Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Gagal jantung merupakan suatu keadaan secara patofisiologis ditandai
dengan abnormalitas fungsi jantung, kegagalan pemompaan jantung dalam
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau gangguan kemampuan dalam
fase diastolik.Hal ini dapat disebabkan oleh kegagalan otot jantung maupun
dalam keadaan dimana fungsi jantung mendekati normal dengan kebutuhan
metabolisme jaringan yang tinggi. Gagal jantung biasanya menyebabkan
kegagalan sirkulasi, tetapi hal ini tidak terjadi pada semua kasus, karena dalam
berbagai jenis kondisi non kardiak ( seperti syok hipovolemik, syok septik) dapat
juga menyebabkan keagalan sirkulasi dengan kondisi jantung yang normal.
Untuk mempertahankan fungsi pompa jantung tubuh membentuk mekanisme
kompensasi
dengan
meningkatkan
volume
darah,
peninggian
tekanan,
jantung
susah
dikenali
secara
klinis, karena
beragamnya
keadaan klinis serta tidak spesifik serta hanya sedikit tanda-tanda klinis pada
tahap awal penyakit. Perkembangan terkini memungkinkan untuk mengenali
gagal jantung secara dini serta perkembangan pengobatan yang memperbaiki
gejala klinis, kualitas hidup, penurunan angka perawatan, memperlambat
progresifitas penyakit dan meningkatkan kelangsungan hidup 4.
Data yang diperoleh dari beberapa studi mengenai beberapa penggolongan
klinis terhadap pasien gagal jantung yang dirawat di rumah sakit dengan
perburukan gagal jantung. Studi ini menunjukan bahwa mayoritas pasien yang
dirawat dengan gagal jantung memiliki bukti hipertensi sistemik pada saat masuk
rumah sakit dan umumnya mengalami left ventricular ejection fraction (LVEF)5.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Definisi
Banyak definisi yang telah digunakan selama lebih 50 tahun untuk
mendefinisikan gagal jantung. Gejala gejala yang menjadi sorotan antara lain
jantung
dapat
berupa
gangguan fungsi
diastolik
atau
sistolik,
miokard, menjadi penyebab gagal jantung pada 70% dari pasien gagal
jantung.Penyakit katup sekitar 10% dan kardiomiopati sebanyak 10%3.
Kardiomiopati merupakan gangguan pada miokard dimana otot jantung
secara struktur dan fungsionalnya menjadi abnormal [dengan ketiadaan penyakit
jantung koroner, hipertensi, penyakit katup, atau penyakit jantung kongenital
lainnya] yang berperan terjadinya abormalitas miokard 3.
Tabel 1.Penyebab umum gagal jantung oleh karena penyakit otot jantung
(penyakit miokardial)3.
Penyakit jantung coroner
Hipertensi
Kardiomiopati
Obat obatan
Toksin
Endokrin
Nutrisional
Infiltrative
Lainnya
Banyak manifestasi
Sering dikaitkan dengan hipertrofi ven
kanan dan fraks injeksi
Faktor genetic dan non genetic (term
yang didapat seperti myocarditis)
Hypertrophic
(HCM),
dilated
(D
restrictive (RCM), arrhythmogenic
ventricular
(ARVC),
yang
terklasifikasikan
Blocker,
calcium
antago
antiarrhythmics, cytotoxic agent
Alkohol, cocaine, trace elements (me
cobalt, arsenik)
Diabetes mellitus,
hypo/hyperthyroi
Cushing
syndrome,
ad
insufficiency,excessive
growth
hor
phaeochromocytoma
Defisiensi thiamine, selenium, carn
Obesitas, kaheksia
Sarcoidosis, amyloidosis, haemochroma
penyakit jaringan ikat
Penyakit Chagas, infeksi HIV, peripa
cardiomyopathy, gagal ginjal tahap akhir
2.3 Klasifikasi
Gagal jantung dapat dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal
jantung kanan. Gagal jantung juga dapat dibagi menjadi gagal jantung akut, gagal
jantung kronis dekompensasi, serta gagal jantung kronis 6.
Gagal Jantung Kiri 6
lain
yang
jarang
termasuk
Hypertrophy
Primer
berdasarkan
tampilan
klinis
- Derajat II
- Derajat III : Gagal jantung berat dengan edema paru seluruh lapangan paru.
- Derajat IV
diaforesis).
Klasifikasi Stevenson menggunakan tampilan klinis dengan melihat
tanda kongesti dan kecukupan perfusi. Kongesti didasarkan adanya ortopnea,
distensi vena juguler, ronki basah, refluks hepato jugular, edema perifer, suara
jantung pulmonal yang berdeviasi ke kiri, atau square wave blood pressure pada
manuver valsava.
Status perfusi ditetapkan berdasarkan adanya tekanan nadi yang
sempit, pulsus
alternans,
hipotensi
simtomatik,
ekstremitas dingin
dan
risiko
tachyarrhythmias
ventrikel
dan
kematian
sel
mediator mediator
apoptosis
miosit.Elevasi
neurohormonal dan
imunomodulator yang diamati pada pasien dengan ADHF yang dikaitkan dengan
perburukan gejala gagal jantung dan perburukan prognosis pasien (Gambar 1)7.
Edema pulmonal
Heart
Failure
tahun
2006,
manifestasi
klinis
acute
10
2.6 Diagnosis
Alur diagnosis pasien yang dicurigai gagal jantung :
Gambar 2. Bagan diagnostik pasien yang dicurigai mengalami gagal jantung 3
Pasien dengan gagal jantung umumnya datang di instalasi gawat darurat
dengan manifestasi klinis volume overload atau hipoperfusi atau keduanya (tabel
4). Pasien yang datang dengan keluhan volume overload relatif mudah untuk
didiadnosis. Mereka umunya memiliki tanda dan gejala kongesti paru ( dispneu
saat
melakukan
kegiatan,
Orthopnea,
Paroxysmal
nocturnal
dan
spleen
atau
keduanya
menyebabkan
Hepatosplenomegali,
11
dan edema perifer juga muncul akibat akumulasi cairan pada kavitas peritoneum
dan perifer2,8.
Gagal jantung dengan hipoperfusi sulit untuk didiagonosis karena
kebanyakan gejala dan tanda tidak spesifik (tabel 4).Hipotensi dan perburukan
fungsi ginjal merupakan tolok ukur objektif terhadap hipoperfusi2.
Kesulitan mendiagnosis gagal jantung berdasarkan gejala dan tanda
memicu berkembangnya usaha untuk mengidentifikasikan biomarker terhadap
penyakit ini.Pemeriksaan dengan katerisasi jantung kanan dengan menggunakan
Swan Ganz Catheter yang merupakan gold standart untuk pengukuran tekanan
intrakardiak dan cardiac output, sayangnya katerisasi jantung merupkan prosedur
invasif yang mungkin menimbulkan komlokasi nantinya. Namun pemeriksaan
biomarker terhadap gagal jantung seperti B Type Natriuretic Peptide (BNP),
yaitu suatu neurohormonal yang dilepaskan dari ventrikel jantung (miokardium)
sebagai respon terhadap overload cairan dan peningkatan ketegangan dinding
(misalnya perenggangan), merupakan penunjang dignostik untuk ADHF dan
merupakan prediksi terhadap keparahan dan mortalitas yang dikaitkan dengan
gagal jantung. Jantung selain berfungsi sebagai pompa juga berfungsi sebagai
organ endokrin yang berfunsi bersama dengan sistem fisiologi lainnya untuk
mengatur volume cairan. Miokardium dalam hal ini menghasilkan natriuretic
peptide, salah satunya B Type Natriuretic Peptide , suatu hormone diuretik,
natriuretic dan bekerja menrelaksasi otot polos vascular2,5,8,9.
Pengukuran level B Type Natriuretic Peptide (BNP) memiliki kaitan
terhadap kondisi klinis tertentu antara lain yaitu :
Tabel 4. Kegunaan klinis terhadap level BNP serum9
Serum BNP < 100
Normal atau gagal jantung terkompensasi baik
Serum BNP 100 200
Gagal jantung terkompensasi baik
Normal (Usia lanjut, Wanita, Pengunaan Beta Blocker)
Cor pulmonal (gagal jantung kanan)
Hipertensi, disfungsi diastolic
Penyakit jantung iskemik
Serum BNP 200 400
Gagal jantung dekompensasi ringan sedang
Gagal jantung kronik terkompensasi
Serum BNP > 400
12
13
14
Gam
bar 3. Algoritma penatalaksanaan pada Acute decompensated heart failure. ADHF,
acute decompensated heart failure; AJR, abdominal jugular reflex; BiPAP, bilevel positive airway pressure; BNP, B-type natriuretic peptide; CI, cardiac index;
CPAP, continuous positive airway pressure; DOE, dyspnea on exertion; HJR,
hepatojugular reflex; JVD, jugular venous distention; PCWP, pulmonary
capillary wedge pressure; PND, paroxysmal nocturnal dyspnea; SBP, systolic
blood pressure; SCr, serum creatinine; SOB, shortness of breath; SVR, systemic
vascular resistance11
15
16
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama pasien
: Tn.M
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
:63 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
:Swasta
Alamat
Suku
: Aceh
Tgl. Masuk
: 16 Oktober 2013
VITAL SIGN
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran
: CM
Tekanan Darah
: 140/80 mmHg
Heart Rate
: 86 x/ menit 0C(regular)
: 36,7 0C
17
III.
ANAMNESA
A. Keluhan Utama
Sesak Nafas
B. Keluhan Tambahan
Lemas, batuk berdahak
C.
18
IV.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala
- Mata
- Telinga
- Hidung
- Lidah
2. Leher
3. Axilla
4. Thoraks Depan
Inspeksi
Palpasi
Stem premitus
Paru kanan
Paru kiri
Normal
Normal
Lap. Parutengah
Normal
Normal
Lap.Paru bawah
Meningkat
Meningkat
Perkusi
Paru kanan
Paru kiri
Sonor
Sonor
Lap. Parutengah
Sonor
Sonor
19
Lap.Paru bawah
Sonor memendek
Sonor memendek
Suara pokok
Paru kanan
Paru kiri
Vesikuler
Vesikuler
Lap.Paru tengah
Vesikuler
Vesikuler
Lap.Paru bawah
Bronkovesikuler
Bronkovesikuler
Suara tambahan
Paru kanan
Paru kiri
Rh(-) , Wh(-)
Rh(-) , Wh(-)
Rh(+) , Wh(-)
Rh(-), Wh(-)
Rh(+) , Wh(-)
Rh(+), Wh(-)
Auskultasi
5. Thoraks Belakang
Inspeksi
Palpasi
Stem premitus
Paru kanan
Paru kiri
Normal
Normal
Lap. Parutengah
Normal
Normal
Lap.Paru bawah
Meningkat
Meningkat
Perkusi
Paru kanan
Paru kiri
Sonor
Sonor
Lap. Parutengah
Sonor
Sonor
Lap.Paru bawah
Sonor memendek
Sonor memendek
20
Auskultasi
Suara pokok
Paru kanan
Paru kiri
Vesikuler
Vesikuler
Lap.Paru tengah
vesikuler
Vesikuler
Lap.Paru bawah
Bronkovesikuler
Suara tambahan
6.
Bronkovesikuler
Paru kanan
Paru kiri
Rh(-) , Wh(-)
Rh(-) , Wh(-)
Rh(-) , Wh(-)
Rh(-), Wh(-)
Rh(+) , Wh(-)
Rh(+), Wh(-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
midclavicula sinistra
Perkusi
: batas-batas jantung:
Kiri
sinistra
-
7. Abdomen
o
Inspeksi
o Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Tympani (+)
: Peristaltik (N)
21
8. Ekstremitas
Superior
Inferior
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
16 Oktober 2013
Nilai Rujukan
34%
40-55%
Haemoglobine
12,2 gr/dl
13-17 gr/dl
Leukosit
7.400/ul
4,1-10,5.103/ul
196.000/ul
150-400.103/ul
Ureum
40 mg/dl
20-45 mg/dl
Kreatinin
0,8 mg/dl
0,6-1,1 mg/dl
198
<200 mg/dl
19 Oktober 2013
Nilai Rujukan
39%
40-55%
Haemoglobine
13,5 gr/dl
13-17 gr/dl
Leukosit
8.100/ul
4,1-10,5.103/ul
162.000/ul
150-400.103/ul
1/0/2/80/12/5
3/1/6/50/70/40/8
Hematokrit
Trombosit
KGDS
Trombosit
Hitung jenis
22
LED
90 mm/jam
0-20 mm/jam
Hematokrit
39 %
40-55%
Billirubin total
1.07
0-1 mg/dl
Bilirubin direct
0.41
0-0,25 mg/dl
SGOT
44
0-31
SGPT
27
0-37
Alk.Phospatase
205
100-290
Protein total
8.0
0.3-8.3
Albumin
4,6
2,2-5,2
Globulin
3,4
1,3-3,2
HbSAG
Negatif
E :NN
L : Normal
Trombosit :
Normal
EKG
Tanggal 15 Oktober 2013
23
24
Interpretasi :
1. Irama
: Sinus
2. Qrs rate
: 83 x/menit
3. Regularitas
: Regular
4. Interval PR
: 0,12 s
5. Axis
: Normoaxis
6. Morfologi
Gel P
: 0,04
Kompleks QRS
Segmen ST :
T inverted
ST elevasi
:-
ST depresi
:-
: di V5 dan V6
25
Q patologis : 7. Kesan
Foto Thoraks
Tanggal 16 Oktober 2013
Ekspertise
Trakea
: Normal, Tidak mengalami deviasi
ICS kiri dan kanan : Sejajar, Tidak ditemukan adanya penyempitan
Cor
: Membesar kekiri
Bentuk Jantung normal, Pinggang jantung tidak
nampak jelas, dan tidak ada terlihat bentuk jantung
seperti sepatu, batas kanan jantung di linea
parasternal kanan. CTR : (5+14)/ 30 x 100% =63,4
%
: sulit dinilai
: chepalisasi
Aorta
Pulmo
Batas paru:
Apex
Atas
26
Tengah
Bawah
: costa II-IV
: costae IV- Diafragma
VII.
DIAGNOSA
ADHF wet and warm pada CHF ec IHD + DM Tipe II
VIII.
PENATALAKSANAAN
UMUM
Bedrest/ istirahat
O2 2 L/menit
Diet Jantung 1700 kkal
IX.
KHUSUS
Cardace 2x2,5 mg
Maintate 1 x 2,5 mg
Aspilet 1 x 80mg
Simvastatin 1 x 40 mg
Spironolakton 1 x 12,5 mg
Plavix tab 1 x 1 tab
Ambroxol syr 3 x CI
ISDN 3 x 5 mg.
EDUKASI
-
Perbanyak istirahat
Mobilisasi bertahap
Hindari makanan berlemak dan mengandung garam yang
berlebih
Minum obat yang teratur
PERENCANAAN
27
X.
Konsul Endokrin
PROGNOSIS
Quo ad Vitam
: dubia
: dubia
ANALISA KASUS
Gagal jantung merupakan suatu keadaan secara patofisiologis ditandai
dengan abnormalitas fungsi jantung, kegagalan pemompaan jantung dalam
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan atau gangguan kemampuan dalam
fase diastolik. Hal ini dapat disebabkan oleh kegagalan otot jantung maupun
dalam keadaan dimana fungsi jantung mendekati normal dengan kebutuhan
metabolisme jaringan yang tinggi 1. Gangguan fungsi jantung dapat berupa
gangguan fungsi diastolik atau sistolik, gangguan irama jantung, atau
ketidaksesuaian preload dan afterload.Keadaan ini dapat menyebabkan kematian
pada pasien.6
Penyebab daripenyakit kardiovaskular bersifat multifaktorial.Beberapa
faktorberhubungan dengangaya hidup, seperti merokok, kurangnya aktivitas fisik,
dan kebiasaan diet, dan hal ini dapat dimodifikasi. Faktor risiko lainyang
jugadapat dimodifikasi, seperti tekanandarah tinggi, diabetes mellitus tipe 2,
dandyslipidaemia, atau yang tidak dapat dimodifikasi, seperti usiadan jenis
kelaminlaki-laki.3
28
alternans,
hipotensi
simtomatik,
ekstremitas dingin
dan
29
30
: ICS III
o Kiri
sinistra
o Kanan
31
32
dikarenakan efek kerja dari furosemide lebih cepat (30 menit setelah
pemberian, masa kerja 4-6 jam) dan efeknya kuat dibandingkan
thiazide.Thiazide kurang efektif fiberikan pada pasien yang mengalami
penurunan fungsi ginjal.
2. Mencegah myocardial remodeling dan menghambat progresifitas gagal
jantung dengan memberikan ACE Inhibitors
3. Meningkatkan ejection fraction dengan penggunaan Beta Blocker.
Algoritma terhadap acute decompensated heart failure yang digunakan
untuk mengevaluasi diagnostik dan prognostik pasien dengan ADHF antara lain
yaitu :
33
34
BAB III
KESIMPULAN
35
DAFTAR KEPUSTAKAAN
36
12.
37