Vous êtes sur la page 1sur 18

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
KELAINAN TULANG BELAKANG (SCOLIOSIS)
KELOMPOK 3 :
Ellya Shahnaz Fitriani
Muhammad Zainova N.H
Rizka Ayu Nur Aisyah

Tutik Ainul Mardliyah


Siti Alfiyah Nur Pertiwi
Utari Listiani

Nur Fadlilah

Siti Lutfiyatul Ilmiyah

Winda Aprilia Saputri

Presti Indah Lutfiati

Dinar Puspahati

Euis Dessy Ruth Maharani

Ika Tiyasari

Eva Ayu Amaliya

Nur Holilah

Adi Prayitno

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN AJARAN 2016/2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan karunia-Nya
penyusun dapat menyelesaikan tugas seminar Blok Sistem Muskuloskeletal yang berjudul
Asuhan Keperawatan Kelainan Spinal (Scoliosis) ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Meskipun dalam penyusunannya penulis banyak mengalami hambatan.
Penyusun sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan
membimbing dalam mengerjakan makalah ini, dan juga terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah member konstribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan
makalah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin penyusun berikan kepada masyarakat dari hasil
makalah ini. Karena ini penyusun berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang
berguna bagi kita semua.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Semarang, 8 Desember 2016

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................... i


Daftar Isi ..................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN ...........................................................................
a. Latar Belakang ........................................................................iii
b. Tujuan Penulisan .....................................................................iv
c. Metode Penulisan ....................................................................iv
d. Sistematika Penulisan ..............................................................iv
BABII : PEMBAHASAN ...........................................................................1
1. Pengertian .................................................................................1
2. Etiologi .....................................................................................3
3. Patofisiologi ..............................................................................3
4. Manifestasi Klinis .....................................................................3
5. Penatalaksanaan ........................................................................4
6. Pengkajian dan Pemeriksaan Penunjang ..................................7
7. Pathways Keperawatan ...........................................................11
8. DiagnosaKeperawatan ............................................................12
9. Intervensi dan Rasional ..........................................................12
BAB III : PENUTUP .................................................................................14
a. Kesimpulan.....................................................................................14
b. Saran ..............................................................................................14
Daftar Pustaka............................................................................................15

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan, mengandung arti
kondisi patologik.Vertebra servikal,torakal, dan lumbal membentuk kolumnavertikal
dengan pusat vertebra berada pada garis tengah. Skoliosis adalah deformitas tulang
belakang yang menggambarkan deviasi vertebra kearah lateral dan rotasional.Bentuk
skoliosis yang paling sering dijumpai adalah deformitas tripanal dengan komponen
lateral,anterior posterior dan rotasional.Skoliosis dapat dibagi atas dua yaitu skoliosis
struktural dan non structural (postural). Pada skoliosis postural, deformitas bersifat
sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan diluar tulang belakang,
misalnya dengan kaki yang pendek, atau kemiringan pelvis akibat kontraktur pinggul, bila
pasien duduk atau dalam keadaan fleksi maka kurva tersebut menghilang.
Pada skoliosis structural terdapat deformitas yang tidak dapat diperbaiki pada
segmen tulang belakang yangterkena. Komponen penting dari deformitas itu adalah rotasi
vertebra; processuss pinosus memutar kearah konkavitas kurva.Skoliosis structural dapat
dibagi menjadi tiga kategori utama : kongenital,neuromuskular, dan skoliosisidiopatik.
Sekitar 80% skoliosis adalah idiopatik,Skoliosis idiopatik dengan kurva lebih dari 10
derajat dilaporkan dengan prevalensi 0,5-3 per 100 anak dan remaja. Prevalensi
dilaporkan pada kurva lebih dari 30 derajatyaitu 1,5-3 per 1000 penduduk. Insiden yang
terjadi pada skoliosis idiopatik infantil bervariasi, namun dilaporkan paling banyak
dijumpai di Eropa daripada AmerikaUtara, dan lebih banyak laki-laki dari pada
perempuan.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu memahami Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kelainan
Spinal (Skoliosis)
2. Tujuan Khusus
a. Mahsiswa mampu menjelaskan pengertian Kelainan Spinal (Skoliosis)
b. Mahsiswa mampu menjelaskan etiologi Kelainan Spinal (Skoliosis)
c. Mahsiswa mampu menjelaskan patofisiologi Kelainan Spinal (Skoliosis)
d. Mahsiswa mampu menjelaskan maninfestasi klinik Kelainan Spinal (Skoliosis)
e. Mahsiswa mampu menjelaskan penatlaksanaan Kelainan Spinal (Skoliosis)
f. Mahsiswa mampu menjelaskan pengkaian fokus Kelainan Spinal (Skoliosis)
g. Mahsiswa mampu menjelaskan pathways Kelainan Spinal (Skoliosis)
h. Mahsiswa mampu menjelaskan diagnosa Kelainan Spinal (Skoliosis)
i. Mahsiswa mampu menjelaskan intervensi dan rasional Kelainan Spinal (Skoliosis)

c. Metode Penulisan
Data penulisan makalah kami peroleh dari: Studi pustaka yaitu metode dengan
membaca berbagai sumber buku.
d. Sistemaika Penulisan
BAB I: PENDAHULUAN (latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, sistematika penulisan).
BAB II: KONSEP DASAR (pengertian, etiologi, patofisiologi, pemeriksaan
diagnostik, manifestasi klinik, komplikasi, penatalaksanaan, pengkajian fokus,
pathways, diagnosa keperawatan, fokus intervensi dan rasional).
BAB III: PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Skoliosis adalah kelainan tulang belakang (vertebra) berupa lengkungan ke lateral
(samping). Dari sudut pandang kedokteran, setiap tulang belakang yang mempunyai
kelengkungan ke samping adalah abnormal (Perdosri 2002).

Skoliosis adalah Lengkungan kearah lateral dari tulang belakang. Keadaan ini
selalu merupakan kondisi yang patologis. Hal itu dapat disertai kifosis tulang belakang
(kifoskoliois) atau lordosis (lordoskoliois) (Michael Neuwith, 2001).
Skoliosis adalah lengkungan (curvature) lateral tulang punggung, yang selalu
merupakan kondisi patologik. Hal itu dapat disertai kifosis tulang belakang (kifoskoliosis)
atau lordosis (lordoskoliosis).
Kesimpulan Skoliosis adalah keadaan kelainan pada tulang belakang yang
terdapat lengkungan ke arah samping yang merupakan kondisi patologi. Skoliosis sendiri
dapat terjadi akibat kebiasan yang buruk, seperti membawa tas di sebelah sisi, posisi
duduk yang tidak benar. Kondisi ini perlu mendapatkan intervensi fisioterapis berupa
terapi latihan.
B. KLASIFIKASI
Skoliosis dibagi dalam dua jenis yaitu struktural dan bukan struktural :
1. Skoliosis struktural
Skoliosis tipe ini bersifat irreversibel ( tidak dapat di perbaiki ) dan dengan
rotasi dari tulang punggung Komponen penting dari deformitas itu adalah rotasi
vertebra, processus spinosus memutar kearah konkavitas kurva.
Tiga bentuk skosiliosis struktural yaitu :
a. Skosiliosis Idiopatik. adalah bentuk yang paling umum terjadi dan diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok :
1) Infantile : dari lahir-3 tahun.
2) Anak-anak : 3 tahun 10 tahun.
3) Remaja : Muncul setelah usia 10 tahun ( usia yangpaling umum ).
b. Skoliosis Kongenital adalah skoliosis yang menyebabkan malformasi satu atau
lebih badan vertebra.
c. Skoliosis Neuromuskuler, anak yang menderita penyakit neuromuskuler (seperti
paralisis otak, spina bifida, atau distrofi muskuler) yang secara langsung
menyebabkan deformitas.
2. Skoliosis nonstruktural ( Postural )
Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk semula), dan
tanpa perputaran (rotasi) dari tulang punggung..Pada skoliosis postural, deformitas
bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan diluar tulang
belakang, misalnya dengan kaki yang pendek, atau kemiringan pelvis akibat
kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi maka kurva tersebut
menghilang.
Ada tiga tipe-tipe utama lain dari scoliosis :
a. Functional: Pada tipe scoliosis ini, spine adalah normal, namun suatu lekukan
abnormal berkembang karena suatu persoalan ditempat lain didalam tubuh. Ini

dapat disebabkan oleh satu kaki adalah lebih pendek daripada yang lainnya atau
oleh kekejangan-kekejangan di punggung.
b. Neuromuscular: Pada tipe scoliosis ini, ada suatu persoalan ketika tulang-tulang
dari spine terbentuk. Baik tulang-tulang dari spine gagal untuk membentuk
sepenuhnya, atau mereka gagal untuk berpisah satu dari lainnya.Tipe scoliosis ini
berkembang pada orang-orang dengan kelainn-kelainan lain termasuk kerusakankerusakan kelahiran, penyakit otot (muscular dystrophy), cerebral palsy, atau
penyakit Marfan. Jika lekukan hadir waktu dilahirkan, ia disebut congenital. Tipe
scoliosis ini seringkali adalah jauh lebih parah dan memerlukan perawatan yang
lebih agresif daripada bentuk-bentuk lain dari scoliosis.
c. Degenerative: Tidak seperti bentuk-bentuk lain dari scoliosis yang ditemukan
pada anak-anak dan remaja-remaja, degenerative scoliosis terjadi pada dewasadewasa yang lebih tua. Ia disebabkan oleh perubahan-perubahan pada spine yang
disebabkan oleh arthritis. Kelemahan dari ligamen-ligamen dan jaringan-jaringan
lunak lain yang normal dari spine digabungkan dengan spur-spur tulang yang
abnormal dapat menjurus pada suatu lekukan dari spine yang abnormal.
Lain-Lain: Ada penyebab-penyebab potensial lain dari scoliosis, termasuk
tumor-tumor spine seperti osteoid osteoma. Ini adalah tumor jinak yang dapat terjadi
pada spine dan menyebabkan nyeri/sakit.Nyeri menyebabkan orang-orang untuk
bersandar pada sisi yang berlawanan untuk mengurangi jumlah dari tekanan yang
diterapkan pada tumor.Ini dapat menjurus pada suatu kelainan bentuk spine.
C. ETIOLOGI/PREDISPOSISI
Penyebab terjadinya skoliosis belum diketahui secara pasti, tapi dapat diduga
dipengaruhi oleh diantaranya kondisi osteopatik, seperti fraktur, penyakit tulang, penyakit
arthritis, dan infeksi.Scoliosis tidak hanya disebabkan oleh sikap duduk yang salah.
Menurut penelitian di Amerika Serikat, memanggul beban yang berat seperti tas
punggung, bisa menjadi salah satu pemicu scoliosis.
Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:
1. Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam
pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatuh.
2. Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau kelumpuhan
akibat penyakit berikut :Cerebral palsy, Distrofi otot, Polio, Osteoporosis juvenile.
3. Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.
D. PATOFISIOLOGI
Scoliosis adalah kondisi abnormal lkukan tulang belakang, scoliosis diturunkan,
serta umumnya sudah terjadi sejak masa kanak-kanak. Penyebabnya tidak diketahui dan
sama sekali tidak ada kaitannya dengan postur tubuh, diet, olahraga, dan pemakaian back

pack. Dan ternyata, anak perempuan lebih sering terkena ketimbang laki-laki. Penyebab
lain dari scoliosis yaitu infeksi kuman TB daerah korpus vertebra (spondiliatis) dan
terjadi perlunakan korpus.
Perubahan postural berupa lengkungan berbentuk huruf S dan C terjadi pada tulang
spinal atau termasuk rongga tulang spinal. Derajat lengkungan penting untuk di ketahui
apakah terjadi penekanan pada paru-paru dan jantung. Umumnya, scoliosis tidak akan
memburuk, dan yang terpenting adalah lakukan cek up secara teratur (setiap 3 sampai 6
bulan). Catatan :bila kondisi yang berat, bila terjadi nyeri punggung, kesulitan bernapas,
atau kelainan bentuk tubuh. Bisa jadi anak perlu brace (alat khusus) atau harus dioperasi.
Tidak ada patokan baku untuk membantu membuat keputusan penanganan scoliosis,
karena sangat dipengaruhi usia anak, derajat pembengkokan tulang puggung, serta
prediksi tingkat keparahan sejalan dengan pertumbuhannya.
E. MANIFESTASI KLINIK
Gejalanya berupa:
1. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping.
2. Bahu dan/atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya.
3. Nyeri punggung.
4. Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama.
5. Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60%) bisa
menyebabkan gangguan pernafasan
F. PENATALAKSANAAN
Tujuan dilakukannya tatalaksana pada skoliosis meliputi 4 hal penting :
1. Mencegah progresifitas dan mempertahankan keseimbangan
2. Mempertahankan fungsi respirasi
3. Mengurangi nyeri dan memperbaiki status neurologis
Adapun pilihan terapi yang dapat dipilih, dikenal sebagai The three Os adalah :
1. Observasi
Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu <25o pada
tulang yang masih tumbuh atau <50o pada tulang yang sudah berhenti
pertumbuhannya. Rata-rata tulang berhenti tumbuh pada saar usia 19 tahun.
Pada pemantauan ini, dilakukan kontrol foto polos tulang punggung pada waktuwaktu tertentu. Foto kontrol pertama dilakukan 3 bulan setelah kunjungan pertama ke
dokter. Lalu sekitar 6-9 bulan berikutnya bagi yang derajat <20 dan 4-6 bulan bagi
yang derajatnya >20.
2. Orthosis
Orthosis dalam hal ini adalah pemakaian alat penyangga yang dikenal dengan
nama brace. Biasanya indikasi pemakaian alat ini adalah :

a. Pada kunjungan pertama, ditemukan derajat pembengkokan sekitar 30-400


b. Terdapat progresifitas peningkatan derajat sebanyak 25 derajat.
Jenis dari alat orthosis ini antara lain :
a. Milwaukee
b. Boston
c. Charleston bending brace
Alat ini dapat memberikan hasil yang cukup signifikan jika digunakan secara
teratur 23 jam dalam sehari hingga 2 tahun setelah menarche.
3. Operasi
Tidak semua skoliosis dilakukan operasi. Indikasi dilakukannya operasi pada
skoliosis adalah :
a. Terdapat progresifitas peningkatan derajat pembengkokan >40-45 derajat pada
anak yang sedang tumbuh
b. Terdapat kegagalan setelah dilakukan pemakaian alat orthosis
c. Terdapat derajat pembengkokan >50 derajat pada

orang

dewasa

Penyebab
1. Nonstruktural : Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk
semula), dan tanpa perputaran (rotasi) dari tulang punggung
a. Skoliosis postural : Disebabkan oleh kebiasaan postur tubuh yang buruk
b. Spasme otot dan rasa nyeri, yang dapat berupa :
1) Nyeri pada spinal nerve roots : skoliosis skiatik
2) Nyeri pada tulang punggung : dapat disebabkan oleh inflamasi atau keganasan
3) Nyeri pada abdomen : dapat disebabkan oleh apendisiti
c. Perbedaan panjang antara tungkai bawah
1) Actual shortening
2) Apparent shortening :
a) Kontraktur adduksi pada sisi tungkai yang lebih pendek
b) Kontraktur abduksi pada sisi tungkai yang lebih panjang
2. Sruktural : Skoliosis tipe ini bersifat irreversibel dan dengan rotasi dari tulang
punggung
a. Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) : 80% dari seluruh skoliosis
1. Bayi : dari lahir 3 tahun
2. Anak-anak : 4 9 tahun
3. Remaja : 10 19 tahun (akhir masa pertumbuhan)
4. Dewasa : > 19 tahun
b. Osteopatik
1) Kongenital (didapat sejak lahir)
a) Terlokalisasi :
Kegagalan pembentukan tulang punggung (hemivertebrae)
Kegagalan segmentasi tulang punggung (unilateral bony bar)
b) General :
Osteogenesis imperfecta
Arachnodactily
2) Didapat

a) Fraktur dislokasi dari tulang punggung, trauma


b) Rickets dan osteomalasia
c) Emfisema, thoracoplasty
3) Neuropatik
a) Kongenital
Spina bifida
Neurofibromatosis
b) Didapat
Poliomielitis
Paraplegia
Cerebral palsy
Friedreichs ataxia
Syringomielia
Skoliosis Idiopatik Karena skoliosis idiopatik merupakan sebagian besar dai
keseluruhan skoliosis Insidens dan Penyebab
a. 0,5% dari seluruh populasi menderita skoliosis idiopatik
b. Penyakit ini dapat diturunkan secara familial
c. Pola pembengkokan (kurva) dapat berupa :
1) Thoracic
2) Thoracolumbar
3) Lumbar
4) Gabungan antara thoracic dan lumbar
Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan dasar yang penting adalah foto polos (roentgen) tulang punggung yang
meliputi :
a. Foto AP dan lateral ada posisi berdiri : foto ini bertujuan untuk menentukan derajat
pembengkokan skoliosis
b. Foto AP telungkup
c. Foto force bending R and L : foto ini bertujuan untuk menentukan derajat
pembengkokan setelah dilakukan bending
d. Foto pelvik AP
e. Pada keadaan tertentu seperti adanya defisit neurologis, kekakuan pada leher, atau
sakit kepala, dapat dilakukan pemeriksaan MRI
G. PENGKAJIAN FOKUS
1. ANAMNESIS
a. Data demografi. Data ini meliputi nama, jenis kelamin, tempat tinggal,
pendidikan, pekerjaan, seseorang yang terpapar terus menerus dengan agens
tertentu dalam pekerjaannya, dan orang yang terdekat dengan klien.
b. Riwayat kesehatan masa lalu. Data ini meliputi kondisi kesehatan individu. Data
tentang adanya efek langsung atau tidak langsung terhadap musculoskeletal,

misalnya riwayat trauma atau kerusakan tulang rawan, riwayat arthritis, dan
osteomielitis.
c. Riwayat kesehatan sekarang. Sejak kapan timbul keluhan, apakah ada riwayat
trauma. Hal-hal yang menimbulkan gejala. Timbulnya gejala mendadak atau
perlahan. Timbul untuk pertama kalinya atau berulang. Perlu ditanyakan pula
tentang

ada

tidaknya

gangguan

pada

system lain.

Kaji

klien

untuk

mengungkapkan alasan klien memeriksakan diri atau mengunjungi fasilitas


kesehatan.
d. Riwayat penyakit keturunan. Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk
menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi (mis: penyakit diabetes
mellitus yang merupakan predisposisi penyakit sendi degenaratif, TBC, arthritis,
riketsia, osteomielitis, dll.)
e. Aktivitas kegiatan sehari-hari. Identifikasi pekerjaan pasien dan aktivitasnya
sehari-hari. Kebiasaan membawa benda-benda berat yang dapat menimbulkan
regangan otot dan trauma lainnya. Kurangnya melakukan aktivitas mengakibatkan
tonus otot menurun. Fraktur atau trauma dapat timbul pada olahraga sepak bola
dan hoki, sedangkan nyeri sendi tangan dapat timbul akibat olahraga tenis.
Pemakaian hak sepatu yang terlalu tinggi dapat menimbulkan kontraksi pada
tendon achiles dan dapat terjadi dislokasi. Perlu dikaji pula aktivitas hidup seharihari, saat ambulasi apakah ada nyeri pada sendi, apakah menggunakan alat bantu
(kursi roda, tongkat, walker).
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran.Pertumbuhan tulang yang abnormal
akibat tumor tulang.Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang
tidak dalam kesejajaran anatomis.Angulasi abnormal pada tulang panjang atau
gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
b. Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
c. Mengkaji sistem persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan
adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
d. Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran
masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk memantau adanya edema atau
atropfi, nyeri otot.
e. Mengkaji cara berjalan

Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu
ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang
berhubungan dengan caraberjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic hemiparesis
- stroke, cara berjalan selangkah-selangkah penyakit lower motor neuron, cara
berjalan bergetar penyakit Parkinson).
f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yanglebih panas atau lebih
dingin dari lainnya dan adanyaedema.Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji
denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Skoliometer
Sebuah alat untuk mengukur sudut kurvaturai. Cara pengukuran dengan
skoliometer dilakukan pada pasien dengan posisi membungkuk, kemudian atur
posisi pasien karena posisi ini akan berubah-ubah tergantung pada lokasi
kurvatura, sebagai contoh kurva dibawah vertebra lumbal akan membutuhkan
posisi membungkuk lebih jauh dibanding kurva pada thorakal. Kemudian letakkan
skoliometer pada apeks kurva, biarkan skoliometer tanpa ditekan, kemudian baca
angka derajat kurva. Pada screening, pengukuran ini signifikan apabila hasil yang
diperoleh lebih besar dari 50, hal ini biasanya menunjukkan derajat kurvatura >
200 pada pengukuran cobbs angle pada radiologi sehingga memerlukan evaluasi
yang lanjut.
b. Rontgen tulang belakang
1) X-Ray Proyeksi
Foto polos : Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap
tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat
kurva dengan metode Cobb dan menilai maturitas skeletal dengan metode
Risser. Kurva structural akan memperlihatkan rotasi vertebra, pada proyeksi
posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak prosessus spinosus
menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi
sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali. Pemeriksaan dasar yang
penting adalah foto polos (roentgen) tulang punggung yang meliputi :
a) Foto AP dan lateral ada posisi berdiri : foto ini bertujuan untuk
menentukan derajat pembengkokan skoliosis
b) Foto AP telungkup
c) Foto force bending R and L : foto ini bertujuan untuk menentukan derajat
pembengkokan setelah dilakukan bending
d) Foto pelvik AP
2) MRI ( jika di temukan kelainan saraf atau kelainan pada rontgen)

3) Cobb Angle diukur dengan menggambar garis tegak lurus dari batas
superior dari vertebra paling atas pada lengkungan dan garis tegak lurus
dari akhir

inferior vertebra paling bawah. Perpotongan kedua garis ini

membentuk suatu sudut yang diukur.


4) Maturitas kerangka dinilai dengan beberapa cara, hal ini penting karena
kurva sering bertambah selama periode pertumbuhan dan pematangan
kerangka yang cepat. Apofisis iliaka mulai mengalami penulangan segera
setelah pubertas; ossifikasi meluas kemedial dan jika penulangan krista
iliaka selesai, pertambahan skoliosis hanya minimal. Menentukan maturitas
skeletal melalui tanda Risser, dimana ossifikasi pada apofisis iliaka
dimulai dari Spina iliaka anterior superior (SIAS) ke posteriormedial.
Tepi iliaka dibagi kedalam 4 kuadran dan ditentukan kedalam grade 0 sampai
5.
a)
b)
c)
d)
e)
f)

Derajat Risser adalah sebagai berikut :


grade 0 : tidak ada ossifikasi,
grade 1 : penulangan mencapai 25%,
grade 2 : penulangan mencapai 26-50%,
grade 3 : penulangan mencapai 51-75%,
grade 4 : penulangan mencapai 76%
grade 5 : menunjukkan fusi tulang yang komplit

H. PATHWAYS KEPERAWATAN
Polamakan yang
buruk

Faktor genetic

Posisiduduk yang
salah

Faktor
hormona
l

Defisitvit D&C

<asamfolatpad
abumil

Kerjaototpadaruastulangbe
lakang

Defisien
si
melatoni
n

Abnormalitaspertu
mbuhantulang

Resikotinggisa
mbungan
spinal padabayi

Keteganganotot

Sekresi
melatoni
n
padamal
amhari

Deformitastulangbel
akang (agulasi)

Tulangbelakan
gtidak normal

Perkembanganotottulangbe
lakangterganggu

<progres
ivitas
scoliosis

Ototlemah
Ruastulangbelakanglemah
Tulangbelakang miring
kesalahsatusisi
SKOLIOSIS

Deviasi lateral
corpus spinal

Kelelahantulan
gdansendi

Tulangbelakangmelengkun
g, dada menonjoldan
scapula tampak>tinggi

Mene
kan
abdo
men
Penur
unan
perist
altic
usus

malu

Derajatdeviasisema
kinbesar

Nyeri

Kakuotot

Menekan area paru


Gangguan
Menghambatpergerakanrus
body image
ukdanparu

Kesulitanberge
rak
PenurunanEkspansiparu
Gangguan
mobilisasi
Hiperventilasi

I.

( Price , 2005)

Konstipasi

Polanapastidake
fektif

J. Daftarpustaka
Price, Sylvia Anderson, Lorraine McCarty Wilson.2005. patofisiologi :konsepklinis
proses-proses penyakit Ed.6. Jakarta : EGC
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru
2. Nyeri berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang.
L. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penekanan paru.
Tujuan
: Ketidakefektifan pola nafas teratasi.
Kriteria Hasil : Pola nafas efektif.
a. Kaji status pernapasan setiap 4 jam.
R//: memantau perkembangan untuk menentukan tindakan selanjutnya.
b. Bantu dan ajarkan pasien melakukan nafas dalam setiap 1 jam.
R//: agar tidak terjadi sesak.
c. Atur posisi semi fowler
R//: untuk meningkatkan ekspansi paru.
d. Auskutasi dada untuk mendengarkan bunyi napas setiap dua jam.
R//: perubahan simetrisan dada menunjukan terjadi penekanan paru-paru oleh
tulang belakang.
e. Pantau tanda-tanda vital setiap 4 jam.
R//: memantau perkembangan untuk menentukan tindakan selanjutnya.
2. Nyeri berhubungan dengan posisi tubuh miring ke lateral.
Tujuan
: Rasanyeri teratasi.
Kriteria Hasil
: Rasa Nyeri hilang atau kurang
Intervensi
:

a. Kaji tipe, intensitas, dan lokasi nyeri.


R//: bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi,
menentkan evektivitas terapi.
b. Atur posisi yang meningkatkan rasa nyaman.
R//: menurunkan tegangan otot dan koping adekuat.
c. Pertahankan lingkungan yang tenang.
R//: meningkatkan rasa nyaman.
d. Ajarkan relaksasi dan teknik distraksi.
R//: untuk mengalihkan perhatian, sehingga mengurangi nyeri.
e. Anjurkan latihan postural secara rutin.
R//: dengan latihan posturan secara rutin mempercepat proses perbaiki posisi
tubuh.
f. Kaloborasi pemberian analgetik.
R//: untuk meredahkan nyeri
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan postur tubuh yang tidak seimbang.
Tujuan
: Gangguan mobilitas fisik teratasi.
Kriteria Hasil : Meningkatkan mobilitas fisik.
Intervensi
:
a. Kaji tingkat mobilitas fisik.
R//: pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang
keterbatasan fisik actual, memerlukan informasi/intervensi untukmeningkatkan
kemajuan ksehatan.
b. Tingkatkan aktivitas jika nyeri berkurang.
R//: memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energy, meningkatkan rasa
control diri/harga diri, dan membantu menurunkan isolasi social.
c. Bantu dan ajarkan latihan rentang gerak sendi aktif.
R//: Meningkatkan kekuatan otot dan sirkulasi.
d. Libatkan keluarga dalam melakukan perawatan diri.
R//: Keluarga yang kooperatif dapat meringankan petugas, dan memberikan
kenyamanan pada pasien

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping,
yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal
(pinggang). Penyebab umum dari skoliosis meliputi kongenital,neuromuskuler dan
idiopatik, Skoliosis dibagi menjadi dua yaitu skoliosis structural dan non struktural.
Gejala dari skoliosis berupa kelengkungan abnormal ke arah samping, bahu dan pinggul
tidak sama tinggi, nyeri punggung, kelelahan pada tulang belakang, dan gangguan
pernafasan.
Komplikasi yang dapat terjadi pada skoliosis ialah kerusakan paru-paru dan
jantung dan sakit tulang belakang. Untuk pemeriksaan penunjang yang biasa dilakukan
yaitu Rontgen tulang belakang, Skoliometer terapi yang dapat di pilih, dikenal sebagai
The Three O's adalah observasi, orthosis, operasi, prioritas.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini semoga bermanfaat dan dapat menerapkan asuhan
keperawatan kepada pasien Kelainan Spinal (Skoliosis) serta implikasi keperawatannya
sehingga masalah dapat teratasi.

DAFTAR PUSTAKA

Mutaqqin, Arif.

2005.

Buku Ajar Asuhan

Keperawatan

Klien

Trauma

Sistem

Muskuloskeletal. EGC : Jakarta.


Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Jakarta:
EGC.
Suratun .2008. Seri Askep Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskletal : Jakarta . EGC
Suyono, Slamet KE. dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid ll. Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Tirza Z.Tamin. 2010. Bahan Mata Ajar Fisioterapi Pediatri. Fisioterapi UI. Jakarta: Vokasi
Kedokteran

Vous aimerez peut-être aussi