Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Inflammatory
Bowel Disease)
2012
WWW.SAKTYAIRLANGGA.WORDPRESS.COM
Page 2
Usus besar atau intestinum mayor panjangnya 1,5 m, lebarnya 5-6 cm.Usus
besar berbentuk tabung muskular berongga, yang tersusun atas lapisan-lapisan,dari
dalam ke luar: selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang,dan
jaringan ikat.Usus besar terdiri dari, sekum, kolon asendens, apandiks (usus buntu ),
kolon tranversum, kolon desendens, kolon sigmoid, rektum, dan berakhir di anus.
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 3
e. Kolon Desendens
Panjangnya 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri membujur
dari atas kebawah dan flexura lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung
dengan kolon sigmoid.
f. Kolon Sigmoid
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari koln desendens, terlatak
miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S, ujung
bawahnya berhubungan dengan rektum.
g. Rektum
Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os
sakrum dan os koksigis.
h. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
rektum dengan dunia luar(udara luar).Terletak di dasar pelvis, dindingnya
diperkuat oleh 3 sfingter:
a. Sfingter ani internus
b. Sfingter levator ani
c. Sfingterani eksternus
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan
proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang pling penting adalah absorbsi air dan
elektrolit, yang sudah hampir selsai dlam kolon dekstra. Kolon sigmoid berfungsi
sebagai reservoir yang menampung masa feses yang sudah terdehidrasi hingga
berlangsungnya defekasi.
Banyak bakteri yang terdapat pada usus besar berfungsi mencerna beberapa
bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.Bakteri dalam usus besar juga
berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitmin K, bakteri ini penting untuk
fungsi normal dari usus.Beberapa penyakit serta antibiotik dapat menyebabkan
gangguan pada bakteri di dalam usus besar, yang dapat mengakibatkan terjadinya
iritasi.
Inflammatory Bowel Disease
Istilah ini digunakan untuk menentukan dua gangguan gastrointestinal inflamasi
usus : enteritis regional (penyakit Crohn atau colitis granulomatosus) dan kolitis ulseratif.
Insidens penyakit usus kronis di Amerika Serikat diperkirakan antara 4% dan 10%,
dengan 25.000 kasus baru terjadi setiap tahunnya. Penyakit ini tampak lebih sering pada
orang Kaukasia dan paling sering pada populasi Yahudi. Riwayat penyakit ini pada
keluarga ditemukan pada 20% sampai 40% pasien.
Keyakinan sekarang adalah enteritis regional dan kolitis ulseratif adalah kesatuan
terpisah dengan etiologi serupa. Keduanya dikarakteristikan dengan eksaserbasi dan
remisi. Kedua penyakit ini telah dihubungkan dengan abnormalitas kromosom spesifik.
Masing-masing penyakit dapat dicetuskan oleh agen lingkungan seperti pestisida, aditif
makanan, tembakau, dan radiasi. Pengaruh imunologi telah ditemukan melalui penelitian
yang menunjukkan abnormalitas dalam imunitas seluler dan humoral pada orang dengan
gangguan ini. Antibodi limfositoksik telah ditemukan pada pasien dengan penyakit usus
inflamasi, tetapi penelitian lebih pasti perlu untuk menghubungkan factor imunologis dan
lingkungan. Penelitian terbaru (Gitnick, 1992) menunjukkan mikrobakterium sebagai
agens penyabab penyakit ini.
Faktor psikologis juga telah diketahui. Banyak individu dengan kolitis ulseratif
ditemukan sebagai seseorang perfeksionis pasif, dan cemas pada ketenangan. Perilaku
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 4
koping sering tidak tepat dan dapat mencakup menarik diri, menyangkal, dan represi.
Beberapa orang mengalami penurunan tingkat toleransi terhadap nyeri dan
ketidaknyamanan yang dihubungkan dengan kram usus dan diare. Beberapa praktisi
menduga bahwa sifat dan kepribadian adalah penyebab-dari gejala penyakit, tetapi
penelitian klinis lebih lanjut diperlukan untuk menegakkan hubungan sebab akibat.
(Smeltzer, Bare. 2002)
Enteritis Regional (Penyakit Crohn)
a. Definisi
Enteritis regional, Ileokolitis, atau penyakit Crohn merupakan suatu
penyakit peradangan glanulomaltosa kronis pada saluran cerna yang sering
terjadi berulang. Secara klasik penyakit ini mengenai ileum terminalis,
walaupun dapat juga mengenai setiap bagian saluran cerna. Penyakit ini
biasanya timbul pada orang dewasa muda dalam usia dekade kedua atau ketiga
dan lebih sering lagi terjadi dalam usia dekade ke enam. Laki-laki dan
perempuan terserang penyakit ini dalam berbandingan yang kira-kira sama.
Penyakit Crohn cenderung bersifat familial dan paling sering terjadi pada kulit
putih dan Yahudi.(Price, Wilson. 2006)
Enteritis regional adalah inflamasi kronis dan subakut yang meluas ke
seluruh dinding usus dari mukosa usus; ini disebut juga transmural.
Pembentukan fistula, fisura, dan abses terjadi sesuai luasnya inflamasi kedalam
peritoneum. Lesi (ulkus) tidak pada kontak terus menerus satu sama lain dan
dipisahkan oleh jaringan normal. Granuloma terjadi pada setengah kasus. Pada
kasus lanjut mukosa mempunyai penampilan Coblestone.Dengan berlanjutnya
penyakit, dinding usus menebal, dan menjadi fibrotik, dan lumen usus
menyempit.( (Smeltzer, Bare. 2002)
b. Etiologi
Etiologi entritis regional tidak diketahui. Walaupun tidak ditemukan
adanya autoantibodi, entritis regional diduga merupakan suatu reaksi
hipersensitivitas atau mungkin disebabkan oleh agen infektif yang belum
diketahui. Teori- teori ini dikemukakan karena adanya lesi-lesi granulomaltosa
yang mirip lesi-lesi yang ditemukan pada lesi jamur dan tuberkulosis
paru.(Price, Wilson. 2006) Terdapat beberapa persamaan yang menarik antara
entritis regional dan kolitis ulserativa . Keduanya adalah penyakit radang
walaupun lesinya berbeda . Kedua penyakit ini bermanifestasi diluar saluran
cerna yaitu uveitis, atritis, dan lesi kulit yang identik. Merokok adalah faktor
resiko yang terjadi pada penyakit crhon, tetapi tidak pada kolitis ulseratif
(Rubin,Hanauer,2000).
c. Patofisiologi
Entritis regional mengenai ileum terminalis pada sekitar 75% kasus, dan
mengenai kolon pada sekitar 35% kasus. Esofagus dan lambung lebih jarang
terserang penyakit ini. Dalam beberapa keadaan, terjadi lesi melompat, yaitu
bagian usus yang sakit dipisahkan oleh daerah-daerah usus yang normal
sepanjang beberapa inci atau kaki.
Lesi ini diduga mulai terjadi dalam kelenjar limfe dekat usus halus, yang
akhirnya menyumbat aliran saluran limfe. Selubung submukosa usus jelas
menebal akibat hiperplasia jaringanlimfoid dan limfedema. Dengan berlanjutnya
proses patogenik segmen usus yang terserang menebal sedemikian rupa
sehingga kaku seperti slang kebun. Lumen usus menjadi sangat menyempit,
sehingga hanya dilewati sedikit aliran barium, menimbulkan tanda senar (string
sign) yang terlihat pada pemeriksaan radiografi. Seluruh dinding usus biasanya
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 5
Page 6
Penatalaksanaan Teraupetik
Kortikosteroid
Sulfonamisa (Sulfasalazin
[Azulfidine])
Antibiotik
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 7
2.
3.
4.
5.
7.
g. Komplikasi
Komplikasi enteritis regional mencakup obstruksi usus atau
pembentukan striktur, penyakit perianal, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, dan pembentukan fistula serta abses.Fistula adalah hubungan
abnormal antara dua struktur tubuh, baik internal ( antara dua struktur ) atau
eksternal ( antara struktur internal dan permukaan luas dari tubuh ). Jenis Fistula
usus halus yang paling umum yang diakibatkan oleh enteritis regional adalah
fistula enterokutan ( antara usus halus dan kulit ). Abses dapat berasal dari jalur
fistula internl yang kemudian masuk ke dalam area yang mengakibatkan
akumulasi cairan dan infeksi. ( Smeltzer, Suzanne. 2002 )
h. Prognosis
Bila entritis regional timbul secara akut, maka sekitar 90% penderita
dapat mencapai remisi spontan. Akan tetapi entritis regional memiliki awitan
yang lambat pada sebagian besar pasien. Sekitar 75% pasien akan mengalami
relaps. Angka mortalitas yang secara langsung disebabkan oleh penyakit ini
rendah. (Price, Sylvia. 2006 )
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 8
Kolitis Ulseratif
a. Definisi
Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari
lapisan mukosa kolon dan rektum.( Smeltzer, Bare,2002)Kolitis ulseratif adalah
kondisi inflamasi dan ulseratif pada rectum serta kolon. Biasanya penyakit ini
dialami oleh orang dewasa muda dan dewasa menengah serta menyebabkan
diare bercampur darah dan mukus, nyeri, tenesmus, anemia, penurunan berat
badan, dan komplikasi seius yang melibatkan dilatasi toksik (megakolon),
perforasi, dehidrasi, gangguan elektrolit, perubahan keganasan, serta kerusakan
hati. Penatalaksanaan kondisi ini meliputi tindakan pendukung umum, seperti
nutrisi parenteral dan obat, seperti kortikosteroid (rektal dan
sistemik),sulfasalazin,serta
imunosupresan
sikloporin
dan
azatioprin.Pembedahan diindikasikan jika tindakan medis gagal atau sebagai
pengobatan darurat untuk dilatasi toksik, hemoragi, dan perforasi usus.
Kolitis Ulseratif merupakan penyakit radang kolon nonspesifik yang
umumnya berlangsung lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang bergantiganti. Lesi utamanya adalah reaksi peradangan daerah subepitel yang timbul
pada basis kripe Lieberkuhn, yang akhirnya menimbulkan ulserasi
mukosa.(Price, Wilson, 2006)
b. Etiologi
Etiologi kolitis ulseratif,seperti juga Penyakit Crohn, tidak diketahui.
Faktor genetic tampaknya berperan dalam etiologi, karena terdapat hubungan
familial yang jelas antara kolitis ulseratif, Penyakit Crohn, dan spondilitis
ankilosa.
Telah dijelaskan beberapa teori mengenai penyebab kolitis ulseratif,
namun tidak ada yang terbukti. Teori yang paling terkenal adalah teori reaksi
system imun tubuh terhadap virus atau bakteri yang menyebabkan terus
berlangsungnya peradangan dalam dinding usus. Penderita kolitis ulseratif
memang memiliki kelainan sistem imun, tetapi tidak diketahui hal ini
merupakan penyebab atau akibat efek ini; kolitis ulseratif tidak disebabkan oleh
distress emosional atau sensitifitas terhadap makanan, tetapi faktor-faktor ini
dapat memicu pada beberapa orang (NIDDK, 1998).
Sementara, penyebab kolitis ulseratif tidak diketahui gambaran tertentu
penyakit ini telah menunjukkan beberapa kemungkinan penting. Hal ini berupa
faktor familial atau genetik, infeksi, imunologik, dan psikologik.
1. Faktor familial/genetik
Penyakit ini lebih sering ditemui pada orang kulit putih daripada orang kulit
hitam dan orang Cina, dan insidensinya meningkat (3 sampai 6 kali lipat)
pada orang Yahudi dibandingkan non Yahudi. Hal ini menunjukkan adanya
predisposisi genetik terhadap perkembangan penyakit ini.
2. Faktor infeksi
Sifat radang kronik penyakit ini telah mendukung suatu pencarian terus
menerus untuk kemungkinan penyebab infeksi. Disampping banyak usaha
untuk menemukan agen bakteri, virus, dan jamur, belum ada yang
sedemikian jauh diisolasi.
3. Teori imunologik
Teori bahwa mekanisme imun dapat terlibat didasarkan pada konsep
bahwa maifestasi ekstraintestinal yang dapat menyertai kelainan ini
(misalnya arthritis, perikolangitis) dapat mewakili fenomena autoimun dan
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 9
Page 10
kelainan mukosa dan hilangnya haustra. Tidak ada pemeriksaan atau tes khas.
Kolonoskopi harus dibuat dengan hati-hati karena dinding kolon sangat tipis.
e. Pemeriksaan Diagnostik Kolitis Ulseratif
Pada diagnosis kolitis ulseratif kronis, pemeriksaan feses yang cermat
dilakukan untuk membedakannya dengan desentri yang disebabkan oleh
organism usus umum, khususnya Entamoeba histolytica. Feses positif terhadap
darah. Tes laboratorium akan menunjukkan hematokrit dan hemoglobin yang
rendah, peningkatan hitung darah lengkap, albumin rendah, dan
ketidakseimbangan elektrolit. Sigmoidoskopi dan enema barium dapat
membedakan kondisi ini dari penyakit kolon yang lain dengan gejala yang
serupa. Enema barium akan menunjukkan iregularitas mucosal, pemendekan
kolon, dan dilatasi lengkung usus. Endoskopi dapat menunjukkan mukosa yang
rapuh, mukosa terinflamasi dengan eksudat dan ulserasi.
Pada colitis ulseratif akut, katartik dikontraindikasikan bila pasien
disiapkan untuk menjalani enema barium atau endoskopi karena bahan ini dapat
mengeksarbasi kondisi, yang dapat menimbulkan megakolon (dilatasi luar dari
kolon), perforasi, dan kematian. Bila pasien diperlukan tes diagnostic ini,
berikan diet cair selama beberapa hari sebelum sinar-x dan lakukan enema
dengan air hangat pada hari pemeriksaan. Kolonoskopi dikontraindikasikan pada
penyakit berat akibat resiko perforasi.
f. Penatalaksanaan Kolitis Ulseratif
No.
1.
Penatalaksanaan Teraupetik
Kortikosteroid
Sulfonamisa (Sulfasalazin
[Azulfidine])
Preparat bulk
Proktokolektomi, dengan
ileostomi
Rektum dapat disambung
kembali hanya pada
beberapa pasien yang
sembuh dengan kolektomi
1. Masukan diet dan cairan.
Cairan oral, diet rendah residu-tinggi protein tinggi kalori, dan terapi
suplemen vitamin dan pengganti besi diberikan untuk memenuhi kebutuhan
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 11
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 12
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 13
B1 (Breathing)
Usus menebal
Jaringan parut/pembentukan
granuloma
lumen menyempit
Mukosa meradang
menimbulkan tukak, dan
B3 eksudat
(Brain) putih keabu-abuan
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
B6 (Bone)
Anemia
Reseptor nyeri
terangsang
Takipnea
Nyeri kram
MK : Pola nafas
tidak efektif
MK : Nyeri
akut/kronis
Pembentukan ulkus
di lapisan membrane
usus dan di tempat
terjadinya inflamasi
Rabas pengiritasi
konstan yang
dialirkan ke kolon
dari usus yang tipis,
bengkak
Diare kronis
cairan tubuh
dehidrasi
MK : Gangguan
keseimbangan
cairan dan
elektrolit
Anemia
perfusi O2
Transport produk
dari pencernaan usus
atas melalui lumen
akan terkonstriksi
Malaise
MK : Intoleransi
aktifitas
nafsu makan
Masukan makanan
tidak adekuat
berat badan
malnutrisi
MK : Gangguan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 14
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 15
ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan Keperawatan pada Inflammatory Bowel Disease
Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan yang meliputi
aspek bio-psiko-sosio-spiritual secara komperhensif. Maksud dari pengkajian adalah
untuk mendapatkan informasi atau data tentang paasien . data tersebut berasal dari
pasien (data primer), dari keluarga (data keluarga), dan data dari catatan yang ada
(data tersier). Pengkajian dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan melalui
wawancara, observasi langsung , dan melihat catatan medis, adapun data yang
diperlukan pada klien gastritis adalah sebagai berikut
a. Data dasar
Adapun data dasar yang dikumpulkan meliputi :
1. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat tanggal masuk rumahsakit, diagnose medis.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan diambil untuk mengidentifikasi awitan, durasi, dan
karakteristik nyeri abdomen; adanya diare atau dorongan fekal, mengejan
pada saat defekasi (tenesmus), mual, anoreksia, atau penurunan berat badan.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat
kecelakaan, riwayat dirawat di rumahsakit dan riwayat pemakaian obat.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit usus inflamasi.
5. Riwayat psikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi masalah
dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima keadaannya.
6. Pola kebiasaan sehari-hari
Mencakup jumlah alcohol, kafein, dan nikotin yang digunakan setiap hari
dan setiap minggu. Pola eliminasi usus mecakup karakter, frekuensi, dan
adanya darah, pus, lemak, atau mukus. Alergi penting untuk dokumentasi,
khususnya intoleransi usus atau lactose. Pasien dapat menunjukkan
gangguan pola tidu bila diare atau nyeri terjadi pada malam hari
b. Pemeriksaan Fisik
1. Auskultasi abdomen terhadap bisisng usus dan karakteristiknya.
2. Palpasi abdomen terhadap distensi, nyeri tekan, atau nyeri. Pada enteritis
regional nyeri biasanya terlokalisasi pada kuadran kanan bawah dimana
bising usus hiperaktif, dapat didengar karena borborigimus(bising usus
gemuruh yang disebabkan pasase gas melewati usus) Gejala paling utama
adalah nyeri intermitten yang terjadi pada diare tetapi tidak hilang setelah
defekasi. Nyeri pada daerah periumbilikal biasanya menunjukkan
keterlibatan ileum terminalis. Pada kolitis ulseratif, abdomen mungkin
distensi dan nyeri lepas mungkin ada. Perdarahan rektal adalah tanda
dominan.
3. Inspeksi kulit terhadap bukti adanya saluran fistula atau gejala dehidrasi,
feses diinspeksi terhadap adanya darah dan mukus.
c.
Proses Keperawatan
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 16
No
1
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri
kronis
yang
berhubungan
dengan
proses
inflamasi usus
Goal Statement
(NOC)
Intervensi
(NIC)
Menyebutkan
orang
lain
mengakui dan
memvalidasi
nyeri
Mempraktikka
n
tindakan
pereda
nyeri
non-invasif
untuk
mengatasi
nyeri
Menyebutkan
perbaikan nyeri
dan
meningkatkan
kemampuan
untuk
melakukan
aktivitas
kehidupan
sehari-hari
(AKS)
Ketahui nyeri
klien
Tentukan
hubungan
antara makan
dan
minum
serta
nyeri
abdomen
Rasional
Minta
klien
menetapkan
rentang
intensitas pada
skala
1-5,
tingkat
toleransi
nyerinya
Tetapkan
hubungan
antara pasase
feses
atau
flatus
dan
nyeri mereda
Dengan
mengetahui
dan
memvalidasi
nyeri klien
dapat
membantu
mengurangi
ansietas klien,
yang dapat
menurunkan
nyeri
Penentuan
skala tersebut
memberikan
metode yang
baik untuk
evaluasi
pengalaman
nyeri subyektif
Klien dapat
menghubungka
n makan atau
minum dengan
awitan nyeri
abdomen, dan
dapat
membatasi
masukan untuk
menghindari
nyeri
Nyeri tidak
hilang dengan
pasase feses
atau flatus
mungkin tanda
obstruksi usus
atau peritonitis
Nyeri kronis
dapat
menyebabkan
menarik diri,
depresi, marah
dan
ketergantungan
Kram abdomen
atau keinginan
tiba-tiba BAB
dapat
membangun
klien di malam
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 17
hari. Kondisi
ini jarang pada
penyakit
Tetapkan efek
nyeri kronis
terhadap gaya
hidup klien
Evaluasi sering
terhadap
peredaan nyeri
memungkinkan
penyesuaian
program untuk
keberhasilan
maksimum.
Kegagalan
mengatasi
nyeri kronis
dapat
menimbulkan
depresi.
Klien mungkin
membutuhkan
dorongan untuk
menjalani
masukan per
oral, karena
mereka
Tetapkan
apakah nyeri
terjadi selama
malam
hari
atau tidak
Perubahan nutrisi
kurang
dari
kebutuhan tubuh
yang
berhubungan
dengan
pembatasan
nutrisi,
mual,
diare, dan kram
abdomen karena
makan atau ulkus
mukosa
mulut
nyeri
Menyebutkan
pemahaman
kebutuhan
nutrisi
Keseimbangan
nitrogen positif
dibuktikan oleh
peningkatan 23 lb/mgg dan
dengan
peningkatan
tingkat energi
dan perasaan
sejahtera
Berikan
penghilang
nyeri
Evaluasi
keberhasilan
rencana
penatalaksana
an nyeri
Berikan
nutrisi
parenteral
total (NPT),
sesuai
pesanan, dan
intervensi
Sapih
klien
dari NPT, saat
diinstruksikan
Bantu klien
dalam
melakukan
masukan
makanan per
oral
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 18
Diare
yang
berhubungan
dengan
proses
inflamasi
Menggambarka
n faktor-faktor
yang
menyebabkan
diare
Menjelaskan
rasional untuk
intervensi
Mengalami
periode diare
lebih sedikit
Menyebutkan
tanda
dan
gejala dehidrasi
dan
ketidakseimban
gan elektrolit
Kaji
hal
berikut:
a) Penurunan
jumlah
feses
b) Peningkat
an
konsentr
asi feses
c) Penurunan
urgensi
BAB
Pertahankan
lingkungan
bebas
bau
untuk klien
Lakukan
perawatan
perineal yang
baik
Turunkan
aktivitas fisik
selama
episode akut
diare
Tentukan
hubungan
antara
episode diare
dan mencerna
makanan
khusus
mungkin
bertahan karena
nyeri
Pengkajian feses
membantu
mengevaluasi
efektivitas agen
antidiare dan
pembatasan diet
Tipe cairan
pengganti
tergantung pada
kebutuhan
elektrolit
Observasi
tanda
dan
gejala ketidak
seimbangan
elektrolit
Gantikan
cairan
dan
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 19
Resiko
tinggi
terhadap inefektif
koping individu
yang
berhubungan
dengan kondisi
kronis
dan
kurang tindakan
definitif
Menyebutkan
faktor-faktor
yang
memperberat
ansietas
dan
stres
Menyebutkan
metode untuk
memperbaiki
kemampuan
mengatasi
kondisi kronis
elektrolit
dengan cairan
per oral yang
mengandung
elektrolit
yang tepat
Jelaskan
miskonsepsi
tentang PIU.
Tekankan
bahwa gejala
psikologis
adalah reaksi
terhadap PIU,
bukan karena
PIU
Identifikasi
dan
minimalkan
faktor
yang
menambah
ansietas
Ijikan
klien
mengontrol
sebagian
sebagian
perawatan.
Tunjukan
penerimaan
dan perhatian
saat merawat
klien
Buat
yang
bila
batas
sesuai
klien
Memperbaiki
miskonsepsi
dapat
membantu
mengurangi
rasa bersalah
yang
berhubungan
dengan
keyakinan ini
Dengan
memahami
prosedur dapat
menurunkan
ansietas.
Pelebelan
menimbulkan
penolakan
ketara atau
samar oleh
orang lain dan
lebih lanjut
menambah
perasaan
ketakberdayaan
dan isolasi
klien
Klien dengan
PIU biasanya
merasa seolaholah mengalami
kehilangan
kontrol
terhadap aspek
lain tentang
hidupnya.
Perilaku terlalu
menurut adalah
tanda rasa takut
dan
ketergantungan.
Bila klien
merasa yakin
bahwa pemberi
perawatan akan
kembali, ia
akan meras
alebih aman
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 20
memerlukan
perhatian
konstan.
Jelaskan
bahwa akan
sering
dilakukan
pemeriksaan
pada interval
yang
telah
dutentukan
untuk
memastikan
bahwa
butuhan
terpenuhi
Sisihkan
waktu 15-30
menit sehari
untuk
meluangkan
waktu
klien
untuk
menyatakan
rasa takut dan
frustasi
Beri
penguatan
strategi
koping efektif
Libatkan
anggota
keluarga atau
orang terdekat
dalam
perawatan,
bila mungkin
Rujuk
klien
dan kurang
banyak
permintaan
Perawat dapat
menggunakan
waktu ini untuk
membantu klien
mengembangka
n, strategi
koping yang
lebih efektif
Penguatan
dapat
meningkatkan
penggunaan
lanjut strategi
koping efektif
Anggota
keluarga dan
orang terdekat
memainkan
peran penting
dalam
mendukung
klien dan
membantu
mereka
mengatasi dan
menerima
penyakitnya
Dengan
membahas PIU
dengan orang
lain yang
mempunyai
masalah yang
sama dapat
menurunkan
perasaan isolasi
dan ansietas.
Dengan berbagi
pengalaman
dalam
kelompok
dipimpin oleh
profesional
memberikan
klien
keuntungan dari
pengalaman
orang lain
denga PIU dan
interpretasi
pengalaman
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 21
oleh profesional
kesehatan
dan keluarga
ke yayasan
nasional
untuk ileitis
dan kolitis
Risiko
tinggi
terhadap inefektif
penatalaksanaan
regimen
terapeutik yang
berhubungan
dengan kurang
pengetahuan
tentang kondisi,
tes
diagnostik,
prognosis,
tindakan,
atau
tanda dan gejala
komplikasi
Kriteria
untuk
diagnosa
keperawatan
ini
menunjukkan
kriteria hasil yang
berkaitan
dengan
perencanaan
pemulangan. Rujuk
pada
rencana
pemulangan
Rujuk
ke
diagnosa
keperawatan
inefektif
koping
individu
dalam rencana
perawatan
ostomi untuk
strategi
bermain peran
untuk
meningkatkan
kemampuan
koping
Jelaskan tes
diagnostik
(SGNA, 1993)
Jelaskan aspek
keturunan dari
PIU.
Meskipun
penyebab PIU
tak diketahui,
15% sampai
30%
klien
dengan PIU
mempunyai
kerabat
dengan
gangguan ini,
jadi kondisi
ini
dipertimbangk
an
sebagai
gangguan
keturunan
Penjelasan
tentang apa
akan terjadi
dapat
menurunkan
ansietas klien
yang
berhubungan
dengan
ketidatahuan
Klien dengan
PIU mungkin
telah diarahkan
untuk percaya
bahwa ansietas
atau masalah
psikologi
menyebabkan
gangguan.
Menghilangkan
keyakinan ini
dapat
membantu
klien menerima
gangguan dan
mendorong
kepatuhan
terhadap
pengobatan
Klien dengan
PIU mungkin
telah diarahkan
untuk percaya
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 22
Jelaskan
kemungkinan
etiologi PIU,
teori-teori
yang
dipusatkan
pada sistem
imun tubuh
Diskusikan
prognosis
PIU.
PIU
merupakan
penyakit
kronis dengan
remisi
dan
kekambuhan.
Pada penyakit
Crohns, klien
lebih mungkin
untuk
mengalami
fistula
dan
abses.
Pada
kolitis
ulserativa,
klien
lebih
mungkin
mengalami
toksik
megakolon
dan karsinoma
kolon. Pada
kolitis
ulserativa,
kolektomi dan
ileostomi total
dipertimbanga
bahwa ansietas
atau masalah
psikologi
menyebabkan
gangguan.
Menghilangkan
keyakinan ini
dapat
membantu
klien menerima
gangguan dan
mendorong
kepatuhan
terhadap
pengobatan
Klien biasanya
dapat menerima
prognosis lebih
baik dengan
diskusi yang
gamblang dan
realistik
ketimbang
kurang
informasi
tentang
prognosis
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 23
n
sebagai
pengobatan,
karena kolitis
ulserativa
hanya
menyerang
kolon.
Penyakit
crohns dapat
mengenai
bagian mana
saja
dari
saluran usus
dan cenderung
terjadi
kembali pada
usus
proksimal
bahkan setelah
kolektomi
Diskusi
pengobatan
PIU
Jelaskan
kemungkinan
komplikasi
PIU (rujuk ke
masalah
kolaboratif
pada rencana
perawatan ini
untuk tanda
dan
gejala
khusus)
Ajarkan
pentingnya
mempertahan
kan
hidrasi
optimal
Ajarkan
tindakan
untuk
memulihkan
integritas kulit
perianal
Pengobatan
PIU adalah
sistomatik
(Mehl,1991)
Pemahaman
klien tentang
komplikasi PIU
dapat
membantu
memastiakn
deteksi dini dan
memungkinkan
tindakan segera
(Doughty,1993)
Hidrasi optimal
mencegah
dehidrasi dan
mengurangi
risiko
pembentukan
batu ginjal
Tindakan ini
dapat
membantu
mencegah erosi
kulit akibat
iritasi diare
Pelaporan dini
memungkinkan
intervensi
segera untuk
mengurangi
beratnya
komplikasi
Dengan
berkomunikasi
dengan orang
lain yang
menderita PIU
dapat
membantu
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 24
Ajarkan klien
untuk
melaporkan
tanda
dan
gejala
Berikan
informasi
tentang
ketersediaan
sumber
komunitas dan
bahan
pendidikan
pasien tentang
bagaimana
hidup dengan
PIU
(Doughty,
1993)
klien mengatasi
lebih baik efek
gangguan pada
gaya hidupnya
Apabila tindakan konservatif gagal untuk mengilangkan gejala berat dari penyakit
usus inflamasi, pembedahan dapat dianjurkan. Teknik terbaru yang dapat membantu
adalah struktur plasti diman sumbatan atau bagian yang menyempit dari usus diperlebar,
dan membiarkan usus tetap utuh.
Apabila lesi dapat digambarkan pada enteritis regional, atau bila komplikasi telah
terjadi, maka reseksi akan dilakukan dan bagian sisa dari usus dianastomosiskan.
Pengangkatan usus halus hingga mencapai 50% melalui pembedahan biasanya dapt
ditoleransi. Prosedur pembedahan pilihan adalah sebagai berikut :
a. Kolektomi total (eksisi kolon keseluruhan) dengan ileostomi
b. Kolektomi segemental (pengangkatan segmen kolon) dengan anastomisis
(penggabungan bagian sisa kolon)
c. Kolektomi subtotal (pengangkatan hampir semua kolon) dengan anastomosis
ileokrektal (penggabungan ileum dan rektum)
d. Kolektomi total dengan ileostomi kontinen (pembentukan kantung internal)
e. Kolektomi total dengan anastomosis ileoanal (pembentukan kantung denga sfingter
anal utuh)
Angka kekambuhan setelah pembedahan adalah 20% sampai 40% pada 5 tahun
pertama. Pasien dibawah usia 25 tahun mempunyai angka kekambuhan paling
tinggi.Kira-kira 15% sampai 20% dari pasien dengan kolitis ulseratif memerlukan
itervensi bedah. Indikasi untuk pembedahan mencakup kurangnya perbaikan dan
penyimpangan terus menerus, pendarahan hebat, perforasi, pembentukan striktur, dan
indikasi yang menunjukkan terjadinya karsinoma. Prosedur pilihan adalah kolektomi total
dan ileostomi; adanya prosedur yang lebih membatasi ruang gerak pasien hanya akan
memberikan manfaat sementara. Proktokolektomi (eksisi komplet dari kolon, rektum, dan
anus) dianjurkan bila rektum terlibat secara luas.
Tipe-Tipe Diversi Fekal
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 25
Page 26
dengan perekat ditempatkan diatas ileostomi dan dengan kuat ditekan ke kulit
sekitarnya. Ileostomi dipantau terhadap drainase fekal, yang akan mulai keluar
kira-kira 72 jam setelah pembedahan. Drainase cair akan keluar terus-menerus
dari usus halus karena stoma tidak memiliki sfingter pengendali. Isi mengalir ke
kantung plastik dan di pertahankan agar tidak bersentuhan dengan kulit. Cairan
ini ditampung dan diukur bila kantung telah penuh.
Apabila reservoir ileum kontinen dibuat, seperti digambarkan pada
kantung kock, ini akan memerlukan drainase terus menerus dengan kateter
reservoir indwelling selama 2 sampai 3 minggu selam pascaoperatif. Ini
memungkinkan garis jahitan sembuh.
Karena pasien ini kehilangan banyak cairan pada periode awal
pascaoperatif, pencatatan akurat tentang pemasukan cairan, pengeluaran urin,
dan rabas fekal diperlukan untuk membantu mengukur kebutuhan cairan pasien.
Biasanya terdapat 1000 sampai 2000 ml cairan yang hilang setiap harinya.
Kehilangan ini, menyebabkan natrium dan kalium mengalami penipisan. Nilai
laboratorium harus dipantau dan penggantian elektrolit diberikan sesuai
program. Cairan diberikan secara intravena selama 4 sampai 5 hari, untuk
mengganti kehilangan cairan.
Pengisapan nasogastrik sesuai program, melalui selang merupakan
bagian penting dalam perawatan pascaoperatif. Tujuan pengisapan nasogastrik
adalah untuk mencegah terbentuknya kandungan lambung. Setelah selang
nasogastrik diangkat, sesapan cairan jernih dianjurkan, dan diet ditingkatkan
secara bertahap. Mual dan distensi abdomen diobservasi sebagai tanda obstruksi
dan segera dilaporkan.
Seperti pasien lain yang menjalani pembedahan abdomen, pasien dengan
ileostomi dianjurkan untuk melakukan ambulasi dini. Obat nyeri yang
diresepkan diberikan sesuai kebutuhan.
Pada akhir minggu pertama, tampon rektal diangkat. Karena prosedur ini
menimbulkan ketidaknyamanan, pasien dapat diberi analgesik satu jam sebelum
tindakan ini dilakukan. Setelah tampon diangkat, perineum diirigasi dua sampai
tiga kali sehari sampai terjadi penyembuhan total.
c. Pertimbangan Psikososial
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 27
Page 28
Buah dan sayuran yang disaring diberikan. Makanan ini penting sebagai sumber
vitamin A dan C. Kemudian terdapat beberapa pembatasan diet, kecuali untuk
makanan yang mengandung tinggi serat atau sulit dicerna seperti seledri,
popcorn, jagung, biji-bijian dan kelapa yang mutlak dihindari. Makanan
diperkenalkan sekaligus. Toleransi pasien untuk makanan ini dikaji dan ia
diajarkan mengunyah makanan secara seksama.
Cairan mungkin menjadi masalah selama musim panas, karena keringat
yang keluar menambah cairan yang hilang. Cairan seperti Gatorade membantu
dalam mempertahankan keseimbangan elektrolit. Apabila efluen (keluaran
fekal) terlalu cair, makanan fibrosa (seperti sereal gandum bersekam, buah segar
berkulit, polong, jagung, dan kacang tanah) dibatasi. Apabila efluen sangat
kering masukan garam ditingkatkan. Peningkatan masukan air atau cairan tidak
meningkatkan efluen karena kelebihan air dikeluarkan dalam urin.
c. Perawatan Kulit
Kemungkinan masalah lain adalah ekskoriasi kulit di sekitar stoma.
Integritas kulit periostomal dapat terkomplikasi oleh banyak faktor, seperti
reaksi alergis pada alat ostomi, barier atau pasta kulit; iritasi kimia dari efluen;
cedera mekanis dari pengangkatan alat; dan kemungkinan infeksi. Apabila
terdapat iritasi dan pertumbuhan jamur, bedak distatin (Mycostatin) ditebarkan
sedikit di atas kulit peristomal.
d. Penggantian Alat Ileostomi
Jadwal teratur untuk penggantian kantung sebelum terjadi kebocoran
harus dibuat untuk pasien dengan ileostomi tradisional. Pasien ini dapat
diajarkan mengganti kantung dalam cara serupa yang digambarkan di Pedoman
37-1.
Jumlah waktu dimana seseorang dapat mempertahankan kerapatan
alatnya pada permukaan tubuh tergantung pada lokasi stoma dan struktur tubuh.
biasanya waktu penggunaan normal adalah 5 7 hari. Alat dikosongkan setiap 4
6 jam atau sama waktunya dengan pasien mengosongkan kandung kemih.
Pengosongan cerat dibawah alat, ditutup dengan klip khusus yang dibuat untuk
tujuan ini.
Kebanyakan kantung adalah sekali pakai dan bebas bau. Makanan
seperti bayam dan daun bawang bertindak sebagai deodoran dlam saluran usus;
makanan yang mengandung bau mencakup kol, bawang putih, dan ikan. Tablet
bismut subkarbonat, yang dapat diresepkan dan diminum per oral tiga atau
empat kali sehari, efektif dalam mengurangi bau. Pengental feses, seperti
difenoksilat (Lomotil) juga direspkan untuk diminum per oral untuk membantu
mengontrol bau.
e. Ileostomi Kontinen
Untuk ileostomi kontinen, pasien harus diajarkan untuk mengalirkan
kantung seperti digambarkan pada Pedoman 37-2. Kateter dimasukkan ke
dalamreservoir hanya perlu dialirkan setiap 4 6 jam dan diirigasi sekali sehari.
Kantung tidak lagi diperlukan; sebagai gantinya kebanyakan pasien
menggunakan balutan di atas lubang.
Apabila keluaran fekel kental, air dapat diinjeksikan melalui kateter
untuk melancarkan dan melunakkannya. Konsistensi efluen dipengaruhi oleh
masukan makanan. Pada drainase pertama haluaran hanya sekitar 60 sampai 80
ml, tetapi sesuai berjalannya waktu ini akan meningkat secara bermakna.
Kantung Knock internal akan meregang, akhirnya menampung 500 1000 ml.
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 29
Sensasi tekanan dalam kantung adalah ukuran kantung yang menentukan berapa
kali kantung harus dialirkan.
Rencana Asuhan Keperawatan Diversi Fekal
Rencana Asuhan Keperawatan
Perawatan Pasien Diversi Fekal
Praoperasi
Diagnoasa Keperawatan : kurang pengetahuan tentang prosedur bedah dan persiapan praoperatif.
Intervensi Keperawatan
Rasional
1.Pastikan apakah
pasien telah mengalami
pembedahan
sebelumnya dan minta
untuk mengingat
pandangan positif dan
negative
- mengekspresikan
ansietas dan rasa takut
tentang proses
pembedahan
2. Tentukan informasi
apa yang diberikan ahli
pada pasien dan
keluarga dan apakah
informasi ini dipahami
2. Klarifikasi mencegah
kesalahpahaman dan menghilangkan
ansietas.
- menunjukkan sikap
positif terhadap
prosedur pembedahan
-mengulang dengan
kata-kata sendiri
informasi yang
diberikan oleh ahli
bedah
-mengidentifikasi
anatomi dan fisiologi
normal saluran
gastrointestinal dan
bagaimana hal ini akan
diubah.
4.Jelaskan bahwa
antimicrobial
oral/parental akan
diberikan untuk
membersihkan usus
pada praoperatif
-mematuhi program
persiapan usus
dengan antimikrobial
atau pembersihan
mekanis
-mentoleransi adanya
selang
nasogastrik/nasoenterik.
- dengan bebas
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 30
mengungkapkan
perasaan tentang stoma
2.temani pasien bila
saat stoma pertama kali
diperlihatkan dan
disentuh.
3. anjurkan pasangan
atau orang terdekat
untuk melihat stoma
4.berikan konseling,
bila diperlukan
5. atur kunjungan oleh
penderita ostoma lain
mengekspresikan
masalah
-menerima dukungan
Pasca operatif
Diagnosa Keperawatan : Ansietas berhubungan dengan kehilangan kontrol usus
1.berikan informasi
tentang fungsi usus
yang akan dialami
2. ajarkan pasien
bagaimana menyiapkan
ukuran kantung yang
adekuat
-mengekspresikan
minat dalam belajar
tentang perubahan
fungsi defekasi
-memegang alat dengan
tepat
-mengganti kantung
tanpa bantuan
3. tunjukan bagaimana
mengganti kantung
sebelum terjadi
kebocoran
-mengirigasi kolostomi
dengan baik
-mempertahankan
jadual eliminasi regular
4. tunjukan bagaimana
mengirigasi kolostomi
5. anjurkan bahwa
irigasi dilakukan pada
waktu yang teratur,
tergantung tipe
kolostomi
Diagnosa Keperawatan : Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi kulit
peristoma oleh efluen
1.berikan informasi
tentang tanda /gejala
iritasi atau inflamasi
www.saktyairlangga.wordpress.com
-menggambarkan
penampilan kulit yang
sehat
Page 31
kulit
2. ajarkan pasien
bagaimana
membersihkan kulit
periostomal dengan
perlahan
3.tunjukkan bagaimana
menggunakan barier
kulit
-membersihkan kulit
dengan benar
-mengangkat kantung
drainase dengan
perlahan kerusakan
kulit
4.tunjukkan bagaimana
mengangkat kantung
-menggunakan barier
kulit dengan baik
-menunjukkan kulit
utuh disekitar stoma
kolostomi
Diagnosa Keperawatan: potensial perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan
dengan menghindari makanan yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan gastrointestinal
1.lakukan pengkajian
nutrisi lengkap untuk
mengindentifikasi
adanya makanan yang
dapat meningkatkan
peristaltik dengan
mengiritasi usus
2. anjurkan pasien
menghindari makanan
yang menghasilkan
selulosa atau
mengandung
hemiselulosa
3. anjurkan mengurangi
masukan buah
pengiritasi tertentu
Diagnosa Keperawatan : difungsi seksual berhubungan dengan perubahan citra tubuh
1.dorong pasien untuk
mengungkapkan rasa
takut
-mengekspresikan rasa
takut dan keprihatinan
2.anjurkan mengubah
posisi seksual
-Mendiskusikan
perubahan posisi
seksual
- menerima pelayanan
konselor professional
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 32
Diagnosa Keperawatan: resiko kurang volume cairan berhubungan dengan anoreksia dan muntah serta
peningkatan kehilangan cairan dan elektrolit dari saluran GI
1.perkiraan masukan
dan haluaran cairan :
1. memberikan indikasi
keseimbangan cairan
a. Batasi masukan
dan haluaran
b. Timbang berat
badan setiap
hari
-mempertahankan
keseimbangan cairan
-mempertahankan nilai
natrium dan kalium
serum dan urin normal
-tugor kulit normal
-permukaan lidah
berwarna merah muda
dengan membrane
mukosa lembab
b. Penambahan/kekurangan 1
liter cairan direfleksikan
pada perubahan berat badan
sebanyak 1 kg.
2. kaji nilai-nilai serum
dan urin dari natrium
dan kalium
3.observasi dan catat
tigor kulit dan
penampilan lidah
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 33
Rasional/penjelasan
dan Suasana
kenyamanan
pasien
memilih
rileks
dan
penjelasan
ileostomi
(bila
menggunakan).
2. Angkat alat
A. Biarkan pasien duduk di toilet atau Posisi
ini
memudahkan
(kantung)
dapat
diangkat
piringan
akan
mempertahankan
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 34
kelembaban
antijamur
(nistatin)
nistatin (Mycostatin)
wafer memudahkan
memasang
Stomahesive
(Squibb)
penyembuhan
pedoman
(diberikan
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 35
pencuci
juga
karet penyembuhan
memudahkan
kulit.
Perekatan
lebih
kelebihan
dulu
dan
serbuk
akan
memungkinkan
kulit
Rasional/Penjelasan
kemungkinan
biasanya
akan
masuk
ke
terasa kantung.
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 36
adanya
suatu
tahanan
pada
terdapat
sedikit
tekanan
pada keteter.
3. Tempatkan ujung kateter yang Gravitasi
lain
di
dalam
pembuangan
yang
memudahkan
drainase.
toilet
dengan
drainase
kateter Keseluruhan
drainase,
prosedur
memerlukan
bantalan
c. Komplikasi Ileostomi
Komplikasi minor terjadi pada kira-kira 40 % pasien yang memiliki
ileostomi; kurang dari 20 % dari komplikasi memerlukan intervensi bedah.
1. Iritasi kulit peristoma
Komplikasi paling umum dari ileostomi adalah akibat kebocoran efluen.
Kantung yang menimbulkan sakit saat direkatkan merupakan penyebab
paling sering. Pemasangan kantung dan pemakaian barier kulit diatur oleh
perawat atau ahlin terapi enterostoma.
2. Diare
Di manifestasikan dengan efluen iritatif yang dengan cepat masuk ke
kantung (setiap jam atau lebih cepat), dapat dengan cepat menimbulkan
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 37
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 38
PENUTUP
Kesimpulan
Enteritis regional adalah inflamasi kronis dan subakut yang meluas ke seluruh
dinding usus dari mukosa usus; ini disebut juga transmural. Gejala yang sering
ditemukan adalah diare interminten ringan (dua sampai lima kali per hari), nyeri kolik
pada abdomen bagian bawah, dan malaise yang makin bertambah setelah periode
bertahun-tahun. Penderita penyakit ini yang lebih berat dapat mengalami defekasi cair
dalam frekuensi sering disertai dengan darah dan pus dalam feses. Beberapa penderita
mengalami steatore , penurunan berat badan, anemia, dan manifestasi malabsorpsi
lainnya. Pasien juga sering mengalami demam ringan.
Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan
mukosa kolon dan rektum. Gejala utama dari colitis ulseratif adalah diare, nyeri
abdomen, tenesmus intermiten, dan perdarahan rectal. Perdarahan dapat ringan atau
berat. Selain itu, terjadi juga anoreksia, kram serta adanya dorongan untuk defekasi.
Penatalaksaannya dengan masukan diet dan cairan, terapi obat-obatan, Hormon
adrenokortikotropik parenteral ( ACTH ) dan kortikosteroid, Aminosalisilat topikal dan
oral terbaru ( mis., mesalamin [Asacol ], olsalazin [Dipentum]telah terbukti sangat
efektif dalam pengobatan, psikoterapi dan pembedahan.
Saran
Mahasiswa yang mempelajari makalah ini memahami patofisiologis gangguan
Inflamatorry Bowel Disease secara keseluruhan dan mampu melaksanakan
penatalaksanaan pada pasien Enteritis Regional dan Kolitis Ulseratif dengan cermat.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Inflammatory Bowel
Disease perawat harus memahami konsep dasar asuhan keperawatan Inflammatory
Bowel Disease sehingga asuhan keperawatan dapat terlaksana dengan baik.
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 39
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan edisi 2.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Cecily Lynn Betz & Linda A. Souden . (2009). Buku Saku Keperawatan Pediatri edisi 5.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Pierce A. Grace & Neil R. Borley. (2007). At a Glance Ilmu Bedah edisi Ketiga. Jakarta :
Erlangga.
Priyanto, Agus & Sri Lestari. (2009). Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika.
Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare. (2002) . Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC.
Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson . (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses
Penyakit Volume 1 . Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Judge TA, Lichstein GR. Inflammatory Bowel disease. In : Friedman SL, MCQuaid KR,
Grendell JH,editors. Current Diagnosis and treatment in Gastroenterology, 2nd ed.
International ed : MCGraw-Hill;2003.p.108-30
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 40