Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
OLEH:
FIONNA MASITAH
1008260019
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas grand remedial yang telah direncanakan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi
Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu
eksis membantu perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.
Penyusunan tugas makalah adalah merupakan salah satu syarat untuk
proses Grand Remedial di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.
Dalam penulisan tugas ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan
bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada :
1. Kepada pada Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara Medan, yang telah membantu dalam grand remedial ini
dimana tugas makalah ini sebagai membantu dalam penilaian grand remedial.
2. Kepada teman-teman yang telah membantu dan memberikan masukan dalam
proses tugas ini
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan
semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi
penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT meridhoi dan
dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, amin.
Medan, 02 September 2013
Penulis,
iii
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................1
1.1.Latar Belakang .....................................................................................1
1.2.Tujuan ..................................................................................................2
BAB 2 TELAAH PUSTAKA .........................................................................3
2.1. Definisi Pneumothorax ........................................................................3
2.2. Anatomi dan Fisiologi Pleura ...............................................................4
2.2.1. Anatomi Pleura ............................................................................4
2.2.2 Fisiologi Pleura .............................................................................5
2.3. Patofisiologi Pneumothorax .................................................................6
2.4. Klasifikasi Pneumothorax ....................................................................7
2.4.1. Pneumothorax Spontan ................................................................7
2.4.1.1 Pneumothorax Spontan Primer ..................................................7
2.4.1.2.Pneumothorax Spontan Sekunder ..............................................7
2.4.2. Pneumothorax Traumatik ............................................................8
2.4.2.1. Pneumothorax Traumatik bukan Iatrogenik .............................8
2.4.2.2. Pneumothorax Traumatik Iatrogenik .......................................8
2.4.3. Pneumothorax Tension .................................................................8
2.4.4. Pneumothorax Tertutup ................................................................9
2.4.5. Pneumothorax Terbuka ................................................................9
2.5. Manifestasi Klinis .................................................................................9
2.5.1. Keluhan Subyektif .........................................................................9
2.5.2. Pemeriksaan Fisik ...................................................................... 10
2.5.3. Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 10
2.6. Diagnosa Banding .............................................................................. 12
2.7. Penatalaksaanaan ............................................................................... 12
2.7.1. Observasi dan Pemberian Tambahan Oksigen ............................. 12
iiii
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pneumothorax ................................................................................ 3
Gambar 2. Anatomi Paru-paru dan Pleura ....................................................... 4
Gambar 3. Pneumtororax Tension pada pemeriksaan foto thorkas ................. 11
Gambar 4. Penanganan dengan Melakukan Water Sealed Drainage ............... 13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kejadian cedera dada merupakan salah satu trauma yang sering terjadi,
jika tidak ditangani dengan benar akan menyebabkan kematian, kejadian trauma
dada terjadi sekitar seperempat dari jumlah kematian akinat trauma yang terjadi,
serta sekitar sepertiga dari kematian yang terjadi berbagai rumah sakit. Beberapa
cedera dada yang dapat terjadi antara lain, tension pneumthorax, pneumthorax
terbuka, flail chest, hematotoraks, tamponade jantung. Kecelakaan kendaraan
bermotor paling sering menyebabkan terjadinya trauma pada toraks. Tingkat
morbiditas mortalitas akan meningkat dan menjadi penyebab kematian kedua
didunia pada tahun 2020 menurut WHO (World Health Organization)
(Punarwaba dan Suarjaya, 2013).
Sebuah penelitian mengatakan 5,4% dari seluruh pasien menderita trauma,
merupakan pasien yang mengalami pneumthorax. Kurangnya pengetahuan untuk
mengetahui tanda dan gejala dari pneumthorax terdesak menyebabkan banyak
penderita meninggal setelah atau dalam perjalanan menuju ke rumah sakit
(Punarwaba dan Suarjaya, 2013).
Pneumothorax adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga
pleura. Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru
leluasa mengembang terhadap rongga dada. Pneumothorax dapat terjadi secara
spontan dan traumatik (Hisyam dan Budiono, 2009).
Paru-paru dibungkus oleh pleura parietalis dan pleura visceralis. Diantara
pleura parietalis dan visceralis terdapat cavum pleura. Cavum pleura normal berisi
sedikit cairan sereous jaringan. Tekanan intrapleura selalu berupa tekanan negatif.
Tekanan negatif intrapleural membantu dalam proses respirasi (Amita,2008).
Insidens pneumothorax sulit diketahui karena episodenya banyaknya yang
tidak diketahui, pria lebih banyak dari wanita dengan perbandingan 5:1.
Pneumothorax spontan primer sering dijumpai pada individu sehat, tanpa riwayat
1
1.2.Tujuan
1.2.1. Untuk mengetahui Definisi Pneumothorax
1.2.2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi Pleura
1.2.3. Untuk mengetahui Patofisiologi Pneumothorax
1.2.4. Untuk mengetahui Klasifikasi Pneumothorax
1.2.5. Untuk mengetahui Manifestasi Klinik Pneumothorax
1.2.6. Untuk mengetahui Diagnosa Banding Pneumothorax
1.2.7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Pneumothorax
1.2.8. Untuk mengetahui Komplikasi Pneumothorax
1.2.9. Untuk mengetahui Prognosis Pneumthorax
BAB 2
TELAAH PUSTAKA
2.1. Definisi Pneumothorax
Pneumothorax adalah suatu keadaan dimana terdapatnya udara pada
rongga potensial diantara pleura visceral dan pleura parietal (Punarwaba dan
Suarjaya, 2013). Pneumothorax adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas
di dalam pleura yang menyebabkan kolapsnya paru (Amita, 2012).
Gambar 1. Pneumothorax
Pneumothorax
traumatik
iatrogenik
aksidental,
adalah
dada,
biopsi
pleura,
biopsi
transbronkial,
tension
dapat
menyulitkan
(menjadi
komplikasi)
ventilasi
Pneumtohorax tersebut terjadi bila udara menumpuk dalam rongga pleura lebih
cepat daripada yang dapat dikeluarkan. Peningkatan tekanan intratoraks
menyebabkan aliran balik vena, dan syok yang disebabkan oleh penurunan curah
jantung. Keadaan tersebut merupakan kegawatan medis dan fatal jika tidak
dihilangkan secara cepat dengan drainase. Deteksi merupakan suatu diagnosis
klinis, menunggu konfirmasi foto torkas dapat mengancam jiwa. Drainase segera
dengan jarum 14G pada ruang interkosta II di garis mediklavikularis penting
dilakukan. Desis khas akibat keluarnya gas mengkonfirmasi diagnosis. Drain
toraks kemudian dimasukkan (Ward et al, 2007).
2.4.4. Pneumothorax Tertutup (Simple Pneumothorax)
Pneumthorax tertutup yaitu suatu pneumthorax dengan tekanan udara di
rongga pleura yang sedikit lebih tinggi dibandingkan tekanan pleura pada sisi
hemitoraks kontralateral tetapi tekanannya masih lebih rendah dan tekanan
atmosfir. Pada jenis ini tidak didapatkan defek atau luka terbuka dari dinding dada
(Hisyam dan Budiono, 2009).
2.4.5. Pneumothorax Terbuka (Open Pneumothorax)
Pneumothorax terbuka terjadi karena luka terbuka pada dinding dada
sehingga pada saat inspirasi udara dapat keluar melalui luka tersebut. Pada saat
inspirasi, mediastinum dalam keadaan normal tetapi pada saat ekspirasi
mediastinum bergeser kearah sisi dinding dada yang terluka (sucking wound)
(Hisyam dan Budiono, 2009).
2.5. Manifestasi Klinis
2.5.1. Keluhan Subyektif
Berdasarkan anamnesis, gejala-gejala yang sering muncul adalah:
a. Sesak napas, yang didapatkan pada 80-100% pasien
b. Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien
c. Lindskog dan Halasz menemukan 69% dari 72 pasien mengalami
nyeri dada
d. Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien
10
11
12
13
perlu
berhati-hati
sampai
pengembangan
paru
14
Pleural
Fistel=BPF)
menghilang.
Bila
gagal
15
2.7.4. Torakotomi
Tindakan pembedahan ini indikasinya hampir sama dengan torakoskopi.
Tindakan ini dilakukan jika dengan torakoskopi gagal atau jika bleb atau bulla
terdapat di apek paru, maka tindakan torakotomi ini efektif untuk reseksi bleb atau
bulla tersebut (Hisyam dan Budiono, 2009).
2.8.
Komplikasi
Pneumothorax tension (terjadi pada 3-5% pasien pneumothorax), dapat
mengakibatkan
kegagalan
respirasi
akut,
pio-pneumothorax,
hidro-
Prognosis
Pasien dengan pneumothorax spontan hampir separuhnya akan mengalami
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pneumothorax adalah suatu keadaan terdapatnya udara atau gas di dalam
pleura yang menyebabkan kolapsnya paru.
Pneumothorax memiliki beberapa klasifikasi baik berdasarkan dari
penyebab dan berdasarkan jenis fistulanya.
Diagnosa pneumothorax berdasarkan manifestasi klinik dilihat dari gejalagejala
pemeriksaan penunjang yang dilihat dari pemeriksaan foto toraks, CT-scan dan
pemeriksaaan lainnya yang dinilai adalah terdapat bulla dan luas permukaan
terjadi pneumthorax.
Pentalaksaan peneumthorax adalah dengan observasi dengan memberikan
oksigen dan pemasangan WSD,torakoskopi dan torakotomi. Sehingga pasien tidak
terjadi komplikasi dan memiliki prognosis yang baik.
3.2. Saran
Pneumothorax harus ditangani lebih serius, dimana harus mengetahui
gejala-gejala, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pneumothorax baik
berdasarkan penyebabnya, dan fistulanya. Penanganan harus memiliki terampil
untuk melakukan pemasangan WSD.
Pneumothorax jika tidak ditangani lebih serius akan terjadi komplikasi
sehingga akan memperberat pasien itu sendiri, terutama pada kasus kecelakaan.
Umumnya pneumothorax terjadi setelah pasien mengalami kecelakaan. Dan
paling sering terjadi adalah pneumothorax tension yang merupakan kasus paling
banyak yang terjadi. Oleh karena itu, sebagai dokter umum juga harus terampil
dalam penanganan untuk pemasangan WSD karena untuk menyelamatkan jiwa
pasien.
16
DAFTAR PUSTAKA
Amita, R.A., 2012. Pneumothorax. Referat.Makassar.Bagian Radiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
Guyton,A.C.,Hall,J.E.,2007.Buku
11.Jakarta:EGC.hal 495-496
Ajar
Fisiologi
Kedokteran.Edisi
17