Vous êtes sur la page 1sur 14

Laporan Praktikum Ke-5

MK. Penilaian Status Gizi

Hari, Tanggal : Rabu, 24 April 2013


Tempat
: RK GMSK 1-2

THE ASSESSMENT OF THE NUTRITIONAL STATUS OF THE


COMMUNITY
Oleh :
Kelompok 6
Rifka Hayuningtyas
Nisya Dewi Prameita
Agung Yudhistiwa
M. Zulfadli Lubis
Regi Meiliani
Fitriyah Nafsiyah M.
Rahma Perdana Ridha

I14110065
I14110066
I14110069
I14110075
I14110076
I14110078
I14110079

Asisten Praktikum:
Quratu Aini
Yunita Magdalena
Penanggung Jawab Praktikum:
Dr. Hadi Riyadi

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Tabel 1 Descriptive list of selected clinical signs


Rambut

Muka

Mata

Group 1
Lack of lusture.
Rambut terlihat kusam dan
kering
Thinnes and spareness. Rabut
menjadi tipis dan jarang
Straigtness. Rambut menjadi
lurus yang tidak wajar
Dyspigemtation of the hair.
Warna rambut berubah
(coklat/ merah kecoklatan)
Flag sign (biasanya pada
anak-anak yang kwarsiorkor)
Easy pluckabality Rambut
mudah rontok dan dicabut
Diffuse depigmentation.
Muka terlihat melebar kaibat
adanya perubahan warna kulit
Naso-labial dyssebacea.
Muka pucat, keabuan,
kekuningan pada bagian
lipatan naso-labial)
Moon face. Muka seperti
bulan (pipi menonjol keluar)
Pale conjuctiva. Mata pucat
(biasanya sebagai penunjuk
anemia)

Group 2

Group 3

Corneal
vascularisasi..
Invasi pada
seperempat atau
seluruh bagian
luar dari kornea
(bagian
pembuluh darah)

Conjunctival xerosis. Mata


menjadi kering, berlendir
kental, kurang mengkilap,
bengkak pada bagian bola
mata. Tidak dapat dibasahi
oleh air mata)

Conjunctival
injection dan
sirkumkorneal
injeksi

Pingueculae.
Terdapat titik
tebal berwarna
kuning/ putih
yang menutupi
conjunctiva.
Umumnya
terlatak di
bagian lateral
sklera dekat
corneal margin.
Pterygium.
Terjadi karena
adanya lipatan
tebal di
conjunctiva.
Pertumbuhanny
a cepat. Luka
menembus
kornea.
Penyebab tidak
diketahui.

Bitots spots. Di mata terlihat


ada berkas garis yang jelas

Corneal xerosis. Kornea


kabur/ buram. Biasanya
bersamaan dengan
conjunctival xerosis.

Bibir

Keratomalacia. Berkurangnya
ketebalan dari kornea dan
berkurangnya kandungan/
prolapse iris. Proses
keratomalasia berlangsung
cepat. Struktur kornea hancur
menjadi masa yang kental dan
buram.
Angular palpebritis. Terdapat
luka yang ciri-cirinya terdapat
retakan pada bagian external
canthi dan berhubungan
dengan stomatitis yang kaku/
kering)
Angular stomatitis, Bibir
kering/ kaku

Conjunctival dan
sklera
pigmentation:
- Diffuse
conjunctiva
pigmantation
- Speckeld
area of
pigment
- Circumcorne
al pigment
ring
- Particles of
blue-black
choroidal
Cornea opacities
and scars.
Kornea tidak
bisa ditambus
cahaya dan
terdapat bekas
luka

Chronic
depigmentation
of the lower lip.
Biasanya
merupakan
penyembuhan
dari celiosis.

Kemunculan
berhubungan
dengan iritasi
yang
berkepanjngan.
Pannus. Infeksi
kornea karena
virus trakhoma

Lidah

Angular scars. Tterdapat


bekas luka yang kaku di bibir
Cheilosis. Lluka yang
memiliki ciri terbelah secara
vertikal. Komplikasi
selanjutnya adalah kemerahan,
bengak dan bernanah.
Oedema of tounge. Lidah
terlihat oedem yang dapat
dideteksi dengan memberikan
tekanan pada sisi-sisi lidah
Scarlet and raw tounge. Lidah
merah tua dan kasar
Magenta tounge. Lidah merah
keunguan

Atrophic papillae. Filiform


papila menghilang
Gigi

Mottled enamel. Gigi belangbelang dengan warna putih


kecoklatan

Hiperaemic dan
hipertrofi papila
Fissure Lidah
terlihat terbelah
Geographic
tongue. Terjadi
atrofi epitelium
namun tidak
menimbulkan
rasa sakit dan
tanpa gejala
Pigmented
tongue. Warna
mukosa nampak
hitam-biru)
Caries. Gigi
keropos
Attrition.
Pemotongan gigi
seri dan geraham
untuk diratakan.
Berhubungan
dengan diet,
terutama untuk
makanan yang
keras dimana
membutuhkan
waktu yang lama
untuk
menguyahnya
Enamel
hypoplasia.
Kerusakan pada
bagian
permukaan gigi
Enamel erosion.
Istilah diman
enamel gigi telah

Gusi

Spongy and bleeding gums.


Pembengkakan dari papila
interdental dan atau margin
gusi hingga berwarna ungu
atau merah.

Kelenjar

Thyroid enlargement.
Tingkatan pada gondok:
-Tingkat 1. Gondok dapat
diraba dan tidak dapat terlihat
dengan jelas ketika kepala
dalam posisi normal.
-Tingkat 2. Gondok terlihat
jelas pada posisi kepala
normal.
-Tingkat 3. Gondok yang
besar dan dapat terlihat dari
kejauhan.
Parotid enlargement. Positif
apabila kronis, dapat dilihat,
dan tidak sakit
Xerosis (kulit kering)
dipengaruhi juga oleh faktor
lingkungan.

Kulit

Folicular hyperkeratosis
Dibagi menjadi:
-Tipe I. Terdapat
hyperkeratosis pada folikel
rambut di sekitar mulut dan
membentuk plak menyerupai
tulang belakang.
-Tipe II. Mirip seperti tipe I
tetapi folikel rambut di sekitar
mulut berdarah
Petachiae. Terdapat
haemorrhagic spot di kulit/
mukus membran.
Pellagrous
dermatosis.Terdapat luka di

terkikis
Recession of
gums. Akibat
berhentinya
pertumbuhan
pada gusi.
Gynaecomastia.
Pembesaran
puting dan
jaringan kelenjar
payudara
subareolar pada
pria yang
bilateral.

Mosaic
dermatosis.
Terdapat plak
yang besar, keras
di bagian tengah
dan kulitnya
cederung
mengelupas.
Thickening and
pigmentation of
pressure points
Terdapat
penebalan kulit
pada siku, lutut
dan pergelangan
kaki. Area yang
terkena penyakit
ini akan
mengkerut atau
keriput.
Intertriginous
lesions.Kulit
merah dan kasar.

Pyorrhoea.
Margin gusi
bernanah,
berwarna merah
serta mudah
berdarah.

Kuku

Jaringan
Subkutan

Otot dan
Sistem
Tulang

kulit dan hyperpigmented


dengan atau tanpa adanya
kulit yang mengelupas. Pada
leher dinamakan Casals
necklace. Pada kasus yang
akut, warna kulit menjadi
merah, sedikit bengkak, gatal
dan terdapat sensasi seperti
terbakar. Pada kasus kronis,
dermatosis terjadi dengan
kulit yang menebal, kering
dan berubah menjadi
kecoklatan.
Flaky-paint dermatosis/
Crazy pavement dermatosis.
Bisa terjadi dimana saja,
tetapi biasanya pada pantat
dan belakang paha.
Scrotal and vulval
dermatosis(luka pada skrotum
dan vulva dan sering timbul
rasa gatal).
Koilonychia. Bilateral,
Tranvering
kelainan kuku seperti spoonridging
or
shaped pada anak dan dewasa. grooving
of
nails.
Positif apabila
lebih dari satu
pada ujung kuku
berwarna coklat
atau hitam.
Oedema. Awalnya muncul
pada bagian kaki, lalu
menyebar ke alat kelamin,
muka dan tangan.
Subcutan fat. Dapat diukur
dengan pengukuran lipatan
kulit menggunakan skin-fold
calipers.
Muscular wasting. Pada anakanak mucle wasting disertai
dengan hypotonia, pot belly,
dan lordosis. Dipengaruhi
juga oleh kekurangan protein
dan energi termasuk
kwashiokor.
Craniotabes. Tulang yang
lunak terutama pada tulang

Sistem
Pencernaa
n

occipital dan parietal. Hanya


terjadi pada bayi.
Musculo skeletal
haemorrhages. Pembesaran
haemorrhages terjadi sebagai
intramuscular haematoma,
haemarthrosis, dan
subperiosteal haemorrhage.
Deformities of the thorax.
Terdapat lekukan yang
mengelilingi secara lateral
kedua sisi dada.
Frontal parietal
bossing.Terdapat penebalan
dan penumpukan pada tulang
frontal dan parietal. Dapat
disebabkan karena zat gizi dan
anemia sickle cell anemia.
Beading
of
the
ribs.
Pembesaran pada nodular
costo-chondral junctions yang
dapat menghasilkan rosary
efek.
Persistently open anterior
fontanelle. Tandanya tidak
spesifik dan bisa ditemukan
pada hydrocephalus dan
kondisi lainnya. Pengukuran
dilakukan pada bagian ubunubun setelah usia 18 bln.
Epiphyseal enlargement.
Pembesaran dari ujung
epiphyseal pada long bones,
khususnyamempengaruhiradiu
s danulnapada
tingkatpergelangan tangan,
dan tibia dan fibula pada
tingkat pergelangan kaki.
Kock knees
Bow legs
Diffuse or local pelvic
skeletal deformities
Hepatomegaly. Disebabkan
kurang protein, tingginya
asupan karbohidrat dan
berbagai macam etiologi,
termasuk malaria yang kronis,
malnutrisi dan hasil dari

migrasi larva cacing melalui


hati.
Sistem
Cardiac enlargement
Pernafasan Tachycardia
Sistem
Psychomotor change. Sering
syaraf
terjadi pada anak yang kurang
energi dan protein. Penderita
menjadi kurang peduli pada
lingkungan di sekitarnya.
Mental confusion. Seonsory
loss, motor weakness, loss of
position sense, loss of
vibration sense, loss of ankle
or knee jerks and calf
tenderness.

Blood pressure

Tabel 2 Guide to interpretation of groupings of clinical clinis


Zat Gizi
Protein
Vitamin A
Riboflavin
Thiamine

Hair Face Eyes

Lips

Tounge

Muscula
r and
skeletal
system

Internal
system

Niacin
Vitamin C
Vitamin D
Iron
Folic acid
and
vitamin
B12
Iodine
Fluor

Gums

Subcutaneous
Glands Skin Nails
tissue

Tabel 2 Guide to interpretation of groupings of clinical clinis


Suggested nutrient
abnormality

Sign

Organ

Skin

Subcutaneous tissue
Muscular and skeletal
system

Dyspigmentation of the
hair
Thin sparse hair
Straight hair
Easy pluckability of the
hair
Flakypaint dermatosis
Diffusse depigmentation
of the skin
Oedeme
Muscle wasting

Psycomotor change
Hepatomegaly
Bitot Spot
Conjungtival xerosis
Corneal xerosis
Keratomalacia
Dyssebaceae
Angular palpebratis

Hair

Protein

Internal system

Vitamin A

Eyes

Riboflavin

Face
Eyes

Lips
Tounge
Skin

Thiamine

Niacin

Internal system

Tounge
Skin
Gums

Vitamin C

Skin
Muscular and skeletal
system

Vitamin D

Muscular and skeletal


system

Iron

Eyes
Tounge
Nails

Folic acid and vitamin


B12

Eyes

Iodine

Glands

Fluor

Gums

Cornea vascularization
Angular stomatitis
Cheilosis
Magenta tounge
Atropic papillae
Scrotal dermatosis
Tachycardia
Cardiac enlargement
Loss of ankle jerk
Loss of knee jerk
Motor weakness
Calf-muscle tenderness
Sensory loss
Scarlet & raw tongue
Tongue fissuring
Atropic papillae
Pellagrous dermatosis
Spongy and bleeding
gums
Petechiae
Follicular hyperkeratosis
Intramuscular or
subperiosteal haematoma
Epiphyseal enlargement
Epiphyseal enlargement
Beading of ribs
Persistently open anterior
fontanelle
Craniotabes
Muscular hypotonia
Frontal or parietal
bossing
Knock-knees or bow legs
Deformities of the thorax
Pale conjunctiva
Atrophic lingual papillae
Koilonychia
Pale conjunctiva
Enlargement of the
thyroid
Enamel hypoplasia

DAFTAR ISTILAH TERMINOLOGI


Istilah

Penjelasan

Nutritional Assessment (Penilaian Gizi) Penafsiran informasi dari konsumsi,


laboratorium, antropometri, dan studi
klinis.
Nutriition Surveys (Survei Gizi)
Dapat membangun dasar data gizi atau
memastikan status gizi seluruh populasi.
Cross-sectional survey gizi dan
mengidentifikasi dan menggambarkan
populasi berisiko untuk malagizi kronis.
Nutrition Surveillance (Pengawasan
Pemantauan berkelanjutan terhadap
Gizi)
status gizi kelompok populasi yang
dipilih.
Data
yang
diperoleh
dikumpulkan,
dianalisis,
dan
dimanfaatkan pada jangka waktu
tertentu.
Dapat
mengidentifikasi
kemungkinan penyebab malagizi akut
dan kronis.
Nutrition Screening
Mengidentifikasi malagizi individu
yang membutuhkan intervensi.
Nutrition Intervention (Penafsiran atau Mengidentifikasi target populasi yang
intervensi gizi)
beresiko selama survey dan screening
gizi. Terdapat tiga tipe, yaitu:
suplementasi,
fortifikasi,
dan
pendekatan diet.
Dietary Methode (Metode Diet)
Mengidentifikasi defisiensi zat gizi di
tingkat pertama.
Laboratory Methode (Metode
Termasuk tes biokimia dan fungsional.
Laboratorium)
Tes biokimia mengukur zat gizi di
cairan giologis atau jaringan atau
ekskresi urin atau metabolismenya.
aaates fungsional Tes fungsional dapat
lebih lanjut dikategorikan ke dalam tes
fungsional biokimia dan fungsional
fisiologis atau tes kebiasaan.
Anthropometric Methode (Metode
Pengukuran fisik dan komposisi bruto
Antropometri)
tubuh. Pengukuran divariasikan dengan
usia (kadang dengan jenis kelamin) dan
tingkat gizi.
Clinical Methode (Metode Klinis)
Riwayat kesehatan dan pemeriksaan
fisik yang digunakan untuk mendeteksi
tanda dan gejala yang berhubungan

Ecological Faktor (Faktor Ekologi)

Indices (Indeks)

Indicator (Indikator)

dengan malagizi.
Faktor yang mempengaruhi status gizi
individu atau populasi, termasuk
diantaranya sosioekonomi dan data
demografi.
Kombinasi hasil pengukuran dari
keempat metode (metode diet, metode
laboratorium, metode antropometri, dan
metode klinis). Misalnya, kombinasi
tinggi badan terhadap umur, indeks
massa tubuh, densitas zat gizi, dan ratarata volume sel.
Indeks dan refernsi yang terkait batas
(cutoff).

Studi Objektif

Menentukan desain umum dari


sistem
penilaian,
pengukuran
mentah, dan pada gilirannya,
indeks dan indikator yang berasal
dari pengukuran.

Probabilitas Protokol Sampling

Metode yang digunakan ketika frame


(batasan) sampling tersedia.
Metode yang digunakan ketika frame
sampling tidak tersedia
Teknik non-probabilitas paling baik.
Sebagai contoh, digunakan untuk
penelitian klinis, Ketika layak untuk
merekrut semua pasien yang memenuhi
kriteria seleksi, melewati periode waktu
yang cukup panjang untuk menghindari
faktor musiman atau perubahan lain dari
waktu ke waktu.
Melibatkan individu ke dalam studi
yang terjadi akan tersedia pada waktu
pengumpulan
dan
yang
setuju
berpartisipasi.
Melibatkan pembagian target populasi
ke dalam sejumlah kategori yang
berbeda (misalnya, kelompok umur,
penduduk) dan mengambil
Melibatkan penggambaran sampel acak
dari seluruh targer populasi. Mengambil
sejumlah orang dari setiap kategori
sampai sampel akhir.
Membagi target populasi ke dalam
sejumlah kategori atau strata (Misalnya,
populasi urban dan rural, perbedaan
kelompok etnik, area geografis atau
wilayah administrative). Sampel acak

Non-Probabilitas Protokol Sampling


Consecutive Sampling (Sampling
Beruntun)

Convenience Sampling (Sampling


Mudah)
Quota Sampling (Sampling Kuota)

Simple Random Sampling

Stratified Random Sampling

Multistage Random Sampling


Validitas

Reprodusibilitas atau presisi

yang terpisah kemudian diambil dari


setiap strata.
memerlukan definisi sejumlah tingkat
sampling dari setiap sampel yang
diambil sampel acak.
Menggambarkan kecukupan dengan
indeks pengukuran manapun, atau
indikator mencerminkan apa saja yang
bertujuan untuk mengukur.
Presisi adalah tingkat kebebasan alat
ukur
dari
kesalahan
acak.
Reprodusubilitas merupakan kedekatan
hasil pengukuran dalam beberapa kali
input yang sama.

Akurasi

Kedekatan hasil pengukuran suatu alat


ukur terhadap ukuran yang sebenarnya
pada suatu objek. Akurasi pengukuran
dapat dikontrol dengan menggunakan
referensi terhadap nila standar.

Kesalahan acak

Deviasi hasil pengukuran terhadap hasil


yang sebenarnya akibat perbedaan cara
pengukuran dalam setiap ulangan.
Terdapat tiga sumber kesalahan acak
yaitu variasi sifat biologis individu,
kesalahan sampel, dan kesalahan
pengukuran.
Kesalahan yang diakibatkan oleh
kesalahan alat terhadap objek. Bias
dapat terjadi pada semua sistem
penilaian gizi.
Jenis bias khusus yang berdampak
terhadap validitas pengamatan.
Suatu indikator yang digunakan untuk
memprediksi perubahan status gizi.
sensitivitas juga digunakan untuk
mendeskripsikan kemampuan analisi
dari suatu metode analisis .

Kesalahan sistem atau bias

Kerancuan
Sensitivitas

Spesifisitas

Prevalensi

Indeks yang mengacu pada kemampuan


suatu indikator untuk mengidentifikasi
dan mengkalsifikasikan suatu hasil
pengukuran.
Jumlah individu yang mengalami
malagizi atau terjangkit penyakit
sepanjang periode waktu tertentu.
Jumlah prevalensi aktual adalah

Nilai prediktif

Masalah etika

Faktor tambahan

Evaluasi indeks penilaian gizi

Distribusi referensi

proporsi individu yang benar benar


mengalami malagizi atau terinfeksi
penyakit pada suatu populasi.
Suatu nilai yang menggambarkan
kemungkinan ada tidaknya malanutrisi
atau penyakit. Nilai prediktif dapat
menunjukkan prediksi positif maupun
negatif. Nilai prediktif setiap uji yang
dilakukan tidak selalu sama, tergantung
pada sensitivitas, spesialisasi, dan
prevalansi malagizi atau penyakit. Nilai
prediktif merupaka indikator terbaik
dalam penggunaan beberapa uji status
gizi.
Garis panduan formal pada penelitian
biomedis yang terdapat dalam suatu
deklarasi yang dilaksanakan oleh
CIOMS 1991.
Faktor tambahan yang dapat diterima
sebagai pola atau metode pengukuran
status gizi. Beberapa fator yang
dimaksud meliputi wilayah survei, biaya
pengolahan data, alat dan personil yang
dibutuhkan, beban responden, dan
penerimaan metode.
Indeks penilaian gizi dapat dievaluasi
melalui perbandingan terhadap nilai
standar dengan menggunakan persentil,
Z-score, atau presentase dan median.
Referensi nilai diperoleh dari referensi
kelompkm sampel. distribusi dari
referensi yang ada disebut dengan
distribusi referensi. Meskipun dalam
teori disebutkan bahwa hanya individu
yang sehat sajayang tergolong dalam
kelompok sampel referensi, faktanya
jarang sekali seperti itu. Faktor faktor
yang
harus
disesuaikan
ketika
membandingkan nilai pengamatan
dengan referensi antara lain adalah jenis
kelamin, umur, status psikologi,
raspostur tubuh, prosedur dan waktu
analisis, aktivitas fisik, dan status puasa.

Vous aimerez peut-être aussi