, dan yang kedua berasal dari
orang lain.
Seseorang yang memiliki harga diri cukup akan memiliki kepercayaan
diri yang lebih tinggi serta lebih produktif. Sementara orang yang kurang
memiliki harga diri akan diliputi rasa rendah diri dan rasa tidak berdaya,
yang berakibat pada keputusasaan dan perilaku neurotik. Bagi Maslow,
harga diri yang stabil dan dan paling sehat tumbuh dari penghargaan
yang wajar dari orang lain, bukan karena kemasyhuran, serta sanjungan
kosong.
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri
Seorang yang memiliki potensi sebagai penyair akan diliputi perasaan
tidak puas tatkala belum menuliskan atau mengumandangkan bait-bait
syairnya.

Seorang

musisi

belum

akan

merasa

tentram

sebelum

mengalunkan nada-nadanya. Begitu pula seorang rohaniawan belum akan


merasa tenang jika belum menyebarkan dakwahnya, begitu seterusnya.
Pada intinya seorang individu pada akhirnya akan dituntut jujur
terhadap segala potensi dan sifat yang melekat dirinya. Ia termotivasi
untuk menjadi dirinya sendiri, tanpa pengaruh maupun tendensi apapun.
Untuk itu pada bentuknya berbeda antara satu orang dengan orang yang
lainnya.
Diakui oleh Maslow, bahwa untuk mencapai tingkat aktualisasi diri,
seseorang akan dihadapkan pada banyak hambatan, baik internal
maupun eksternal. Hambatan internal, yakni yang berasal dari dirinya

Teori Psikologi Humanistik Abraham Maslow

sendiri, antara lain berupa ketidaktahuaan akan potensi diri, keraguaan,


dan juga persaan takut untuk menungkapkan potensi yang dimiliki,
sehingga potensi tersebut seterusnya terpendam.
Hambatan eksternal dapat berasal dari budaya masyarakat yang
kurang mendukung terhadap upaya aktualisasi terhadap potensi yang
dimiliki seseorang karena perbedaan karakter. Berkaitan dengan ciri-ciri
orang yang mengaktualisasikan diri akan dibahas pada bab teori
aktualisasi diri.
3. Teori aktualisasi diri
Abraham Maslow mendasarkan teorinya tentang aktualisasi diri pada
sebuah asumsi dasar, bahwa manusia pada hakekatnya memiliki nilai
intrinsik berupa kebaikan. Dari sinilah manusia memiliki peluang untuk
dapat

mengembangkan

dirinya.

Perkembangan

yang

baik

sangat

ditentukan oleh aktualisasi diri.


Aktualisasi diri dimotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan yang bernilai
tinggi, yang dikenal dengan istilah Metamotivation atau B-Values (Being
Values). Dijelaskan oleh Maslow bahwa kebutuhan manusia didorong oleh
dua bentuk motif, yakni motif kekurangan (deficiency motivation) dan
motif perkembangan (growth motivation). Motif kekurangan adalah seperti
lapar (kekurangan makan), haus (kekurangan minum), dan sebagainya.
Sementara itu aktualisasi diri didorong oleh motif perkembangan yang
diistilahkan dengan metamotivation atau B-values
Maslow berpandangan bahwa untuk menuju pada aktualisasi diri
dibutuhkan lingkungan yang baik. Dalam diri manusia ada perasaan
keraguan atau ketakutan pada pengembangan potensi pribadi atau
kreatifitas, disamping itu juga dipengaruhi oleh kondisi sosio-kultural yang
ada di sekelilingnya. Sebagai contoh, kaum wanita cenderung menutupi
kelebihan dan potensi yang dimilikinya karena perasaan takut terhadap
penolakan lingkungan sosialnya yang cenderung menempatkan wanita
dalam posisi sub-ordinat.

Teori Psikologi Humanistik Abraham Maslow

4. Karakteristik aktualisasi diri.


Adapun karakteristik yang diungkapkan oleh Maslow tersebut adalah
sebagai berikut
a. Mampu melihat realitas secara lebih efesien
Salah

satu

kapasitas

yang

dimiliki

oleh

orang

yang

telah

mengaktualisasikan diri adalah kemampuannya melihat realitas apa


adanya, cermat dan tepat, dengan tanpa tendensi apapun. Pada
umumnya mereka mampu melihat kehidupan secara apa adanya, bukan
menurut keinginan atau kecenderungan mereka. Tidak emosional namun
obyektif terhadap hasil penelitiannya. Mereka hanya mau mendengarkan
apa yang seharusnya mereka dengar, dan bukan yang diinginkan,
dicemaskan, ditakuti, oleh teori dan keyakinan, serta kelompok mereka.
b. Penerimaan terhadap diri sendiri, orang lain dan kodrat
Ia melihat orang lain seperti melihat dirinya sendiri dengan segala
kelebihan

dan

keterbatasan

yang

dimiliki.

Sikap

semacam

ini

membuatnya memiliki tingkat toleransi yang sangat tinggi terhadap orang


lain. Di samping itu ia juga memiliki tingkat kesabaran yang luar biasa
dalam menerima orang lain serta dirinya sendiri. Ia membuka diri untuk
menerima masukan atau pengajaran dari orang lain, karena dia merasa
tidak mengetahui segalanya dan memiliki kemampuan segalanya.
c. Spontanitas, kesederhanaan, dan kewajaran
Orang yang mengaktualisasikan diri, ditandai dengan segala tindakan,
perilaku, dan gagasannya yang dilakukan secara spontan, wajar, serta
tidak dibuat-buat. Mereka tidak akan menyembunyikan perasaan, dan
pikiran-pikiran mereka. Sehingga apa saja yang dilakukan tampak tidak
dibuat-buat atau pura-pura.
d. Terpusat pada persoalan
Segala perilaku, pemikiran dan gagasannya terfokus pada persoalanpersoalan yang ia anggap penting dan seharusnya ia lakukan. Sehingga

Teori Psikologi Humanistik Abraham Maslow

yang meliputi seluruh perilaku, pikiran dan gagasan-gagasannya tidak lagi


ego tetapi persoalan yang dihadapi. Umumnya persoalan ini tidak terkait
dengan dirinya atau persoalan bagi mereka sendiri, namun berkaitan
dengan misi yang diembannya atau yang menjadi tanggung jawabnya.
e. Memisahkan diri: kebutuhan akan kesendirian
Pada

umumnya

orang

yang

mengaktualisasikan

diri

cenderung

memisahkan diri, menyukai kesendirian dan kesunyian di luar rata-rata


orang.

Hal

persepsinya

ini

terjadi

mengenai

karena
situasi

mereka
tertentu.

cenderung
Ia

tidak

bertahan
bergantung

pada
atau

terpengaruh oleh pikiran orang lain, namun hanya bersikukuh pada


penafsiran yang ia anggap benar.
f. Otonom; kemandirian terhadap kebudayaan dan lingkungan
Ia dapat melakukan apa saja di mana saja tanpa dipengaruhi oleh
keadaan lingkungannya. Mereka bisa belajar dimana saja dan bekerja di
mana saja tanpa dibatasi oleh situasi dan kondisi yang mengelilinginya.
Kemadirian ini juga berarti ketahanannya terhadap segala persoalan yang
menggoncang, tanpa perasaan frustasi apalagi sampai bunuh diri,
meskipun hal ini dapat dilakukan oleh orang pada umumnya.
g. Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan
Ia tidak pernah merasa bosan terhadap apa saja yang dijumpainya,
meskipun sudah berulang-ulang. Ia diselimuti perasaan gembira, kagum,
heran dan segala sikap apresiatif lainnya.
h. Pengalaman puncak
Umumnya orang yang sudah mengalami aktualisasi diri, memiliki atau
mengalami pengalaman puncak atau pengalaman mistik. Pengalaman
puncak merupakan puncak kesadaran seseorang dalam mana ia menyatu
dengan alam. Atau juga dapat dikatakan, bahwa pengalaman puncak
adalah kesadaran akan kesatuan alam mikrokosmos, makrokosmos, dan

Teori Psikologi Humanistik Abraham Maslow

10

metakosmos. Pengalaman ini dapat diperoleh dari wujud kreatifitas,


pemahaman, penemuan, atau perasaan menyatu dengan alam.
Dikatakan oleh Maslow, bahwa pengalaman puncak tidak harus berupa
pengalaman keagamaan atau pengalaman spritual, meskipun hal tersebut
juga mungkin. Karena pengalaman ini bisa berangkat dari buku, musik,
atau kegiatan-kegiatan yang bersifat intelektual. Di kala seorang tidak lagi
merasa ada batas antara dirinya dengan alam sekitarnya.
i. Kesadaran sosial
Kesadaran

sosial

ini

oleh

Alfred

Adler

diistilahkan

dengan

gemeinschaftsgefuhl (rasa bermasyarakat). Istilah yang paling dapat


mewakili perasaan orang yang mengaktualisasikan diri. Sebagai manusia,
ia merasakan identifikasi diri, simpati, dan kasih sayang yang mendalam
meskipun kadang-kadang merasa terganggu dengan kebiasaan, adat
istiadat atau pemahaman masyarakat yang bertentangan dengan prinsip
yang diyakininya.

j. Hubungan interpersonal
Kecenderungan untuk melakukan hubungan yang erat dengan orang
lain, adalah ciri lain dari orang yang menaktualisasikan diri. Ia hanya
dapat melakukan hubungan akrab dengan orang-orang yang memiliki
karakter yang sama atau yang mirip dengannya. Meskipun kesadaran
kesetiakawanan jauh melampaui orang-orang pada umumnya.
k. Struktur watak demokratis
Sifatnya yang demokratis ditunjukkannya dengan penerimaannya
terhadap semua golongan, partai, ras, agama dan juga status sosial.
Bahkan ia cenderung merendahkan diri dan berusaha mengambil
pelajaran dari orang lain, juga berupaya memberikan pelajaran pada
orang lain.
l. Membedakan antara cara dan tujuan

Teori Psikologi Humanistik Abraham Maslow

11

Seorang individu yang mengaktualisasikan diri dapat membedakan


secara tegas antara kebaikan dan keburukan, antara kebenaran dan
kesalahan dengan tanpa keraguan atau kebimbangan.
m. Rasa humor yang filosofis dan tidak menimbulkan permusuhan
Rasa

humor

orang

yang

mengaktualisasikan

diri

tidak

seperti

kebanyakan orang, bahkan ia sering tidak menganggap lucu, sesuatu


yang orang lain menganggapnya lucu. Mereka tidak akan tertawa
mendengarkan

humor

yang

menimbulkan

permusuhan,

dapat

menyakitkan

merendahkan,

atau

orang

lain

dan

mentertawakan

kekurangan orang lain. Humor mereka lebih bersifat filosofis dan


berbicara tentang realitas apa adanya.
Tidak mengherankan jika humor semacam ini lebih bersifat spontan dari
pada direncanakan. Segala aktifitas, kesibukan, keseriusan, kebanggaan,
ketergesaan, usaha, perencanaan, dan sebagainya dapat menjadi humor
yang mengasikkan. Di sampin itu ekspresi dari humor itu sendiri tidak
harus berwujud kata-kata yang diungkapkan, namun, bisa berwujud seni,
musik, lukisan, dan lain-lain. Yang semuanya menggambarkan hiruk
pikuknya aktifitas manusiawi.
n. Kreatifitas
Kreatifitas merupakan ciri umum dari orang yang mengaktualisasikan
diri. Setiap orang yang mengaktualisasikan diri menunjukkan sikap kreatif
yang polos, tanpa tendensi apapun atau pengaruh dari apapun.
o. Daya tahan terhadap pengaruh kebudayaan
Karakter dasar yang dimiliki oleh orang yang mengaktualisasikan diri
adalah independensinya yang luar biasa. Ia mampu bertahan pada
pendirian dan keputusan-keputusannya dengan tanpa peduli terhadap
lingkungannya. Ia adalah pengambil keputusan yang tegas dan tidak
mudah goyah oleh berbagai kepentingan yang mempengaruhi. Ia juga
tidak terpengaruh secara ekstrim oleh kebudayaan masyarakat di
sekitarnya.

Teori Psikologi Humanistik Abraham Maslow

12

5. Konsepsi pengalaman puncak


Malsow

banyak

mengemukakan

menggunakan

teorinya,

yang

istilah-istilah

mungkin

memiliki

khas

dalam

pengertian yang

berbeda, ketika ditulis atau diungkapkan oleh para ahli dalam dislipin
yang lain. Demikian juga hanya ketika menguraikan teorinya tentang
karakter atau identitas seseorang ketika ada dalam pengalaman puncak.
Ia mengemukakan berbagai karakter dengan istilah yang berbeda, dimana
antara satu dengan yang lainnya saling terkait dan mungkin memiliki
pengertian yang sama.
Seseorang individu dalam pengalaman puncaknya merasakan dirinya
lebih menyatu baik dengan dirinya sendiri, lingkungannya maupun juga
dengan alam. Dengan karakter keluguan yang ada pada dirinya, ia lebih
menjadi dapat melebur dengan dunia, dengan segala seseuatu yang
formal bukan merupakan pribadi. Sebagai contoh seorang yang mencinta
lebih merasa sebagai satu kesatuan dari pada sebagai dua pribadi.
Seorang yang ada puncak pengalaman biasanya merasakan dirinya
ada di puncak kekuatannya, dengan menggunakan seluruh kapasitas yang
dimilikinya secara penuh. Seorang individu dalam pengalaman puncaknya
merasakan lebih menjadi dirinya sendiri, bertanggung jawab, aktif dan
kreatif dalam aktivitas dan pengamatannya. Dia terbebas dari sekatsekat, baik suku, bangsa, agama dan lain-lain.
Sebagai konsekuensinya ia akan merasakan bersyukur pada Tuhan
(bagi orang yang beragama), pada orang tua, pada alam, pada manusia
lain, pada dunia, pada segala sesuatu yang menyebabkan keberuntungan
tersebut.

Vous aimerez peut-être aussi