Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa pada tahun
2012 penyakit kardiovaskuler lebih banyak menyebabkan kematian daripada
penyakit lainnya.Infark miokard akut (IMA) merupakan salah satu penyakit
kardiovaskuler terbanyak pada pasien rawat inap dirumah sakit negara-negara
industri (Antman dan Braunwald, 2010). Infark miokard adalah kematian sel
miokard akibat iskemia yang berkepanjangan. Menurut WHO, infark miokard
diklasifikasikan berdasarkan dari gejala, kelainan gambaran EKG,dan enzim
jantung. Infark miokard dapat dibedakan menjadi infark miokard dengan
elevasi gelombang ST (STEMI) dan infark miokard tanpa elevasi gelombang
ST (NSTEMI) (Thygesen et al., 2012).ST elevation myocardial infarction
(STEMI)merupakan salah satu spektrum sindroma koroner akut (SKA) yang
paling berat (Kumar dan Canon, 2009).
Sumatera Barat merupakan provinsi dengan prevalensi penyakit
jantung tertinggi ke-4 di Indonesia yaitu 15,4% setelah provinsi Sulawesi
Tengah (16,9%), Aceh (16,6%)dan Gorontalo (16,0%) (Delima et al., 2009).
Berdasarkan hasil penelitian di RS Khusus Jantung Sumatera Barat pada
tahun 2011-2012, menyatakan bahwa kejadian SKA terbanyak adalah STEMI
dengan persentase sebesar 52% dari keseluruhan SKA (Zahara et al., 2013).
Penelitian lain di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada pasien STEMI
yang dilakukan tindakan IKPP didapatkan bahwa laki-laki lebih banyak yang
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat memahami konsep dan mengaplikasikan secara
langsung dalam memberikan Asuhan Keperawatan Pada klien dengan
STEMI di Ruang Rawat Inap Jantung RSUD Padang Panjang
Kota
Padang panjang.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan STEMI di
Ruang Rawat Inap jantung RSUD Padang Panjang Kota Padang panjang,
diharapkan penulis mampu:
a. Memahami konsep teoritis STEMI
b. Melakukan pengkajian pada pasien dengan STEMI
c. Menentukan masalah dan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan STEMI
d. Menyusun rencana tindakan (Intervensi) keperawatan pada pasien
dengan STEMI
e. Melakukan implementasi pada pasien dengan STEMI
f. Melakukan evaluasi pada pasien dengan STEMI
g. Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien
dengan STEMI
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
a. Dapat
menambah
pengetahuan
dan
pengalaman
dalam
b. Pendidikan
Memberikan sumbangan ilmiah atau referensi untuk meningkatkan
kualitas pendidikan keperawatan medikal bedah, khususnya pada klien
dengan hipertiroidisme, dan menambah pengetahuan bagi para
pembaca.
B.
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara
permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun
di pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan
enzim jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG. Infark Miokard Akut
diklasifikasikan berdasar EKG 12 sandapan menjadi Infark miokard akut STelevasi (STEMI) : oklusi total dari arteri koroner yang menyebabkan area infark
yang lebih luas meliputi seluruh ketebalan miokardium, yang ditandai dengan
adanya elevasi segmen ST pada EKG. Infark miokard akut non STelevasi(NSTEMI): oklusi sebagian dari arteri koroner tanpa melibatkan seluruh
ketebalan miokardium, sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada EKG (Sudoyo,
2010).
Sindroma koroner akut dengan elevasi segment ST atau disebut juga
STEMI (ST Elevasi Myocard Infarction) adalah oklusi koroner akut dengan
iskemia miokard berkepanjangan yang pada akhirnya akan menyebabkan
kematian miosit kardiak. Kerusakan miokard yang terjadi tergantung pada letak
dan lamanya sumbatan aliran darah, ada atau tidaknya kolateral, serta luas wilayah
miokard yang diperdarahi pembuluh darah yang tersumbat (SPM RSJP Harapan
Kita, 2009). STEMI (ST Elevasi Myocard Infarction)merupakan bagian dari
sindrom koroner akut yang ditandai dengan adanya elevasi segmen ST. STEMI
terjadi karena oklusi total pembuluh darah koroner yang tiba-tiba (Fuster, 2007).
Iskemia terjadi oleh karena obstruksi, kompresi, ruptur karena trauma dan
vasokonstriksi. Obstruksi pembuluh darah dapat disebabkan oleh embolus,
trombus atau plak aterosklerosis. Kompresi secara mekanik dapat disebabkan oleh
tumor, volvulus atau hernia. Ruptur karena trauma disebabkan oleh aterosklerosis
dan vaskulitis. Vaskokonstriksi pembuluh darah dapat disebabkan obat-obatan
seperti kokain (Wikipedia, 2010).
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Fenton,
2009). Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak
umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan (Santoso, 2005).
Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (ST Elevation Myocardial
Infarct) merupakan bagian dari spektrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri
atas angina pektoris tak stabil, IMA tanpa elevasi ST, dan IMA dengan elevasi ST.
Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) terjadi jika aliran darah koroner
menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang
sudah ada sebelumnya. Trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi
injuri vaskuler, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok,
hipertensi, dan akumulasi lipid (Sudoyo, 2010). Tahun 2013, 478.000 pasien di
Indonesia didiagnosa Penyakit Jantung Koroner. Saat ini, prevalensi STEMI
meningkat dari 25% ke 40% dari presentasi Infark Miokard(Depkes, 2013).
B. ETIOLOGI
STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi
injuri vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok,
hipertensi dan akumulasi lipid.
Penyempitan arteri koroner nonsklerolik
Penyempitan aterorosklerotik
Trombus
Plak aterosklerotik
Lambatnya aliran darah didaerah plak atau oleh viserasi plak
Peningkatan kebutuhan oksigen miokardium
Penurunan darah koroner melalui yang menyempit
Penyempitan arteri oleh perlambatan jantung selama tidur
Spasme otot segmental pada arteri kejang otot
C. PATOFISIOLOGI
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
sebelumnya. Stenosis arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara lambat
biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak kolateral
sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat
pada lokasi injuri vascular. Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak
aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan jika kondisi local atau
sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi thrombus mural pada lokasi
rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian histology
dan
anti-proliferasi.
Sebaliknya,
disfungsi
endotel
justru
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat , seperti rasa terbakar,
ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir, tertekan yang
berlangsung 20 menit, tidak berkurang dengan pemberian nitrat, gejala
yang menyertai : berkeringat, pucat dan mual, sulit bernapas, cemas, dan
lemas.
b. Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat atau obat nitrat.
c. Kelainan lain: di antaranya atrima, henti jantung atau gagal jantung akut.
d. Bisa atipik:
Pada manula: bisa kolaps atau bingung.
Pada pasien diabetes: perburukan status metabolik atau atau gagal
jantung bisa tanpa disertai nyeri dada.
E. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang terjadi pada pasien STEMI, adalah:
a. Disfungsi ventrikuler
Setelah STEMI, ventrikel kiri akan mengalami perubahan serial
dalambentuk, ukuran, dan ketebalan pada segmen yang mengalami infark
dan non infark. Proses inidisebut remodeling ventikuler dan umumnya
mendahului berkembangnya gagal jantung secara klinis dalam hitungan
bulan atau tahun pasca infark. Segera setelah infark ventrikel kiri
mengalami dilatasi.Secara akut, hasil ini berasal dari ekspansi infark al ;
slippage serat otot, disrupsi sel miokardial normal dan hilangnya jaringan
dalam zona nekrotik.
Selanjutnya,
terjadi
pula
pemanjangan
segmen
noninfark,
ukuran dan lokasi infark, dengan dilatasi tersebar pasca infark pada apeks
ventikrel kiri yang yang mengakibatkan penurunan hemodinamik yang
nyata, lebih sering terjadi gagal jantung dan prognosis lebih buruk.
Progresivitas dilatasi dan konsekuensi klinisnya dapat dihambat dengan
terapi inhibitor ACE dan vasodilator lain. Pada pasien dengan fraksi ejeksi
< 40 % tanpa melihat ada tidaknya gagal jantung, inhibitor ACE harus
diberikan.
b. Gangguan hemodinamik
Gagal pemompaan ( puump failure ) merupakan penyebab utama
kematian di rumah sakit pada STEMI. Perluasaan nekrosis iskemia
mempunyai korelasi yang baik dengan tingkat gagal pompa dan mortalitas,
baik pada awal ( 10 hari infark ) dan sesudahnya. Tanda klinis yang sering
dijumpai adalah ronkhi basah di paru dan bunyi jantung S3 dan S4 gallop.
Pada pemeriksaan rontgen dijumpai kongesti paru.
c.
d.
e.
f.
Gagal jantung
Syok kardiogenik
Perluasan IM
Emboli sitemik/pilmonal
F. PENATALAKSANAAN
Tujuan dari penanganan pada infark miokard adalah menghentikan
perkembangan serangan jantung, menurunkan beban kerja jantung (memberikan
kesempatan untuk penyembuhan) dan mencegah komplikasi lebih lanjut.Berikut
ini adalah penanganan yang dilakukan pada pasien dengan AMI:
yang
menyumbat
arteri
koroner.
Waktu
paling
efektive
pemberiannya adalah 1 jam stelah timbul gejal pertama dan tidak boleh
lebih dari 12 jam pasca serangan. Selain itu tidak boleh diberikan pada
pasien diatas 75 tahun Contohnya adalah streptokinase
b. Beta Blocker
Obat-obatan ini menrunkan beban kerja jantung. Bisa juga digunakan
untuk mengurangi nyeri dada atau ketidaknyamanan dan juga mencegah
serangan jantung tambahan. Beta bloker juga bisa digunakan untuk
memperbaiki aritmia. Terdapat dua jenis yaitu cardioselective (metoprolol,
atenolol, dan acebutol) dan non-cardioselective (propanolol, pindolol, dan
nadolol)
c. Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitors
Obat-obatan ini menurunkan tekanan darah dan mengurangi cedera pada
otot jantung. Obat ini juga dapat digunakan untuk memperlambat
kelemahan pada otot jantung. Misalnya captropil
d. Obat-obatan antikoagulan
Obat- obatan ini mengencerkan darah dan mencegah pembentukan bekuan
darah pada arteri. Missal: heparin dan enoksaparin.
e. Obat-obatan Antiplatelet
Obat-obatan ini (misal aspirin dan clopidogrel) menghentikan platelet
untuk membentuk bekuan yang tidak diinginkan.
1. IDENTITAS KLIEN
Nama
: Ny.D
Umur
No MR
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Suku
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Tanggal Masuk
Sumber Informasi
: 66 th
: 417313
: perempuan
: kawin
: minang
: islam
: SMP
: RT
: 08-12-2016
: pasien dan keluarga
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Sakit
: Meninggal
3. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran
: composmentis
Keadaan umum
: lemah
Berat badan
: 45 kg
Tinggi badan
: 145 cm
Vital sign
TD
: 102/70 mmHg
N
: 82 x/i
RR
: 32 x/i
Suhu : 36,5 C
SpO2 : 98 %
a. Kepala
Bentuk kepala normal cephal, tidak ada benjolan di kepala dan tidak
ada kelainan yang ditemui.
b. Mata
Konjungtiva
: anemis ( - )
Sclera
: ikterik ( - )
Palpebra
: tidak ada oedema
Fungsi penglihatan membayang dan tidak ada kelainan yang
ditemui
c. Hidung
Bentuk simetris kiri dan kanan, sinus ( - )
d. Mulut
Sianosis (-), mukosa bibir pucat
e. Gigi
Jumlah gigi tidak lengkap, keadaan mulut bersih
f. Telinga
Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, fungsi pendengaran
baik dan tidak ada kelainan yang ditemui
g. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar
JVP
:
R+2 cmH2O
h. Pemeriksaan dada
Inspeksi
: bentuk dada simetris kiri dan kanan
Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
Palpasi
Palpasi
: Hepar
: tidak teraba
Limpa
: tidak teraba
Massa tumor (-)
k. Genitalia
Ny.D terpasang kateter
l. Ektremitas
Atas
: tangan kanan terpasanga infus RL 10 tts/mnt
Drip vascon 1,7 cc/jam dengan syringepump
Bawah
: tidak oedema di kaki kiri dan kanan, akral dingin
m. Integumen
Turgor kulit baik, lesi (-), sianosis (-) , CRT >3 dtk
4. DATA BIOLOGIS
BB
: 45 kg
TB
: 145 cm
No
Aktivitas
Sehat
Sakit
1.
Makan
Frekuensi
Menu
Porsi
Pantangan
3x sehari
Nasi + lauk + sayur
1 porsi
Tidak ada
2x sehari
ML DJ
1 porsi
Tinggi garam
Minum
5-6 gelas
Tidak ada
santan
2.
Jumlah
pantangan
BAB
Frekuensi
Warna
Bau
Kosistensi
BAK
3.
Frekuensi
Warna
Bau
Kosistensi
Personal Hygine
500cc
Tidak ada
1x sehari
Kuning
Khas
Padat
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
4-5 x sehari
Kuning
Pesing
cair
1000 cc/hari
Kuning
Pesing
Cair
dan
Mandi
Cuci rambut
Gosok gigi
Potong kuku
2 x sehari
Belum ada
3 x seminggu
Belum ada
2 x sehari
Belum ada
2 x seminggu
Belum ada
Tidak ada
2 3 jam
7 - 8 jam
5 6 jam
Istirahat tidur
Siang
Malam
Kesulitan tidur
Tidak ada
Sering bangun
1. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap obat, makanan dan
udara
2. Data psikologi
Klien tampak cemas mengahapi penyakit yang dideritanya, kadang pasien
menagis dan ngigau ketika sesak napasnya datang
3. Data spiritual
Sebelum sakit klien selalu beribadah sholat 5 waktu, saat sakit klien selal
mengucap dan berzikir
4. Data sosial
Klien mengatakan sering bersosialisasi dengan tetangga dan masyarakat
sekitar dan sering mengikuti pengajian
5. Data ekonomi
Klien termasuk dalam golongan menengah ke atas dan klien juga memiliki
lahan untuk berkebun
6. Data penunjang
Hb : 1,6 g/dL
Leukosit : 8.000
Hemotokrit : 41,7%
Tro,bosit : 233.000
Hasil pemeriksaan ECHOCARDIOGRAFI
o Aorta : 2,7
o Left atrium : 2,5
o Ejetion fraction : 70%
o Dimensi rung jantung baik
o Kontraktilitas baik
Cek BTA
Rontagen Thorax P.A
EKG
7. Data pengobatan
- Zinat 2 x 500/ oral
- Asetil sistein 3 x 200/ oral
- Bcomp 3 x 1/ oral
- Aspilet 1 x 80mg/ oral
- CPG 1 x 75mg/ oral
- Simvastatin 1 x 20mg/ oral
- ISDN 3 x 5mg/ oral
- Rampivil 1 x 5mg/ oral
- Pct 3 x 500/ oral
- Furosemid
- Arixtra (inj) 1 x 0,25mg/ sc
- Lasix (inj) 2 x 1 amp/ IV
- IVFD RL 10 tts/ menit
- Vascon 1,7 cc/ jam
- Terpasang monitor
DATA FOKUS
Data subjektif
Klien mengatakan kepala pusing
Klien mengatakan badan terasa dingin
Klien mengatakan berkeringat
Klien mengatakan sesak nafas
Data objektif
Klien tampak berkeringat
Klien tampak pucat
Klien tampak cemas
Akral dingin
Klien tampak kurang tidur
TD : 108/67 mmHg
N : 92 x mnt
S : 36,5 C
RR : 21x/ mnit
SpO2 : 93%
Hb : 12,6 g/dL
Leukosit : 8000
Mt : 41,7%
Trombo : 233.000
Terpasang monitor
Terpasang kateter
IVFd RL 10 tts/ mnit drip vascon 1,7 cc/jam
Terpasang O2 2 liter
ANALISA DATA
Nama pasien : Ny.D
No.MR : 457313
No
Data Fokus
Etiologi
Masalah
.
1.
Ds :
- klien mengatakan napas Hiperventilasi
-
terasa sesak
klien mengatakan badan
terasa dingin
Do:
- klien tampak terpasang
-
oksigen 2 liter
RR : 21x/mnit
Pola
efektif
nafas
tidak
2.
dibagian
akibat sumbatan arteri
epigastrium menjalar ke
koroner
-
punggung
Dada terasa panas
Frekuensi nyeri 20 menit
Nyeri semakin berat saat
beraktivitas
Nyeri timbul
secara
mendadak
Do :
3.
Ds :
-
Ketidakseimbangan
Anoreksia
nutrisi
kurang
kebutuhan tubuh
sedikit
Do :
-
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner
2. Pola nafas tidak efektif b/d hiperventilasi
3. Katidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
dari
INTERVENSI
No
DIAGNOSA
TUJUAN
&
KRITERIA INTERVENSI
HASIL
1.
NOC
Nyeri akut b/d isk emia Setelah
NIC
dilakukan
asuhan NIC
penyebab
mampu
teknik
nyeri,
menggunakan
nonfarmakologi
pengkajian
nyeri
Lakukan
dengan
secara
komprehensif ( lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,kualitas
faktor pesipitasi)
Observasi reaksi
verbal
dan
non
dari
ketidaknyamanan
Gunakan
teknik
menggunakan managemen
nyeri
Mampu mengenali nyeri
(skala,
intensitas,
komunikasi
untuk
teraipetik
mengetahui
mempengaruhi
seperti
suhu
pencahayaan,
kebisingan
Ajarkan tentang teknik
pernafasan / relaksasi
Berikan analgetik untuk
menguranggi nyeri
Evaluasi
keefektifan
kontrol nyeri
Anjurkan klien
untuk
beristirahat
Kolaborasi dengan dokter
jika keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
Analgetic Administration
Cek
instruksi
dokter
sign
sebelumdan
sesudah
pemberian
analgetik
pertama kali
Berikan analgetik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
Evaluasi
analgetik,
efektifitas
tanda
Pola nafas tidak efektif b/d Setelah dilakukan askep selama NIC
hiperventilasi, kecemasan
dan
menjadi
efektif,
dengan
kriteria :
Buka
jalan
nafas,
mendemonstrasikan batuk
dan
(mampu
dyspneu
mengeluarkan
tercekik,
irama
rentang
ada
memaksimalkan ventilasi
Identifikasi
pasien
suara
normal,
nafas
abnormal)
Tanda tanda vital dalam
rentang normal
adanya
suara
tambahan
Lakukan suction
mayo
Berikan
pada
bronkodilator
bila perlu
Berikan pelembab udara
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
Monitor espirasi
dan
status O2
Respiratory Monitoring
Monitor
kedalaman,
rata-rata
irama
dan
usaha espirasi
Catat pergerakan dada,
amati
kesimetrisan,
penggunaan
otot
dan
intercostal
Monitor
suara
nafas
seperti dengkur
Monitor pola nafas
bradipnea,
kusmaul,
takipnea,
hiperventilasi,
(gerakan
paradoksis)
Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak
adanya
ventilasi
dengan
mengauskultasi
crakles
paru
Ketidakseimbangan
nutrisi NOC :
mengetahui hasil
NIC :
3.
Weight Management
Diskusikan
bersama
Fluid Intake
pasien
mengenai
Nutritional
Status : nutrient
makanan,
Intake
peningkatan
Weightcontrol
bersama
medis
yang
dapat
mempengaruhi BB
Diskusikan
bersama
pasien
yang
dan
keperawatan selama .
factor
BB
penurunan BB
Diskusikan
Mengerti
latihan,
energy
kebiasaan,
mengenai
gaya
hidup
berhubungan
untuk
kebiasaan
BB
badan
ideal pasien
Nutrition Management
Kaji
adanya
alergi
makanan
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk
menentukan
jumlah
protein
dan vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan
diet
yang
dimakan
tinggi
mengandung
serat
untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan yang
terpilih
dikonsultasikan
ahli gizi)
Ajarkan
bagaimana
sudah
dengan
pasien
membuat
untuk
mendapatkan
reduction
Assistance
Fasilitasi
keinginan
bersama
pasien
mengenai
penurunan BB
Tentukan
tujuan
penurunan BB
Beri pujian/reward saat
pasien berhasil mencapai
tujuan
Ajarkan
makanan
pemilihan