Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Infeksi virus Rubella merupakan penyakit ringan pada anak dan dewasa, tetapi
apabila terjadi pada ibu yang sedang mengandung virus ini dapat menembus dinding
plasenta dan langsung menyerang janin. Rubella atau dikenal juga dengan nama
Campak Jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Rubella. Virus
biasanya menginfeksi tubuh melalui pernapasan seperti hidung dan tenggorokan.
Anak-anak biasanya sembuh lebih cepat dibandingkan orang dewasa.
Virus ini dapat menular lewat udara. Selain itu Virus Rubella dapat ditularkan melalui
urin, kontak pernafasan, dan memiliki masa inkubasi 2-3 minggu. Penderita dapat
menularkan virus selama seminggu sebelum dan sesudah timbulnya rash (bercak
merah) pada kulit. Rash Rubella berwarna merah jambu, akan menghilang dalam 2-3
hari, dan tidak selalu muncul untuk semua kasus infeksi.
Sindroma rubella kongenital terjadi pada 25% atau lebih bayi yang lahir dari ibu
yang menderita rubella pada trimester pertama. Jika ibu menderita infeksi ini setelah
kehamilan berusia lebih dari 20 minggu, jarang terjadi kelainan bawaan pada bayi.
Kelainan bawaan yang bisa ditemukan pada bayi baru lahir adalah tuli, katarak,
mikrosefalus, keterbelakangan mental, kelainan jantung bawaan dan kelainan lainnya.
Makalah ini akan membahas lebih jauh penyakit campak, manifestasi klinis dan
pemeriksaan penunjang, komplikasi penyakit campak, serta asuhan keperawatan dari
penyakit campak itu sendiri.
1.2.
1.
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1.
2.1.1. Defenisi
Rubella adalah penyakit saluran nafas ( ringan ) yang biasanya disertai ruam,
namun mempunyai akibat serius bagi bayi yang belum lahir. Rubella atau campak
jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu virus RNA dari golongan Toga virus.
Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah pada
manusia normal. Tetapi jika infeksi di dapat saat kehamilan, dapat menyebabkan
gangguan pada pembentukan organ dan dapat mengakibatkan kecacatan. Rubella
merupakan virus RNA, terselubung penyebab penyakit yang kadang-kadang disebut
campak 3 hari atau campak jerman. Penyakit ini hampir terberantas dengan
diproduksinya faksin rubella hidup dilemahkan. Ini merupakan satu-satunya virus
dimana vaksin telah dibuat terutama untuk memberantas akibat-akibat infeksi janin.
Syndrome rubella menggambarkan prototype infeksi virus kongenital. Selam infeksi
pada ibu, virus rubella dapat menembus plasenta, menyebabkan infeksi pada janin dan
mengakibatkan kematian pada konseptus atau bayi dilairkan dengan menderita rubella
kongenital. Bayi yang menderita infeksi kronik, ketika masih dalam kandungan dapat
merupakan sumber yang mempertahankan virus.
Selama periode dimana dalam masyarakat hanya ditemukan beberapa kasus saja.
Imunsasi dengan mempergunakan vaksin rubella hidup yang telah dilemahkan
mengakibatkan penurunan insiden penyakit rubella congenital. Rubella - yang sering
dikenal dengan istilah campak Jerman atau campak 3 hari - adalah sebuah infeksi yang
menyerang, terutama, kulit dan kelenjar getah bening. Penyakit ini disebabkan oleh
virus rubella ( virus yang berbeda dari virus yang menyebabkan penyakit campak), yang
biasanya ditularkan melalui cairan yang keluar dari hdung atau tenggorokan. Penyakit
ini juga dapat ditularkan melalui aliran darah seorang wanita yang sedang hamil kepada
janin yang dikandungnya. Karena penyakit ini tergolong penyakit ringan pada anakanak, bahaya medis yang utama dari penyakit ini adalah infeksi pada wanita hamil, yang
dapat menyebabkan sindrom cacat bawaan pada janin tersebut. Sebelum vaksin untuk
melawan rubella tersedia pada tahun 1969,epidemi rubella terjadi setiap 6 s.d 9 tahun.
Anak-anak dengan usia 5-9 menjadi korban utama dan muncul banyak kasus rubella
bawaan. Sekarang, dengan adanya program imunisasi pada anak-anak dan remaja usia
dini, hanya muncul sedikit kasus rubella bawaan
Anatomi kulit.
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh,
pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi.
Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan
jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit
bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak
kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan
dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu
lapisan jaringan ikat.
a.Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal
epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan
dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi
regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam) :
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak
kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3.
Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya
ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula
keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
4.
filamen-filamen
tersebut
memegang
peranan
penting
untuk
mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada
tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum
dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut
sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan
bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis
diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak,
usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel
Langerhans).
b. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai
True
Skin.
Terdiri
atas
jaringan
ikat
yang
menyokong
epidermis
dan
bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan
elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia
lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang
menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak
keriput.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung
beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan
shearing forces dan respon inflamasi
c.
Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan
lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar
dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di
tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk
regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan
kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
2.
Vaskularisasi Kulit
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara
lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis.
Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla
dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat
pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis
3.
Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya
melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur
kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur
meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi
temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang
dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh
darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.
2.1.3. Etiologi
Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus Rubivirus, famili Togaviridae.
Virus dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita. Secara fisiko-kimiawi virus ini
sama dengan anggota virus lain dari famili tersebut, tetapi virus rubela secara serologik
berbeda. Pada waktu terdapat gejala klinis virus ditemukan pada sekret nasofaring,
darah, feses dan urin.
Virus rubela tidak mempunyai pejamu golongan intervetebrata dan manusia
merupakan satu-satunya pejamu golongan vertebrata. Cara Penularannya melalui kontak
dengan sekret nasofaring dari orang terinfeksi. Infeksi terjadi melalui droplet atau
kontak langsung dengan penderita. Pada lingkungan tertutup seperti di asrama calon
prajurit, semua orang yang rentan dan terpajan bisa terinfeksi. Bayi dengan CRS
mengandung virus pada sekret nasofaring dan urin mereka dalam jumlah besar,
sehingga menjadi sumber infeksi.
Penyebab rubella atau campak Jerman adalah virus rubella. Meski virus
penyebabnya berbeda, namun rubella dan campak (rubeola) mempunyai beberapa
persamaan. Rubella dan campak merupakan infeksi yang menyebabkan kemerahan pada
kulit pada penderitanya. Perbedaannya, rubella atau campak Jerman tidak terlalu
menular dibandingkan campak yang cepat sekali penularannya. Penularan rubella dari
penderitanya ke orang lain terjadi melalui percikan ludah ketika batuk, bersin dan udara
yang terkontaminasi. Virus ini cepat menular, penularan dapat terjadi sepekan (1
minggu) sebelum timbul bintik-bintik merah pada kulit si penderita, sampai lebih
kurang sepekan setelah bintik tersebut menghilang. Namun bila seseorang tertular,
gejala penyakit tidak langsung tampak. Gejala baru timbul kira-kira 14 21 hari
kemudian. Selain itu, campak lebih lama proses penyembuhannya sementara rubella
hanya 3 hari, karena itu pula rubella sering disebut campak 3 hari.
2.1.4. Patofisiologi
Virus rubela
Masa inkubasi adalah 14-21 hari. Tanda yang paling khas adalah adenopati
retroaurikuler, servikal posterior, dan di belakang oksipital. Enantem mungkin muncul
tepat sebelum mulainya ruam kulit. Ruam ini terdiri dari bintik-bintik merah tersendiri
pada palatum molle yang dapat menyatu menjadi warna kemerahan jelas pada sekitar
24jam sebelum ruam.
Eksantemnya lebih bervariasi daripada eksantem rubeola. Eksantem pada muka
dan menyebar dengan cepat. Evolusinya begitu cepat sehingga dapat menghilang pada
muka pada saat ruam lanjutannya muncul pada badan. Makulopapula tersendiri ada
pada sejumlah kasus; ada juga daerah kemerahan yang luas yang menyebar dengan
cepat ke seluruh badan, biasanya dalam 24 jam. Ruam dapat menyatu, terutama pada
muka. Selama hari kedua ruam dapat mempunyai gambaran sebesar ujung jarum,
terutama di seluruh tubuh, menyerupai ruam demam scarlet. Dapat terjadi gatal ringan.
Erupsi biasanya jelas pada hari ke 3.
Mukosa faring dan konjungtiva sedikit meradang. Berbeda dengan rubeola, tidak
ada fotofobia. Demam ringan atau tidak selama ruam dan menetap selama 1, 2 atau
kadang-kag 3 hari. Suhu jarang melebihi 38 oC (101oF). Anoreksia, nyeri kepala, dan
malaise tidak biasa. Limpa. sering sedikit membesar. Angka sel darah putih normal atau
sedikit menurun, trombositopeni jarang, dengan atau tanpa purpura. Terutama pada
wanita yang lebih tua dan wanita dewasa, poliartritis dapat terjadi dengan artralgia,
pembengkakan, nyeri dan efusi tetapi biasanya tanpa sisa apapun. Setiap sendi dapat
terlibat, tetapi sendi-sendi kecil tangan paling sering terkena. Lamanya biasanya
beberapa hari; jarang artritis ini menetap selama berbulan-bulan. Parestesia juga telah
dilaporkan. Pada satu epidemi orkidalgia dilaporkan pada sekitar 8% orang laki-laki
usia perguruan tinggi yang terinfeksi.
2.1.6. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mendiagnosa pasti suatu rubella, dapat dilakukan dengan isolasi virus,
hanya saja ini sulit dilakukan dan biayanya juga mahal atau dapat pula dengan titer
antibodi. Tes yang biasa dilakukan adalah tes ELISA untuk antibodi IgG dan IgM.
Antibodi rubella dapat ditemukan pada hari kedua ruam dan mengalami peningkatan
pada hari 10 21. biopsy jaringan atau darah dan CSF dapat pula digunakan untuk
menunjukkan adanya antigen rubella dengan antibodi monoklonal dan untuk
mendeteksi RNA rubella dengan hibridisasi dan reaksi polymerase berantai dari tempat
asal.
2.1.7. Komplikasi
Bermacam-macam komplikasi bisa ditemukan selama stadium akut campak atau
segera sesudah itu. Yang terkena paling sering adalah traktus respiraturius, tetapi
gastroenteritis berat juga terjadi. Laringotrakeobronkitis berat (croup ) bisa
menyebabkan sumbatan aliran udara sehingga memerlukan trakeostomi, terutama pada
anak berusia dibawah 3 tahun. Bronkiolitis bisa menimbulkan sumbatan jalan napas
bagian bawah yang berat. Pneumonia yang jarang tetapi selalu fatal, yaitu pneumonia
interstisialis ( pneumonia sel raksasa ) telah ditemukan pada anak dengan tanggap imun
lemah, termasuk pada anak yang menderita AIDS, yang menderita infeksi campak
persisten progresif tanpa eksantema yang khas dan disertai kegagalan yang unikuntuk
membentuk antibody campak yang spesifik. Gambaran radiografi yang menunjukkan
gambaran interstisial yang jelas keluar dari kedua daerah hilus. Virus campak dapat
diambil berulang kali dari sputum atau dari hapusan nasofaring diwarnai. Usaha untuk
mengobati atau mencegah komplikasi ini belum berhasil.
Keratokonjungtivitis asimtomatik jinak yang menyertai campak dapat memetap
selama 4 bulan ; lesi dapat dilihat hanya dengan biomikroskop lampu cerah. Terjadi lesi
kornea yang lebih berat pada pasien campak yang kurang gizi. Kelainan
elektrokardiografi yang sementara umum terjadi, tetapi jarang terjadi miokarditis yang
sebenarnya. Limfadenopati difus yang menyertai campak mengenai nodus mesenterium
dan dianggap menimbulkan nyeri abdomen yang umum terjadi. Gejala dan tanda
penyakit yang identik dengan apendiksitis akut bisa mengakibatkan intervensi operasi
selama periode prodromal.
Komplikasi akibat bakteri terutama akibat invasi traktus respiraturius
menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi ini bisa disebabkan oleh streptokokus hemolitikus, pneukokokus, H.influensa tipe B, atau stafilokokus. Peribronkitis dan
pneumotitis interstisial terjadi pada hampir semua pasien campak dan sembuh dengan
cepat setelah timbulnya ruam dan turun demam. Puncak demam kedua atau kegagalan
turunnya puncak demam pertama setelah erupsi mencapai puncak menandakan infeksi
bakteri sekunder. Terlihatnya leukositosis perifer yang bergeser kekiri memastikan hal
itu. Radiografi dada dapat menunjukkan bronkopenumonia atau gambaran pneumonia
segmental atau lobar. Apusan atau biakan sputum, aspirasi trakea, cairan pleura, darah,
10
atau bahan sesuai lainnya, akan membantu menemukan penyebab dan memilih obat
antimikroba yang tepat. Usaha mencegah infeksi bakteri sekunder dengan memberikan
antibody profilaksis dalam stadium kataralis tidak memberikan hasil. Komplikasi
bakteri lebih sering terjadi dan lebih berat pada anak yang kekurangan protein.
Dari sindrom yang dapat timbul sesudah campak, yang paling menakutkan
adalah berbagai komplikasi system saraf pusat.sejauh ini yang paling umum adalah
ensefalomielitis, tetapi ensefalopati toksik, neuritis retrobulbar, tromboflebitis vena
serebralis, hemiplegic akibat infark vaskuler dan paralisis asending dengan
polineuropati juga pernah ditemukan.
Ensefalopati toksik muncul dengan kecepatan tinggi pada puncak demam dan
ruam, tetapi manifestasi system saraf pusat lainnya yang lebih umum menjadi tampak
setelah serangan penyakit akut, setelah periode penyembuhan yang berakhir dalam 2
hari atau lebih. Kejang, perubahan kesadaran, dan perubahan tiba-tiba menjadi koma,
sering menandai awitan ensefalomielitis; demam kembali timbul, dan terjadi
leukositosis perifer yang jelas. Angka kematian berkisar antara 10 sampai 25% dan
sekuele yang bermakna berupa kelainan motorik, intelek dan emosi terjadi pada 20
sampai 50% penderita yang selamat dari kematian.
Selama vase viremia campak awal, terjadi trombositopenia yang tidak cukup
berat untuk menyebabkan perdarahan spontan, tetapi hal itu memperlihatkan kerusakan
megakariosit oleh virus. Komplikasi pasca infeksi lain yang jarang dan tidak dapat
diterangkan adalah purpura trombositopenik, yang terjadi 4 sampai 14 hari setelah ruam
dan bisa menimbulkan purpura kulit yang hebat, perdarahan genitourinarius dan
gastrointestinalis, serta epistaksis. Kortikosteroid memberikaan kesembuhan segera
dengan berhentinya perdarahan dan kembalinya dengan mantap hitung trombosit
menjadi normal. Respon ini menguatkan konsep bahwa komplikasi ini mungkin suatu
fenomena autoimun.
Efek buruk campak terhadap beberapa penyakit dasar tidak diketahui dengan
jelas. Keaktifan kembali atau eksaserbasi tuberculosis selama serangan campak
beberapa kali ditemukan. Satu hal yang menyebabkan kekurangan kekebalan seluler
adalah hilangnya hipersensitivitas kulit terhadap tuberkuloprotein ( dan antigen lain )
yang terjadi karena campak dan menetap selama beberapa minggu setelah itu, jadi
reactor positif sebelumnya bisa menghasilkan test kulit negative. Kerusakan traktus
respiraturius dapat menjelaskan memburuknya keadaan pasien yang sedang menderita
fibrosis kistik. Bayi dengan defisiensi protein dalam dietnya bisa jatuh ke kwashiorkor
11
berat saat diserang campak sebagai akibat menurunnya asupan melalui oral,
meningkatnya kehilangan melalui gastrointestinal dan keseimbangan nitrogen negative
dari infeksi. Berbeda dengan efek samping yang tidak disukai ini, campak kadangkadang dapat memicu dieresis yang baik pada anak yang menderita sindrom nefrotik
refrakter.
Campak saat masa gestasi, walaupun jarang bisa mengindusi kelahiran
premature, bayi lahir mati atau abortus tetapi tidak dengan meningkatnya insiden
malformasi congenital.
2.1.8. Pencegahan
Pada orang yang rentan, proteksi pasif dari atau pelemahan penyakit dapat
diberikan secara bervariasi dengan injeksi intramuskuler globulin imun serum (GIS)
yang diberikan dengan dosis besar (0,25-0,50 mL/kg atau 0,12-0,20 mL/lb) dalam 7-8
hari pasca pemajanan. Efektiviias globulin imun tidak dapat diramalkan. Tampaknya
tergantung. pada kadar antibodi produk yang digunakan dan pada faktor yang belum
diketahui. Manfaat GIS telah dipertanyakan karena pada beberapa keadaan ruam
dicegah dan manifestasi klinis tidak ada atau minimal walaupun virus hidup dapat
diperagakan dalam darah. Bentuk pencegahan ini tidak terindikasi, kecuali pada wanita
hamil nonimun.
Program vaksinasi atau imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan
terhadap rubella. Di Amerika Serikat mengharuskan untuk imunisasi sernua laki-laki
dan wanita umur 12 dan 15 bulan serta pubertas dan wanita pasca pubertas tidak hamil.
Imunisasi adalah efektif pada umur 12 bulan tetapi mungkin tertunda sampai 15 bulan
dan diberikan sebagai vaksin campak-parotitis-rubella (measles-mumps-rubella
[MMR]). Imunisasi rubella harus diberikan pada wanita pasca pubertas yang
kemungkinan rentan pada setiap kunjungan perawatan kesehatan. Untuk wanita yang
mengatakan bahwa mereka mungkin hamil imunisasi harus ditunda. Uji kehamilan tidak
secara rutin diperlukan, tetapi harus diberikan nasehat mengenai sebaiknya menghindari
kehamilan selama 3 bulan sesudah imunisasi. Kebijakan imunisasi sekarang telah
berhasil memecahkan siklus epidemic rubella yang biasa di Amerika Serikat dan
menurunkan insiden sindrom rubella kongenital yang dilaporkan pada hanya 20 kasus
pada tahun 1994. Namun imunisasi ini tidak mengakibatkan penurunan presentase
wanita usia subur yang rentan terhadap rubella.
12
2.1.9
Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan Medis
Kecuali tindakan pendukung umum, tidak ada terapi terbaru bagi pasien yang
tidak mengalami komplikasi. Walaupun ribavirin menghambat replikasi virus campak
invitro, tidak terlihat hasil yang nyata pada pemberian invivo. Penggunaan antipiretik
yang bijaksana untuk demam tinggi dan obat penekan batuk mungkin bermanfaat secara
simptomatik. Pemberian pengobatan yang lebih spesifik seperti pemberian anti mikroba
yang tepat harus digunakan untuk mengobati komplikasi infeksi bakteri sekunder.
Oleh karena campak jelas menurunkan cadangan vitamin A, yang menimbulkan
tingginya insiden xeroftalmia dan ulkus kornea pada anak yang kurang gizi, WHO
menganjurkan supplement vitamin A dosis tinggi di semua daerah dengan defisiensi
vitamin A. supplement vitamin A juga telah memperlihatkan penurunan frekuensi dan
keparahan pneumonia dan laringotrakeobronkitis akibat kerusakan virus campak pada
epitel traktus respiraturius bersilia. Pada bayi usia di bawah 1 tahun diberi vitamin A
sebanyak 100.000 IU dan untuk pasien lebih tua diberikan 200.000 IU. Dosis ini
diberikan segera setelah diketahui terserang campak. Dosis kedua diberikan hari
berikutnya, bila terlihat tanda kekurangan vitamin A dimata dan diulangi 1 sampai 4
minggu kemudian.
2.
Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit campak merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Selain itu
sering menyebabkan kematian jika mengenai anak yang keadaan gizinya buruk
sehingga mudah sekali mendapatkan komplikasi terutama bronkopneumonia. Pasien
campak dengan bronkopnumonia perlu dirawat di rumah sakit karena memerlukan
perawatan yang yang memadai ( kadang perlu infuse atau oksigen ). Masalah yang perlu
diperhatikan ialah kebutuhan nutrisi, gangguan suhu tubuh, gangguan rasa aman
nyaman, risiko terjadinya komplikasi.
a.
Kebutuhan Nutrisi
Campak menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia. Anak sering
mengeluh mulut pahit sehingga tidak mau makan atau minum. Demam yang tinggi
menyebabkan pengeluaran cairan lebih banyak. Keadaan ini jika tidak diperhatikan agar
anak mau makan ataupun minim akan menambah kelemahan tubuhnya dan
memudahkan timbulnya komplikasi.
13
dibuktikan dengan uji tuberculin yang semula positif berubah menjadi negative. Ini
menunjukkan bahwa antigen antibody pasien sangat kurang kemampuannya untuk
bereaksi terhadap infeksi. Oleh karena itu resiko terjadinya komplikasi lebih besar
terutama jika keadaan umum anak kurang baik, seperti pada pasien dengan malnutrisi
atau dengan penyakit kronik lainya.
2.2.
Tinjauan Teoritis Keperawatan
2.2.1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan
yang mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu :
1. Pengumpulan Data
a. Anamnese
a) Identitas penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan status gizi yang
kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan P pervalensinya
sama), suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.
b) Keluhan utama
14
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema dibelakang telinga,
di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, badan
panas, enantema ( titik merah ) dipalatum durum dan palatum mole.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang tua atau anak
tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan
enantema serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak dengan pasien
campak.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
f) Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III;
dan campak.
g) Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6
tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus
8 + 2n.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
15
Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, enantema di
palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan traktus digestivus.
d) Toraks
Inspeksi :
Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada hidung. Pada
penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis menyerupai influenza.
Auskultasi :
Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
e) Abdomen
Inspeksi :
Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
Auskultasi
Bising usus.
Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya masa atau
pembengkakan.
e)
Kulit
Inspeksi :
Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
Palpasi :
Turgor kulit menurun
2.2.2. Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake tidak adekuat
5.
6.
Diagnosa
keperawatan
Resiko penyebaran
NOC :
1. Immune Status
2. Knowledge
purulen
Intervensi
NIC :
16
infeksi)
Definisi : Peningkatan
Infection control
3. Risk control
resiko masuknya
organisme patogen
1. Prosedur Infasif
2. Ketidakcukupan
pengetahuan untuk
Kriteria Hasil :
menghindari
paparan patogen
3. Trauma
4. Kerusakan jaringan
dan peningkatan
paparan
lingkungan
5. Ruptur membran
amnion
6. Agen farmasi
(imunosupresan)
7. Malnutrisi
8. Peningkatan
paparan
lingkungan
patogen
9. Imonusupresi
10. Ketidakadekuatan
penularan
penyakit,
setelah
lingkungan
dipakai
pasien
lain
2. Pertahankan
1. Bersihkan
factor
teknik
isolasi
3. Batasi pengunjung bila
perlu
4. Instruksikan
pada
pengunjung
untuk
mencuci
tangan
saat
yang
mempengaruhi
penularan
serta
penatalaksanaanny
a,
3. Menunjukkan
mencegah
timbulnya infeksi
4. Jumlah
leukosit
batas
normal
5. Menunjukkan
perilaku
sehat
meninggalkan pasien
5. Gunakan
sabun
antimikrobia untuk cuci
tangan
6. Cuci
tangan
kemampuan untuk
dalam
berkunjung
hidup
sebelum
sesudah
tindakan kperawtan
7. Gunakan baju, sarung
tangan
sebagai
alat
pelindung
8. Pertahankan lingkungan
aseptik
selama
pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer
dan
imum buatan
11. Tidak adekuat
dan
setiap
line
central
dan
pertahanan
sekunder
intermiten
(penurunan Hb,
menurunkan
Leukopenia,
kateter
untuk
infeksi
kandung kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik
penekanan respon
inflamasi)
12. Tidak adekuat
bila perlu
17
pertahanan tubuh
primer (kulit tidak
Infection
utuh, trauma
jaringan,
penurunan kerja
Protection
granulosit, WBC
3. Monitor
kerentanan
statis, perubahan
sekresi pH,
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring
pengunjung
perubahan
peristaltik)
13. Penyakit kronik
terhadap
penyakit
menular
6. Partahankan
teknik
teknik
isolasi k/p
8. Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
9. Inspeksi
kulit
membran
terhadap
dan
mukosa
kemerahan,
panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
11. Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
15. Ajarkan
pasien
dan
18
cara
menghindari infeksi
17. Laporkan
kecurigaan
infeksi
18. Laporkan kultur positif
2
NOC :
NIC :
Respiratory status :
penumpukan secret.
1.
Ventilation
Respiratory status :
Definisi :
Airway patency
sebelum
Ketidakmampuan
Kriteria Hasil :
1. Mendemonstrasika
untuk
mempertahankan
sianosis
dan
dyspneu
(mampu
Batasan Karakteristik :
bernafas
dengan
1. Dispneu,
nafas
2. Orthopneu
3. Cyanosis
4. Kelainan suara
nafas (rales,
wheezing)
5. Kesulitan berbicara
6. Batuk, tidak
efekotif atau tidak
ada
7. Mata melebar
8. Produksi sputum
9. Gelisah
10. Perubahan
frekuensi dan irama
pursed lips)
2.
Menunjukkan
jalan nafas yang
paten (klien tidak
merasa
tercekik,
irama
nafas,
frekuensi
pernafasan
rentang
tidak
dalam
suara
nafas abnormal)
3. Mampu
mengidentifikasika
n dan mencegah
19
sesudah
dan
keluarga
tentang
suctioning
4. Minta klien nafas dalam
sebelum
suction
dilakukan.
5. Berikan
O2
dengan
menggunakan
nasal
untuk
memfasilitasi
suksion nasotrakeal
6. Gunakan alat yang steril
sitiap
melakukan
tindakan
7. Anjurkan pasien untuk
istirahat dan napas dalam
setelah
kateter
dikeluarkan
normal,
ada
dan
suctioning.
3. Informasikan pada klien
untuk membersihkan
Penurunan suara
Airway suction
Pastikan kebutuhan
dari
nasotrakeal
8. Monitor status oksigen
pasien
9. Ajarkan
keluarga
bagaimana
melakukan suksion
10. Hentikan suksion
cara
dan
nafas
Faktor-faktor yang
pasien
menghambat jalan
bradikardi,
nafas
berhubungan:
-
menghirup asap
rokok, perokok
Fisiologis :
disfungsi
nafas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika
neuromuskular,
hiperplasia dinding
perlu
6. Keluarkan
bronkus, alergi
jalan nafas, asma.
sekret
dengan
Obstruksi jalan
nafas : spasme
10.
Kassa
buatan, sekresi
Lembab
Atur intake untuk cairan
11.
bronkus, adanya
basah
NaCl
mengoptimalkan
eksudat di alveolus,
adanya benda asing
12.
di jalan nafas.
3
untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya
pasif-POK, infeksi
peningkatan
Airway Management
1. Buka jalan nafas, guanakan
Lingkungan :
merokok,
menunjukkan
keseimbangan.
Monitor respirasi
dan
status O2
Kerusakan integritas
imunitas
Membranes
1. Anjurkan pasien untuk
Kriteria Hasil :
1. Integritas
20
kulit
menggunakan
pakaian
yang
baik
bisa
yang longgar
dipertahankan
(sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
2. Tidak ada luka/lesi
pada kulit
3. Perfusi
jaringan
pemahaman dalam
perbaikan
kulit
dan
mencegah
terjadinya
sedera
berulang
5. Mampu
melindungi
kulit
dan
mempertahankan
kelembaban
dan
tempat tidur
3. Jaga
kebersihan
kulit
baik
4. Menunjukkan
proses
kulit
perawatan
kulit
akan
adanya kemerahan
6. Oleskan
lotion
minyak/baby
atau
oil
pada
aktivitas
dan
mobilisasi pasien
alami
8. Monitor
status
nutrisi
pasien
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
NOC :
Nutrition Management
Nutritional Status :
Kriteria Hasil :
1. Adanya
peningkatan berat
badan sesuai
21
1. Kaji
adanya
alergi
makanan
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
3. Anjurkan pasien untuk
keperluan metabolisme
tubuh.
dengan tujuan
2. Berat badan ideal
sesuai dengan
Batasan karakteristik :
1.
Berat
badan 20 % atau
lebih di bawah
ideal
2.
Dilapor
tinggi badan
3. Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda
tanda malnutrisi
5. Tidak terjadi
meningkatkan intake Fe
4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan
protein
dan vitamin C
5. Berikan substansi gula
6. Yakinkan
diet
yang
dimakan
tinggi
mengandung
serat
untuk
mencegah konstipasi
7. Berikan makanan yang
penurunan berat
terpilih
(sudah
makanan yang
badan yang
dikonsultasikan
dengan
berarti
ahli gizi)
8. Ajarkan
(Recomended
pasien
bagaimana
Daily Allowance)
3.
Membra
membuat
n mukosa dan
konjungtiva pucat
4.
Kelema
untuk
menelan/mengunya
mendapatkan
h
5.
Luka,
Nutrition Monitoring
inflamasi pada
rongga mulut
6.
Mudah
normal
2. Monitor
merasa kenyang,
sesaat setelah
mengunyah
aktivitas
makanan
7.
yang
biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak
Dilapor
kan atau fakta
atau
adanya kekurangan
orangtua
makan
5. Monitor
makanan
8.
adanya
Dilapor
22
selama
lingkungan
kan adanya
selama makan
6. Jadwalkan pengobatan
perubahan sensasi
dan
rasa
9. Perasaan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor
kekeringan,
untuk mengunyah
makanan
Miskon
rambut
sepsi
11.Kehilangan BB
dengan makanan
Keengg
pada abdomen
Tonus
otot jelek
15.
abdominal dengan
atau tanpa patologi
16.
Kurang
makanan
uh darah kapiler
makanan
kesukaan
13. Monitor
pertumbuhan
kemerahan,
dan
kekeringan
jaringan
hiperemik,
mulai rapuh
Diare
edema,
hipertonik
dan atau
steatorrhea
magenta, scarlet
Kehilan
gan rambut yang
cukup banyak
(rontok)
20.
kadar Ht
12. Monitor
nuntrisi
16. Catat adanya
Pembul
19.
dan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake
berminat terhadap
18.
mudah patah
10. Monitor
mual
dan perkembangan
14. Monitor
pucat,
Nyeri
17.
dan
kusam,
muntah
11. Monitor kadar albumin,
cukup
12.
tidak
ketidakmampuan
10.
tindakan
Suara
usus hiperaktif
21.
Kurang
23
nya informasi,
misinformasi
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi zatzat gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.
5
Kurang pengetahuan
b/d kurangnya
NOC :
NIC :
Kowlwdge : disease
informasi
process
Kowledge : health
Definisi :
Behavior
Kriteria Hasil :
kurangnya informasi
1. Pasien dan
keluarga
menyatakan
pemahaman
Batasan karakteristik :
tentang penyakit,
memverbalisasikan
kondisi,
adanya masalah,
prognosis dan
ketidakakuratan
program
pengobatan
2. Pasien dan
keluarga mampu
Faktor yang
berhubungan :
tingkat
pasien
kognitif sehubungan
mengikuti instruksi,
melaksanakan
prosedur yang
24
pengetahuan
tentang
proses
penyakit
bagaimana
hal
berhubungan
anatomi
dan
dan
ini
dengan
fisiologi,
dengan
proses
cara
yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan
keterbatasan kognitif,
interpretasi terhadap
informasi yang salah,
kurangnya keinginan
untuk mencari
informasi, tidak
mengetahui sumbersumber informasi.
dijelaskan secara
benar
3. Pasien dan
keluarga mampu
menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya
SO
informasi
hidup
yang
mungkin
diperlukan
untuk
mencegah
pengontrolan
penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
11. Dukung pasien
mengeksplorasi
mendapatkan
untuk
atau
second
opinion
dengan
cara
yang
tepat
atau
diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Instruksikan
pasien
mengenai
tanda
dan
25
yang tepat.
6
NOC :
Pain Management
Pain Level,
Pain control,
Definisi :
1. Lakukan
Comfort level
nyeri
Kriteria Hasil :
1.
mengontrol nyeri
(tahu
nyeri,
kerusakan jaringan
menggunakan
atau menggambarkan
tehnik
adanya kerusakan
nonfarmakologi
untuk
Internasional):
mengurangi
serangan mendadak
nyeri,
intensitasnya dari
ringan sampai berat
yang dapat diantisipasi
dengan akhir yang
dapat diprediksi dan
dengan durasi kurang
dari 6 bulan.
2.
Laporan secara
lokasi,
termasuk
karakteristik,
penyebab
dari
ketidaknyamanan
3. Gunakan
teknik
komunikasi
untuk
mencari
bantuan)
Melaporkan
bahwa
nyeri
berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
3.
Mampu
mengenali
nyeri
terapeutik
mengetahui
respon
pengalaman
nyeri
masa
(skala, intensitas,
frekuensi
Batasan karakteristik :
secara
komprehensif
Mampu
pengalaman emosional
atau pelan
pengkajian
lampau
dan 7. Bantu
tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa
nyaman
setelah
verbal
nyeri berkurang
pasien
menemukan
dukungan
8. Kontrol lingkungan yang
dapat
Posisi antalgic
nyeri
untuk menghindari
ruangan,
nyeri
dan kebisingan
26
dan
mempengaruhi
seperti
suhu
pencahayaan
Gerakan
melindungi
nyeri
10. Pilih
Tingkah laku
Muka topeng
Gangguan tidur
farmakologi
dan
inter
gerakan kacau,
intervensi
12. Ajarkan tentang teknik
menyeringai)
Terfokus pada diri
non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
sendiri
mengurangi nyeri
14. Evaluasi
keefektifan
Fokus menyempit
(penurunan
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan
dengan
persepsi waktu,
kerusakan proses
berpikir, penurunan
interaksi dengan
berhasil
17. Monitor
orang dan
lingkungan)
-
non
personal)
11. Kaji tipe dan sumber
nyeri
(farmakologi,
lakukan
penanganan
berhati-hati
-
dan
penerimaan
pasien
Tingkah laku
tentang
manajemen nyeri
distraksi, contoh :
jalan-jalan,
Analgesic Administration
menemui orang
1. Tentukan
lain dan/atau
karakteristik,
aktivitas, aktivitas
kualitas,
berulang-ulang)
-
lokasi,
pemberian obat
2. Cek instruksi
Respon autonom
(seperti
dokter
diaphoresis,
dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik
perubahan tekanan
darah, perubahan
diperlukan
27
yang
atau
dilatasi pupil)
Perubahan
dari satu
5. Tentukan
autonomic dalam
tonus otot
(mungkin dalam
rentang dari lemah
ke kaku)
-
Tingkah laku
ekspresif (contoh :
secara
gelisah, merintih,
menangis,
IV,
teratur
8. Monitor
waspada, iritabel,
sebelum
nafas
pemberian
panjang/berkeluh
IM
untuk
vital
dan
sign
sesudah
analgesik
pertama kali
9. Berikan analgesik tepat
kesah)
-
pilihan
Perubahan dalam
hebat
10. Evaluasi
minum
analgesik,
Faktor yang
efektivitas
tanda
berhubungan :
Agen injuri
(biologi, kimia,
fisik, psikologis)
28
dan
BAB 3
PENUTUP
3.3.
Kesimpulan
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk
makulo popular selama tiga hari atau lebih disertai panas badan 38 0c atau lebih dan
disertai salah satu gejala batuk, pilek dan mata merah.
Keluhan yang umum muncul adalah kelerahan yang timbul pada bagian
belakang telinga, dahi, dan menjalar keseluruh tubuh. Selain itu, timbul gejala seperti
flu disetai mata berair dan kemerahan ( konjungtivitis ). Setalah 3-4 hari kemerahan
mulai menghilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam
1-2 minggu dan apabila sembuh kulit akan tampak seperti bersisik.
Pada anak sehat dan cukup gizi, campak biasanya tidak menjadi masalah serius.
Dengan istirahatyang cukup dan gizi yang baik, penyakit campak ( pada kasus ringan )
dapat sembuh dengan cepat tanpa menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Namun,
bila anak dalam kondisi yang yang tidak sehat dapat menyebebkan kematian pada anak.
29
Pengobatan pada anak dengan campak dapat dilakukan secara simtomatik yaitu
antipeiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki keadaan umum.
Tindakan lain adalah pengobatan segera terhadap komplikasi ayng timbul. Pencegahan
penyakit campak dapat dilakukan dengan menberikan imunisasi campak pada balita usia
9 bulan ke atas ( imunisasi aktif ).
3.2.
Saran
1.
Perawat
Mengingat bahwa penyakit campak merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang angka mordibilitasnya masih tinggi, maka penulis menyarankan untuk semua
perawat jika menemukan kasus campak secepatnya dirujuk ke rumah sakit ssehingga
anak secepatnya mendapatkan perawatan dan pengobatan yang lebih baik. Untuk lebih
mengetahui perkenbangan anak, hendaknya perawat mengunakan asuhan keperawatan
secara tepat.
2.
Keluarga
Penulis menyarankan keluarga untuk tanggap dan ikut serta dalam perawatan
anak serta memperhatikan status gizi anak jika anak terkena penyakit campak tidak akan
berdampak buruk bagi kondisi anak
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Sudarth, 2002. Keperawatan medikal bedah edisi 8,volume 2, Jakarta :
EGC.
Hasan,R.2005. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Universitas Indonesia.
Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba
Medika.
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. 2000. Medica Aesculaplus FK UI.
Keperawatan Medikal Bedah. EGC.
Ranuh, I.G.N,Dkk. 2001. Buku Imunisasi Di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC
30
31