Vous êtes sur la page 1sur 40

PANDUAN MAHASISWA KEPERAWATAN

KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Inflammatory
Bowel Disease)

2012

WWW.SAKTYAIRLANGGA.WORDPRESS.COM

Anatomi dan Fisiologi Usus


Anatomi dan Fisiologi Usus Halus
Usus Halus atau intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan
makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum panjangnya 6 m,
merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorsi hasil
perncernaan yang terdiri dari lapisan usus halus (lapisan mukosa [ sebelah dalam],
lapisan otot melingkar [M. sirkuler], lapisan otot memanjang [M. longitudinal] dan
lapisan serosa [sebelah luar}).
a.
Duodenum
Duodenum disebut juga usus 12 jari, panjangnya 25 cm, berbentuk
sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada
bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir, yang membukit, disebut
papila vateri. Pada papila vateri ini bermuara saluran empedu (duktus
koledokus) dan saluran pankreas (duktus wirsungi/duktus pankreatikus).
Empedu dibuat di hati untuk dikeluarkan ke duodenum melalui duktus
koledokus yang fungsinya mengemulsikan lemak, dengan bantuan lipase.
Pankreas juga menghasilkan amilase yang berfungsi mencerna hidrat arang
menjadi disakarida, dan tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam
amino atau albumin dan polipeptida.
Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak
mengandung kelenjar, kelenjar ini disebut
kelenjar-kelenjar Brunner,
berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
b. Jejunum dan ileum
Jejunum dan ileum mempunyai panjang sekitar 6 meter. Dua perlima
bagian atas adalah jejunum dengan panjang 23 meter dan ileum dengan
panjang 4-5 m. lekukan jejunum dan ileum melekat pada dinding abdomenn
posterior dengan perantaraan lipatan peritonium yang berbentuk kipas dikenal
sebagai mesenterium.
Akar mesentrium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang
arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara
jejenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung bawah ileum
berhungan dengan sekum dengan perantaraan lubang yang bernama orifisium
ileosekalis. Orifisium ini diperkuat oleh sfingter ileosekalis dan pada bagian
ini terdapat katup valvula sekalis atau valvula Baukhini yang berfungsi untuk
mencegah cairan dalam kolon asendens tidak masuk kembali ke ileum.

Gambar 1. Anatomi Usus Halus


Anatomi dan Fisiologi Usus Besar
www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 2

Usus besar atau intestinum mayor panjangnya 1,5 m, lebarnya 5-6 cm.Usus
besar berbentuk tabung muskular berongga, yang tersusun atas lapisan-lapisan,dari
dalam ke luar: selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang,dan
jaringan ikat.Usus besar terdiri dari, sekum, kolon asendens, apandiks (usus buntu ),
kolon tranversum, kolon desendens, kolon sigmoid, rektum, dan berakhir di anus.

Gambar 2. Anatomi Usus Besar


a. Sekum
Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada
ujung sekum. Sekum menepati dua atau tiga inci pertama dari usus besar.
Katup ileosekal mengendalikan aliran kimus dari ileum ke dalam sekum dan
mencegah terjadinya aliran balik bahan fekal ke dalam usus halus.Seluruhnya
ditutupi oleh peritonium mudah bergerak walaupun tidak mempunyai
mesenterium dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada oang yang
masih hidup.
b. Apendiks
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari ujung sekum,
mempunyai pintu keluar yang sempit tetapi masih memungkinkan untuk
dilewati oleh beberapa isis usus.Apendiks tergantung menyilang linea
terminalis masuk kedalam rongga pelvis minor, terletak horisontal di belakang
sekum.Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi kadang apendiks
bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan peforasi
dindingnya ke dalam rongga abdomen.
c. Kolon Asendens
Kolon asendens panjangnya 13cm,terletak dibawah abdomen sebelah
kanan, membujur ke atas dari ileum ke bawah hati.Dibawah hati melengkung
ke kiri,lengkungan ini disebut fleksura hepatika, dilanjutkan sebagai kolon
tranversum.
d. Kolon Tranversum
Kolon tranversum memiliki panjang 38 cm, membujur dari kolon
asendens sampai ke kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah
kanan terdapat flexsura hepatika dan sebelah kiri terdapat flexsura lienalis.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 3

e. Kolon Desendens
Panjangnya 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri membujur
dari atas kebawah dan flexura lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung
dengan kolon sigmoid.
f. Kolon Sigmoid
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari koln desendens, terlatak
miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S, ujung
bawahnya berhubungan dengan rektum.
g. Rektum
Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os
sakrum dan os koksigis.
h. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
rektum dengan dunia luar(udara luar).Terletak di dasar pelvis, dindingnya
diperkuat oleh 3 sfingter:
a. Sfingter ani internus
b. Sfingter levator ani
c. Sfingterani eksternus
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan
proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang pling penting adalah absorbsi air dan
elektrolit, yang sudah hampir selsai dlam kolon dekstra. Kolon sigmoid berfungsi
sebagai reservoir yang menampung masa feses yang sudah terdehidrasi hingga
berlangsungnya defekasi.
Banyak bakteri yang terdapat pada usus besar berfungsi mencerna beberapa
bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.Bakteri dalam usus besar juga
berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitmin K, bakteri ini penting untuk
fungsi normal dari usus.Beberapa penyakit serta antibiotik dapat menyebabkan
gangguan pada bakteri di dalam usus besar, yang dapat mengakibatkan terjadinya
iritasi.
Inflammatory Bowel Disease
Istilah ini digunakan untuk menentukan dua gangguan gastrointestinal inflamasi
usus : enteritis regional (penyakit Crohn atau colitis granulomatosus) dan kolitis ulseratif.
Insidens penyakit usus kronis di Amerika Serikat diperkirakan antara 4% dan 10%,
dengan 25.000 kasus baru terjadi setiap tahunnya. Penyakit ini tampak lebih sering pada
orang Kaukasia dan paling sering pada populasi Yahudi. Riwayat penyakit ini pada
keluarga ditemukan pada 20% sampai 40% pasien.
Keyakinan sekarang adalah enteritis regional dan kolitis ulseratif adalah kesatuan
terpisah dengan etiologi serupa. Keduanya dikarakteristikan dengan eksaserbasi dan
remisi. Kedua penyakit ini telah dihubungkan dengan abnormalitas kromosom spesifik.
Masing-masing penyakit dapat dicetuskan oleh agen lingkungan seperti pestisida, aditif
makanan, tembakau, dan radiasi. Pengaruh imunologi telah ditemukan melalui penelitian
yang menunjukkan abnormalitas dalam imunitas seluler dan humoral pada orang dengan
gangguan ini. Antibodi limfositoksik telah ditemukan pada pasien dengan penyakit usus
inflamasi, tetapi penelitian lebih pasti perlu untuk menghubungkan factor imunologis dan
lingkungan. Penelitian terbaru (Gitnick, 1992) menunjukkan mikrobakterium sebagai
agens penyabab penyakit ini.
Faktor psikologis juga telah diketahui. Banyak individu dengan kolitis ulseratif
ditemukan sebagai seseorang perfeksionis pasif, dan cemas pada ketenangan. Perilaku
www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 4

koping sering tidak tepat dan dapat mencakup menarik diri, menyangkal, dan represi.
Beberapa orang mengalami penurunan tingkat toleransi terhadap nyeri dan
ketidaknyamanan yang dihubungkan dengan kram usus dan diare. Beberapa praktisi
menduga bahwa sifat dan kepribadian adalah penyebab-dari gejala penyakit, tetapi
penelitian klinis lebih lanjut diperlukan untuk menegakkan hubungan sebab akibat.
(Smeltzer, Bare. 2002)
Enteritis Regional (Penyakit Crohn)
a. Definisi
Enteritis regional, Ileokolitis, atau penyakit Crohn merupakan suatu
penyakit peradangan glanulomaltosa kronis pada saluran cerna yang sering
terjadi berulang. Secara klasik penyakit ini mengenai ileum terminalis,
walaupun dapat juga mengenai setiap bagian saluran cerna. Penyakit ini
biasanya timbul pada orang dewasa muda dalam usia dekade kedua atau ketiga
dan lebih sering lagi terjadi dalam usia dekade ke enam. Laki-laki dan
perempuan terserang penyakit ini dalam berbandingan yang kira-kira sama.
Penyakit Crohn cenderung bersifat familial dan paling sering terjadi pada kulit
putih dan Yahudi.(Price, Wilson. 2006)
Enteritis regional adalah inflamasi kronis dan subakut yang meluas ke
seluruh dinding usus dari mukosa usus; ini disebut juga transmural.
Pembentukan fistula, fisura, dan abses terjadi sesuai luasnya inflamasi kedalam
peritoneum. Lesi (ulkus) tidak pada kontak terus menerus satu sama lain dan
dipisahkan oleh jaringan normal. Granuloma terjadi pada setengah kasus. Pada
kasus lanjut mukosa mempunyai penampilan Coblestone.Dengan berlanjutnya
penyakit, dinding usus menebal, dan menjadi fibrotik, dan lumen usus
menyempit.( (Smeltzer, Bare. 2002)
b. Etiologi
Etiologi entritis regional tidak diketahui. Walaupun tidak ditemukan
adanya autoantibodi, entritis regional diduga merupakan suatu reaksi
hipersensitivitas atau mungkin disebabkan oleh agen infektif yang belum
diketahui. Teori- teori ini dikemukakan karena adanya lesi-lesi granulomaltosa
yang mirip lesi-lesi yang ditemukan pada lesi jamur dan tuberkulosis
paru.(Price, Wilson. 2006) Terdapat beberapa persamaan yang menarik antara
entritis regional dan kolitis ulserativa . Keduanya adalah penyakit radang
walaupun lesinya berbeda . Kedua penyakit ini bermanifestasi diluar saluran
cerna yaitu uveitis, atritis, dan lesi kulit yang identik. Merokok adalah faktor
resiko yang terjadi pada penyakit crhon, tetapi tidak pada kolitis ulseratif
(Rubin,Hanauer,2000).
c. Patofisiologi
Entritis regional mengenai ileum terminalis pada sekitar 75% kasus, dan
mengenai kolon pada sekitar 35% kasus. Esofagus dan lambung lebih jarang
terserang penyakit ini. Dalam beberapa keadaan, terjadi lesi melompat, yaitu
bagian usus yang sakit dipisahkan oleh daerah-daerah usus yang normal
sepanjang beberapa inci atau kaki.
Lesi ini diduga mulai terjadi dalam kelenjar limfe dekat usus halus, yang
akhirnya menyumbat aliran saluran limfe. Selubung submukosa usus jelas
menebal akibat hiperplasia jaringanlimfoid dan limfedema. Dengan berlanjutnya
proses patogenik segmen usus yang terserang menebal sedemikian rupa
sehingga kaku seperti slang kebun. Lumen usus menjadi sangat menyempit,
sehingga hanya dilewati sedikit aliran barium, menimbulkan tanda senar (string
sign) yang terlihat pada pemeriksaan radiografi. Seluruh dinding usus biasanya
www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 5

terserang. Mukosa seringkali meradang dan timbul tukak disertai dengan


eksudat putih berwarna abu-abu. Daerah yang bertukak ini memiliki gambaran
fisura dan granuloma batu koral. (Price, Wilson. 2006)
d. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda enteritis regional sangat bergantung pada stadium
penyakit yang masih dini atau sudah lanjut, dan sesuai dengan bagian saluran
cerna yang terserang. Gejala yang sering ditemukan adalah diare interminten
ringan (dua sampai lima kali per hari), nyeri kolik pada abdomen bagian bawah,
dan malaise yang makin bertambah setelah periode bertahun-tahun. Penderita
penyakit ini yang lebih berat dapat mengalami defekasi cair dalam frekuensi
sering disertai dengan darah dan pus dalam feses. Beberapa penderita
mengalami steatore , penurunan berat badan, anemia, dan manifestasi
malabsorpsi lainnya. Pasien juga sering mengalami demam ringan.
Sebagian penyulit bersifat khas untuk enteritis regional. Stenosis yang
terjadi dapat menyebabkan timbulnya gejala muntah dan tanda obstruksi usus
lainnya. Ostruksi ureter kanan dan hidronefrosisdapat terjadi akibat kompresi
eksternal pada ureter oleh massa ileum. Lesi bertukak dapat mengalami
perforasi memalui dinding usus dan menyababkan terjadinya peritonitis.
Perforasi yang lebih sering terjadi adalah perforasi tertutup dan terbentuk fistula
antara lengkung usus, sedangkan yang lebih jarang terjadi adalah perforasi yang
melibatkan kandung kemih dan vagina. Tukak, abses, dan fistula sering terjadi
pada daerah perianal dan perirektal. Fistula eksterna pada dinding anterior
abdomen juga dapat terjadi. Demam tinggi biasanya berkaitan dengan
peradangan yang luas atau komplikasi seperti fistula dan abses.
Hingga 30% penderita penyakit ileum biasanya menderita batu empedu.
Timbulnya penyakit ileum yang luas menyebabkan terjadinya malabsorpsi
garam empedu yang berkaitan dengan menurunnya lengkung garam empedu dan
meningkatnya pembentukan batu empedu. Pasien ini juga cenderung mengalami
pembentukan batu oksalat urine akibat meningkatnya absorpsi oksalat dalam
kolon. Diare yang menyebabkan terjadinya dehidrasi adalah faktor resiko
tambahan untuk terjadinya pembentukan batu ginjal.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, perubahan dalam
pemeriksaan radiografi, adanya keterlibatan kolon atau rektum, perubahan hasil
biopsi yang memper lihatkan adanya lesi granulomatosa. (Price, Wilson. 2006)
e. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan disgnostik pada enteritis regional :
1. Pemeriksaan barium usus
Alat diagnostik paling menentukan untuk enteritis regional adalah
pemeriksaan barium dari saluran gastrointestinal atas yang menunjukkan "
tanda garis " klasik pada sinar X dari ileum terminalis , menunjukkan
konstriksi segmen usus. Enema barium juga dapat menunjukkan adanya
ulserasi dan " cobblestone " serta adanya fisura dan fistula.
2. Tindakan sigmoidoskopi atau kolonoskopi
Pemeriksaan proktosigmoidoskopi biasanya dilakukan di awal, untuk
menentukan apakah area rektosigmoid terinflamasi. Sigmoidoskopi dapat
tidak jelas kecuali disertai dengan fistula perianal. Kolonoskopi dapat
ditemukan ulserasi panjang terbagi oleh mukosa normal
yang
hilang
timbul di kolon kanan.
3. Biopsy
4. Pemeriksaan radiology abdomen
www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 6

Pemindaian CT dapat menunjukkan adanya penebalan dinding usus , fistula


saluran , Lesi
regional ; diskontinyu, penyempitan kolon, edema
mukosal , stenosis mukosal.
5. Pemeriksaan feses juga dilakukan dan mungkin positif untuk darah samar
dan steatorea ( kelebihan lemak dalam feses ).
6. Hitung darah lengkap dilakukan untuk mengkaji hematokrit dan kadar
hemoglobin ( yang biasanya menurun ) serta hitung sel darah putih ( yang
mungkin meningkat ). Laju sedimentasi biasanya meningkat. Kadar albumin
dan protein mungkin menurun, menunjukkan malnutrisi. (Smeltzer,
Suzanne.2002 )
f. Penatalaksanaan
Tindakan medis ditujukan untuk mengurangi inflamasi, menekan respon
imun, dan mengistirahatkan usus yang sakit, sehingga penyembuhan dapat
terjadi.
No.
1.

Penatalaksanaan Teraupetik
Kortikosteroid

Efektif menangani inflamasi akut. Bila


dihentikan dapat menimbulkan
kekambuhan, bila terus dilanjutkan dapat
memberikan efek samping.

Sulfonamisa (Sulfasalazin
[Azulfidine])

Efektif menangani inflamasi ringan atau


sedang, dan Azulfudine untuk membantu
mencegah kekambuhan

Antibiotik

Digunakan untuk infeksi sekunder,


terutama untuk komplikasi purulen seperti
abses, perforasi, dan peritonitis.

Nutrisi Parenteral Total

Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit


yang dihubungkan dengan dehidrasi
akibat diare, diatasi denagn terapi
intravena sesuai kebutuhan

Kolektomi Parsial atau


komplet, dengan ileostomi
atau anastomosis
Rektum dapat disambung
kembali pada beberapa
pasien

1. Masukan diet dan cairan.


Cairan oral, diet rendah residu-tinggi protein tinggi kalori, dan terapi
suplemen vitamin dan pengganti besi diberikan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang dihubungkan dengan
dehidrasi akibat diare, diatasi denagn terapi intravena sesuai kebutuhan.
Adanya makanan yang mengeksaserbasi diare harus dihindari. Susu dapat
menimbulkan diare pada individu yang intoleran terhadap laktose. Selain itu,

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 7

2.

3.

4.

5.

7.

makanan dingin dan merokok, juga dihindari, karena keduanya dapat


meningkatkan motilitas usus. Nutrisi parenteral total dapat diberikan.
Terapi obat-obatan.
Obat-obatan sedative dan antidiare/ antiperistaltik digunakan untuk
mengurangi peristaltik sampai minimum untuk mengistirahatkan usus yang
terinflamasi. Terapi ini dilanjutkan sampai frekuensi defekasi dan
konsistensi feses pasien mendekati normal. Sulfonamida seperti Sulfasalazin
(Azulfinide ) atau sulfisoxazol ( gastrisin ) biasanya efektif untuk menangani
inflamasi ringan atau sedang. Antibiotik digunakan infeksi sekunder,
terutama untuk komplikasi purulen seperti abses, perforasi, dan peritonitis.
Azulfidin membantu dalam mencegah kekambuhan.
Hormon adrenokortikotropik parenteral ( ACTH ) dan kortikosteroid
Efektif dalam pengobatan penyakit usus inflamasi akut. Bila kortikosteroid
dikurangi atau dihentikan, gejala penyakit dapat berulang. Bila
kortikosteroid dilanjutkan, gejala sisa merugikan seperti hipertensi, retensi
cairan, katarak, hirsutisme ( pertumbuhan rambut abnormal ) dan supresi
adrenal dapat terjadi.
Aminosalisilat topikal dan oral terbaru ( mis., mesalamin [Asacol ], olsalazin
[Dipentum]telah terbukti sangat efektif dalam pengobatan. Preparat
imunosupresif juga digunakan; preparat ini membantu untuk mencegah
kekambuhan dan memungkinkan pasien untuk
menerima kortikosteroid
dosis rendah untuk periode waktu lebih pendek.
Psikoterapi ditujukan untuk menentukan faktor yang menyebabkan stres
pada pasien, kemampuan menghadapi faktor-faktor ini, dan upaya untuk
mengatasi konflik sehingga mereka tidak berkabung karena kondisi
mereka
Pembedahan umumnya dihindari karena rekruensi dan penyebaran lesi
biasanya timbul setelah reseksi.Namun adakalanya pembedahan
perludilakukan selama perjalanan penyakit, untuk mengatasi komplikasi.
(Smeltzer, Suzanne.2002 )

g. Komplikasi
Komplikasi enteritis regional mencakup obstruksi usus atau
pembentukan striktur, penyakit perianal, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, dan pembentukan fistula serta abses.Fistula adalah hubungan
abnormal antara dua struktur tubuh, baik internal ( antara dua struktur ) atau
eksternal ( antara struktur internal dan permukaan luas dari tubuh ). Jenis Fistula
usus halus yang paling umum yang diakibatkan oleh enteritis regional adalah
fistula enterokutan ( antara usus halus dan kulit ). Abses dapat berasal dari jalur
fistula internl yang kemudian masuk ke dalam area yang mengakibatkan
akumulasi cairan dan infeksi. ( Smeltzer, Suzanne. 2002 )
h. Prognosis
Bila entritis regional timbul secara akut, maka sekitar 90% penderita
dapat mencapai remisi spontan. Akan tetapi entritis regional memiliki awitan
yang lambat pada sebagian besar pasien. Sekitar 75% pasien akan mengalami
relaps. Angka mortalitas yang secara langsung disebabkan oleh penyakit ini
rendah. (Price, Sylvia. 2006 )

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 8

Kolitis Ulseratif
a. Definisi
Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari
lapisan mukosa kolon dan rektum.( Smeltzer, Bare,2002)Kolitis ulseratif adalah
kondisi inflamasi dan ulseratif pada rectum serta kolon. Biasanya penyakit ini
dialami oleh orang dewasa muda dan dewasa menengah serta menyebabkan
diare bercampur darah dan mukus, nyeri, tenesmus, anemia, penurunan berat
badan, dan komplikasi seius yang melibatkan dilatasi toksik (megakolon),
perforasi, dehidrasi, gangguan elektrolit, perubahan keganasan, serta kerusakan
hati. Penatalaksanaan kondisi ini meliputi tindakan pendukung umum, seperti
nutrisi parenteral dan obat, seperti kortikosteroid (rektal dan
sistemik),sulfasalazin,serta
imunosupresan
sikloporin
dan
azatioprin.Pembedahan diindikasikan jika tindakan medis gagal atau sebagai
pengobatan darurat untuk dilatasi toksik, hemoragi, dan perforasi usus.
Kolitis Ulseratif merupakan penyakit radang kolon nonspesifik yang
umumnya berlangsung lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang bergantiganti. Lesi utamanya adalah reaksi peradangan daerah subepitel yang timbul
pada basis kripe Lieberkuhn, yang akhirnya menimbulkan ulserasi
mukosa.(Price, Wilson, 2006)
b. Etiologi
Etiologi kolitis ulseratif,seperti juga Penyakit Crohn, tidak diketahui.
Faktor genetic tampaknya berperan dalam etiologi, karena terdapat hubungan
familial yang jelas antara kolitis ulseratif, Penyakit Crohn, dan spondilitis
ankilosa.
Telah dijelaskan beberapa teori mengenai penyebab kolitis ulseratif,
namun tidak ada yang terbukti. Teori yang paling terkenal adalah teori reaksi
system imun tubuh terhadap virus atau bakteri yang menyebabkan terus
berlangsungnya peradangan dalam dinding usus. Penderita kolitis ulseratif
memang memiliki kelainan sistem imun, tetapi tidak diketahui hal ini
merupakan penyebab atau akibat efek ini; kolitis ulseratif tidak disebabkan oleh
distress emosional atau sensitifitas terhadap makanan, tetapi faktor-faktor ini
dapat memicu pada beberapa orang (NIDDK, 1998).
Sementara, penyebab kolitis ulseratif tidak diketahui gambaran tertentu
penyakit ini telah menunjukkan beberapa kemungkinan penting. Hal ini berupa
faktor familial atau genetik, infeksi, imunologik, dan psikologik.
1. Faktor familial/genetik
Penyakit ini lebih sering ditemui pada orang kulit putih daripada orang kulit
hitam dan orang Cina, dan insidensinya meningkat (3 sampai 6 kali lipat)
pada orang Yahudi dibandingkan non Yahudi. Hal ini menunjukkan adanya
predisposisi genetik terhadap perkembangan penyakit ini.
2. Faktor infeksi
Sifat radang kronik penyakit ini telah mendukung suatu pencarian terus
menerus untuk kemungkinan penyebab infeksi. Disampping banyak usaha
untuk menemukan agen bakteri, virus, dan jamur, belum ada yang
sedemikian jauh diisolasi.
3. Teori imunologik
Teori bahwa mekanisme imun dapat terlibat didasarkan pada konsep
bahwa maifestasi ekstraintestinal yang dapat menyertai kelainan ini
(misalnya arthritis, perikolangitis) dapat mewakili fenomena autoimun dan

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 9

bahwa zat teraupetik tersebut, seperti glukokortikoid atau azatioprin, dapat


menunjukkan efek mereka melalui mekanisme imunosupresif.
Pada 60-70% pasien dengan kolitis ulseratif, ditemukan adanya pANCA (perinuclear anti-neuttophilic cytoplasmic antibodies). Walaupun pANCA tidak terlibat dalam patogenesis penyakit kolitis ulseratif, namun ia
dikaitkan dengan alel HLA-DR2, di mana pasien dengan p-ANCA negative
lebih cenderung menjadi HLA-DR4 positif.
4. Faktor Psikologik
Gambaran psikologik pasien penyakit radang usus juga telah ditekankan.
Tidak lazim bahwa penyakti ini pada mula terjadinya, atau berkembang,
sehubungan dengan adanya stress psikologis mayor misalnya kehilangan
seorang anggota keluarganya. Telah ditekankan bahwa pasien penyakit
radang usus memiliki kepribadian yang khas yang membuat mereka menjadi
rentan terhadap stress emosi yang sebaliknya dapat merangsang atau
mengeksaserbasi gejalanya.
5. Faktor Lingkungan
Ada hubungan terbalik antara operasi apendiktomi dan penyakit
kolitis ulseratif berdasarkan analisis bahwa insiden penyakit kolitis ulseratif
menurun secara signifikan pada pasien yang menjalani operasi apendiktomi
pada dekase ke-3.
Beberapa penelitian sekarang menunjukkan penurunan resiko
penyakit kolitis ulseratif di antara perokok dibandingkan dengan bukan
perokok. Analisis meta menunjukkan resiko penyakit kolitis ulseratif pada
perokok sebanyak 40% dibandingkan yang bukan perokok.
c. Patofisiologi
Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa superfisial kolon dan
dikarakteristikan dengan adanya ulserasi multiple, inflamasi menyebar, dan
deskuamasi atau pengelupasan epithelium kolonik. Perdarahan terjadi sebagai
akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara bergiliran, satu lesi
diikuti oleh lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rektum dan akhirnya
dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit, memendek, dan
menebal akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak.
d. Manifestasi Klinis Kolitis Ulseratif
Perjalanan klinis biasanya salah satu dari eksaserbasi atau remisi. Gejala
utama dari colitis ulseratif adalah diare, nyeri abdomen, tenesmus intermiten,
dan perdarahan rectal. Perdarahan dapat ringan atau berat. Selain itu, terjadi juga
anoreksia, kram serta adanya dorongan untuk defekasi. Pasien melaporkan
mengeluarkan feses cair 10 sampai 20 kali sehari. Hipokalsemia dan anemia
sering terjadi. Nyeri lepas dapat terjadi pada kuadran kanan bawah.Gejala lain
mencakup lesi kulit (eritoma nodosum), lesi mata (uveitis), abnormalitas sendi
(artritis), dan penyakit hati.
Tanda utama adalah perdarahan dari rektum dan diare bercampur darah,
nanah, dan lender. Biasanya disertai tenesmi dan kadang inkontinensia alvus.
Biasanya penderita mengalami demam, mual, muntah, dan penurunan berat
badan. Komplikasi sistemik antara lain berupa piodermi dan artropati. Pada
colitis ulserosa terdapat juga berbagai manifestasi di luar kolon.
Pada pemeriksaan perut kadang didapat nyeri tekan dan pada colok
dubur mungkin terasa nyeri karena fisura. Pada rekto (sigmoido) skopi tampak
gambaran radang. Pada pemeriksaan laboratorium didapat anemia, leukositosis,
dan peninggian laju endap darah. Pada pemeriksaan pencitraan kolon dilihat
www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 10

kelainan mukosa dan hilangnya haustra. Tidak ada pemeriksaan atau tes khas.
Kolonoskopi harus dibuat dengan hati-hati karena dinding kolon sangat tipis.
e. Pemeriksaan Diagnostik Kolitis Ulseratif
Pada diagnosis kolitis ulseratif kronis, pemeriksaan feses yang cermat
dilakukan untuk membedakannya dengan desentri yang disebabkan oleh
organism usus umum, khususnya Entamoeba histolytica. Feses positif terhadap
darah. Tes laboratorium akan menunjukkan hematokrit dan hemoglobin yang
rendah, peningkatan hitung darah lengkap, albumin rendah, dan
ketidakseimbangan elektrolit. Sigmoidoskopi dan enema barium dapat
membedakan kondisi ini dari penyakit kolon yang lain dengan gejala yang
serupa. Enema barium akan menunjukkan iregularitas mucosal, pemendekan
kolon, dan dilatasi lengkung usus. Endoskopi dapat menunjukkan mukosa yang
rapuh, mukosa terinflamasi dengan eksudat dan ulserasi.
Pada colitis ulseratif akut, katartik dikontraindikasikan bila pasien
disiapkan untuk menjalani enema barium atau endoskopi karena bahan ini dapat
mengeksarbasi kondisi, yang dapat menimbulkan megakolon (dilatasi luar dari
kolon), perforasi, dan kematian. Bila pasien diperlukan tes diagnostic ini,
berikan diet cair selama beberapa hari sebelum sinar-x dan lakukan enema
dengan air hangat pada hari pemeriksaan. Kolonoskopi dikontraindikasikan pada
penyakit berat akibat resiko perforasi.
f. Penatalaksanaan Kolitis Ulseratif
No.
1.

Penatalaksanaan Teraupetik
Kortikosteroid

Efektif menangani inflamasi akut. Bila


dihentikan dapat menimbulkan
kekambuhan, bila terus dilanjutkan dapat
memberikan efek samping.

Sulfonamisa (Sulfasalazin
[Azulfidine])

Efektif menangani inflamasi ringan atau


sedang, dan Azulfudine untuk membantu
mencegah kekambuhan

Preparat bulk

Preparat imunosupresif juga digunakan;


preparat ini membantu untuk mencegah
kekambuhan dan memungkinkan pasien
untuk menerima kortikosteroid dosis
rendah untuk periode waktu lebih pendek.

Proktokolektomi, dengan
ileostomi
Rektum dapat disambung
kembali hanya pada
beberapa pasien yang
sembuh dengan kolektomi
1. Masukan diet dan cairan.
Cairan oral, diet rendah residu-tinggi protein tinggi kalori, dan terapi
suplemen vitamin dan pengganti besi diberikan untuk memenuhi kebutuhan
www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 11

nutrisi. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit yang dihubungkan dengan


dehidrasi akibat diare, diatasi denagn terapi intravena sesuai kebutuhan.
Adanya makanan yang mengeksaserbasi diare harus dihindari. Susu dapat
menimbulkan diare pada individu yang intoleran terhadap laktose. Selain itu,
makanan dingin dan merokok, juga dihindari, karena keduanya dapat
meningkatkan motilitas usus. Nutrisi parenteral total dapat diberikan.
2. Terapi obat-obatan.
Obat-obatan sedative dan antidiare/ antiperistaltik digunakan untuk
mengurangi peristaltik sampai minimum untuk mengistirahatkan usus yang
terinflamasi. Terapi ini dilanjutkan sampai frekuensi defekasi dan
konsistensi feses pasien mendekati normal. Sulfonamida seperti Sulfasalazin
(Azulfinide ) atau sulfisoxazol ( gastrisin ) biasanya efektif untuk menangani
inflamasi ringan atau sedang. Antibiotik digunakan infeksi sekunder,
terutama untuk komplikasi purulen seperti abses, perforasi, dan peritonitis.
Azulfidin membantu dalam mencegah kekambuhan.
3. Hormon adrenokortikotropik parenteral ( ACTH ) dan kortikosteroid
Efektif dalam pengobatan penyakit usus inflamasi akut. Bila
kortikosteroid dikurangi atau dihentikan, gejala penyakit dapat berulang.
Bila kortikosteroid dilanjutkan, gejala sisa merugikan seperti hipertensi,
retensi cairan, katarak, hirsutisme ( pertumbuhan rambut abnormal ) dan
supresi adrenal dapat terjadi.
4. Aminosalisilat topikal dan oral terbaru ( mis., mesalamin [Asacol ], olsalazin
[Dipentum]telah terbukti sangat efektif dalam pengobatan. Preparat
imunosupresif juga digunakan; preparat ini membantu untuk mencegah
kekambuhan dan memungkinkan pasien untuk
menerima kortikosteroid
dosis rendah untuk periode waktu lebih pendek.
5. Psikoterapi ditujukan untuk menentukan faktor yang menyebabkan stres
pada pasien, kemampuan menghadapi faktor-faktor ini, dan upaya untuk
mengatasi konflik sehingga mereka tidak berkabung karena kondisi
mereka
6. Pembedahan umumnya dihindari karena rekruensi dan penyebaran lesi
biasanya timbul setelah reseksi.Namun adakalanya pembedahan perlu
dilakukan selama perjalanan penyakit, untuk mengatasi komplikasi.
g. Komplikasi Kolitis Ulseratif
Mencakup perforasi dan pendarahan sebagai akibat dari ulserasi,
pembesaran vaskuler, dan jaringan granulasi vaskuler sangat luas. Untuk pasienpasien bedah, menghilangkan efek penyakit dan menghindari komplikasi yang
serius perlu dilakukan. Biasanya dilakukan ileostomi.
Penyulit dapat ditemukan pada anus dan kolon. Di anus terdapat fisura,
abses perianal, dan fistel perianal. Perforasi kolon dapat terjadi terutama di
sigmoid dan kolon desendens. Komplikasi lain berupa dilatasi kolon toksik
biasanya menyebabkan perforasi fatal.
Dilatasi kolon akut atau megakolon toksik disebabkan oleh progresivitas
penyakit di dinding, dapat dicetuskan oleh pemberian sediaanopiat atau
pemeriksaan rontgen barium. Penderita tampak sakit berat, dengan takikardia
atau syok toksik. Diagnosis dapat dibuat dengan foto polos perut.
Gambaran klinis megakolon juga dapat ditemukan pada morbus chorn,
demam tifoid, dan amubiasis. Perdarahan berat biasanya mengancam jiwa, tetapi
jarang terjadi.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 12

Striktur kolon dapat ditemukan pada penyakit kronik yang menimbulkan


nekrosis, polip, atau karsinoma. Karsinoma merupakan penyulit lambat yang
ditemukan pada 25% penderita setelah 20 tahun dan pada 30-40% setelah 30
tahun. karsinoma sering timbul multisentrik, juga di kolon bagian kanan. Oleh
karena itu, bila ditemukan dysplasia epitel mukosa pada pemeriksaan biopsy,
harus dipertimbangkan untuk melakukan koloktomi total.
h. Prognosis Kolitis Ulseratif
Kolitis Ulseratif merupakan masalah kronis yang membutuhkan
pemantauan konstan kecuali dilakukan pembedahan yang drastis tetapi kuratif.
Prognosis penyakit ini bergantung pada faktor faktor berikut :
1. usia pada saat awitan dan kecepatan awitannya
2. respon terhadap pengobatan.
3. tingkat keparahan.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 13

WOC Enteritis Regional


Reaksi Hipersensitivitas (agen agen
infektif)

Inflamasi dengan lesi lesi


granulomaltosa (75% di ileum
Terjadi berulang kali sehingga menyebar
ke seluruh dinding usus

B1 (Breathing)

Usus menebal
Jaringan parut/pembentukan
granuloma
lumen menyempit
Mukosa meradang
menimbulkan tukak, dan
B3 eksudat
(Brain) putih keabu-abuan
B4 (Bladder)

B5 (Bowel)
B6 (Bone)

Anemia

Reseptor nyeri
terangsang

Takipnea
Nyeri kram
MK : Pola nafas
tidak efektif

MK : Nyeri
akut/kronis

Pembentukan ulkus
di lapisan membrane
usus dan di tempat
terjadinya inflamasi

Rabas pengiritasi
konstan yang
dialirkan ke kolon
dari usus yang tipis,
bengkak

Diare kronis

cairan tubuh

dehidrasi

MK : Gangguan
keseimbangan
cairan dan
elektrolit

Jaringan parut dan


pembentukan
granuloma

Anemia
perfusi O2

Transport produk
dari pencernaan usus
atas melalui lumen
akan terkonstriksi

Malaise
MK : Intoleransi
aktifitas

Saat makanan masuk


peristaltik
terangsang
Nyeri kram setelah
makan

nafsu makan
Masukan makanan
tidak adekuat
berat badan
malnutrisi
MK : Gangguan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 14

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 15

ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan pada Inflammatory Bowel Disease
Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan yang meliputi
aspek bio-psiko-sosio-spiritual secara komperhensif. Maksud dari pengkajian adalah
untuk mendapatkan informasi atau data tentang paasien . data tersebut berasal dari
pasien (data primer), dari keluarga (data keluarga), dan data dari catatan yang ada
(data tersier). Pengkajian dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan melalui
wawancara, observasi langsung , dan melihat catatan medis, adapun data yang
diperlukan pada klien gastritis adalah sebagai berikut
a. Data dasar
Adapun data dasar yang dikumpulkan meliputi :
1. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat tanggal masuk rumahsakit, diagnose medis.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan diambil untuk mengidentifikasi awitan, durasi, dan
karakteristik nyeri abdomen; adanya diare atau dorongan fekal, mengejan
pada saat defekasi (tenesmus), mual, anoreksia, atau penurunan berat badan.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat
kecelakaan, riwayat dirawat di rumahsakit dan riwayat pemakaian obat.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit usus inflamasi.
5. Riwayat psikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi masalah
dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima keadaannya.
6. Pola kebiasaan sehari-hari
Mencakup jumlah alcohol, kafein, dan nikotin yang digunakan setiap hari
dan setiap minggu. Pola eliminasi usus mecakup karakter, frekuensi, dan
adanya darah, pus, lemak, atau mukus. Alergi penting untuk dokumentasi,
khususnya intoleransi usus atau lactose. Pasien dapat menunjukkan
gangguan pola tidu bila diare atau nyeri terjadi pada malam hari
b. Pemeriksaan Fisik
1. Auskultasi abdomen terhadap bisisng usus dan karakteristiknya.
2. Palpasi abdomen terhadap distensi, nyeri tekan, atau nyeri. Pada enteritis
regional nyeri biasanya terlokalisasi pada kuadran kanan bawah dimana
bising usus hiperaktif, dapat didengar karena borborigimus(bising usus
gemuruh yang disebabkan pasase gas melewati usus) Gejala paling utama
adalah nyeri intermitten yang terjadi pada diare tetapi tidak hilang setelah
defekasi. Nyeri pada daerah periumbilikal biasanya menunjukkan
keterlibatan ileum terminalis. Pada kolitis ulseratif, abdomen mungkin
distensi dan nyeri lepas mungkin ada. Perdarahan rektal adalah tanda
dominan.
3. Inspeksi kulit terhadap bukti adanya saluran fistula atau gejala dehidrasi,
feses diinspeksi terhadap adanya darah dan mukus.

c.

Proses Keperawatan
www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 16

No
1

Diagnosa
Keperawatan
Nyeri
kronis
yang
berhubungan
dengan
proses
inflamasi usus

Goal Statement
(NOC)

Intervensi
(NIC)

Menyebutkan

orang
lain
mengakui dan
memvalidasi
nyeri
Mempraktikka
n
tindakan
pereda
nyeri
non-invasif
untuk
mengatasi
nyeri
Menyebutkan
perbaikan nyeri
dan
meningkatkan
kemampuan

untuk
melakukan
aktivitas
kehidupan
sehari-hari
(AKS)

Ketahui nyeri
klien

Tentukan
hubungan
antara makan
dan
minum
serta
nyeri
abdomen

Rasional

Minta
klien
menetapkan
rentang
intensitas pada
skala
1-5,
tingkat
toleransi
nyerinya

Tetapkan
hubungan
antara pasase
feses
atau
flatus
dan
nyeri mereda

Dengan
mengetahui
dan
memvalidasi
nyeri klien
dapat
membantu
mengurangi
ansietas klien,
yang dapat
menurunkan
nyeri
Penentuan
skala tersebut
memberikan
metode yang
baik untuk
evaluasi
pengalaman
nyeri subyektif
Klien dapat
menghubungka
n makan atau
minum dengan
awitan nyeri
abdomen, dan
dapat
membatasi
masukan untuk
menghindari
nyeri
Nyeri tidak
hilang dengan
pasase feses
atau flatus
mungkin tanda
obstruksi usus
atau peritonitis
Nyeri kronis
dapat
menyebabkan
menarik diri,
depresi, marah
dan
ketergantungan
Kram abdomen
atau keinginan
tiba-tiba BAB
dapat
membangun
klien di malam

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 17

hari. Kondisi
ini jarang pada
penyakit

Tetapkan efek
nyeri kronis
terhadap gaya
hidup klien

Evaluasi sering
terhadap
peredaan nyeri
memungkinkan
penyesuaian
program untuk
keberhasilan
maksimum.
Kegagalan
mengatasi
nyeri kronis
dapat
menimbulkan
depresi.

Klien mungkin
membutuhkan
dorongan untuk
menjalani
masukan per
oral, karena
mereka

Tetapkan
apakah nyeri
terjadi selama
malam
hari
atau tidak

Perubahan nutrisi
kurang
dari
kebutuhan tubuh
yang
berhubungan
dengan
pembatasan
nutrisi,
mual,
diare, dan kram
abdomen karena
makan atau ulkus
mukosa
mulut
nyeri

Menyebutkan
pemahaman
kebutuhan
nutrisi
Keseimbangan
nitrogen positif
dibuktikan oleh
peningkatan 23 lb/mgg dan
dengan
peningkatan
tingkat energi
dan perasaan
sejahtera

Berikan
penghilang
nyeri
Evaluasi
keberhasilan
rencana
penatalaksana
an nyeri
Berikan
nutrisi
parenteral
total (NPT),
sesuai
pesanan, dan
intervensi
Sapih
klien
dari NPT, saat
diinstruksikan

Bantu klien
dalam
melakukan
masukan
makanan per
oral

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 18

Diare
yang
berhubungan
dengan
proses
inflamasi

Menggambarka
n faktor-faktor
yang
menyebabkan
diare
Menjelaskan
rasional untuk
intervensi
Mengalami
periode diare
lebih sedikit
Menyebutkan
tanda
dan
gejala dehidrasi
dan
ketidakseimban
gan elektrolit

Kaji
hal
berikut:
a) Penurunan
jumlah
feses
b) Peningkat
an
konsentr
asi feses
c) Penurunan
urgensi
BAB
Pertahankan
lingkungan
bebas
bau
untuk klien

Lakukan
perawatan
perineal yang
baik

Turunkan
aktivitas fisik
selama
episode akut
diare

Tentukan
hubungan
antara
episode diare
dan mencerna
makanan
khusus

mungkin
bertahan karena
nyeri
Pengkajian feses
membantu
mengevaluasi
efektivitas agen
antidiare dan
pembatasan diet

Bau fekal dapat


menyebabkan
rasa malu dan
kesadaran diri
dan dapat
meningkatkan
stres hidup
dengan PIU
Iritasi perianal
karena sering
BAB berair
harus dicegah
Penurunan
aktivitas fisik
menurunkan
peristaltik usus
Mengidentifikas
i makanan yang
dapat
menurunkan
mengiritasi
dapat
menurunkan
episode diare

Tipe cairan
pengganti
tergantung pada
kebutuhan
elektrolit

Observasi
tanda
dan
gejala ketidak
seimbangan
elektrolit
Gantikan
cairan
dan

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 19

Resiko
tinggi
terhadap inefektif
koping individu
yang
berhubungan
dengan kondisi
kronis
dan
kurang tindakan
definitif

Menyebutkan

faktor-faktor
yang
memperberat
ansietas
dan
stres
Menyebutkan
metode untuk
memperbaiki
kemampuan
mengatasi
kondisi kronis

elektrolit
dengan cairan
per oral yang
mengandung
elektrolit
yang tepat
Jelaskan
miskonsepsi
tentang PIU.
Tekankan
bahwa gejala
psikologis
adalah reaksi
terhadap PIU,
bukan karena
PIU

Identifikasi
dan
minimalkan
faktor
yang
menambah
ansietas

Ijikan
klien
mengontrol
sebagian
sebagian
perawatan.
Tunjukan
penerimaan
dan perhatian
saat merawat
klien
Buat
yang
bila

batas
sesuai
klien

Memperbaiki
miskonsepsi
dapat
membantu
mengurangi
rasa bersalah
yang
berhubungan
dengan
keyakinan ini
Dengan
memahami
prosedur dapat
menurunkan
ansietas.
Pelebelan
menimbulkan
penolakan
ketara atau
samar oleh
orang lain dan
lebih lanjut
menambah
perasaan
ketakberdayaan
dan isolasi
klien
Klien dengan
PIU biasanya
merasa seolaholah mengalami
kehilangan
kontrol
terhadap aspek
lain tentang
hidupnya.
Perilaku terlalu
menurut adalah
tanda rasa takut
dan
ketergantungan.
Bila klien
merasa yakin
bahwa pemberi
perawatan akan
kembali, ia
akan meras
alebih aman

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 20

memerlukan
perhatian
konstan.
Jelaskan
bahwa akan
sering
dilakukan
pemeriksaan
pada interval
yang
telah
dutentukan
untuk
memastikan
bahwa
butuhan
terpenuhi

Sisihkan
waktu 15-30
menit sehari
untuk
meluangkan
waktu
klien
untuk
menyatakan
rasa takut dan
frustasi

Beri
penguatan
strategi
koping efektif

Libatkan
anggota
keluarga atau
orang terdekat
dalam
perawatan,
bila mungkin

Rujuk

klien

dan kurang
banyak
permintaan
Perawat dapat
menggunakan
waktu ini untuk
membantu klien
mengembangka
n, strategi
koping yang
lebih efektif
Penguatan
dapat
meningkatkan
penggunaan
lanjut strategi
koping efektif
Anggota
keluarga dan
orang terdekat
memainkan
peran penting
dalam
mendukung
klien dan
membantu
mereka
mengatasi dan
menerima
penyakitnya
Dengan
membahas PIU
dengan orang
lain yang
mempunyai
masalah yang
sama dapat
menurunkan
perasaan isolasi
dan ansietas.
Dengan berbagi
pengalaman
dalam
kelompok
dipimpin oleh
profesional
memberikan
klien
keuntungan dari
pengalaman
orang lain
denga PIU dan
interpretasi
pengalaman

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 21

oleh profesional
kesehatan

dan keluarga
ke yayasan
nasional
untuk ileitis
dan kolitis

Risiko
tinggi
terhadap inefektif
penatalaksanaan
regimen
terapeutik yang
berhubungan
dengan kurang
pengetahuan
tentang kondisi,
tes
diagnostik,
prognosis,
tindakan,
atau
tanda dan gejala
komplikasi

Kriteria
untuk
diagnosa
keperawatan
ini
menunjukkan
kriteria hasil yang
berkaitan
dengan
perencanaan
pemulangan. Rujuk
pada
rencana
pemulangan

Rujuk
ke
diagnosa
keperawatan
inefektif
koping
individu
dalam rencana
perawatan
ostomi untuk
strategi
bermain peran
untuk
meningkatkan
kemampuan
koping
Jelaskan tes
diagnostik
(SGNA, 1993)

Jelaskan aspek
keturunan dari
PIU.
Meskipun
penyebab PIU
tak diketahui,
15% sampai
30%
klien
dengan PIU
mempunyai
kerabat
dengan
gangguan ini,
jadi kondisi
ini
dipertimbangk
an
sebagai
gangguan
keturunan

Penjelasan
tentang apa
akan terjadi
dapat
menurunkan
ansietas klien
yang
berhubungan
dengan
ketidatahuan
Klien dengan
PIU mungkin
telah diarahkan
untuk percaya
bahwa ansietas
atau masalah
psikologi
menyebabkan
gangguan.
Menghilangkan
keyakinan ini
dapat
membantu
klien menerima
gangguan dan
mendorong
kepatuhan
terhadap
pengobatan
Klien dengan
PIU mungkin
telah diarahkan
untuk percaya

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 22

Jelaskan
kemungkinan
etiologi PIU,
teori-teori
yang
dipusatkan
pada sistem
imun tubuh

Diskusikan
prognosis
PIU.
PIU
merupakan
penyakit
kronis dengan
remisi
dan
kekambuhan.
Pada penyakit
Crohns, klien
lebih mungkin
untuk
mengalami
fistula
dan
abses.
Pada
kolitis
ulserativa,
klien
lebih
mungkin
mengalami
toksik
megakolon
dan karsinoma
kolon. Pada
kolitis
ulserativa,
kolektomi dan
ileostomi total
dipertimbanga

bahwa ansietas
atau masalah
psikologi
menyebabkan
gangguan.
Menghilangkan
keyakinan ini
dapat
membantu
klien menerima
gangguan dan
mendorong
kepatuhan
terhadap
pengobatan
Klien biasanya
dapat menerima
prognosis lebih
baik dengan
diskusi yang
gamblang dan
realistik
ketimbang
kurang
informasi
tentang
prognosis

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 23

n
sebagai
pengobatan,
karena kolitis
ulserativa
hanya
menyerang
kolon.
Penyakit
crohns dapat
mengenai
bagian mana
saja
dari
saluran usus
dan cenderung
terjadi
kembali pada
usus
proksimal
bahkan setelah
kolektomi
Diskusi
pengobatan
PIU
Jelaskan
kemungkinan
komplikasi
PIU (rujuk ke
masalah
kolaboratif
pada rencana
perawatan ini
untuk tanda
dan
gejala
khusus)
Ajarkan
pentingnya
mempertahan
kan
hidrasi
optimal

Ajarkan
tindakan
untuk
memulihkan
integritas kulit
perianal

Pengobatan
PIU adalah
sistomatik
(Mehl,1991)
Pemahaman
klien tentang
komplikasi PIU
dapat
membantu
memastiakn
deteksi dini dan
memungkinkan
tindakan segera
(Doughty,1993)
Hidrasi optimal
mencegah
dehidrasi dan
mengurangi
risiko
pembentukan
batu ginjal
Tindakan ini
dapat
membantu
mencegah erosi
kulit akibat
iritasi diare
Pelaporan dini
memungkinkan
intervensi
segera untuk
mengurangi
beratnya
komplikasi
Dengan
berkomunikasi
dengan orang
lain yang
menderita PIU
dapat
membantu

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 24

Ajarkan klien
untuk
melaporkan
tanda
dan
gejala
Berikan
informasi
tentang
ketersediaan
sumber
komunitas dan
bahan
pendidikan
pasien tentang
bagaimana
hidup dengan
PIU
(Doughty,
1993)

klien mengatasi
lebih baik efek
gangguan pada
gaya hidupnya

Penatalaksanaan Bedah pada Inflammatory Bowel Disease

Apabila tindakan konservatif gagal untuk mengilangkan gejala berat dari penyakit
usus inflamasi, pembedahan dapat dianjurkan. Teknik terbaru yang dapat membantu
adalah struktur plasti diman sumbatan atau bagian yang menyempit dari usus diperlebar,
dan membiarkan usus tetap utuh.
Apabila lesi dapat digambarkan pada enteritis regional, atau bila komplikasi telah
terjadi, maka reseksi akan dilakukan dan bagian sisa dari usus dianastomosiskan.
Pengangkatan usus halus hingga mencapai 50% melalui pembedahan biasanya dapt
ditoleransi. Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut :
a. Kolektomi total (eksisi kolon keseluruhan) dengan ileostomi
b. Kolektomi segemental (pengangkatan segmen kolon) dengan anastomisis
(penggabungan bagian sisa kolon)
c. Kolektomi subtotal (pengangkatan hampir semua kolon) dengan anastomosis
ileokrektal (penggabungan ileum dan rektum)
d. Kolektomi total dengan ileostomi kontinen (pembentukan kantung internal)
e. Kolektomi total dengan anastomosis ileoanal (pembentukan kantung denga sfingter
anal utuh)
Angka kekambuhan setelah pembedahan adalah 20% sampai 40% pada 5 tahun
pertama. Pasien dibawah usia 25 tahun mempunyai angka kekambuhan paling
tinggi.Kira-kira 15% sampai 20% dari pasien dengan kolitis ulseratif memerlukan
itervensi bedah. Indikasi untuk pembedahan mencakup kurangnya perbaikan dan
penyimpangan terus menerus, pendarahan hebat, perforasi, pembentukan striktur, dan
indikasi yang menunjukkan terjadinya karsinoma. Prosedur pilihan adalah kolektomi total
dan ileostomi; adanya prosedur yang lebih membatasi ruang gerak pasien hanya akan
memberikan manfaat sementara. Proktokolektomi (eksisi komplet dari kolon, rektum, dan
anus) dianjurkan bila rektum terlibat secara luas.
Tipe-Tipe Diversi Fekal

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 25

Ileostomi adalah pembuatan lubang ke dalam ileum melalui pembedahan


atau usus halus biasanya denga stoma ileum pada dinding abdomen. Tindakan ini
memungkinkan drainase bahan fekal (efluen) dari ileum keluar tubuh. Drainase
sangat lunak dan terjadi pada frekuensi yang sering. Ileostomi permanen dibuat
setelah kolektomi total.
Prosedur lain adalah reservoir ileum kontinen (kantung kock). Prosedur ini
menghilangkan ketergantungan terhadap kantung penampung fekal eksternal.
Rekonstruksi sepanjang 30 cm dari ileum distal dilakukan untuk membentuk
reservoar dengan katup tombol yang dibuat dengan menarik bagian ujung lengkung
ileum kembali ke ileum. Efluen gastrointestinal (bahan fekal) dapat ditampung
didalam kantung untuk beberapa jam dan kemudian dibuang dengan cara
memasukkan kateter melalui katup tombol. Masalah utama pada kantung kock
adalah malfunsi katup tombol, yang terjadi pada 20% sampai 40% pasien.
Anastomosis ileonal adalah prosedur pembedahan lain yang mencegah
ileostomi permanen. Tindakan ini dilakukan dengan membuat reservoir ileum dan
mempertahankan kontrol sfingter anal untuk eliminasi. Prosedur ini meliputi
penyambungan bagian ileum ke anus (anastomosis ileoanal) dalam hubungannya
dengan pengangkatan kolon dan mukosa rektal (kolektomi abdomen total dan
prostektomi mukosal). Ileostomi loopdeversi sementara dibuat pada waktu
pembedahan dan ditutup kira-kira 3 bulan kemudian.
Pada anastomosis aleoanal, kolon yang sakit dan rektum yang diangkat.
Defekasi volunter dipertahankan, dan pengawasan anal dipertahankan. Reservoir
ileum menurunkan jumlah defekasi sampai 50% persen, dari kira-kira 14 sampai 20
per hari menjadi 7 sampai 10 per hari. Eliminasi malam hari secara bertahap
berkurang menjadi sekali defekasi. Komplikasi anastomosis ileoanal mencakup
iritasi kulit perianal akibat kebocoran dari isi fekal, pembentukan striktur pada sisi
anastomosis, obstruksi usus halus.
Pasien yang Memerlukan Ileostomi
a. Intervensi Keperawatan Praoperatif
Periode persiapan dengan cairan intensif, darah, dan pengganti protein
diperlukan sebelum pembedahan dilakukan. Antibiotik dapat diberikan. Apabila
pasien telah menggunakan kortikosteroid, maka pemakaian preparat ini
dilanjutkan selama fase pembedahan. Biasanya, pasien diberikan diet rendah
sisa disertai pemberian makan sedikit dan sering. Semua tindakan praoperatif
lain serupa dengan pembedahan abdomen umumnya. Tempat yang tepat untuk
pembuatan stoma pada abdomen diberi tanda oleh ahli bedah atau ahli terapi
enterostoma. Perawatan dilakukan untuk melihat bahwa stoma ostomi
ditempatkan dengan baik sekalibiasanya pada kuadran kanan bawah (KKaB)
kira-kira 5 cm (2 inci) dibawah panggul di area yang jauh dari jaringan prut
sebelumnya, tonjolan tulang, lipatan kulit, atau fistula.
Informasi tentang ileostomi diberikan pada pasien dengan cara memberi
bahan tertulis, model, dan diskusi. Pasien harus memahami dengan seksama
tentang pembedahan yang dilakukan dan apa yang diharapkan pada
pascaoperatif. Penyuluhan praoperatif meliputi penatalaksanaan drainase dari
stoma, sifat drainase, kebutuhan terhadap intubasi nasogastrik, cairan prenteral,
dan kemungkinan perawatan serta kemasan perineal.
b. Intervensi Keperawatan Pascaoperatif
Perawatan luka bedah abdomen umum diperlukan. Stoma diobservasi
terhadap warna dan ukuran. Warna stoma harus merah muda sampai merah
ternag dan mengkilat. Untuk ileostomi tradisional, kantung plastik sementara
www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 26

dengan perekat ditempatkan diatas ileostomi dan dengan kuat ditekan ke kulit
sekitarnya. Ileostomi dipantau terhadap drainase fekal, yang akan mulai keluar
kira-kira 72 jam setelah pembedahan. Drainase cair akan keluar terus-menerus
dari usus halus karena stoma tidak memiliki sfingter pengendali. Isi mengalir ke
kantung plastik dan di pertahankan agar tidak bersentuhan dengan kulit. Cairan
ini ditampung dan diukur bila kantung telah penuh.
Apabila reservoir ileum kontinen dibuat, seperti digambarkan pada
kantung kock, ini akan memerlukan drainase terus menerus dengan kateter
reservoir indwelling selama 2 sampai 3 minggu selam pascaoperatif. Ini
memungkinkan garis jahitan sembuh.
Karena pasien ini kehilangan banyak cairan pada periode awal
pascaoperatif, pencatatan akurat tentang pemasukan cairan, pengeluaran urin,
dan rabas fekal diperlukan untuk membantu mengukur kebutuhan cairan pasien.
Biasanya terdapat 1000 sampai 2000 ml cairan yang hilang setiap harinya.
Kehilangan ini, menyebabkan natrium dan kalium mengalami penipisan. Nilai
laboratorium harus dipantau dan penggantian elektrolit diberikan sesuai
program. Cairan diberikan secara intravena selama 4 sampai 5 hari, untuk
mengganti kehilangan cairan.
Pengisapan nasogastrik sesuai program, melalui selang merupakan
bagian penting dalam perawatan pascaoperatif. Tujuan pengisapan nasogastrik
adalah untuk mencegah terbentuknya kandungan lambung. Setelah selang
nasogastrik diangkat, sesapan cairan jernih dianjurkan, dan diet ditingkatkan
secara bertahap. Mual dan distensi abdomen diobservasi sebagai tanda obstruksi
dan segera dilaporkan.
Seperti pasien lain yang menjalani pembedahan abdomen, pasien dengan
ileostomi dianjurkan untuk melakukan ambulasi dini. Obat nyeri yang
diresepkan diberikan sesuai kebutuhan.
Pada akhir minggu pertama, tampon rektal diangkat. Karena prosedur ini
menimbulkan ketidaknyamanan, pasien dapat diberi analgesik satu jam sebelum
tindakan ini dilakukan. Setelah tampon diangkat, perineum diirigasi dua sampai
tiga kali sehari sampai terjadi penyembuhan total.
c. Pertimbangan Psikososial

Perawat harus dapat memahami bahwa pasien mungkin berpikir bahwa


ileostomi merupakan tindakan yang selalu dihindari setiap orang dan stoma
adalah sesuatu yang bersifat merusak dibandingkan dengan tindakan bedah
abdomen lain yang dapat sembuh dan letaknya tersembunyi. Akibatnya
kehilangan bagian tubuh dan perubahan utama dalam anatomi, pasien dengan
ileostomi sering melewati berbagai fase berduka: syok, tidak percaya,
menyangkal, menolak, marah dan menerima. Dukungan keperawatan melalui
fase fase ini penting dan pemahaman akan penampilan emosi pasien pada
setiap situasi menjadi pertimbangan terhadap pendekatan yang akan diambil.
Sebagai contoh penyuluhan mungkin tidak mungkin dilakukan sampai pasien
siap belajar.
Keprihatinan terhadap citra tubuh dapat menimbulkan pertanyaan yang
berhubungan pertanyaan yang berhubungan dengan hubungan keluarga, fungsi
seksual, dan kemampuan untuk hamil dan melahirkan anak secara normal pada
pasien wanita. Penelitian menunjukkan bahwa makin cepat pasien dapat
mengembangkan perawatan fisik terhadap ileostomi, akan makin cepat ia secara
psikologis menerimanya (Long, 1991).

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 27

Akhirnya, diharapkan pasien ini mengetahui bahwa ada seseorang yang


memahami dan memperhatikan mereka. Sikap perawat yang tenang dan tidak
menghakimi akan membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri pasien. Hal
ini penting untuk mengenali kebutuhan kemandirian dari pasien.
Pasien ini merupakan tantangan bagi perawat. Penyakit jangka panjang
mereka dapat membuat mereka peka, cemas dan depresi. Perawat dapat
mengkoordinasikan perawatan pasien melalui konferensi yang diikuti oleh
konsultan seperti dokter, ahli psikologi, ahli psikiatri, pekerja sosial, ahli terapi
enterostoma, dan ahli diet. Pendekatan tim memberikan dukungan dalam
perawatan kompleks pada pasien ini.
Sebaliknya prosedur pembedahan untuk membuat ileostomi dapat
menimbulkan perubahan positif dramatis pada pasien yang telah menderita
kolitis selama beberapa tahun. Apabila ketidaknyamanan terus menerus dari
penyakit telah menurun dan pasien belajar bagaimana mengatasi ileostomi,
mereka sering mengembangkan sikap yang lebih positif. Tetapi sampai mereka
maju ke fase ini, pendekatan empatis dan toleran oleh perawat akan berperan
penting dalam pemulihan.
d. Dukungan dari penderita ostoma lain juga membantu.
Pelayanan yang ditujukan untuk rehabilitasi penderita ostoma adalah
Asosiasi Stoma Indonesia. Organisasi ini memberikan informasi yang
bermanfaat tentang kehidupan dengan ostomi melalui program pendidikan
berupa, literatur, kuliah, dan simulasi. Asosiasi lokal memberikan pelayanan
kunjungan oleh anggota yang berkualitas, untuk pasien ostomi baru. Rumah
sakit dan pelayanan perawatan kesehatan lain mungkin mempunyai perawat
terapi enterostoma yang berfungsi sebagai sumber layanan untuk pasien
ileostomi.
Rehabilitasi Setelah Ileostomi
a. Perawatan Stoma
Terdapat beberapa masalah tehabilitasi yang khas pada pasien ileostomi,
salah satunya adalah ketidak teraturan evakuasi usus. Pasien dengan ileostomi
tradisional tidak dapat menciptakan kebiasaan defekasi teratur karena isi ileum
sangat cair dan dikeluarkan secara terus menerus. Akibatnya, pasien harus
menggunakan kantung siang dan malam. Kantung ini kemudian berfungsi
sebagai protesis usus. Dengan menggunakan kantung ini, pasien dapat
melanjutkan aktivitas normal tanpa rasa takut akan adanya kebocoran atau bau.
Setelah ileostomi mengalami kesembuhan, alat permanen dapat dipasang atau
ditempelkan di atas kulit dengan semen khusus. Ukuran stoma harus diperiksa
ulang dalam 3 minggu, bila edema telah berkurang. Ukuran akhir dan tipe alat
dapat dipilih 3 bulan, setelah berat badan pasien stabil dan stoma mengkerut
pada ukuran stabil.
Lokasi dan panjang stoma adalah penting dalam penatalaksanaan
ileostomi oleh pasien. Ahli bedah meletakkan stoma pada posisi yang paling
dekat dengan garis tengah tubuh dan pada lokasi yang oleh pasien gemuk
dengan abdomen menonjol dapat dijangkau dengan mudah. Biasanya, panjang
stoma ileostomi kira kira 2,5cm yang membuatnya nyaman untuk direkatkan
pada alat.
b. Diet dan Cairan
Ileostomi mungkin menimbulkan suara bising pada awalnya akibat
terjadi sedikit obstruksi dari jaringan akibat edema. Akhirnya ini akan
berkurang. Diet rendah residu dilakukan enam sampai delapan minggu pertama.
www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 28

Buah dan sayuran yang disaring diberikan. Makanan ini penting sebagai sumber
vitamin A dan C. Kemudian terdapat beberapa pembatasan diet, kecuali untuk
makanan yang mengandung tinggi serat atau sulit dicerna seperti seledri,
popcorn, jagung, biji-bijian dan kelapa yang mutlak dihindari. Makanan
diperkenalkan sekaligus. Toleransi pasien untuk makanan ini dikaji dan ia
diajarkan mengunyah makanan secara seksama.
Cairan mungkin menjadi masalah selama musim panas, karena keringat
yang keluar menambah cairan yang hilang. Cairan seperti Gatorade membantu
dalam mempertahankan keseimbangan elektrolit. Apabila efluen (keluaran
fekal) terlalu cair, makanan fibrosa (seperti sereal gandum bersekam, buah segar
berkulit, polong, jagung, dan kacang tanah) dibatasi. Apabila efluen sangat
kering masukan garam ditingkatkan. Peningkatan masukan air atau cairan tidak
meningkatkan efluen karena kelebihan air dikeluarkan dalam urin.
c. Perawatan Kulit
Kemungkinan masalah lain adalah ekskoriasi kulit di sekitar stoma.
Integritas kulit periostomal dapat terkomplikasi oleh banyak faktor, seperti
reaksi alergis pada alat ostomi, barier atau pasta kulit; iritasi kimia dari efluen;
cedera mekanis dari pengangkatan alat; dan kemungkinan infeksi. Apabila
terdapat iritasi dan pertumbuhan jamur, bedak distatin (Mycostatin) ditebarkan
sedikit di atas kulit peristomal.
d. Penggantian Alat Ileostomi
Jadwal teratur untuk penggantian kantung sebelum terjadi kebocoran
harus dibuat untuk pasien dengan ileostomi tradisional. Pasien ini dapat
diajarkan mengganti kantung dalam cara serupa yang digambarkan di Pedoman
37-1.
Jumlah waktu dimana seseorang dapat mempertahankan kerapatan
alatnya pada permukaan tubuh tergantung pada lokasi stoma dan struktur tubuh.
biasanya waktu penggunaan normal adalah 5 7 hari. Alat dikosongkan setiap 4
6 jam atau sama waktunya dengan pasien mengosongkan kandung kemih.
Pengosongan cerat dibawah alat, ditutup dengan klip khusus yang dibuat untuk
tujuan ini.
Kebanyakan kantung adalah sekali pakai dan bebas bau. Makanan
seperti bayam dan daun bawang bertindak sebagai deodoran dlam saluran usus;
makanan yang mengandung bau mencakup kol, bawang putih, dan ikan. Tablet
bismut subkarbonat, yang dapat diresepkan dan diminum per oral tiga atau
empat kali sehari, efektif dalam mengurangi bau. Pengental feses, seperti
difenoksilat (Lomotil) juga direspkan untuk diminum per oral untuk membantu
mengontrol bau.
e. Ileostomi Kontinen
Untuk ileostomi kontinen, pasien harus diajarkan untuk mengalirkan
kantung seperti digambarkan pada Pedoman 37-2. Kateter dimasukkan ke
dalamreservoir hanya perlu dialirkan setiap 4 6 jam dan diirigasi sekali sehari.
Kantung tidak lagi diperlukan; sebagai gantinya kebanyakan pasien
menggunakan balutan di atas lubang.
Apabila keluaran fekel kental, air dapat diinjeksikan melalui kateter
untuk melancarkan dan melunakkannya. Konsistensi efluen dipengaruhi oleh
masukan makanan. Pada drainase pertama haluaran hanya sekitar 60 sampai 80
ml, tetapi sesuai berjalannya waktu ini akan meningkat secara bermakna.
Kantung Knock internal akan meregang, akhirnya menampung 500 1000 ml.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 29

Sensasi tekanan dalam kantung adalah ukuran kantung yang menentukan berapa
kali kantung harus dialirkan.
Rencana Asuhan Keperawatan Diversi Fekal
Rencana Asuhan Keperawatan
Perawatan Pasien Diversi Fekal

Praoperasi
Diagnoasa Keperawatan : kurang pengetahuan tentang prosedur bedah dan persiapan praoperatif.
Intervensi Keperawatan

Rasional

Hasil yang Diharapkan

1.Pastikan apakah
pasien telah mengalami
pembedahan
sebelumnya dan minta
untuk mengingat
pandangan positif dan
negative

1. Rasa takut tentang berulangnya


pengalaman negative meningkatkan
ansietas.

- mengekspresikan
ansietas dan rasa takut
tentang proses
pembedahan

2. Tentukan informasi
apa yang diberikan ahli
pada pasien dan
keluarga dan apakah
informasi ini dipahami

3.pengetahuan, untuk beberapa


orang, menghilangkan ansietas
karena ketakutan akan ketidaktahuan
dikurangi.

2. Klarifikasi mencegah
kesalahpahaman dan menghilangkan
ansietas.

3.gunakan gambar atau


foto untuk
mengilustrasikan lokasi
dan penampilan luka
dan stoma bila pasien
berminat dan menerima

4. Pembersihan antimikrobial dan


mekanis akan mengurangi flora
bakteri usus
5.Intubasi nasoenteral digunakan
untuk dekompresi dan drainase isi
gastrointestinal sebelum
pembedahan

- menunjukkan sikap
positif terhadap
prosedur pembedahan
-mengulang dengan
kata-kata sendiri
informasi yang
diberikan oleh ahli
bedah
-mengidentifikasi
anatomi dan fisiologi
normal saluran
gastrointestinal dan
bagaimana hal ini akan
diubah.

4.Jelaskan bahwa
antimicrobial
oral/parental akan
diberikan untuk
membersihkan usus
pada praoperatif

-mematuhi program
persiapan usus
dengan antimikrobial
atau pembersihan
mekanis

5.Bantu pasien selama


intubasi
nasogastrik/nasoenterik.

-mentoleransi adanya
selang
nasogastrik/nasoenterik.

Diagnosa Keperawatan : gangguan citra tubuh


1.Dorong pasien untuk

1. Ekspresi bebas tentang perasaan

- dengan bebas

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 30

mengungkapkan
perasaan tentang stoma
2.temani pasien bila
saat stoma pertama kali
diperlihatkan dan
disentuh.
3. anjurkan pasangan
atau orang terdekat
untuk melihat stoma
4.berikan konseling,
bila diperlukan
5. atur kunjungan oleh
penderita ostoma lain

member kesempatan pada pasien


kesempatan untuk mengungkapkan
dan mengidentifikasi masalah.

mengekspresikan
masalah
-menerima dukungan

2. ansietas dapat dikurangi bila


pertanyaan dengan segera dijawab.
3.membantu pasien mengatasi rasa
takut tentang respons pasangan.
4. memberikan kesempatan untuk
dukungan tambahan

-mencari bantuan sesuai


kebutuhan
-menyatakan keinginan
untuk berbicara dengan
penderitaostoma lain

5. penderita ostoma lain dapat


member dukungan dan berbagi
perasaan bersama

Pasca operatif
Diagnosa Keperawatan : Ansietas berhubungan dengan kehilangan kontrol usus
1.berikan informasi
tentang fungsi usus
yang akan dialami

1. penyesuaian emosi dipermudah


bila informasi adekuat diberikan
pada tingkat pemahaman.

2. ajarkan pasien
bagaimana menyiapkan
ukuran kantung yang
adekuat

2. menipulasi alat adalah


keterampilan motorik yang dipelajari
yang memerlukan praktik dan
dorongan positif.

-mengekspresikan
minat dalam belajar
tentang perubahan
fungsi defekasi
-memegang alat dengan
tepat
-mengganti kantung
tanpa bantuan

3. tunjukan bagaimana
mengganti kantung
sebelum terjadi
kebocoran

-mengirigasi kolostomi
dengan baik
-mempertahankan
jadual eliminasi regular

4. tunjukan bagaimana
mengirigasi kolostomi
5. anjurkan bahwa
irigasi dilakukan pada
waktu yang teratur,
tergantung tipe
kolostomi

Diagnosa Keperawatan : Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi kulit
peristoma oleh efluen
1.berikan informasi
tentang tanda /gejala
iritasi atau inflamasi

1. kulit periostoma harus merah


muda mengkilat tanpa abrasi dan
serupa dengan kulit abdomen

www.saktyairlangga.wordpress.com

-menggambarkan
penampilan kulit yang
sehat

Page 31

kulit
2. ajarkan pasien
bagaimana
membersihkan kulit
periostomal dengan
perlahan
3.tunjukkan bagaimana
menggunakan barier
kulit

2. gosok dengan lembut


menggunakan air hangat dan sabun
lembut untuk membersihkan kulit
dan meminimalkan iritasi dan
kemungkina abrasi.

-membersihkan kulit
dengan benar

Barier kulit melindungi kulit


perisotomal dari enzim dan bakteri

-mengangkat kantung
drainase dengan
perlahan kerusakan
kulit

4.memisahkan perekat dari kulit


secara perlahan-lahan akan
menghindari iritasi kulit.

4.tunjukkan bagaimana
mengangkat kantung

-menggunakan barier
kulit dengan baik

-menunjukkan kulit
utuh disekitar stoma
kolostomi

Diagnosa Keperawatan: potensial perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan
dengan menghindari makanan yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan gastrointestinal
1.lakukan pengkajian
nutrisi lengkap untuk
mengindentifikasi
adanya makanan yang
dapat meningkatkan
peristaltik dengan
mengiritasi usus

1. pasien bereaksi secara berbeda


pada makanan tertentu
2. produk makanan selulosa adalah
makanan dari tumbuhan yang
sisanya tidak dapat dicerna
3. buah-buahan ini cenderung
meningkatkan kuantitas efluen

2. anjurkan pasien
menghindari makanan
yang menghasilkan
selulosa atau
mengandung
hemiselulosa

-mengubah diet utuk


menghindari makanan
yang menimbulkan
sakit sebelumnya
mempertahankan
masukan nutrisi
seimbang
-menghindari makanan
seperti kacang
-mengubah masukan
buah tertentu

3. anjurkan mengurangi
masukan buah
pengiritasi tertentu
Diagnosa Keperawatan : difungsi seksual berhubungan dengan perubahan citra tubuh
1.dorong pasien untuk
mengungkapkan rasa
takut

1. kebutuhan yang diekspresikan


membantu ahli terapi
mengembangkan rencana perawatan

-mengekspresikan rasa
takut dan keprihatinan

2.anjurkan mengubah
posisi seksual

2.menghindari rasa malu pasien


akibat penampilan visual dari stoma

-Mendiskusikan
perubahan posisi
seksual

3. cari batuan dari ahli


terapi seksual atau
spesialis klinik
psikiatrik

3. beberapa pasien memerlukan


konseling seksual professional

- menerima pelayanan
konselor professional

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 32

Diagnosa Keperawatan: resiko kurang volume cairan berhubungan dengan anoreksia dan muntah serta
peningkatan kehilangan cairan dan elektrolit dari saluran GI
1.perkiraan masukan
dan haluaran cairan :

1. memberikan indikasi
keseimbangan cairan

a. Batasi masukan
dan haluaran
b. Timbang berat
badan setiap
hari

a. Indicator awal dari


ketidakseimabangan cairan
adalah perbedaan harian
antara masukan dan haluaran
secara bermakna. Rata-rata
individu makan (makanan,
cairan) dan kahilangan (urin,
feses, paru) kira-kira 3 liter
cairan setiap 24 jam.

-mempertahankan
keseimbangan cairan
-mempertahankan nilai
natrium dan kalium
serum dan urin normal
-tugor kulit normal
-permukaan lidah
berwarna merah muda
dengan membrane
mukosa lembab

b. Penambahan/kekurangan 1
liter cairan direfleksikan
pada perubahan berat badan
sebanyak 1 kg.
2. kaji nilai-nilai serum
dan urin dari natrium
dan kalium
3.observasi dan catat
tigor kulit dan
penampilan lidah

2.natrium adalah elektrolit utama


yang mengtaur keseimbangan cairan.
Muntah mengakibatkan penurunan
kadar natrium urin dan serum. Nilai
natrium urin, berlawanan dengan
nilai serum, menunjukkan perubahan
awal, sensitive pada keseimbangan
natrium. Natrium bekerja dalam
hubungannya dengan kalium, yang
juga menurun pada muntah.
Defisiensi bermakna pada kalium
dihubungkan dengan penurunan
kalium bikarbonat intraseluler, yang
menimbulkan asidosis dan
hiperventilasi kompensasi.
3. hidrasi adekuat ditunjukkan oleh
kemampuan kulit untuk kembali
kebentuk semula setelah digenggam
diantara jari. Catatan : pada lansia,
adalah normal bila kembalinya kulit
ini lambat. Perubahan pada membran
mukosa yang menutupi lidah adalah
indicator akurat dan awal dari status
hidrasi.

a. Pedoman Mengganti Alat Ileostomi

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 33

Mengganti alat ileostomi perlu untuk mencegah kebocoran (kantung


biasanya diganti setiap 2 sampai 4 hari), untuk memungkinkan pemeriksaan
kulit di sekitar stoma, dan untuk membantu mengontrol bau apabila hal ini
menjadi masalah. Alat harus diganti waktu dimana pasien mengeluh rasa
terbakar atau gatal di bawah diskus atau nyeri di area stoma; penggantian rutin
harus dilakukan dini hari sebelum sarapan atau 2 sampai 4 jam setelah makan,
dimana usus sedikit aktif.
Tindakan keperawatan
1. Tingkatkan

Rasional/penjelasan
dan Suasana

kenyamanan

keterlibatan pasien dalam prosedur.


A. Siarkan

pasien

memilih

rileks

dan

penjelasan

adekuat membantu pasien menjadi

posisi partisipan aktifa dalam prosedur.

rileks. Berikan privasi.


B. Jelaskan detail dari prosedur
C. Pajankan areaq ileostomi; lepaskan
sabuk

ileostomi

(bila

menggunakan).
2. Angkat alat
A. Biarkan pasien duduk di toilet atau Posisi

ini

memudahkan

di kursi menghadap toilet. Pasien pembuangan atau drainase.


yang menginginkan berdiri harus
menghadap toilet
B. Alat

(kantung)

dapat

diangkat

dengan dorongan halus pada kulit


menjauh dari perekat.
3. Bersihkan kulit
A. Cuci kulit dengan air hangat dan Pasien mungkin mandi pancuran
sabun ringan menggunakan waslap dengan atau tanpa menggunakan
halus lembab; pasien mungkin lebih kantung. Plester mikropor atau
suka mandi sebelum memasang alat tahan air yang direkatkan pada sisi
yang bersih

piringan

akan

mempertahankan

kantung tetap ditempatnya selama


mandi.
B. Bilas dan keringkan kulit secara Kelembaban atau residu sabun

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 34

akan mempengaruhi perekatan alat

seksama setelah pembersihan


4. Pasang alat (bila tidak terdapat iritasi
kulit)

A. Barier kulit yang tepat dipasang Banyak kantung mempunyai barier


pada kulit periostomal sebelum kulit
kantung dipasang
B. Lepaskan penutup dari permukaan Kulit harus benar-benar kering
perekat diskus dari kantung plastic sebelum kantung dipasang
sekali pakai dan pasang langsung
pada kulit
C. Tekan dengan kuat selama 30 detik
untuk memastikan perekatan
5. Pasang alat (bila terdapat iritasi)
A. Bersihkan kulit dengan seksama Untuk menghilangkan debris
tetapi perlahan; keringkan dengan
cara menepuknya
B. Gunakan sprei Kenalog; keringkan Preparat kortikosteroid (Kenalog)
kelebihan

dengan membantu menurunkan inflamasi.

kelembaban

kapas pledget dan tebarkan bedak Agen

antijamur

(nistatin)

mengobati infeksi jenis ini yang

nistatin (Mycostatin)

biasanya terjadi di sekitar stoma.


Kedua obat ini memerlukan resep
dokter.
(1) Tindakan efektif lain adalah Stomahesive adalah bahan yang
untuk

wafer memudahkan

memasang

Stomahesive

(Squibb)

penyembuhan

yang ekskoriasi kulit. Bahan ini merekat

tersedia dalam ukuran 10x10 baik meskipun kulit lembab, dan


cm dan 20x20 cm. lubang teriritasi.
stoma harus digunting dengan
ukuran sama seperti stoma;
penggunaan
pengguntingan

pedoman
(diberikan

dengan Stomahesive). Wafer

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 35

dipakai langsung pada kulit.


(2) Alternative kedua adalah untuk Karaya
melembabkan

pencuci

juga

karet penyembuhan

memudahkan
kulit.

Perekatan

karaya dan ditempelkan bila meningkatkan perlengketan


bahan ini mulai rekat. Bila kulit
lembab, bedak karaya dapat
digunakan
adanya

lebih
kelebihan

dulu

dan

serbuk

dibersihkan dengan perlahan.


C. Kantung kemudian dipasang pada Ini
kulit yang diobati

akan

memungkinkan

kulit

sembuh sementara alat dipasang

6. Periksa bagian bawah kantung untuk Penutupan yang tepat mengontrol


penutupan; gunakan pita karet atau kebocoran.
klip yang diberikan.
b. Pedoman Pengaliran Ileostomi Kontinen (Kantung Kock)
Ileostomi kontinen adalah pembuatan kantung secara bedah dari
kantung usus halus yang dapat bertindak sebagai wadah internal untuk
pembuangan fekal; katub tombol dibuat di bagian luar. Pada pascaoperatif,
kateter dipanjangkan dari stoma dan direkatkan ke system pengisap drainase
tertutup. Untuk menjamin patensi kateter, biasanya setiap 3 jam, 10 sampai 20
ml salin normal dimasukkan dengan perlahan kadalam kantung; aliran balik
tidak diaspirasi tetapi dibiarkan mengalir oleh gravitasi.
Setelah kira-kira 2 minggu, bila proses penyembuhan telah mengalami
kemajuan dan keteter diangkat dari stoma, pasien diajarkan untuk mengalirkan
kantung. Peralatan yang diperlukan mencakup kateter, tisu, pelumas larut air,
kasa, spuit, larutan irigasi dalam baskom, dan baskom penampung.
Prosedur berikut ini digunakan untuk mengalirkan kantung; pasien
dibantu untuk berpartisipasi dalam prosedur ini agar dapat melakukannya
tanpa bantuan.
Tindakan Keperawatan

Rasional/Penjelasan

1. Lumasi kateter dan masukkan Apabila tekanan ringan digunakan,


dengan perlahan kira-kira 5 cm kateter
dimana

kemungkinan

biasanya

akan

masuk

ke

terasa kantung.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 36

adanya

suatu

tahanan

pada

katup atau putting


2. Apabila

banyak Ini akan memungkinkan keteter masuk

terdapat

tahanan, isi spuit dengan 20 ml ke kantung


udara atau air dan injeksikan
melalui kateter, sambil masih
memberikan

sedikit

tekanan

pada keteter.
3. Tempatkan ujung kateter yang Gravitasi
lain

di

dalam

pembuangan

yang

memudahkan

drainase.

baskom Drainase dapat mencakup flatus atau


dipegang efluen.

dekat dan setinggi stoma. Proses


ini kemudian dapat dilanjutkan
di

toilet

dengan

drainase

dialirkan ke dalam toilet.


4. Setelah

kateter Keseluruhan

drainase,

prosedur

memerlukan

diangkat dan area di sekitar waktu 5 sampai 10 menit; pada awalnya


stoma dengan perlahan dicuci dilakukan setiap 3 jam. Waktu prosedur
dengan air hangat.keringkan dan secara bertahap diperpanjang sampai 3
berikan

bantalan

penyerap kali sehari.

diatas stoma. Ikatkan bantalan


dengan plester hipoalergis.

c. Komplikasi Ileostomi
Komplikasi minor terjadi pada kira-kira 40 % pasien yang memiliki
ileostomi; kurang dari 20 % dari komplikasi memerlukan intervensi bedah.
1. Iritasi kulit peristoma
Komplikasi paling umum dari ileostomi adalah akibat kebocoran efluen.
Kantung yang menimbulkan sakit saat direkatkan merupakan penyebab
paling sering. Pemasangan kantung dan pemakaian barier kulit diatur oleh
perawat atau ahlin terapi enterostoma.
2. Diare
Di manifestasikan dengan efluen iritatif yang dengan cepat masuk ke
kantung (setiap jam atau lebih cepat), dapat dengan cepat menimbulkan
www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 37

dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Air, natrium, dan kalium tambahan


diberikan untuk mencegah hipovolemia dan hipokalemia. Agen antidiare
dapat diberikan untuk mengatasinya.
3. Stenosis
Stenosis disebabkan oleh jaringan parut sirkuler yang terbentuk pada sisi
stoma. Jaringan parut harus dihilangkan melalui pembedahan.
4. Batu urinarius
Batu urinarius terjadi kira-kira 10 % pada pasien ileostomi akibat dehidrasi
sekunder terhadap penurunan masukan cairan. Nyeri abdomen bawah yang
terus-menerus dan menyebar ke kaki, hematuria, dan tanda dehidrasi
menunjukkan bahwa urin harus dikeluarkan. Masukan cairan ditingkatkan.
Kadang-kadang batu kecil keluar pada saat berkemih; karenanya
pengobatan diperlukan untuk menghancurkan atau menghilangkan batu.
5. Kolelitiasis (pembentukan batu empedu)
Kolelitiasis disebabkan karena kolesterol terjadi tiga kali lebih sering
daripada pada populasi umum karena perubahan pada absorbsi asam
empedu yang terjadi pada praoperatif. Spasme kandung empedu
menyebabkan nyeri abdomen kanan atas yang hebat dan dapat menyebar
ke punggung dan bahau kanan.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 38

PENUTUP
Kesimpulan
Enteritis regional adalah inflamasi kronis dan subakut yang meluas ke seluruh
dinding usus dari mukosa usus; ini disebut juga transmural. Gejala yang sering
ditemukan adalah diare interminten ringan (dua sampai lima kali per hari), nyeri kolik
pada abdomen bagian bawah, dan malaise yang makin bertambah setelah periode
bertahun-tahun. Penderita penyakit ini yang lebih berat dapat mengalami defekasi cair
dalam frekuensi sering disertai dengan darah dan pus dalam feses. Beberapa penderita
mengalami steatore , penurunan berat badan, anemia, dan manifestasi malabsorpsi
lainnya. Pasien juga sering mengalami demam ringan.
Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan
mukosa kolon dan rektum. Gejala utama dari colitis ulseratif adalah diare, nyeri
abdomen, tenesmus intermiten, dan perdarahan rectal. Perdarahan dapat ringan atau
berat. Selain itu, terjadi juga anoreksia, kram serta adanya dorongan untuk defekasi.
Penatalaksaannya dengan masukan diet dan cairan, terapi obat-obatan, Hormon
adrenokortikotropik parenteral ( ACTH ) dan kortikosteroid, Aminosalisilat topikal dan
oral terbaru ( mis., mesalamin [Asacol ], olsalazin [Dipentum]telah terbukti sangat
efektif dalam pengobatan, psikoterapi dan pembedahan.
Saran
Mahasiswa yang mempelajari makalah ini memahami patofisiologis gangguan
Inflamatorry Bowel Disease secara keseluruhan dan mampu melaksanakan
penatalaksanaan pada pasien Enteritis Regional dan Kolitis Ulseratif dengan cermat.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Inflammatory Bowel
Disease perawat harus memahami konsep dasar asuhan keperawatan Inflammatory
Bowel Disease sehingga asuhan keperawatan dapat terlaksana dengan baik.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 39

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan edisi 2.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Cecily Lynn Betz & Linda A. Souden . (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatri edisi 5.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pierce A. Grace & Neil R. Borley. (2007). At a Glance Ilmu Bedah edisi Ketiga. Jakarta :
Erlangga.
Priyanto, Agus & Sri Lestari. (2009). Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika.
Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare. (2002) . Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC.
Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson . (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses
Penyakit Volume 1 . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Judge TA, Lichstein GR. Inflammatory Bowel disease. In : Friedman SL, MCQuaid KR,
Grendell JH,editors. Current Diagnosis and treatment in Gastroenterology, 2nd ed.
International ed : MCGraw-Hill;2003.p.108-30

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 40

Vous aimerez peut-être aussi