Vous êtes sur la page 1sur 15

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman sebelum Islam datang ke tanah arab, masyarakat jahiliyah jika
ingin melakukan talak dengan istri mereka dengan cara yang merugikan pihak
perempuan. Mereka mentalak istrinya, kemudian rujuk kembali pada saat iddah
istrinya hapir habis, kemudian mentalaknya kembali. Hal ini terjadi secara
berulang-ulang, sehingga istrinya menjadi terkatung-katung statusnya. Dengan
datangnya Islam, maka aturan seperti itu diubah dengan ketentuan bahwa talak
yang boleh dirujuki itu hanya dua kali. Setelah itu boleh rujuk, tetapi dengan
beberapa persyaratan yang berat.
Ada lagi tentang poligami, ini bukan lagi merupakan pembicaraan yang baru
dikenal dan hal yang baru ada dikehidupan manusia, bahkan poligami merupakan
warisan yang membudaya dikehidupan manusia. Akan tetapi masalah poligami
akhir-akhir ini masih saja menjadi permasalahan yang tak kunjung selesai baik
dikalangan orang muslim sendiri ataupun non-Muslim, meski mereka sudah tahu
bahwa hal itu merupakan suatu ajaran atau syari'ah yang harus diterima
keberadaannya. Poligami bukan hanya gencar menjadi pembicaraan dikalangan
muslim saja, orang non-Muslim juga tak habis-habisnya mempermasalahkan
praktek poligami, bahkan mereka sampai melontarkan tuduhan pada Nabi kita
bahwa beliau adalah orang hiperseksual. Tapi kalau menurut pada sejarah dan Alkitab yang mereka miliki ternyata para pendahulu-pendahulu mereka bahkan para
nabi-nabi mereka sudah terbiasa melakukan praktek poligami.
Dan poligami dalam islam adanya bukan tanpa tujuan dan alasan yang
rasional, seperti yang kita ketahui bahwa semua yang telah menjadi aturan dan
hukum dalam islam itu sudah ada alasan dan hikmah yang terkadang kita kurang
menyadari dan memahami.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari makalah ini
yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Apa itu pengertian Talak?


Apa macam-macam Talak?
Bagaimana hukum Talak?
Bagaimana lafadz-lafadz Talak?
Bagaimana bilangan Talak?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan makalah ini antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.

Mengetahui dan Memahami pengertian Talak


Mengetahui dan Memahami macam-macam Talak
Mengetahui hukum Talak
Mengetahui lafadz-lafadz Talak
Mengetahui dan Memahami bilangan Talak

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Talak
Kata talak berasal dari bahasa Arab artinya menurut bahasa melepaskan
ikatan. Adapun talak menurut istilah syariat Islam ialah melepaskan atau
membatalkan ikatan pernikahan dengan lafadz tertentu yang mengandung arti
menceraikan. Talak merupakan jalan keluar terakhir dalam suatu ikatan
pernikahan antara suami isteri jika mereka tidak terdapat lagi kecocokan dalam
membina rumah tangga. Diantaranya sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu
Umar radhiyallahu anhuma bahwasannya dia menalak istrinya yang sedang haidh.
Umar menanyakan hal itu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Perintahkan kepadanya agar dia merujuk istrinya, kemudian membiarkan
bersamanya sampai suci, kemudian haid lagi, kemudian suci lagi. Lantas setelah
itu terserah kepadanya, dia bisa mempertahankannya jika mau dan dia bisa
menalaknya (menceraikannya) sebelum menyentuhnya (jima) jika mau. Itulah
iddah seperti yang diperintahkan oleh Allah agar para istri yang ditalak dapat
langsung menhadapinya (iddah) (HR. Bukhari dan Muslim).

B. Macam-macam Talak
Talak dibagi beberapa macam, antara lain:
1. Ditinjau dari segi waktunya talak menjadi tiga macam yaitu :
a. Talak Sunni yaitu talak yang dijatuhkan sesuai dengan tuntutan sunnah.
Dikatakan talak sunni jika memenuhi 4 (empat) syarat yaitu :
1) Isteri yang ditalak sudah pernah digauli, bila belum pernah digauli
maka bukan termasuk talak sunni.
2) Isteri dapat segera melakukan menunggu iddah suci setelah ditalak
yaitu dalam keadaan suci dari haid
3) Talak itu dijatuhkan ketika isteri dalam keadaan suci, baik
dipermulaan, dipertengahan maupun diakhir suci, kendati beberapa
saat lalu datang haid.

4) Suami tidak pernah menggauli isteri selama masa suci di mana talak
itu dijatuhkan. Talak yang dijatuhkan oleh suami ketika isteri dalam
keadaan suci dari haid tetapi pernah digauli, tidak termasuk talak
sunni.
b. Talak Bidi yaitu talak yang dijatuhkan tidak sesuai atau bertentangan
dengan tuntutan sunnah dan tidak memenuhi ketentuan syarat-syarat talak
sunni. Termasuk dalam talak bidi adalah :
1) Talak yang dijatuhkan terhadap isteri pada waktu haid (menstruasi)
baik dipermulaan haid maupun dipertengahannya
2) Talak yang dijatuhkan terhadap isteri dalam keadaan suci tetapi pernah
digauli oleh suaminya dalam keadaan suci dimaksud.
2. Ditinjau dari segi dan tegasnya kata-kata yang dipergunakan sebagai ucapan
talak, maka talak dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Talak Sharih yaitu talak dengan mempergunakan kata-kata yang jelas dan
tegas, dapat dipahami sebagai pernyataan talak atau cerai seketika
diucapkan, tidak mungkin dipahami lagi. Beberapa contoh talak sharih
adalah

Engkau saya talak sekarang juga. Engkau saya cerai sekarang juga

Engkau saya firaq sekarang juga. Engkau saya pisahkan sekarang juga

Engkau saya sarah sekarang juga. Engkau saya lepas sekarang juga.

Apabila suami menjatuhkan talak terhadap isterinya dengan talak sharih


maka menjadi jatuhlah talak itu dengan sendirinya sepanjang ucapan itu
dinyatakan dalam keadaan sadar dan atas kemauannya sendiri.
b. Talak Kinayah yaitu talak dengan menggunakan kata-kata sindiran, samarsamar seperti contoh :

Engkau sekarang telah jauh dariku

Selesaikan sendiri segala urusanmu

Janganlah engkau mendekati aku lagi

Pulanglah ke rumah ibumu

Saya sekarang telah sendiri dan hidup membujang

Ucapan-ucapan tersebut mengandung sebuah kemungkinan cerai dan


mengandung kemungkinan lain. Tentang kedudukan talak dengan katakata kinayah atau sindiran ini sebagaimana dikemukakan oleh Taqiyuddin
Al Husaini, tergantung kepada niatnya seseorang artinya jika suami
dengan kata-kata tersebut berniat untuk menjatuhkan talak maka talak
jatuh, akan tetapi jika tidak berniat untuk menjatuhkan talak, maka talak
tidak jatuh.
3. Ditinjau dari segi ada atau tidak adanya kemungkinan bekas suami merujuk
kembali bekas isteri, maka talak dibagi menjadi dua macam, sebagai berikut :
a. Talak Raji yaitu talak yang dijatuhkan suami terhadap isterinya yang telah
pernah digauli, bukan karena memperoleh ganti harta dari isteri, talak yang
pertama kali dijatuhkan atau yang kedua kalinya.
Setelah terjadi talak rajI, maka isteri wajib ber iddah, hanya bila
kemudian suami hendak kembali kepada isteri sebelum berakhir masa
iddah, maka hal itru dapat dilakukan dengan jalan rujuk, tetapi jika dalam
masa iddah tersebut suami tidak menyatakan rujuknya, maka talak tersebut
berubah menjadi talak bain dengan berakhir iddahnya.: kemudian jika
sesudah berakhir iddahnya itu suami ingin kembali kepada bekas isterinya,
maka wajib dilakukan dengan akad nikah baru dan dengan mahar yang
baru pula. Talak raji hanya terjadi dengan talak yang pertama dan kedua
saja`
b. Talak Bain yaitu talak yang tidak memberi hak merujuk bagi bekas suami
terhadap bekas isterinya. Untuk mengembalikan bekas isteri ke dalam

ikatan perkawinan harus melalui akad nikah baru lengkap dengan rukun
dan syarat-syaratnya.
Talak bain terbagi dua macam yaitu :
1) Talak bainunah shugra (perpisahan yang kecil) adalah talak yang
setelah dijatuhkan oleh suami tidak memiliki peluang untuk rujuk
kembali kepada istrinya. Jika ingin kembali dengan akad nikah yang
baru dan tidak harus dinikahi dulu oleh laki-laki lain.Yaitu terjadi
ketika masa iddah istri dalam talak raji (talak satu dan dua) telah
selesai, dan sang suami belum merujuknya. Atau contoh yang lain
yaitu talak yang dijatuhkan kepada istri yang belum pernah digauli
(berhubungan suami istri) maka hukum perceraiannya adalah
bainunah sughra. Tidak halal bagi suami untuk merujuknya, jika ingin
kembali kepada istrinya itu (mantan istri -ed) atas persetujuan istri dan
dengan akad nikah yang baru. Karena hak rujuk ada pada masa iddah
sedangkan kondisi seperti ini tidak ada masa iddahnya.
2) Talak bainunah kubra (perpisahan yang besar) adalah talak yang
setelah dijatuhkan oleh suami tidak ada kesempatan/peluang untuk
rujuk (kembali) kepada istrinya. Jika ingin kembali atas persetujuan
istri (baca mantan istri -ed) dan dengan akad nikah yang baru. dan
setelah mantan istrinya menikah dengan laki-laki lain dan telah
melakukan hubungan suami istri (jima), lalu mantan istrinya itu
dicerai atau suaminya meninggal dan masa iddahnya telah selesai.
4. Ditinjau dari sega cara suami menyampaikan talak terhadap isterinya ada 4
(empat) macam yaitu
a. Talak dengan ucapan yaitu talak yang disampaikan oleh suami dengan
ucapan dihadapan isterinya dan isteri mendengar secara langsung ucapan
tersebut
b. Talak dengan tulisan yaitu talak yang disampaikan oleh suami secara
tertulis lalu disampaikan kepada isterinya, kemudian isteri membacanya
dan memahami isi dan maksudnya. Talak yang dinyatakan secara tertulis
dapat

dipandang

jatuh

(sah),
6

meski

yang

bersangkutan

dapat

mengucapkannnya, sebagaimana talak dengan ucapan ada talak sharih dan


kinayah, maka talak dengan tulisan pun demikian pula.
c. Talak dengan isyarat yaitu talak yang dilakukan dalam bentuk isyarat oleh
suami yang tuna wicara. Isyarat bagi suami yang tuna wicara dapat
dipandang sebagai alat komunikasi untruk memberikan pengertian dan
menyampaikan maksud dan isi hati. Oleh karena itu, isyarat baginya sama
dengan ucapan bagi yang dapat berbicara dalam menjatuhkan talak,
sepanjang isyarat itu jelas dan meyakinkan bermaksud talak atau
mengakhiri perkawinan. Sebagian fuqaha mensyaratkan bahwa untuk
sahnya talak dengan isyarat bagi orang yang tuna wicara itu adalah buta
huruf. Jika yang bersangkutan mengenal tulisan dan dapat menulis, maka
talak baginya tidak cukup dengan isyarat, karena tulisan itu lebih dapat
menunjuk maksud ketimbang isyarat, dan tidak beralih dari tulisan ke
isyarat, karena kecuali darurat yakni tidak dapat menulis.
d. Talak dengan utusan yaitu talak yang disampaikan oleh suami kepada
isteri melalui perantaraan orang lain sebagai utusan untuk meyampaikan
maksud suami itu kepada isterinya yang tidak berada di hadapan suami
bahwa suami mentalak isterinya. Dalam hal ini utusan sebagai wakil dari
suami tersebut.
C. Hukum Talak
Hukum talak dibagi atas:
1. Makruh
Talak yang hukumnya makruh yaitu ketika suami menjatuhkan thalaq tanpa
ada hajat (alasan) yang menuntut terjadinya perceraian. Padahal keadaan
rumah tangganya berjalan dengan baik.
2. Haram
Talak yang hukumnya haram yaitu ketika di jatuhkan tidak sesuai petunjuk
syari. Yaitu suami menjatuhkan thalaq dalam keadaan yang dilarang dalam
agama kita. dan terjadi pada dua keadaan:
a. Suami menjatuhkan thalaq ketika istri sedang dalam keadaan haid

b. Suami menjatuhkan thalaq kepada istri pada saat suci setelah digauli tanpa
diketahui hamil/tidak.
3. Mubah (boleh)
Talak yang hukumnya mubah yaitu ketika suami (berhajat) atau mempunyai
alasan untuk menalak istrinya. Seperti karena suami tidak mencintai istrinya,
atau karena perangai dan kelakuan yang buruk yang ada pada istri sementara
suami tidak sanggup bershabar kemudian menceraikannya. Namun bershabar
lebih baik.

Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena
mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, Padahal Allah menjadikan padanya
kebaikan yang banyak. (Qs. An-Nisa : 19)
4. Sunnah
Talak yang hukumnya sunnah ketika di jatuhkan oleh suami demi
kemaslahatan istrinya serta mencegah kemudharatan jika tetap bersama
dengan dirinya, meskipun sesungguhnya suaminya masih mencintainya.
Seperti sang istri tidak mencintai suaminya, tidak bisa hidup dengannya dan
merasa khawatir tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai seorang istri. Talak
yang dilakukan suami pada keadaan seperti ini terhitung sebagai kebaikan
terhadap istri. Hal ini termasuk dalam keumuman firman Allah subhaanahu
wataala:


Dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berbuat baik. (Qs. Al Baqarah: 195)
5. Wajib

Talak yang hukumnya wajib yaitu bagi suami yang meng-ila istrinya
(bersumpah tidak akan menggauli istrinya lebih dari 4 bulan ) setelah masa
penangguhannya selama empat bulan telah habis, bilamana ia enggan kembali
kepada istrinya. Hakim berwenang memaksanya untuk menalak istrinya pada
keadaan ini atau hakim yang menjatuhkan thalak tersebut.
Talak hanya jatuh jika di ucapkan. Adapun niat semata dalam hati tanpa di
ucapkan, tidak terhitung talak. Berkata Asy-Syaikh Al-Allamah Shalih AlFauzan hafidzahullah : Tidak jatuh talak darinya dan tidak juga dari yang
mewakilinya kecuali dengan di ucapkan dengannya, walaupun meniatkan
dalam hatinya; tidak jatuh talak. Sampai lisannya bergerak mngucapkannya.
Berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu alihi wasallam:

Sesunggunya Allah memaafkan dari ummatku apa yang dikatakan (terbesik)
oleh jiwanya selama tidak di lakukan dan di ucapkan. (HR. al-Bukhari : 5269
dan Muslim : 127) (Mulakhos Al-Fiqhy : 414)
D. Lafadz-lafadz Talak
Talak bisa jatuh dengan setiap lafadz yang menunjukkan kepadanya yaitu:
1. Lafadz yang sharih, yaitu lafadz yang tidak dipahami darinya selain dari talak.
Seperti lafadz talak (cerai) atau pecahan dari kata itu atau yang semisalnya.
Seperti suami yang mengatakan kepada istrinya kamu saya cerai.
2. Dengan kinayah (kiasan) lafadz yang mengandung makna talak dan makna
yang lainnya, jatuh sebagai talak jika diniatkan sebagai talak, atau adanya
qarinah (indikasi) yang menunjukkan pada maksud tersebut. Seperti suami
mengatakan kepada istrinya pergi sana atau kembali sana kepada keluargamu.

E. Bilangan Talak
Suatu ikatan perkawinan akan menjadi putus antara lain di sebabkan karena
perceraian. Dalam hukum Islam perceraian terjadi karena Khulu, zhihar, ila, dan
9

lian. Khulu adalah perceraian yang di sertai sejumlah harta sebagai iwadh yang
diberikan oleh isteri kepada suami untuk menebus diri agar terlepas dari ikatan
perkawinan. Dewasa ini sering terjadi seorang wanita sengaja membayar
suaminya agar mau bercerai. Hal ini terjadi lantaran mengejar cita-cita duniawi
semata tanpa memikirkan urusan akhiratnya. Ada beberapa kalimat yang dapat
menyebabkan terjadinya perceraian, yaitu :
1. Zhihar atau zhuhrun yang berarti punggung dalam bahasa Arab. Dalam
kaitannya dengan suami isteri, zihar adalah ucapan suami kepada isterinya
yang berisi menyerupakan punggung isteri dengan punggung ibu dari suami.
Dan ini menjadi sebab mengharamkan menyetubuhi isterinya. Hal ini juga
sering kita alami lantaran sang isteri mirip dengan ibu kita. Tetapi kalau
penyebutannya dalam hal yang ringan hal semacam itu tidak menjadi masalah.
2. Illa artinya sumpah, yaitu sumpah suami yang menyebut asma Allah untuk
tidak mendekati isterinya itu. Dan di sini Allah membeikan waktu selama
empat bulan. Jika dalam waktu itu tidak ada perubahan antara keduanya maka
suami boleh menjatuhkan talak. Setiap ada hubungan tidak selamanya akan
baik,dan ini merupakan hal yang sering terjadi dalam ikatan perkawinan.
Karena terlalu emosi kadang-kadang suami bertindak di luar batas sampaisampai bersumpah demi Allah tidak akan menyentuk isterinya. Hal semacam
ini harus kita hindari jauh-jauh karena bisa memecah ikatan perkawinan.
3. Lian artinya jauh dan laknat, kutukan. Lian ialah sumpah yang diucapkan
oleh suami ketika ia menuduh isterinya berbuat zina dengan empat kali
kesaksian bahwa dia adalah orang yang benar dalam tuduhan, kemudian dia
bersedia menerima laknat dari Allah dalam kesaksiannya yang kelima jika ia
berdusta.
4. Khulu adalah talak yang di jatuhkan suami karena mengabulkan permintaan
isterinya dengan cara membayar tebusan dari pihak isteri kepada suami setelah
terjadi khlu. Antara suami dan isteri berlaku ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
a. Suami boleh menjatuhkan talak kepada isteri, ketika isterinya dalam
keadaan haid atau dalam keadaan suci setelah di campuri.

10

b. Suami tidak dapat merujuk isterinya pada masa iddah dan juga tidak bisa
menambah talak. Jika antara suami dan isteri ingin bersatu kembali harus
dengan akad baru.
5. Fasakh adalah terjadinya talak yang di jatuhkan oleh hakim atas pengaduan
isteri atau suami. Perceraian dalam bentuk pasakh ini dapat terjadi karena
beberapa hal sebagai berikut:
a. Terdapat suatu aib atau cact pada salah satu pihak.
b. Suami tidak dapat memberi nafkah kepada isterinya.
c. Suami tidak sanggup membayar mahar yang telah disebutkan pada saat
akad nikah.
d. Terjadi penganiayaan yang berat oleh suami kepada isterinya.
e. Suami merasa tertipu karena keadaan isteri tidak sesuai dengan janji yang
telah disepakati.
f. Suami mengumpulkan dua orang isteri yang saling bersaudara.
g. Suami berlaku murtad.
h. Suami hilang atau pergi dan tidak jelas tempatnya atau tidak jelas hidup
atau matiny

11

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata talak berasal dari bahasa Arab artinya menurut bahasa melepaskan
ikatan. Adapun talak menurut istilah syariat Islam ialah melepaskan atau
membatalkan ikatan pernikahan dengan lafadz tertentu yang mengandung arti
menceraikan. Talak merupakan jalan keluar terakhir dalam suatu ikatan
pernikahan antara suami isteri jika mereka tidak terdapat lagi kecocokan dalam
membina rumah tangga.

B. Saran

12

SOAL JAWAB TENTANG TALAK


1. Bagaimana cara seorang suami yang tuna wicara dalam melakukan talak ?
Jawaban: Talak dengan isyarat dapat dilakukan oleh suami yang tuna wicara.
Isyarat bagi suami yang tuna wicara dapat dipandang sebagai alat
komunikasi untuk memberikan pengertian dan menyampaikan
maksud dan isi hati. Oleh karena itu, isyarat baginya sama dengan
ucapan bagi yang dapat berbicara dalam menjatuhkan talak,
sepanjang isyarat itu jelas dan meyakinkan bermaksud talak atau
mengakhiri perkawinan. Sebagian fuqaha mensyaratkan bahwa
untuk sahnya talak dengan isyarat bagi orang yang tuna wicara itu
adalah buta huruf. Jika yang bersangkutan mengenal tulisan dan
dapat menulis, maka talak baginya tidak cukup dengan isyarat,
karena tulisan itu lebih dapat menunjuk maksud ketimbang isyarat,
dan tidak beralih dari tulisan ke isyarat, karena kecuali darurat yakni
tidak dapat menulis.
2. Bagaimana talak yang hukumnya sunnah?

13

Jawaban: Talak yang hukumnya sunnah ketika di jatuhkan oleh suami demi
kemaslahatan istrinya serta mencegah kemudharatan jika tetap
bersama dengan dirinya, meskipun sesungguhnya suaminya masih
mencintainya. Seperti sang istri tidak mencintai suaminya, tidak
bisa hidup dengannya dan merasa khawatir tidak bisa menjalankan
tugasnya sebagai seorang istri. Talak yang dilakukan suami pada
keadaan seperti ini terhitung sebagai kebaikan terhadap istri. Hal ini
termasuk dalam keumuman firman Allah subhaanahu wataala:

Dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang berbuat baik. (Qs. Al Baqarah: 195)
3. Apa yang dimaksud dengan lafadz kinayah?
Jawaban: Lafadz kinayah (kiasan) adalah lafadz yang mengandung makna
talak dan makna yang lainnya, jatuh sebagai talak jika diniatkan
sebagai talak, atau adanya qarinah (indikasi) yang menunjukkan
pada maksud tersebut. Seperti suami mengatakan kepada istrinya
pergi sana atau kembali sana kepada keluargamu.

14

15

Vous aimerez peut-être aussi