Vous êtes sur la page 1sur 31

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Infeksi virus Rubella merupakan penyakit ringan pada anak dan dewasa, tetapi

apabila terjadi pada ibu yang sedang mengandung virus ini dapat menembus dinding
plasenta dan langsung menyerang janin. Rubella atau dikenal juga dengan nama
Campak Jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Rubella. Virus
biasanya menginfeksi tubuh melalui pernapasan seperti hidung dan tenggorokan.
Anak-anak biasanya sembuh lebih cepat dibandingkan orang dewasa.
Virus ini dapat menular lewat udara. Selain itu Virus Rubella dapat ditularkan melalui
urin, kontak pernafasan, dan memiliki masa inkubasi 2-3 minggu. Penderita dapat
menularkan virus selama seminggu sebelum dan sesudah timbulnya rash (bercak
merah) pada kulit. Rash Rubella berwarna merah jambu, akan menghilang dalam 2-3
hari, dan tidak selalu muncul untuk semua kasus infeksi.
Sindroma rubella kongenital terjadi pada 25% atau lebih bayi yang lahir dari ibu
yang menderita rubella pada trimester pertama. Jika ibu menderita infeksi ini setelah
kehamilan berusia lebih dari 20 minggu, jarang terjadi kelainan bawaan pada bayi.
Kelainan bawaan yang bisa ditemukan pada bayi baru lahir adalah tuli, katarak,
mikrosefalus, keterbelakangan mental, kelainan jantung bawaan dan kelainan lainnya.
Makalah ini akan membahas lebih jauh penyakit campak, manifestasi klinis dan
pemeriksaan penunjang, komplikasi penyakit campak, serta asuhan keperawatan dari
penyakit campak itu sendiri.
1.2.
1.

Tujuan Penulisan
Tujuan Umum

a. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan diagnosa


medis campak jerman.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui pengkajian pada pasien campak jerman.
b. Mahasiwa mengetahui diagnosa yang muncul pada pasien campak jerman.
c. Mahasiswa mengetahui intervensi yang dapat diberikan pada pasien campak
jerman.
d. Mahasiswa dapat melakukan implementasi sesuai intervensi yang telah dibuat pada
pasien campak jerman.
e. Mahasiswa dapat mengevaluasi pasien campak jerman.
1

BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1.

Tinjauan Teoritis Medis

2.1.1. Defenisi
Rubella adalah penyakit saluran nafas ( ringan ) yang biasanya disertai ruam,
namun mempunyai akibat serius bagi bayi yang belum lahir. Rubella atau campak
jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu virus RNA dari golongan Toga virus.
Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah pada
manusia normal. Tetapi jika infeksi di dapat saat kehamilan, dapat menyebabkan
gangguan pada pembentukan organ dan dapat mengakibatkan kecacatan. Rubella
merupakan virus RNA, terselubung penyebab penyakit yang kadang-kadang disebut
campak 3 hari atau campak jerman. Penyakit ini hampir terberantas dengan
diproduksinya faksin rubella hidup dilemahkan. Ini merupakan satu-satunya virus
dimana vaksin telah dibuat terutama untuk memberantas akibat-akibat infeksi janin.
Syndrome rubella menggambarkan prototype infeksi virus kongenital. Selam infeksi
pada ibu, virus rubella dapat menembus plasenta, menyebabkan infeksi pada janin dan
mengakibatkan kematian pada konseptus atau bayi dilairkan dengan menderita rubella
kongenital. Bayi yang menderita infeksi kronik, ketika masih dalam kandungan dapat
merupakan sumber yang mempertahankan virus.
Selama periode dimana dalam masyarakat hanya ditemukan beberapa kasus saja.
Imunsasi dengan mempergunakan vaksin rubella hidup yang telah dilemahkan
mengakibatkan penurunan insiden penyakit rubella congenital. Rubella - yang sering
dikenal dengan istilah campak Jerman atau campak 3 hari - adalah sebuah infeksi yang
menyerang, terutama, kulit dan kelenjar getah bening. Penyakit ini disebabkan oleh
virus rubella ( virus yang berbeda dari virus yang menyebabkan penyakit campak), yang
biasanya ditularkan melalui cairan yang keluar dari hdung atau tenggorokan. Penyakit
ini juga dapat ditularkan melalui aliran darah seorang wanita yang sedang hamil kepada
janin yang dikandungnya. Karena penyakit ini tergolong penyakit ringan pada anakanak, bahaya medis yang utama dari penyakit ini adalah infeksi pada wanita hamil, yang
dapat menyebabkan sindrom cacat bawaan pada janin tersebut. Sebelum vaksin untuk
melawan rubella tersedia pada tahun 1969,epidemi rubella terjadi setiap 6 s.d 9 tahun.
Anak-anak dengan usia 5-9 menjadi korban utama dan muncul banyak kasus rubella
bawaan. Sekarang, dengan adanya program imunisasi pada anak-anak dan remaja usia
dini, hanya muncul sedikit kasus rubella bawaan

2.1.2. Anatomi dan Fisiologi


1.

Anatomi kulit.
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan

organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh,
pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi.
Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan
jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit
bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak
kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan
dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu
lapisan jaringan ikat.
a.Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal
epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan
dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi
regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam) :
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak
kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3.

Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya
ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula
keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.

4.

Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril,


dianggap

filamen-filamen

tersebut

memegang

peranan

penting

untuk

mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada
tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum
dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut
sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.

5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan
bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis
diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak,
usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel
Langerhans).
b. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai
True

Skin.

Terdiri

atas

jaringan

ikat

yang

menyokong

epidermis

dan

menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal


pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
1.
2.

Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.


Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan

bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan
elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia
lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang
menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak
keriput.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung
beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan
shearing forces dan respon inflamasi

c.

Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan

lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar
dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di

tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk
regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan
kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

Gambar 1 : penampang kulit.

2.

Vaskularisasi Kulit
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara

lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis.
Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla
dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat
pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis
3.

Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya

adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier


infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit,
trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen.
Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang
raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari.
Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi
dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan
6

melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur
kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur
meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi
temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang
dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh
darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.
2.1.3. Etiologi
Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus Rubivirus, famili Togaviridae.
Virus dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita. Secara fisiko-kimiawi virus ini
sama dengan anggota virus lain dari famili tersebut, tetapi virus rubela secara serologik
berbeda. Pada waktu terdapat gejala klinis virus ditemukan pada sekret nasofaring,
darah, feses dan urin.
Virus rubela tidak mempunyai pejamu golongan intervetebrata dan manusia
merupakan satu-satunya pejamu golongan vertebrata. Cara Penularannya melalui kontak
dengan sekret nasofaring dari orang terinfeksi. Infeksi terjadi melalui droplet atau
kontak langsung dengan penderita. Pada lingkungan tertutup seperti di asrama calon
prajurit, semua orang yang rentan dan terpajan bisa terinfeksi. Bayi dengan CRS
mengandung virus pada sekret nasofaring dan urin mereka dalam jumlah besar,
sehingga menjadi sumber infeksi.
Penyebab rubella atau campak Jerman adalah virus rubella. Meski virus
penyebabnya berbeda, namun rubella dan campak (rubeola) mempunyai beberapa
persamaan. Rubella dan campak merupakan infeksi yang menyebabkan kemerahan pada
kulit pada penderitanya. Perbedaannya, rubella atau campak Jerman tidak terlalu
menular dibandingkan campak yang cepat sekali penularannya. Penularan rubella dari
penderitanya ke orang lain terjadi melalui percikan ludah ketika batuk, bersin dan udara
yang terkontaminasi. Virus ini cepat menular, penularan dapat terjadi sepekan (1
minggu) sebelum timbul bintik-bintik merah pada kulit si penderita, sampai lebih
kurang sepekan setelah bintik tersebut menghilang. Namun bila seseorang tertular,
gejala penyakit tidak langsung tampak. Gejala baru timbul kira-kira 14 21 hari
kemudian. Selain itu, campak lebih lama proses penyembuhannya sementara rubella
hanya 3 hari, karena itu pula rubella sering disebut campak 3 hari.

2.1.4. Patofisiologi

Virus rubela

2.1.5. Manifestasi Klinis


Keluhan yang dirasakan biasanya lebih ringan dari penyakit campak. Bercakbercak mungkin juga akan timbul tapi warnanya lebih muda dari campak biasa.
Biasanya, bercak timbul pertama kali di muka dan leher, berupa titik-titik kecil
berwarna merah muda. Dalam waktu 24 jam, bercak tersebut menyebar ke badan,
lengan, tungkai, dan warnanya menjadi lebih gelap. Bercak-bercak ini biasanya hilang
dalam waktu 1 sampai 4 hari.
8

Masa inkubasi adalah 14-21 hari. Tanda yang paling khas adalah adenopati
retroaurikuler, servikal posterior, dan di belakang oksipital. Enantem mungkin muncul
tepat sebelum mulainya ruam kulit. Ruam ini terdiri dari bintik-bintik merah tersendiri
pada palatum molle yang dapat menyatu menjadi warna kemerahan jelas pada sekitar
24jam sebelum ruam.
Eksantemnya lebih bervariasi daripada eksantem rubeola. Eksantem pada muka
dan menyebar dengan cepat. Evolusinya begitu cepat sehingga dapat menghilang pada
muka pada saat ruam lanjutannya muncul pada badan. Makulopapula tersendiri ada
pada sejumlah kasus; ada juga daerah kemerahan yang luas yang menyebar dengan
cepat ke seluruh badan, biasanya dalam 24 jam. Ruam dapat menyatu, terutama pada
muka. Selama hari kedua ruam dapat mempunyai gambaran sebesar ujung jarum,
terutama di seluruh tubuh, menyerupai ruam demam scarlet. Dapat terjadi gatal ringan.
Erupsi biasanya jelas pada hari ke 3.
Mukosa faring dan konjungtiva sedikit meradang. Berbeda dengan rubeola, tidak
ada fotofobia. Demam ringan atau tidak selama ruam dan menetap selama 1, 2 atau
kadang-kag 3 hari. Suhu jarang melebihi 38 oC (101oF). Anoreksia, nyeri kepala, dan
malaise tidak biasa. Limpa. sering sedikit membesar. Angka sel darah putih normal atau
sedikit menurun, trombositopeni jarang, dengan atau tanpa purpura. Terutama pada
wanita yang lebih tua dan wanita dewasa, poliartritis dapat terjadi dengan artralgia,
pembengkakan, nyeri dan efusi tetapi biasanya tanpa sisa apapun. Setiap sendi dapat
terlibat, tetapi sendi-sendi kecil tangan paling sering terkena. Lamanya biasanya
beberapa hari; jarang artritis ini menetap selama berbulan-bulan. Parestesia juga telah
dilaporkan. Pada satu epidemi orkidalgia dilaporkan pada sekitar 8% orang laki-laki
usia perguruan tinggi yang terinfeksi.
2.1.6. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mendiagnosa pasti suatu rubella, dapat dilakukan dengan isolasi virus,
hanya saja ini sulit dilakukan dan biayanya juga mahal atau dapat pula dengan titer
antibodi. Tes yang biasa dilakukan adalah tes ELISA untuk antibodi IgG dan IgM.
Antibodi rubella dapat ditemukan pada hari kedua ruam dan mengalami peningkatan
pada hari 10 21. biopsy jaringan atau darah dan CSF dapat pula digunakan untuk
menunjukkan adanya antigen rubella dengan antibodi monoklonal dan untuk

mendeteksi RNA rubella dengan hibridisasi dan reaksi polymerase berantai dari tempat
asal.
2.1.7. Komplikasi
Bermacam-macam komplikasi bisa ditemukan selama stadium akut campak atau
segera sesudah itu. Yang terkena paling sering adalah traktus respiraturius, tetapi
gastroenteritis berat juga terjadi. Laringotrakeobronkitis berat (croup ) bisa
menyebabkan sumbatan aliran udara sehingga memerlukan trakeostomi, terutama pada
anak berusia dibawah 3 tahun. Bronkiolitis bisa menimbulkan sumbatan jalan napas
bagian bawah yang berat. Pneumonia yang jarang tetapi selalu fatal, yaitu pneumonia
interstisialis ( pneumonia sel raksasa ) telah ditemukan pada anak dengan tanggap imun
lemah, termasuk pada anak yang menderita AIDS, yang menderita infeksi campak
persisten progresif tanpa eksantema yang khas dan disertai kegagalan yang unikuntuk
membentuk antibody campak yang spesifik. Gambaran radiografi yang menunjukkan
gambaran interstisial yang jelas keluar dari kedua daerah hilus. Virus campak dapat
diambil berulang kali dari sputum atau dari hapusan nasofaring diwarnai. Usaha untuk
mengobati atau mencegah komplikasi ini belum berhasil.
Keratokonjungtivitis asimtomatik jinak yang menyertai campak dapat memetap
selama 4 bulan ; lesi dapat dilihat hanya dengan biomikroskop lampu cerah. Terjadi lesi
kornea yang lebih berat pada pasien campak yang kurang gizi. Kelainan
elektrokardiografi yang sementara umum terjadi, tetapi jarang terjadi miokarditis yang
sebenarnya. Limfadenopati difus yang menyertai campak mengenai nodus mesenterium
dan dianggap menimbulkan nyeri abdomen yang umum terjadi. Gejala dan tanda
penyakit yang identik dengan apendiksitis akut bisa mengakibatkan intervensi operasi
selama periode prodromal.
Komplikasi akibat bakteri terutama akibat invasi traktus respiraturius
menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi ini bisa disebabkan oleh streptokokus hemolitikus, pneukokokus, H.influensa tipe B, atau stafilokokus. Peribronkitis dan
pneumotitis interstisial terjadi pada hampir semua pasien campak dan sembuh dengan
cepat setelah timbulnya ruam dan turun demam. Puncak demam kedua atau kegagalan
turunnya puncak demam pertama setelah erupsi mencapai puncak menandakan infeksi
bakteri sekunder. Terlihatnya leukositosis perifer yang bergeser kekiri memastikan hal
itu. Radiografi dada dapat menunjukkan bronkopenumonia atau gambaran pneumonia
segmental atau lobar. Apusan atau biakan sputum, aspirasi trakea, cairan pleura, darah,
10

atau bahan sesuai lainnya, akan membantu menemukan penyebab dan memilih obat
antimikroba yang tepat. Usaha mencegah infeksi bakteri sekunder dengan memberikan
antibody profilaksis dalam stadium kataralis tidak memberikan hasil. Komplikasi
bakteri lebih sering terjadi dan lebih berat pada anak yang kekurangan protein.
Dari sindrom yang dapat timbul sesudah campak, yang paling menakutkan
adalah berbagai komplikasi system saraf pusat.sejauh ini yang paling umum adalah
ensefalomielitis, tetapi ensefalopati toksik, neuritis retrobulbar, tromboflebitis vena
serebralis, hemiplegic akibat infark vaskuler dan paralisis asending dengan
polineuropati juga pernah ditemukan.
Ensefalopati toksik muncul dengan kecepatan tinggi pada puncak demam dan
ruam, tetapi manifestasi system saraf pusat lainnya yang lebih umum menjadi tampak
setelah serangan penyakit akut, setelah periode penyembuhan yang berakhir dalam 2
hari atau lebih. Kejang, perubahan kesadaran, dan perubahan tiba-tiba menjadi koma,
sering menandai awitan ensefalomielitis; demam kembali timbul, dan terjadi
leukositosis perifer yang jelas. Angka kematian berkisar antara 10 sampai 25% dan
sekuele yang bermakna berupa kelainan motorik, intelek dan emosi terjadi pada 20
sampai 50% penderita yang selamat dari kematian.
Selama vase viremia campak awal, terjadi trombositopenia yang tidak cukup
berat untuk menyebabkan perdarahan spontan, tetapi hal itu memperlihatkan kerusakan
megakariosit oleh virus. Komplikasi pasca infeksi lain yang jarang dan tidak dapat
diterangkan adalah purpura trombositopenik, yang terjadi 4 sampai 14 hari setelah ruam
dan bisa menimbulkan purpura kulit yang hebat, perdarahan genitourinarius dan
gastrointestinalis, serta epistaksis. Kortikosteroid memberikaan kesembuhan segera
dengan berhentinya perdarahan dan kembalinya dengan mantap hitung trombosit
menjadi normal. Respon ini menguatkan konsep bahwa komplikasi ini mungkin suatu
fenomena autoimun.
Efek buruk campak terhadap beberapa penyakit dasar tidak diketahui dengan
jelas. Keaktifan kembali atau eksaserbasi tuberculosis selama serangan campak
beberapa kali ditemukan. Satu hal yang menyebabkan kekurangan kekebalan seluler
adalah hilangnya hipersensitivitas kulit terhadap tuberkuloprotein ( dan antigen lain )
yang terjadi karena campak dan menetap selama beberapa minggu setelah itu, jadi
reactor positif sebelumnya bisa menghasilkan test kulit negative. Kerusakan traktus
respiraturius dapat menjelaskan memburuknya keadaan pasien yang sedang menderita
fibrosis kistik. Bayi dengan defisiensi protein dalam dietnya bisa jatuh ke kwashiorkor
11

berat saat diserang campak sebagai akibat menurunnya asupan melalui oral,
meningkatnya kehilangan melalui gastrointestinal dan keseimbangan nitrogen negative
dari infeksi. Berbeda dengan efek samping yang tidak disukai ini, campak kadangkadang dapat memicu dieresis yang baik pada anak yang menderita sindrom nefrotik
refrakter.
Campak saat masa gestasi, walaupun jarang bisa mengindusi kelahiran
premature, bayi lahir mati atau abortus tetapi tidak dengan meningkatnya insiden
malformasi congenital.
2.1.8. Pencegahan
Pada orang yang rentan, proteksi pasif dari atau pelemahan penyakit dapat
diberikan secara bervariasi dengan injeksi intramuskuler globulin imun serum (GIS)
yang diberikan dengan dosis besar (0,25-0,50 mL/kg atau 0,12-0,20 mL/lb) dalam 7-8
hari pasca pemajanan. Efektiviias globulin imun tidak dapat diramalkan. Tampaknya
tergantung. pada kadar antibodi produk yang digunakan dan pada faktor yang belum
diketahui. Manfaat GIS telah dipertanyakan karena pada beberapa keadaan ruam
dicegah dan manifestasi klinis tidak ada atau minimal walaupun virus hidup dapat
diperagakan dalam darah. Bentuk pencegahan ini tidak terindikasi, kecuali pada wanita
hamil nonimun.
Program vaksinasi atau imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan
terhadap rubella. Di Amerika Serikat mengharuskan untuk imunisasi sernua laki-laki
dan wanita umur 12 dan 15 bulan serta pubertas dan wanita pasca pubertas tidak hamil.
Imunisasi adalah efektif pada umur 12 bulan tetapi mungkin tertunda sampai 15 bulan
dan diberikan sebagai vaksin campak-parotitis-rubella (measles-mumps-rubella
[MMR]). Imunisasi rubella harus diberikan pada wanita pasca pubertas yang
kemungkinan rentan pada setiap kunjungan perawatan kesehatan. Untuk wanita yang
mengatakan bahwa mereka mungkin hamil imunisasi harus ditunda. Uji kehamilan tidak
secara rutin diperlukan, tetapi harus diberikan nasehat mengenai sebaiknya menghindari
kehamilan selama 3 bulan sesudah imunisasi. Kebijakan imunisasi sekarang telah
berhasil memecahkan siklus epidemic rubella yang biasa di Amerika Serikat dan
menurunkan insiden sindrom rubella kongenital yang dilaporkan pada hanya 20 kasus
pada tahun 1994. Namun imunisasi ini tidak mengakibatkan penurunan presentase
wanita usia subur yang rentan terhadap rubella.

12

2.1.9
Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan Medis
Kecuali tindakan pendukung umum, tidak ada terapi terbaru bagi pasien yang
tidak mengalami komplikasi. Walaupun ribavirin menghambat replikasi virus campak
invitro, tidak terlihat hasil yang nyata pada pemberian invivo. Penggunaan antipiretik
yang bijaksana untuk demam tinggi dan obat penekan batuk mungkin bermanfaat secara
simptomatik. Pemberian pengobatan yang lebih spesifik seperti pemberian anti mikroba
yang tepat harus digunakan untuk mengobati komplikasi infeksi bakteri sekunder.
Oleh karena campak jelas menurunkan cadangan vitamin A, yang menimbulkan
tingginya insiden xeroftalmia dan ulkus kornea pada anak yang kurang gizi, WHO
menganjurkan supplement vitamin A dosis tinggi di semua daerah dengan defisiensi
vitamin A. supplement vitamin A juga telah memperlihatkan penurunan frekuensi dan
keparahan pneumonia dan laringotrakeobronkitis akibat kerusakan virus campak pada
epitel traktus respiraturius bersilia. Pada bayi usia di bawah 1 tahun diberi vitamin A
sebanyak 100.000 IU dan untuk pasien lebih tua diberikan 200.000 IU. Dosis ini
diberikan segera setelah diketahui terserang campak. Dosis kedua diberikan hari
berikutnya, bila terlihat tanda kekurangan vitamin A dimata dan diulangi 1 sampai 4
minggu kemudian.
2.

Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit campak merupakan penyakit yang mudah sekali menular. Selain itu

sering menyebabkan kematian jika mengenai anak yang keadaan gizinya buruk
sehingga mudah sekali mendapatkan komplikasi terutama bronkopneumonia. Pasien
campak dengan bronkopnumonia perlu dirawat di rumah sakit karena memerlukan
perawatan yang yang memadai ( kadang perlu infuse atau oksigen ). Masalah yang perlu
diperhatikan ialah kebutuhan nutrisi, gangguan suhu tubuh, gangguan rasa aman
nyaman, risiko terjadinya komplikasi.
a.

Kebutuhan Nutrisi
Campak menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia. Anak sering

mengeluh mulut pahit sehingga tidak mau makan atau minum. Demam yang tinggi
menyebabkan pengeluaran cairan lebih banyak. Keadaan ini jika tidak diperhatikan agar
anak mau makan ataupun minim akan menambah kelemahan tubuhnya dan
memudahkan timbulnya komplikasi.

13

b. Gangguan suhu tubuh


Campak selalu didahului demam tinggi. Demam yang disebabkan infeksi virus ini
pada akhirnya akan turun dengan sendirinya setelah campaknya keluar banyak, kecuali
bila terjadi komplikasi demam akan tetap berlangsung lebih lama. Untuk menurunkan
suhu tubuh biasanya diberikan antipiretik dan jika tinggi sekali diberiakan sedative
untuk mencegah terjadinya kejang.
c. Gangguan rasa aman nyaman
Gangguan ini dirasakan anak karena adanya demam, tak enak badan, pusing, mulut
terasa pahit dan kadang muntah-muntah. Biasanya anak juga tidak tahan meluhat sinar
karena silau, batuk bertambah banyak dan akan berlangsung lebih lama dari campaknya
sendiri. Anak kecil akan sangat rewel, pada waktu malam anak sering minta digendong
saja. Jika eksantem telah keluar anak akan merasa gatal, hal ini juga menambah
gangguan aman dan kenyamanan anak. Untuk mengurangi rasa gatal tubuh anak
dibedaki dengan bedak salisil 1% atau lainnya ( atas resep dokter ). Selama masih
demam tinggi jangan dimandikan tetapi sering-sering dibedaki saja.
d.

Resiko terjadinya komplikasi


Campak sering menyebabkan daya tahan tubuh sangat menurun. Hal ini dapat

dibuktikan dengan uji tuberculin yang semula positif berubah menjadi negative. Ini
menunjukkan bahwa antigen antibody pasien sangat kurang kemampuannya untuk
bereaksi terhadap infeksi. Oleh karena itu resiko terjadinya komplikasi lebih besar
terutama jika keadaan umum anak kurang baik, seperti pada pasien dengan malnutrisi
atau dengan penyakit kronik lainya.
2.2.
Tinjauan Teoritis Keperawatan
2.2.1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan
yang mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu :
1. Pengumpulan Data
a. Anamnese
a) Identitas penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan status gizi yang
kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis kelamin (L dan P pervalensinya
sama), suku bangsa, no register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.
b) Keluhan utama

14

Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema dibelakang telinga,
di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, badan
panas, enantema ( titik merah ) dipalatum durum dan palatum mole.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang tua atau anak
tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan
enantema serta upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak dengan pasien
campak.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
f) Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III;
dan campak.
g) Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori untuk umur 1-6
tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus
8 + 2n.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)

Gizi buruk kurang dari 60%


Gizi kurang 60 % - <80 %
Gizi baik 80 % - 110 %
Obesitas lebih dari 120 %

b. Pemeriksaan fisik ( had to toe )


a) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan tanda-tanda vital.
b) Kepala dan leher
Inspeksi :
Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis, fotofobia, adakah
eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah.
Palpasi :
adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan didaerah leher
belakang,
c)
Mulut
Inspeksi :

15

Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, enantema di
palatum durum dan palatum mole, perdarahan pada mulut dan traktus digestivus.

d) Toraks
Inspeksi :
Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan pada hidung. Pada
penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis menyerupai influenza.
Auskultasi :
Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
e) Abdomen
Inspeksi :
Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
Auskultasi
Bising usus.
Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal, misalnya masa atau
pembengkakan.
e)
Kulit
Inspeksi :
Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
Palpasi :
Turgor kulit menurun
2.2.2. Diagnosa Keperawatan
1.

Resiko penyebaran infeksi b/d organisme purulen

2.

Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan secret

3.

Kerusakan integritas kulit b/d penurunan imunitas

4.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake tidak adekuat

5.

Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi

6.

Nyeri akut b/d agen injury

2.2.3. Intervensi Keperawatan


N
o

Diagnosa
keperawatan

Resiko penyebaran

NOC :

infeksi b/d organisme

1. Immune Status
2. Knowledge

purulen

Tujuan dan Kriteria


Hasil

Intervensi

NIC :

16

Infection Control (Kontrol


:

infeksi)

Definisi : Peningkatan

Infection control
3. Risk control

resiko masuknya
organisme patogen

1. Prosedur Infasif
2. Ketidakcukupan
pengetahuan untuk

Kriteria Hasil :

menghindari
paparan patogen
3. Trauma
4. Kerusakan jaringan
dan peningkatan
paparan
lingkungan
5. Ruptur membran
amnion
6. Agen farmasi
(imunosupresan)
7. Malnutrisi
8. Peningkatan
paparan
lingkungan
patogen
9. Imonusupresi
10. Ketidakadekuatan

tanda dan gejala


infeksi
2. Mendeskripsikan
proses

penularan

penyakit,

setelah

lingkungan

dipakai

pasien

lain
2. Pertahankan

1. Klien bebas dari


Faktor-faktor resiko :

1. Bersihkan

factor

teknik

isolasi
3. Batasi pengunjung bila
perlu
4. Instruksikan

pada

pengunjung

untuk

mencuci

tangan

saat

berkunjung dan setelah

yang
mempengaruhi
penularan

serta

penatalaksanaanny
a,
3. Menunjukkan
mencegah
timbulnya infeksi
4. Jumlah
leukosit
batas

normal
5. Menunjukkan
perilaku
sehat

meninggalkan pasien
5. Gunakan
sabun
antimikrobia untuk cuci
tangan
6. Cuci
tangan

kemampuan untuk

dalam

berkunjung

hidup

sebelum

sesudah

tindakan kperawtan
7. Gunakan baju, sarung
tangan

sebagai

alat

pelindung
8. Pertahankan lingkungan
aseptik

selama

pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer
dan

imum buatan
11. Tidak adekuat

dan

setiap

line

central

dan

dressing sesuai dengan


petunjuk umum
10. Gunakan

pertahanan
sekunder

intermiten

(penurunan Hb,

menurunkan

Leukopenia,

kateter
untuk
infeksi

kandung kencing
11. Tingktkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik

penekanan respon
inflamasi)
12. Tidak adekuat

bila perlu

17

pertahanan tubuh
primer (kulit tidak

Infection

utuh, trauma

(proteksi terhadap infeksi)

jaringan,

1. Monitor tanda dan gejala

penurunan kerja

infeksi sistemik dan lokal


2. Monitor
hitung

silia, cairan tubuh

Protection

granulosit, WBC
3. Monitor
kerentanan

statis, perubahan
sekresi pH,

terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring
pengunjung

perubahan
peristaltik)
13. Penyakit kronik

terhadap

penyakit

menular
6. Partahankan

teknik

aspesis pada pasien yang


beresiko
7. Pertahankan

teknik

isolasi k/p
8. Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
9. Inspeksi
kulit
membran
terhadap

dan

mukosa
kemerahan,

panas, drainase
10. Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
11. Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
12. Dorong masukan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
15. Ajarkan

pasien

dan

keluarga tanda dan gejala


infeksi
16. Ajarkan

18

cara

menghindari infeksi
17. Laporkan
kecurigaan
infeksi
18. Laporkan kultur positif
2

Bersihan jalan nafas


tidak efektif b/d

NOC :

NIC :

Respiratory status :

penumpukan secret.

1.

Ventilation

oral / tracheal suctioning


2. Auskultasi suara nafas

Respiratory status :
Definisi :

Airway patency

sebelum

Ketidakmampuan
Kriteria Hasil :

sekresi atau obstruksi

1. Mendemonstrasika

dari saluran pernafasan

n batuk efektif dan

untuk

suara nafas yang

mempertahankan

bersih, tidak ada

kebersihan jalan nafas.

sianosis

dan

dyspneu

(mampu

Batasan Karakteristik :

bernafas

dengan

1. Dispneu,

mudah, tidak ada

nafas
2. Orthopneu
3. Cyanosis
4. Kelainan suara
nafas (rales,
wheezing)
5. Kesulitan berbicara
6. Batuk, tidak
efekotif atau tidak
ada
7. Mata melebar
8. Produksi sputum
9. Gelisah
10. Perubahan
frekuensi dan irama

pursed lips)
2.
Menunjukkan
jalan nafas yang
paten (klien tidak
merasa

tercekik,

irama

nafas,

frekuensi
pernafasan
rentang
tidak

dalam
suara

nafas abnormal)
3. Mampu
mengidentifikasika
n dan mencegah

19

sesudah

dan

keluarga

tentang

suctioning
4. Minta klien nafas dalam
sebelum

suction

dilakukan.
5. Berikan
O2

dengan

menggunakan

nasal

untuk

memfasilitasi

suksion nasotrakeal
6. Gunakan alat yang steril
sitiap

melakukan

tindakan
7. Anjurkan pasien untuk
istirahat dan napas dalam
setelah

kateter

dikeluarkan
normal,

ada

dan

suctioning.
3. Informasikan pada klien

untuk membersihkan

Penurunan suara

Airway suction
Pastikan kebutuhan

dari

nasotrakeal
8. Monitor status oksigen
pasien
9. Ajarkan

keluarga

bagaimana
melakukan suksion
10. Hentikan suksion

cara
dan

berikan oksigen apabila

nafas
Faktor-faktor yang

factor yang dapat

pasien

menghambat jalan

bradikardi,

nafas

saturasi O2, dll.

berhubungan:
-

teknik chin lift atau jaw

menghirup asap

thrust bila perlu


2. Posisikan
pasien

rokok, perokok
Fisiologis :

pemasangan alat jalan

disfungsi

nafas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika

neuromuskular,
hiperplasia dinding

perlu
6. Keluarkan

bronkus, alergi
jalan nafas, asma.

sekret

dengan

batuk atau suction


7. Auskultasi suara nafas, catat

Obstruksi jalan
nafas : spasme

adanya suara tambahan


8. Lakukan suction pada mayo
9. Kolaborasi
pemberian

jalan nafas, sekresi


tertahan,
banyaknya mukus,

10.

bronkodilator bila perlu


Berikan pelembab udara

adanya jalan nafas

Kassa

buatan, sekresi

Lembab
Atur intake untuk cairan

11.

bronkus, adanya

basah

NaCl

mengoptimalkan

eksudat di alveolus,
adanya benda asing

12.

di jalan nafas.
3

untuk

memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya

pasif-POK, infeksi

peningkatan

Airway Management
1. Buka jalan nafas, guanakan

Lingkungan :
merokok,

menunjukkan

keseimbangan.
Monitor respirasi

dan

status O2

Kerusakan integritas

NOC : Tissue Integrity NIC : Pressure

kulit b/d penurunan

: Skin and Mucous Management

imunitas

Membranes
1. Anjurkan pasien untuk

Kriteria Hasil :
1. Integritas

20

kulit

menggunakan

pakaian

yang

baik

bisa
yang longgar

dipertahankan
(sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
2. Tidak ada luka/lesi
pada kulit
3. Perfusi
jaringan

pemahaman dalam
perbaikan

kulit

dan

mencegah
terjadinya

sedera

berulang
5. Mampu
melindungi

kulit

dan
mempertahankan
kelembaban
dan

tempat tidur
3. Jaga

kebersihan

kulit

agar tetap bersih dan


kering

baik
4. Menunjukkan
proses

2. Hindari kerutan padaa

kulit

perawatan

4. Mobilisasi pasien (ubah


posisi pasien) setiap dua
jam sekali
5. Monitor

kulit

akan

adanya kemerahan
6. Oleskan

lotion

minyak/baby

atau

oil

pada

derah yang tertekan


7. Monitor

aktivitas

dan

mobilisasi pasien

alami
8. Monitor

status

nutrisi

pasien

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari

NOC :

Nutrition Management

Nutritional Status :

kebutuhan tubuh b/d

food and Fluid Intake

intake tidak adekuat

Kriteria Hasil :
1. Adanya

Definisi : Intake nutrisi

peningkatan berat

tidak cukup untuk

badan sesuai

21

1. Kaji

adanya

alergi

makanan
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien.
3. Anjurkan pasien untuk

keperluan metabolisme
tubuh.

dengan tujuan
2. Berat badan ideal
sesuai dengan

Batasan karakteristik :
1.

Berat
badan 20 % atau
lebih di bawah
ideal

2.

Dilapor

tinggi badan
3. Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda
tanda malnutrisi
5. Tidak terjadi

meningkatkan intake Fe
4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan

protein

dan vitamin C
5. Berikan substansi gula
6. Yakinkan
diet
yang
dimakan
tinggi

mengandung
serat

untuk

mencegah konstipasi
7. Berikan makanan yang

kan adanya intake

penurunan berat

terpilih

(sudah

makanan yang

badan yang

dikonsultasikan

dengan

kurang dari RDA

berarti

ahli gizi)
8. Ajarkan

(Recomended

pasien

bagaimana

Daily Allowance)
3.
Membra

membuat

catatan makanan harian.


9. Monitor jumlah nutrisi

n mukosa dan

dan kandungan kalori


10. Berikan
informasi

konjungtiva pucat
4.
Kelema

tentang kebutuhan nutrisi


11. Kaji kemampuan pasien

han otot yang


digunakan untuk

untuk

menelan/mengunya

mendapatkan

nutrisi yang dibutuhkan

h
5.

Luka,
Nutrition Monitoring

inflamasi pada

1. BB pasien dalam batas

rongga mulut
6.
Mudah

normal
2. Monitor

merasa kenyang,

penurunan berat badan


3. Monitor tipe dan jumlah

sesaat setelah
mengunyah

aktivitas

makanan
7.

yang

biasa

dilakukan
4. Monitor interaksi anak

Dilapor
kan atau fakta

atau

adanya kekurangan

orangtua

makan
5. Monitor

makanan
8.

adanya

Dilapor
22

selama

lingkungan

kan adanya

selama makan
6. Jadwalkan pengobatan

perubahan sensasi

dan

rasa
9. Perasaan

perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor
kekeringan,

untuk mengunyah
makanan
Miskon

rambut

sepsi
11.Kehilangan BB
dengan makanan
Keengg

pada abdomen
Tonus
otot jelek

15.

abdominal dengan
atau tanpa patologi
16.
Kurang
makanan
uh darah kapiler

makanan

kesukaan
13. Monitor

pertumbuhan

kemerahan,

dan

kekeringan

jaringan

hiperemik,

mulai rapuh
Diare

edema,
hipertonik

papila lidah dan cavitas


oral.
17. Catat jika lidah berwarna

dan atau
steatorrhea

magenta, scarlet

Kehilan
gan rambut yang
cukup banyak
(rontok)

20.

kadar Ht
12. Monitor

nuntrisi
16. Catat adanya

Pembul

19.

dan

konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake

berminat terhadap

18.

mudah patah
10. Monitor
mual

dan perkembangan
14. Monitor
pucat,

Nyeri

17.

dan

total protein, Hb, dan

anan untuk makan


13.
Kram
14.

kusam,

muntah
11. Monitor kadar albumin,

cukup
12.

tidak

selama jam makan


7. Monitor kulit kering dan

ketidakmampuan

10.

tindakan

Suara

usus hiperaktif
21.
Kurang
23

nya informasi,
misinformasi
Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi zatzat gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.
5

Kurang pengetahuan
b/d kurangnya

NOC :

NIC :

Kowlwdge : disease

informasi

process

1. Berikan penilaian tentang

Kowledge : health
Definisi :

Behavior

Tidak adanya atau

Kriteria Hasil :

kurangnya informasi

1. Pasien dan
keluarga

dengan topic spesifik.

menyatakan
pemahaman

Batasan karakteristik :

tentang penyakit,

memverbalisasikan

kondisi,

adanya masalah,

prognosis dan

ketidakakuratan

program

perilaku tidak sesuai.

pengobatan
2. Pasien dan
keluarga mampu

Faktor yang
berhubungan :

tingkat
pasien

kognitif sehubungan

mengikuti instruksi,

Teaching : disease Process

melaksanakan
prosedur yang

24

pengetahuan
tentang

proses

penyakit yang spesifik


2. Jelaskan
patofisiologi
dari

penyakit

bagaimana

hal

berhubungan
anatomi

dan

dan

ini
dengan

fisiologi,

dengan cara yang tepat.


3. Gambarkan tanda dan
gejala yang biasa muncul
pada penyakit, dengan
cara yang tepat
4. Gambarkan
penyakit,

dengan

proses
cara

yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan

keterbatasan kognitif,
interpretasi terhadap
informasi yang salah,
kurangnya keinginan
untuk mencari
informasi, tidak
mengetahui sumbersumber informasi.

dijelaskan secara
benar
3. Pasien dan
keluarga mampu
menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya

penyebab, dengna cara


yang tepat
6. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
7. Hindari harapan yang
kosong
8. Sediakan bagi keluarga
atau

SO

informasi

tentang kemajuan pasien


dengan cara yang tepat
9. Diskusikan
perubahan
gaya

hidup

yang

mungkin

diperlukan

untuk

mencegah

komplikasi di masa yang


akan datang dan atau
proses

pengontrolan

penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
11. Dukung pasien
mengeksplorasi
mendapatkan

untuk
atau
second

opinion

dengan

cara

yang

tepat

atau

diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Instruksikan
pasien
mengenai

tanda

dan

gejala untuk melaporkan


pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara

25

yang tepat.
6

Nyeri akut b/d agen


injury

NOC :
Pain Management

Pain Level,
Pain control,

Definisi :

1. Lakukan

Comfort level

Sensori yang tidak


menyenangkan dan

nyeri

Kriteria Hasil :
1.

mengontrol nyeri

yang muncul secara

(tahu

aktual atau potensial

nyeri,

kerusakan jaringan

menggunakan

atau menggambarkan

tehnik

adanya kerusakan

nonfarmakologi

(Asosiasi Studi Nyeri

untuk

Internasional):

mengurangi

serangan mendadak

nyeri,

intensitasnya dari
ringan sampai berat
yang dapat diantisipasi
dengan akhir yang
dapat diprediksi dan
dengan durasi kurang
dari 6 bulan.

2.

Laporan secara

lokasi,

termasuk

karakteristik,

durasi, frekuensi, kualitas

penyebab

dan faktor presipitasi


mampu 2. Observasi
reaksi
nonverbal

dari

ketidaknyamanan
3. Gunakan
teknik
komunikasi
untuk

mencari

bantuan)
Melaporkan
bahwa

nyeri

berkurang dengan
menggunakan
manajemen nyeri
3.
Mampu
mengenali

nyeri

terapeutik
mengetahui

pengalaman nyeri pasien


4. Kaji
kultur
yang
mempengaruhi
nyeri
5. Evaluasi

respon

pengalaman

nyeri masa lampau


6. Evaluasi bersama pasien
dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan
kontrol

nyeri

masa

(skala, intensitas,
frekuensi

Batasan karakteristik :

secara

komprehensif

Mampu

pengalaman emosional

atau pelan

pengkajian

lampau
dan 7. Bantu

tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa

verbal atau non

nyaman

setelah

verbal

nyeri berkurang

pasien

keluarga untuk mencari


dan

menemukan

dukungan
8. Kontrol lingkungan yang

Fakta dari observasi

dapat

Posisi antalgic

nyeri

untuk menghindari

ruangan,

nyeri

dan kebisingan
26

dan

mempengaruhi
seperti

suhu

pencahayaan

Gerakan

9. Kurangi faktor presipitasi

melindungi

nyeri
10. Pilih

Tingkah laku
Muka topeng

Gangguan tidur

farmakologi

dan

inter

nyeri untuk menentukan

gerakan kacau,

intervensi
12. Ajarkan tentang teknik

menyeringai)
Terfokus pada diri

non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk

sendiri

mengurangi nyeri
14. Evaluasi
keefektifan

Fokus menyempit
(penurunan

kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan
dengan

persepsi waktu,
kerusakan proses

dokter jika ada keluhan

berpikir, penurunan

dan tindakan nyeri tidak

interaksi dengan

berhasil
17. Monitor

orang dan
lingkungan)
-

non

personal)
11. Kaji tipe dan sumber

capek, sulit atau

nyeri

(farmakologi,

(mata sayu, tampak

lakukan

penanganan

berhati-hati
-

dan

penerimaan

pasien

Tingkah laku

tentang

manajemen nyeri

distraksi, contoh :
jalan-jalan,

Analgesic Administration

menemui orang

1. Tentukan

lain dan/atau

karakteristik,

aktivitas, aktivitas

kualitas,

dan derajat nyeri sebelum

berulang-ulang)
-

lokasi,

pemberian obat
2. Cek instruksi

Respon autonom
(seperti

dokter

tentang jenis obat, dosis,

diaphoresis,

dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik

perubahan tekanan
darah, perubahan

diperlukan

27

yang
atau

nafas, nadi dan

kombinasi dari analgesik

dilatasi pupil)

ketika pemberian lebih

Perubahan

dari satu
5. Tentukan

autonomic dalam

analgesik tergantung tipe

tonus otot

dan beratnya nyeri


6. Tentukan
analgesik

(mungkin dalam
rentang dari lemah

pilihan, rute pemberian,

ke kaku)
-

dan dosis optimal


7. Pilih rute pemberian

Tingkah laku
ekspresif (contoh :

secara

gelisah, merintih,

pengobatan nyeri secara

menangis,

IV,

teratur
8. Monitor

waspada, iritabel,

sebelum

nafas

pemberian

panjang/berkeluh

IM

untuk

vital
dan

sign
sesudah

analgesik

pertama kali
9. Berikan analgesik tepat

kesah)
-

pilihan

Perubahan dalam

waktu terutama saat nyeri

nafsu makan dan

hebat
10. Evaluasi

minum

analgesik,
Faktor yang

efektivitas
tanda

gejala (efek samping)

berhubungan :
Agen injuri
(biologi, kimia,
fisik, psikologis)

28

dan

BAB 3
PENUTUP
3.3.

Kesimpulan
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk

makulo popular selama tiga hari atau lebih disertai panas badan 38 0c atau lebih dan
disertai salah satu gejala batuk, pilek dan mata merah.
Keluhan yang umum muncul adalah kelerahan yang timbul pada bagian
belakang telinga, dahi, dan menjalar keseluruh tubuh. Selain itu, timbul gejala seperti
flu disetai mata berair dan kemerahan ( konjungtivitis ). Setalah 3-4 hari kemerahan
mulai menghilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam
1-2 minggu dan apabila sembuh kulit akan tampak seperti bersisik.
Pada anak sehat dan cukup gizi, campak biasanya tidak menjadi masalah serius.
Dengan istirahatyang cukup dan gizi yang baik, penyakit campak ( pada kasus ringan )
dapat sembuh dengan cepat tanpa menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Namun,
bila anak dalam kondisi yang yang tidak sehat dapat menyebebkan kematian pada anak.

29

Pengobatan pada anak dengan campak dapat dilakukan secara simtomatik yaitu
antipeiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki keadaan umum.
Tindakan lain adalah pengobatan segera terhadap komplikasi ayng timbul. Pencegahan
penyakit campak dapat dilakukan dengan menberikan imunisasi campak pada balita usia
9 bulan ke atas ( imunisasi aktif ).
3.2.

Saran

1.

Perawat
Mengingat bahwa penyakit campak merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang angka mordibilitasnya masih tinggi, maka penulis menyarankan untuk semua
perawat jika menemukan kasus campak secepatnya dirujuk ke rumah sakit ssehingga
anak secepatnya mendapatkan perawatan dan pengobatan yang lebih baik. Untuk lebih
mengetahui perkenbangan anak, hendaknya perawat mengunakan asuhan keperawatan
secara tepat.
2.
Keluarga
Penulis menyarankan keluarga untuk tanggap dan ikut serta dalam perawatan
anak serta memperhatikan status gizi anak jika anak terkena penyakit campak tidak akan
berdampak buruk bagi kondisi anak
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Sudarth, 2002. Keperawatan medikal bedah edisi 8,volume 2, Jakarta :
EGC.
Hasan,R.2005. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Universitas Indonesia.
Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba
Medika.
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. 2000. Medica Aesculaplus FK UI.
Keperawatan Medikal Bedah. EGC.
Ranuh, I.G.N,Dkk. 2001. Buku Imunisasi Di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi Ikatan
Dokter Anak Indonesia.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

30

31

Vous aimerez peut-être aussi