Vous êtes sur la page 1sur 159
HUBUNGAN DINAMIKA KELOMPOK TANI TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI TANAMAN SAYURAN DATARAN RENDAH ({TSDR) DI WILAYAH KERJA BPP TERITIP KOTA BALIKPAPAN OLEH : MIDIANSY AH EFFENDL PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2001 ABSTRAK MIDIANSYAH EFFENDI. Hubungan Dinamika Kelompok Tani terhadap Pene- rapan Teknologi Tanaman Sayuran Dataran Rendah (TSDR) di Wilayah Kerja BPP ‘Teritip Kota Balikpapan. Dibimbing olch MARGONO SLAMET, SOEDIJANTO. PADMOWIHARJO dan ISMAIL PULUNGAN. Penerapan inovasi teknologi TSDR dapat dilakukan melalui kegiatan penyuluhan dengan metode pendekatan kelompok. Keterlibatan kelompok tani dalam menyebarkan informasi teknologi dapat ditelaah melalui kehidupan kelompok atau eksistensinya, dengan melihat sejauhmana kemampuan kelompok tani sebagai rangkaian pelaksanaan kegiatan kelompok, dan dijabarkan pada kemampuan kelompok yang bersifat rasional terhadap dinamika kelompok yang bersifat abstrak, bila dimiliki kelompok akan mendukung kedinamisan kelompok, sehingga akan rasional kalau kegiatan yang dilaksanakan melalui kemampuan kelompok terjawab. Akibatnya aktivitas seperti penerapan inovasi teknologi TSDR akan diadopsi secara cepat, lengkap, dan berkelanjutan, serta mampu memberikan kescjahteraan bagi petani anggota kelompok yang menerapkannya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif — korelasional terhadap 75 responden. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor paket teknologi yang tergolong rendah adalah pengairan, PHT, dan pemasaran. Faktor paket tcknologi yang tergolong sedang adalah — pemilihan benih/bibit, dan penanganan pasca panen. Sedangkan faktor paket teknologi yang tergolong tinggi adalah pengolahan tanah dan pemupukan. Faktor dinamika kelompok yang. tergolong rendah adalah pembinaan kelompok, suasana kelompok dan tekanan kelompok. Faktor dinamika kelompok yang’ tergolong sedang adalah tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi kelompok, kekompakan kelompok dan efektivitas kelompok. Sedangkan faktor dinamika kelompok yang tergolong tinggi adalah kekompakan kelompok. Kemudian faktor kemampuan kelompok yang tergolong rendah adalah pengembangan fasilitas, pemupukan modal dan hubungan kelembagaan. Faktor kemampuan kelompok yang tergolong sedang adalah perencanaan kelompok, penyebaran informasi, kerjasama kelompok, mentaati Perjanjian, pengembangan kader, dan keadaan darurat. Sedangkan faktor kemampuan kelompok yang tergolong tinggi hanyalah rasa bahagia dan bangga anggota. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa faktor kemampuan kelompok tani mempunyai hubungan yang tidak nyata dengan dinamika kelompok adalah pengembangan fasilitas, pemupukan modal dan hubungan kelembagaan. Kemudian dari hasil analisis pula diketahui bahwa faktor dinamika kelompok mempunyai hubungan yang tidak nyata dengan tingkat penerapan teknologi TSDR adalah pembinaan kelompok, suasana kelompok, dan tekanan kelompok. isarankan agar kemampuan kelompok tani meningkat perlu dilakukan perubahan orientasi pembinaan secara menyeluruh, dari pembinaan yang ber- orientasi memberikan bantuan teknis semata (delivery system) kepada program yang terencana pada pembangkitan tekad anggota kelompok untuk dapat menolong dirinya sendiri (groups empowering), agar semua aktivitas kelompok (inovasi teknologi TSDR) mampu diterapkan secara lengkap dan lebih efektif. SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : HUBUNGAN DINAMIKA KELOMPOK TANI TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI TANAMAN SAYURAN DATARAN RENDAH (TSDR) DI WILAYAH KERJA BPP TERITIP KOTA BALIKPAPAN Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Bogor, Nopember 2001 Midiansyah Effend! NRP. 98082 HUBUNGAN DINAMIKA KELOMPOK TANI TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI TANAMAN SAYURAN DATARAN RENDAH (TSDR) DI WILAYAH KERJA BPP TERITIP KOTA BALIKPAPAN MIDIANSYAH EFFENDI Tesis sebagai satah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi IImu Penyuluhan Pembangunan PRORAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2001 Judul tesis : HUBUNGAN DINAMIKA KELOMPOK TANI TER- HADAP PENERAPAN TEKNOLOGI TANAMAN SAYURAN DATARAN RENDAH (TSDR) DI WILA- YAH KERJA BPP TERITIP KOTA BALIKPAPAN Nama Mahasiswa :_— Midiansyah Effendi NRP > 98082 Program Studi 2 Hmu Penyuluhan Pembangunan Menyetujui, 1. Komisi Pembimbing rgono Slamet Prof. Dr. Ir. H. Soedijan&SPadmowihario. Is. Hismail Pulungan, M.Sc. ‘Anggota Anggota Mengetabui, 2, Ketua Program Studi mu Penyuluhan Pembangunan ‘Tanggal lulus : 28 Nopember 2001 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tanjung Redeb (Berau), Kalimantan Timur pada tanggal 31 Oktober 1963 sebagai anak terakhir/bungsu dari sepuluh bersaudara dari Bapak H. Muhamad Seman Dakhlan (almarhum) dan Ibu Hj. Siti Jaleha (almarhumah). Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan di SD Negeri 02 Tanjung Redeb (Berau) dan tamat tahun 1976, melanjutkan ke pendidikan SLTP pada SMPN 03 Samarinda tamat tahun 1980, melanjutkan ke SLTA pada SMAN 01 Samarinda tamat tahun 1983. Pada tahun 1983 penulis tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Samarinda, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian ‘konomi Pertanian dan tamat 1989. Program Studi Pada tahun 1990 sampai 1994 penulis menjadi tenaga honorer Asisten iya Gama Mahakam Samarinda, Dosen pada Fakultas Pertanian Universitas di Muara Wahau. Pada tahun 1092 setelah sebelumaya menjadi tenaga advisor H’ penulis menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) pada Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman —sampai sekarang dengan jabatan fungsional terakhir adalah lektor muda. Pada tahun 1998 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi di Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan, Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. PRAKATA, Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SW'TT atas segala rah- matNya, sehingga tesis ini berhasil diselesaikan, dengan judul : “Hubungan Dinamika Kelompok Tani Terhadap Penerapan Teknologi TSDR di Wilayah Kerja BPP Teritip Kota Balikpapan”. Penulisan tesis ini bertujuan untuk memberi informasi yang mendalam tentang kemampuan kelompok tani yang memiliki kecen- derungan mempengaruhi dinamika kelompok, dan sejauhmana akibatnya terhadap tingkal penerapan icknologi TSDR. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan April 2001, dan dibiayai oleh Proyek BPPS Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional 1998/1999. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. HR Margono Slamet, Bapak Prof. Dr. Ir. H. Soedijanto Padmowiharjo dan Bapak Ir. H. Ismail Pulungan, M.Sc. selaku pembimbing serta teman-teman dari Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan angkatan tahun 1998, Khususnya saudari Yolanda Holle, saudari Heryati Suryantini dan saudara Max. L. J. Titahena dan teman-teman_lainnya yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah rela membantu penulis baik selama_masa kuliah maupun pada penyusunan tesis in Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Suparlan selaku Kepala BPP Teritip dan para penyuluh pertanian lapangan (PPL) serta para petani anggota kelompok yang terpilih sebagai responden yang telah banyak membantu bahkan mendukung dalam hal penyampaian informasi yang penulis butuhkan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua saudara dan seluruh keluarga, atas segaia doa dan kasih sayangnya. Akhirnya penulis menyadari adanya kekurangan dalam penulisan tesis ini, demi penyempurnaannya, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Semoga tesis ini dapat hermanfaat bagi semua kalangan yang membutubkannya Bogor, Nopember 2001 Midiansyah Effendi DAFTAR ISL DAFTAR TABEL cosseinninnstneetsenineetsetesesenete DAFTAR LAMPIRAN seven xi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 0 - 1 Masalah Peneliti - 3 Tujuan Penelitian - 5 Kegunaan Penelitian 6 TINJAUAN PUSTAKA .... 7 Penerapan Teknologi Usahatani 7 7 Pengertian Kelompok . 10 Kelompok Tani 12 Dinamika Kelompok pada Kelompok Tani. 13 Unsur-unsur Dinamika Kelompok..... 19 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN .....cccc:s.. 26 Kerangka Berpikir Hipotesis Penelitian ....... METODE PENELITIAN .... Rancangan Penelitian . Populasi dan Sampel Definisi Operasional . Pengukuran Peubah ‘Teknik Pengumpulan Data ......... Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ..... Pengolahan dan Analisa Data ....... Analisa Data dan Pengujian Hipotesis. HASIL DAN PEMBAHASAN........ cee ceeneeesneenntnnntnetenee St Letak dan Kondisi Geografis. Keadaan Penduduk .... 52 Kelembagaan dan Penyuluhan Pertanian .. 53 Karakteristik Responden... 54 Tanaman Sayuran Dataran Rendah (spr) . - 58 Kemampuan Kelompok Tani. 61 Dinamika Kelompok... cee 87 ‘Tingkat Penerapan Teknologi TSDR 99 Hubungan antara Kemampuan Kelompok Tani dengan Dinamika Kelompok see 117 Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan, ‘Tingkat Penerapan Teknologi TSDR. 130 KESIMPULAN DAN SARAN ........- . 139 Kesimpulan ... 139 Saran 140 DAFTAR PUSTAKA..,. 142 LAMPIRAN, ee AAT Tabel DAFTAR TABEL Teks Halaman Jumtah Kelompok Tani TSDR dan Pengambilan Sampel di WKBPP Teritip.... a 31 Kavakteristk Petani Responden Anggota Kelompok di WKBPP ‘Teritip Kota Balikpapan. - 55 Tingkat Sebaran Sifat-sifat Inovasi di WKBPP Teritip Kota Balikpapan....0..0.... sessnaesannneseeee SD ‘Tingkat Kemampuan Kelompok Tani di WKBPP Teritip Kota Balikpapan oe 61 Tingkat Scbaran Dinamika Kelompok i WKBPP Tertip Kota Balikpapan . ‘Tingkat Penerapan Teknologi TSDR di WKBPP Teritip Kota Balikpapan .... Nilai Koefisien Korelasi rank Spearman (r,) Hubungan antara Kemampuan Kelompok Tani dengan Dinamika Kelumpouk pada Kelompok Tani TSDR di WKBPP Teritip Kota Balikpapan oon INT Nilai Koofisicn Korelasi rank Spearman (r,) Hubungan anttata Dinamika Kelompok terhadap Penerapan Teknologi TSDR pada Kelompok Tani di WKBPP Teritip Kota Balikpapan... 130 Lampiran 3. DAFTAR LAMPIRAN Teks Halaman Luas Lahan Potensial dan Potensial/Digunakan di WKBPP Teritip...... - 147 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di WK BPP Teritip cesesteeeee - cesses IAT Status kepemilikan Lahan oleh Petani Anegota Kelompok di WKBPP Teritip...... 22. .eee cece coe 148, Penduduk Jenis Pekerjaan di WKBPP Teritip. coe - 148 Jumlah Penduduk berdasarkan Pendidikan di WKBPP Teritip....... - - - cere 149 PENDAHULUA Latar Belakang Pada tahun 1990, sebagian besar penduduk Indonesia (dari 180 juta jiwa) sekitar 70 persen tinggal dipedesaan dan sisanya 30 persen tinggal diperkotaan. Untuk memenuhi kebutuhan sayuran tersebut, baik yang tinggal di desa maupun di kota harus membelinya di pasar. Pada saat ini diperkirakan peningkatan konsumsi sayuran per tahun adalah 7 persen, masing-masing 2 persen dari pertumbuhan penduduk, 3,5 persen dari peningktan pendapatan dan 1,5 persen dari urbanisasi, sehingga perlu adanya peningkatan produksi untuk memenuhi permintaan pasar tersebut (Anonim, 1995). Pentingnya sayuran untuk keschatan manusia sudah lama diketahui, sehingga manusia_membutubkan untuk beberapa macam manfaat, Kandungan aneka vitamin, karbohidrat dan mineral yang terdapat pada sayuran tidak dapat digantungkan dengan makanan pokok lainnya, terutama serat. Meskipun sayuran tumbuh melimpah di Indonesia, namun umumnya berupa sayuran dataran tinggi. Sayuran yang tumbuh di dataran rendah lebih sedikit jumlahnya, bila dibandingkan dengan yang terdapat di dataran tinggi. Umumnya di kota-kota besar seperti di Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya kekurangan sayuran untuk konsumsi, dan bila ada harganya mahal, karena petani kurang begitu tertarik membudidayakan tanaman sayuran, disebabkan tclah terbiasa dengan budidaya tanaman keras (Anonim, 1995) Luasnya Jahan di dataran rendah di Indonesia seperti di Kalimantan membuktikan bahwa tanaman sayuran dataran rendah (TSDR) mempunyai prosfek pengembangan yang cerah, karena di daerah ini juga memiliki dataran dengan ketinggian yang memadai untuk ditanami sayuran, sehingga pengembangan TSDR merupakan alternatif pilihan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sayuran (Nazaruddin, 1999). Selanjutnya menurut Nazaruddin (1999) TSDR_ mem: i permasalahan yang lebih banyak, diantaranya dalam hal kelembaban, sumber air, jenis tanah dan kesuburan yang tidak favourabel dari pada tanaman sayuran di dataran tinggi, Untuk itu perlu dilakukan upaya pembinaan dan pengenalan ide dan teknologi baru seperti teknologi TSDR melalui kegiatan penyuluhan pertanian. Menurut data tahun 1992/1993 jumlah penyuluh pertanian 39.108 orang, dengan jumlah PPS 2.278 orang dan PPL 38.830 orang, dengan demikian rasio PPS:PPL 1:16, sedangkan untuk negara negara Asia-Pasifik 1:11. Adapun rasio PPL dengan keluarga tani adalah 1; 723. Agar penyuluhan dapat berjalan cfcktif dan efisien, FAO merekomendasikan rasio PPL dan keluarga tani/masyarakat pedesaan adalah 1:500 (Abbas, 1995;65). Berdasarkan rasio tersebut, maka perlu dilakukan penambahan jumlah personil PPL, disamping menggalakkan pendekatan penyuluhan kelompok. Sehubungan dengan upaya memaksimalkan sumbangan petani sebagai anggota kelompok dalam pembangunan nasional, maka Aida Vitayala (1995) dan Suyatna (1982) mengatakan penyelenggaraan pembangunan melalui pendekatan kelompok mempunyai kelebihan tertentu, seperti proses adopsi dapat dipercepat, materi penyuluhan yang disampaikan dapat dimanfaatkan oleh sasaran penyuluh secara efektif, juga berfungsi sebagai media informasi dan pelayanan, disamping dapat menjangkau masyarakat lebih luas dengan biaya yang relatif lebih murah, Untuk meningkatkan manfaat atau keuntungan dari adanya kelompok tani, tidak terlepas dari bagaimana meningkatkan peran kelompok tani tersebut, yaitu dengan menjaga bagaimana kelompok tani tersebut dinamis. Menurut Cartwright dan Zander (1968) ada beberapa kekuatan atau gerak di dalam kelompok yang bisa dimanipulasi, agar sebuah kelompok dapat dikatakan dinamis, antara lain tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi kelompok, pembinaan kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok, tekanan kelompok dan efektivitas kelompok, dan bila hal tersebut tidak diperhatikan akan menyebabkan kelompok tersebut menjadi “malfunction” atau tidak dinamis yaitu dinamika kelompok Dengan dinamika kelompok ini memberikan peluang scbesar-besarnya kepada anggota untuk bekerjasama dan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, schingga tidak berlel an apabila ada beberapa penulis misalnya Jenkins (Suyatna, 1982), Cartwright dan Zander (1968); Beal, Ivancevich & Donelly Jr. (1974); dan Slamet (1978) menyebutkan bahwa dinamika kelompok sebagai kekuatan-kekuatan kelompok yang menentukan perilaku kelompok dan perilaku anggota kelompok Masalah Penelitian Pemerintah Kota Balikpapan merupakan satu diantara wilayah kota di Provinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah 74.900 ha, yang sebagian besar hampir 95 persen wilayahnya merupakan dataran rendah, dengan letak geografis Kurang dari 300 m dari permukaan laut, dengan jumlah penduduk 433.494 jiwa (Bappeda TK II Balikpapan, 1997). Potensi Jahan yang luas didataran rendah dan jumlah penduduk yang padat di perkotaan merupakan faktor pendorong untuk pengembangan tanaman sayuran di dataran rendah, baik untuk peningkatan produksi maupun peluang untuk memenuhi permintaan pasar. Berdasarkan laporan tahunan BPP Teritif Kota Balikpapan, diketahui bahwa sebagian besar kelompok tani dinamikanya rendah, dan hanya terbatas pada kegiatan unit produksi usahatani TSDR saja dan tidak pada kemampuan membina kerjasama maupun proses belajar intensif untuk kemajuan usahatani terutama untuk peningkatan mutu, diversifikasi dan peluang mencari komoditas sayur unggulan yang diminati pasar, sehingga efektivitas kelompok untuk meningkatkan kesejahteraan anggota belum optimal (BPP Teritip Kota Balikpapan, 2001). Hasil penelitian Tuyulale (1990) tentang analisis dinamika kelompok tani menyatakan, bahwa selain faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kedinamisan kelompok, faktor internal khususnya motivasi untuk berproduksi merupakan alasan utama petani_ memasuki kelompok tani. Akibatnya terlepas dari berbagai peran yang ada, ternyata kelompok tani lebih dominan pada “transfer of technology”, sehingga untuk menunjang keberhasilan dalam pengalihan teknologi inovasi, maka diperlukan pemahaman tentang kelompok tani, dan dikaji secara mendalam dengan melihat faktor penyebab suatu kelompok bisa efektif. Suatu kelompok dikatakan efektif jika dinamis, yaitu interaksi sesama anggota begitu kuatnya (Shaw, 1988;12). Salah satu faktor penentu kedinamisan kelompok, ditunjukkan oleh seberapa besar keefcktivan kelompok dalam mencapai tujuan adalah dinamika kelompok Secara umum permasalahan yang ada di dalam kelompok tani TSDR antara lain kondisi kelompok kurang kondusif, pemanfaatan sistem informasi terbatas, rendahnya semangat untuk bekerjasama dan kurangnya_partisipasi anggota dalam kegiatan kelompok, dan berakibat penerapan teknologi belum optimal, akan tetapi khusus di daerah penelitian diketahui tingkat kedinamisannya rendah, disebabkan masih terbatasnya kemampuan yang dimiliki oleh kelompok. Oleh sebab itu dapatlah dirumuskan pokok masalah penelitian sebagai berikut ). 2). @). @. Seberapa besar tingkat penerapan teknologi TSDR di Wilayah Kerja BPP. Teritif Kota Balikpapan ? Seberapa besar tingkat dinamika kelompok tani TSDR ? Apakah ada hubungan antara tingkat dinamika kelompok tani dengan tingkat penerapan teknologi TSDR ? Apakah ada hubungan antara kemampuan kelompok tani dengan tingkat dinamika kelompok 7 ‘Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memperolch informasi tentang tingkat penerapan inovasi teknologi TSDR. Secara khusus penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut : dd). (2). @) 4). Untuk mengkaji_penerapan teknologi TSDR di Wilayah Kerja BPP Teritif Kota Balikpapan. Untuk mengkaji dinamika kelompok tani TSDR. Untuk mengkaji hubungan dinamika kelompok tani dengan tingkat pene- rapan teknologi TSDR. Untuk mengkaji hubungan antara kemampuan kelompok tani dengan dinamika kelompok. ‘Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut : (1), Memberikan sumbangan berharga untuk mengidentifikasi sejauhmana kemampuan yang dimiliki kelompok akan mendukung kedinamisan kelompok. (2). Sebagai dasar untuk lebih memberdayakan kelompok/memperkuat dukungan terhadap pentingnya keterlibatan kelompok tani dalam menyusun strategi penyuluhan, (3). Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi perencanaan dan pelak- sanaan program pembangunan pertanian (hortikultura) di Kota Balikpapan Kalimantan Timur, Tr JAUAN PUSTAKA Penerapan Teknologi Usahatani Salah satu diantara beberapa asas pembangunan nasional adalah asas Pengetahuan dan tcknologi, maksud dari asas tersebut adalah, agar pembangunan dapat memberikan kesejahteraan rakyat lahir batin, penyelenggaraannya harus menerapkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mampu mendorong Ppemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, secara lebih _seksama dan bertanggung jawab (Abbas, 1994:44). Pengertian teknologi secara umum menurut Sensus Pertanian (1993), diartikan sebagai cara-cara melakukan proses kegiatan yang memberikan hasil atau produk. Levis (1996 : 104) mcnjclaskan bahwa tcknologi tcpat guna adalah suatu kemampuan manusia dalam pemanfaatan serta mengelola potensi-potensi yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri, serta menggunakan alat dan cara yang menyatu dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat dan tidak menimbulkan kebergantungan Didalam pertanian tradisionil teknologi bisa merupakan pengalaman bertahun-tahun seorang petani, sehingga bisa menciptakan cara-cara baru yang lebih baik dari cara yang dipakai sebelumnya. Sedangkan pertanian modern dengan berbagai teknologi baru, lahir dari teori-teori dan pemikiran-pemikiran ilmiah melalui serangkaian penelitian dan pengujian. Suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi modern bisa juga merupakan perpaduan antara yang tradisionil dan modem, yakni teknologi dari pengalaman petani kemudian disempurnakan melatui pengujian ilmiah, sehingga merupakan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat (Sensus Pertanian, 1993) Selanjutnya menurut Sensus Pertanian (1993) menyatakan klasifikasi teknologi yang diterapkan dalam pertanian ada tiga cara, yaitu IL Klasifikasi menurut ilmu yang merupakan induk dari teknologi yang bersangkutan, yaitu : (a) teknologi kimiawi, seperti pemakaian pupuk, pestisida, hormon tumbuh dan sebagainya; (b) teknologi biologik seperti pemakaian bibit unggul, klon unggul, kultur jaringan dan sebagainya; (c) teknologi mekanik, seperi pemakaian traktor, mesin-mesin pertanian dan sebagainya; (d) teknologi sosial, yang bersifat perangkat lunak, seperti pengorganisasian, kelembagaan dan pengelolaan. Klasifikasi menurut kebutuhan modal dan tenaga kerja yang dipakai secara relatif, yaitu (a) teknologi padat karya, yang secara relatif lebih banyak digunakan tenaga kerja dari pada modal, dan (b) teknologi padat modal, dimana secara relatif banyak digunakan modal dari pada tenaga kerja. Klasifikasi menurut tingkat kecanggihan (degree of sophisticated) teknologi tersebut yaitu: (a) teknologi tinggi dengan tingkat kecanggihan tinggi, (b) teknologi madya dengan tingkat kecanggihan sedang, dan (c) teknologi sederhana dengan tingkat kecanggihan rendah. Didalam bidang pertanian, yang mencakup pertanian tanaman pangan, perikanan darat, dan peternakan, sering pula dibedakan antara teknologi prapanen dan teknologi pascapanen. Teknologi prapanen adalah teknologi yang diterapkan pada pertanaman budidaya, yakni kegiatan-kegiatan sebelum pemanenan hasil Teknologi pascapanen adalah kegiatan-kegiatan penanganan hasil setelah panen. Menurut (Puslitbangtan Hortikultura, 1998) pemanfaatan teknologi TSDR adalah mulai dari pemilihan benib/bibit yang benar-benar unggul; pengolahan tanah yang cocok agar tanaman dapat tumbuh baik, pemupukan yang tepat yaitu pemberian zat hara yang tepat (jenis, jumlah dan waktu);, pengendalian hama dan penyakit; pengairan yang memadai untuk pertumbuhan tanaman; penanganan pascapanen yang dapat meningkatkan mutu dan daya simpan komoditas tersebut sebelum dipasarkan; disamping pemasaran sebagai syarat mutlak yang harus ditempuh setelah produk dihasilkan, agar sampai ke tangan konsumen, Berdasarkan basil laporan tahunan Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian Kota Balikpapan (2001) mengatakan bahwa mutu penerapan teknologi sapta usahatani tanaman sayuran terutama cabai baru mencapai 55.15 persen dengan perincian : penggunaan benib/bibit unggul 66.17 persen; pemupukan berimbang 56.20 persen; perbaikan cara bercocoktanam 70.00 persen; pengendalian hama dan penyakit 54.00 persen; pengairan ditingkat petani 32.00 persen; pasca panen 62.50 persen dan pemasaran 45.50 persen. Ini disebabkan tingkat pengetahuan dan keterampilan petani masih kurang; ketersediaan sarana produksi usahatani masih terbatas; dan modal yang dimiliki sangat minimal. Hal ini dipertegas oleh hasil penelitian Mardiana Nur (1999) di Wilayah Kerja BPP Teritif tentang analisis pendapatan usahatani terung kopek di Kelurahan Lamaru Kecamatan Dalikpapan ‘Timur disimpulkan bahwa rata-rata produksi usahataninya belum dapat menutupi kebutuhan biaya produksinya (break even point), sehingga petani berproduksi usahataninya masih sebatas "way of life". 10 Selanjutnya dengan dimanfaatkannya suatu teknologi oleh masyarakat, maka akan menciptakan nilai tambah, yang bisa dicapai dengan dua alternatif, ialah hemat tenaga kerja dan hemat modal (Soewardi, 199511). Levis (1996) membagi manfaat teknologi tepat guna menjadi dua yakni yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Dari segi kuantitatif manfaat teknologi adalah: (1) produk yang dihasilkan meningkat; (2) tenaga yang dipergunakan sedikit; (3) keuntungan yang dihasilkan meningkat; dan (4) lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaannya. Dari segi kualitatif manfaat teknologi adalah : (1) mutu produk yang dihasilkan meningkat, (2) kesejahteraan, kesehatan, dan keselamatan kerja terjamin, (3) pengetahuan dan keterampilan masyarakat bertambah, (4) bertambah positifnya sikap masyarakat terhadap setiap teknologi baru, dan (5) kelestarian lingkungan terjamin. Pengertian Kelompok Bales (1950) menyatakan bahwa suatu kelompok kecil didefinisikan sebagai orang-orang yang terlibat dalam interaksi satu sama lain dalam suatu pertemuan semacam itu, yang setiap anggotanya menerima beberapa kesan atau persepsi yang cukup jelas tentang anggota lainnya sehingga ia pada saat itu dapat saling bertanya jawab, memberikan reaksi satu sama lain sebagai seorang individu meskipun hal itu mungkin hanya untuk mengingat bahwa_ yang lain hadir. Menurut Me David dan Harari (1958), kelompok adalah suatu sistem yang diorganisasikan dari dua orang atau lebih yang saling berhubungan schingga sistem tersebut melakukan beberapa fungsi, memiliki seperangkat standar hukum, peranan antara anggotanya, dan mempunyai seperangkat norma yang mengatur fungsi kelompok dan masing-masing anggotannya. Dari definisi ini W dapat dipahami bahwa kelompok dalam artian organisasi menekankan beberapa karakteristik kelompok yang penting, seperti _peranan dan norma. Homans (Cartwright dan Zander, 1968) menyatakan bahwa kelompok adalah sejumlah orang yang berkomunikasi satu sama lain yang sering melampaui rentang waktu tertentu dan yang jumlahnya cukup sedikit, sehingga setiap orang dapat berkomunikasi satu sama lain, saling berhadapan dan berinteraksi dengan sesamanya. Shaw (1988:12) menyatakan suatu kelompok dapat diartikan sebagai dua orang atau lebih yang berinteraksi satu sama lain dalam cara-cara tertentu yang setiap orangnya pengaruh mempengaruhi saling berkomunikasi. Dengan demikian berdasarkan pengertian ini, sckumpulan individu dapat merupakan suatu kelompok jika pcrilaku dan atau prestasi scscorang individu dipengaruhi otch individu dan atau prestasi individu lainnya. Cartwright dan Zander (1968:46) memberikan batasan bahwa kelompok adalah sekumpulan individu yang melakukan hubungan dengan orang lain yang menunjukkan saling ketergantungan pada tingkat yang berarti. Jika pada dasarnya, tujuan seseorang berkelompok karena di dalam dan dengan kelompok ia dapat memenuhi kebutuhannya. Ini berarti bahwa semakin banyak dan bervariasi kebutuhan seseorang akan semakin banyak pula ia terlibat dengan berbagai kelompok. Oleh karena itu dalam masyarakat modern semakin banyak tumbuh bermacam kelompok diantaranya adalah kelompok arisan, kelompok olah raga, kelompok pengajian, kelompok tani dan sebagainya. Pada dasarnya kelompok dibentuk untuk tujuan-tujuan tertentu yang hanya dapat dicapai melalui serangkaian tindakan yang harus dilakukan dengan 12 Persetujuan bersama. Hal ini disebabkan karena kelompok merupakan kumpulan antara dua orang manusia atau lebih yang berinteraksi satu sama lain dalam upaya mencapai tujuan bersama dan tujuan pribadi. Oleh Karena itu, banyak alasan orang ingin berkelompok. Gibson (1987:201) menyatakan bahwa alasan berkelompok adalah yang berkaitan dengan kebutuhan, kedekatan, daya tarik dan tujuan Jainnya Pemuasan kebutuhan yang terpenuhi merupakan motivasi yang sangat kuat dalam membentuk kelompok. Kelompok Tani Pemahaman terhadap kelompok tersebut bila diterapkan kepada kelompok tani, maka dapat diberikan pengertian bahwa yang dimaksud dengan kelompok tani adalah sejumlah petani yang mempunyai kaitan antar_hubungan satu dengan jainnya atas dasar keserasian dan kebutuhan yang sama, terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok (hamparan lahan usahatani) serta berada dibawah pengaruh seseorang kontak tani Menurut Departemen Pertanian (1993:4) kelompok tani adalah gabungan dari kelompok-kelompok kegiatan usahatani yang bergabung secara informal atas dasar keserasian, kesamaan dan kesatuan lingkungan sosial, berada dalam satu wilayah kedusunan, mempunyai pemimpin yang terpilih berdasarkan hasil musyawarah mufakat para pengurus kelompok kegiatan. Kelompok kegiatan adalah kumpulan petani yang terbentuk atas dasar kesamaan kegiatan petani dalam satu cabang usahatani (peternakan/per- kebunan/perikanan/pertanian tanaman pangan) atau kegiatan satu komoditas (padi/sapi/ayanvteb/ikan) dan atau kegiatan yang dilakukan di domisili anggota 13 kelompok seperti kelompok pemuda tani, kelompok tani kedusunan, memil wilayah pada sebagian kelompok tani kedusunan (Anonimus, 1993:4). Kelompok tani kegiatan adalah kumpulan para petani secara informal yang terbentuk atas dasar kesamaan kegiatan, kepentingan, kondisi lingkungan, keakraban, keserasian yang dipimpin oleh seseorang kontak tani (Anonimus, 1993:23), “Kelompok Kegiatan” biasanya mempunyai wilayah dalam kegiatan yang berada di sebagian wilayah kelompok tani kedusunan dan berfungsi sebagai unit produksi, wahana kerjasama dan kelas belajar. Dari beberapa pengertian tersebut dapat diuraikan unsur-unsur yang terkandung dalam kelompok tani, sebagai berikut : (1) Petani petani itu berinteraksi satu sama lain yang didasarkan adanya keserasian dan kebutuhan yang sama. (2) Kelompok tani itu terdiri dari sejumlah petani yang berada pada suatu wilayah tertentu (3) Interaksi yang terjadi itu menurut suatu struktur tertentu. (#) Sctiap individu petani mengharapkan bahwa kelompoknya itu akan menolong dirinya dalam tujuan-tujuan pribadinya, disamping mencapai tujuan bersama Dina ika Kelompok pada Kelompok Tani Konsep dinamika kclompok sering digunakan dalam makna yang berbeda. Bagi para abli ilmu sosial, konsep dinamika kelompok diartikan sebagai bidang studi yang mempelajari gerak atau kekuatan-kekuatan dalam kelompok, yang menentukan perilaku kelompok dan anggotanya. Bagi para praktisi, dinamika kelompok digunakan untuk menunjukkan pada kualitas suatu kelompok 14 untuk mencapai tujuannya, jadi cenderung ditujukan untuk mengukur tingkat keefektifan kelompok dalam mencapai tujuan (Margono Slamet, 1981). Dinamika kelompok dapat dipandang sebagai cara pendekatan yang efektif, dalam upaya pencrapan suatu teknologi kepada masyarakat petani. Setiap kelompok pada dasarnya mempunyai dinamika yang berbeda-beda dalam ting- katannya, yang satu dapat lebih tinggi dinamikanya dari yang lain, Menurut Beal et al (1962), dan Cartwright dan Zander (1968), dinamika kelompok sebagai pengetahuan yang mengkaji kehidupan kelompok, yakni menganalisa cara-cara mengorganisir, mengelola serta pengambilan keputusan dalam kelompok. Berkaitan dengan hal ini Homans (Cartwright dan Zander, 1968) mengartikan dinamika kelompok dengan menekankan pada anali hubungan-hubungan dalam kelompok, berdasar prinsip bahwa perilaku kelompok merupakuan hasil interaksi dinamis di antara para anggota. Bradford er al . (1964) membuktikan bahwa melalui dinamika kelompok sescorang akan dapat diubah atau berubah konsepsi dan perilakunya, karena adanya interaksi diantara sesama anggotanya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Jenkins (Suyatna, 1982) mengemukakan bahwa dinamika kelompok merupakan kekuatan atau gerak yang terdapat di dalam kelompok, yang menentukan atau berpengaruh terhadap perilaku para anggotanya dalam mencapai tujuan bersama. Menurut pengamat Etzioni (1985) suatu organisasi akan memiliki efektivitas yang tinggi, jika organi si bethasil mencapai tujuannya, Sejalan dengan itu Boner (1953) mengemukakan bahwa dinamika kelompok diwujudkan oleh unsur-unsur yang menyebabkan suatu kelompok itu hidup, bergerak, aktif dan efektif dalam mencapai tujuan yang produktif. 15 Unsur-unsur tersebut mencakup berbagai peranan (kedudukan dan wewenang) yang perlu dilakukan oleh mereka yang menempati posisi tertentu dalam struktur kelompok, yakni pengurus inti maupun para angotanya, Peranan adalah tindakan atau perilaku yang harus dilaksanakan oleh seseorang yang menduduki posisi tertentu dalam suatu struktur sosial (Margono. Slamet, 1989). Pareek (1985) mengemukakan bahwa posisi atau kedudukan pada dasarnya merupakan konsepsi relasional yang berkaitan dengan kekuasaan, sedangkan peranan merupakan konsepsi kewaj n yang berkaitan dengan posisi atau kedudukan. Sejumlah perilaku yang diharapkan dari suatu peranan disebut fungsi. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian ditetapkan peran dan fungsi kelompok tani-nelayan, yaitu : (a) sebagai kelas belajar; (b) sebagai unit produksi usahatani; dan (c) scbagai wahana kcrjasama antar anggota kelompok dengan pihak lain (Departemen Pertanian, 1989:15). Selanjutnya menurut Departemen Pertanian (1989), bahwa dalam rangka meningkatkan gairah para anggota kelompok tani perlu ditempub langkah-langkah yang dapat menggerakkan anggota kelompok kearah peningkatan kemampuan. Kemampuan anggota kelompok tani dapat diketahui melalui penilaian dan penetapan klasifikasi kemampuan anggota kelompok, dengan menggunakan ukuran yang telah ditetapkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Menurut Suhardiyono (1992) dinamika kelompok tani adalah gerakan bersama yang dilakukan oleh anggota kelompok tani secara serempak dan bersamaan dalam melaksanakan seluruh kegiatan kelompok tani untuk mencapai tujuan yaitu peningkatan produksi dan mutunya yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan. Dinamika kelompok tani mencakup seluruh kegiatan 16 yang meliputi inisiatif, daya kreasi dan tindakan nyata yang dilakukan oleh pengurus dan anggotanya dalam melaksanakan rencana kerja kelompok yang telah disepakati bersama. Kemudian menurut (Suhardiyono, 1992) agar kelompok tani dapat berkembang secara dinamis, maka harus dikembangkan 10 (sepuluh) jenis kemampuan kelompok tani yang sering disebut atau dikenal dengan 10 (sepuluh) jurus kemampuan kelompok tani yang meliputi : 1. Penyebaran informasi, kemampuan anggota kelompok tani untuk mencari, menyampaikan, mencernakan dan memanfaatkan informasi. 2. Proses perencanaan, kemampuan anggota kelompok tani untuk merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas usahatani anggota kelompok dengan menampung rekomendasi yang tepat. 3. Kemampuan kerjasama, kemampuan anggota kelompok tani untuk bekerjasama dalam melaksanakan rencana secara konsisten dan disiplin. 4. Kemampuan mengembangkan fasilitas, kemampuan anggota kelompok tani untuk mengadakan dan mengembangkan fasilitas atau sarana kerja yang diperlukan anggota. 5. Kemampuan pemupukan modal, kemampuan anggota kelompok tani untuk mendapatkan, memanfaatkan dan mengevaluasi modal usahatani 6. Kemampuan mentaati perjanjian, kemampuan anggota kelompok tani untuk dapat melaksanakan perjanjian yang telah disepakati dengan pihak lain. 7. Kemampuan dalam mengatasi hal-hal yang darurat, kemampuan anggota kelompok untuk mengatasi keadaan-keadaan darurat seperti banjir, kekeringan, ekplosi hama dan penyakit. 7 8. Pengembangan kader, kemampuan anggota kelompok tani untuk mengem- bangkan kader kepemimpinan dan keakhlian anggota kelompok untuk dapat melaksanakan tugas khusus yang memerlukan keakblian. 9. Hubungan melembaga dengan kelompok usaha bersama (KUB), kemampuan kelompok tani untuk menjalin hubungan yang melembaga antara anggota kelompok tani dengan kelompok usaha bersama, 10. Tingkat produktivitas usahatani, kemampuan kelompok tani untuk meningkatkan produktivitas usahatani para anggotanya, Menurut Marliati (1996) produktivitas usahatani merupakan salah satu Komponen dari ukuran dinamika kelompok yaitu seberapa jauh kelompok tersebut dapat meningkatkan produksi usahataninya, sehingga dapat menun- jukkan bahwa kelompok tersebut efektif yang tidak lain adalah produktivitas kelompok, karena tujuan kelompok tercapai, sehingga ditandai oleh timbulnya kepuasan (rasa bahagia dan bangga) menjadi anggota kelompok. ‘Menurut Samsudin (1976) bahwa suatu kelompok tani dikatakan dinamis, jika interaksi sesama anggota lebih kuat dibandingkan interaksi dengan pihak lain di luar kelompok. Makin kuat interaksi diantara petani anggota kelompok makin kompak kelompok tersebut, schingga makin mudah mencapai tujuan. Cartwright (Mardikanto, 1993) mengemukakan bahwa keefektifan kelompok adalah ukuran tercapainya tujuan kelompok, dihubungkan dengan besarnya usa- ha/pengorbanan yang dilakukan dalam meneapai tujuan, dan kepuasan yang dida- pat setelah tercapainya tujuan. Dengan mengukur kemampuan kelompok tani dapat diketahui seberapa jauh kelompok tani mampu membawa anggotanya mencapai tujuan yang telah ditctapkan, schingga kelompok tersebut benar-benar 18 mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sehingga kelompok tersebut benar-benar efektif. Kelompok yang efektif dalam mencapai tujuan tersebut dapat dikatakan berjalan dinamis. Kedinamisan suatu kelompok dapat diketahui dari beberapa unsur kekuatan kelompok yang mempengaruhi dinamika kelompok, seperti yang dikemukakan oleh Margono (1978) yaitu : (a) Tujuan kelompok; (b).Struktur kelompok; (3). Fungsi kelompok; (4). Pembinaan kelompok; (5). Kekompakan kelompok; (6). Suasana kelompok:(7) Tekanan kelompok; dan (8). Keefektifan kelompok. Ada beberapa_penelitian yang menggunakan konsep dinamika kelompok sebagai dasar kajian terhadap peranan kelompok, seperti Suyatna (1982) tentang. dinamika kelompok sosial tradisional di Bali dan peranannya dalam pembangunan; Bambang Ismawan (1983) tentang pengembangan kelompuk swadaya masyarakat desa, kasus KUB di Lampung Tengah; Jiller Togatorop (1986) tentang hubungan beberapa ciri pribadi dan perilaku kepemimpinan kontak tani; Didin Hafidhuddin (1987) tentang kelompok pengajian sebagai potensi media penyuluhan pembangunan masyarakat desa; Soebijanto (1997) tentang eran kelompok dalam pengembangan kemandirian petani dan ketangguhan berusahatani; Unang Yusuf (1997) tentang perilaku kepemimpinan kontak tani menurut anggota kelompok tani; Imron (1987) tentang pengembangan kelompok swadaya masyarakat; Tuyulale (1996) tentang analisis dinamika kelompok tani di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, tetapi penulis mencoba _menggunakan anali dinamika kelompok sebagai pendekatan ctik dalam menyusun teori penelitian, dan emik tentang kemampuan kelompok dari hasil-hasil penelitian dan Unsur-unsur Dinamika Kelompok Menilai dinamika kelompok berarti menilai kekuatan-kekuatan atau gerak yang terdapat di dalam kelompok yang menentukan perilaku kelompok dan anggotanya, dalam pencapaian tujuan. Kekuatan-kekuatan tersebut ditinjau dari pendekatan psikologi sosial, seperti dikemukakan Beal et al (1962), Cartwright dan Zender (1968) dan Margono Slamet (1978) terdiri dari unsur-unsur : (1) tujuan kelompok, (2) struktur kelompok, (3) fungsi kelompok, (4) pembinaan kelompok, (5) kekompakan kelompok, (6) suasana kelompok, (7) tekanan kelompok, (8) keefektifan kelompok : (1) Tujuan Kelompok Cartwright dan Zander (1968) mengemukakan bahwa tujuan kelompok merupakan hasil yang ingin dicapai oleh kelompok. Sejalan dengan pendapat ter- sebut, Hays dan Bush (1954) dan Barker ef a/ (1967) mengatakan bahwa tujuan kelompok adalah hasil akhir yang ingin dicapai kelompok dan merupakan unsur- unsur yang mendorong seseorang memasuki kelompok. Menurut Margono Slamet (1981) tujuan kelompok tidak saja mempunyai fungsi sebagai sumber utama yang membangkitkan motivasi, tetapi juga merupakan petunjuk bagi para anggota kelompok dalam mencapai tujuan. Berkaitan dengan hal tersebut, Cartwright dan Zander (1968) menekankan bahwa kejelasan tujuan kelompok akan sangat berpe- ngaruh pada aktivitas anggota dalam mencapai tujuan kelompok. Sejalan dengan pendapat tersebut, Margono Slamet (1989) mengemukakan bahwa kejelasan dan formalitas tujuan kelompok akan mempengaruhi kedinamisan kelompok, sebab tujuan yang tidak jelas dan tidak formal akan menyebabkan kekaburan bagi anggota, dan tidak memotivasi anggota untuk bertindak. Anggota kelompok tidak tahu arah dan kegiatan kelompok dan hal hal yang harus dilakukan, schingga ‘tujuan sebagai salah satu unsur dinamika kelompok menjadi lemah. Suyatna (1982) membuktikan bahwa tujuan kelompok sebagai salah satu unsur dinamika kelompok, menjadi semakin kuat apabila tujuan kelompok semakin mendukung tujuan para anggotanya dalam memenuhi kebutuhannya. Keadaan yang ideal, apabila tujuan kelompok searah dengan tujuan anggota. (2) Struktur Kelompok Untuk menggerakkan, mengatur, dan mengendalikan kegiatan-kegiatan kelompok diperlukan adanya struktur. Gerungan (1972) menyatakan bahwa struktur kelompok merupakan susunan hierarkis mengenai hubungan-hubungan, berdasarkan peranan dan status antara masing-masing anggota kelompok dalam mencapai tujuan. Sejalan dengan pendapat tersebut Cartwright dan Zander (1968) menyatakan bahwa struktur kelompok adalah bentuk hubungan antara individu dalam kelompok, yang disesuaikan dengan posisi dan peranan-masing masing individu. Struktur kelompok dapat disusun secara formal, tetapi dapat pula secara informal. Pada kelompok formal pembagian tugas, norma-norma, dan mekanisme kerja disusun dengan jelas dan tertulis, sehingga semua anggota mengetahui. Pada kelompok yang struktumya tidak ditetapkan secara formal dan tertulis, tetapi memiliki dinamika sepanjang masing-masing anggota menyadari dan melaksanakan tugas dengan baik. Margono Stamet (1978) mengemukakan bahwa struktur kelompok adalah cara bagaimana kelompok mengatur dirinya sendiri untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Lebih lanjut dikatakan bahwa banyak hal yang menentukan bentuk struktur, tetapi yang utama adalah yang menyangkut : (a) struktur kekuasaan atau 2I pengambilan keputusan, (b) struktur tugas / pembagian pekerjaan, (c) struktur komunikasi yaitu bentuk dari aliran komunikasi yang terjadi dalam kelompok dan (@) wahana untuk terjadinya interaksi (3) Fungsi Tugas Menurut Soedijanto (1981), fungsi tugas adalah segala hal yang harus dil kukan kelompok yang berorientasi pada pencapaian tujuan. Margono Slamet (1978) memberikan beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi tugas kelompok, yakni (a) adanya kepuasan di kalangan anggota karena tercapainya tujuan-tujuan kelompok maupun tujuan pribadi ; (b) para anggota selalu mendapatkan informasi baru sehingga mereka selalu dapat meningkatkan berbagai tujuan yang ingin dicapainya, dan dapat meningkatkan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut; (c) kesimpang-siuran dapat dicegah karena adanya koordinasi yang baik; (d) para anggota selalu bergairah untuk berpartisipasi karena selalu ada motivasi; (e) komunikasi di dalam kelompok baik dan lancar, (f) kelompok selalu memberikan penjelasan kepada para anggotanya, bila mereka menghadapi situasi yang membingungkan. (4) Pembinaan Kelompok Miles (1959) dan Beal er af . (1962) mengartikan pembinaan kelompok sebagai upaya untuk tetap memelihara tata kerja kelompok, mengatur, memperkuat dan mengekalkan kehidupan kelompok. Margono Slamct (1978) menawarkan kriteria kinerja kelompok yang dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan pembinaan dalam melestarikan kehidupan kelompok, yakni (a) kelompok selalu meningkatkan partisipasi anggota ; (b) semua anggota merasa menjadi bagian dari kerlompok ; (c) kelompok selalu mengusahakan adanya kegiatan-kegiatan yang melibatkan anggota serta menycdiakan fasilitas yang diperlukan; (d) melakukan koordinasi, pengawasan, dan kelancaran komunikasi agar tidak terjadi kesimpang-siuran dalam pelaksanaan tugas ; (¢) mendapatkan anggota baru, membinanya agar menjadi anggota yang kuat. (5) Kekompakan Kelompok Tujuan-tujuan kelompok yang harus dicapai bersama akan benar-benar dapat dicapai bila semua anggota mengarah ke tujuan yang sama. Untuk itu perlu adanya rasa keterikatan di antara para anggota kelompok. Tingkat keterikatan yang berbeda-beda, menyebabkan tingkat_kekompakan_berbeda. Menurut Schachter (Cartwright dan Zander, 1968), kekompakan kelompok akan mempengaruhi moral kelompok, perasaan kesetiakawanan, keterlibatan dalam berbagai kegiatan, dan semangat untuk mencapai produktivitas kelompok. Margono Slamet (1978) mengatakan hahwa kekompakan kelompok adalah perasaan keterikatan anggota terhadap kelompok atau rasa memiliki kelompok. Selanjutnya ditunjukkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kekompakan kelompok, yakni ; (a) ada tidaknya rasa kebersamaan dan saling memiliki antara Pemimpin dan para anggota kelompok, (b) pandangan anggota terhadap nilai-nilai yang melekat pada tujuan yan ingin dicapai, (c) homogenitas dalam partisipasi dan keterpaduan dalam pelaksanaan kegiatan kelompok, dan (d) jiwa serta semangat kerjasama yang tinggi diantara anggota. Schachter (Cartwright dan Zander, 1968 ) beranggapan bahwa faktor yang mempengaruhi kekompakan kelompok adalah daya tariknya Back (1951) mengungkapkan ada tiga daya tarik seseorang masuk kelompok, yakni(1) daya tarik pribadi, (2) daya tarik terhadap tugas, dan (3) daya 23 tarik untuk mendapatkan prestise. Berbeda menurut Soedijanto (1980) kekom- pakan kelompok dilihat dari tingkat solidaritas anggota, yakni bahwa kekompakan kelompok merupakan kesatuan kelompok yang dipengaruhi oleh tanggung-jawab anggota untuk melaksanakan komitmen yang telah disepakati. Besarnya tanggung Jawab sangat ditentukan oleh solidaritas para anggotanya. Kelompok yang anggotanya relatif banyak, biasanya tingkat solidaritas diantara anggota menjadi rendah. Berbeda dengan pendapat Shaw (1988) bahwa yang menentukan kekompakan kelompok adalah adanya interaksi anggota, produktivitas kelompok dan kepuasan anggota. (6) Suasana Kelompok Beal er al . (1962) mengemukakan bahwa suasana kelompok adalah suasana dalam lingkungan kelompok fisik maupun mental yang mempengaruhi Perasaan senang dan tidak senang pada anggota kelompok. Sejalan dengan Pendapat tersebut Bhatnagar dan Dahama (1980), mengungkapkan bahwa lingkungan fisik dan non fisik yang mempengaruhi perasaan setiap anggota akan berpengaruh terhadap kelompok. Berbeda dengan pendapat Margono Slamet (1989) bahwa suasana kelompok adalah keadaan moral, sikap dan perasaan- perasaan yang terdapat di dalam kelompok. Scbagai indikator dapat dilihat pada sikap anggota, mercka itu bersemangat atau apatis terhadap kegiatan dan kehidupan kelompok. Kelompok menjadi scmakin dinamis jika anggota kelompok semakin bersemangat dalam kegiatan dan kehidupan kelompok. Suasana kelompok itu dapat dipengarubui oleh adanya hubungan antara para anggota kelompok, kebebasan berpartisipasi, dan lingkungan fisik 24 (7) Tekanan Kelompok Tekanan kelompok yaitu segala sesuatu yang dapat menimbulkan ketegangan atau tantangan pada kelompok Margono Slamet (1978) meyakini bahwa tekanan itu perlu untuk menumbubkan kedinamisan, tetapi tekanan yang terlalu kuat juga dapat mematikan kedinamisan, Tekanan yang dapat meningkatkan atau melemahkan motivasi dapat berasal baik dari dalam kelompok sendiri atapun dari luar, Cartwright dan Zander ( 1968), menyatakan bahwa kelompok dapat memberikan tekanan kepada para anggotanya melalui nilai-nilai tertentu yang mengikat perilaku anggota dalam kehidupan berkclompok. Semakin dirasakan sistem Ppenghargaan ataupun hukuman karena penerimaan atau pelanggaran tethadap nilai-nilai tersebut, akan semakin dirasakan tekanan pada kelompok. ‘Tekanan akan memberikan dorongan bertindak untuk mencapai tujuan kelompok, sedangkan tekanan yang berasal dari luar dapat muncul sendiri dalam bentuk tantangan untuk peningkatan prestasi atau kritik dari luar kelompok (8) Keefektifan Kelompok Schachter er a/ (Cartwright dan Zander, 1968) menggunakan istilah Produktivitas kelompok, yang maknanya disamakan dengan konsep efektivitas Kelompok. Mereka mengartikan bahwa produktivitas sebagai keluaran kelompok per kesatuan waktu, Secara umum produktivitas kelompok diartikan sebagai (1) mutu hasil kelompok, (2) kecepatan dan efisiensi dari gerak kelompok dalam mencapai tujuan, dan(3) tingkat realisasi potensi kelompok Lewin er ai. (Mardikanto, 1993) menawarkan kriteria untuk mengukur keefektifan kelompok, yakni : (1) efisiensi biaya, (2) menggerakkan kelompok, 25 (3) menekan kemungkinan terjadinya kesalahan, (4) memberikan ganjaran dan kepuasan kepada anggota, (5) menjaga kelestarian kehidupan kelompok, dan (6) meningkatkan mutu hubungan interpersonal. Margono Slamet (1978) menyatakan bahwa efektivitas kelompok mempunyai pengaruh timbal-balik dengan dinamika kelompok. Dinamika kelompok dapat diukur dari keefektifan kelompok mencapai tujuan walaupun tujuan itu sendiri merupakan salah satu unsur dinamika Selanjutnya Margono Slamet mengatakan bahwa efektivitas kelompok dapat dilihat dari tiga segi, yakni (1) hasil yang dicapai kelompok dipakai untuk mengukur produktivitas kelompok, (2) keadaan moral atau semangat, dan (3) sikap para anggota untuk mengukur kepuasan anggota, Ketiga faktor tersebut biasanya dalam kcadaan tumpang-tindih schingga dapat terjadi tujuan kelompok tercapai karena produktivitas meningkat, tetapi anggota tidak puas karena peningkatan pendapatan sebagai tujuan pribadi belum tercapai, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN, Kerangka Berpikir Kebutuhan pangan nasional di masa yang akan datang akan terus meningkat sejalan dengan terus bertambahnya juminh penduduk, sehingga perlu diupayakan penganekaragaman konsumsi pangan, oleh sebab itu pembangunan Pertanian harus terus dikembangkan, dengan ketentuan perlu adanya teknologi baru yang dapat menjamin tersedianya aneka pangan yang dibutuhkan. Program Pengembangan pangan termasuk pengembangan TSDR adalah suatu program dalam usaha meningkatkan Ppendapatan petani serta keluarganya yang pada hakekatnya adalah suatu ide baru dalam bidang teknologi pertanian khususnya TSDR di dataran rendah. Program pengembangan pertanian akan dapat dengan mudah diterapkan petani, jika petani mau menerima ide baru terscbut. Menerapkan ide baru, be.arti para petani sebagai anggota kelompok harus dapat mengembangkan kemampuannya, schingga mereka diharapkan akan berhasil jika mereka mau dan mampu_menerapkan teknologi TSDR yang dianjurkan, Keberhasilan program pengembangan TSDR tidak hanya tergantung dari paket teknologi yang diprogramkan, tetapi juga sejauhmana peranan kelompok tani sebagai media informasi membantu terlaksananya penerapan suatu inovasi teknologi. Berdasarkan hasil kajian teoritis diketahui bahwa petani tidak akan Jangsung menerapkan suatu inovasi teknologi pada saat pertama kali diperkenalkan, melainkan apabila mereka merasa yakin bahwa inovasi tersebut menguntungkan, Menerima atau menolak suatu inovasi merupakan suatu proses mental sejak seseorang mengetahui adanya inovasi sampai akhimya mengambil keputusan. Proses pengambilan keputusan yang melibatkan banyak orang dalam suatu sistem sosial, dikenal sebagai proses keputusan inovasi kolektif, yaitu kecenderungan dilakukan pengambilan keputusan setelah adanya kesepakatan atau konsensus diantara individu-individu di dalam suatu kelompok untuk menerapkan suatu inovasi teknologi (Rogers, 1971). Oleh karena itu keterlibatan kelompok tani dalam menunjang pembangu- nan pertanian, khususnya dalam penerapan suatu inovasi teknologi sudah scharusnya terus ditingkatkan. Diharapkan dengan keterlibatan kelompok Penyampaian informasi tentang inovasi teknologi akan lebih mudah diterapkan petani, karena bila menclaah kehidupan kelompok atau eksistensinya berarti menelaah pula dinamikanya, karena keseluruhan proses yang terjadi di dalam kelompok menyatu dan mewujudkan suatu kekuatan kcluimpok yang kita kenal sebagai konsep dinamika kelompok. Menurut Soewardi (1980) kelompok dalam artian sebagai wadah petani, sangat diperlukan dalam rangka menghimpun petani, sehingga lembaga pelayanan dan penyuluban dapat menjangkau petani secara langsung, Disamping itu sebagai wadah kegiatan petani dalam rangka memenuhi kebutuhan anggota-anggotanya. Hal ini tidak terlepas dari fungsi kelompok tani itu sendiri baik sebagai wahana belajar mengajar, sebagai unit produksi usahatani dan wahana kerjasama antara anggota kelompok dan antar kelompok dengan pihak lain (Ajid, 1995). Untuk kelompok tani, dinamika kelompok dapat pula dipengaruhi dari seberapa besar kemampuan kelompok tani dalam melakukan aktivitas untuk mencapai tujuan kelompok. Menurut Soehardiyono (1992) kemampuan kelompok tani bila diukur dapat pula menentukan tingkat kedinamisan kelompok, 28 karena dengan mengembangkan kemampuan kelompok, maka dapat diketahui pula apakah kelompok tersebut mampu melaksanakan setiap aktivitas yang diembannya, sehingga dapat menghantarkan anggota untuk mencapai tujuan kelompok, sehingga dikatakan kelompok tersebut dinamis. Semakin tinggi kemampuan kelompok tani melakukan aktivitas, maka semakin dinamis kelompok tani tersebut. Untuk menentukan kedinamisan kelompok tani dalam Penelitian ini ditetapkan kriteria berdasarkan seberapa besar kemampuan yang dimiliki_kelompok turut menentukan kedinamisan kelompok dan akibatnya terhadap aktivitas kelompok/penerapan teknologi, maka kemampuan kelompok tani pada penelitian ini adalah : (1) penyebaran informasi ; (2) proses perencanaan ; G) kemampuan kerjasama ; (4) pengembangan fasilitas : (5) pemupukan modal; (6) mentaati perjanjian; (7) mengatasi hal darurat ; (8) pengembangan kader ; (9) hubungan kelembagaan ; (10) pengembangan rasa bahagia dan bangga anggota. Selanjutnya menurut Cartwright dan Zander (1968) ada beberapa faktor yang, mempengaruhi dinamika suatu kelompok seperti: (1) tujuan kelompok: (2) struktur kelompok, (3) fungsi kelompok; (4) pembinaan kelompok: (5) kekompakan kelompok; (6) suasana kelompok, (7) tekanan kelompok; (8) keefektifan kelompok Dengan dinamika kelompok tani yang tinggi, diharapkan setiap inovasi teknologi yang diinformasikan mampu diterapkan oleh petani anggota kelompok sceara kolekif, cepat dan ispat, dengan model penelitian sebagai benikut 29 Gambar 2: Kerangka hubungan dinamika kelompok tani terhadap penerapan teknologi tanaman sayuran dataran rendah (FSDR). “Tajuan 2 Penerapan TSDR ‘Kelon 8 3 Fumes! Relompok 1 Pemalthan benih/bibit 4. Pembinean 2 Pengoahan anah elon rupukan 5 Kekompaan ‘Pengairan Kelompok '$Pengendalian PHT: 6Suasana & PsnangananPascapanen Kelompok 7.Tekanan Kelompok 8.Etektivitas Kelompok Hipotesis Dengan memperhatikan struktur permasalahan, tujuan penelitian dan kerangka berpikir, dirumuskan beberapa hipotesis sebagai berikut (1). Tingkat penerapan tcknologi TSDR di wilayah kerja BPP Teritif Kota Balikpapan tergolong rendah. (2). Tingkat dinamika kelompok tani TSDR di wilayah kerja BPP Teritif Kota Balikpapan tergolong sedang (kurang dinamis). (3). Ada hubungan yang nyata antara tingkat dinamika kelompok tani dengan tingkat penerapan teknologi TSDR. (4). Ada hubungan yang nyata antara kemampuan kelompok tani dengan tingkat dinamika kelompok tani TSDR. METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survai yang bertujuan menjelaskan suatu penomena tertentu dan diarahkan untuk menjelaskan fakta- fakta dari gejala yang ada dan bersifat deskriptif-korelasional. Tujuan metode survai (Singarimbun, 1986:8), selain mengumpulkan data yang bersifat sederhana, juga dapat bersifat menerangkan atau menjelaskan, yakni mempelajari fenomena sosial dengan meneliti hubungan variabel penclitian. Menurut Van Dalem (Rachman, 1991:7), penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala dan juga berusaha mencari hubungan faktor-faktor dengan gejala tersebut, disebut penclitian deskriptif-korelasional. Menurut Nazir (1985:65), penelitian survai termasuk model penclitian deskriptif, yaitu metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi suatu kejadian. Cara pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan responden yang telah ditentukan. Kegiatan wawancara berpedoman pada daftar pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya Polulasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah kelompok tani TSDR yang berada di lokasi penelitian yaitu di Wilayah Kerja BPP Teritif Kota Balikpapan, Propinsi Kalimantan Timur. Penentuan kerangka sampel berdasarkan Sampel Gugus Bertahap (Multistage Cluster Sampling) yang, dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, meliputi_ penentuan lokasi, kclompok dan individu responden. Sampel lokasi 31 ditetapkan secara “Purposive Sampling” yang ditentukan berdasarkan luasnya wilayah binaan dan jumlah kelompok tani TSDR dominan yang berada di lokasi penelitian. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka ditetapkan wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian (WKBPP) BPP Teritif yang berlokasi di Kalimantan Timur, Kecamatan Balikpapan Timur Kota Balikpapan, Provins Kemudian dari WKBPP ‘Teritip tersebut, ditetapkan tiga desa juga secara “Purposive Sampling” dengan dasar yang sama, Desa yang terpilih adalah Kelurahan Teritif, Kelurahan Lamaru, dan Kelurahan Manggar Kecamatan Balikpapan Timur Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur. Pertimbangan penentuan desa atau kelurahan tersebut adalah berdasarkan geografis dan domi- nannya tanaman sayuran dataran rendah yang diusahakan oleh kelompok tani (Pertimbangan teknis). Tabel 1. Jumlah Kelompok Tani dan Pengambilan Sampel di WKBPP Teritip No) Kelurahan ‘Kelompok Tani Sayuran ‘Sampel Terpilih 1. _| Teritip 10 2 2 | Lamar 7 1 3. | Manggar iy 2 Jumlah 28 5 Sumber Taporan Tahunan BPP Teriip 2007 Kemudian penentuan kelompok tani yang berada di tiga desa tersebut (Kelurahan Teritip, Kelurahan Lamaru, dan Kelurahan Manggar) ditetapkan pula secara “Purposive Sampling” 5 (lima) kelompok tani TSDR masing-masing : 2 (dua) kelompok tani di Kelurahan Teritip; 1 (satu) kelompok tani di Kelurahan Lamaru; dan 2 (dua) kclompok tani di Kelurahan Manggar. Pertimbangan 32 penentuan kelompok tani di masing-masing desa, dengan mempethatikan kriteria gcografis luas wilayah kelompok tani yang letaknya tersebar atau terfokus. Selanjutnya dari kelompok tani yang terpilih dilakukan pengambilan responden secara “Acak Sedethana” dalam penentuan setiap anggota kelompok sebanyak 15 responden, schingga jumlah keseluruhan adalah 3 (desa) x 5 (kelompok) x 15 (orang) = 75 responden. Definisi Operasional Untuk memudahkan pengukuran dan batas yang jelas, maka dibuatlah definisi operasional dari masing-masing peubah yang digunakan. Adapun definisi operasional peubah-peubah yang akan diteliti adalah : 1. Tingkat Penerapan Teknologi TSDR. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tingkat adopsi teknologi TSDR adalah jumiah aspek/komponen teknologi TSDR yang diterapkan oleh anggota kelompok tani yang meliputi : Penggunaan benih / bibit, Pengolahan tanah, Peng- gunaan pupuk, Pengairan tanaman, Pengendalian hama dan penyakit, Pasca panen dan Pemasaran hasil yang sesuai dengan anjuran atau rekomendasi yang telah ditetapkan 2, Karakteristik Kemampuan Kelompok Tani Dalam penelitian ini faktor karakteristik kemampuan kelompok tani yang akan mempunyai pengaruh terhadap penerapan teknologi TSDR, + Perencanaan kelompok; yaitu kemampuan kelompok tani membuat rencana kerja yang melibatkan semua anggota. Disini menyangkut bentuk rencana kerja, isi rencana kerja, dan keikut-sertaan anggota dalam pembuatan rencana kerja kelompok, dinyatakan dalam jumlah skor. 33 Penyebaran informasi; yaitu kemampuan_pengurus dan anggota kelompok untuk mencari, menyebarkan dan memanfaatkan informasi, dinyatakan dalam jumiah skor. Kerjasama kelompok; yaitu. kemampuan kelompok tani dalam melaksanakan rencana secara bersama, meliputi pembukuan kegiatan, pembagian tugas, bidang kerjasama, perbaikan saluran, pemberantasan hama, pemasaran, penyisihan ha setelah panen dan penanganan terhadap anggota yang melakukan penyimpangan, dinyatakan dalam jumlah skor. Pengembangan fasilitas; yaitu kemampuan kelompok tani memanfaatkan dan mengembangkan alat pertanian milik kelompok, dinyatakan dalam jumiah skor. Kemampuan mentaati perjanjian; yaitu kemampuan mentaati jadwal kegiatan kelompok, pengembalian kredit atau pinjaman atas simpanan atau tabungan kelompok, dinyatakan dalam jumlah skor. Pembentukan kader, yaitu kemampuan kelompok tani untuk mengem- bangkan kader kepemimpinan dan kecakapan anggota. Penilaian dilakukan terhadap usaha-usaha kerja kelompok, penyelenggaraan kursus manajerial kelompok, keikutsertaan anggota dalam kursus manajerial kelompok, dan pemberian kesempatan kepada anggota untuk memimpin, dinyatakan dalam jumlah skor. Pemupukan modal; yaitu kemampuan kelompok tani dalam pengumpulan modat usaha, seperti usaha pengadaan lumbung, pemilikan bangunan seperti saung tani, alat pertanian, nilai kekayaan kelompok dan kegiatan simpan pinjam, dinyatakan dalam jumlah skor. 34 + Hubungan kelembagaan; yaitu kemampuan kelompok tani dalam menjalin hubungan melembaga dengan KUD, organisasi usaha, LSM yang melibatkan petani, baik dari petani, oleh petani dan untuk petani, penilaian dilakukan terhadap jumlah petani yang menjadi anggota, pemanfaatan fasilitas kelembagaan, keikutsertaan pengurus dalam perencanaan kelembagaan, dan peran serta dalam kepengurusan kelembagaan, dinyatakan dalam jumlah skor. + Penanganan keadaan darurat; yaitu kemampuan kelompok tani dalam menghadapi dan mengatasi keadaan darurat atau mendadak yang sifatnya bisa merugikan kegiatan usahatani, dapat dinilai dari tindakan pengurus dalam pengerahan tenaga kerja, pengerahan biaya, penanganan eksplosi hama, banjir atau kekeringan, dinyatakan dalam jumlah skor. + Pengembangan rasa bahagia dan bangga anggota, yaitu tindakan nyata kelompok dalam menumbuhkan dan mengembangkan rasa kebanggaan dan senang menjadi anggota kelompok dan kebanggaan ini tumbuh bersama dengan prestasi_ yang benar-benar sudah dicapai oleh anggota dan kelompok tersebut, dinyatakan dengan jumlah skor. 3. Dinamika Kelompok Dinamika kelompok adalah kekuatan-kekuatan atau gerak yang terdapat dalam kelompok, yang menentukan atau berpengaruh terhadap_perilaku kelompok dalam mencapai tujuan. Dinamika kelompok dapat juga dipandang sebagai gerak atau kekuatan dalam kelompok yang berindikasi pada unsur-unsur sebagai berikut 35 Tujuan kelompok; yang dicirikan oleh kejelasan, dan kesesuaian tujuan kelompok dengan tujuan anggota kelompok. Struktur kelompok yang ditandai oleh kejelasan tata hubungan kekuasaan, jaringan komunikasi dan tersedianya interaksi dalam pencapaian tujuan. Fungsi dan tugas, yang meliputi kepuasan anggota, penyelenggaraan koordinasi, memberikan informasi, mengajak anggota berpartisipasi, menghasilkan inisiatif, menjelaskan hal-hal yang belum jelas kepada anggota, sehingga setiap anggota memahami berbagai tugas yang harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan. Pembinaan kelompok adalah upaya untuk mem ara tata kerja dan mengembangkan kehidupan kelompok melalui peningkatan peran anggota, tersedianya sarana kegiatan, adanya pengawasan yang terbuka bagi anggota. Kekompakan kelompok adalah rasa keterikatan anggota pada kelompok yang ditunjukkan oleh adanya keterpaduan tindakan, persamaan nasib, pengakuan terhadap kepemimpinan kelompok, homogenitas anggota, dan semangat kerjasama. Suasana kelompok diwujudkan oleh hubungan kesetiakawanan antar anggota, keramah-tamahan, kebebasan bertindak, dan suasana fisik seperti keteraturan. Tekanan kelompok dicirikan oleh ada tidaknya tantangan, kritik terhadap kelompok yang mendorong peningkatan prestasi. Keefektifan kelompok diindikasikan oleh adanya tingkat produktivitas, moral dan kepuasan petani yang menjadi anggota kelompok 36 Pengukuran Peubah Pengukuran peubah dirumuskan sebagai berikut : ‘Tingkat Penerapan Teknologi TSDR diukur dengan nilai skor dengan katagori masing-masing indikator sebagai berikut Penggunaan benih/bibit dengan kriteria ‘Tinggi bila menggunakan varitas sesuai anjuran dan benib/bibit dari Balai Benib/Instansi terkait, dengan skor 3. + Sedang bila menggunakan varitas unggul tetapi benib/bibit hasil pengadaan sendiri, dengan skor 2. - Rendah bila menggunakan varitas unggul tidak sesuai anjuran, dan tidak memperoleh dari Balai Benih, dengan skor 1 Pengolehan tanah dengan kriteria : ‘Tinggi bila petani anggota kelompok TSDR_ mengolah tanah sesuai dengan anjuran menurut kondisi setempat, dengan skor 3 = Sedang bila petani anggota kelompok TSDR mengolah tanah hanya sebagian yang sesuai dengan anjuran, dengan skor 2 - Rendah bila petani anggota kelompok TSDR mengolah tanah tidak sesuai anjuran berdasarkan kriteria setempat, dengan skor 1 Pemupukan TSDR dengan kriteria Tinggi bila pemupukan TSDR, diberikan sesuai dengan jenis, jumlah, cara dan waktu yang sesuai anjuran, dengan skor 3 - Sedang bila pemupukan TSDR diberikan sesuai dengan jenis, jumlah, cara, yang memadai, tetapi tidak tepat waktu, dengan skor 2 + Rendah bila pemupukan TSDR tidak dilakukan sesuai dengan anjuran, dengan skor 1 Pengairan TSDR dengan kriteria ‘Tinggi bila pengairan dilakukan dua kali sebari yang dilakukan dengan menggunakan keran putar atau pipa kapiler di setiap pertanaman, dengan skor 3 - Sedang bila pengairan dilakukan dua kali sehari dengan menggunakan gembor, dengan skor 2 - Rendah’ bila pengairan dilakukan dengan menyerahkan pada alam dengan tadah hujan, dengan skor 1 Pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan kriteria - Tinggi bila pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai jumlah, jenis, cara dan waktu yang tepat sesuai anjuran, dengan skor 3 - Sedang bila pengendaiian hama dan penyakit tanaman dilakukan sen- diri, kadang mengikuti anjuran kadang tidak, dengan skor 2 - Rendah bila pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan tidak sesuai anjuran, dengan skor 1 Pasca panen dengan kriteria : ~ Tinggi bila melakukan pascapanen dengan cara (simpan, pengolahan, pengepakan, dan sortasi), waktu dan tempat yang sesuai anjuran, dengan skor 3 37 - Sedang bila melakukan pasca panen dengan cara (simpan, pengolahan, pengepakan dan sortasi), waktu dan tempat yang kurang tepat, kadang mengikuti anjuran kadang tidak, dinyatakan dengan skor 2 - Rendah bila melakukan pasca panen dengan cara ( simpan, pengolahan, pengepakan dan sortasi), waktu dan tempat yang tidak mengikuti anjuran sama sekali, dengan skor 1 + Pemasaran hasil dengan kriteria ~ Tinggi, bila pemasaran hasil panen dengan cara langsung dijual ke pa- sar setelah panen dan dikemas sesuai anjuran, dengan skor 3 - Sedang, bila pemasaran hasil panen dengan cara langsung dijual ke pedagang perantara/pengumpul, dan dikemas dengan wadah tertutup, dengan skor 2 - Rendah bila pemasaran hasil panen dengan cara langsung dijual ke pedagang perantara/pengumpul dengan wadah tidak tertutup/terbuka, dengan skor 1 Dengan demikian total skor penerapan teknologi TSDR tertinggi 21, terendah 7, maka penerapan teknologi terendah skor antara 7 ~ 12 ; sedang skor antara 13 — 17;dan tertinggi skor antara 18 — 21 (2). Karakteristik Kemampuan Kelompok Tani TSDR + Kemampuan kelompok dalam perencanaan kelompok, pengukurannya (a). Menyusun rencana kerja _kelompok, yaitu ; - Ada rencana kerja secara lengkap dan tertulis, skor 3 - Ada rencana kerja, tetapi tidak lengkap dan tertulis, skor 2 = Tidak ada rencama kerja, skor 1 (b). Mengkomunikasikan rencana kerja kelompok kepada anggota, yaitu ; - Anggota mengetahui lebih dari 65 persen rencana kerja kelompok, skor 3. - Anggota mengetahui 35-65 persen rencana kerja kelompok, skor 2. - Anggota mengetahui kurang dari 35 persen rencana kerja kelompok, skor 1. ©. Keterlibatan anggota kelompok untuk menyusun rencana kerja kelompok, pengukurannya ; - Lebih dari 65 persen anggota terlibat, skor 3. - 35 —65 persen anggota terlibat, skor 2. - Kurang dari 35 persen anggota terlibat, skor 1 (d). Ada atau tidaknya penyusunan RDK dan RDKK, yaitu ; - Ada, jelas dan lengkap, skor 3. - Ada, tapi kurang jelas dan kurang lengkap, skor 2. - Tidak ada, skor 1. + Penyebaran informasi (a). Persentase jumiah anggota yang merasa memperoleh informasi teknologi TSDR dengan memanfaatkan informasi, yaitu ; - Lebih dari 65 persen anggota, skor 3. - 35-65 persen anggota, skor 2. - Kurang dari 35 persen anggota, skor 1. 38 (b). Penyclenggaraan anjangsana/karyawisata/praktek lapangan untuk men- dapatkan informasi baru tentang penerapan teknologi TSDR dalam satu musim tanam : ~ Lebih dari 3 kali, skor 3. - Satu sampai 3 kali, skor 2 - Tidak pernah, skor J. ©. Keaktifan pengurus dan anggota kelompok tani dalam mencari atau mendapatkan _informasi pengukurannya; - Sangat aktif, skor 3. - Cukup aktif, skor 2 - Tidak/hampir aktif, skor 1. (d). Penyampaian sistem informasi sesama anggota kelompok tani, yaitu ; - Konteksnya utuh dan jelas, Skor 3 - Konteksnya utuh dan kurang jelas, skor 2. - Konteksnya tidak utuh atau tidak jelas, skor 1 (ec). Frekwensi penyelenggaraan lomba _ keberhasilan penerapan TSDR diantara sesama anggota kelompok tani selama periode tiga bulan, yaitu ; - Lebih dari 3 kali, skor 3. - Satu sampai 3 kali, skor 2. - Tidak pernah, skor 1 + Kerjasama kelompok, pengukurannya : (a). Kerjasama kelompok dalam pembukuan, yaitu; ~ Ada kerjasama pembukuan kegiatan kelompok, skor 3 - Kadang-kadang kerjasama ada pembukuan kelompok, skor 2 -_ Tidak ada kerjasama pembukuan kegiatan kelompok, skor 1 (b). Ada kerjasama dalam pembagian tugas kelompoh, yuilu, - Ada kerjasama dalam pembagian tugas, skor 3. - Kadang ada kerjasama dalam pembagian tugas, skor 2 -_ Tidak ada kerjasama dalam pembagian tugas, skor 1 ©. Keikutsertaan anggota kelompok dalam kegiatan perbaikan sarana usahatani, yaitu ; - Ada keikut-sertaan anggota kelompok, skor 3. - Kadang-kadang ada keikutsertaan anggota kelompok, skor 2 -_ Tidak ada keikutsertaan anggota kelompok, skor 1 (d). Keikutsertaan anggota kelompok dalam kegiatan perberantasan hama yaitu; - Ada keikut-sertaan anggota kelompok, skor 3. - Kadang-kadang ada keikutsertaan anggota kelompok, skor 2 - Tidak ada keikutsertaan anggota kelompok, skor 1 (©). Keikutsertaan anggota kelompok dalam kegiatan pemasaran, yaitu ; - Ada keikut-sertaan anggota kelompok, skor 3. - Kadang-kadang ada keikutsertaan anggota kelompok, skor 2 - Tidak ada keikutsertaan anggota kelompok, skor 1 (f). Keikutsertaan anggota kelompok pada kegiatan penyisihan hasil, yaitu : - Ada keikut-sertaan anggota kelompok, skor 3. - Kadang-kadang ada keikut-sertaan anggota kelompok, skor 2 - Tidak ada keikut-sertaan anggota kelompok, skor 1 39 (g). Tindakan pengurus terhadap anggota yang melakukan penyimpangan, yaitu ; ~ Lebih dari 65 persen anggota setuju ditindak, skor 3. = 35 sampai 65 persen anggota setuju ditindak, skor 2 - Kurang dari 35 persen anggota setuju ditindak, skor 1 Pengembangan fasilitas pengukurannya : (a). Jumlah macam usaha menyediakan/mempermudah fasilitas usahatani ‘TSDR yang telah diupayakan/dilakukan oleh kelompok, yaitu: - Lebih dari 2 macam usaha (kios produksi usahatani berkelompok, informasi tentang saprodi, dsb), skor 3. - Satu atau 2 macam usaha saja, skor 2. - Tidak ada usaha, skor 1 (b). Jumlah macam usaha yang disediakan/ diupayakan kelompok dalam pemasaran hasil usahatani TSDR, yaitu - Lebih dari 2 macam usaha (pemasaran berkelompok, informasi pasar, pembinaan pemasaran, dsb), skor 3 - Satu atau dua macam saja, skor 2 - Tidak ada usaha, skor 1. ©. Persentase jumlah anggota yang memperoleh manfaat dalam upaya penyediaan sarana produksi dan pemasaran berkelompok, yaitu : - Lebih dari 65 persen anggota, skor 3. - 35 sampai 65 persen anggota, skor 2 - Kurang dari 35 persen anggota, skor 1 gkatan rutinitas kegiatan pemasaran berkelompok, yaitu - Kegiatan rutin dan berkelompok (sejak kelompok berdiri sampai penelitian dilakukan masih berlanjut), skor 3 Kegiatan tidak rutin, skor 2 - Kegiatan sudah tidak jelas lagi, skor 1. (©). Tingkatan rutinitas kegiatan penyediaan fasilitas sarana produksi secara berkelompok, yaitu : - Kegiatan rutin dan berlanjut, skor 3 - Kegiatan tidak rutin (kadang-kadang ada atau tidak), skor 2. -_Kegiatan sudah terhenti, skor 1 (®. Tersedianya unit pengolahan pasca panen, seperti (lantai jemur, lemari pendingin, dil), yaitu ; ‘ersedia dan mudah dipergunakan oleh anggota, skor 3. - Tersedia dan sulit dipergunakan, skor 2. - Tidak tersedia sama sekali, skor 1 Kemampuan mentaati perjanjian, pengukurannya : (a). Rata-rata persentase jumlah anggota kelompok yang hadir pada setiap pertemuan kelompok (perjanjian dengan kelompok), yaitu - Lebih dari 65 persen anggota hadir, skor 3. - 35 sampai 65 persen anggota hadir, skor 2 -_ Kurang dari 35 persen anggota hadir, skor 1 (b). Ketaatan anggota dalam mengembalikan kredit usahatani, yaitu ; - Lebih dari 65 persen anggota, skor 3. - 35 65 persen anggota, skor 2. - Kurang 35 persen anggota, skor 1 d). 41 - Kadang-kadang ada diberikan kesempatan kepada anggota tertentu untuk memimpin, skor 2. - Tidak pernah ada kesempatan kepada anggota untuk memimpin, mut- lak dipegang pengurus, skor 1 Pengembangan pemupukan modal, pengukurannya (a), Jumlah jenis usaha yang dilakukan kelompok dalam pemupukan modal, yaitu ; - Lebih dari 3 macam usaha ( simpanan anggota, fee dari pemasaran berkelompok, fee dari pengadaan kios sarana produksi, fee dari pemanfaatan alat kelompok, dil) skor 3. - Hanya dua sampai tiga macam usaha, skor 2. Hanya satu atau tidak ada usaha, skor 1 (b). Rutinitas (keberlanjutan) usaha yang, dilakukan dalam pemupukan modal, yaitu ; = Semua usaha dilakukan secara rutin dan berkelanjutan dimulai dari sejak kelompok berdiri, skor 3. - Usaha yang dilakukan tidak rutin, kadang ada atau berjalan, kadang- kadang tidak, skor 2. - _ Usaha yang dijalankan sudah macet, atau tidak berjalan lagi, skor 1. ©. Persentase jumlah anggota yang memperoleh manfaat dari simpanan/tabungan kelompok, yaitu : - Lebih dari 65 persen anggota, skor 3. - 35 65 persen anggota, skor 2. - Kurang dari 35 persen anggota, skor 1 Hubungan kelembagaan, pengukurannya : (a). Persentase jumlah anggota yang mendapat motivasi untuk memusuki KUD atau UUO (Unit Usaha Otonom), yaitu : - Lebih dari 65 persen anggota, skor 3. - 35 65 persen anggota, skor 2. - Kurang dari 35 persen anggota, skor 1 (6). Persentase jumlah anggota yang memasuki KUD atau UUO, yaitu ; - Lebih dari 65 persen anggota, skor 3. - 35-65 persen anggota, skor 2. - Kurang dari 35 persen anggota, skor 1. ©. Persentase jumlah anggota kelompok yang membeli sarana produksi dari KUD atau UUO, yaitu - Lebih dari 65 persen anggota, skor 3. - 3565 persen anggota, skor 2. - Kurang dari 35 persen anggota, skor 1. (d). Jumlah anggota yang memasarkan produksi melalui KUD atau UUO, yaitu: - Lebih dari 65 persen anggota, skor 3. - 35~—65 persen anggota, skor 2. - Kurang dari 35 persen anggota, skor 1 (©). Tingkatan rutinitas kerjasama kelompok tani dengan KUD/UUO yaitu - Kerjasana rutin dan berlanjut, skor 3. - Kerjasama tidak rutin (kadang-kadang), skor 2 - Kerjasama terhenti, skor 1, a2 + Penanganan keadaan darurat, pengukurannya (a). Kesiapan kelompok tani dalam mengatasi keadaan darurat/gawat sewaktu ada bencana terhadap usahataninya yaitu ; = Lebih dari 65 persen anggota mempunyai kesiapan terhadap keadaan darurat/gawat, skor 3. - 35 ~65 persen anggota mempunyai kesiapan, skor 2. - Kurang dari 35 persen anggota mempunyai kesiapan, skor 1. (b). Kemampuan kelompok mengerahkan tenaga kerja, bila ada bencana, yaitu > Tenaga kerja yang dikerahkan lebih dari 65 persen anggota, skor 3. - Tenaga kerja yang dikerahkan 35-65 persen anggota, skor 2. - Kurang dari 35 persen anggota, skor 1 ©. Kemampuan mengumpulkan dana bila sawaktu-waktu ada bencana, yaitu ~ Dana terkumpul lebih 65 dari persen anggota, skor 3. - Dana terkumpul 35 - 65 persen dari anggota, skor 2. - Dana terkumpul kurang dari 35 persen anggota, skor 1. (d). Kemampuan membina kerjasama bila ada eksplosi hama, banjir dan kekeringan, yaitu ; - Lebih dari 65 persen anggota mampu membina kerjasama, skor 3. - 35 —65 persen anggota mampu membina kerjasama, skor 2. - Kurang dari 35 persen anggota mampu membina kerjasama, skor 1. + Pengembangan rasa bahagia dan bangga anggota kelompok tani, pengu- kurannya: (a). Keakraban seluruh anggota baik pengurus maupun anggota biasa, yaitu - Keakraban sesama anggota lebih dari 65 persen, skor 3. - Keakraban sesama anggota hanya 35 ~ 65 persen, skor 2 - Keakraban sesama anggota kurang dari 35 persen, skor (b). Jumlah permasalahan anggota kelompok yang dapat disclesaikan oleh sesama anggota, yaitu ; - Lebih dari 65 persen permasalahan anggota, skor 3. - 35-65 persen permasalahan anggota, skor 2. - Kurang dari 35 persen anggota, skor 1 ©. Tingkat kepuasan atau rasa senang anggota menjadi anggota kelompok tani tersebut, yaitu - Anggota merasa sangat puas/senang, skor 3. - Anggota merasa cukup puas/senang, skor 2. - Anggota merasa kurang/tidak senang, skor 1 (d). Persentase jumlah anggota yang menginginkan tetap menjadi anggota kelompok tani tersebut, yaitu - Lebih dari 65 persen anggota, skor 3. ~ 35-65 persen anggota, skor 2. - Kurang dari 35 persen anggota, skor 1 Dengan demikian total skor kemampuan kelompok tani tertinggi 147 dan terendah 49, maka kemampuan kelompok tani terendah skor antara 49 — 82 ; sedang skor antara 83 — 114 ; tertinggi skor antara 115 — 147. 43 (3). Dinamika Kelompok ‘Tani TSDR, yaitu + Tujuan kelompok, pengukurannya (@). Tujuan kelompok yang dimasuki mempunyai tujuan yang jelas dengan keinginan sebelum masuk kelompok, yaitu : - Sangat jelas - Ragu-ragu -_ Tidak jelas (6). Pemahaman akan semua tujuan yang tclah digariskan sclama menjadi anggota kelompok, yaitu : - Sangat paham - Paham - Tidak paham (©). Kesamaan keinginan sewaktu masuk menjadi anggota kelompok sesuai dengan tujuan semula, yaitu : - Sangat sesuai - Ragu-ragu - Tidak sesuai + Struktur Kelompok, pengukurannya : (a). Di dalam kelompok, kalau ada permasalahan, maka cara pengambilan keputusan tentang sesuatu permasalahan yang berhubungan dengan usahatani TSDR, yaitu - Ketua kelompok sangat menentukan terhadap keputusan kelompok - Ketua kelompok yang mengambil keputusan, tetapi berkonsultasi de- ngan anggota, baru diambil keputusan akhir. - Semua anggota kelompok berperan dalam menentukan keputusan kelompok, berdasarkan musyawarah dan tidak melihat kedudukan anggota di dalam kelompok (b). Kejelasan pembagian tugas dan wewenang selama menjadi anggota kelompok, yaitu - Pembagian tugas dan wewenang sangat jelas, sesuai dengan kedudukan masing-masing - Pembagian tugas dan wewenang kurang jelas, dimana anggota bisa berbagi tugas dan tanggung jawab - Pembagian tugas dan wewenang tidak jelas, dimana anggota dapat saja bertindak sesuai dengan kebutuhan (©). Prosedur atau aturan yang ada di dalam kelompok dirasakan dapat dipahami secara baik, karena : + Prosedurnya jelas = prosedurnya kurang jelas - Proscdurnya tidak jelas (d). Sistem penyampaian informasi tentang usahatani TSDR yang ada di kelompok dapat diterima secara baik, karcna : ~ Sangat lancar - Kurang lancar - Tidak lancar + Fungsi Kelompok, pengukurannya (a). Perasaan anggota selama menjadi bagian kelompok tani ini, yaitu - Merasa puas karena karena tujuan telah tercapai - Merasa kurang puas karena tujuan belum tercapai - _Merasa tidak puas karena tujuan selama ini tidak tercapai (b). Dalam penyampaian informasi tentang sesuatu mengenai usahatani TSDR, informasi itu - Sampai pada seluruh anggota kelompok tani - Kadang-kadang sampai pada semua anggota kelompok tani - Tidak semua informasi sampai kepada semua anggota kelompok (©). Dalam melaksanakan aktivitas kelompok yang berhubungan dengan usahatani TSDR, maka : - Ada pengertian yang sama diantara anggota mengenai kegiatan yang dikerjakan - Kurang ada pengertian yang sama diantara anggota mengenai_kegiatan yang dikerjakan - Tidak adanya pengertian yang sama diantara anggota mengenai kegiatan yang dikerjakan (d). Pemahaman tentang hubungan antara kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lain, antara lain - Sangat mengerti - Kadang-kadang mengerti - Tidak mengerti Pembinaan Kelompok Tani, pengukurannya : (a). Setiap kegiatan kelompok yang berhubungan dengan usahatani TSDR, semua anggota terlibat di dalamnya, terutama - Semua anggota berpartisipasi - Sebagian anggota berpartisipasi - Tidak semua anggota berpartisipasi, tergartuny kebutuhan yang dira- sakan (b). Rasa tanggung jawab anggota terhadap keberhasilan usahatani TSDR, diantaranya : - Merasa sangat bertanggung jawab - Kurang merasa bertanggung jawab - _Merasa tidak perlu bertanggung jawab (c). Fasilitas yang ada di kelompok tani dapat menunjang kegiatan berusaha- tani TSDR, diantaranya - Fasilitasnya memadai - Fasilitasnya kurang memadai - Fasilitasnya tidak memadai (d). Dapat memahami akan aturan kelompok dan sanksinya jika melanggar ~ Sangat memahami - Kadang-kadang memahami - Tidak memahami Kekompakan Kelompok, pengukurannya : (a). Dorongan untuk segera mencapai tujuan kelompok, yaitu - Semua anggota merasa terdorong untuk segera mencapai tujuan - Scbagian angggota merasa terdorong untuk segera mencapai tujuan ~_ Tidak semua anggota merasa terdorong untuk segera mencapai tujuan (b). Merasa bangga menjadi anggota kelompok tani TSDR, diantaranya ~ Sangat bangga 45 - Kadang-kadang bangga k bangga (©). Taat dan loyal dalam melaksanakan kewajiban agar tujuan kelompok segera tercapai, masing-masing : - Sema anggota melaksanakan kewajiban - Sebagian anggota melaksanakan kewajiban - Tidak semua anggota melaksanakan kewajiban (d). Merasa memiliki dan senasib sepenanggungan dalam menjalankan kegiatan kelompok terutama yang berhubungan dengan usahatani TSDR, diantaranya > - Semua anggota merasa memiliki solidaritas tinggi - Sebagian anggota merasa memiliki solidaritas tinggi - Tidak semua anggota merasa memiliki solidaritas tinggi + Suasana Kelompok, pengukurannya : (a). Semangat untuk mencapai efisiensi dan efektivitas kelompok dalam mencapai tujuan kelompok yang berhubungan dengan usahatani TSDR, diantaranya : - Semua anggota bersemangat untuk mencapai efisiensi dan efektivitas kelompok - Sebagian anggota bersemangat untuk mencapai efisiensi dan efektivi- tas kelompok - Tidak semua anggota bersemangat untuk mencapai efisiensi dan efek- itas kelompok (b). Setiap anggota di dalam kelompok berusaha berbuat atau bertindak sesuatu yang tidak bertentang diantara sesama anggota kelompok, diantaranya : - Semua angota berbuat sesuatu yang tidak bertentangan diantara sesama - Sebagian anggota berbuat sesuatu yang tidak bertentangan diantara sesama = Tidak semua anggota berbuat sesuatu yang tidak bertentangan dian- tara sesama (c). Selalu taat mengawasi setiap sepak- terjang anggota agar tujuan kelompok tercapai, diantaranya - Selalu mengawasi - Kadang-kadang mengawasi - Tidak bisa mengawasi (d). Kondisi_ sarana dan fasilitas yang ada dapat menciptakan kedamaian setiap anggota di dalam kelompok agar tercapai tujuan kelompok, kenyataannya : - Semua sarana dan fasilitas mendukung - Sebagian sarana dan fasilitas mendukung - Tidak semua sarana dan fasilitas mendukung + Tekanan Kelompok, pengukurannya (@). Selalu ada penghargaan bagi setiap anggota dalam mencapai tujuan kelompok, masing-masing - Setiap anggota akan mendapat penghargaan bila berprestasi - Sebagian anggota akan mendapat penghargaan bila berprestasi_ dan tergantung pimpinan kelompok - Tidak semua anggota mendapat penghargaan bila berprestasi 46 (b). Sanksi benar-benar dijalankan bagi anggota yang melanggar_peraturan atau norma, masing-masing : - _Semua anggota akan terkena sanksi bila melanggar + Kadang-kadang semua anggota terkena sanksi bila melanggar, ter- gantung pimpinan - Tidak semua anggota terkena sanksi bila melanggar, tergantung pimpinan (c). Semua anggota kelompok dapat menerima atau menghadapi tantangan dan kritik, masing-masing - Semua anggota kelompok bersedia ditantang dan dikritik - Sebagian anggota kelompok bersedia ditantang dan dikritik - Tidak semua anggota kelompok bersedia ditantang dan dikritik + Efektivitas Kelompok, pengukurannya : (a). Semua kegiatan yang berhubungan dengan usahatani TSDR tingkat peneapaiannya, adalah - Sangat maksimal - Kurang maksimal - Tidak Maksimal (6). Semua kegiatan anggota berhubungan dengan usahatani TSDR tingkat kepuasannya, adalah - Sangat maksimal - Kurang maksimal - Tidak maksimal Dengan demikian total skor dinamika kelompok tertinggi 87 dan terendah 29, maka dinamika kelompok terendah skor antara 29 — 49 : sedang skor antara 50 — 68 ; dan tertinggi skor antara 69 — 87. Teknik Pengumpulan Data Untuk kepentingan penelitian ini, diperlukan dua jenis data yaitu pertama data primer, dan kedua data sekunder. Data sekunder dikumpulkan dari daerah dimana penelitian akan dilaksanakan dan dikumpulkan melalui metode observasi serta dokumentasi dengan mengumpulkan dan menyalin catatan-catatan yang ada, baik dari kantor Wilayah Kerja Balai Penyuluhan Pertanian (WK-BPP), Kantor Kecamatan maupun Kantor Desa/Kelurahan, biasanya meliputi keadaan populasi, keadaan geografis, dan data monografi. Data primer dikumpulkan dengan cara menghimpun data dari anggota kelompok tani yang menjadi sampel, melalui wawancara berdasarkan kuesioner yang telah dirancang sebclumnya, dan telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Selain 47 wawancara terhadap anggota kelompok tani juga terhadap informan yakni petugas kecamatan, dan petugas lapangan yaitu PPL, Pamong desa, dan para tokoh masyarakat sctempat. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Uji Validitas Alat ukur dikatakan syah apabila alat ukur itu dapat mengukur yang sebenarnya ingin diukur. Beberapa cara untuk menetapkan validitas alat ukur yang dipakai, yaitu (1) validitas konstruktif, artinya penelitian menyusun tolak ukur operasional: berdasarkan kerangka dari konsep yang akan diukur; (2) validitas i, artinya isi alat_ukur tersebut dapat mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek Kerangka konsep; (3) validitas eksternal artinya alat ukur baru yang akan digunakan tidak berbeda hasilnya jika dibandingkan dengan alat ukur yang lama dan yang syah (Ancok, 1989). Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi, yaitu dengan cara menyesuaikan isi angket dengan teori-teori_ yang menyangkut semua jenis variabel penelitian. Disamping itu juga dengan mengadakan konsultasi secara intensif dengan para abli dan berbagai pihak yang dianggap menguasai tentang materi daftar pertanyaan yang akan digunakan. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah ketepatan suatu alat ukur. Suatu alat ukur discbut mempunyai reliabilitas tinggi atau dapat dipercaya jika alat ukur itu mantap, dapat diandalkan, dan dapat diramalkan. Suatu alat ukur yang mantap tidak akan berubah-ubah pengukurannya dan dapat diandalkan karena penggunaan alat ukur tersebut berkali-kali akan memberikan hasil yang serupa (Nazir, 1988). 48 Reliabilitas alat penelitian dapat diuji atau dinilai dengan menggunakan beberapa teknik antara lain : (1) teknik kesesuaian, (2) teknik korelasi, (3) teknik belah dua, Reliabilitas dalam penelitian diuji dengan teknik belah dua seperti yang dikemukakan oleh Ancok (1989) dengan rumus sebagai berikut : 2(r-tt) l+rit ‘tot = Keterangan 1.tot = angka reliabilitas keseluruhan item tt = angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua Besar kecilnya pengukuran dapat dilihat dari indeks korelasional antara hasil pengukuran pertama dan kedua. Semakin tinggi angka korelasi semakin kecil kesalahan pengukuran. Hasil perhitungan rc kemudian dibandingkan dengan angka yang telah ditetapkan yaitu 0,05. Hasil uji tingkat reliabilitas instrumen variabel penelitian sudah diuji validitasnya, menunjukkan nilai keterandalan sebesar 78,08. Hal ini menunjukkan adanya korelasi kuat, jadi dapat dikatakan bahwa instrumen yang digunakan termasuk tinggi atau handal (reliabel). Uji ini hanya dilakukan terhadap pertanyaan yang dianalisis yaitu : kemampuan kelompok, dinamika kelompok dan penerapan teknologi TSDR. Pengolahan dan Analisis Data Kegiatan pengolahan data dilakukan dengan prosedur sebagai _berikut (Koentjaraningrat, 1989) : (1) _memeriksa kembali data mentah yang telah dikumpulkan, kemudian disusun dalam kelompok-kelompok dan diadakan 49 katagorisasi; (2) mengedit data, yaitu data yang telah dikumpulkan perlu dibaca kembali dan dikoreksi jika masih terdapat hal-hal yang salah atau meragukan; dan (3) mentabulasi data, memasukkan data ke dalam tabel-tabel, dan menata angka- angka sehingga dapat dihitung dan dianalisis, kemudian mengadakan interpretasi. Anal Data dan Pengujian Hipotesis Data yang telah berhasil dikumpulkan, setelah ditabulasi, kemudian akan dianalisis. Data primer akan disajikan dalam bentuk tabel-tabel dan senantiasa disclaraskan dengan tujuan penelitian, juga akan dipergunakan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan sebelumnya. Kesemuanya ini dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut : Pendekatan kuantitatif. Untuk menganalisis hubungan antara_kemampuan kelompok tani dan dinamika kelompok dengan pencrapan inovasi teknologi TSDR, digunakan statistik non parametrik berupa statistik berurut (ordinal statistik), yang dalam penelitian ini menggunakan test “Spearman rank correlation” (rs). Modet formulasi korelasi_ peringkat Spearman yang digunakan menurut (Siegel, 1985:245-250) 2 6s a, n(n? — 1) Keterangan 1 =koefisien rank Spearman d= harga rank x dikurangi harga rank Y n= Banyaknya obyek 50 Untuk menentukan taraf signifikan Ho, maka hasil perhitungan r dikonsultasikan dengan tabel harga-harga kritis z (Siegel, 1985;260-264), yang harga z dihitung dengan rumus : 2 T= (rs) z= nilai uji z 1 = koefisien korelasi rank Spearman n-2 = derajat kebebasan (db) n = banyaknya obyek penelitian Dalam penelitian ini, taraf signifikansi (a) ditetapkan 0.05. Apabila z ha- sil perhitungan lebih besar atau sama dengan nilai z pada daftar harga kritis z, pada dk~n—2 dan «= 0,05 , maka hipotesis penelitian diterima, dan Jika terjadi sebaliknya maka hipotesis ditolak. Untuk menjamin ketepatan dan mempercepat proses perhitungan, maka pengolahan data beserta analisis datanya menggunakan fasilitas komputer program “SPS”. Pendekatan Kualitatif Pendekatan kualitatif dilakukan dengan menggunakan analisa deskriptif. Hal ini untuk menambah dan melanjutkan pembahasan melalui pemanfaatan informasi tambahan/pelengkap dan catatan harian. HASIL DAN PEMBAHASAN Letak dan Kondisi Geografis Wilayah Kerja Balai Penyuluhan Pertanian (WKBPP) Teritip terdiri dari 2 (dua) Wilayah Kecamatan yaitu : Kecamatan Balikpapan Timur dan Kecamatan Bafikpapan Selatan, secara administrasi mempunyai batas-batas wilayah yaitu Se- belah Utara dengan WKBPP Suluh Agung, Sebelah Timur dengan Selat Makasar, Sebelah Selatan dengan Kecamatan Balikpapan Barat dan Sebelah Barat dengan WKBPP Karang Joang. Jarak — pusat pemerintahan Wilayah Kerja BPP Teritip dengan desa/kelurahan terjauh adalah 26 km (ditempuh dengan kendaraan darat selama kurang lebih satu jam), dengan pusat kedudukan Wilayah Jantung Kota Balikpapan adalah 40 km (ditempuh satu seperempat jam dengan kendaraan darat) dan dengan Ibukota Provinsi yaitu Samarinda udalah 120 km (tiga jam perjalanan darat). Topografi di WKBPP Teritip adalah bergelombang mencapai 85 % dan dataran 15 % Tinggi tempat berkisar antara 0 — 50 m dari permukaan laut, sehingga secara keseluruhan Ictak geografis WKBPP ‘eritip berada di dataran rendah. Dengan jenis tanah podsolik merah kuning (kurang subur) dengan tingkat kemasaman tanah tinggi Luas Wilayah Kerja BPP Teritip selurubnya adalah 15.720,43 _hektar. Seluas 12.638,58 hektar (80,40 %) Wilayah Kerja BPP Teritip terdiri dari lahan kering, Hal ini menunjukkan bahwa di daerah ini berpotensi untuk pengembangan usahatani sayuran di dataran rendah yang membutuhkan kondisi tanah dengan kelembaban sedang terutama di lahan kering/tanpa genangan air (lampiran 1), Keadaan Penduduk Wilayah Kerja BPP Teritip mempunyai jumlah penduduk 58.464 jiwa yang terdiri dari 28.940 jiwa (49,5 persen) laki-laki dan 29.524 jiwa (57.5 persen) Perempuan, dengan kepadatan penduduk per kilometer persegi 372 orang Berdasarkan data pada lampiran 2. dapat dilihat bahwa penduduk usia kerja yaitu kelompok umur 11 — 60 tahun berjumlah lebih separoh (62,73 persen) dari seluruh jumlah penduduk, dan hanya 4, 11 persen penduduk berusia di atas 60 tahun. Status kepemilikan lahan di WKBPP Teritip menunjukkan adanya variasi kepemilikan yang dominan sebagai pemilik adalah 3.739 orang dan yang menjadi penggarap/pinjam 1.415 orang (lampiran 3). Keragaman mata pencaharian penduduk di WKBPP menunjukkan bahwa sektor pertanian pangan berperan penting sebagai sumber pendapatan yaitu 17,91 persen, dan lainnya 12,50 persen. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa scktor pertanian adalah sumber mata pencaharian penting sesudah sektor Nela- yan/Perairan, Wiraswasta/Pedagang dan Pertukangan, apalagi bila dilihat lebih seksama bahwa sebagian besar 65.59 persen penduduk tidak bekerja (lampiran 4). Adapun keragaman jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di WKBPP Teritip disajikan pada lampiran 5. Dari data tersebut dapat diketahui penduduk yang berpendidikan SD adalah 37,58 %, berpendidikan menengah 51,85 % dan berpendidikan tinggi 4,08 %. Walaupun rata-rata penduduk berpendidikan menengah, tetapi mereka tidak tertarik bekerja di sektor pertanian, dan yang terlibat pada kegiatan berusahatani umumnya berpendidikan sangat rendah yaitu SD diatas 37,58 persen. Keadaan secara tidak langsung akan 53 berpengaruh terhadap kemampuan petani dan kelompoknya untuk menyerap teknologi baru yang danjurkan. Kelembagaan dan Penyuluhan Pertanian Wilayah Kerja Balai Penyuluhan Pertanian (WKBPP) Teritip dibagi atas lima Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP) yang identik dengan luasnya Wilayah Pemerintahan desa/kelurahan yaitu : (1) Teritip ; (2) Lamaru ; (3) Manggar Baru; (4) Manggar; dan (5) Sepinggan. Dimana masing-masing WKPP. terdiri atas satu desa/kelurahan. Di Wilayah Kerja BPP Teritip terdapat 12 orang petugas Penyuluh Pertanian Lapangan yang melakukan kegiatan penyuluhan kepada petani dan kelompok tani. Tenaga Penyuluh tersebut terdiri dari satu orang Koordinator (Kepala BPP), satu orang Pengawas BPP, 5 orang PPL Pangan, | orang PPL Pctcrnakan, 1 orang PPL Perikanan, 1 orang KCD Pangan, 1 orang, KCD Perkebunan dan I orang Pengamat Hama. Semua petugas/tenaga penyuluh pertanian lapangan tersebut adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja di bawah pembinaan Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian (BIPP) Kota Balikpapan, Pendidikan terakhir tenaga/petugas yang bekerja di WKBPP Teritip adalah rata-rata berpendidikan SPMA (Sekolah Pertanian Menengah Atas), 1 orang lulusan SNAKMA (Sekolah Peternakan Menegah Atas), 1 orang lulusan SUPMA (Sekolah Usaha Perikanan Menengah Atas), dan 4 orang lulusan Akademi Penyuluhan Pertanian (APP) Semarang. Berdasarkan Spesialisasi tenaga penyuluh tersebut, maka terlihat bahwa tenaga spesialis Penyuluh Pertanian atau KCD Pertanian cukup handal, schingga dari segi tenaga penyuluh di WKBPP Teritip tersimpan sumberdaya manusia 54 potensial terutama petugas untuk mengembangkan pertanian, khususnya bidang usahatani sayuran di dataran rendah Penyuluhan Pertanian khususnya tanaman pangan bertujuan (1). Peningkatan produksi dengan strategi memperluas areal tanam pada lahan kering. (2). Memperkenalkan komoditas unggulan yang diminati pasar. (3). Meningkatkan kemampuan kelompok tani terutama menumbuhkan inisiatif anggota. (4). Memacu petani untuk menumbuhkan keinginan dalam membina kerjasama dan kelembagaan. Metode-metode yang digunakan dalam penyuluhan pertanian adalah melaksa- nakan anjangsana, kursus tani, demplot dan kampanyc. Hal ini dilaksanakan dengan metode perorangan, kelompok dan massal. Pelaksanaan penyuluhan tersebut dipermudah pula dengan adanya pem- bentukan kelompok-kelompok tani sebagai strategi untuk mengefisienkan pembinaan masyarakat tani di pedesaan. Keberadaan kelompok tani didaerah penclitian ada yang bersifat polivalen (berbagai cabang usahatani) dan monovalen (sat cabang usahatani) yang terfokus pada usahatani sayuran. Sisanya lebih terfokus pada sektor perkebunan, buah-buahan dan perikanan, mengingat letak geografis WKBPP Teritip disepanjang daerah pesisir pantai timur Balikpapan. Kararteristik Responden Karakteristil responden yang diidentifikasikan dalam penelitian ini meli- puti : umur; pendidikan formal, pengalaman berusahatani (khususnya TSDR); jumlah tanggungan; status pemilikan lahan; luas lahan garapan; lama menjadi 55 anggota kelompok tani; dan pendapatan. Gambaran karakteristik responden se- lengkapnya disajikan pada tabel 2 Tabel 2. Karakteristik Petani Responden Anggota Kelompok di WKBPP ‘Teritip Kota Balikpapan No ‘Karakteristik Petani Rata — rata ‘Kisaran Persentase | (n=75) 1] Omur 39 tahun’ 25 —65 tahun = 2. _| Pendidikan Formal - sD - - 69,33 % - SLTP - - 18,67 % - SMU - - 12,00 % 3. Pengalaman berusahatani 11 tahun 2-23 tahun - 7] Jumiak tangeungan 7 orang T=6 orang : 5. ] Status pemifikan Tahan usahatant {SDR : - Sendiri = = 33,33 % = Sewa - - 6,67 % = Pinjam - - 60,00 % Luaslahan garapan 1.125 ma 225 — 7500 mi > 7. |Lama menjadi anggota 7 tahun 1-18 tahun = kelompok tani 8. Pendapatan Usahatani : - TSDR Rp.3.465.164,72 - - - Lain Rp. 381.187,50 - - - Non Rp. 389.545,45 - - Usahatani Karakteristik responden petani anggota kelompok dari gambaran umur. Didapatkan rata-rata umur 39 tahun, dengan kisaran antara 25 — 65 tahun, Ini tampak bahwa semua petani responden termasuk dalam kelompok umur produktif. Artinya mereka mampu secara fisik maupun psikologis untuk bekerja pada lahan usahatani untuk menghasilkan pendapatan. Simanjuntak (1982;81) menjelaskan bahwa umur produktif tenaga kerja adalah antara 15 — 64 tahun. Keadaan pendidikan formal responden dari petani anggota kelompok hampir 69,33 % tamav/tidak tamat Sekolah Dasar (SD), 18,67 % tamav/tidak tamat SLTP dan 12% tamat/tidak tamat Sekolah Menengah Umum (SMU) Dengan demikian keadaan pendidikan responden dari petani anggota kelompok tersebut masih termasuk kategori sangat rendah. Menurut Houe (Lionberger, 1960) pendidikan merupakan proses pengembangan pengetahuan, keterampilan maupun sikap seseorang yang dilakukan secara terencana sehingga diperoleh perubahan-perubahan dalam meningkatkan tarap hidup. Ditinjau dari pengalaman berusahatani, khususnya usahatni TSDR, petani responden termasuk kategori cukup berpengalaman. Ini dapat dilihat dari rata-rata lamanya mereka berusahatani TSDR selama 11 tahun, dengan kisaran antara 2 — 23 tahun. Pengalaman petani dalam kegiatan berusahatani sangat menentukan ketcrampilan petani dalam mengelola usahataninya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Soekartawi (1985) bahwa berbuat merupakan proses penempaan diri petani dalam rangka mencapai keterampilan lebih baik. Dilihat dari jumiah tanggungan responden petani anggota kelompok rata- rata memiliki 4 orang, dengan kisaran antara I — 8 orang. Jumlah tanggungan keluarga merupakan sumber daya manusia yang dimiliki oleh scorang petani, terutama dalam hal tenaga kerja pada usia produktif. Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penting dalam berusahatani TSDR. Memang tidak dapat 57 dipungkiri sctiap kali petani bekerja di lahan usahatani, mereka dibantu oleh istri atau anak mereka dalam mengelola usahataninya seperti membersihkan rumput atau menyiram tanaman dan lain pekerjaan yang dapat mereka bantu. Status kepemilikan lahan usahatani responden dari petani anggota kelompok masing-masing 60 % adalah pinjam, 6,67 % adalah sewa dan hanya 33,33 % lahan adalah milik sendiri. Dari pengamatan di lapangan dapat diketahui sebagian besar Jahan usahatani yang sahakan adalah berstatus pinjam. Artinya dari sebagian besar petani TSDR tidak memiliki lahan sendiri, schingga lahan yang ada hanya boleh ditanami tanaman semusim terutama padi dan sayuran, karena berumur pendek. Bagi petani yang memiliki lahan sendiri umumnya lebih tertarik pada usahatani tanaman keras seperti karet, salak, duren, cempedak, dan lain-lain, karena tidak tergantung pada kebcradaan Iahan. Luas Jahan garapan yang diusahakan responden dari petani anggota kelom- pok rata-rata 1.125 m’, dengan kisaran antara 225 — 7500 m’. Luas lahan garapan yang diusahakan merupakan faktor utama untuk mengetahui besarnya produksi usahatani yang akan dikembangkan. Tanpa adanya ketersediaan lahan yang cukup, maka sulit bagi petani untuk memperbesar skala produksi. Lamanya menjadi anggota kelompok tani bagi responden dari petani anggota kelompok rata-rata 7 tahun, dengan kisaran 1 — 18 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah memasuki kelompok tani selama rata-rata 7 tahun, schingga mercka rata-rata sudah cukup lama menjadi anggota kelompok tani. Lamanya anggota terlibat di dalam kelompok tani menunjukkan akan pentingnya keberadaan kelompok tani sebagai lembaga yang diharapkan dapat membantu keberhasilan usahatani. 58 Pendapatan merupakan salah satu faktor yang menentukan kehidupan petani. Pendapatan yang tinggi, sclain dapat memenuhi kebutuhan hidup petani juga dapat digunakan sebagai modal berusahatani, Menurut Mosher (1987) modal merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan usahatani, Karena modal memegang peranan penting dalam pengembangan suatu usahatani. Pendapatan rata-rata responden petani anggota kelompok dari usahatani TSDR adalah RP. 3.465.164,72 per musim tanam, sedangkan untuk usahatani lainnya rata-rata hanya Rp. 381. 187,50 dan non usahatani rata-rata scbesar Rp. 389,545.45. Dari jumlah pendapatan rata-rata iiketahui bahwa pendapatan dari usahatani TSDR lebih besar dari usahatani lainnya ataupun pendapatan non per- tanian. ‘Tanaman Sayuran Dataran Rendah Sayuran Dataran Rendah mcrupakan jenis tanaman sayuran yang tunibulr dan diusahakan di dataran rendah. Hal ini didasarkan kepada dua golongan besar sayuran berdasarkan suhu dan ketinggian tempat dari permukaan laut, yaitu sayuran dataran tinggi dan sayuran dataran rendah. Sayuran dataran rendah memiliki permasalahan yang lebih banyak dari pada sayuran dataran tinggi. Kelebihan dataran tinggi dalam hal memenuhi persyaratan untuk pertumbuhan sayuran yang favourabel seperti kelembaban, sumber air, jenis dan kesuburan tanah menjadi kurang tersedia di daerah dataran rendah. Kondisi temperatur yang berbeda akan mempengaruhi beberapa faktor alam seperti suhu rata-rata harian, curah hujan, kelembaban, intensitas cahaya matahari, maupun jenis tanah. 59 ‘Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan tindakan perlakuan budidaya yang memungkinkan tanaman sayuran dapat hidup di dataran rendah. Ini dilakukan mulai dari pemilihan benih, pengolahan tanah, penanaman, faktor pemeliharaan seperti penyulaman, penyiraman, penyemprotan, pemupukan, penyiangan dan pengontrolan, panen dan pasca panen bahkan sampai produksi sayuran tersebut jatuh ke tangan konsumen yaitu pemasaran. Adapun jenis TSDR yang dominan terdapat di daerah penelitian adalah ba- yam, sawi, seledri, tomat, kacang panjang, pare, terong, gambas dan timun. Berda- sarkan pengamatan di lapangan (tabel. 3) keuntungan relatif yang diperolch dari usahatani TSDR cukup tinggi, hampir 81,87 % dari jumlah skor yang didapatkan menyatakan usahatani TSDR sangat menguntungkan. Ini dimungkinkan usahatani TSDR banyak diusahakan dan Icbih membcrikan kcuntungan dibandingkan usahatani lain, disebabkan nilai jual produksi usahatani TSDR tinggi dan diminati pasar. Tabel. 3. Tingkat Scbaran Sifat-sifat Inovasi di WKBPP Teritip Kota Balikpapan No Uraian Skor Hasil | Skor | Persentase | Keterangan Maks. (%) _@=75) T._| Keuntungan 920 1.125 81,78 Tinggi Relatif 2. Kesesuaian 674 900 74,89 Sedang Teknologi 3. | Kerumitan 500 675 74,07 Sedang Teknologi 4. Kemudahan 304 450 67,56 Sedang Dicoba 5. Kemudahan 245 450 54,44 Rendah Diobservasi ‘Sifat Inovasi 2.643 3.600 73,42 Sedang TSDR. Keterangan: Skor nilai < 55,56 % dari nilai harapan maksimum — Rendah nilai 55,56 % ~ 77,78 % nilai > 77,76 % dari ni dari nilai harapan maksimum ~ Sedang harapan maksimum ~ Tinggi 60 Kesesuaian inovasi teknologi TSDR menurut pandangan responden termasuk sedang, hampir 74,89 % dari jumlah skor yang didapatkan menyatakan usahatani TSDR sedang (sesuai). Kesesuaian teknologi TSDR dapat dilihat dari pandangan, kebiasaan dan kebutuhan menurut petani, Menurut pandangan petani bahwa teknologi TSDR sesuai dengan kondi: lahan dan permintaan pasar. Kerumitan teknologi TSDR menurut pandangan responden temasuk sedang, hampir 74,07 % dari jumlah skor yang iidapatkan menyatakan usahatani TSDR sedang (agak rumit/kurang mudah). Kemudahan inovasi teknologi dapat dilihat dari ragam inovasi dan kemampuan petani melaksanakan inovasi Berdasarkan ragam inovasi TSDR termasuk agak rumit (kurang mudah). Artinya teknologi TSDR termasuk agak rumit. Dengan kata lain teknologi tersebut kurang mudah dikenal dan difaharni. Kemudahan untuk mencoba teknologi usahatani TSDR menurut pandangan responden termasuk sedang. Hampir 67,57 % dari total skor yang didapatkan menunjukkan usahatani TSDR termasuk kategori sedang (mudah untuk dicoba). Kemudahan untuk dicoba dapat dilihat dari seberapa jauh petani mampu mencoba tingkat kesulitan dan kemampuan mengatasi_kesulitan. Berdasarkan pengamatan di lapangan maka dapat diketahui sebagian besar petani TSDR termasuk responsif terhadap perkembangan inovasi. Mudahnya petani mencoba teknologi TSDR, disebabkan besarnya hasrat petani meningkatkan pendapatan. Kemudahan untuk diobservasi atau ditakukan pengamatan terhadap teknologi TSDR menurut pandangan responden termasuk kategori rendah. Sebanyak 54,44 % dari jumlah skor yang didapatkan menyatakan usahatani TSDR 61 termasuk rendah (sulit diamati). Frekwensi petani melakukan studi banding untuk mengetahui efektivitas inovasi TSDR termasuk rendah, disebabkan tidak adanya lokasi atau obyek yang pas atau layak dijadikan tempat observasi Kemampuan Kelompok Tani ‘Kemampuan Kelompok Tani menunjukkan kompetensi suatu kelompok melalui gerakan kolektif untuk melaksanakan keseluruhan aktivitas secara screntak dan bersamaan dalam mencapai tujuan yaitu peningkatan produksi dan mutunya yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan mereka. Perilaku kemampuan kelompok tani diukur berdasarkan pernyataan anggota kelompok terhadap 10 (sepuluh) indikator meliputi ; perencanaan kelompok; penyebaran informasi; kerjasama kelompok, pengembangan fasilitas, mentaati perjanjian; pemupukan modal; pengembangan kader; keadaan darurat; kelembagaan: dan rasa bahagia dan bangga anggota, yang menjadi tahapan pengukuran kemampuan kelompok. Selengkapnya hasil penelitian disajikan pada tabel 4. Tabel. 4. Tingkat Kemampuan Kelompok Tani di WKBPP Teritip Kota Balikpapan Ne Uraian ‘Skor Hasii | Skor Maks. | Persentase | Keterangan a) (a= 75) 1 | Berencanaan Kelompok | 908 1350 67.26 Sedang 2. | Penyebaran Informasi 827 1350 61.26 Sedang 3. | Kerjasama Kelompok 947 157s 60,13 Sedang 4 | Pengembangan Fasilitas | 454 1350 33,63 Rendah 5. | Perjanjian 826 1s 7.42 Sedang 6 | Modal 798 1375 30.67 Rendah 7. | Kader 937 1575 59,49 Sedany 8, | Kelembagaan 720 1.800 40,00 Rendah 9. | Darurat 347 900 60,78 Sedang 10, | Bahagia & angen 759 900 83,33 Tinggi Kemampuan Kelompok | 7.723 Sedang Kelewangen Skor ilar = 55.56% dri sal han 62 Perencanaan Kelompok Merencanakan kegiatan kelompok adalah tindakan nyata dari kelompok tani merencanakan apa yang akan menjadi kegiatan yang akan dilakukan melalui musyawarah sehingga isi perencanaan mencerminkan kebutuhan dan tujuan bersama dan seluruh anggota merasa terlibat dengan rencana tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor perencanaan kelompok termasuk kategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari total skor yang didapatkan 908 atau 67,26 % Rencana kerja kelompok dapat terdiri dari Rencana Kerja/Kegiatan dan Rencana Definitif Kelompok (RDK) atau Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) dalam suatu periode tertentu. Perencanaan ini mencakup perencanaan kegiatan kclompok, pengadaan/mengadakan modal/kredit usahatani, perencamaan pengadaan sarana produksi (alat pertanian, benib/bibit, pupuk, obat-obatan dan sebagainya), perencanaan pemasaran dan lainnya Untuk perencanaan kelompok mereka umumnya masih kurang mampu menyusun rencana kerja kelompok secara benar, sehingga sebagian besar petani anggota kelompok memiliki rencana kerja, tetapi kurang jelas/lengkap dan tertulis, sehingga bila ingin membuat rencana kerja secara lengkap sangat tergantung pada petugas PPL. Rasa keingin-tahuan dan kemampuan untuk menyusun rencana kerja masih sedang, sehingga bila menyusun rencana kerja kelompok secara lebih baik, perlu bimbingan dan pengarahan dari petugas PPL setempat, karena masih sering terjadi kekeliruan, Hal yang menambah permasalahan, pembuatan rencana kerja kelompok kurang lengkap, sebenarnya untuk mengantisipasi agar rencana kerja 63 tersebut tidak diketahui oleh kelompok tani lain/petani lain atau sesama petani untuk mengantisipasi persaingan, terutama dalam pengaturan panen/rencana tanam, sehingga tidak terjadi penurunan harga kalau petani serentak menanam komoditas sayuran yang sama pada periode tertentu, Setiap ada penyusunan rencana kerja yang dibuat oleh kelompok tani bersama-sama PPL biasanya melibatkan anggota, tujuannya agar proses tersebut dapat diketahui seluruh anggota, tetapi tidak semua informasi tentang hasil rencana kerja kelompok/keputusan akhir kurang dari 65 persen anggota mengetahui. Mengingat sebagian anggota kelompok tersebar pada kawasan yang dak terfokus pada suatu wilayah tertentu, sehingga ada sebagian anggota kemungkinan tidak mengetahui rencana kerja kelompok yang telah ditetapkan. Dalam hal keterlibatan anggota dalam penyusunan rencana kerja kelompok, demikian pula kurang dari 65 persen anggota terlibat, biasanya terbatas hanya pada pengurus atau anggota lainnya yang dianggap mampu. Keterlibatan sekitar 65 persen anggota, biasanya hanya pada usulan musyawarah atau rumusan awal schingga hanya berupa saran dan harapan yang dikemukakan, sedang pada keputusan akhir masih dipegang oleh petani yang menjadi pengurus kelompok. Selama ini penyusunan Rencana Definitif Kelompok dan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok atau RDK/RDKK hanya terbatas pada tanaman padi dan palawija untuk mendapatkan KUT, karena KUT untuk padi dan palawija ‘menjadi prioritas nasional terlebih adanya program ketahanan pangan. Untuk tanaman sayuran telah dicoba untuk membuat RDK/RDKK sebagai persyaratan. untuk mendapatkan KUT yang diberikan oleh Bank Muamalat. Permasalahan setelah petani mampu membuat RDK/RDKK karena proses administrasi yang masih rumit menyebabkan pembuatan rencana kerja tersebut tidak efektif dan petani lebih tertarik untuk mendapatkan modal dari para tengkulak yang mudah dan tidak memerlukan rencana kerja atau persyaratan yang berbelit. Adanya penyusunan RDK/RDKK dirancang tidak lain untuk mendapatkan kredit yang umumnya dibuat scbagai persyaratan mendapatkan kredit usahatani /KUT dan bukan untuk merancang kebutuhan biaya (swadana) selama melaksanakan kegiatan usahatani. Padahal ada tidaknya kredit yang diberikan petani sebaiknya harus menyusun rencana kerja kelompok untuk mengetahui pengeluaran- pengeluaran berupa ongkos produksi, dan besaran hasil yang akan didapatkan selama kegiatan usahatani, sehingga tergambar kelayakan usaha yang dilakukan. Oleh sebab itu petani harus disadarkan pentingnya membuat rencana kerja kelompok agar setiap kegiatan dapat dilaksanakan secara terarah dan perhitungan ekonomi dapat dilakukan. Penyebaran Informasi Penyebaran informasi merupakan kegiatan kelompok untuk mencari, menyebarkan dan memanfaatkan informasi yang dilakukan oleh petani anggota kelompok baik sebagai pengurus atau anggota kelompok. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kemampuan menyebarkan informasi termasuk kategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari total skor yang didapatkan 827 atau 61,26 %. Kemampuan anggota kelompok untuk meningkatkan penerapan teknologi TSDR ‘idak terlepas dari upaya anggota kelompok untuk mencari, menyebarkan dan memanfaatkan informasi agar dapat menunjang kemajuan usahatani. 65 Rata-rata hampir 65 persen anggota kelompok di daerah penelitian memanfaatkan sumber informasi terutama yang berhubungan dengan teknologi usahatani TSDR, sehingga akan lebih cepat memperoieh informasi. Ini dimungkinkan dengan adanya keaktifan sebagian pengurus dan anggota kelompok untuk mencari, atau mendapatkan informasi baik dengan cara menanyakan langsung kepada PPL yang ada di BPP Teritip ataupun mencari sendiri di tengah-tengah masyarakat seperti membaca buku-buku tentang usahatani TSDR. Aktifnya sebagaian pengurus dan anggota kelompok tidak terlepas dari keinginan mereka untuk terus meningkatkan produktivitas usahatani TSDR yang masih tergolong sedang. Namun konteks penyampaian sistem informasi diantara sesama petani anggota kelompok tetap utuh, tetapi materi yang disampaikan masih Kurang jelas, kadang anggota menyampaikan suatu informasi kepada anggota lain kurang jclas tcrutama tentang, perhitungan yang masih belum dimengerti oleh petani, khususnya menentukan. dosis pupuk atau pestisida bila itu disampaikan diantara sesama anggota sering terjadi miss-informasi, schingga bila diterapkan di lapangan kadang-kadang menjadi tidak sesuai dengan apa yang dianjurkan, Menurut kebiasan petani umumnya lebih tertarik menggunakan dosis berlebih, karena mereka mempunyai anggapan kalau banyak di pupuk tanaman akan lebih baik pertumbuhamnya. Seringnya terjadi miss-informasi diantara sesama petani dalam memahami informasi teknologi berakibat penerapan teknologi TSDR masih tergolong rendah sampai sedang. Bentuk kegiatan lain diupayakan olch kelompok untuk meningkatkan penerapan teknologi dengan pemanfaatan informasi adalah kegiatan anjangsana atau karyawisata yang dilakukan petani anggota kelompok antar kelompok tani di 66 WKBPP Teritip atau ke Balai Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Sempaja Samarinda. Dengan adanya kunjungan ke tempat lain pengetahuan dan keterampitan petani anggota kelompok meningkat dan mereka dapat membuka wawasan. Biasanya dilakukan dengan cara mendiskusikan apa yang menjadi perhatian mereka dan mencari jawaban tentang bagaimana memilih teknologi TSDR yang lebih memberikan keuntungan. Rata-rata anggota kelompok setelah mendapatkan informasi tentang suatu teknologi, mereka tertarik untuk mendiskusikan diantara sesama petani dan menerapkan sesuai dengan kondisi lingkungan dimana mereka berada. Salah satu pendekatan penting untuk memotivasi penyebaran informasi diantara sesama anggota kelompok adalah perlombaan keberhasilan penerapan teknologi TSDR, tctapi sampai saat dilakukan penelitian kegiatan terscbut baru mau dilaksanakan oleh BPP atau LSM. Bila berhasil_pendekatan ini cukup efektif untuk menyebarluaskan suatu informasi, karena petani ditantang untuk mencoba menerapkan suatu informasi teknologi secara bersama-sama, dalam suatu perlombaan dengan tujuan agar terpilih menjadi pemenang dan diikuti oleh semua kelompok tani yang ada di daerah penelitian. Kegiatan perlombaan ini dapat memacu atau meningkatkan semangat anggota kelompok tani untuk mencoba penerapan teknologi TSDR secara lebih baik. Permasalahannya, setelah krisis moneter kegiatan tersebut tidak lagi dapat dilaksanakan oleh PPL, karena permasalahan teknis dan ekonomis serta kurangnya kemauan dari pihak PPL di BPP untuk melaksanakan. Namun dengan kepemimpinan yang baru di BPP kegiatan tersebut telah menjadi prioritas utama, dan merupakan pengalaman yang 67 berharga beliau, setelah berhasi! mengembangkan produk pengolahan kopi lewat perlombaan kelompok di WKBP Karang Joang. Dari pengamatan di lapangan sebagian pengurus kelompok tani dinilai cukup aktif mencari informasi, Hal ini dapat dimungkinkan karena kesempatan untuk diundang atau mengikuti pertemuan di luar kelompok (misalnya BPP, Dinas Pertanian, dan sebagainya) lebih besar dibandingkan dengan anggota. Walaupun pengurus kelompok cukup aktif mencari informasi baru dan telah lebih maju usahataninya, tetapi hal ini tidak berlaku untuk semua anggota kelompok. Dengan kata lain penerapan TSDR secara umum belum menyebar merata pada seluruh anggota kelompok. Keberhasilan dan peningkatan produksi TSDR dan peningkatan pendapatan diupayakan tidak hanya tertuju pada pengurus kelompok, tetapi merata pada scluruh anggota kelompok. Dalam hal ini pihak pembina tidak hanya membimbing segelintir petani yang aktif di kelompok, tetapi harus merata pada semua anggota kelompok tani. Kemampuan Kerjasama Kemampuan kerjasama menunjukkan kemampuan anggota kelompok tani untuk bekarjasama dalam melaksanakan rencana secara konsisten dan disiplin, terutama dalam hal pembukuan kegiatan, pembagian tugas, bidang kerjasama perbaikan saluran, pemberantasan hama, pemasaran, penyisihan hasit setelah panen dan penanganan terhadap anggota yang melakukan penyimpangan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemampuan kerjasama kelompok tani termasuk kategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari total skor yang didapatkan 947 atau 60,61 % 68 Dalam hal pembukuan kegiatan kelompok belum berjalan optimal terutama pembukuan tentang : buku rencana kegiatan kelompok, buku pertemuan/notulen, buku inventaris kelompok, buku kegiatan kelompok, buku keuangan kelompok, yang sangat penting untuk mengukur sejauhmana kelompok mampu membina kerjasama. Namun demikian untuk : buku pengurus dan anggota, buku daftar hadir kelompok dan buku tamu hampir semua kelompok memilikinya. Kurang tersedianya buku catatan secara lengkap disebabkan kelompok lebih mementingkan hal-hal yang berhubungan dengan kescharian kelompok, terutama daftar hadir dan kunjungan kelompok. Jadi lebih bersifut untuk interaksi kelompok. Terbatasnya pencatatan menunjukkan tingkat kemampuan kelompok untuk mengupayakan mendata keadaaan kelompok dan anggotanya secara tertulis masih rendah. Dengan kata lain rendahnya pencatatan kegiatan kelompok, buku perte- muan/musyawarah, buku inventaris, buku keuangan kelompok, menunjukkan bahwa kelompok belum terlatih untuk membuat dokumentasi terhadap semua aktivitas kelompok. Kerjasama dalam pembagian tugas kelompok, belum dikoordinasikan secara baik sehingga kerjasama yan ada dalam pembagian tugas kelompok kadang-kadang saja dilakukan, ini disebabkan oleh belum terbentuknya spesifikasi dalam pembagian tugas schingga petani dapat saja terlibat dalam suatu kegiatan berbeda yang penting dianggap mampu. Terhadap keikutsertaan petani anggota kelompok terhadap kegiatan perbaikan sarana usahatani memang masih tetap berjalan baik, karena masing- masing anggota berkepentingan terhadap sarana usahatani. Tanpa adanya sarana 69 usahatani sulit dibayangkan usahatani TSDR dapat berjalan baik dan mampu menghasilkan produksi yang diinginkan. Masih terbatasnya kemampuan kelompok untuk membina kerjasama baik dalam kegiatan; pemberantasan hama dan penyakit, pemasaran, penyisihan hasil menunjukkan bahwa petani anggota kelompok belum mampu mengkoordinir kegiatan yang scharusnya dapat dilakukan secara bersama-sama. Penyebabnya adalah ada anggapan dari sebagian besar petani bahwa hal-hal yang masih bisa dilakukan sendiri, ada kecenderungan dilakukan sendiri-sendiri, mengingat keterbatasan waktu terlibat di dalam kelompok, schingga kalau ada permasalahan yang lebih rumiurgen baru diselesaikan lewat kerjasama kelompok. Kerjasama kelompok dalam pemberian sangsi oleh pengurus terhadap anggota yang menyimpang, kurang dari 35 persen anggota yang menyctujui ditindak. Ketidak-setujuan tersebut disebabkan mereka beranggapan adanya kesulitan untuk mengenakan sanksi. Hal ini terjadi karena pengurus kelompok sering tidak konsisten/pilih kasih. Dengan anggapan tersebut kalaupun sanksi dijalankan tidak akan efektif meningkatkan kemampuan kelompok. Disamping itu menurut pengurus kelompok, kalau dilakukan tindakan terhadap anggota yang menyimpang, justeru akan melahirkan ketidak-harmonisan di dalam interaksi kelompok. Pengembangan Fasilitas Kemampuan kelompok dalam mengembangkan fasilitas usahatani adalah tindakan nyata dari kelompok tani mengupayakan tersedianya fasilitas atau sarana kerja yang diperlukan anggota seperti : kios saprodi; fasilitas pemasaran; peralatan 70 usahatani; dan saung meeting, sehingga kegiatan usabatani dapat terselenggara dengan baik dan menunjang keberhasilan kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pengembangan fasilitas termasuk kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari total skor yang didapatkan 454 atau 33,63 %. Kios-kios sarana produksi merupakan fasilitas penting yang harus dimiliki kelompok, mengingat ketersediaan sarana produksi seperti benih/bibit, pupuk, dan pestisida sebaiknya tersedia dekat dengan petani agar cepat, mudah dan murah menjangkau keperluan petani. Ketidakmampuan kelompok memiliki fasilitas kios sarana produksi terjadi setelah kelompok tidak mendapatkan bantuan subsidi bagi keperluan kelompok. Dengan adanya fasilitas kios sarana produksi di lingkungan petani menyebabkan anggota kelompok tani tidak harus pergi jauh ke kota atau keluar kampung untuk mendapatkan saprodi yang diperlukan, Ketidaktersediaan kios saprodi di kelompok mendorong inisiatif kontak tani atau anggota kelompok yang mampu mengusahakan secara pribadi dan bukan_ milik kelompok, dapat mengatasi penyediaan kebutuhan akan saprodi oleh petani_ Permasalahannya fasilitas tersebut bukan milik kelompok tetapi milik pribadi sehingga ketersediaannya itu secara tidak langsung belum dapat memenuhi keperluan mendesak, karena harus dibeli secara tunai dan ini bisa merupakan kendala bagi petani anggota kelompok. Lain halnya kalau fasilitas tersebut milik kelompok maka dapat saja pengurus kelompok memberikan secara non tunai keperluan saprodi oleh petani dan dilunasi setelah panen. Pemasaran berkelompok belum pernah dilakukan oleh anggota kelompok mengingat keterbatasan fasilitas pendukung seperti gudang dan almari pendingin 7 untuk menampung hasil panen anggota sebelum memasarkan, Kecenderungan anggota memasarkan hasil panen secara mandiri menyebabkan petani tidak mampunyai kemampuan untuk tawar-menawar dengan konsumen, karena selama ini belum perah menawarkan solusi pemasaran bersama. Padahal dengan pemasaran berkelompok maka, informasi pasar, mencari pembeli baru atau mengupayakan pemasaran hasil panen dapat lebih diintegrasikan agar hasil panen dapat terjual secara cepat dengan harga kompetitif. Peralatan usahatani seperti cangkul, parang, sprayer dan peralatan panen lainnya tidak tersedia hampir di semua kelompok tani, sehingga setiap anggota kelompok terpaksa harus menyediakan secara mandiri pula. Ada beberapa kelompok seperti kelompok tani “Tunas Karya” mendapatkan bantuan Hand Tractors dari Pemkot Balikpapan untuk mengolah tanah. Dengan adanya fasilitas tersebut kelompok mendapatkan sumber penghasilan dari sewa peralatan guna membantu mengolah tanah. Upah sewa peralatan traktor untuk mengolah tanah sebesar Rp. 200.000,- per hektar untuk anggota lama dan Rp 400.000,- per kektar untuk anggota baru. Sebenamya bila kelompok memiliki fasilitas kelompok akan memberikan keuntungan terutama penyediaan modal, sehingga kalau anggota memerlukan modal dapat meminjam lewat kelompok. Hal yang menggembirakan hampir semua kelompok yang ada di daerah penelitian mempunyai tempat pertemuan (saung meeting) untuk kegiatan rutin pertemuan kelompok atau tempat petugas lapangan dari BPP atau instansi lain bila melakukan pembinaan, namun pemanfaatan (saung meeting) tersebut belum optimal hanya untuk kegiatan khusus saja, 2 Mentaati Perjan; Kemampuan kelompok tani melaksanakan dan mentaati perjanjian dengan pihak lain adalah tindakan kelompok tani untuk mentaati dan melaksanakan segala bentuk perjanjian dengan kelompok maupun pihak lain di luar kelompok Bentuk-bemtuk perjanjian anggota dengan kelompok adalah : (1) perjanyan menepati kehadiran pada setiap pertemuan kelompok (2) membayar iuran atau tabungan kelompok ; dan (3) menepati segala bentuk peraturan. Kemudian perjanjian kelompok dengan pihak luar_meliputi : (1) menghadiri pertemuan di luar kelompok seperti : di undang oleh BPP, pengurus KUD atau pemerintah setempat; dan (2) perjanjian dengan pihak luar kelompok seperti KUD, BRI, LSM _ dan sebagainya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor mentaati perjanjian termasuk kategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari total skor yang didapatkan 826 atau 732%, Ini disebabkan sebagian anggota kelompok masih memiliki kendala untuk mentaati perjanjian. Bentuk perjanjian anggota kelompok dengan terutama dalam hal kehadiran pada pertemuan kelompok hampir 65 % anggota dapat menghadirinya, namun dalam kegiatan membayar iuran atau tabungan kelompok sebagian besar kelompok sudah tidak berjalan, sehingga pemupukan modal lewat kelompok sulit dilakukan. Terhadap perjanjian kelumpek dengan pihak lain diluar kelompok (menghadiri pertemuan di BPP, Kepala KUD dan Jainnya). Umumnya bila diundang hampir 65 % anggota kelompok dapat menghadirinya, karena mereka beranggapan perlu mendapat informasi atau pengetahuan baru yang berguna bagi B mereka. Tindakan dalam hal membina perjanjian dengan pihak luar seperti Bank, KUD atau Investor) tidak berjalan dengan baik, sebagai contoh adanya keinginan kelompok tani untuk mentaati perjanjian dengan investor dari “Hero Supermarker”, arena dianggap terlalu berat karena beberapa_persyaratan sehingga tidak menguntungkan kelompok tani, walaupun harga jual untuk petani rata-rata tinggi. Peraturan yang dikehendaki tiap 50 kg sayuran yang masuk disortir dari supermarket hanya 20 kg sayuran yang diterima, sedangkan yang 30 kg sayuran akan diafkir, artinya dari pembelian 50 kg sayuran hampir 60 % diafkir dan sistem pembayaran bulanan, berakibat perjanjian dengan Hero Supermarket tidak terealisasikan. Ini artinya dalam hal kesepakatan membuat perjanjian disatu pihak konsumen (Hero Supermarket) memberi persyaratan yang ketat, dilain pihak sccara konkrit petani tidak mampu memenuhi persyaratan, sehingga kemampuan dari kelompok untuk mentaati dan membina perjanjian masih perlu ditingkatkan, Dari uraian diatas dapat diambil suatu pemahaman mengapa kelompok tani masih terbatas untuk melaksanakan dan mentaati perjanjian dengan pihak lain. Ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran anggota memperbaiki kinerja kelompok, sehingga kelompok dapat lebih meningkatkan kemampuan_ mentaati persyaratan-persyaratan yang diajukan oleh lembaga atau investor di luar kelompok. Padahal bila persyaratan itu dapat dipenuhi memungkinkan kelompok akan mampu membuat kesepakatan terhadap suatu perjanjian, dan akhirnya dapat memenuhi persyaratan, terutama dalam meningkatkan kualitas produksi sayuran yang dihasilkan. 74 Pemupukan Modal Pemupukan modal menunjukkan kemampuan kelompok tani dalam pengumpulan modal usaha, sehingga kelompok akan lebih mampu melaksanakan semua aktivitas yang berhubungan dengan tujuan kelompok. Usaha pemupukan modal kelompok ditempuh melalui usaha penyisihan hasil, alat pertanian, nilai kekayaan kelompok dan kegiatan simpan pinjam Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemampuan pemupukan modal termasuk kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari total skor yang didapatkan 798 atau 50,67 %. Usaha meningkatkan pemupakan modal diharapkan dapat ditempuh dengan cara meningkatkan kesadaran anggota akan pentingnya pemupukan modal untuk pengembangan usahatani anggota. Anggota harus dibiasakan dengan budaya menabung dan berorientasi kepada pengembangan usahatani yang let menguntungkan. Hal ini lebih ditekankan kepada petani anggota kelompok untuk menggunakan pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan produksi TSDR secara rasional, dengan menggunakan pendapatan untuk membeli barang modal seperti saprodi, peralatan pertanian, sarana pasca-panen/sarana pemasaran yang lebih baik, sehingga hasil produksi usahatani TSDR yang dijual terjaga (jumlah, mutu dan ketersediaannya) maupun sarana sosial. Kenyataan di daerah penelitian bahwa rata-rata petani anggota kelompok masih tidak rasional dalam menggunakan pendapatannya, mereka lebih tertarik menggunakan pendapatan tersebut untuk membeli barang-barang konsumsi seperti pakaian, radio, TV atau peralatan rumah tangga lainnya dan hampir tidak ada yang ditabung. 75 Kebutuhan untuk sarana sosial seperti acara selamatan/hajatan dan keagamaan (ceremonial cost) cukup dominan mempengaruhi pengeluaran petani di luar kelompok. Kebutuhan dana untuk kemasyarakatan, khususnya masyarakat yang hidup di pedesaan merupakan hal yang mutlak harus dilaksanakan, karena bila tidak terlibat ada kemungkinan mereka terkucil dari pergaulan masyarakat yang lebih luas. Permasalahan yang timbul di lapangan sebagai penyebab rendahnya kemampuan dalam pemupukan modal : (1) Dalam hal memupuk modal, petani anggota kelompok hanya mengetahui bentuk modal yaitu apakah modal yang dipinjam dapat dikembalikan kapan saja atau harus dikembalikan tepat waktu dan yang penting petani mengeta- hui modal terscbut mudah/sulit untuk pengembaliannya. Mudah artinya modal dapat dikembalikan kapan saja, sedangkan sulit artinya ada pembatasan waktu untuk pengembalian modal yang dipinjam. Akibatnya anggota kelompok lebih tertarik meminjam modal dari tengkulak, karena mudah persyaratan pengembaliannya (hasil panen) dan kurang termotivasi memupuk modal secara mandiri. (2) Pemupukan modal di kelompok hanya terbatas pada sewa traktor tangan yang, dipergunakan petani dalam mengolah tanah, sedangkan dari penyisihan hasil panen belum pernah dilakukan. Ada sebagian kelompok yang memupuk modal melalui arisan kelompok yaitu sepuluh persen dari nilai arisan yang didapat disimpan untuk kas kelompok. 76 (G) Rata-rata penggunaan modal untuk keperluan produksi, konsumsi dan sosial masih berimbang, meskipun kecenderungan penggunaan modal untuk konsumsi dan sosial lebih besar. (4) Belum ada usaha kelompok untuk memanfuatkan sumberdaya kelompok secara memadai, berakibat rata-rata modal yang ada tidak dapat berkembang atau bertambah. Adanya keterbatasan modal yang dimiliki oleh kelompok, berakibat kurang dari 35 persen anggota memanfaatkan modal tersebut, karena modal yang ada terbatas dan hanya cukup digunakan untuk operasional kelompok Pengembangan Kader Pengembangan kader menunjukkan kemampuan anggota kelompok tani untuk mengembangkan kader kepemimpinan, keakhlian dan kecakapan anggota kelompok agar dapat melaksanakan tugas. Penilaian dilakukan terhadap kelengkapan susunan pengurus, struktur kelompok, pembagian kerja, komunikasi strukturkelompok, pergantian personil pengurus kelompok, pendelegasian wewenang dan partisipasi anggota terhadap penyclenggaraan kursus manajerial kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemampuan pengembangan kader termasuk sedang. Hal ini dapat dilihat dari total skor yang didapatkan 937 atau 59,67 %, Didaerah penelitian, seluruh petani anggota kelompok telah menentukan susunan pengurus yang setidaknya terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan seksi-seksi dengan cara musyawarah dengan melihat kemampuan masing-masing anggota yang terpilih menjadi pengurus kelompok. 7 Pemilihan pengurus kelompok berdasarkan musyawarah. Hal ini terjadi karena rasa kesadaran anggota kelompok untuk mengambil keputusan selalu ditempuh berdasarkan mufakat. Dengan bermusyawarah petani anggota kelompok berharap agar kelompok tani lebih mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi laban usahatani. Pembagian tugas dan wewenang pada pengurus kelompok sudah ada uraian kerja secara tertulis, tetapi kurang jelas/kurang lengkap. Namun demikian diantara sesama pengurus ada kesadaran untuk saling membantu dan melengkapi terhadap pembagian tugas dan wewenang masing-masing. Dengan demikian kekurangan dari kemampuan masing-masing pengurus dapat diatasi dengan cara saling mengisi diantara mereka, yang penting pertanggungjawaban terhadap tugas yang diemban dapat dilaksanakan dengan baik. Pada umumnya anggota mengetahui sebagian susunan pengurus kelompok, hal ini terjadi karena cara mengkomunikasikan struktur organi- sasi/susunan pengurus masih terbatas diantara sesama anggota yang letaknya berdekatan dan yang lebih penting mereka harus mengutamakan ketua kelompok tani sebagai orang yang dikenal oleh seluruh anggota, sedangkan pengurus lain seperti seksi-seksi terbatas pada kegiatan tertentu saja, berakibat tidak semua anggota mengetahui pengurus secara lengkap. Hal yang masih merisaukan terutama pada saat pergantian susunan kepengurusan kelompok, karena pergantian pengurus dilakukan sesuai dengan kebutuhan sehingga dilakukan dalam periode waktu yang tidak teratur, artinya ada ketentuan tetapi tidak ditepati secara konsekwen. Kemudian dalam hal pendelegasian wewenang/pelimpahan wewenang petani anggota kelompok belum 78 pemah diberikan kesempatan kepada anggota untuk memimpin, setiap ada acara pertemuan/diskusi mutlak dipegang pengurus, sehingga untuk pengembangan kader kurang memberikan keterampilan mendasar kepada anggota untuk tampil di forum bila sewaktu-waktu dibutuhkan, dan dapat membatasi anggota kelompok untuk meningkatkan rasa percaya diri (self confidence) tampil di muka umum, schingga seolah-olah hanya pengurus saja yang mampu tampil ke depan untuk mengatasi persoalan yang ada di lahan usahatani, Partisipasi anggota kelompok dalam penyelenggaraan kursus manajerial kelompok hampir 65 persen anggota terlibat didalamnya. Diharapkan dengan banyaknya anggota kelompok turut berpartisipasi dalam penyelenggaraan kursus manajerial_kelompok akan lebih meningkatkan sumberdaya manusia petani anggota kelompok dalam mengatasi permasalahan kclompok, schingga mampu mencari solusi terbaik untuk pengembangan kepemimpinan kelompok. Adanya peningkatan SDM petani ke arah yang lebih baik, terutama mereka yang telah mengikuti_kursus tersebut akan memperbanyak kader-kader muda pertanian, diantara sesama anggota dan akhirnya akan tidaklah sulit bila meneari kader pengganti pengurus kelompok di masa mendatang, Keadaan Darurat Keadaan darurat menunjukkan kemampuan kelompok tani untuk menghadapi dan mengatasi keadaan darurat atau mendadak yang sifatnya bisa merugikan kegiatan usahatani. Dinilai dari tindakan pengurus atau anggota kelompok terhadap pengerahan tenaga kerja, pengumpulan dana, penanganan eksposi hama, banjir atau kekeringan dan lain-lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemampuan penanganan keadaan darurat termasuk kategori sedang, Hal ini dapat dilihat dari total skor yang didapatkan 547 atau 60,78 %. Penanganan keadaan darurat di daerah penelitian terutama kesiapan anggota kelompok tani sewaktu ada bencana terhadap usahatani secara psikologis hampir 65 persen anggota menyatakan kesiapan, terutama jika terjadi kekeringan, sehingga kalau diperlukan, kelompok tani mampu mengerahkan tenaga kerja. Pada musim kemaraw/kering sering lahan usahatani TSDR terbakar diakibatkan pengaruh dari kebakaran hutan, mengingat WKBPP Teritip masih dekat dengan kawasan hutan sekunder. Oleh sebab itu pada musim kering setiap petani anggota kelompok harus mampu mengatasi bencana alam tersebut dengan penuh tanggung jawab. Hal lain yang perlu diperhatikan pada musim kemarau/kcring ketersediaan air sangat terbatas sehingga semua anggota kelompok biasanya membuat sumur- sumur penampungan air secara bergotong royang untuk menyirami tanaman. Untuk mengatasi bahaya banjir secara spesifik, belum pernah terjadi hal yang menyebabkan TSDR tergenang. Keadaan banjir biasanya terjadi setelah hujan deras, namun banjir tersebut hanya untuk beberapa waktu saja dan aimya langsung surut, sehingga tidak membahayakan tanaman. Untuk menangani_ keadaan eksplosi hama terutama untuk TSDR belum pemah terjadi, namun secara psikologis petani anggota kelompok mampu mengatasi, karena pada kelompok tani saat ini telah terbentuk “brigade proteksi” Keadaan ini belum berjalan efektif karena secara intensitas serangan masih kecil terutama untuk tanaman sayuran, sehingga keberadaan brigade proteksi_ tersebut belum berfungsi. Artinya untuk tanaman sayuran adanya serangan hama dan penyakit masih ditangani masing-masing anggota kelompok dan umumnya tanaman sayuran dapat terbebas dari kerusakan hasil. Untuk mengatasi setiap bencana yang diperkirakan akan datang, maka petani anggota kelompok sudah berusaha mengantisipasi agar kelompok tani mampu mengatasinya. Ini tidak terlepas dari kemampuan kelompok untuk mengumputkan dana sukarela diantara sesama anggota. Dari hasil wawancara di lapangan hampir 65 persen anggota siap menyumbangkan dana secara sukarela, karena mereka menyadari rasa saling membantu merupakan hal yang penting agar interaksi dan rasa kebersamaan dapat dipelihara dan dipertahankan tanpa dibatasi oleh dimensi waktu dan keadaan serta mereka memiliki rasa kesetiakawanan yang tinggi dalam suka dan duka. Hubungan Kelembagaan Hubungan kelembagaan menunjukkan kemampuan kelompok tani dalam menjalin hubungan melembaga dengan institusi di Iuar kelompok. Adanya Keterbatasan petugas penyuluh di BPP, dukungan fasilitas dan semakin kompleksnya permasalahan dan kebutuhan yang dihadapi petani, pembangunan pertanian sangatlah menuntut berkembangnya dukungan dan partisipasi aktif dari berbagai unsur terkait. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), investor, Koperasi Unit Desa (KUD), dan berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pemerhati petani merupakan unsur-unsur yang paling potensial untuk berperan aktif dalam mendukung dan menyelenggarakan berbagai kegiatan pembangunan pertanian dalam hal ini kelompok tani, (BIPP Kota Balikpapan, 2001). 81 Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor hubungan kelembagaan termasuk Kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari total skor yang didapatkan 720 atau 40,00 %. Kurangnya motivasi petani menjadi anggota KUD disebabkan KUD yang ada di daerah penelitian tidak bisa mengakumulasi keinginan dan harapan petani. KUD yang ada di BPP Teritip banyak yang beralih fungsi dari koperasi yang melayani untuk mendapatkan saprodi dan pelaksanaan kredit usahatani menjadi tempat pembayaran rekening listrik dan air minum. Kegiatan kredit serba usaha yang ada di KUD tidak dapat dinikmati oleh petani, tetapi lebih memberikan pelayanan kredit kepada bidang usaha lain, yaitu usaha perdagangan. Untuk mengurangi kekecewaan petani terhadap mutu pelayanan KUD maka petani lewat kelompok membentuk Unit Usaha Otonom (UUO) seperti pembentukan Koperasi Tani untuk melayani kebutuhan petani dalam melaksanakan aktivitas usahatani, Lagi-lagi petani anggota kelompok mengalami kekecewaan karena Koperasi Tani tersebut tidak berjalan scbagaimana harapan, justeru sekarang modal petani yang ada di Koperasi tersebut tidak digunakan untuk melayani kepentingan petani tetapi beralih fungsi menjadi usaha Rental Sewaan Video CD (VCD). Melihat kenyataan tersebut petani akhirnya bersikap apatis terhadap lembaga-lembaga desa seperti KUD atau UUO yang ada karena tidak bisa memberikan pelayanan yang diharapkan, sehingga sebagian besar (65 % petani anggota) kelompok sudah tidak mempercayai KUD atau sejenisnya, sayangnya sampai sekarang modal yang telah terhimpun belum dapat dikembalikan kepada anggota yang telah menyatakan ke luar dari KUD atau UUO. 82 Pemicu dari kurangnya. kepercayaan masyarakat tani terhadap kelembagaan KUD atau UUO adalah hilangnya kepercayaan anggota terhadap kepengurusan KUD, yang umumnya direkrut dari pegawai negeri dan mendapatkan restu dari pemerintahan setempat. Umumnya tidak ada pengurus/anggota kelompok yang menjadi pengurus KUD atau UUO. Ini disebabkan rata-rata kelompok tani masih memiliki SDM rendah. Mandulnya KUD atau UUO untuk memberikan pelayanan kepada petani tidak hanya dalam menghimpun modal tetapi juga dalam kegiatan seperti penyediaan saprodi, prosesing dan pemasaran hasil maupun kegiatan lain, menandakan peranan lembaga-lembaga pedesaan sampai saat ini belum memberikan kemanfaatan terhadap masyarakat tani, karena adanya krisis kepemimpinan dalam kepengurusan sclama ini. Anckdot yang menyatakan bahwa KUD adalah “Ketua Untung Duluan.”sepertinya dalam kehidupan sehari-hari ada benarnya. Aktivitas KUD yang ada di daerah penelitian menunjukkan anggapan seperti itu bagi petani bukan merupakan rahasia umum, dan akhimya petani pasrah saja kalau ada ajakan-ajakan dari KUD. Anggapan petani mereka hanya menjadi obyek atau sapi perahan dari KUD, dan mereka mengatakan sudah tidak percaya lagi terhadap KUD. Keterlibatan lembaga lain seperti Bank Muamalat dan Investor misalnya “Panah Merah” justeru disambut baik petani, karena petani dapat memperoleh KUT dari Bank Muamalat disesuaikan dengan kelayakan usaha petani, dan petani sendiri yang harus menerima dana tersebut dari Bank Muamalat. Keterangan responden, KUT yang difasilitasi oleh KUD sebagian tidak sampai kepada petani, hanya orang-orang tertentu saja yang mendapatkannya. Investor lain seperti Panah 83 Merah justeru memberikan pelatihan kepada petani terutama budidaya usahatani TSDR dengan cara memperkenalkan jenis varitas unggul yang dapat diusahakan petani, dengan memberikan secara cuma-cuma kepada kelompok berupa saprodi dan ongkos pemeliharaan, namun hanya bersifat insidental dan tidak kontinyu, harapannya investor akan mendapatkan keuntungan bila petani menggunakan produknya Rasa Bahagia dan Bangga Anggota Kemampuan kelompok mengembangkan rasa bahagia dan bangga anggota kelompok ditandai aktivitas kelompok dalam menumbuhkan dan mengembangkan rasa bahagia dan bangga anggota kelompok tani Rasa senang dan bangga ini tumbuh karena kelompok tani sebagai institusi swadaya masyarakat mampu menjadi wadah, dimana pctani menaruh harapan untuk mengembangkan usahataninya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor mengembangkan rasa bahagia dan bangga anggota termasuk kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari total skor yang didapatkan 759 atau 83,33 %. Bentuk keakraban yang terjadi diantara sesama anggota diwujudkan dalam bentuk persahabatan atau hubungan silaturahmi diantara sesama anggota kelompok. Kesempatan seperti ini sebenarnya dapat pula dimanfaatkan lebil jauh oleh anggota kelompok yaitu membicarakan permasalahan atau klik di dalam kelompok atau ikut membantu memecahkan permasalahan yang timbul/dihadapi petani, Selain terbinanya keakraban dan adanya pemecahan masalah oleh kelom- pok, terbentuknya kelompok langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani, sehingga sedikit demi sedikit menambah rasa percaya diri anggota bahwa mereka juga mampu mengembangkan usahataninya, menjadi suatu usaha yang memberikan pengharapan masa depan. Hal ini pula yang menimbulkan kenyamanan berkelompok dan mereka memutuskan untuk tidak meninggalkan kelompok dan tetap menjadi anggota kelompok. Keinginan untuk tetap menjadi anggota kelompok oleh sebagian besar anggota menyatakan bahwa dengan berkelompok mereka dapat lebih mudah memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta meningkatkan rasa persaudaraan diantara petani. Namun yang menjadi pertimbangan pula bahwa dengan kelompok, mereka mempunyai persepsi akan lebih mudah diperhatikan petugas Ppenyuluh dari BPP, dan adanya keinginan terselubung (/idden agenda) bila berkelompok akan mudah memperoleh fasilitas/bantuan proyek. Anggapan inilah yang harus dihilangkan mengingat keberadaan kelompok tani scharusnya mampu membuat petani lebih mandiri untuk mengatasi permasalahan usahatani dan kebutuhan sosial diantara sesama anggota. Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa_perilaku kemampuan kelompok tani termasuk kategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari total skor yang didapatkan 7.723 atau 57,21 % (lihat tabel 4), Adapun faktor kemampuan kelompok yang termasuk sedang adalah : (1) perencanaan kelompok; (2) penyebaran informasi; (3) kerjasama kelompok; (4) mentaati petjanjian, (5) pengembangan kader; dan (6) keadaan darurat, sedanekan faktor kemampuan kelompok yang tergolong rendah adalah ; (1) pengembangan fasilitas; (2) pemupukan modal; dan (3) hubungan kelembagaan dan yang termasuk tinggi hanyalah rasa bahagia dan bangga anggota. 85 Seperti terlihat pada tabel 4. diatas, bahwa perilaku meningkatkan kemampuan yang dilakukan oleh setiap petani yang menjadi anggota di dalam kelompok belum berjalan optimal, dan dapat diketahui dari adanya beberapa kemampuan yang belum dijalankan secara baik dan berkesinambungan, serta kcharusan untuk menghadapi kendala dan sebaiknya diusahakan untuk dapat diatasi, agar kemampuan kelompok dapat terus ditingkatkan. Bila dilihat secara seksama kerjasama kelompok tergolong sedang, namun dalam hal kerjasama pencatatan pembukuan kelompok masih belum optimal disebabkan tingkat kemampuan kelompok untuk mengupayakan mendata keadaan kelompok dan anggotanya secara tertulis dan lengkap masih rendah. Rendahnya pencatatan kegiatan pembukuan kelompok secara lengkap menunjukkan bahwa kelompok belum terlatih untuk membuat dokumentasi terhadap scmua aktivitas kelompok. Masih terbatasnya kemampuan kelompok untuk bekerjasama secara kontinyu dalam kegiatan kelompok seperti pemberantasan hama & penyakit, pemasaran, penyisihan hasil, menunjukkan bahwa anggota kelompok belum terbiasa secara baik mengkoordinir kegiatan yang scharusnya dapat dilakukan secara bersama-sama, walaupun diantara mereka masih tetap ada kerjasama tetapi alam hal pembagian tugas dan kegiatan perbaikan sarana usahatani sebagai kegiatan yang dirasakan dapat dilakukan, arti ya pembinaan yang terbatas menyebabkan mereka menjadi kurang mampu untuk bekerjasama secara menyelurulyoptimal terutama dalam hal skil pekerjaan kelompok. Kurangnya kemampuan kelompok dalam pemupukan modal lebil disebabkan oleh adanya kebiasaan petani anggota kelompok yang masih bertindak tidak rasional dalam menggunakan pendapatannya. Pada umumnya mereka lebih 86 tertarik menggunakan pendapatan untuk membeli barang-barang konsumsi dan kebutuhan sosial lain, serta kurang pada alokasi modal. Akibatnya fasilitas kelompok yang sangat diperlukan anggota tidak tersedia, karena ketidak-adaan modal untuk membeli fasilitas yang dibutuhkan, sehingga petani anggota kelompok harus memenuhi sendiri fasilitas yang dibutuhkannya, tanpa bisa meminjam di kelompok. Akibat dukungan fasilitas yang rendah, menuntut berkembangnya dukungan dan partisipasi aktif dari berbagai unsur terkait, terutama pada lembaga- Jembaga pemerhati petani, merupakan unsur potensial untuk mendukung dan menyelenggarakan berbagai kegiatan pertanian oleh kelompok. Melihat kenyataan di lapangan, ternyata lembaga yang ada (BPP, KUD, LSM dan lain-lain) tidak mampu membcrikan pclayanan scbagaimana yang diharapkan olch petani dan mereka akhirnya apatis terhadap lembaga-lembaga terkait. Padahal keberadaan lembaga-lembaga tersebut masih diperlukan oleh petani sebagai mitra untuk bisa menggalang kerjasama atau dapat membimbing kearah yang lebih baik, sehingga kemampuan kelompok tani meningkat. Karenanya menurut Adjid (1995) bahwa perkembangan kemampuan kelompok tani banyak ditentukan oleh sepuluh jurus kemampuan kelompok agar kelompok tersebut menjadi dinamis. Kemudian menurut Suhardiyono (1992) ada sepuluh kemampuan yang menentukan tingkat Kemampuan kelompok tani secara keseluruhan. Artinya sepuluh kemampuan tersebut dapat dijadikan bahan untuk menilai sampai sejauhmana_tingkat kemampuan dari suatu kelompok saat ini. Tanpa itu semua, sulit bagi suatu kelompok dapat memberikan pengharapan terbaik terhadap petani yang telah aktif di kelompok. 87 Dinamika Kelompok Dinamika kelompok merupakan kekuatan-kekuatan yang ada di dalam kelompok yang menentukan perilaku kelompok dan anggotanya, serta membawa kelompok itu pada pencapaian tujuan secara efektif. Perilaku dinamika kelompok ini diukur berdasarkan pernyataan anggota kelompok terhadap 8 (delapan) Komponen indikator meliputi : tujuan kelompok; struktur kelompok; fungsi kelompok; pembinaan kelompok; kekompakan kelompok; suasana kelompok; tekanan kelompok; dan efektivitas kelompok, yang menjadi tahapan pengukuran dinamika kelompok. Selengkapnya hasil penelitian disajikan pada tabel 5. ‘abel. 5. ‘Tingkat Sebaran Dinamika Kelompok di WKBPP Teritip Kota Balikpapan No Uraian ‘Skor Skor | Persentase | Keterangan Hasil_|_Maks. (%)_ (n= 75) | Tujuan 485 675 71,85 ‘Sedang Kelompok 2. | Struktur 560 900 62,22 Sedang Kelompok 3. | Fungsi 618 900 68,67 ‘Sedang Kelompok 4. | Pembinaan 487 900 54,11 Rendah Kelompok 5. | Kekompakan 728 900 80,89 Tinggi Kelompok 6. | Suasana 465 900 51,67 Rendah Kelompok 7. | Tekanan 312 675 46,22 Rendah Kelompok 8. | Efektivitas 293 450 65,11 Sedang Kelompok Dinamika 3.948 [6.300 62,67 ‘Sedang Kelompok _ . Keterangan Skor nilai = 55,56 % dari nilai harapan maksimum — Rendah lai $5,56 % - 77,78 % dari nilai harapan maksimum — Sedang. nilai > 77,76 % dari nilai harapan maksimum ~ Tinggi 88 Tujuan Kelompok Tujuan kelompok adalah keadaan atau hal-hal yang diinginkan dapat dicapai oleh kelompok dan para anggotanya. Untuk melihat komponen tujuan kelompok digunakan tiga buah sub-indikator yaitu dilihat dari : (1) sifat dan kejelasan tujuan, (2) penjabaran tujuan (pembuatan rencana kerja dan RDK/RDKK), (3) kesesuaian rencana kerja dan RDK/RDKK dengan keinginan dan kebutuhan anggota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor tujuan kelompok termasuk kategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari total skor yang didapatkan 485 atau 71,85 %. Tujuan kelompok telah memiliki rencana kerja _tetapi kurang jelas dan tidak tertulis secara lengkap, hanya membuat dan merumuskan rencana kerja secara garis besar saja, khususnya (ujuan-(ujuan pokok. Paduhal kejelasan tujuan kelompok secara mendasar merupakan hal yang sangat penting, Hal ini akan memperkuat kepercayaan dan rasa ketergantungan dari para anggota terhadap kelompoknya, sehingga mereka benar-benar merasa bagian dari kelompoknya Bahkan hal yang lebih penting bagi anggota kelompok bukan hanya menyangkut kejelasan tetapi menyangkut relevansinya tujuan pribadi anggota dan keformalan dari tujuan kelompok merupakan bagian penting dalam rangka mewujudkan kedinamisan kelompok. Setiap individu yang terkumpul dalam suatu kelompok, sadar atau tidak pasti mengharapkan kelompoknya akan dapat membantunya dalam pencapaian tujuan-tujuan pribadi. Hal ini hanya akan mungkin sepanjang tujuan-tujuan pribadi itu tidak bertentangan dengan tujuan kelompok. Keformalan tujuan berhubungan dengan kejelasan tujuan bagi anggota anggotanya. Tujuan 89 yang dirumuskan secara formal (penjabaran tujuan) akan lebih mudah dimengerti oleh anggota kelompok. Dari pengamatan di lapangan ditemukan bahwa sebagian besar anggota kelompok beranggapan bahwa kelompok tani bertujuan untuk meningkatkan produksi usahatani TSDR secara riel baik jumlah, mutu, dan kontinyuitas yang akan mampu meningkatkan kesejahteraan petam dan keluarganya dan kebutuhan untuk bersosialisasi agar sesama petani dapat saling berinteraksi memecahkan permasalahan usahatani. Jadi kejelasan tujuan kelom- pok secara lengkap dan mendasar merupakan hal yang sangat penting. Struktur Kelompok Srtuktur kelompok adalah tata hubungan antara individu-individu dalam kelompok yang sekaligus menggambarkan kedudukan dan peran masing-masing anggota dalam upaya pencapaian tujuan kelompok. Ada tiga sub-indikator untuk melihat komponen struktur kelompok yaitu dilihat dari : (1) struktur pengambilan keputusan, (2) struktur tugas, dan (3) struktur Komunikasi, Hasil penelitian menujukkan bahwa faktor stuktur kelompok termasuk kategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari total skor yang didapatkan 560 atau 62,22 %, ‘Melihat hasil penelitian di atas maka persentase dari jumlah skor untuk tujuan kelompok tidak jauh berbeda dengan struktur kelompok, sehingga secara relatif keduanya termasuk dalam kategori sedang, Struktur pengambilan keputusan, struktur tugas, dan struktur komunikasi berjalan cukup baik sehingga mendukung tercapainya tujuan kelompok terscbut. Struktur Pengambilan keputusan atau kekuasaan tergolong sedang. Secara konseptual proses pengambilan keputusan sudah jelas, dimana orang yang menjadi ketua atau 90 pimpinan beserta jajaran kepengurusan sudah ditetapkan orang-orangnya dan dibuat berdasarkan musyawarah para anggotanya, tanpa melihat kedudukan anggota di dalam kelompok. Para anggota dilibatkan di dalam proses pengambilan keputusan di kelompoknya. Karenanya keputusan yang diambil kelompok merupakan keputusan yang selalu didasarkan atas keinginan dan pendapat anggota, Demikian pula struktur tugas berjalan cukup baik, karena pembagian tugas sudah jelas sesuai dengan kedudukan masing-masing anggota, tetapi dalam hal prosedur atau aturan yang ada di dalam kelompok kurang dapat dipakai dalam mengontrol perilaku anggota secara baik. Selanjutnya untuk struktur komunikasi terutama diantara sesama pengurus dapat berjalan baik, tetapi proses penyampaian pesan dari pengurus ke anggota dan sebaliknya kurang berjalan lancar, mengingat luasnya wilayah kelompok tani. se- hingga belum efektif penyampaian informasi ke seluruh anggota kelompok. Fungsi Kelompok Fungsi tugas kelompok adalah usaha yang seharusnya dilakukan kelompok sehingga tujuan dapat tercapai. Untuk melihat hal tersebut digunakan empat sub- indikator, yaitu : (1) fungsi tugas memberi kepuasan, (2) fungsi tugas memberi informasi, (3) fungsi tugas koordinasi, dan (4) fungsi tugas memberi penjelasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor fungsi tugas kelompok termasuk kategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari total skor yang didapatkan 618 atau 68,67 %. Kelompok tani telah mampu memberikan kepuasan dan kesenangan para anggotanya. Diantaranya, kelompok telah pernah mengadakan kegiatan reaktif o1 yang sifatnya dapat memotivasi para anggota agar dapat berusahatani TSDR menjadi lebih baik lagi, yaitu dengan mengadakan widya wisata ke Balai Penelitian dan Pengembangan Hortikultura di Sempaja Samarinda dan dilanjutkan mengunjungi tempat Wisata Keraton Kutai di Tenggarong. Para anggotapun telah merasakan pelayanan dan kemudahan yang diberikan kelompok. Dalam penyampain informasi tentang sesuatu mengenai usahatani TSDR. belum berjalan baik, mengingat ada sebagian informasi kadang-kadang tidak sampai ke anggota, seperti bantuan saprodi kepada kelompok ada sebagian anggota tidak mengetahuinya, terkecuali yang dekat dengan pengurus kelompok, tetapi dalam hal bergotong royong informasi tersebut cepat tersebar kepada anggota. Dalam melakukan koordinasi, kclompok telah mengatur barbayai keyialan di kelompoknya schingga waktunya tidak berbenturan, karena adanya pengertian yang sama diantara anggota mengenai kegiatan yang dikerjakan, Disamping itu dalam melaksanakan kegiatan tersebut kelompok selalu mengadakan koordinasi dari seksi-seksi yang ada schingga berbagai kegiatan yang dilakukan kelompok selalu berjalan sesuai harapan para anggota maupun kelompoknya. Dalam kegiatan memberi penjelasan tentang pelaksanaan usahatani TSDR. belum secara keseluruhan dapat dimengerti, karena mengingat keterbatasan kemampuan intelektual diantara sesama anggota yang sebagian besar masih berpendidikan Sekolah Dasar. Hal-hal yang dijelaskan kelompok antara lain berkisar pada usaha-usaha yang dilakukan kelompok dalam usaha mencapai tujuan, seperti penjelasan perlunya menjaga kerjasama diantara para anggota, baik 92 dalam kegiatan usaha produksi maupun pemupukan modal atau hal lainnya, yang belum berjalan baik sehingga akhirnya bisa meningkat, Pembinaan dan Pemeliharaan Kelompok Pembinaan dan pemeliharaan kelompok adalah usaha yang dilakukan kelompok untuk menjaga kehidupannya. Untuk melihat hal tersebut digunakan tiga sub-indikator, yaitu dilihat dari : (1) upaya menumbuhkan aktivitas, (2) upaya menyediakan fasilitas, (3) penciptaan norma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pembinaan dan pemeliharaan kelompok termasuk kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari total skor yang didapatkan 487 atau 54,11 %. Usaha yang dilakukan untuk menjaga kehidupan kelompok Kurang baik. Ini dapat ditindak-lanjuti dari usaha yang dilakukan kelompok dalam melaksanakan pembinaan kelompok sangat kurang sckali, Dalam tahun-tahun terakhir ini tidak ada usaha dari kelompok kegiatan kelompok dan lebih banyak tergantung pihak luar (PPL dan Distan), (2) menyediakan fasilitas yang dapat dipakai untuk kepentingan bersama seperti pengadaan saprodi bersama, peralatan pertanian penting atau pemasaran berkelompok, terkecuali di beberapa kelompok ada yang mengusahakan untuk memiliki pondok pertemuan (saung meeting), (3) Belum ada usaha kelompok untuk menciptakan aturan-aturan baku, baik yang mengatur keanggotaan maupun kerjasama kelompok, schingga reward/penghargaan maupun sanksi belum dapat dilaksanakan. 93 Kekompakan Kelompok Kekompakan kelompok adalah adanya rasa keterikatan anggota terhadap kelompoknya. Untuk melihat hal tersebut digunakan dua sub-indikator, yaitu dilihat dari : (1) nilai tujuan kelompok, dan (2) kerukunan dan homogenitas kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kekompakan kelompok termasuk kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari total skor yang didapatkan 728 atau 80,89 %. Semua anggota kelompok merasa terdorong untuk segera mencapai tujuan kelompok. Adanya keinginan untuk mencapai tujuan kelompok, berarti petani anggota kelompok menyadari pentingnya nilai tujuan kelompok harus dicapai. Tanpa adanya keinginan untuk dapat mencapainya, berarti kelompok tani sebagai wadah petani untuk belajar, berusahatani dan bekerjasama tidak tercapai. Di dalam berusahatani TSDR petani merasa telah dapat menikmati hasil (kesejahteraan) yang diperoieh dengan adanya peningkatan produkvitas usahatani, berakibat hampir semua petani anggota kelompok merasa bangga menjadi anggota kelompok. Dengan tertanamnya rasa kebanggaan terhadap kelompok akan meningkatkan kerukunan dan kerjasama kelompok, Ini dapat dilihat dari hampir sebagian kelompok terhindar dari pertentangan-pertentangan dan perselisihan- perselisihan yang dapat merugikan kelompok. Dan kelompok dapat memberikan suasana yang kondusif bagi munculnya kerjasama yang lebih baik, dimana baik pengurus dan para anggota menjadi bergairah untuk berperan serta pada berbagai kegiatan kelompok. Dengan demikian rasa keterikatan anggota kepada kelompok menjadi tinggi. 94 Suasana Kelompok Suasana kelompok adalah keadaan kelompok akibat pengaruh lingkungan fisik dan non-fisik (interaksi anggota) yang memberi pengaruh pada anggota dalam mencapai tujuan kelompok. Untuk melihat hal tersebut, digunakan dua sub- indikator, yaitu dilihat dari : (1) interaksi ketompok, dan (2) lingkungan fisik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor suasana kelompok termasuk kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari total skor yang didapatkan 465 atau 51,67 %. Pada akhir-akhir ini hubungan pergaulan antara anggota kelompok masih akrab, namun scmangat untuk mencapai efiesiensi dan efektivitas terlihat relatif rendah, Adanya keraguan petani anggota kelompok untuk terlibat aktif di kelompok karena adanya perasaan bahwa keberhasilan kelompok hanya ditcntukan olch pengurus kclompok, dan mercka merasa terbatas di dalam peluang untuk terlibat di dalam kelompok. Petani umumnya sangat sibuk terlibat di lahan usahatani masing-masing dan interaksi baru dianggap penting bila ada hal yang dihadapi dan harus dipecahkan. Terlebih di bulan Januari-awal Februari 2001 permintaan terhadap sayuran meningkat tajam sehubungan dengan perayaan kota Balikpapan yang ke-105. Hal yang tidak dapat dihindari adanya sebagian anggota kelompok yang berbuat sesuatu yang bertentangan diantara sesama anggota, misalnya terhadap pembagian jatah kelompok/bantuan proyek tidak semua anggota memperolch bagian yang sama, Sebagai contoh “Panah Merah” pernah memberikan bantuan saprodi, maka yang dapat hanya anggota kelompok yang dekat dengan pengurus kelompok, sehingga menimbulkan klik/pertentangan diantara sesama anggota. Tindakan mengawasi diantara sesama anggota sulit 95 dilakukan, sehingga sepak terjang anggota sulit dipantau, terlebih petani beranggapan bahwa tindakan-tandakan yang dilakukan merupakan hak pribadi petani dan tidak ada sangkut pautnya dengan kelompok. Padahal tindakan setiap anggota kelompok menentukan citra di tengah masyarakat dimana kelompoknya berada, karena dapat menciptakan persepsi buruk baik kepada pribadi atau terhadap institusi kelompok. Di beberapa kelompok tani, lingkungan fisik belum memberikan suasana kondusif bagi menunjang kedinamisan kelompok. Jalan dan perhubungan yang kurang lancar diakibatkan oleh sebagian besar jalan menuju pusat usahatani licin dan rusak, serta lingkungan petani anggota kelompok satu sama lain saling berjauhan. Ini menyebabkan suasana untuk berinteraksi kurang nyaman, schingga dapat berpengaruh terhadap penampilan suasana kelompok. Tekanan Kelompok Tekanan kelompok adalah segala sesuatu yang menimbuikan ketergantungan dalam kelompok yang dapat memberi pengaruh positif kepada kelompok. Ada dua sub-indikator untuk melihat hal tersebut, yaitu dilihat dari : () tekanan dari dalam, dan (2) tekanan dari luar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor tekanan kelompok termasuk dalam kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari total skor yang didapatkan 312 atau 46,22 %, Tekanan kelompok yang dimaksud merupakan upaya pemberian penghargaan bagi anggota yang berprestasi di dalam kelompok. Atau sebaliknya pemberian sanksi bagi anggota yang melanggar aturan atau norma kelompok yang telah disepakati bersama. Pemberian penghargaan bagi anggota yang berprestasi merupakan upaya untuk mendorong atau memotivasi anggota untuk lebih terlibat dalam aktivitas kelompok. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan, hampir semua petani anggota kelompok yang berprestasi tidak pernah mendapatkan penghargaan dari kelompok. Penghargaan umumnya hanya diberikan instansi tertentu kepada kelompok bukan pada anggota kelompok. Demikian pula sebaliknya sanksi yang diberikan diharapkan agar anggota terdorong/termotivasi untuk setia kepada kelompoknya, dengan menjaga nama kelompok. Kenyataan di lapangan petani anggota kelompok yang melanggar norma kelompok belum pernah diberi sanksi, sebagai contoh ada anggota yang tidak hadir dalam pertemuan kelompok untuk sekian kali tidak pemah dikeluarkan dari kelompok. Hal yang sangat mengkhawatirkan karena tidak scmua petani anggota kelompok bersedia dikritik. Apabila ada kritik dari anggota terhadap anggota lain, biasanya sering menimbuikan klik/ketegangan diantara anggota kelompok. Sebagai contoh ada anggota yang dikritik untuk tidak menggunakan jenis pestisida tertentu pada tanaman sayuran daun, tetapi petani yang dikritik justeru marah kepada pengurus kelompok dan merasa haknya sebagai anggota dicampuri, karena pestisida itu didapatkan bukan dari membeli (gratis) dan yang penting bagi petani anggota dapat digunakan untuk membasmi hama & penyakit walaupun tidak ada ijin pemakaiannya, malah ada anggapan anggota lain itu iri/dengki kepadanya, dan malah mengusulkan agar kepengurusan kelompok diganti 97 Kelompok Efektivitas kelompok adalah keberhasilan kelompok mencapai tujuannya. Untuk melihat hal tersebut digunakan dua sub-indiktor, yaitu dilihat dari ; (1) tingkat pencapaian tujuan kelompok, dan (2) tingkat kepuasan anggota kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor efektivitas kelompok termasuk kategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari total skor yang didapatkan 293 atau 65,11 %. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diatas dapat dikatakan bahwa efektivitas kelompok dari kelompok tani di WKBPP Teritip ditinjau dari aspek pencapaian tujuan kelompok dan rasa kepuasan anggota, masih tergolong dalam kategori sedang, Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pencapaian usahatani TSDR masih belum optimal, sehingga dengan kegiatan yang ada tingkat peran anggota di dalam kclompok masih bclum maksimal Para anggota yang hadir baik dalam pertemuan berkala atau rutin maupun dalam kegiatan-kegiatan Jainnya, perlu lebih ditingkatkan agar pencapaian tujuan kelompok dalam peningkatan produktivitas usahatani lebih tinggi. Tanpa adanya kemampuan kelompok untuk meningkatkan pencapaian tujuan kelompok maka kepuasan anggota terhadap kelompok kurang maksimal. Hal menunjukkan bahwa tingkat kepuasan yang dirasakan anggota terhadap semua aktivitas kelompok belum mampu membuat anggota mencapai keberhasilan optimal. Keberhasilan kelompok tercapai ditandai_ oleh meningkatnya produktivitas usahatani; interaksi diantara sesama anggota tidak hanya terbatas pada masalah usahatani tetapi lebih pada kehidupan sehari-hari; menumbuhkan rasa memiliki bahwa mereka adalah bagian dari kelompok dan 98 akan merasa bangga kalau kelompok mampu menghantarkan pada tingkat kehidupan lebih baik. Semua kegiatan kelompok dapat berjalan sesuai rencana/target yang harus dicapai dan tidak menyimpang dari keinginan anggota, sehingga kegiatan kelompok yang dilaksanakan oleh petani anggota kelompok bukan meropakan hal yang dipaksakan ata petani akan merasa te.bebani dengan kegiatan tersebut, supaya dukungan anggota terhadap semua aktivitas kelompok menjadi kuat, Tanpa itu semua dan adanya kesadaran untuk memajukan kelompok, maka kelompok tani di WK BPP Teritip sulit menjadi kelompok yang memiliki kedinamisan yang tinggi. Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa_perilaku dinamika kelompok tani termasuk Kategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari total skor yang didapatkan 3.948 atau 62,67 % (lihat tabel 5). Adapun faktor dimamika kelompok yang termasuk sedang adalah : (1) tujuan kelompok; (2) struktur kelompok; (3) fungsi kelompok; (4) efektivitas kelompok. sedangkan faktor kemampuan Kelompok yang tergolong rendah adalah ;(1) pembinaan kelompok: (2) suasana kelompok; dan (3) tekanan kelompok dan yang termasuk tinggi hanyalah kekompakan kelompok. Seperti terlihat pada tabel di atas, segala kekuatan yang ada di dalam kelompok belum mampu secara optimal menentukan atau mempengaruhi perilaku anggota kelompok untuk bertindak atau melaksanakan kegiatan-kegiatan demi tercapainya tujuan bersama atau tujuan kelompok. Atau dapat pula dikatakan gerak dari kelompok dalam mengejar atau mencapai tujuan bolum optimal, karena adanya faktor-faktor atau kekuatan, terutama pembinaan kelompok; suasana kelompok; dan tekanan kelompok, belum secara keseluruhan mampu menggerakkan perilaku kelompok dan anggotanya dalam mencapai tujuan. Faktor terpenting dapat dilihat dari usaha pembinaan yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian dalam membangun kelompok maupun anggota, tidak didasarkan pada pola pembinaan yang memperhatikan aspek pemerataan ataupun penggunaan sumberdaya manusia secara memadai. Oleh karenanya pembinaan yang ada cenderung lebih berorientasi pada pembinaan usahatani/teknis dan kurang berorientasi pada pembinaan kreativitas dan interaksi_ kelompok. Padahal pembangunan masyarakat _termasuk pembangunan kelompok tani, seyogyanya harus dipandang sebagai segala usaha yang terorganisir untuk memperbaiki kondisi kehidupan komunitas atau kelompok agar dapat berkembang secara mandiri. Karenanya, seperti dikatakan Dunham (Ndraha, 1990) dalam usaha pembangunan masyarakat/pembinaan kelompok tani tersebut selain diperlukan bantuan teknis maupun pemahaman keakhlian untuk membantu kelompok tersebut, juga yang tidak kalah pentingnya adalah program yang terencana dan pembangkitan tekad anggota kelompok (masyarakat) untuk dapat_menolong diri sendiri agar tidak tergantung pada pihak tuar. ‘Tingkat Penerapan Teknologi Tanaman Sayuran Dataran Rendsh (TSDR) Tingkat penerapan teknologi TSDR adalah rangkaian kegiatan dalam penerapan teknologi mulai pemilihan benib/bibit sampai hasil produksi dari sayuran tersebut dipasarkan. Tindakan untuk menerapkan inovasi teknologi tersebut diukur berdasarkan pernyataan anggota kelompok terhadap setiap tahapan yang menjadi kegiatan menerapkan inovasi tersebut, Selengkapnya_hasil penelitian disajikan pada tabel 6. 100 Tabel. 6. Tingkat Penerapan Teknologi TSDR. di WKBPP Teritip Kota Balikpapan No| Uraian ‘Skor ‘Skor | Persentase | Keterangan Hasil_| Maks. (%) (=75) T. | Benih 479 675 70,96 Sedang 2. | Tanah 602 675 89,19 Tinggi 3. | Pemupukan 919 1.125 x Tinggi 4. | Pengairan 475 900 Rendah 5. | Hama & Penyakit 416 900 Rendah 6. | Panen & Pasca Panen | 445 675 Sedang 7._| Pemasaran 276 675_ Rendah __|Penerapan TSDR 3.612 5.625 Sedang Keterangan ‘Skor nllai < 55,56 % dari nilai harapan maksimum — Rendah nilad 55,56 % nilai harapan maksimum ~ Sedang nilai > 77,76 % dari nilai harapan maksimum — Tinggi Penggunaan Benih/Bibit Unggul ‘Tingkat penggunaan benih/bibit unggul lokal termasuk kategori sedang disebabkan petani lebih tertarik menggunakan benih unggul lokal, dengan cara membeli benih unggul berlabel dari kios yang ada di daerah penelitian terutama dari jenis cap “Kapa! Terbang” yang dikembangkan petani disi i, dan tidak terus- menerus menggunakan benih berlabel. Ini dilakukan dengan cara menanam benih unggul berlabel tersebut, kemudian dari panen tersebut diambil beberapa kali dari panen berikutnya, bila dianggap hasil panen sebelumnya masih bagus maka tetap digunakan, tetapi bila hasiinya tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka petani berusaha membeli benih unggul berlabei lagi di kios resmi. Untuk satu pembelian benih berlabel biasanya digunakan untuk 3 — 4 kali musim tanam berikutnya. Adanya kecenderungan petani menggunakan varitas umggul lukal di sebabkan lebih laku dan diminati pasar khususnya pasar lokal dan memiliki harga yang lebih baik. Kenyataan menunjukkan permintaan benih unggul lokal lebih dianjurkan oleh PPL karena memiliki harga yang cukup baik. Oleh karena itu, petani sedapat mungkin berusaha menggunakan varitas unggul lokal, terutama lon untuk tanaman sawi dan seledri yang diminati pasar, karena ada jenis seledri unggul yang ukuran morfologisnya besar tetapi tidak diminati pasar dan tidak laku terjual, bila dibandingkan benih unggul lokal yang morfologisnya berukuran kecil dan sedang. Adalagi benih unggul bersertifikat dari varitas tertentu yaitu sawi besar/sawi manis maiah memberikan hasil yang tinggi tetapi sama sckali tidak disenangi pasar, sehingga petani lebih tertarik menanam benih unggul lokal yang dikembangkan BPP setempat. Berdasarkan hasil penclitian diketahui bahwa petani banyak memperolch benib/bibit dari penangkaran yang dilakukan BPP dengan cara melakukan pembibitan sendiri yang benihnya berasal dari panen sebelumnya. Pola pengadaan benib/bibit sayuran di daerah penelitian banyak dikelola oleh kelompok terutama kontak taninya dengan dibantu PPL guna memudabkan perolehan dan kesamaan jenis varitas. Dari pengalaman tersebut, maka petani lebih cenderung menggunakan benih unggul berlabel tetapi disesuaikan dengan kondisi setempat, sehingga dalam hal pengadaan benihybibit termasuk kategori sedang, karena adanya kesadaran menggunakan benih/bibit unggul dan dipadukan dengan kondisi lokal. Hal ini dapat dilihat dari total skor yang didapatkan 479 atau 70,96 %, maka penggunaan benily/bibit di daerah penelitian termasuk kategori sedang. Ditinjau dari varitas unggul lokal yang digunakan dalam satuan luas tertentu juga menunjukkan kondisi yang cukup baik, hampir semua petani anggota kelompok yang diwawancarai mengakui menggunakan benih/bibit unggul lokal sesuai anjuran PPL dan Kontak Tani. Selain itu dalam jumlah varitas yang digu- nakan petani ada yang memiliki pengalaman yang memadai. 102 Adanya kesediaan petani anggota kelompok untuk —menggunakan benih/ibit unggul lokal dan kemampuan melakukan penangkaran secara mandiri menunjukkan tingginya respon petani terhadap penerapan inovasi TSDR tersebut. ‘Tingginya respon tersebut cukup beralasan mengingat keuntungan TSDR cukup memadai dibandingkan menanam jenis komoditas lain, disamping masa proses produksi tanaman sayuran tidak terlalu lama (40 - 60 hari), sehingga dapat memperoleh frekwensi panen yang lebih tinggi (2 — 3) kali dalam satu tahun. Dengan demikian tingkat keuntungan TSDR dalan satu tahun jauh lebih tinggi dibandingkan komoditas tanaman pangan lainnya. Itulah sebabnya, maka petani menunjukkan respon cukup positif terhadap inovasi teknologi TSDR, khususnya dalam memilih jenis varitas lokal, saat tanam, dan jumiah benilvbibit yang digunakan menentukan mutu dan jumich produksi (BIPP Kota Balikpapan, 2001). Pengolahan Tanah Diterapkannya rekomendasi pengolahan tanah oleh petani anggota kelom- pok TSDR seperti tercermin dari hasil penelitian, disebabkan oleh kesadaran petani, bahwa faktor pengolahan tanah sangat penting bagi pertumbuhan tanaman sayuran. Menurut keterangan responden, TSDR membutuhkan kondisi tanah yang gembur sesuai kebutuhan tanaman sayuran, schingga sangat diperlukan pengolahan tanah yang baik, antara lain dengan pembongkaran tanah sekitar dua kali baru kemudian (akan. Untuk tanaman sayuran yang ditanam pada lahan yang baru dibuka, dimana terlebih dahulu dilakukan pembersihan rumput atau semak liar yang tumbuh, kemudian dibersihkan bersamaan dengan pembuatan bedengan-bedengan tanaman. Untuk lahan yang sudah dibuka atau telah ditanami tanaman sayuran pada musim tanam scbelumnya, setelah dibersihkan, cukup 103 sekali dilakukan pembongkaran tanah_kemudian diratakan, sehingga tanah sudah cukup gembur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Maksum (1989;12) bahwa peng- olahan tanah dapat menghasilkan keseimbangan kesuburan tanah, yaitu terjadinya perpaduan sifat fisik, kimia dan biologi tanah secara baik yang dapat mendukung acrasi_ dalam tanah menjadi baik pula. Faktor pendukung kesempurnaan pengolahan tanah pada areal TSDR adalah karena luas lahan garapan untuk tanaman tidak terlalu luas antara (1 ~ 10 borongan) atau (225 — 2250 m’) dibandingkan untuk tanaman padi yang membutuhkan lahan yang luas agar memberikan penghasilan layak bagi ekonomi keluarga. Akibatnya pengolahan tanah pada tanaman sayuran, masih dapat diatasi oleh tenaga kerja keluarga. Hal tersebut terjadi karena petani tidak sekaligus menanam scsuai kapasitas lahan yang tersedia, tetapi bergiliran discsuaikan dengan komoditas sayuran yang lagi laris di pasaran. Terlepas dari hal tersebut diatas yang jelas sebagian besar petani tampaknya memang telah memiliki kesadaran yang sangat baik terhadap pengolahan tanah untuk peningkatan produktivitas usahataninya. Indikator lain yang perlu diperhatikan, karena umumnya petani yang diteliti dalam komponen pengolahan tanah adalah terkait dengan cara pembuatan petak/bedengan disertai parit-parit untuk pemasukan dan pembuangan air telah diterapkan oleh petani sebagaimana anjuran PPL Diakui oleh petani responden, bahwa pembuatan bedengan tersebut sangat bermanfaat terutama pada pemeliharaan; seperti penyulaman, pemupukan, penyi- angan, pengairan dan pemberantasan hama dan penyakit tanaman dan juga pema- 104 nenan, disebabkan petani telah terbiasa menanam sayuran pada bedengan- bedengan tertentu. Selain cara pengolahan tanah dan pembuatan bedengan-bedengan, hal yang terpenting dalam kaitannya dengan penerapan inovasi pengolahan tanah adalah menyangkut kondisi tanah waktu dilakukan pengolahan/pembongkaran tanah, Dari hasil penelitian diketahui bahwa umumnya petani responden mengolah tanah pada saat kondisi tanah termasuk kering. Tindakan ini sesuai dengan anjuran PPL saat pengolahan tanah, Tampaknya saat pengolahan tanah yang dikaitkan dengan kondisi tanah tersebut, juga telah menjadi pengalaman petani. Pengolahan tanah pada kondisi kering mengingat fraksi liat pada tanah podsolik merah kuning sangat tinggi, sehingga bila diolah pada keadaan basah atau lembab akan lengket, schingga petani mengalami kcsulitan mengolah tanahnya dan tanah akan menjadi sulit diratakan. Berdasarkan keterangan tersebut tampak kesan bahwa petani memiliki pengetahuan yang cukup memadai dalam kaitannya posisi sebagai manajer dalam usahataninya. Artinya sebagian besar petani TSDR telah menunjukkan perilaku yang inovatif yang ditunjukkan oleh aplikasi pengolahan tanah yang sesuai dengan anjuran /rekomendasi Dinas Pertanian terkait. Bertitik tolak dari uraian pada ketiga indikator pengolahan tanah tersebut, dapat diketahui bahwa penerapan inovasi TSDR sangat memadai (tinggi). Hal ini dapat dilihat dari total skor yang didapatkan 602 atau 89,19 %, maka pengolahan tanah di daerah penelitian termasuk kategori tinggi. Artinya secara umum petani telah melakukan tindakan pengolahan tanah dengan cara yang sesuai anjuran dan didasarkan pada orientasi peningkatan produktivitas usahataninya. los Penggunaan Pupuk Banyaknya jumlah petani yang menggunakan pupuk secara lengkap tersebut disebabkan karena jelasnya pengaruh pemupukan terhadap produksi TSDR. Petani menyadari bahwa tanpa pemupukan yang lengkap terutama yang mengandung kompos dan NPK, hasil produksi yang akan dicapai tidak memadai, Lebih lanjut diketahui bahwa sebagian besar petani TSDR telah mengetahui manfaat dari masing-masing jenis pupuk yang digunakan. Adanya penggunaan pupuk organik (kompos) disamping untuk memperbaiki tekstur tanah, juga dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia (pupuk buatan), karena berdasarkan pengakuan petani penggunaan pupuk kimia dapat memperkeras kondisi/struktur tanah. Disamping itu penggunaan pupuk kompos yang lebih banyak dibandingkan pupuk kimia menyebabkan hasil produksi Ibi tanal lua atau disimpan. Penggunaan pupuk kompos yang lebih banyak tidak terlepas dari pelatihan yang pernah dilakukan oleh PPL dari BPP setempat, mengingat bahan baku pembuatan kompos sangat banyak tersedia di daerah penelitian karena banyaknya industri peternakan ayam potong, disamping penyuluhan yang telah diberikan oleh petugas BPP setempat. Disamping pupuk kompos dan pupuk kimia seperti Urea, TSP dan KCl, di daerah penelitian kesadaran akan penggunaan pupuk benar-benar diperhatikan terlebih di dacrah yang kadar asamnya tinggi dan jenis tanah podsolik merah kuning yang lapisan ‘op soinya tipis, tanpa adanya pemupukan yang memadai terutama untuk sayuran maka hasil yang diharapkan akan tidak memadai. Atas dasar tersebut petani di daerah penelitian juga menggunakan zat perangsang tumbuh/ZPT dan perangsang buah berupa hormon auxin dan biasanya dilakukan 106 untuk tanaman terung dan tomat. Untuk mempercepat pertumbuhan kacang Panjang, kacang buncis, sawi dan seledri digunakan pupuk daun seperti Gandasil Terlepas dari kebutuhan/permintaan pasar, hasil penelitian seperti diuraikan diatas menunjukkan bahwa penerapan inovasi teknologi TSDR menyangkut pemupukan berlangsung dengan baik. Artinya apa yang diterapkan petani TSDR sejalan dengan anjuran PPL. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa tingkat penerapan teknologi TSDR, khususnya pemupukan termasuk kategori tinggi. Indikator lain dalam kaitan dengan penggunaan pupuk adalah cara melakukan pemupukan. Berdasarkan indikator ini, diketahui bahwa tingkat Penerapan termasuk tinggi. Hal ini diketahui hampir semua petani melakukan pemupukan dengan cara membenamkan pupuk disckitar tanaman (pangkal batang). Cara ini disamping telah dianjurkan, juga telah menjadi kebiasaan petani Pemupukan dengan cara membenamkan disekitar pangkal batang lebih efektif dan efisien, karena hilangnya pupuk dapat dihindari dan jumlah pupuk yang digunakan dapat dihemat. Disamping itu ada juga sebagian kecil — petani melakukannya dengan cara melarutkan pupuk dalam air untuk sayuran daun terutama sawi dan seledri karena menurut petani lebih efektif. Jika dilinat dari waktu pemupukan semua responden mengakui menyesuaikan dengan umur tanaman. Pemupukan dimulai dengan pemberian pupuk kompos, sebagai pupuk dasar diberikan sebelum tanam, yaitu sctelah meratakan bedengan. Pemupukan selanjutnya dilakukan setelah berumur dua minggu dan empat minggu dengan pemberian pupuk kimia. Saat pemberian pupuk agak sesuai dengan rekomendasi/anjuran PPL. Pengutamaan jarak waktu 107 pemberian pupuk untuk tanaman sayuran dinilai sangat penting, karena pemupukan yang tidak sesuai atau tidak tepat waktu dapat menurunkan kualitas hasil. Tampaknya resiko tersebut telah disadari oleh petani di daerah penelitian, sehingga mereka selalu menepati waktu pemupukan yang dianjurkan. Berdasarkan uraian diatas tampak bahwa tingkat penerapan TSDR dalam hal pemupukan cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari total skor yang didapatkan 919 atau 81,69 %. Ini terbukti dengan taatnya mereka menerapkan paket teknologi tersebut sesuai anjuran. Pengairan Kendala utama pengembangan tanaman sayuran di dataran rendah (TSDR) adalah pengairan, mengingat dataran rendah memiliki sumber air yang terbatas. Umumnya Iahan sayuran di dacrah penclitian hanya mengandalkan air hujan, sehingga air di dataran rendah menjadi faktor pembatas produksi. Untuk mengatasi hal tersebut petani di daerah penelitian terutama pada musim kemarau/kering kebanyakan menggunakan sumur bor/dalam dan _petani biasanya pada musim kering tidak mengusahakan sayuran di dataran yang agak tak rata/lereng/miring, dan berbukit, tetapi dilakukan di lahan landai seperti rawa nino” kering. Terlebih_akhir-akl ini gejala musim tidak mudah terbaca karena pergeseran musim mudah sekali terjadi. Pada saat penelitian dilaksanakan tidak terlihat adanya musim hujan yang jelas, sehingga setiap hari harus dilakukan penyiraman tanaman, bila tidak ada turun hujan, karena pada siang hari bisa terjadi panas yang tinggi, schingga tanaman mengatami evaporasi dan seperti anjuran PPL harus dilakukan penyiraman, 108 Di daerah penelitian pernah dikembangkan sistem pengairan dengan keran putar ( Sprinkle) pada tanaman tomat dan terung oleh sebuah perusahaaan penjualan mesin pompa, sebagai respon untuk mengatasi keperluan pengairan pada musim kering, namun sampai saat ini setelah diperkenalkan belum dapat terealisasikan oleh petani. Petani sebanyak (30 %) melakukan penyiraman tanaman dengan menggunakan gembor dan sisanya sekitar (55 %) masih menyerahkan pada alam. Penyiraman dilakukan dengan mengambil air dari sumur terdekat dan dimasukkan ke dalam gembor, kemudian disiramkan pada pertanaman, tetapi untuk sebagian kecil (15 %) yang sudah menggunakan alkon atau mesin pompa air (BPP Teritip, 2001). Dari pengamatan di lapangan petani melakukan penyiraman kadang- kadang soja tergantung keperluan, bila dianggap kckurangan air terscbut mengan- cam pertumbuhan tanaman. Petani beranggapan bahwa penyiraman yang dibutuhkan tanaman sayuran tidak terlalu penting dibandingkan keperluan air pada pertanaman padi sawah, sehingga menurut petani, keperluan air pada tanaman sayuran tidak sebanyak keperluan air pada padi sawah. Padahal menurut Nazaruddin (1999) kebutuhan tanaman sayuran akan air memanglah tinggi, kebanyakan sayur termasuk jenis tanaman sukulen yang haus akan air dan sangat mempengaruhi kesegaran/penampakan fisik dari tanaman sayur setelah di panen, sehingga bila dilakukan pengeringan tanaman atau analisa abu, terbukti bahwa air mendominasi berat tanaman sayuran. Keterbatasan petani anggota kelompok terhadap pentingnya pengairan bagi tanaman sayuran semakin diperjelas oleh hampir (>65 %) petani yang menjadi sampel melakukan penyiraman tanaman satu kali sehari, itupun kalau 109 petani menganggap tanamannya kekeringan. Padahal untuk tanaman sayuran yang tumbuh di dataran rendah sangat banyak memiliki kendala untuk pertumbuhan yang sempuma, karena keterbatasan kemampuan dari tanah untuk menyimpan air. Khususnya pada tanah podsolik merah kuning strukturnya keras, sehingga menyebabkan akar tanaman sayuran kurang mampu menembus lapisan tanah yang lebih dalam. Apalagi tanaman sayuran memiliki perakaran sempit dan tak dalam. Sayuran yang umumnya berperakaran serabut hanya mampu menembus beberapa sentimeter saja ke dalam tanah. Tanah yang keras tak akan mampu ditembusnya, sehingga dengan penyiraman yang teratur akan meningkatkan ketersediaan air permukaan di sekitar akar. Berdasarkan uraian diatas, pengairan yang ada di daerah penelitian dalam penerapannya masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari total shor yang didapathan 475 atau 52,78 %. Ini disebabkan terbatasnya ketersediaan air permukaan yang ada di daerah penelitian, terlebih pada saat musim kering faktor ketersediaan air menjadi faktor pembatas, disamping faktor lain seperti tekstur dan struktur tanah yang keras, keadaan lahan kering dan topografi yang miring menyebabkan air yang tersedia dan sangat dibutuhkan terbatas, disamping faktor kesadaran petani yang mengganggap dan masih sangat tergantung pada alam, menyebabkan penyiraman pada tanaman sayuran merupakan faktor yang sangat mendesak untuk dibenahi agar produksi sayuran mampu meningkat dan mempunyai mutu atau penampilan fisik menarik, karena kalau sayuran tidak segar, konsumen menjadi kurang berminat mengkonsumsinya. 110 Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Untuk tanaman sayuran pengendalian hama dan penyakit terpadu masih rendah, karena sebagaian besar petani di daerah penelitian dominan menggunakan pestisida seperti insektisida untuk memberantas ulat daun, penggerek batang, lalat buah. Biasanya untuk membuka Iahan mereka menggunakan herbisida untuk memberantas rumput seperti Round-Up dan 2.4 D, sedangkan untuk memberantas penyakit jamur dan bakteri digunakan fungisida dan bakterisida. Konsep pengen- dalian dengan menggunakan pestisida masih dominan, padahal olch PPL pernah dilakukan pelatihan pengendalian hama dan penyakit terpadu (SLPHT), tetapi mereka menerapkan pada tanaman padi, sedangkan untuk tanaman sayuran mereka masih menganggap lebih praktis bila menggunakan pestisida. Padahal untuk jenis tanaman sayuran sccara keschatan lebih baik menggunakan pengendalian secara terpadu, artinya tidak hanya menggunakan obat-obatan kimia saja, tetapi juga sccara pendekatan mekanis dan biologis yaitu mengembangkan musuh alami, Dengan pengendalian secara mekanis dan biologis dapat mengurangi resiko bagi konsumen terutama penggunaan pestisida pada sayuran daun-daunan. Pendekatan mekanis biasanya dilakukan dengan cara menghalau hama atau serangga pengganggu yang hidup dipertanaman. Cara ini biasanya dilakukan dengan menyapu bagian daun tanaman secara halus atau zat penarik serangga (Refellen), namun pendekatan ini belum begitu populer dikalangan petani, Bentuk pengendalian yang ada di daerah penclitian umumnya terbatas pada pengendalian saja dan bukan dilakukan pencegahan, artinya petani hanya melakukan pengendalian apabila pada tanaman sayuran terlihat adanya gejala

Vous aimerez peut-être aussi