Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
RISKY WULAN RAMADANI TASLIM
15014104049
tryptopan terhambat pembentukannya, maka terjadi keadaan tidak bisa tidur/jaga. Menurut
beberapa peneliti lokasi yang terbanyak sistem serotogenik ini terletak pada nukleus raphe
dorsalis di batang otak, yang mana terdapat hubungan aktifitas serotonis di nukleus raphe
dorsalis dengan tidur REM (Joewana, 2006).
Sistem Adrenergik, neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak di
badan sel nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat
mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur. Obat-obatan yang mempengaruhi
peningkatan aktifitas neuron noradrenergic akan menyebabkan penurunan yang jelas pada
tidur REM dan peningkatan keadaan jaga (Joewana, 2006).
Sistem Kholinergik membuktikan dengan pemberian prostigimin intra vena dapat
mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi jalur kholihergik ini, mengakibatkan aktifitas
gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga. Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang
berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi
pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang menghambat
pengeluaran kholinergik dari lokus sereleus maka tamapk gangguan pada fase awal dan
penurunan REM (Joewana, 2006).
Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti ACTH
(Adrenocorticotropic hormone), GH (Growth Hormone), TSH (Thyroid Stimulating
Hormone), dan LH (Luteinizing Hormone). Hormon hormon ini masing-masing disekresi
secara teratur oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus patway. Sistem ini secara
teratur mempengaruhi pengeluaran neurotransmitter norepinefrin, dopamin, serotonin yang
bertugas menagtur mekanisme tidur dan bangun (Joewana, 2006).
1. Komplikasi Insomnia
Insomnia dapat memberi efek pada kehidupan seseorang, antara lain (Turana,
2007):
a. Efek Psikologis
Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi, kehilangan motivasi,
depresi dan lain-lain.
b. Efek Fisik/Somatic
B. Penyimpangan KDM
Perkusor
asam amino
Lesi nukleus
subcereleus
Gangguan
aktivitas
kolinergik sentral
Lesi pada
nukleus
raphe
L-tryptophan
menurun
Norepinefrin
meningkat
ACH
menurun
Insomnia
sementara
Sintesis
serotonin
menurun
Tidur REM
menurun
Terjaga
Hipofungsi
serotonin
Basal ganglia
Nukleus
amigdala
Gangguan
tidur
Insomnia
Keletihan
Deprivasi Tidur
Masalah sirkulasi
Tujuan
Intervensi
Rasional
Siklus tidur-terjaga pasien akan
teratur apabila intervensi
peningkatan tidur terfasilitasi.
minimalkan gangguan.
2. Cari teman sekamar yang cocok
bagi pasien, jika
memungkinkan.
3. Anjurkan pasien untuk mandi
dengan air hangat di sore hari.
2. Keletihan
berhubungan dengan
gangguan tidur.
(Sumber : NANDA
International, 2015)
C. Peningkatan Koping
1. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi fakor-faktor
yang mungkin menyebabkan
kurang tidur, seperti ketakutan,
masalah yang tidak
terselesaikan, dan konflik.
Setelah dilakukan tindakan A. Manajemen Energi
keperawatan selama 3x24
jam diharapkan pasien
1. Pantau bukti adanya keletihan
akan menunjukkan
fisik dan emosi yang berlebihan
penghematan energi.
pada pasien.
Dengan kriteria hasil:
2. Pantau dan catat pola tidur
1. Keseimbangan antara
pasien dan jumlah jam tidurnya
aktivitas dan istirahat.
2. Mempertahankan
3. Pantau lokasi dan sifat
kemampuan untuk
ketidaknyamanan atau nyeri
berkonsentrasi.
3. Melaporkan bahwa
selama bergerak dan
energi terpulihkan
beraktivitas.
setelah istirahat.
B. Manajemen Lingkungan
1. Batasi stimulus lingkungan
(misalnya, cahaya dan
kebisingan) untuk memfasilitasi
relaksasi.
2. Batasi jumlah dan gangguan
pengunjung jika perlu.
3. Deprivasi tidur
berhubungan dengan
ketidaknyamanan
fisik atau psikologis
yang lama;
lingkungan tidur yang
tidak nyaman atau
familier secara terus
menerus; irama
sirkadian tidak selaras
secara terus-menerus.
(Sumber : NANDA
International, 2015)
B. Manajemen Medikasi
1. Diskusikan dengan dokter
tentang pentingnya merevisi
program obat jika obat tersebut
menimbulkan gangguan tidur.
4. Risiko intoleransi
aktivitas berhubungan
dengan fisik kurang
bugar; masalah
sirkulasi.
(Sumber : NANDA
International, 2015)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencakupi kebutuhan tidur baik secara
kualitas maupun kuantitas. Insomnia terdiri dari insomnia inisial, insomnia intermiten, dan
insomnia terminal. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan sesorang mengalami Insomnia
di antaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa, dan kondisi yang tidak
menunjang untuk tidur. Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada insomnia diantaranya,
insomnia, keletihan, deprivasi tidur dan risiko intoleransi aktivitas. Intervensi keperawatan
untuk diagnosa prioritas yaitu insomnia diantaranya, pantau pola tidur pasien dan catat
hubungan faktor-faktor fisik (misalnya, apnea saat tidur, sumbatan jalan napas,
nyeri/ketidaknyamanan) atau faktor-faktor psikologis (misalnya, ketakutan atau ansietas) yang
dapat mengganggu pola tidur pasien; fasilitasi untuk mempertahankan rutinitas waktu tidur
pasien, persiapan/ritual sebelum tidur, dan benda-benda yang familier (misalnya, buku
bacaan) jika diperlukan ; berikan atau lakukan tindakan kenyamanan, seperti masase,
pengaturan posisi, dan sentuhan afektif; hindari suara keras dan penggunaan lampu saat tidur
malam, ciptakan lingkungan yang tenang, damai, dan minimalkan gangguan; bantu pasien
untuk mengidentifikasi fakor-faktor yang mungkin menyebabkan kurang tidur, seperti
ketakutan, masalah yang tidak terselesaikan, dan konflik.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta : Salemba Medika
Copel, Linda (2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri. Jakarta : EGC
Kaplan, H.I, Sadock BJ. (2010). Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri. Ed:Wiguna, I Made.
Tangerang: Bina Rupa Aksara Publisher
Joewana, S. (2006). Psikopatologi Insomnia. Cermin dunia kedokteran Vol.9 No.53. Jakarta:
Temprint
NANDA International. (2015). Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications 2015-2017.
Jakarta : EGC
Wilkinson, Judith M & Ahern, Nancy R. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9
Nanda Nic Noc. EGC.Jakarta.