Vous êtes sur la page 1sur 18

Askep Asmatikus

A. Pengertian
Status Asmatikus adalah suatu keadaan dimana penyakit asma yang tidak dapat ditangani
dengan pengobatan biasa, melainkan harus dengan menggunakan alat, seperti Bronkodilator.
Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh
periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif (bersifat menghambat, menyumbat) intermiten
(terjadi berkala setelah interval tertentu), reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara
hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).
Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit gangguan
jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode
bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
menyebabkan penyempitan jalan nafas.
B. Etiologi
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh :
1) Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.
2) Pembengkakan membran bronkus.
3) Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.
C. Patofisiologi
Pencetus serangan (alergen, emosi/stress, obat-obatan, infeksi).
Kontraksi otot polos.
Edema (penimbunan cairan yang berlebih didalam jaringan) mukusa.
Hipersekresi (sekresi yang berlebih).
Penyempitan saluran pernapasan (obstruksi).
Hipoventilasi (keadaan nafas yang lambat dan dangkal).
distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru
Gangguan difusi gas di alveoli
Hipoxemia (keadaan kadar oksigen yang menurun dalam darah).
Hiperkarpia
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu alergi dan psikologis, kedua
faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otot-otot polos, meningkatnya sekret
abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi
mukus jalan nafas, sehingga terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara di
terminal oleh berbagai macam sebab maka akan menimbulkan gangguan seperti gangguan
ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru,
gangguan difusi gas di tingkat alveoli.
Tiga kategori asma alergi (asma ekstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yaitu yang disebabkan
alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit atopik seperti eksim, dermatitis

(radang kulit), demam tinggi dan klien dengan riwayat asma. Sebaliknya pada klien dengan asma
intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang
spesifik seperti flu, latihan fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma.
Mediator kimia
Patofisiologi
Bronkokonstriksi, Edema Mukosa, Sekresi Berlebihan
Penyumbatan jalan nafas
Ventilasi tidak seragam
Hiperinflasi
Atelectasis
Kelenturan berkurang
Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
Hipoventilasi alveolar
asidosis
Surfaktan berkurang
Kerja pernapasan bertambah
Pco2
Vasokonstriksi pulmonal
Po2
a.

Manifestasi klinis
Manifestasi klinik pada pasien asmatikus adalah batuk, dyspnoe (sesak nafas), dan wheezing
(terengah-engah). Pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada penderita yang
sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak
penderita bernafas cepat, dalam, gelisa, duduk dengan tangan menyangga ke depan serta tampak
otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
1) Tingkat I :
a) Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
b) Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di
laboratorium.
2) Tingkat II :
a) Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-tanda
obstruksi jalan nafas (batuk, sesak nafas, wheezing).
b) Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.

3) Tingkat III :
a) Tanpa keluhan.
b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
c) Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.
4) Tingkat IV :
a) Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
5) Tingkat V :
a) Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat
bersifat refrakter (tak beraksi) sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
b) Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.
b. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang seperti :
a. Spirometri (pengukuran kapasitas udara paru) :
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
b. Tes provokasi :
1). Untuk menunjang adanya hiperaktifitas bronkus.
2). Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes spirometri.
3). Tes provokasi bronkial seperti :
Tes provokasi histamin (suatu senyawa amin depressor yang didapat dengan dekarboksilasi
histidin), metakolin, alergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi (keadaan nafas yang cepat) dengan
udara dingin dan inhalasi (penghirupan) dengan aqua destilata.
4). Tes kulit : Untuk menunjukkan adanya anti bodi Ig E (kependekan immunoglobulin, protein
penting dalam mekanisme imunologis) yang spesifik dalam tubuh.
c. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.
d. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.
e. Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
f. Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.
g. Pemeriksaan sputum.
c. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah pneumotoraks, atelektasis, gagal
nafas, bronchitis.
d. Terapi/Pengobatan
Pemberian Aminophilin secara intrvena dosis awal 5 - 6 mg/kg BB dewasa/anak-anak, disuntikan
perlahan-lahan dalam 5 - 10 menit. untuk dosis penunjang 0,9 mg/kg BB/jam secara infus. Efek
samping TD menurun bila tidak perlahan-lahan.Obat-obat Bronkhodilatator Simpatomimetik
memberi efek samping takhikardi, penggunaan perentral pada orang tua harus hati-hati,
berbahaya pada penyakit hipertensi, kardiovaskuler dan serebrovaskuler. Pada dewasa dicoba

dengan 0,3 ml larutan epineprin 1 : 1000 secara subkutan. Anak-anak 0.01mg / kg BB subkutan
(1mg per mil ) dapat diulang tiap 30 menit untuk 2 - 3 x tergantung kebutuhan. Obat-obat
Bronkhodilator serta aerosol bekerja lebih cepat dan efek samping sistemik lebih kecil. Baik
digunakan untuk sesak nafas berat pada anak-anak dan dewasa. Mula-mula diberikan 2 sedotan
dari suatu metered aerosol defire ( Afulpen metered aerosol ). Jika menunjukkan perbaikan dapat
diulang tiap 4 jam, jika tidak ada perbaikan sampai 10-15 menit berikan aminofilin intrvena. 1.
Bronchodilator Tidak digunakan alat-alat bronchodilator secara oral, tetapi dipakai secara
inhalasi atau parenteral. Jika sebelumnya telah digunakan obat golongan simpatomimetik (obat
yang efeknya serupa perangsangan saraf ortosimpatik), maka sebaiknya diberikan aminofilin
secara parenteral sebab mekanisme yang berlainan, demikian sebaliknya, bila sebelumnya telah
digunakan obat golongan Teofilin oral maka sebaiknya diberikan obat golongan simpatomimetik
secara aerosol atau parenteral. Obat-obat bronchodilator golongan simpatomimetik bentuk
selektif terhadap adreno reseptor (Orsiprendlin, Salbutamol, Terbutalin, Ispenturin, Fenoterol )
mempunyai sifat lebih efektif dan masa kerja lebih lama serta efek samping kecil dibandingkan
dengan bentuk non selektif (Adrenalin, Efedrin, Isoprendlin).
2. Kortikosteroid Jika pemberian obat-obat bronkhodilator tidak menunjukkan perbaikan,
dilanjutkan dengan pengobatan kortikosteroid 200 mg hidrokortison atau dengan dosis 3-4
mg/kg BB intravena sebagai dosis permulaan dapat diulang 2-4 jam secara parenteral sampai
serangan akut terkontrol, dengan diikuti pemberian 30-60 mg prednison atau dengan dosis 1-2
mg/kg BB/hari secara oral dalam dosis terbagi, kemudian dosis dikurangi secara bertahap.
3. Pemberian Oksigen Melalui kanul hidung dengan kecepatan aliran O2 2-4 liter/menit dan
dialirkan melalui air untuk memberi kelembaban. Obat Ekspektoran seperti Gliserolguayakolat
dapat juga digunakan untuk memperbaiki dehidrasi, maka intik cairan peroral dan infus harus
cukup, sesuai dengan prinsip rehidrasi, antibiotik diberikan bila ada infeksi.
a. Asuhan Keperawatan Asmatikus
i. Pengkajian
a. Identitas klien
1). Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin
- Kaji
riwayat
pribadi
atau
keluarga
tentang
penyakit
paru
sebelumnya.
- Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
Kaji riwayat pekerjaan pasien.
2). Riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat dingin.
3). Riwayat keluarga: riwayat keturunan
4). Status mental : lemas, takut, gelisah
5). Pernapasan
- Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
Napas
memburuk
ketika
pasien
berbaring
terlentang
ditempat
tidur.

- Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan hidung.


- Adanya bunyi napas mengi.
- Adanya batuk berulang.
6). Gastro intestinal : adanya mual, muntah.
7). Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah
ii. Pemeriksaan Fisik
Dada:
1). Contour, Confek, tidak ada defresi sternum
2). Diameter antero posterior lebih besar dari diameter transversal
3). Keabnormalan struktur Thorax
4). Contour dada simetris
5). Kulit Thorax ; Hangat, kering, pucat atau tidak, distribusi warna merata
6). RR dan ritme selama satu menit.
Palpasi :
1). Temperatur kulit
2). Premitus : fibrasi dada
3). Pengembangan dada
4). Krepitasi (bunyi seperti gesekan rambut dengan jari)
5). Massa
6). Edema (penimbunan cairan yang berlebih didalam jaringan).
Auskultasi:
1). Vesikuler
2). Broncho vesikuler
3). Hyper ventilasi
4). Rochi
5). Wheezing
6). Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.
iii. Diagnosa Keperawatan
KRITERIA
NO
DIAGNOSA
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
HASIL
1.
Tidak efektifnya Jalan
nafas Sesak berkurang,1. Auskultasi bunyi nafas,1. Beberapa
derajat
bersihan
jalan kembali
batuk berkurang, catat adanya bunyi spasme bronkus terjadi
nafas
efektif.
klien
dapat nafas,
misalnya
: dengan obstruksi jalan
berhubungan
mengeluarkan
wheezing, ronkhi.
nafas. Bunyi nafas
dengan akumulasi
sputum,
redup dengan ekspirasi
mukus.
wheezing
mengi
(empysema),
berkurang/hilang,
tak ada fungsi nafas
vital dalam batas
(asma berat).

2.

normal keadaan2. Kaji / pantau frekuensi2. Takipnea biasanya ada


umum baik.
pernafasan catat rasio pada beberapa derajat
inspirasi dan ekspirasi. dan dapat ditemukan
pada
penerimaan
selama strest/adanya
proses infeksi akut.
Pernafasan
dapat
melambat
dan
frekuensi
ekspirasi
memanjang dibanding
inspirasi.
3. Kaji pasien untuk3. Peninggian
kepala
posisi yang aman, tidak mempermudah
misalnya : peninggian fungsi
pernafasan
kepala tidak duduk dengan menggunakan
pada sandaran
gravitasi.
4. Observasi karakteristik4. batuk dapat menetap
batuk, menetap, batuk tetapi tidak efektif,
pendek, basah. Bantu khususnya pada klien
tindakan
untuk lansia,
sakit
keefektipan
akut/kelemahan.
memperbaiki
upaya
batuk.
5. Berikan air hangat.
5. penggunaan
cairan
hangat
dapat
menurunkan spasme
bronkus.
Tidak efektifnya Pola
nafas Pola
nafas1. Kaji
frekuensi1. kecepatan
biasanya
pola
nafas kembali
efektif,
bunyi kedalaman pernafasan mencapai kedalaman
berhubungan
efektif.
nafas
normal dan ekspansi dada. pernafasan bervariasi
dengan penurunan
atau bersih, TTV Catat upaya pernafasan tergantung
derajat
ekspansi paru.
dalam
batas termasuk penggunaan gagal nafas. Expansi
normal,
batuk otot bantu pernafasan / dada terbatas yang
berkurang,
pelebaran nasal.
berhubungan dengan
ekspansi
paru
atelektasis dan atau
mengembang.
nyeri dada
2. Auskultasi bunyi nafas2. ronki dan wheezing
dan catat adanya bunyi menyertai
obstruksi

nafas seperti krekels,


wheezing.
3. Tinggikan kepala dan3.
bantu mengubah posisi.

3.

4.

jalan nafas / kegagalan


pernafasan.
duduk
tinggi
memungkinkan
ekspansi paru dan
memudahkan
pernafasan.
4. Observasi pola batuk4. Kongesti
alveolar
dan karakter sekret.
mengakibatkan batuk
sering/iritasi.
5. Dorong/bantu pasien5. dapat
dalam nafas dan latihan meningkatkan/banyak
batuk.
nya sputum dimana
gangguan ventilasi dan
ditambah
ketidak
nyaman
upaya
bernafas.
Gangguan nutrisi Kebutuhan
Keadaan umum 1. Kaji status nutrisi1. menentukan
dan
kurang
dari nutrisi dapat baik,
mukosa klien (tekstur kulit, membantu
dalam
kebutuhan tubuh terpenuhi.
bibir
lembab, rambut, konjungtiva).
intervensi selanjutnya.
berhubungan
nafsu
makan 2. Jelaskan pada klien2. peningkatan
dengan
intake
baik, tekstur kulit tentang
pentingnya pengetahuan
klien
yang
tidak
baik,
klien nutrisi bagi tubuh.
dapat
menaikan
adekuat.
menghabiskan
partisipasi bagi klien
porsi
makan
dalam
asuhan
yang disediakan,
keperawatan.
bising usus 6-12 3. Timbang berat badan3. Penurunan berat badan
kali/menit, berat dan tinggi badan.
yang
signifikan
badan
dalam
merupakan indikator
batas normal.
kurangnya nutrisi.
4. Anjurkan klien minum4.air
hangat
dapat
air hangat saat makan.
mengurangi mual.
5.Anjurkan
klien5. memenuhi kebutuhan
makan sedikit-sedikit nutrisi klien.
tapi sering
Intoleransi
Klien
dapat KU klien baik, 1. Evaluasi respons1. menetapkan
aktivitas
melakukan
badan
tidak pasien
terhadap kebutuhan/kemampua
berhubungan
aktivitas
lemas,
klien aktivitas. Catat laporan n
pasien
dan

dengan kelemahan sehari-hari


fisik.
secara mandiri.

5.

dapat beraktivitas
secara mandiri,
kekuatan
otot
terasa pada skala
sedang

dyspnea peningkatan
kelemahan/kelelahan
dan perubahan tanda
vital selama dan setelah
aktivitas.
2. Jelaskan pentingnya2.
istirahat dalam rencana
pengobatan
dan
perlunya keseimbangan
aktivitas dan istirahat.

memudahkan
intervensi.

pilihan

Tirah
baring
dipertahankan selama
fase
akut
untuk
menurunkan
kebutuhan metabolik,
menghemat
energi
untuk penyembuhan.
3. Bantu pasien memilih3.pasien mungkin nyaman
posisi nyaman untuk dengan kepala tinggi
istirahat dan atau tidur. atau
menunduk
4.
Bantu
aktivitas kedepan meja atau
keperawatan diri yang bantal.
diperlukan.
Berikan4.
meminimalkan
kemajuan peningkatan kelelahan
dan
aktivitas selama fase membantu
penyembuhan
keseimbangan suplai
dan
kebutuhan
oksigen.
5. Berikan lingkungan5.menurunkan stress dan
tenang
dan
batasi rangsangan berlebihan
pengunjung selama fase meningkatkan
akut sesuai indikasi.
istirahat.
Kurangnya
Pengetahuan
Mencari tentang 1. Diskusikan aspek1. informasi
dapat
pengetahuan
klien tentang proses penyakit : ketidak nyamanan dari manaikkan koping dan
tentang
proses proses
- Klien mengerti penyakit,
lamanya membantu
penyakitnya
penyakit
tentang definisi penyembuhan,
dan menurunkan ansietas
berhubungan
menjadi
asma
harapan kesembuhan.
dan
masalah
dengan kurangnya bertambah.
- Klien mengerti
berlebihan.
informasi
tentang penyebab 2. Berikan informasi2. kelemahan dan depresi
dan pencegahan dalam bentuk tertulis dapat mempengaruhi
dari asma
dan verbal.
kemampuan
untuk
- Klien mengerti
mangasimilasi
komplikasi dari
informasi
atau

asma

N
O
1.

DIAGNOSA

INTERVENSI

Tidak efektifnya bersihan Atur posisi klien semi


jalan nafas berhubungan fowler
dengan akumulasi mukus. Berikan terapi oksigen
Anjurkan istirahat yang
cukup

2.

Tidak efektifnya pola Atur posisi klien semi


nafas berhubungan dengan fowler
penurunan ekspansi paru.
Berikan terapi oksigen
Anjurkan istirahat yang
cukup

3.

Gangguan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan
intake yang tidak adekuat.

Anjurkan klien minum


air hangat saat makan
Anjurkan klien makan
sedikit demi sedikit tapi
sering

mengikuti
program
medik.
3. Tekankan pentingnya3. selama
awal
6-8
melanjutkan
batuk minggu setelah pulang,
efektif atau latihan pasien beresiko besar
pernafasan.
untuk kambuh dari
penyakitnya.
4. Identifikasi tanda4. upaya evaluasi dan
atau
gejala
yang intervensi tepat waktu
memerlukan pelaporan dapat
mencegah
pemberi
perawatan meminimalkan
kesehatan.
komplikasi.
5. Buat langkah untuk5. menaikan pertahanan
meningkatkan
alamiah atau imunitas,
kesehatan umum dan membatasi
terpajan
kesejahteraan, misalnya pada patogen.
: istirahat dan aktivitas
seimbang, diet baik.
IMPLEMENTASI

EVALUASI

Mengatur posisi klien


S: klien mengatakan jalan
semi fowler
nafas kembali efektif.
Memberikan
terapi
O: Klien tidak sesak nafas
oksigen
: masalah teratasi
Menganjurkan istirahat:Intervensi diberhentikan
yang cukup
Mengatur posisi klienS: klien mengatakan pola
semi fowler
nafas kembali efektif
Memberikan
terapiO: klien tidak sesak nafas
oksigen
A: masalah teratasi
Menganjurkan istirahatP: Intervensi diberhentikan
yang cukup
Menganjurkan
klien
S: Klien
mengatakan
minum air hangat saat kebutuhan
nutrisi
makan
terpenuhi
Menganjurkan
klien
O: klien tidak kekurangan
makan sedikit demi nutrisi
sedikit tapi sering
A: Masalah teratasi

4.

Intoleransi
aktivitas Anjurkan istirahat yang
berhubungan
dengan cukup
kelemahan fisik.
Anjurkan minum air
yang banyak

5.

Kurangnya pengetahuan
tentang proses penyakitnya
berhubungan
dengan
kurangnya informasi

Anjurkan untuk lebih


banyak membaca Koran
atau buku-buku lain
atau
juga
dengan
browsing internet

P: Intervensi diberhentikan
Menganjurkan istirahat
S: Klien mengatakan dapat
yang cukup
melakukan aktifitas.
Menganjurkan minum: klien tidak mengalami
air yang banyak.
kelemahan fisik
: masalah teratasi
: intervensi diberhentikan
Menganjurkan
untukS:
klien
mengatakan
lebih banyak membaca pengetahuan
tentang
Koran atau buku-buku proses penyakit menjadi
lain atau juga dengan bertambah.
browsing internet.
O: klien tidak kekurangan
informasi
A: masalah teratasi
P: intervensi diberhentikan.

STATUS ASMATIKUS
Pengertian
Status asmatikus adalah suatu keadaan darurat madik yang lain, bila tidak diatasi dengan secara cepat dan
tepat kemungkinan besar akan terjadi kegawatan medik yakni kegagalan pernafasan. Pada status asmatikus selain
spasme otot-otot broncus terdapat pula sumbatan oleh lendir yang kental dan peradangan. Faktor-faktor ini yang
terutam menyebabkan refrakternya serangan asma ini terhadap obat-obatan bronkodilator.
Etiologi
1.

Mekanisme pemacu serangan akut teerjadi bermacam-macam : alergen, kerja fisik, insfeksi virus pada jalan nafas,
ketegangan emosional, perubahan iklim dan beberapa janis obat sepreti aspirin.

2.

Ketidak seimbangan modulasi adenergic dan kolinergic dari broncus.

3.

Sering terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, anak laki-laki sering terkena dari pada anak perempuan.

4.

Biasanya mempunyai alergi dengan kadar IgE meninggi (asma atopic/aksentrik berkaitan dengan keadaan alergi lain
sperti eksema fifer).

5.

Asma instrinsik terjadi pada penderita non atopic yang lebih tua.
Patofisiologi
Banyak faktor pencetus status asmatikus yakni asma berat. Status asmatikus diawali serangan asam biasa,
yang dalam perjalannya kemudian resisten terhadap bronkudilator jadi kebanyakan status asmatikus ditimbulkan
oleh faktor-faktor pencetus yang biasa seperti :

1.

Infeksi alat pertnafasan

Bakterial
Nonbakterial
2.

Alergen

Inhalan : debu rumah, tungau, tepung sari, serpihan binatang, bulu,jamur.


Ingestan : susu sapi, telur, ikan, biah-biahan, biji-bijian dan sebagainya.
3.

Kegiatan Jasmani

Terutam lari : diperberat bila cuaca dingin


4.

Keadaan emosi

Emosi yang meluap


Marah, takut
Tertawa/menagis
5.

Konflik dalam keluarga

Ketegangan di rumah
Proteksi yang berlebihan
6.

Cuaca

Perubahan cuaca
Kabut, angin
Cuaca dingin
7.

Lain-lain.

Aspirin
Anti biotik dan sebagainya
Tanda dan gejala
1.

Gejala yang menonjol,sukar bernafas, yang timbul intermiten dan wheezing pada waktu inspirasi, lebih
sering terutama pada malam hari.

2.

Batuk-batuk dengan lendir yang lengket : kesulitan pada ekspektoransi

3.

Gelisah, usaha bernafas dengan keras.

4.

Bernafas melalui sela-sela bibir

5.

Sianosis

6.

Takipnea

7.

Nadi cepat
Penatalaksanaan

1.

Peroide dinatar waktu serangan

a. Hilangnya penyebab dari lingkungan penderita asma yang alregic


b. Derivat amniphilin oranl.
c. Beta alfa agonis oral atau inhalasi
d. Inhalasi kostikostiroid yang tidak diserap, beclometazone
e. Modifikasi reaksi alergen antibidy dengan inhalasi cromolyu
f. Kostikostiroid oral untuk kasus yang berat
2.

Serangan akut

a. Hidrasi adekuat sangat penting

b. Epinefrin subkutan atau simpatomimetik lain sering membantu pada permulaan serangan.
c. Derivat aminophilin parenteral.
d. Inhalasi bronkho selektive beta agonist pada serangan ringan.
e. Serangan yang hebat mungkin memerlukan pengobatan steroid dan dipertahankan untuk jangka waktu lama dengan
dosis selektif minimum bila serangan hilang timbul.
3.

Status Asmatikus

a. Serangan asma yang lama dan berat dapat berbahaya bagi jiwa klien
b. Harus diberikan pengobatan yang cepat seperti pada serangan akut.
c. Pengobatan seperti pada searangan akut.
d. Harus diberikan hiodrokortison secara intar vena.
e. Terapi O2 mungkin perlu pada penderita yang dapat menahan CO2.
f. Mungkin memelukan inkubasi endotracheal dan bantuan ventilator.
Prognosis
Tergantung pada type awal : manifestasi alergic mungkin akan berkurang dengan bertambahnya usia.
Pengobatan diantara waktu seranga sering mencegah seranga akut.
Status asmatikus tetap merupakan sindrom yang mengancam jiwa pasien.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
I.

POLA FUNGSIONAL

1.

Persepsi Kesehatan dan Penanganan Kesehatan

Keluhan Utama / Kesehatan umum :


Sesak nafas.
Riwayat Pentyakit Sekarang ( ssi PQRST) :
Kuarang lebih pukul 19.00 malam kx sesak nafas (perlahan-lahan dada sakit, tidak bisa diam). Kemudian oleh
keluarganya dipanggilkan mantri (disuntik Aminophilin) tapi kx tetap sesak (TD : 120 /90 mmHg, Resp. 16 x/m, nadi :
64 x/m Suhu : 37,1 oC ) sehingga oleh keluarganya sekitar Pukul 20:30 wita di bawa ke RS Ulin ini (Tgl 28 3 02).
Penggunaan obat sekarang
IVFD D5 % + 1 amp Aminopihlin 20 tts/m.
Kalmitahsone 1 amp / 8 jam .
GG 3x 1 tab.
Antasid 2 x 1
Dexamethasone 3 x 1 amp
B. compleks 3x1
O2 3 liter / menit
Riwayat Penyakit dahulu :
Mulai umur 12 th kx mulai sering sesak nafas terutama setelah bermain dan suhu yang dingin. Dari keluarganya tidak
ada DM, Hipertensi, Hepatitis .Klein baru 1 x masuk RS.

Upaya epncegahan : berobat ke Puskesmas Gambut (disuntik aminophilin dan obat tablet ) dan ke Mantri (suntik
aminopihlin).
Penyakit masa anak :
Panas dan batuk biasa setelah berobat kx sembuh.
Alergi :
Suhu dingin
Kebiasaan :
Tembakau pernah, sejak 12 tahun, jenis Gudang Garam jumlah 1 bungkus / hari. Alkohol : pernah, jenis bir Bintang
1 2 gelas tidak pernah mabuk. Riwayat penggunaan obat lain pernah, jenis Asmason jumlah 1x/hari. Bila kx terasa
sesak.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Dari 7 bersaudara, 2 orang kakak kx menderita seperti kx. Ayah kx menderita asma telah meninggal 5 tahun yang
lalu.
Riwayat Sosial :
Kx anak paling bungsu dari 7 bersaudara, kx mudah bergaul sehingga banyak mempunyai teman, kx sering pergi
dengan teman-temannya misalnya : ke pameran, dan ke Sekumpul.
2.

Pola Nutrisi dan Metabolik

Masukan nutrisi sebelum sakit :


Pagi

: nasi + lauk + air putih (1 piring + 2 3 gelas air)

Siang

: Sda

Sore

: Sda

Pantangan makan : lumbok , sahang, nangka.


Kudapan Sore tidak ada.
Saat sakit
Saat sakit,pagi BB TKTP (2 3 sendok),siang dan malam sama saja dengan pagi. Nafsu makan normal, tetapi kx
hanya makan 2 3 sendok karena sesak nafas (bila tidak sesak kx dapat menghabiskan diet yang diberikan).
Kesulitan menelan tidak ada, keadaan gigi atas dan bawah penuh. Penggunaan Protesa tidak ada . fluktuasi BB 6
bualan terakhir tetap 51 Kg.
Pemeriksaan fisik
Tanda vital : TB 158 sm, BB 51 Kg
Kulit :
Warna normal (sawo matang), suhu 35 oC , torgur baik (N < 1 detik). Edema tidak ada , lesi dan memar tidak ada.
Rambut dan kulit kepala :
Keadaan rambut : kering tebal dan warna rambut hitam.
Mulut :

Hygiene bersih,gusi normal tidak ada perdarahan, warna merah muda, gigi normal, tidak ada careis. Lidah normal,
mocosa warna merah muda, tonsil normal tidak ada peradangan, Wicara normal tapi saat sesak baicara kx terputus
putus dan singkat.
Abdomen :
Pembesaran hepar dan lein tidak ada.
3.

Pola eliminasi

Faeces
Kebiasaan defekasi : 1 ( satu )x /hari, defekasi terakhir selama di Rumah Sakit tidak ada BAB. Masalah konstipasi
dan diare tidak ada.
Abdomen struktur simetris, frekuensi bising usus : 9 x/m, distensi tidak ada.
Urine
Kebiasaan miksi :frekuensi > 3 x/hari. Masalah dalam kencing tidak ada tidak menggunakan alat bantu.
Pemeriksaan fisik
Ginjal tidak teraba, nyeri ketuk negatif. Blast tidak ada distensi.
4.

Pola Aktivitas Latihan


Klien dapat beraktivitas secara mandiri seperti mandi, berpakaian, toeliting, mobilitas di tempat tidur, berpindah,
ambulasi dan pemeliharan kesehatan. Klien tidak menggunakan alat bantu.
Pemeriksaan fisik :
Pernafasan / sirkulasi; tanda vital TD : 110/80 mmHg. Nadi 40 x/m. Resp. 20 x/m. Kualitas dangkal,cepat dan
irreguler. Kx sesekali batuk + dahak (lendir + warna putih). Bunyi nafas tidak ada . Kelainan wheezing pada waktu
ekspirasi.
Pemeriksaan Fukus Sistem Respirasi :

Infeksi :
Bentuk dada : simetris. Sifat pernafasan : nafas dada. Pola nafas : takhipnea. Ritme : inspirtasi lebih panjang dari
ekspirasi ( cepat dan dangkal ) irregular.
Pemakaian otot pernafasan ada. Frekwensi : 20 x/menit. Postur : normal.
Palpasi :
Nyeri tekan tidak ada. Massa tidak ada. Premitus vokal melemah. Kesimetrisan ekspansi dada simetris.
Perkusi :
Bunyi perkusi paru : hiperresonan.
Auskultasi :
Bunyi nafas tambahan : wheezing ( ekspirasi ). Kualitas suara : kalimat terpatah-patah.
Riwayat Keperawatan dan Kesehatan
Keluhan/ masalah mulai dirasakan semajak umur 12 tahun yang lalu. Berkembang perlahan-lahan. Keluhan
menghilang setelah mendapat terapi (minum obat). Upaya yang dilakukan untuk mengurangi keluhan : minum obat ,
istirahat / mengatur posisi. Riwayat kelaurga dari 7 bersaudara, 2 orang kakak kx berpenyakit yang sama seperti kx.
Ayah klien penderita sama telah meninggal 5 tahun yang lalu.

Faktot pencetus :
a. Kebiasaan merokok
Mulai umur 12 tahun px mulai merokok . ketika lulus Tsanawiyah ( 16 tahun) menjadi perokok aktiv. 1 bungkus /
hari. Sering kontak dengan perokok. Durasi 5 10 menit setelah rokok yang dihisap habis.
b. Pekerjaan
Membantu orang tua disawah.
c. Data Rekreasi
Hobby main gitas dan menyanyi. Mengisi waktu luang dengan istirahat/tidur/main gitar.
d. Data lingkungan
Kx tinggal dipinggir jalan raya dan kx tidak punya hewan piaraan.
Riwayat Psikologis
klien menganggap sudah biasa terhadap penyakit yang dideritanya, kx sangat memperhatikan pengobatannya.
Pengaruh sakit terhadap cara hidup / pola hidup kx, cukup berpengaruh ( apabila sesak nafas kx kambuh, kx tidak
dapat bekerja ). Kx telah terbiasa dengan penyakit dan pengobatan yang telah dilakukan. Keluarga dapat menerima
keadaan kx dan selalu berusaha membantu dalam pengobatan kx terutama pada saat sesaknya kambuh.
Gejala yang muncul :
a. Batuk
Frekwensi kadang-kadang, jenis batuk tidak produktif, batuk bertambah berat setelah beraktifitas. Batuk muncul bila
terasa banyak sekret pada tenggorokan. Posisi yang enak saat batuk adalah duduk.
b. Sekresi
Jenis mokoid, warna putih dan ditambah lendir, viskositas agak kental berlendir, jumlah sedang (

cc / hari ), tidak

berbau.
c. Dispnoe
Dapat timbul bila aktivitas berlebihan. Waktu tidak tentu. Serangan dan faktor prefitasi adalah suhu dingin dan batuk.
Kulit teraba dingin, berkeringat dingin muka tampak pucat.
d. Nyeri dada
Gambaran rasa nyeri seperti diremas-remas. Serangan perlahan - lahan. Lokasi dada kiri dan kanan. Datang ketika
sesak nafas. Faktor yang dapat mengurangi setelah diberi obat dan istirahat. Nyeri timbul pada saat sesak nafas.
Cukup mengganggu terhadap aktivitas dengan skala nyeri 2.
5.

Pola Tidur Istirahat.


Kebiasaan 8 jam /hari, siang 2 jam, malam 5 jam , di Rs kx tidak bisa tidur, malam tadi ( 2 jam ). Setelah bangun
tidur kx tidak merasa segar , insomnia kerena sesak nafas. Penampilan fisik lelah/letih konjunktiva pucat.

6.

Pola Kognitif dan Konseptual


Pendengaran normal, vertigo tidak ada, terdapat nyeri akut seperti diremas-remas pada dada kiri dan kanan.
Penatalaksaan nyeri mengatur posisi yang nyaman dan minum obat.
Pemeriksaan fisik :
Mata pupil isokor, status mental compus mentes, GCS 455

7.

Pola Persepsi Diri/ Konsep diri

Kx merasa sanggup dengan masalah financial dan perawatan di RS ini baik. Kedaan emosional stabil, konsep diri :
kx dapat menerima penyakitnya.
8.

Pola Peran/Hubungan.
Status pekerjaan tidak tetap, keluarga peduli terhadap kx, terlihat dari banyak keluarga dan saudaranya yang
menengok kx di RS.

9.

Pola Seksualitas.
Tidak ada masalah

10. Pola Koping -Toleransi Stress.


Klien dapat beradaptasi dengan penyakitnya, cara pengambilan keputusan, dibantu oleh kakak dan orang tuanya.
Kejadian terbesar seperti PHK, perceraian, dll tidak pernah terjadi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak-efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi kental
dan peningkatan produksi mukus bronkospasme.
2. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang penyakit, dan pencegahannya
3. Resiko terjadinya kekambuhan berhubungan dengan keterbatasan informasi yang
diterima.
RENCANA TINDAKAN
1. Ketidak-efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi kental
dan peningkatan produksi mukus bronkospasme.
Tujuan :
Jalan nafas menjadi efektif.
Kriteria hasil :
1. Menentukan posisi yang nyaman sehingga pertukaran gas meningkat.
2. Dapat mendemonstrasikan batuk efektif dan latihan pernafasan.
Intervensi:

Berikan penjelasan pada klien tentang cara mengeluarkan sputum dan


mengencerknnya.
R/ Penjelasan dapat membantu klien untuk kooperatif terhadap tindakan perawatan yng
diberikan.

Berikan masukan cairan hangat + 3000ml/hari sesuai kondisi klien.


R/ Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah
mengeluarkannya dan dapat menurunkan spasme bronkus.

Bantu untuk latihan nafas dalam dan batuk yang efektif


R/ Nafas dalam memudahkan ekspansi max. paru-paru dan batuk adalah mekanisme
pembersihan jalan nafas secara alami.

Berikan cairan tambahan, oksigen dan nebulizer dengan obat pulmicort tiap 8 jam
sehari

R/ Cairan diperlukan untuk mengantikan yang hilang dan memobilisasi sekret untuk
mempermudah keluar.
Lakukan fisioterapi dada dengan teknik drainage postural, perkusi, dan fibrasi dada.
R/ Fisioterapi dada merupakan strategi untuk mengeluarkan sekret.
Berikan obat sesuai program medis.
R/ Melakukan tindakan interdependent.
Observasi paru-paru dengan auskultasi sebelum dan sesudah
tindakan.
R/ Berkurangnya suara tambahan setelah tindakan menunjukkan keberhasilan.

2. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri berhubungan dengan kurangnya


informasi tentang penyakit, dan pencegahannya
Tujuan :
Mengetahui tentang perawatan penyakinya dalam waktu 1 hari.
Kriteria hasil :
1. Klien mengetahui tentang penyakit dan perawatanya.
2. Klien mau menerima tindakan yang diberikan.
3. Klien mau berpartisipasi dan merubah sikap perilaku yang kurang baik untuk penyakit
asma.
Intervensi:

Berikan penjelasan tentang perawatannya klien dengan status asmatikus.


R/ Penjelasan membantu klien untuk kooperatif dalam tindakan perawatan.

Berikan penjelasan tentang pentingnya cairan / minum hangat.


R/ Cara yang efektif untuk mengeluarkan sekret.

Berikan penjelasan tentang latihan nafas dalam dan batuk yang efektif.
R/ Ekspansif paru dapat max. sehingga dapat mencegah dan batuk yang efektif dapat
membersihkan jalan nafas sehingga sesak nafas berkurang- hilang.
3. Resiko terjadinya kekambuhan berhubungan dengan keterbatasan informasi yang
diterima.
Tujuan :
Tak terjadi kekambuhan (dengan penjelasan 3x).
Kriteria hasil :
1. Klien mengerti tentang pencegahan penyakitnya,
2. Klien mau menerima perawatan yang diberikan.
3. Klien mau merubah sikap perilaku yang kurang baik.
Intervensi:

Memberikan penjelasan tentang pencegahan penyakitnya.


R/ Penjelasan membantu klien untuk kooperatif dalam perawatan dan tindakan yang
diberikan.

Berikan penjelasan tentang faktor penyebab kekambuhan, meliputi ventilasi rumah,


makanan, allergen dan daya tahan tubuh.
R/ Dapat mencegah kekambuhan.

Latih pasien untuk nafas dalam dan batuk yang efektif.


R/ Nafas dapat meningkatkan ekspansi paru dan batuk yang efektif dapat
mengeluarkan sekret secara efektif.
Kontrol secara rutin ke pelayanan terdekat.
R/ Mencegah terjadinya kekambuhan.

Vous aimerez peut-être aussi