Vous êtes sur la page 1sur 8

ANALISA FRICTION LOSSES PADA ALIRAN FLUIDA (INCOMPRESSIBLE)

PADA SISTEM PERPIPAAN SKALA LABORATORIUM


1

Herlan Febrianda , Lira Mustikawati

Abstrak

Fluida adalah suatu zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk secara permanen, dan mempunyai
kemampuan untuk mengalir. Dalam bidang industri, aliran fluida banyak digunakan yaitu pada proses
peraliran pipa pada industri. Pada percobaan ini adalah untuk menghitung friction loss pada variasi
panjang, diameter, valve dan campuran. Hasil percobaan yang didapatkan adalah nilai Fraction loss
dimasing masing variasi dan penyebab terjadinya fraction loss pada masing masing variasi
Kata Kunci : Fluida, Head Loss, Friction Loss
Kata kunci : Friction Loss, Sistem perpipaan, Fluida.

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fluida adalah zaat yang tidak dapat
menahan perubahan bentuk secara permanen.
Perilaku zat cair yang mengalir sangat
bergantung pada kenyataan apakah fluida itu
berada dibawah pengaruh bidang batas padat
atau tidak. Aliran dalam pipa telah banyak
dijumpai dalam proses-proses industri. Pada
aliran air dan udara yang mengalir dalam pipa,
kecepatan dan kapasitasnya dapat mengalami
perubahan ataupun berubah-ubah.
Dalam
berbagai
industri,
sebagian
besar fluida mengalir pada pipa-pipa saluran
tertutup. Pengukuran laju alir fluida adalah
salah satu hal yang penting dalam process flow
control. Terdapat berbagai masalah yang biasa
muncul pada proses ini, seperti terjadinya
gesekan pada dinding pipa, turbulensi yang
dipengaruhi oleh viskositas fluida itu sendiri
dan bentuk pipa dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, dilakukan percobaan
aliran fluida pada sistem perpipaan ini yaitu
untuk mengetahui pengaruh dalam menentukan
pengukuran laju alir suatu fluida pada skala
laboratorium.

Program Studi Teknik Kimia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

1.2 Tujuan Percobaan

Berdasarkan
latar
belakang
tersebut, maka tujuan dari percobaan ini adalah
untuk melakukan pengukuran fluida
dengan
memperhatikan kelengkapan ( f i t t i n g ) pada
sistem perpipaan seperti elbow, tee, gate valve
dan perubahan luas, serta nilai head loss yang
terjadi pada sitem perpipaan.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan
masalah
pada
percobaan ini adalah pengukuran laju aliran
fluida dengan beberapa kemungkinan hambatan
yang terjadi, seperti terjadinya gesekan aliran
dengan
dnding
pipa,
serta
pengaruh
kelengkapan sistem perpipaan terhadap gaya
yang dihasilkan, yakni head loss yang
terbentuk.
1.4 Ruang Lingkup
Percobaan
menggunakan
sistem
peripaan terutup dengan jenis fluida yang
digunakan adalah air

Analisa pressure drop pada instalasi pipa alat uji rugi-rugi

2. TINJAUAN PUSTAKA

Fluida merupakan suatu zat yang dapat


mengalir. Fluida dapat mengalir karena ikatan
molekul dalam fluida jauh lebih kecil dari ikatan
molekul dalam zat padat, akibatnya fluida
mempunyai hambatan yang relative kecil pada
perubahan bentuk karena adanya gesekan.
Sedangkan zat padat cenderung mempertahankan
suatu bentuk dan ukuran yang tetap, sekalipun suatu
gaya yang besar diberikan pada zat tersebut.

Dimana,

2. Viskositas Kinematik

v=

Dimana,

Berdasarkan jenisnya, fluida dibagi menjadi 2 yaitu:


b. Fluida kompresibel
Fluida kompresibel adalah suatu zat yang
akan berubah bentuk secara kontinu apabila
menerima beban geser, atau tidak mampu menahan
beban geser sekecil apapun. Sifatnya yaitu selalu
menempati ruang, volumenya dapat berubah sesuai
dengan tekanan dan temperaturnya. Fluida
kompresibel yaitu berupa zat gas
c. Fluida inkompresibel
Fluida inkompresibel adalah suatu zat yang
akan berubah bentuk secara kontinu atau tidak
mampu menahan beban geser sekecil apapun.
Sifatnya yaitu memiliki volume tertentu dan dapat
berubah bentuk mengikuti bentuk ruangan yang
ditempatkan. Kerapatan fluida inkompresibel
relative tinggi sehingga kemungkinan untuk di
kompres cenderung kecil bahkan tidak bias. Fluida
inkompresibel yaitu berupa zat cair.
Sifat Dasar Fluida
Berikut ini adalah sifat-sifat dasar fluida :
a) Kerapatan (Densitas)
Densitas
dinyatakan
didefinisikan sebagai
satuan volume.

dengan
massa

,
per

m
v

dimana,

b) Kekentalan (Viskositas)
Viskositas merupakan sifat fluida yang
menentukan besarnya ketahanan fluida terhadap
tegangan geser. Viskositas dibagi menjadi 2,
yaitu :
1. Viskositas Dinamik

v = Viskositas kinematic (m2/s)


= Viskositas dinamik (kg/m.s)
= Densitas (kg/m3)

Jenis-jenis Aliran Fluida


Pipa adalah saluran tertutup yang
biasanya
berpenampang
lingkaran
yang
digunakan untuk mengalirkan fluida.Apabila zat
cair di dalam pipa tidak penuh, maka aliran
termasuk dalam aliran saluran terbuka.Menurut
Hukum Reynolds Aliran terdiri dari:
1.
Aliran lancar (steady)yang disebut dengan
aliran laminar.
2.
Aliran bergejolak (berfluktuasi) yang
disebut dengan aliran Tubulen.
Antara aliran laminar dengan turbulen disebut
aliran transisi. Yang mempengaruhi aliran dalam
pipa antara lain : kekasaran dinding pipa, bilangan
Reynolds (Re), fluktuasi kecepatan masuk
(Head kecepatan).
Bilangan Reynolds
Reynolds menyimpulkan bahwa jenis
aliran tergantung pada; kecepatan aliran fluida
rata-rata, diameter pipa, viskositas fluida dan
densitas fluida.
Eksperimen
Reynolds
digabungkan menjadi suatu bentuk tak berdimensi
yang dinamakan sebagai Bilangan Reynolds (Re).

NRe=
= densitas (kg/m3)
m = massa (kg)
v = volume (m3)

du
dy
= Tegangan geser (N/m2)
= Viskositas dinamik (pa.s)
du
= Gradien kecepatan (s-1)
dy

vD

dimana,

NRe
D
v

= Bilangan Reynolds
= Diameter pipa (m)
= Kecepatan fluida (m/s)
= densitas (kg/m3)
= Viskositas (kg/m.s)

Rugi-rugi Tekan dalam Aliran (Head loss)

Head loss merupakan suatu kerugian yang


dialami aliran fluida selama mengalir. Dimana
kerugian itu tergantung pada geometri pernampang
saluran dan parameter-parameter fluida serta aliran
itu sendiri.
a). Kerugian Mayor
Kerugian dalam pipa atau mayor losses
merupakan kerugian yang disebabkan oleh gesekan
aliran dengan pipa sepanjang lintasan. Pada
umumnya digunakan persamaan :

hL mayor=4

LV2
2g

dimana, hL = Rugi gesek dalam pipa (m)


= Faktor gesekan (moody
chart)
L = Jarak/ panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
b). Kerugian Minor
Kerugian yang terjadi apabilan ukuran
saluran, bentuk penampang atau aliran berubah.
Secara umum kerugian ini dapat dihitung dengan
persamaan :

hL minor=k

V2
2g

dimana, hL = Rugi gesek dalam pipa (m)


k = Koefisien kerugian
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
Cara menentukan harga kf dapat dilihat dari
berbagai bentuk transmisi pipa dan berbagai jenis
komponen system pipa.
1). Karena terjadi kontraksi (penyempitan pada
pipa)

Hc=0,55 1

A2
A1

V2
2g

)( )

2). Karena terjadi ekspansi (pelebaran pada pipa)


2

( ( ) )( )

Hc= 1

A1
A2

V
2g

3). Beberapa komponen pipa seperti katup, siku &


tee

3. METODELOGI PERCOBAAN
Prosedur percobaan
Air

Tangki

Valve Set

Menghidupkan
Pompa
Mengkalibrasi
aliran

Menghitung
flow rate
Mengukur
Fluida
Gambar 1 Diagram alir percobaan aliran fluida

Percobaan
aliran
fluida
ini
menggunakan system perpipaan tertutup dan
menggunakan pompa centrifugal untuk
mengalirkan fluida sepanjang pipa. Adapun
fluida yang digunakan pada percobaan ini yaitu
air.
Percobaan ini dimulai dengan mengisi
air ke dalam tangki. Selanjutnya melakukan
valve set pada system perpipaan. Kemudian
menghidupkan pompa dan mengalirkan air ke
seluruh system perpipaan. Setelah itu
melakukan kalibrasi laju alir dari fluida tersebut
dan menentukan laju alir mulai dari bukaan 1
hingga bukaan 7. Terakhir yaitu melakukan
pengukuran
fluida
dengan
mengamati
perbedaan tekanan yang terbaca pada
manometer.
Pada
percobaan
ini
akan
membandingkan besarnya friction loss secara
actual dengan friction loss secara teoritis
(perhitungan).

Rangkaian alat pada percobaan aliran fluida :

Gambar
2 Rangkain system perpipaan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada percobaan ini difokuskan pada


pengaruh laju alir fluida dan panjang pipa yang
digunakan. Adapun variasi yang digunakan
yaitu laju alir fluida pada 1.86 m/s, 2.01 m/s,
2.02 m/s, 2.031 m/s, 2.03 m/s, 2.034 m/s dan
2.032 m/s dan panjang pipa pada 0.6 m, 0.8 m,
dan 1.4 m. Commercial Steel adalah jenis pipa
yang digunakan pada percobaan dengan nilai
yaitu 4.6 x 10-5 dan diameter 0.5 inchi.
Berdasarkan perhitungan nilai densitas dan
viskositas fluida (28 oC) yang digunakan adalah
996.24 kg/m3 dan 0.0084 kg/ms.
Pada setiap pengulangan tersebut, laju
alir volumetrik fluida yang diperoleh berbeda
sehingga dapat diketahui bahwa aliran air
tersebut adalah aliran turbulen. Fluida yang
mengalir pada pipa akan melewati manometer
yang kemudian akan terbaca perbedaan tekanan
(P) pada bidang aliran inlet dan outlet ditandai
dengan adanya perbedaan ketinggian pada raksa
yang selanjutnya digunakan untuk mengukur
head loss pada percobaan dengan menggunakan
persamaan
P
F=

Head loss yang terjadi pada fluida ini


diakibatkan karena terjadinya gesekan antara
fluida dengan pipa (friction loss), sehingga
faktor seperti kekasaran permukaan dalam pipa,
panjang pipa, diameter pipa, kecepatan fluida,
serta jenis aliran yang terbentuk. Selain itu
beberapa kelengkapan pada sistem perpipaan
(fitting) seperti valve, elbow, tee, dan lain
sebagainya serta terjadinya pelebaran (ekspansi)
dan penyempitan (kontraksi) pada pipa juga
dapat memengaruhi friction loss.
Besarnya nilai friction loss yang
dihasilkan secara teoritis dan percobaan
menghasilkan perbedaan yang cukup signifikan.
Hal ini dapat dipengaruhi oleh kecermatan saat
melihat perbedaan tekanan pada manometer.
Selain itu ketepatan dalam menampung aliran
fluida dengan volume yang tepat serta mengatur
waktu dengan cermat juga menentukan besar
kecilnya faktor kesalahan.
Kalibrasi laju alir dilakukan sebelum
memulai percobaan mengalirkan fluida ke
seluruh system perpipaan. Tujuan dilakukannya

kalibrasi adalah untuk mendapatkan hasil


standarisasi dari bukaan valve yang digunakan
yaitu bukaan valve 1-7. Laju alir dapat
ditentukan dengan menghitung waktu yang
diperlukan untuk aliran fluida mencapai volume
0,005 m3 pada setiap bukaan valve dengan
menggunakan persamaan
Q=

V
t
8
6

Bukaan 4
2
0

Q (m3/s)
Kalibrasi

Gambar 3 Grafik Hubungan Laju Alir Fluida


terhadap Bukaan Valve
Pada gambar grafik di atas menggambarkan
hubungan antara laju alir volumetric (debit)
fluida dengan bukaan valve 1-7. Dimana
semakin besar bukaan valve yang digunakan
maka akan semakin besar pula laju alir yang
dihasilkan. Hal ini dikarenakan diameter pada
bukaan valve semakin besar dari bukaan 1-7.
Pada hasil percobaan terdapat ketidaksesuaian
pada bukaan valve ke-7 yang justru
menghasilkan nilai laju alir yang kecil.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pada bukaan
valve ke-7 sudah tidak dalam kondisi yang
optimum untuk system perpipaan yang
digunakan.
Kerugian Mayor (Mayor loss) pada pipa
lurus
Variasi pertama yang digunakan adalah
panjang pipa dengan ukuran 0.6 m, 0.8 m dan
1.4 m pada masing-masing bukaan valve 1-7.

2.5
2
1.5
Friction Loss
1
0.5
0

Bukaan Valve
F Aktual

F Teori

(a)
2
1.5
Friction Loss

1
0.5
0

0.6

0.8

2.5
2
1.5
Friction Loss
1
0.5
0

1.4

Panjang (m)
F aktual
2.5
2
1.5
Friction Loss
1
0.5
0

F teori

0.6

0.8

1.4

Panjang (m)
F aktual

Bukaan Valve
F Aktual

F Teori

(b)
2.5
2
1.5
Friction Loss
1
0.5
0

secara actual (percobaan) ataupun teori. Laju


alir yang dihasilkan setiap bukaan valve akan
memengaruhi friction loss yang dihasilkan.
Berdasarkan teori yang ada, semakin
besar laju alir fluida maka akan menghasilkan
nilai friction loss yang besar pula. Hal ini
dikarenakan intensitas gaya gesek antara fluida
dan dinding pipa akan semakin banyak terjadi.
Tetapi,
dapat
dilihat
bahwa
terjadi
ketidaksesuaian pada percobaan, dari beberapa
nilai friction loss mengalami fluktuasi (naik dan
turun) pada setiap laju alir yang digunakan.
Ketidakcermatan dalam pembacaan beda tekan
pada manometer merupakan salah satu factor
utama yang terjadi, sehingga tidak sesuai
dengan teori yang ada.

F Teori

(a)
(b)
2.5
2
1.5
Friction Loss
1
0.5
0

0.6

0.8

Panjang (m)
F Aktual

(c)
1

Bukaan Valve
F Aktual

F Teori

(c)
Gambar 4 Diagram hubungan antara bukaan
valve dengan friction loss actual dan teori pada
panjang pipa (a) 0.6 m (b) 0.8 m (c) 1.4 m
Gambar di atas menjelaskan hubungan
antara bukaan valve 1-7 dimana masing-masing
bukaan menghasilkan laju alir yang berbeda
terhadap friction loss yang dihasilkan baik

(d)
(e)

F Teori

1.4

fluida akan mengalir lebih lama dalam sebuah


pipa, sehingga intensitas gesekan antara fluida
dengan permukaan pipa semakin banyak dan
menghasilkan friction loss yang besar.

2
1.5
Friction Loss

1
0.5
0

0.6

0.8

1.4

Panjang (m)
F Aktual

F Teori

2
1.5
Friction Loss

1
0.5
0

0.6

0.8

1.4

Panjang (m)
F Aktual

2.5
2
1.5
Friction Loss
1
0.5
0

F Teori

0.6

0.8

1.4

Panjang (m)
F Aktual
2.5
2
1.5
Friction Loss
1
0.5
0

0.8

Tabel. Nilai Kf pada Fitting untuk Aliran


Turbulen
Fitting
Kf
Tee
1
Elbow 90o
0.75
Gate Valve (wide open)
0.17
Ekspansi
0.336

Kelengkapan

1.4

Panjang (m)
F Aktual

Kelengkapan pada system perpipaan


(fitting) seperti tee, elbow, gate valve serta
terjadinya ekspansi dan kontraksi pada aliran
fluida juga memengaruhi nilai friction loss.
Dikarenakan pada setiap kelengkapan (fitting)
memiliki ketetapan Kf, frictional loss number
yang berbeda. Selain nilai Kf, jumlah fitting
yang digunakan pun berpengaruh karena akan
mengakibatkan
fluida
semakin
banyak
mengalami gesekan pada permukaan pipa.
Adapun nilai Kf pada fitting yang digunakan
adalah sebagai berikut.

25
20
15
10
Friction Loss 5
0

F Teori

0.6

Kerugian Minor (Minor loss) pada fitting


dan ekspansi

F Teori

(f)
(g)
Gambar 5 Diagram hubungan antara panjang
pipa dengan friction loss actual dan teori pada
bukaan valve (a) 1 (b) 2 (c) 3 (d) 4 (e) 5 (f) 6
(g) 7
Selain factor laju alir fluida yang ditandai
melalui bukaan valve, panjang pipa pun dapat
memengaruhi nilai friction loss yang dihasilkan.
Begitupun pada factor panjang pipa, apabila
ukuran pipa yang digunakan semakin panjang
maka akan menghasilkan nilai friction loss
yang semakin besar pula. Hal ini dikarenakan

F Teori

F Aktual

Gambar 6 Diagram hubungan antara


kelengkapan pipa ( fitting) dengan friction loss
actual dan teori
Berdasarkan gambar diagram di atas dapat
disimpulkan bahwa tee menghasilkan nilai
friction loss yang paling tinggi dibandingkan
fitting yang lain dengan nilai 0.19 J/kg.
Dalam skala laboratorium, adanya
friction loss hanya berpengaruh kecil dalam
berlangsungnya proses aliran fluida pada suatu
system perpipaan. Tetapi, untuk skala industry,
friction loss menjadi salah satu hal yang harus
diperhitungkan agar suatu proses dapat berjalan
dengan optimum dan ekonomis.

Adapun factor-faktor yang menyebabkan


kesalahan pada saat praktikum sehingga terjadi
ketidaksesuaian dengan teori yang ada adalah
sebagai berikut.
a. Pengamatan, yaitu adalah kurang teliti
dalam membaca beda tinggi raksa pada
manometer
b. Peralatan, di antaranya adalah alat-alat
yang sudah tua dan mempunyai
ketelitian
yang
sangat
kurang
(manometer).
c. Pengerjaan, misalnya pencatatan waktu
kurang teliti saat kalibrasi laju alir
fluida.
d. Lain-lain, seperti tegangan (voltase)
listrik yang tidak konstan, sehingga
mengakibatkan laju aliran fluida tidak
konstan pula.

Adapun saran yang dapat diberikan pada


praktikum aliran fluida ini adalah sebagai
berikut.
a. Variasi bukaan valve dapat lebih dari 3
agar memperbandingkannya semakin
banyak
b. Penggunaan fluida dapat divariasikan,
misal menggunakan air laut atau
minyak

5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di
atas, maka terdapat beberapa kesimpulan
diantaranya sebagai berikut.
a. Pada sistem perpipaan, panjang dan
diameter berpengaruh terhadap Friction
loss yang ada
b. Semakin panjang pipa dan semakin
besar diameter, akan mengakibatkan
semakin besarnya Friction loss yang
terjadi. Karena gesekan antara fluida
dan pipa juga besar. Sedangkan pada
diameter,
volume
fluida
juga
berpengaruh terutama pada fluida cair.
c. Pada kelengkapan pipa, juga terjadi
Friction loss pada globe, gate, tee dan
elbow serta ekspansi. Hal ini
menunjukkan pada kelengkapan pipa
juga terjadi Friction loss karena
gesekan fluida dengan dinding pada
kelengkapan pipa.
d. Bukaan valve juga berpengaruh
terhadap besarnya Friction loss karena
semakin besar atau kecil bukaan valve,
maka Friction loss yang terjadi semakin
besar
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.

3.

4.

5.

6.

Foust,A.S. 1980. Principles of unit operation


2nd edition. New York : John Willey and Sons.
Mc Cabe,W. Smith, J.C, and Harriot P. 1993.
Unit Operation of Chemical Engineering.
USA : Mc Graw Hill Book, co.
Yosi Ramadhan, Ramelan dan Wirawan
Sumbodo. 2014. Pengembangan Media
Pembelajaran Pengukuran Rugi Aliran
Fluida Cair dalam Pipa Venturi untuk
menunjang Perkuliahan Mekanika Fluida.,
Journal
of
Mechanical
Engineering
Learning ISSN, 2252-6512 x.
Geankoplis Christiej,1997. trasfort proses
and unit operations Third Edition. New
Delhi :Prentice-Halll of India.
Sepfitrah, Yose Rizal. 2013. Analisa Pressure
Drop pada Instalasi Pipa Alat uji Rugi-rugi
Aliran Menggunakan CFD Plant G.O. Jurnal
Aptek Vol.5 No.1 Januari 2013.
Kustiningsih, Indar. 2008. Modul 1.02 Aliran
Fluida. Cilegon : Lab Operasi Teknik Kimia
FT Untirta.

Vous aimerez peut-être aussi