Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
FH
DENGAN POSTCOITAL BLEEDING
DI RUANG BERSALIN RSD dr. SOEBANDI JEMBER
I.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perdarahan di luar masa haid adalah perdarahan yang terjadi setelah masa haid
berhenti atau dapat didefinisikan perdarahan yang terjadi pada seorang wanita
dimana wanita tersebut tidak berada pada siklus menstruasi. Jika terjadi di luar
masa haid, meskipun darah yang keluar cuma sedikit atau sekadar vlek, tetap
disebut perdarahan. Ada dua macam perdarahan diluar haid yaitu metroragia dan
menometroragia. Menoragia adalah perdarahan siklik yang berlangsung lebih dari
7 hari dengan jumlah darah kadang-kadang cukup banyak. Metroragia adalah
perdarahan dari vagina yang tidak berhubungan dengan siklus haid. Beberapa
penyebab yang dapat menyebabkan perdarahan diluar haid diantranya polip
serviks, erosi portio, ulkus portio, polip endometrium dan trauma. Penyebab
fungsional perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab
organik, dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan diluar haid dapat terjadi
pada setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi kelainan ini lebih sering
dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium
Dua pertiga wanita dari wanita-wanita yang dirawat di rumah sakit untuk
perdarahan diluar haid berumur diatas 40 tahun, dan 3 % dibawah 20 tahun.
Sebetulnya dalam praktek dijumpai pula perdarahan disfungsional dalam masa
pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang
diperlukan perawatan di rumah sakit. Pada keadaan tertentu ada beberapa wanita
yang mengalami perdarahan setelah melakukan hubungan intim. Perdarahan paska
senggama (post coital bleeding/PCB) pada umumnya di sebabkan oleh dua hal,
masalah pada serviks (leher rahim) dan perdarahan pada lapisan dalam rahim
(endometrium). Juga bisa terjadi karena adanya erosi di vagina dikarenakan baru
pertama kali berhubungan atau berhubungan seksual belum terlalu sering sehingga
vagina masih sempit, akibat penetrasi (penis masuk ke vagina), terutama bila
wanita masih belum penuh terangsang dapat menyebabkan gesekan yang
menghakibatkan luka atau lecet. Perdaran diluar siklus haid karena trauma disini
adalah dimana seorang wanita mengalami perdarahan baik sedikit ataupun banyak
diluar siklus haidnya dikarenakan adanya suatu benda asing yang masuk ke dalam
alat reproduksi wanita yang menimbulkan suatu trauma seperti lecet atau
perdarahan yang terjadi setelah melakukan hubungan seksual (post coitus
bleeding).
Perdarahan yang abnormal yang terjadi diluar siklus haid merupakan suatu
keadaaan yang membahayakan. Dimana pada saat wanita mengalami perdarahan
diluar siklus menstruasinya, terlebih lagi apabila wanita tersebut mengalami
perdarahaa setelah melakukan hubungan seksual (post coitus bleeding) dicurigai
perdarahan ini merupakan suatu gejala keganasan. Untuk mengantisipasi hal
tersebut perlu dilakukan pemeriksaan secara didi untuk mengetahui penyebabnya.
Untuk mengatasi perdarahan harus diketahui penyebab pasti dari perdarahan
tersebut. Semakin dini dilakukan pemeriksaan, semakin dini pula terapi yang akan
didapatkan, sehingga kemungkinan untuk teratasi akan lebih besar. Selain itu juga
harus diketahui dimana lokasi perdarahan serta penyebab pastinya. Perlu
dilakukan bebrapa pemeriksaan untuk menentukan terjadinya lokasi perdarahan.
Pemeriksaan inspekulo dapat dilakukan untuk menentukan perdarahan yang
terjadi pada vagina yang mengalami trauma atau keganasan, sedangkan untuk
pemeriksaan bagian dalam seperti pemeriksaan servik dapat dilakukan dengan
pemeriksaan USG.
Hal yang paling penting dilakukan untuk menghindari masalah-masalah tersebut
yaitu dengan melakukan pemeriksaan Pap Smear secara teraatur untuk mendeteksi
secara dini kelainan-kelainan yang terjadi pada organ reproduksi. Semua wanita
yang sudah pernah melakukan hubungan seksual dianjurkan untuk melakukan tes
ini secara rutin, minimal setahun sekali. Pap smear dilakukan sebagai pencegahan
supaya bisa mendeteksi kelainan lebih dini, sehingga terapinya lebih ringan. Kalau
stadiumnya sudah tinggi, maka penanganan yang dilakukan juga lebih sulit
walaupun dengan melakukan pengangkatan rahim sekalipun belum tentu dapat
menjadi solusi yang tepat, karena sel kanker sudah kemana-mana. Jika terdeteksi
ada masalah, pap smear bisa dilakukan lebih rutin.
B. PERUMUSAN MASALAH
Post coitus bleeding adalah perdaran dimana seorang wanita mengalami
perdarahan baik sedikit ataupun banyak diluar siklus haidnya dikarenakan adanya
suatu benda asing yang masuk ke dalam alat reproduksi wanita yang menimbulkan
suatu trauma seperti lecet atau perdarahan yang terjadi setelah melakukan
hubungan seksual. Perdarahan yang abnormal yang terjadi diluar siklus haid
merupakan suatu keadaaan yang
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP POST COITAL BLEEDING
1. DEFINISI
Perdarahan di luar masa haid adalah perdarahan yang terjadi setelah masa haid
berhenti atau dapat didefinisikan perdarahan yang terjadi pada seorang wanita
dimana wanita tersebut tidak berada pada siklus menstruasi. Jika terjadi di
luar masa haid, meskipun darah yang keluar cuma sedikit atau sekadar vlek,
Perdarahan yang abnormal yang terjadi diluar siklus haid merupakan suatu
keadaaan yang
2. ANALISA DATA
No Data Fokus
1
DS : Klien
Etiologi
Diskontinuitas jaringan
Masalah Keperawatan
Nyeri Akut
mengeluh
nyeri yang
menjalar ke
Infiltrasi leukosit
Infiltrasi
ekstremitas
yg telah mati
mediator
di serviks
inflamasi
tekanan local
perubahan
di daerah serviks
keseimbangan
bawah
DO : -
asam-basa
DS : Klien
Nyeri Kronis
Saat koitus
PK Perdarahan
mengeluh
adanya post
pd serviks
coital bleeding
disertai
Pecahnya PD pd serviks
perdarahan di
PK Perdarahan
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri Kronis berhubungan dengan diskontinuitas jaringan ditandai dengan
keluhan nyeri
b. PK Perdarahan
4. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
a. Nyeri Akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan ditandai dengan
keluhan nyeri
Tujuan dan Kriteria Hasil :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan nyeri
pasien dapat terkontrol, dengan kriteria hasil:
NOC : Pain Control
1) Pasien mengetahui panjang nyeri yang dirasakan (skala 5)
2) Pasien menggunakan analgetik untuk mengurangi nyeri (skala 5)
3) Pasien mengatakan nyeri sudah terkontrol dengan teknik non
farmakologis (skala 5)
NOC : Pain Level
1) TD normal : 100-120 / 60-80 mmHg
2) RR normal : 16 20 x/menit
3) HR normal : 60 -100x /menit
Intervensi
NIC : Pain Management
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
3) Ajarkan prinsip manajemen nyeri
4) Ajarkan tentang teknik non farmakologi
5) Tingkatkan istirahat
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian transfuse sesuai indikasi
III.
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Rumah Sakit
Ruangan
Tgl MRS
Tgl Pengkajian
Dignosa Medis
No. Register
1. Biodata
Nama
: Ny. FH
Umur
: 20 tahun
Suku
: Madura
Pendidikan : MI
Pekerjaan
: IRT
Agama
: Islam
Alamat
: Karangpring Sukorambi
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri dan terjadi perdarahan pada daerah kemaluannya.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga klien mengatakan perdarahan terjadi setelah klien dipaksa
melakukan hubungan suami istri dengan tetangganya pada hari selasa (18
Oktober 2016) kemarin. Klien telah dibawa kepuskesmas dan sekarang
dirujuk Ke RSD dr Soebandi karena masih keluar perdarahan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami perdarahan,
mentruasi normal setiap bulan. Klien tidak mengalami penyakit seperti
hipertensi, diabetes militus, jantung, asma dan lain-lain
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit hipertensi,
diabetes militus, jantung dan asma.
6. Riwayat Psikososial
Keluarga klien mengatakan klien cenderung pendiam dan tidak mau
berkomunikasi dengan lingkungan sekitar.
7. Pola-pola Fungsi Kesehatan
a. Pola Persepsi dan Tata Laksana Kesehatan
Klien kurang mengerti tentang tata laksana kesehatan, seperti menjaga
kesehatan, kebersihan yang kurang.
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Klien tidak mengalami gangguan pemenuhan nutrisi, sebelum masuk
rumah sakit klien makan sehari 2-3 kali per hari. Saat dirumah sakit klien
menghabiskan memakan makanan yang disediakan oleh rumah sakit.
c. Pola Aktivitas
Sebelum masuk rumah sakit klien beraktivitas sebagai ibu rumah tangga
dan mengurus anaknya yang masih kecil. Selama dirumah sakit klien
kebanyaan tidur dan sedikit beraktifitas, klien mengatakan nyeri pada
kemaluannya dan keluar darah bila dibuat beraktifitas, seperti duduk dan
berjalan.
d. Pola Eliminasi
Sebelum masuk rumah saikit klien BAB 1 kali dalam sehari di pagi hari,
BAK 4-5 kali dalam sehari. Saat dirumah sakit klien sudah BAK di pispot
dan BAB masih belum
e. Pola Persepsi Sensoris
Saat dapat berkomunikasi dengan lancar dengan keluarganya, namun
klien mengalami kesulitan berkomunikasi dengan tenaga kesehatan, klien
cenderung diam dan tidak menjawab pertanyaan dari petugas kesehatan.
f. Pola Konsep Diri
Selama dirumah klien sering menutup diri, diam dan tidak bersosialisasi
dengan lingkungan sekitarnya. Saat dirumah sakit klien enggan berbicara
dengan tenaga kesehatan yang ada dan hanya berbicara dengan ibunya
saja.
g. Pola Seksual
Klien baru saja ditinggalkan oleh suaminya, sehingga selama beberapa
bulan ini tidak melakukan hubungan seksual.
h. Pola Penanggulangan Stres
Klien tinggal dengan ayah dan ibunya serta adiknya, bila ada masalah
klien meminta bantuan ke salah satu anggota keluarganya. Klien paling
dekat dengan ibunya.
8. Riwayat Pengkajian Obstetri
a. Riwayat Penggunaan Kontrasepsi
Sebelumnya klien tidak memakai kontrasepsi
b. Riwayat Marital
Klien menikah usia 18 tahun, 1 kali dan sekarang berpisah dengan
suaminya.
c. Riwayat Menstruasi
Menstruasi
: 12 tahun
Lamanya
: 5-6 hari
Siklus
: normal, 28-30 hari
Disminor
: tidak
Keputihan
: tidak
Haid Terakhir
: awal bulan oktober 2016
d. Riwayat Kehamilan terdahulu
I : Perempuan, 2200 gr, Operasi SC, usia 14 bulan.
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan Cukup, Kesadaran komposmentis, GCS 456, grimace (+), skala
nyeri 4
b. Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
TB : 140 cm
Suhu : 36,6 oC
RR : 20 x/menit
BB : 39 Kg
c. Kepala dan Leher
Rambut: penyebaran rambut merata, tidak ada kelainan, nyeri (-), rambut
sedikit kotor. Mata: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak icterik, tidak
ada edema palpebra, penglihatan normal. Hidung: hidung bersih, tidak ada
sekret. Telinga: pendengaran normal, tidak ada abses, tidak ada serumen.
Mulut: gigi atas patah, mukosa kering. Leher: pembesaran kelenjar tiroid
(-), distensi vena jugularis (-).
d. Thorax/Dada
Bentuk simetris, ekspansi dada maksimal, tidak ada retraksi otot bantu
nafas, nyeri tekan (-), payudara simetris tidak ada kelainan, perkusi pekak,
suara nafas vesikuler, bunyi jantung S1 S2 tunggal.
e. Abdomen
Perut datar, bising usus (+), nyeri perut (-), uterus keras, perkusi tympani.
f. Genetalia dan Anus
Tidak ada varises, tidak ada hemoroid, ada perdarah 150 cc,
pemeriksaan VT terdapat robekan dinding vagina sebelah kanan 4 cm ,
nyeri (+).
g. Ekstremitas
Tonus otot kuat, CRT < 2 detik, turgor kulit < 2 detik, akral hangat. Kuku
tangan dan kaki panjang dan kotor.
10. Pemeriksaan Diagnostik
Belum dilakukan
B. ANALISA DATA
Tgl/Ja
m
19/10
2016
Jam
08.30
Data Penunjang
Masalah
Kemungkinan Penyebab
Nyeri Akut
Postcoital
Diskontinuitas jaringan
Pelepasan senyawa kimia
bradikinin dan
prostaglanding
Stimulasi saraf perifer
Nyeri Akut
19/10
2016
Jam
08.30
Resiko
Kekurangan
Volume Cairan
Postcoital
Kerusakan integritas
jaringan
Perdarahan
19/10
2016
Jam
08.30
19/10
2016
Jam
08.30
Risiko Kekurangan
Volume cairan
Risiko Infeksi
Defisit
Perawatan Diri
Postcoital
Diskontinuitas jaringan
Perdarahan
Port de exit - Port de entry
Risiko Infeksi
Kurangnya sumber
informasi
Support keluarga/
lingkungan kurang
Kurang pengetahuan tata
laksana kesehatan
19/10
2016
Jam
08.30
Ketidakefektifan
Koping
C. PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut yang berhubungan dengan agen cidera fisik (diskontinuitas
jaringan)
2. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan
volume cairan aktif (perdarahan)
tentang
dengan
nyeri,
menggunakan
meliputi:
lokasi,
verbal
dan
non
verbal
dari
darah
Monitor vital sign
Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
Kolaborasikan pemberian cairan intra vena
Hentikan perdarahan yang yang terjadi
Kolaborasi dalam pemberian obat penghenti perdarahan.
Kolaborasi kemungkinan persiapan tranfusi
3. Risiko infeksi yang berhubungan dengan terbukanya pertahan tubuh primer
(diskontinuitas jaringan)
a. Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatann selama 1x24 jam, diharapkan
pasien dapat menjelaskan kembali cara mengkontrol infeksi dengan
kriteria hasil sebagai berikut:
1) Mampu menerangkan cara-cara penyebaran infeksi
2) Mampu menerangkan factor-faktor yang berkontribusi dengan
penyebaran
3) Mampu menjelaskan tanda-tanda dan gejala
4) Mampu menjelaskan aktivitas yang dapat meningkatkan resistensi
terhadap infeksi
b. Rencana Tindakan
1) Bersikan lingkungan setelah digunakan oleh pasien
2) Ganti peralatan pasien setiap selesai tindakan
3) Batasi jumlah pengunjung
4) Ajarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan individu
5) Anjurkan pasien untuk cuci tangan dengan tepat
6) Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan
7) Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan setelah
meninggalkan ruangan pasien
8) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
9) Gunakan universal precautions
melakukan
perawatan diri
3) Pertimbangkan budaya klien ketika mempromosikan aktivitas
perawatan diri
4) Pertimbangkan
usia
pasien
ketika
mempromosikan
aktivitas
perawatan diri
5) Libatkan keluarga dalam membantu klien dalam berpakaian
6) Pertahankan privasi klien
7) Beri pujian atas usaha pasien dalam merawat diri.
5. Ketidakefektifan koping yang berhubungan dengan dukungan sosial yang
tidak adekuat yang diciptakan oleh karakteristik hubungan.
a. Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatann selama 1x24 jam, diharapkan
koping klien efektif kriteria hasil sebagai berikut:
1) Klien mengungkapkan secara verbal tentang koping yang efektif
2) Klien mengatakan telah menerima tentang kondisi dirinya
3) Mampu mengidentifikasi strategi tentang koping
4) Support sosial yang mendukung
b. Rencana Tindakan
1) Menginformasikan kepada klien alternatif atau solusi lain penanganan
masalah.
2) Memfasilitasi klien untuk membuat keputusan
verbal
dari
ketidaknyamanan klien.
Respon : ekspresi wajah grimace (+) saat mobilisasi.
d. Memberikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa lama
terjadi, dan tindakan pencegahan
Respon : Keluarga dan klien memperhatikan.
e. Mengajarkan penggunaan teknik relaksasi
Respon: Keluarga dan klien memperhatikan.
f. Memberikan pasien posisi yang nyaman.
Respon : Klien mengatakan nyerinya sedikit berkurang
g. Menganjurkan klien untuk meningkatkan tidur/istirahat.Mengevaluasi
tentang keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan
Respon : Klien dapat mengikuti intruksi menarik nafas dalam.
2. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan
volume cairan aktif (perdarahan)
Tindakan Keperawatan:
a. Mempertahankan catatan intake dan output yang akurat
b. Memonitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat dan tekanan
darah)
c. Monitor vital sign
TD 100/70 mmHg, Nadi 80 x/menit, RR 20 x/menit, Suhu 36,8 oC.
d. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
Respon: Klien menghabiskan porsi makan yang disediakan rumah sakit
e. Kolaborasikan pemberian cairan intra vena
Respon : Klien mengatakan nyeri saat dipasang infus.
3. Risiko infeksi yang berhubungan dengan terbukanya pertahan tubuh primer
(diskontinuitas jaringan)
Tindakan Keperawatan:
a. Membersikan lingkungan setelah digunakan oleh pasien
b. Mengganti peralatan pasien setiap selesai tindakan
c. Membatasi jumlah pengunjung
d. Mengajarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan individu
Respon : Klien dan keluarga mempraktekkan cara cuci tangan dan masih
bingung.
e. Mengajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda, gejala dari infeksi
dan cara pencegahan infeksi
Respon : Keluarga dan klien memperhatikan.
f. Menganjurkan pasien untuk cuci tangan dengan tepat dan menggunakan
g.
h.
i.
j.
k.
usia
pasien
ketika
mempromosikan
aktivitas
perawatan diri
e. Melibatkan keluarga dalam membantu klien dalam mengganti pakaian dan
celana dalam
Respon : Klien merasa lebih nyaman
f. Mempertahankan privasi klien
g. Memberi pujian atas usaha pasien dalam merawat diri.
Respon : keluarga klien tersenyum dan mengucapkan terima kasih.
5. Ketidakefektifan koping yang berhubungan dengan dukungan sosial yang
tidak adekuat yang diciptakan oleh karakteristik hubungan.
Tindakan Keperawatan:
a. Menggunakan pendekatan tenang dan menyakinkan.
Respon : Klien dan keluarga dapat diajak berkomunikasi.
b. Menginformasikan kepada klien alternatif atau solusi lain penanganan
masalah.
Respon : Klien bingung dengan kondisinya saat ini.
c. Memfasilitasi klien untuk membuat keputusan
Respon : Klien dapat berkomunikasi dengan baik dengan ibunya.
d. Membantu klien mengedentifikasi keuntungan dan kerugian dari keadaan
Respon : Keluarga klien mengerti tentang baik dan buruknya kondisi klien
saat ini
dan
non
verbal
dari
ketidaknyamanan klien.
3. Berikan pasien posisi yang nyaman.
4. Anjurkan klien untuk meningkatkan tidur/istirahat.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik untuk
mengurangi nyeri.
2. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan
volume cairan aktif (perdarahan)
S: Klien mengatakan kemaluannya masih keluar darah
O: Tanda-tanda vital TD: 100/70 mmHg, Nadi: 80 x/menit, RR : 20 x/menit,
Suhu : 36,8 oC. Perdarahan masih aktif 30 cc di pembalut. Pemeriksaan
dalam ada luka bagian dinding vagina sebelah kanan 4 cm. Akral
hangat, CRT < 2 detik, turgor kulir < 2detik, mukosa lembab. Infus RL
500 cc 20 tpm.
A: Masalah Belum Terjadi
P: Lanjutkan Intervensi
1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
2. Memonitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat dan tekanan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
darah
Monitor vital sign
Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
Hentikan perdarahan yang yang terjadi dengan heacting daerah yang terluka.
Kolaborasikan pemberian cairan intra vena.
Kolaborasi dalam pemberian obat penghenti perdarahan.
Kolaborasi kemungkinan persiapan tranfusi
3. Risiko infeksi yang berhubungan dengan terbukanya pertahan tubuh primer
(diskontinuitas jaringan)
S: Klien mengatakan mengerti tentang cara mencuci tangan yang benar.
O: Tanda-tanda vital TD: 100/70 mmHg, Nadi: 80 x/menit, RR : 20 x/menit,
Suhu : 36,8 oC. Perdarahan masih aktif 30 cc di pembalut. Pemeriksaan
dalam ada luka bagian dinding vagina sebelah kanan 4 cm.
A: Masalah Belum Terjadi
P: Lanjutkan Intervensi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
dan aseptik
8. Kolaborasi pemberian terapi antibiotik dengan memperhatikan prinsip
pemberian obat 6 benar (benar obat, benar nama, benar dosis, benar
waktu, benar cara pemberian, dan benar dokumentasi).
4. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan nyeri dan penurunan
motivasi
S: Klien mengatakan nyaman setelah menggunakan pakaian yang bersih
O: Keadaan umum cukup, Klien tampak segar, Baju dan celana dalam
diganti.
A: Masalah Teratasi Sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
1. Pantau tingkat kekuatan dan toleransi aktivitas
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penngkajian yang dilakukan meliputi anamnesa dan pemeriksaan
fisik diperoleh hasil bahwa klien didiagnosis mengalami kasus post coital bleeding.
Hal ini membutuhkan penanganan secara khusus dan harus dilakukan pemantauan
tentang kondisi luka dan jumlah perdarahan yang keluar. Post coital bleeding
merupakan kasus yang harus diperhatikan karena perdarahan yang terjadi diluar siklus
mentruasi merupakan tanda bahaya kegananasan atau masalah kandungan lainnya.
Klien harus menjaga kondisi tubuhnya dengan baik dengan cara memperhatikan
kebersihan luka, mengontrol jumlah perdarahannya, mengetahui perubahan pada
kondisi tubuhnya dan melakukan penanganan awal secara cepat agar perdarahannya
dapat terkontrol dan dapat teratasi sehingga tidak muncul komplikasi yang lain.
Masalah keperawatan yang terjadi pada kasus post coital bliding yang dialami Ny. FH
diantaranya adalah nyeri yang berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat
trauma post coitus, risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
kehilangan volume cairan aktif perdarahan, risiko infeksi yang berhubungan dengan
terbukanya pertahan tubuh primer, defisit perawatan diri yang berhubungan dengan
nyeri dan kurangnya motifasi dan ketidakefektifan koping yang berhubungan dengan
dukungan sosial yang tidak efektif.
Klien mengalami nyeri akibat trauma yang menyebabkan diskontinuitas jaringan pada
vagina sebelah kanan yang memgalami robekan 4 cm. Hal ini terjadi karenan
pemaksaan saat coitus (pemerkosaan) yang mengakibatkan ruptus pada jaringan. Pada
kasus ini nyeri klien dapat teratasi sebagian dengan menggunakan menejemen nyeri
yang dibuktikan dengan klien mengerti tentang proses terjadinya nyeri yang
dialaminya, klien mengungkapkan nyerinya dapat berkurang setelah melakukan terapi
relaksasi nafas dalam, klien dapat mempraktekkan relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi nyeri. Untuk maslah keperawatan resiko kekurangan volume cairan pada
klien karena terjadi perdarahan aktif dilakukan tindakan keperawatan seperti observasi
vital sign, melakukan pemberian cairan parenteral RL 20 tpm, memonitoring intake
input dan output klien, kolaborasi dalam melakukan heacting pada jaringan yang
ruptur dengan dokter. Perdarahan yang dialami klien masih terus terjadi namun
jumlah perdarahnya sudah berkurang dari sebelumnya. Risiko kekurangan volume
cairan tidak terjadi pada klien Ny FH yang dibuktikan dengan vital sign dalam batas
normal, turgor kulit baik, CRT < 2detik, akral hangat, mukosa lembab dan perdarahan
berkurang.
Masalah keperawatan resiko infeksi yang berhubungan dengan terbukanya pertahan
tubuh primer dilakukan tindakan keperawatan monitoring vital sign, melakukan vulva
hiegine, memberi penyuluhan tentang proses terjadinya infeksi dan personal hiegine,
kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi antibiotik dalam kasus ini
menggunakan cefotaxim 3 x 1 g. Untuk masalah keperawatan defisit perawatan diri
dan ketidakefektifan koping klien ini terjadi akibat adanya rasa tidak nyaman pada
dirinya dan kurannya motifasi dalam melakukan kebersihan diri. Kuranngnya support
sosial dari keluarga dan lingkungan sekitar juga mempengaruhi keadaan dari klien.
Asuhan keperawatan yang diberikan dalam kasus ini adalah memberikan motivasi dan
informasi tentang pentingnya kebersihan kemudian melibatkan keluarga klien dalam
setiap kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan klien dan keluarganya agar
terhindar dari penyakit dan proses penyembuhan penyakit menjadi lebih cepat.
V.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada pengkajian didapatkan data fokus keluhan utama ibu adalah nyeri nyeri
dan keluar darah pada kemaluannya, skala nyeri 4. Keadaan umum cukup,
kesadaran komposmentis, GCS 456, Grimace (+), perdarahan 150 cc.
Tekanan Darah : 110/70 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Respiratori Rate : 20
x/menit S: 36,6 oC. Perdarahan (+) 150 cc. VT terdapat robekan dinding
vagina sebelah kanan 4 cm. Berdasarkan hasil penngkajian yang dilakukan
meliputi anamnesa dan pemeriksaan fisik diperoleh hasil bahwa klien
didiagnosis mengalami kasus post coital bleeding.
2. Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dalam kasus diatas adalah:
a. Nyeri yang berhubungan dengan diskontinuitas jaringan akibat trauma post
coitus
b. Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan
volume cairan aktif perdarahan
c. Risiko infeksi yang berhubungan dengan terbukanya pertahan tubuh
primer
d. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan nyeri
e. Kurangnya motifasi dan ketidakefektifan koping yang berhubungan
dengan dukungan sosial yang tidak efektif
3. Rencana tindakan yang akan dilakukan fokus pada menejemen nyeri dan
pemantauan volume cairan karena terjadi perdarahan, dan mencegah terjadinya
syok hipovolemik.
4. Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien dan mengatasi masalah pasien
5. Evaluasi didapatkan hasil dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada
Ny FH diatas beberapa masalah sudah dapat teratasi sebagian dan masalah
resiko tidak terjadi. Dengan dilakukan tindakan keperawatan yang baik dan
sesuai dengan prosedur, masalah pada klien dapat segera diatasi. Selain
dukungan dari petugas kesehatan terhadap masalah yang dihadapai oleh klien,
support sosial dari orang terdekat seperti orang tua sangatlah dibutuhkan untuk
mempertahankan dan memperkuat koping yang dimiliki klien, sehingga klien
dapat melalui proses adaptasi secara optimal. Pemberian informasi yang
berkaitan dengan personal higene, proses penyembuhan luka dan proses
perjalanan infeksi sangatlah penting, sehingga klien dapat mempertahankan
status kesehatannya dan terjadinya proses penyembuhan luka yang cepat
terjadi.
B. Saran
1. Untuk Klien
Kasus perdarahan yang terjadi setelah post coitus harus di waspadai karena
apabila tidak segera ditangani bisa menyebakan perdarahan yang parah dan
membahayan bagi penderita.
2. Untuk Tenaga Kesehatan
a. Sebagai tenaga kesehatan, harus memberikan penyuluhan kepada
masyarakat khususnya kelompok wanita dan memberikan pengertian
tentang resiko yang akan timbul serta komplikasi akibat perdarahan.
b. Dapat menegakan diagnosa secara dini tentang penyakit perdarahan post
coitus juga merupakan tanda-tanda dari kegananasan dan harus segera
ditangi. Pemberian asuhan keperawatan yang komprehsip dapat
diberikan agar kebutuhan biopsikososial dan spiritual klien dapat
terpenuhi.
3. Untuk Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa
keperawatan, khususnya tentang asuhan keperawatan pada kasus dengan
postcoital bleeding. Hasil laporan ini diharapkan dapat berguna untuk
menambah meningkatnya mutu pelayanan keperawatan sehingga para
mahasiswa keperawatan dapat memberikan asuhan keperawatan yang
holistik.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechec, Gloria M., dkk .2013. Nursing Interventions Classification (NIC) ; Alih Bahasa,
Nurjannah, Intansari, Edisi Keenam. Mosby: Imprint of Elsevier Inc.
Farrer, H. 2001. Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakart: EGC
Guyton. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC
Herdman, T. Helter. 2015. Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi 2015-2017 ; Alih
Bahasa, Budi Anna Keliat. Jakarta: EGC
http://www.scribd.com/doc/77442630/askep-kanker-servik (akses tanggal 18 Oktober 2016)
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Mansyoer, A., dkk. 1999. Kapita SeleKta Kedokteran. Jakarta: Media Aeskulapius FKUI
Moorhead, Sue., dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) ; Alih Bahasa,
Nurjannah, Intansari, Edisi Kelima. Mosby: Imprint of Elsevier Inc.
Prawiroharjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Proses
Penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.
Sarwono, P. 1994. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Balai Penerbit UI