Vous êtes sur la page 1sur 30

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa pada tahun
2012 penyakit kardiovaskuler lebih banyak menyebabkan kematian daripada
penyakit lainnya.Infark miokard akut (IMA) merupakan salah satu penyakit
kardiovaskuler terbanyak pada pasien rawat inap dirumah sakit negara-negara
industri (Antman dan Braunwald, 2010). Infark miokard adalah kematian sel
miokard akibat iskemia yang berkepanjangan. Menurut WHO, infark miokard
diklasifikasikan berdasarkan dari gejala, kelainan gambaran EKG,dan enzim
jantung. Infark miokard dapat dibedakan menjadi infark miokard dengan
elevasi gelombang ST (STEMI) dan infark miokard tanpa elevasi gelombang
ST (NSTEMI) (Thygesen et al., 2012).ST elevation myocardial infarction
(STEMI)merupakan salah satu spektrum sindroma koroner akut (SKA) yang
paling berat (Kumar dan Canon, 2009).
Sumatera Barat merupakan provinsi dengan prevalensi penyakit
jantung tertinggi ke-4 di Indonesia yaitu 15,4% setelah provinsi Sulawesi
Tengah (16,9%), Aceh (16,6%)dan Gorontalo (16,0%) (Delima et al., 2009).
Berdasarkan hasil penelitian di RS Khusus Jantung Sumatera Barat pada
tahun 2011-2012, menyatakan bahwa kejadian SKA terbanyak adalah STEMI
dengan persentase sebesar 52% dari keseluruhan SKA (Zahara et al., 2013).
Penelitian lain di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada pasien STEMI
yang dilakukan tindakan IKPP didapatkan bahwa laki-laki lebih banyak yang

menderita STEMI (87,5%) dibandingkan perempuan dan usia terbanyak yaitu


rentang 54,657,77 (Ilhami YR et al., 2015).
Karakteristik gejala iskemia miokard yang berhubungan dengan
elevasi gelombang ST persisten yang dilihat berdasarkan EKGdapat
menentukan terjadinya STEMI. Saat ini, kejadian STEMI sekitar 25-40% dari
infark miokard, yang dirawat dirumah sakit sekitar 5-6% dan mortalitas 1
tahunnya sekitar 7- 18% (OGara et al., 2013). Sekitar 865.000 penduduk
Amerika menderita infark miokard akut per tahun dan sepertiganya menderita
STEMI (Yang et al., 2008).
Sindroma koroner akut dengan elevasi segment ST atau disebut juga
STEMI (ST Elevasi Myocard Infarction) adalah oklusi koroner akut dengan
iskemia miokard berkepanjangan yang pada akhirnya akan menyebabkan
kematian miosit kardiak. Kerusakan miokard yang terjadi tergantung pada
letak dan lamanya sumbatan aliran darah, ada atau tidaknya kolateral, serta
luas wilayah miokard yang diperdarahi pembuluh darah yang tersumbat
(SPM RSJP Harapan Kita, 2009). STEMI (ST Elevasi Myocard
Infarction)merupakan bagian dari sindrom koroner akut yang ditandai dengan
adanya elevasi segmen ST. STEMI terjadi karena oklusi total pembuluh darah
koroner yang tiba-tiba (Fuster, 2007).
Iskemia terjadi oleh karena obstruksi, kompresi, ruptur karena trauma
dan vasokonstriksi. Obstruksi pembuluh darah dapat disebabkan oleh
embolus, trombus atau plak aterosklerosis. Kompresi secara mekanik dapat
disebabkan oleh tumor, volvulus atau hernia. Ruptur karena trauma

disebabkan oleh aterosklerosis dan vaskulitis. Vaskokonstriksi pembuluh


darah dapat disebabkan obat-obatan seperti kokain (Wikipedia, 2010).
Ruangan rawat inap Jantung RSUD Padang Panjang merupakan ruang
rawat inap dengan perawatan pada klien dengan masalah kardiovaskuar dan.
Sementara data yang didapat dari buku register ruangan rawat inap inap
Jantung RSUD Padang Panjang selama 3 bulan terakhir yaitu bulan Oktober
hingga bulan Desember 2016 angka kejadian klien dengan kasus
kardiovaskular 76,2% Dari tingginya angka kejadian penyakit jantung, yang
salah satu kasusnya yaitu STEMI .
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot
jantung secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses
degeneratif maupun di pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan
nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan
EKG. STEMI adalah cermin dari pembuluh darah koroner tertentu yang
tersumbat total sehingga aliran darahnya benar-benar terhenti, otot jantung
yang dipendarahi tidak dapat nutrisi-oksigen dan mati.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik mengangkat kasus
sebagai seminar akhir KMB dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Ny. D
dengan STEMI di Ruang Rawat Inap Jantung RSUD Padang Panjang Tahun
2016.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat memahami konsep dan mengaplikasikan secara
langsung dalam memberikan Asuhan Keperawatan Pada klien dengan
STEMI di Ruang Rawat Inap Jantung RSUD Padang Panjang

Kota

Padang panjang.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan STEMI di
Ruang Rawat Inap jantung RSUD Padang Panjang Kota Padang panjang,
diharapkan penulis mampu:
a. Memahami konsep teoritis STEMI
b. Melakukan pengkajian pada pasien dengan STEMI
c. Menentukan masalah dan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan STEMI
d. Menyusun rencana tindakan (Intervensi) keperawatan pada pasien
dengan STEMI
e. Melakukan implementasi pada pasien dengan STEMI
f. Melakukan evaluasi pada pasien dengan STEMI
g. Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien
dengan STEMI

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
a. Dapat
menambah

pengetahuan

dan

pengalaman

dalam

mengaplikasikan asuhan keperawatan medical bedah pada klien


dengan Hipertioroidisme
b. Meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan
medikal bedah pada klien dengan Hipertiroidisme
2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Dapat dijadikan literatur atau referensi untuk meningkatkan kualitas


pendidikan keperawatan, khususnya dalam asuhan keperawatan medikal
bedah.
3. Bagi Profesi
Sebagai bahan masukan dan informasi untuk menambah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap bagi institusi terkait, khususnya dalam
meningkatkan pelayanan keperawatan medical bedah pada klien dengan
hipertiroidisme
4. Bagi Institusi
a. Rumah Sakit
Sebagai bahan informasi bagi perawat dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan medical bedah melalui asuhan keperawatan
medical bedah yang sesuia dengan teoritis, khususnya pada klien dengan
Hipertiroidisme.

b. Pendidikan
Memberikan sumbangan ilmiah atau referensi untuk meningkatkan
kualitas pendidikan keperawatan medikal bedah, khususnya pada klien
dengan hipertiroidisme, dan menambah pengetahuan bagi para
pembaca.

B.

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara
permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun
di pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan
enzim jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG. Infark Miokard Akut
diklasifikasikan berdasar EKG 12 sandapan menjadi Infark miokard akut STelevasi (STEMI) : oklusi total dari arteri koroner yang menyebabkan area infark
yang lebih luas meliputi seluruh ketebalan miokardium, yang ditandai dengan
adanya elevasi segmen ST pada EKG. Infark miokard akut non STelevasi(NSTEMI): oklusi sebagian dari arteri koroner tanpa melibatkan seluruh
ketebalan miokardium, sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada EKG (Sudoyo,
2010).
Sindroma koroner akut dengan elevasi segment ST atau disebut juga
STEMI (ST Elevasi Myocard Infarction) adalah oklusi koroner akut dengan
iskemia miokard berkepanjangan yang pada akhirnya akan menyebabkan
kematian miosit kardiak. Kerusakan miokard yang terjadi tergantung pada letak
dan lamanya sumbatan aliran darah, ada atau tidaknya kolateral, serta luas wilayah
miokard yang diperdarahi pembuluh darah yang tersumbat (SPM RSJP Harapan
Kita, 2009). STEMI (ST Elevasi Myocard Infarction)merupakan bagian dari
sindrom koroner akut yang ditandai dengan adanya elevasi segmen ST. STEMI
terjadi karena oklusi total pembuluh darah koroner yang tiba-tiba (Fuster, 2007).

Iskemia terjadi oleh karena obstruksi, kompresi, ruptur karena trauma dan
vasokonstriksi. Obstruksi pembuluh darah dapat disebabkan oleh embolus,
trombus atau plak aterosklerosis. Kompresi secara mekanik dapat disebabkan oleh
tumor, volvulus atau hernia. Ruptur karena trauma disebabkan oleh aterosklerosis
dan vaskulitis. Vaskokonstriksi pembuluh darah dapat disebabkan obat-obatan
seperti kokain (Wikipedia, 2010).
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Fenton,
2009). Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak
umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan (Santoso, 2005).
Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (ST Elevation Myocardial
Infarct) merupakan bagian dari spektrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri
atas angina pektoris tak stabil, IMA tanpa elevasi ST, dan IMA dengan elevasi ST.
Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) terjadi jika aliran darah koroner
menurun secara mendadak akibat oklusi trombus pada plak aterosklerotik yang
sudah ada sebelumnya. Trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi
injuri vaskuler, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor-faktor seperti merokok,
hipertensi, dan akumulasi lipid (Sudoyo, 2010). Tahun 2013, 478.000 pasien di
Indonesia didiagnosa Penyakit Jantung Koroner. Saat ini, prevalensi STEMI
meningkat dari 25% ke 40% dari presentasi Infark Miokard(Depkes, 2013).

B. ETIOLOGI

STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi
injuri vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok,
hipertensi dan akumulasi lipid.
Penyempitan arteri koroner nonsklerolik
Penyempitan aterorosklerotik
Trombus
Plak aterosklerotik
Lambatnya aliran darah didaerah plak atau oleh viserasi plak
Peningkatan kebutuhan oksigen miokardium
Penurunan darah koroner melalui yang menyempit
Penyempitan arteri oleh perlambatan jantung selama tidur
Spasme otot segmental pada arteri kejang otot

C. PATOFISIOLOGI
STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara
mendadak setelah oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada
sebelumnya. Stenosis arteri koroner derajat tinggi yang berkembang secara lambat
biasanya tidak memicu STEMI karena berkembangnya banyak kolateral
sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat
pada lokasi injuri vascular. Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak
aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan jika kondisi local atau
sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi thrombus mural pada lokasi
rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian histology

menunjukkan plak koroner cendeeung mengalami rupture jika mempunyai


vibrous cap yang tipis dan intinya kaya lipid (lipid rich core).
Faktor-faktor seperti usia, genetik, diet, merokok, diabetes mellitustipe II,
hipertensi, reactive oxygen species dan inflamasi menyebabkan disfungsi dan
aktivasi endotelial. Pemaparan terhadap faktor-faktor di atas menimbulkan injury
bagi sel endotel. Akibat disfungsi endotel, sel-sel tidak dapat lagi memproduksi
molekul-molekul vasoaktif seperti nitric oxide, yang berkerja sebagai vasodilator,
anti-trombotik

dan

anti-proliferasi.

Sebaliknya,

disfungsi

endotel

justru

meningkatkan produksi vasokonstriktor, endotelin-1,dan angiotensin II yang


berperan dalam migrasi dan pertumbuhan sel (Ramrakha, 2006).
Infark Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat mengenai
endokardium sampai epikardium,disebut infark transmural, namun bisa juga
hanya mengenai daerah subendokardial,disebut infark subendokardial. Setelah 20
menit terjadinya sumbatan,infark sudah dapat terjadi pada subendokardium,dan
bila berlanjut terus rata-rata dalam 4 jam telah terjadi infark transmural.
Kerusakan miokard ini dari endokardium ke epikardium menjadi komplit dan
ireversibel dalam 3-4 jam. Meskipun nekrosis miokard sudah komplit,proses
remodeling miokard yang mengalami injury terus berlanjut sampai beberapa
minggu atau bulan karena daerah infark meluas dan daerah non infark mengalami
dilatasi.

D. MANIFESTASI KLINIS

a. Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat , seperti rasa terbakar,
ditindih benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir, tertekan yang
berlangsung 20 menit, tidak berkurang dengan pemberian nitrat, gejala
yang menyertai : berkeringat, pucat dan mual, sulit bernapas, cemas, dan
lemas.
b. Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat atau obat nitrat.
c. Kelainan lain: di antaranya atrima, henti jantung atau gagal jantung akut.
d. Bisa atipik:
Pada manula: bisa kolaps atau bingung.
Pada pasien diabetes: perburukan status metabolik atau atau gagal
jantung bisa tanpa disertai nyeri dada.

E. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang terjadi pada pasien STEMI, adalah:
a. Disfungsi ventrikuler
Setelah STEMI, ventrikel kiri akan mengalami perubahan serial
dalambentuk, ukuran, dan ketebalan pada segmen yang mengalami infark
dan non infark. Proses inidisebut remodeling ventikuler dan umumnya
mendahului berkembangnya gagal jantung secara klinis dalam hitungan
bulan atau tahun pasca infark. Segera setelah infark ventrikel kiri
mengalami dilatasi.Secara akut, hasil ini berasal dari ekspansi infark al ;
slippage serat otot, disrupsi sel miokardial normal dan hilangnya jaringan
dalam zona nekrotik.
Selanjutnya,

terjadi

pula

pemanjangan

segmen

noninfark,

mengakibatkan penipisan yang didisprosional dan elongasi zona infark.


Pembesaran ruang jantung secara keseluruhan yang terjadi dikaitkan

ukuran dan lokasi infark, dengan dilatasi tersebar pasca infark pada apeks
ventikrel kiri yang yang mengakibatkan penurunan hemodinamik yang
nyata, lebih sering terjadi gagal jantung dan prognosis lebih buruk.
Progresivitas dilatasi dan konsekuensi klinisnya dapat dihambat dengan
terapi inhibitor ACE dan vasodilator lain. Pada pasien dengan fraksi ejeksi
< 40 % tanpa melihat ada tidaknya gagal jantung, inhibitor ACE harus
diberikan.
b. Gangguan hemodinamik
Gagal pemompaan ( puump failure ) merupakan penyebab utama
kematian di rumah sakit pada STEMI. Perluasaan nekrosis iskemia
mempunyai korelasi yang baik dengan tingkat gagal pompa dan mortalitas,
baik pada awal ( 10 hari infark ) dan sesudahnya. Tanda klinis yang sering
dijumpai adalah ronkhi basah di paru dan bunyi jantung S3 dan S4 gallop.
Pada pemeriksaan rontgen dijumpai kongesti paru.
c.
d.
e.
f.

Gagal jantung
Syok kardiogenik
Perluasan IM
Emboli sitemik/pilmonal

F. PENATALAKSANAAN
Tujuan dari penanganan pada infark miokard adalah menghentikan
perkembangan serangan jantung, menurunkan beban kerja jantung (memberikan
kesempatan untuk penyembuhan) dan mencegah komplikasi lebih lanjut.Berikut
ini adalah penanganan yang dilakukan pada pasien dengan AMI:

a. Berikan oksigen meskipun kadar oksigen darah normal. Persediaan


oksigen yang melimpah untuk jaringan, dapat menurunkan beban kerja
jantung. Oksigen yang diberikan 5-6 L /menit melalu binasal kanul.
b. Pasang monitor kontinyu EKG segera, karena aritmia yang mematikan
dapat terjadi dalam jam-jam pertama pasca seranga
c. Pasien dalam kondisi bedrest untuk menurunkan kerja jantung sehingga
mencegah kerusakan otot jantung lebih lanjut. Mengistirahatkan jantung
berarti memberikan kesempatan kepada sel-selnya untuk memulihkan diri
d. Pemasangan IV line untuk memudahkan pemberan obat-obatan dan nutrisi
yang diperlukan. Pada awal-awal serangan pasien tidak diperbolehkan
mendapatkan asupa nutrisi lewat mulut karena akan meningkatkan
kebutuhan tubuh erhadap oksigen sehingga bisa membebani jantung.
e. Pasien yang dicurigai atau dinyatakan mengalami infark seharusnya
mendapatkan aspirin (antiplatelet) untuk mencegah pembekuan darah.
Sedangkan bagi pasien yang elergi terhadap aspirin dapat diganti dengan
clopidogrel.
f. Nitroglycerin dapat diberikan untuk menurunkan beban kerja jantung dan
memperbaiki aliran darah yang melalui arteri koroner. Nitrogliserin juga
dapat membedakan apakah ia Infark atau Angina, pada infark biasanya
nyeri tidak hilang dengan pemberian nitrogliserin.
g. Morphin merupakan antinyeri narkotik paling poten, akan tetapi sangat
mendepresi aktivitas pernafasan, sehingga tdak boleh digunakan pada
pasien dengan riwayat gangguan pernafasan. Sebagai gantinya maka
digunakan petidin
h. Pada prinsipnya jika mendapatkan korban yang dicurigai mendapatkan
serangan jantung, segera hubungi 118 untuk mendapatkan pertolongan
segera. Karena terlambat 1-2 menit saa nyawa korban mungkin tidak
terselamatkan lagi

Obat-obatan yang digunakan pada pasien dengan AMI diantaranya:


a. Obat-obatan trombolitik
Obat-obatan ini ditujukan untuk memperbaiki kembali airan darah
pembuluh darah koroner, sehingga referfusi dapat mencegah kerusakan
miokard lebih lanjut. Obat-obatan ini digunakan untuk melarutkan bekuan
darah

yang

menyumbat

arteri

koroner.

Waktu

paling

efektive

pemberiannya adalah 1 jam stelah timbul gejal pertama dan tidak boleh
lebih dari 12 jam pasca serangan. Selain itu tidak boleh diberikan pada
pasien diatas 75 tahun Contohnya adalah streptokinase
b. Beta Blocker
Obat-obatan ini menrunkan beban kerja jantung. Bisa juga digunakan
untuk mengurangi nyeri dada atau ketidaknyamanan dan juga mencegah
serangan jantung tambahan. Beta bloker juga bisa digunakan untuk
memperbaiki aritmia. Terdapat dua jenis yaitu cardioselective (metoprolol,
atenolol, dan acebutol) dan non-cardioselective (propanolol, pindolol, dan
nadolol)
c. Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) Inhibitors
Obat-obatan ini menurunkan tekanan darah dan mengurangi cedera pada
otot jantung. Obat ini juga dapat digunakan untuk memperlambat
kelemahan pada otot jantung. Misalnya captropil
d. Obat-obatan antikoagulan
Obat- obatan ini mengencerkan darah dan mencegah pembentukan bekuan
darah pada arteri. Missal: heparin dan enoksaparin.
e. Obat-obatan Antiplatelet
Obat-obatan ini (misal aspirin dan clopidogrel) menghentikan platelet
untuk membentuk bekuan yang tidak diinginkan.

PENGKAJIAN PADA Ny.D DENGAN KASUS STEMI


DIRUANG JANTUNG RSUD PADANG PANJANG

1. IDENTITAS KLIEN
Nama
: Ny.D

Umur
No MR
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Suku
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Tanggal Masuk
Sumber Informasi

: 66 th
: 417313
: perempuan
: kawin
: minang
: islam
: SMP
: RT
: 08-12-2016
: pasien dan keluarga

Keluarga yang bisa di hubungi


Nama
: Tn.F
Umur
: 38 th
Pekerjaan
: wiraswasta
2. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
a. Keluhan utama
Sesak nafas sejak 2 hari yang lalu, nyeri dada
b. Keluhan saat ini
Saat dilakukan pengkajian pasien mengeluhkan nafas terasa sesak,
nafsu makan berkurang sejak 1 bulan yang lalu, terasa pusing,
penglihatan berkunang-kunang, badan terasa dingin dan lemah.
Nyeri dada yang timbulnya mendadak sejak 2 hari yang lalu sebelum
masuk rumah sakit, nyeri menjalar ke punggung, nyeri tidak hilang
dengan istirahat dan nyeri akan semakin berat jika beraktivitas. Faktor
pemicu nyeri disebabkan oleh adanya sumbatan pada arteri koroner.
Lokasi
: pada dada anterior lokasinya di epigastrium
Kualitas
: terasa panas
Intensitas
: skala nyeri 6
Frekuensi
: 20 menit
c. Riwayat penyakit dahulu
Ny. D pindahan dari ruang paru dengan diagnosa Bronkhopneumonia
sudah dirawat 1 hari di ruang paru, kemudian pindah ke ruang jantung
dengan diagnosa STEMI
d. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga mengatakan bahwa tidak ada keluarganya yang penyakit
jantung, baik dari keluarga suami ataupun Ny.D
e. Genogram

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Sakit
: Meninggal

3. PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran
: composmentis
Keadaan umum
: lemah
Berat badan
: 45 kg
Tinggi badan
: 145 cm
Vital sign
TD
: 102/70 mmHg
N
: 82 x/i
RR
: 32 x/i
Suhu : 36,5 C

SpO2 : 98 %
a. Kepala
Bentuk kepala normal cephal, tidak ada benjolan di kepala dan tidak
ada kelainan yang ditemui.
b. Mata
Konjungtiva
: anemis ( - )
Sclera
: ikterik ( - )
Palpebra
: tidak ada oedema
Fungsi penglihatan membayang dan tidak ada kelainan yang
ditemui
c. Hidung
Bentuk simetris kiri dan kanan, sinus ( - )
d. Mulut
Sianosis (-), mukosa bibir pucat
e. Gigi
Jumlah gigi tidak lengkap, keadaan mulut bersih
f. Telinga
Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, fungsi pendengaran
baik dan tidak ada kelainan yang ditemui
g. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar
JVP
:
R+2 cmH2O
h. Pemeriksaan dada
Inspeksi
: bentuk dada simetris kiri dan kanan
Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
Palpasi

: Massa tumor (-)


Fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi
: Sonor
Auskultasi
: Bunyi utama
: Vesikuler
Bunyi tambahan : Wheezing , Rhonki
i. Pemeriksaan jantung
Inspeksi
: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: Ictus cordis tidak teraba
Perkusi
:
Batas atas
: ICS 2 kiri
Batas bawah
: ICS 5 kiri
Batas jantung kanan : Linea parasternalis dekstra
Batas jantung kiri
: Linea midclavikularis kiri
Auskultasi
: BJ I/II, murni regular, murmur (-)
Bising (+) 20 x/mnt
j. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
: distensi (-), tidak ada kelainan yang ditemui
Auskultasi
: Peristaltik (+), kesan normal, BU (+) 20 x/mnt
Perkusi
: Timpani (+) Ascites (-)

Palpasi

: Hepar
: tidak teraba
Limpa
: tidak teraba
Massa tumor (-)

k. Genitalia
Ny.D terpasang kateter
l. Ektremitas
Atas
: tangan kanan terpasanga infus RL 10 tts/mnt
Drip vascon 1,7 cc/jam dengan syringepump
Bawah
: tidak oedema di kaki kiri dan kanan, akral dingin
m. Integumen
Turgor kulit baik, lesi (-), sianosis (-) , CRT >3 dtk
4. DATA BIOLOGIS
BB
: 45 kg
TB
: 145 cm
No

Aktivitas

Sehat

Sakit

1.

Makan
Frekuensi
Menu
Porsi
Pantangan

3x sehari
Nasi + lauk + sayur
1 porsi
Tidak ada

2x sehari
ML DJ
1 porsi
Tinggi garam

Minum

5-6 gelas
Tidak ada

santan

2.

Jumlah
pantangan
BAB
Frekuensi
Warna
Bau
Kosistensi

BAK

3.

Frekuensi
Warna
Bau
Kosistensi

Personal Hygine

500cc
Tidak ada

1x sehari
Kuning
Khas
Padat

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

4-5 x sehari
Kuning
Pesing
cair

1000 cc/hari
Kuning
Pesing
Cair

dan

Mandi
Cuci rambut
Gosok gigi
Potong kuku

2 x sehari

Belum ada

3 x seminggu

Belum ada

2 x sehari

Belum ada

2 x seminggu

Belum ada

Tidak ada

2 3 jam

7 - 8 jam

5 6 jam

Istirahat tidur
Siang
Malam
Kesulitan tidur

Tidak ada
Sering bangun
1. Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap obat, makanan dan
udara
2. Data psikologi
Klien tampak cemas mengahapi penyakit yang dideritanya, kadang pasien
menagis dan ngigau ketika sesak napasnya datang
3. Data spiritual
Sebelum sakit klien selalu beribadah sholat 5 waktu, saat sakit klien selal
mengucap dan berzikir
4. Data sosial
Klien mengatakan sering bersosialisasi dengan tetangga dan masyarakat
sekitar dan sering mengikuti pengajian
5. Data ekonomi
Klien termasuk dalam golongan menengah ke atas dan klien juga memiliki
lahan untuk berkebun
6. Data penunjang
Hb : 1,6 g/dL
Leukosit : 8.000
Hemotokrit : 41,7%
Tro,bosit : 233.000
Hasil pemeriksaan ECHOCARDIOGRAFI
o Aorta : 2,7
o Left atrium : 2,5
o Ejetion fraction : 70%
o Dimensi rung jantung baik

o Kontraktilitas baik
Cek BTA
Rontagen Thorax P.A
EKG
7. Data pengobatan
- Zinat 2 x 500/ oral
- Asetil sistein 3 x 200/ oral
- Bcomp 3 x 1/ oral
- Aspilet 1 x 80mg/ oral
- CPG 1 x 75mg/ oral
- Simvastatin 1 x 20mg/ oral
- ISDN 3 x 5mg/ oral
- Rampivil 1 x 5mg/ oral
- Pct 3 x 500/ oral
- Furosemid
- Arixtra (inj) 1 x 0,25mg/ sc
- Lasix (inj) 2 x 1 amp/ IV
- IVFD RL 10 tts/ menit
- Vascon 1,7 cc/ jam
- Terpasang monitor

DATA FOKUS
Data subjektif
Klien mengatakan kepala pusing
Klien mengatakan badan terasa dingin
Klien mengatakan berkeringat
Klien mengatakan sesak nafas

Klien mengatakan nafsu makan berkurang


Klien mengatakan nasi habis separo
Klien mengatakan tidur kurang
Klien mengatakan nyeri dada

Data objektif
Klien tampak berkeringat
Klien tampak pucat
Klien tampak cemas
Akral dingin
Klien tampak kurang tidur
TD : 108/67 mmHg
N : 92 x mnt
S : 36,5 C
RR : 21x/ mnit
SpO2 : 93%
Hb : 12,6 g/dL
Leukosit : 8000
Mt : 41,7%
Trombo : 233.000
Terpasang monitor
Terpasang kateter
IVFd RL 10 tts/ mnit drip vascon 1,7 cc/jam
Terpasang O2 2 liter
ANALISA DATA
Nama pasien : Ny.D
No.MR : 457313
No
Data Fokus

Etiologi

Masalah

.
1.

Ds :
- klien mengatakan napas Hiperventilasi
-

terasa sesak
klien mengatakan badan

terasa dingin
Do:
- klien tampak terpasang
-

oksigen 2 liter
RR : 21x/mnit

Pola
efektif

nafas

tidak

2.

- Klien tampak pucat


Ds :
- Klien mengatakan nyeri
Iskemia
dada

miokard Nyeri akut

dibagian
akibat sumbatan arteri

epigastrium menjalar ke
koroner
-

punggung
Dada terasa panas
Frekuensi nyeri 20 menit
Nyeri semakin berat saat

beraktivitas
Nyeri timbul

secara

mendadak
Do :
3.

Ds :
-

Klien tampak meringis


Klien tampak cemas
Skala nyeri 6
Klien mengatakan nafsu

Ketidakseimbangan
Anoreksia

makan berkurang sejak 1

nutrisi

kurang

bulan yang lalu


Makanan dari RS habis

kebutuhan tubuh

sedikit
Do :
-

Klien tampak pucat


Klien tampak lemas

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner
2. Pola nafas tidak efektif b/d hiperventilasi
3. Katidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia

dari

INTERVENSI
No

DIAGNOSA

TUJUAN

&

KRITERIA INTERVENSI

HASIL
1.

NOC
Nyeri akut b/d isk emia Setelah

NIC
dilakukan

asuhan NIC

miokard akibat sumbata arteri keperawatan selama 1 x 24 Pain Management


koroner

janm nyeri klien berkurang,


dengan kriteria :

penyebab

mampu
teknik

nyeri,

menggunakan
nonfarmakologi

untuk mengurangi nyeri)


Melaporkan bahwa nyeri
berkurang

pengkajian

nyeri

Mampu mengontrol nyeri


(tahu

Lakukan

dengan

secara

komprehensif ( lokasi,
karakteristik,

durasi,

frekuensi,kualitas
faktor pesipitasi)
Observasi reaksi
verbal

dan
non
dari

ketidaknyamanan
Gunakan
teknik

menggunakan managemen
nyeri
Mampu mengenali nyeri
(skala,

intensitas,

frekuensi, dan tanda nyeri


Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang
normal

komunikasi
untuk

teraipetik
mengetahui

pengalaman nyeri klien


evaluasi
pengalaman
nyeri masa lalu
Kontrol lingkungan yang
dapat
nyeri
ruangan,

mempengaruhi
seperti

suhu

pencahayaan,

kebisingan
Ajarkan tentang teknik
pernafasan / relaksasi
Berikan analgetik untuk
menguranggi nyeri
Evaluasi
keefektifan
kontrol nyeri
Anjurkan klien

untuk

beristirahat
Kolaborasi dengan dokter
jika keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
Analgetic Administration
Cek

instruksi

dokter

tentang jenis obat, dosis


dan frekuensi
Cek riwayat alegi
Monitor
vital

sign

sebelumdan

sesudah

pemberian

analgetik

pertama kali
Berikan analgetik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
Evaluasi
analgetik,

efektifitas
tanda

gejala (efak samping)


2.

Pola nafas tidak efektif b/d Setelah dilakukan askep selama NIC
hiperventilasi, kecemasan

3x24 jam pola nafas klien Airway Management :

dan

menjadi

efektif,

dengan

kriteria :

Buka

jalan

nafas,

gunakan teknik chin lift

mendemonstrasikan batuk

atau jaw thrust bila perlu


Posisikan pasien untuk

efektif dan suara nafas


yang bersih, tidak ada
sianosis

dan

(mampu

dyspneu

perlunya pemasangan alat

mengeluarkan

jalan nafas buatan


Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada
Keluarkan secret dengan

sputum, mampu bernafas


dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa

tercekik,

irama

nafas, frekuensi pernafasan


dalam
tidak

rentang
ada

memaksimalkan ventilasi
Identifikasi
pasien

suara

normal,
nafas

abnormal)
Tanda tanda vital dalam
rentang normal

batuk atau suction


Auskultasi suara nafas,
catat

adanya

suara

tambahan
Lakukan suction
mayo
Berikan

pada

bronkodilator

bila perlu
Berikan pelembab udara
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan
Monitor espirasi

dan

status O2
Respiratory Monitoring
Monitor
kedalaman,

rata-rata
irama

dan

usaha espirasi
Catat pergerakan dada,

amati

kesimetrisan,

penggunaan

otot

tambahan, retraksi otot


supraclavicular

dan

intercostal
Monitor
suara

nafas

seperti dengkur
Monitor pola nafas
bradipnea,
kusmaul,

takipnea,
hiperventilasi,

cheyne stokes, biot


Catat lokasi trakea
Monitor kelelahan otot
diafragma

(gerakan

paradoksis)
Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak

adanya

ventilasi

atau suara tambahan


Tentukan
kebutuhan
suction

dengan

mengauskultasi

crakles

dan ronkhi pada jalan


nafas utama
Auskultasi suara

paru

setelah tindakan untuk

Ketidakseimbangan

nutrisi NOC :

mengetahui hasil
NIC :

3.

lebih dari kebutuhan tubuh Nutritiona


b/d anoreksia

Weight Management

Status : food and

Diskusikan

bersama

Fluid Intake

pasien

mengenai

Nutritional

hubungan antara intake

Status : nutrient

makanan,

Intake

peningkatan

Weightcontrol

Ketidak seimbangan nutrisi

bersama

medis

yang

dapat

mempengaruhi BB
Diskusikan
bersama

lebih teratasi dengan


kriteria hasil:

pasien
yang

meningkatkan berat badan


Mengidentfifikasi tingkah
laku dibawah kontrol klien
Memodifikasi diet dalam
waktu yang lama untuk
mengontrol berat badan
Penurunan berat badan 1-2
pounds/mgg
Menggunakan

dan

pasien mengani kondisi

keperawatan selama .

factor

BB

penurunan BB
Diskusikan

Setelah dilakukan tindakan

Mengerti

latihan,

energy

untuk aktivitas sehari hari

kebiasaan,

mengenai
gaya

hidup

dan factor herediter yang


dapat mempengaruhi BB
Diskusikan
bersama
pasien mengenai risiko
yang

berhubungan

dengan BB berlebih dan


penurunan BB
Dorong pasien
merubah
makan
Perkirakan

untuk

kebiasaan
BB

badan

ideal pasien
Nutrition Management

Kaji

adanya

alergi

makanan
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk
menentukan

jumlah

kalori dan nutrisi


yang dibutuhkan pasien.
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan
intake Fe
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan

protein

dan vitamin C
Berikan substansi gula
Yakinkan
diet
yang
dimakan
tinggi

mengandung
serat

untuk

mencegah konstipasi
Berikan makanan yang
terpilih

dikonsultasikan
ahli gizi)
Ajarkan
bagaimana

sudah
dengan
pasien
membuat

catatan makanan harian.


Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien

untuk

mendapatkan

nutrisi yang dibutuhkan


Weight

reduction

Assistance
Fasilitasi

keinginan

pasien untuk menurunkan


BB
Perkirakan

bersama

pasien

mengenai

penurunan BB
Tentukan

tujuan

penurunan BB
Beri pujian/reward saat
pasien berhasil mencapai
tujuan
Ajarkan
makanan

pemilihan

Vous aimerez peut-être aussi