Vous êtes sur la page 1sur 2

Anggur dan harapan

Mak Ijah pagi ini wajahnya berkerut seperti kulit jeruk pecel yang dijual
di pasar. Bolak-balik berjalan dari dapur ke teras rumahnya yang sempit.
Pikirannya gundah, sambil melirik jam dinding yang seolah-olah jarumnya
tidak bergerak samasekali. Kembali berjalan ke dapur, pandangannya
kembali menatap kantong beras yang sudah kempes karena isinya tinggal
segenggaman tangan.
Ilustrasi diatas saya yakin pernah dialami oleh hampir semua ibu-ibu
rumah tangga. Seperti saya sendiri juga bukan hanya pernah, tapi sering.
Kehabisan beras, gas dan entah apalagi kebutuhan rumahtangga yang mulai
menipis.
Seperti juga bacaan Injil hari Minggu ini juga mengisahkan bagaimana
Bunda Maria yang mengalami situasi yang sama. Meskipun pihak yang
kekurangan anggur bukan Bunda Maria, tapi keprihatinan, keberpihakan dan
perhatian tetap muncul.
Yang berbeda adalah tanggapan yang dimunculkan Bunda Maria saat
melihat situasi yang ada. Dengan keyakinan Bunda Maria melakukan hal-hal
yang perlu. Dan dari keyakinan itulah mukjizat terjadi. Semua berjalan
dengan baik dan bahkan melebihi apa yang dipikirkan manusia.
Kata-kata bunda Maria menyiratkan keyakinan seorang perempuan,
kepercayaan seorang ibu bahwa nanti anaknya pasti membantu.
Kepercayaan yang tidak muncul secara tiba-tiba, namun hasil dari
permenungan bunda Maria yang selalu mendampingi Yesus. Kepercayaan
yang tumbuh berkat perjalanan hidup bunda Maria bersama Yesus. Itulah
intuisi dan kepekaan perempuan yang diwujudkan, dijalankan dan dibuat.
Tidak hanya dipendam dalam hati, apalagi sikap masa bodoh, toh saya
hanya tamu undangan.
Menghadapi situasi yang sulit, situasi kritis, situasi yang terjepit
memang tidak mudah. Perlu perjuangan dan tenaga, bukan sekedar doa.
Tindakan nyata perlu dilakukan, disertai doa dan harapan akan bantuan
Tuhan. Bunda Mariapun juga demikian, berbekal keyakinan mengatakan
kepada para pelayan untuk melakukan apa yang diperintahkan Yesus. Sekali
lagi perbuatan sangat penting sebagai perwujudan akan setiap doa yang kita
lakukan. Tanpa disertai perbuatan nyata, doa-doa kita hanya akan menjadi
mimpi kosong belaka.
Sedikit bergeser dari tema bacaan, kita mengingat Bunda Teresa dari
Kalkuta, salah satu orang Kudus. Bagaimana setiap doa yang keluar terwujud

dalam tindakan pelayanan kepada orang-orang miskin, orang-orang


terpinggirkan. Dan melalui pelayanan beliau cinta yang begitu besar muncul.
Berawal dari mukjizat Yesus hari ini, karya besar Tuhan Yesus dimulai.
Dan kita janganlah berkecil hati karena kita tidak bisa membuat karya yang
besar. Setiap orang diberikan oleh Tuhan karunia yang berbeda beda.
Bunda Teresa dengan karunia pelayanan yang luar biasa. Para Santo Santa
dengan kharisma mereka yang berbeda pula. Lalu karunia kita apa ?
Bacaan kedua hari ini memberikan jawaban kepada kita : Kepada yang
seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain
Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan
karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia
memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain
Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. 1Kor 12:10

Allah begitu memperhatikan kita, sehingga kita masing-masing


diberikan
karunia
yang
berbeda-beda.
Bukan
untuk
saling
mempertentangkan, justru untuk saling bersatu. Saling melayani, saling
memberi. Dengan satu tujuan Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu
Tuhan.

Selamat ber-hari Minggu. @sadmoko

Vous aimerez peut-être aussi