Vous êtes sur la page 1sur 32

PANDUAN MAHASISWA KEPERAWATAN

KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Hirschprung
dan IBS)

2012

WWW.SAKTYAIRLANGGA.WORDPRESS.COM

A. HIRSCHPRUNG DISEASE
1. Definisi Hirschprung Disease
Hirschsprung Disease (HD), disebut juga congenital aganglionic megacolon
adalah kelainan motilitas usus akibat tidak adanya sel ganglion parasimpatik pada
usus besar. Hal ini mencegah peristaltic dan mengakibatkan feses terakumulasi di
bagian akhir usus yang terkena defek, yang berujung pada obstruksi usus (Potts
dan Mandleco, 2007). Hockenberry dan Wilson mendefinisikan penyakit
Hirschsprung sebagai kelainan congenital akibat obstruksi mekanis dari
ketidakadekuatan motilitas usus (Hockenberry dan Wilson, 2007).

Gambar 1. Perbandingan Kolon Normal dan Aganglionik pada Penyakit


Hirschsprung
Megakolon aganglion kongenital terjadi kira-kira 1 diantara 5000 kelahiran
dan sebagai penyebab tersering obstruksi usus besar pada neonates. Hal ini
sangat serius dan mengancam kehidupan yang harus dipertimbangkan pada
neonates yang mengalami obstruksi intestinal. Hanya 10% sampai 20% pasienpasien dengan kelainan ini ditemukan pada periode neonatal. Rectosigmoid
paling sering terkena sekitar 75% kasus, flexura lienalis atau colon transversum
pada 17% kasus.
Anak kembar dan adanya riwayat keturunan meningkatkan resiko terjadinya
penyakit hirschsprung dengan variasi sebesar 1.5 sampai 17,6% dengan 130 kali
lebih tinggi pada anak laki dan 360 kali lebih tinggi pada anak perempuan.
Sebanyak 12.5% dari kembaran pasien mengalami aganglionosis total pada
colon (sindroma Zuelzer-Wilson).

2. Etiologi Terjadinya Hirschprung Disease

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 2

Faktor pencetus terjadinya Penyakit Hirschsprung antara lain :


a) Tidak adanya sel ganglion pada kolon segmen tertentu
Penyakit Hirschsprung berhubungan dengan tidak adanya sel ganglion atau
migrasi yang tidak sempurna dari sel-sel puncak neural (neural crest cells) ke
kolon

aganglion

di

area

usus,

sehingga

usus

kehilangan

reflex

rectosphincteric dan abnormal microenvironment. Penyakit ini disebabkan


oleh kegagalan sel neural crest untuk bermigrasi sepanjang jalur GI selama
minggu ke-5 hingga ke-12 masa gestasi. Istilah congenital aganglionic
megacolon menggambarkan defek primer, yaitu tidak adanya sel ganglion
pleksus myenteric Auerbach dan pleksus submukosa Meissner. Sel-sel
ganglion

diketahui

sebagai

ganglion

intramural

dari

system

saraf

parasimpatik dan diklasifikasikan menjadi independent enteric nervous


system (ENS).
Normalnya, ketika bolus padat sampai ke rectum, sfingter internal akan
melakukan relaksasi sehingga feses dapat turun. Pada kasus Hirschsprung,
relaksasi ini tidak terjadi.
b) Mutasi genetik sejak dalam kandungan
Mutasi pada RET proto-oncogene,yang berlokasi pada kromosom
10q11.2, telah ditemukan dalam kaitannya dengan penyakit Hirschsprung
segmen panjang dan familial. Mutasi RET dapat menyebabkan hilangnya
sinyal pada tingkat molekular yang diperlukan dalam pertubuhan sel dan
diferensiasi ganglia enterik. Gen lainnya yang rentan untuk penyakit
Hirschsprung adalah endothelin-B receptor gene (EDNRB) yang berlokasi
pada kromososm 13q22 dan Endothelian-3 gene. Sinyal dari gen ini
diperlukan untuk perkembangan dan pematangan sel-sel neural crest yang
mempersarafi colon. Mutasi pada gen ini paling sering ditemukan pada
penyakit non-familial dan short-segment.

3. Patofisiologi Hirschprung Disease


Penyakit Hirscprung, atau megakolon kongenital adalah tidak adanya sel-sel
ganglion dalam rektum atau bagian rektosigmoid kolon. Ketidakadaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristalsis serta tidak adanya
evakuasi usus spontan. Selain itu, sfingter rektum tidak dapat berelaksasi,

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 3

mencegah keluarnya feses secara normal. Isi usus terdorong ke segmen


aganglionik dan feses terkumpul di daerah tersebut, menyebabkan dilatasinya
bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu. Penyakit hirscprung diduga
terjadi karena faktor-faktor genetik dan faktor lingkungan, namun etiologi
sebanarnya tidak diketahui. Penyakit hirscprung dapat muncul pada sembarang
usia, walaupun sering terjadi pada neonatus.
Karektertik hirscprung disease didapat pada anak-anak adalah akibat dari
kombinasi latihan BAB (Buang air besar) yang salah dan gangguan mental dan
emosional yang dikarenakan oleh anak tersebut tidak mau mencoba untuk BAB.
Administrasi dosis laksatif yang gagal untuk menyelasaikan masalah secara
permanen dan dalam masa yang panjang rectum anaknya akan dipenuhi feses yang
padat dan kolon menjadi besar secara progresif. Setelah bagian kolon yang
menggelembung dikosongkan, rawatan primer untuk kelainan ini adalah
psychiatric dan termasuk memujuk anak tersebut menerima latihan tersebut
Megakolon pada dewasa bias disebkan oleh mengambil obat-obat tertentu, fungsi
troid yang abnormal, DM (Diabetes millitus, scleroderma atau amyloidosis).

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 4

WOC HIRSCHPRUNG DISEASE


KELAINAN KONGENITAL (HIRSCHSPRUNG
DISEASE) ATAU CONGENITAL AGANGLIONIC
MEGACOLON

Pertumbuhan Sistem
Gastrointestinal (GI)

NORMAL

Migrasi sel puncak neural (neural crest


cells) ke kolon SEMPURNA pada
minggu ke-5 hingga ke-12 masa gestasi

Sel-sel ganglion
parasimpatik
mengontrol
kerja sfingter
internal dengan
baik

Kerja saraf
simpatis normal

Tonus usus
halus
mengingkat

Sel-sel ganglion (Enteric Nervous System/ENS)


parasimpatik Pleksus Myenteric/Aurbach dan
pleksus Submukosa Meissner di kolon
rectosigmoid tidak ada

Intestinal tidak mampu


mentransmisikan gelombang gerakan
peristaltik dan rectosphincteric reflex
berkurang

Penumpukan
fekal di intestinal
bagian
rectosigmoid

Eliminasi fekal normal

MASALAH KEPERAWATAN :

2.
3.
4.

Hipertropi dan dilatasi rectosigmoid


akibat tinja yg menumpuk membentuk
megakolon

MANIFESTASI KLINIS

Gejala Umum: Hipertiroid usus


(megakolon), Gagal mengeluarkan
mekonium, Fekal berbau busuk/
keluar seperti pita (ribbon shape)

1.

Stimulasi
ENS
menurun

Volume cairan kurang b.d asupan


makanan
Gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi b.d distensi abdomen
Konstipasi b.d ketidakmampuan
kolon mengevaluasi feses
Gangguan rasa nyaman b.d distensi
abdomen

Neonatus

Infant

Toddler

- Distensi
abdomen
- Muntah dg
empedu
- Konstipasi
- Kegagalan
mengeluarkan
mekonium dlm
24-48 jam pasca
kelahiran
- Obstruksi
intestinal akut
total
- Menolak makan
- Diare akibat
obstruksi usus
- Hipoproteinemia
 edema

- Konstipasi
- Distensi
abdomen
- Muntah
- BAB pada
dan
eksplosif
- Penurunan
BB dan
dehidrasi

- Disfungsi
saluran GI
- Failure to
Thrive
- Konstipasi
kronik
- Distensi
abdomen
parah
- Enterokolitis
(infeksi kolon
akibat
pertumbuha
n bakteri di
kolon
iskemik)

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 5

4. Macam-Macam Hirschprung
Jenis penyakit Hirschsprung terbagi sesuai area yang mengalami aganglionik.
Salah satu laporan menyebutkan empat keluarga dengan 22 pasangan kembar yang
terkena yang kebanyakan mengalami long segment aganglionosis. Pada dasarnya,
pembagian tersebut meliputi:
a) Hirschsprung Klasik/Segmen Pendek : daerah aganglionik meliputi rektum
sampai sigmoid (80% pd laki-laki)
b) Hirschsprung Segmen Panjang : daerah aganglionik meluas lebih tinggi dari
sigmoid (15% kejadian)
c) Hirschsprung Total : daerah aganglionik mengenai seluruh kolon (3%
kejadian)
d) Hirschsprung Aganglionik Universal : daerah aganglionik mengenai seluruh
kolon dan hampir seluruh usus halus (Wim de Jong, 1997)

5. Faktor Resiko Hirschprung Disease


Faktor risiko Penyakit Hirschsprung antara lain:
a) Riwayat keturunan keluarga
Risiko tertinggi terjadinya Penyakit Hirschprung biasanya pada pasien yang
mempunyai riwayat keluarga Penyakit Hirschprung dan pada pasien penderita
Down Syndrome/penyakit kongenital akibat mutasi kromosom autosom no 21
(sekitar 10% dari total kejadian). Anak kembar dan adanya riwayat keturunan
meningkatkan resiko terjadinya penyakit Hirschsprung. Penyakit Hirschsprung
lebih sering terjadi secara diturunkan oleh ibu aganglionosis dibanding oleh
ayah.
b) Kelainan pada lingkungan mikro dinding usus
Kelainan dalam lingkungan mikro pada dinding usus dapat mencegah
migrasi sel-sel neural crest normal ataupun diferensiasinya. Matriks protein
ekstraseluler adalah hal penting dalam perlekatan sel dan pergerkan dalam
perkembangan tahap awal. Perubahan dalam lingkungan mikro di dalam usus
ini dapat mencegah migrasi sel-sel normal neural crest dan memiliki peranan
dalam etiologi dari penyakit Hirschsprung.

6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis penyakit hirschsprung dapat dibedakan berdasarkan:

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 6

a) Periode neonatal
Terdapat trias gejala klinis yang sering dijumpai, yakni pengeluaran
mekonium yang terlambat, muntah hijau, dan distensi abdomen. Pada bayi yang
baru lahir, pengeluaran mekonium terjadi saat 24 jam pertama kehidupan. Jika
pengeluaran mekonium yang terlambat (lebih dari 24 jam pertama) merupakan
tanda signifikan yang mengarah pada diagnosis penyakit hirschprung. Gejala yang
lainnya seperti muntah hijau dan distensi abdomen biasanya dapat berkurang jika
mekonium dapat dikeluarkan.
b) Periode bayi
Terlihat kegagalan tumbuh kembang, konstipasi, distensi abdomen, diare,
dan vomitus. Pada umumnya, diare ditemukan pada bayi dengan penyakit
hirschsprung yang berumur kurang dari 3 bulan. Selain itu, perlu diwaspadai
ancaman enterokolitis yang merupakan komplikasi serius bagi penderita penyakit
hirschsprung yang dapat menyerang pada usia kapan saja, tetapi paling tinggi saat
usia 2 sampai 4 minggu. Gejalanya berupa diare yang menyerupai air dan
menyemprot, keadaan umum yang buruk, distensi abdomen, feses berbau busuk,
dan demam.

Gambar 2: foto pasien penderita Hirschsprung berusia 3 hari. Terlihat abdomen


sangat distensi dan pasien kelihatan menderita sekali.

c) Periode anak
Pada anak yang lebih besar, gejala klinis yang menonjol adalah konstipasi
kronis, gizi buruk (failure to thrive), dan distensi abdomen. Beberapa mengalami
konstipasi menetap, sehingga terjadi perubahan pada pola makan yaitu perubahan
makan dari ASI menjadi susu pengganti atau makanan padat. Selain itu, terlihat
gerakan peristaltik usus di dinding abdomen. Jika dilakukan pemeriksaan colok

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 7

dubur dengan memasukkan jari pemeriksa ke rektum, maka sphincter ani teraba
hipertonus, rektum biasanya kosong, dan feses akan keluar menyemprot dengan
konsistensi semi-liquid dan berbau tidak sedap. Penderita biasanya buang air besar
tidak teratur, sekali dalam beberapa hari, dan biasanya sulit untuk defekasi.

Gambar 3: Foto anak yang telah besar, sebelum dan sesudah tindakan definitif
bedah.

7. Pemeriksaan Diagnostik
Pada hirscprung disease dapat dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
a) Rontgen perut (menunjukkan pelebaran usus besar yang terisi oleh gas dan
tinja)
b) Barium enema
c) Manometri

anus

(pengukuran

tekanan

sfingter

anus

dengan

cara

mengembangkan balon di dalam rektum)


d) Biopsi rektum (menunjukkan tidak adanya ganglion sel-sel saraf
Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan adalah:
a) Radiologi
- Pada foto polos abdomen memperlihatkan obstruksi pada bagian distal dan
dilatasi kolon proksimal.
- Pada foto barium enema memberikan gambaran yang sama disertai dengan
adanya daerah transisi diantara segmen yang sempit pada bagian distal
dengan segmen yang dilatasi pada bagian yang proksimal. Jika tidak
terdapat daerah transisi, diagnosa penyakit hirschprung ditegakkan dengan
melihat perlambatan evakuasi barium karena gangguan peristaltik.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 8

b) Laboratorium
- Tidak ditemukan adanya sesuatu yang khas kecuali jika terjadi komplikasi,
misal : enterokolitis atau sepsis.
c) Biopsi
Biopsi rektum untuk melihat ganglion pleksus submukosa meisner, apakah
terdapat ganglion atau tidak. Pada penyakit hirschprung ganglion ini tidak
ditemukan.

8. Penatalaksanaan
a) Konservatif. Pada neonatus dilakukan pemasangan sonde lambung serta pipa
rektal untuk mengeluarkan mekonium dan udara.
b) Tindakan bedah sementara. Kolostomi pada neonatus, terlambat diagnosis,
eneterokolitis berat dan keadaan umum buruk.
c) Tindakan bedah defenitif. Mereseksi bagian usus yang aganglionosis dan
membuat anastomosis.

B. IRRITABLE BOWEL SYNDROME


1. Definisi Irritable Bowel Syndrome
Menurut sistem klasifikasi Rome, IBS ditandai dengan adanya determinan
fisiologi yang multipel, yang berperanan pada gejala dari IBS dan bukan
merupakan satu penyakit yang tunggal. IBS didefinisikan sebagai kelompok
kelainan fungsional dari saluran cerna dimana adanya rasa tidak nyaman atau
nyeri perut dihubungkan dengan defekasi atau perubahan pada pola defekasi, dan
dengan gambaran kelainan pada defekasi (ketut, 2007).
Irritable Bowel Syndrom (IBS) juga didefinisikan sebagai salah satu
gangguan gastrointestinal fungsional. Pengertian Irritable Bowel Syndrom (IBS)
sendiri adalah adanya nyeri perut, distensi dan gangguan pola defekasi tanpa
gangguan organic (anonim,2010).
Sedang menurut pilono, 2004. Irritable Bowel Syndrome (IBS) adalah
kelainan kompleks dari saluran pencernaan bagian bawah, adanya nyeri perut,
distensi dan gangguan pola defekasi tanpa gangguan organik. irritable bowel
syndrome merupakan gangguan fungsional BAB. irritable bowel syndrome
utamanya dikarakteristikkan dengan gejala-gejala yang bercorak dan diperburuk
dengan stres emosional.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 9

Menurut judarwanto,2008. Iritable Bowel Syndrome umum pada orang dari


segala usia, termasuk anak-anak. Sekitar 14 persen siswa SMA dan 6 persen dari
siswa sekolah menengah melapor terkena gejala irritable bowel syndrome. Angka
kejadian irritable bowel syndrome antara laki-laki dan perempuan sama,
meskipun pada orang dewasa lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Perbandingan wanita menderita sindrom ini 2x lebih banyak daripada pria.
Berdasarkan beberapa definisi dari irritable bowel syndrome di atas, dapat di
simpulkan bahwa irritable bowel syndrome merupakan salah satu penyakit
gastrointestinal fungsional atau gangguan fungsional pergerakan usus

2. Etiologi Irritable Bowel Syndrome


Irritable bowel syndrome merupakan penyakit yang terjadi akibat beberapa
penyakit yang berhubungan dengan usus besar. Misalnya diare, konstipasi,
gangguan usus, gangguan peristaltik dan gangguan pencernaan lain yang
berkenaan dengan usus besar. Sedang sebab sesungguhnya dari sindroma ini
belum diketahui. Namun berdasarkan beberapa kasus irritable bowel syndrome
yan terjadi, faktor yang membawanya antara lain :
a) Stres
Stress psikologis dapat merubah fungsi motor pada usus halus dan kolon,
baik pada orang normal maupun pasien irritable bowel syndrome. Sampai
60% pasien pada pusat rujukan memiliki gejala psikiatri seperti somatisasi,
depresi, dan cemas. Dan pasien dengan diagnosis irritable bowel syndrome
lebih sering memiliki gejala ini. Ada atau tidaknya riwayat abuse pada masa
anak-anak (seksual, fisik, atau keduanya) dihubungkan dengan beratnya
gejala pada pasien dengan irritable bowel syndrome. Ini telah diusulkan
bahwa pengalaman awal pada hidup dapat mempengaruhi sistem saraf pusat
dan memberikan predisposisi untuk keadaan kewaspadaan yang berlebihan.
b) Mikroorganisme seperti bakteri, virus, kuman dll
c) Intoleransi makanan
Beberapa orang dengan IBS cenderung memiliki alergi makanan. Pada
tahun 2007 dasar bukti itu tidak cukup kuat untuk merekomendasikan diet
ketat. Banyak modifikasi diet yang berbeda telah dicoba untuk memperbaiki
gejala IBS. Ada yang efektif dalam beberapa sub-populasi. Sebagai
intoleransi laktosa dan IBS memiliki gejala yang sama seperti percobaan diet

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 10

bebas laktosa sering dianjurkan. Sebuah fruktosa membatasi diet dan asupan
fructan telah terbukti berhasil mengobati gejala secara dosis-tergantung pada
pasien dengan malabsorpsi fruktosa dan IBS. Sementara banyak IBS pasien
percaya bahwa mereka memiliki beberapa bentuk intoleransi makanan, tes
mencoba

untuk

memprediksi

sensitivitas

makanan

di

IBS

telah

mengecewakan. Satu studi melaporkan bahwa tes antibodi IgG efektif dalam
menentukan sensitivitas makanan pada pasien IBS, dengan pasien dengan diet
eliminasi mengalami gejala penurunan 10% lebih besar daripada mereka yang
diet semu. Lebih data yang diperlukan sebelum pengujian IgG dapat
direkomendasikan. Tidak ada bukti bahwa pencernaan makanan atau
penyerapan nutrisi yang bermasalah bagi mereka dengan IBS pada tingkat
yang berbeda dari mereka yang tidak IBS. Namun, tindakan yang sangat
makan atau minum dapat menimbulkan reaksi yang berlebihan dari respon
gastrocolic pada beberapa pasien dengan IBS karena kepekaan yang
meningkat mendalam mereka, dan ini dapat mengakibatkan perut, sakit diare,
sembelit dan / atau konstipasi.
d) Abnormalitas aktifitas usus
Dalam 50 tahun terakhir, perubahan pada kontraktilitas kolon dan usus
halus telah diketahui pada pasien IBS. Stres psikologis atau fisik dan
makanan dapat merubah kontraktilitas kolon. Motilitas abnormal dari usus
halus selama puasa,seperti kehilangan dari komplek motor penggerak dan
adanya kontraksi yang mengelompok dan memanjang, kontraksi yang
diperbanyak, ditemukan pada pasien IBS. Juga dilaporkan adanya respon
kontraksi yang berlebihan pada makanan tinggi lemak. Nyeri lebih sering
dihubungkan dengan aktivitas motor yang ireguler dari usus halus.
e) Infeksi atau inflamasi
Sitokin inflamasi mukosa dapat mengaktivasi sensitisasi perifer atau
hipermotilitas. Ditemukan adanya bukti yang menunjukkan bahwa beberapa
pasien IBS memiliki peningkatan jumlah sel inflamasi pada mukosa kolon
dan ileum. Adanya episode enteritis infeksi sebelumnya, faktor genetik, alergi
makanan yang tidak terdiagnosis, dan perubahan pada mikroflora bakteri
dapat berperanan pada terjadinya proses inflamasi derajat rendah. Inflamasi
dikatakan dapat mengganggu reflex gastrointestinal dan mengaktivasi sistem
sensori visceral meskipun jika respon inflamasi yang minimal. Kelainan pada

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 11

interaksi neuroimun dapat berperanan pada perubahan fisiologi dan


hipersensitivitas gastrointestinal yang mendasari IBS.

3. Patofisiologi Irritable Bowel Syndrome


Stres, diet, bakteri, kuman, jenis makanan dan reaktifitas usus yang abnormal
dapat menyebabkan IBS. Stres dapat memicu gejala IBS. Ketika seseorang
mendapatkan masalah

yang menyita pikirannya, maka hal ini

dapat

mempengaruhi sel- sel saraf dan menjadikan kekejangan pada usus. Kekejangan
usus ini dapat mengantarkan kita pada penyakit irritable bowel syndrome.
Diet yang tidak benar juga dapat memicu adanya IBS. Apabila pola makan
seseorang itu sangat besar atau tidak teratur apalagi keadaan pencernaannya
bermasalah maka dapat menyebabkan kram dan diare. Setelah itu dapat
membuat seseorang itu terkena IBS.
Yang ketiga adalah abnormalitas reaksi usus. Ketidaknormalan gerakan usus
ini dapat disebabkan oleh berbagai banyak hal diantaranya : asupan makanan
yang masuk, mikroorganisme dan stres. Ketidaknormalan gerakan usus ini
apabila terlalu lambat akan menyebabkan sembelit, dan jika terlalu cepat akan
menyebabkan diare.
Intoleransi makanan juga dapat menyebabkan datangnya penyakit IBS ini.
Jika seseorang alergi terhadap suatu makanan tertentu, maka dapat menyebabkan
gangguan usus dan menjadikan irritabel bowel syndrome. Selain itu bakteri juga
dapat memberikan efek tertentu terhadap usus dan dapat menyebabkan IBS.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 12

WOC IRRITABLE BOWEL SYNDROME

Faktor
psikologis
(Stress)

Mengaktifkan
epinefrin dan
menstimulasi
saraf simpatis

Penurunan
peristaltik
usus dan
peningkatan

Gangguan
motilitas
GI Track

Makanan, obat-obatan, hormon

Gangguan neurotransmitter

Penimbunan feses

Merangsang
cytokine milien
dan motilitas
usus

Peningkatan
rangsangan
dr saraf
dorsal horn
(suatu area
yang kaya
akan
neurotrans
mitter

Memblok fleksus
menterikus dan
meisner

Peningkatan produksi gas

sekresi usus
Distensi perut
(perut kembung)
MK:
Konstipasi
b.d gangguan
persyarafan
rektum

Hipersensitifitas
viseral

Sel inflamasi

Mekanisme
pertahanan tubuh
untuk mengeluarkan
gas dengan cara
bersendawa

MK:
Gangguan rasa nyaman b.d
distensi abdomen (sering
buang gas & sendawa)

Penurunan
peristaltic usus

MK: Konstipasi b.d


gangguan persyarafan
rektum

Interpretasi nyeri
melalui serat aferen
spinal

Persepsi nyeri melalui


serataferen spinal yang
terjadi antara batang
otak

Nyeri abdomen

Perubahan status
kesehatan

MK:
Cemas b.d
perubahan status
kesehatan

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 13

4. Klasifikasi Irritable Bowel Syndrome


Pada beberapa keadaan IBS dibagi dalam beberapa subgrup sesuai dengan
keluhan dominan yang ada pada diri seseorang(pilono, 2004).
Subgrup IBS yang sering digunakan membagi IBS menjadi 4 bagian yaitu :
a) IBS predominan nyeri perut
- Nyeri di fosa iliaka, tidak dapat dengan tegas menunjukkan lokasi sakitnya
- Nyeri dirasakan lebih dari 6 bulan
- Nyeri hilang setelah defekasi
- Nyeri meningkat jika stress dan selama menstruasi
- Nyeri dirasakan persisten jika kambuh terasa lebih sakit
b) IBS predominan diare
- Diare sering pada pagi hari dan sering dengan urgensi
- Biasanya disertai rasa sakit dan hilang setelah defekasi
c) IBS predominan konstipasi
- Terutama pada wanita
- Defekasi tidak lampias
- Biasanya feces disertai lendir tanpa darah
d) IBS predominan alternating pattern
- Pola defekasi yang berubah-ubah
- Sering feces keras di pagi hari diikuti dengan beberapa kali
- Defekasi dan feces menjadi cair pada sore hari

5. Manifestasi Klinis
Menurut Anonim, 2010. Ada beberapa gejala yang pada umumnya menyertai
irritable bowel syndrome. Diantaranya adalah :
a. Ketidak normalan frekuensi defeksi
b. Kelainan bentuk feses
c. Ketidaknormalan proses defekasi (harus dengan mengejan, inkontenensia
defekasi, atau rasa defekasi tidak tuntas)
d. Adanya mucus atau lender
e. Kembung atau merasakan distensi abdomen dan sangat bervariasi
f. Ditemukan keluhan diare dengan lendir, darah, kembung, nyeri abdomen
bawah.
g. Sembelit

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 14

h. Sering buang angin


i. Sendawa
j. Konstipasi

6. Pemeriksaan Diagnostik
a) Penyebab mekanik dan obstruksi harus dilakukan dengan pemeriksaan rontgen
kontras dan endoskopi.
b) Kelainan mukosa diperiksa dengan rontgen kontras dan biopsi mukosa.
c) Jika diare masalah utama, evaluasi malabsorbsi, dengan pemeriksaan kimia
darah dan gambaran hematologic harus dilakukan.
d) Kelainan metabolic harus dicari dengan tes fungsi tiroid dan kimia darah.
e) Kelainan vascular kolagen diperikssa dengan tes serologic
f) Pemeriksaan spesifik untuk neuropati otonom harus dilakukan jika dicurigai
dari anamnesis dan pemeriksaaan fisik.
g) Jika pemeriksaan-pemeriksaan ini menunjukkan gangguan motilitas, tentukan
apakah gejala yang ada merupakan akibat komplikasi (missal bakteri tumbuh
lampau), dan identifikasi daerah yang terkena dengan pemeriksaan
pengosongan lambung, pemeriksaan motilitas usus halus, pemeriksaan
motilitas kolon, dan / atau pemeriksaan anorektal

7. Penatalaksanaan Irritable Bowel Syndrome


Penatalaksanaan medis
- Berkenaan sembelit dan diare : berikan serat suplemen, seperti metamucil atau
citrucil untuk membantu sembelit kontrol.
- Pencahar, seperti PEG 3350 (MiraLax, GlycoLax), minyak mineral, atau
bisacodyl (Dulcolax), meringankan sedang hingga sembelit berat.
- Loperamide (Imodium) and bismuth subsalicylate (Pepto-Bismol) membantu
meringankan diare.
- Antispasmodic, seperti dicyclomine (Bentyl), rileks otot polos kontraksi dalam
usus dan dapat, secara teoritis, mengurangi rasa sakit yang terkait dengan IBS
tetapi harus digunakan dengan hati-hati karena efek samping yang serius yang
berpotensi.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 15

- Antidepresan , termasuk serotonin reuptake inhibitor selektif (SSRI) dan


antidepresan trisiklik (TCA), digunakan untuk mengobati IBS, meskipun
efektivitas mereka pada anak-anak tidak terdokumentasi dengan baik.
Sebelum mengambil salah satu obat, anak-anak dan orang tua mereka harus
mencari

saran

dari

penyedia

layanan

kesehatan

untuk

membantu

mempertimbangkan potensi manfaat terhadap risiko efek samping yang mungkin


timbul.
1. Obat Alternatif
Karena sering hasil yang tidak memuaskan dari perawatan medis untuk IBS
hingga 50 persen orang beralih ke komplementer pengobatan alternatif.
- Probiotik
Probiotik dapat bermanfaat dalam pengobatan IBS, mengambil 110000000000 bakteri menguntungkan per hari dianjurkan untuk hasil yang
bermanfaat. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan pada individu strain
bakteri menguntungkan untuk rekomendasi yang lebih halus. Sejumlah
probiotik telah ditemukan untuk menjadi efektif, termasuk: plantarum
Lactobacillus dan Bifidobacteria infantis; Namun, salah satu review
menemukan

bahwa

hanya

Bifidobacteria

infantis

menunjukkan

keampuhan. Beberapa yogurt dibuat menggunakan probiotik yang dapat


membantu mengurangi gejala sindrom iritasi usus besar.
2. Herbal remedies
Minyak peppermint: enterik dilapisi peppermint telah kapsul telah diusulkan
untuk IBS dalam gejala orang dewasa dan anak-anak. Ada bukti yang baik
dari efek yang menguntungkan dari kapsul dan dianjurkan bahwa peppermint
akan diujicobakan pada semua pasien sindrom iritasi usus besar. Keselamatan
selama kehamilan belum didirikan bagaimanapun dan hati-hati diperlukan
bukan untuk mengunyah atau memecahkan lapisan enterik dinyatakan refluks
gastroesophageal mungkin terjadi sebagai akibat dari sfingter esofagus bawah
relaksasi. Kadang-kadang mual dan perianal pembakaran terjadi sebagai efek
samping.
3. Yoga
Yoga mungkin efektif untuk beberapa penderita sindrom iritasi usus besar.
4. Akupunktur

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 16

Akupunktur mungkin patut uji coba pada pasien pilih, tapi dasar bukti untuk
efektivitas

lemah.

meta-analisis

oleh

Cochrane

Collaboration

menyimpulkan bahwa sebagian besar uji coba berkualitas rendah dan yang
tidak diketahui apakah akupunktur lebih efektif

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 17

ASUHAN KEPERAWATAN

A. HIRSCHPRUNG DISEASE
1. Pengkajian pada Anak dengan Hirshsprung
Ibu Ani membawa bayinya usia 3 hari ke klinik karena bayi belum pernah
defekasi, perut teraba keras, pernah muntah berwarna kehijauan. Dari
pemeriksaan foto polos abdomen ditemukan gambaran kolon membesar
seperti U inferted. Anak nampak menangis hampir sepanjang hari dan ibu
klien nampak letih dan binggung.
No. Jenis pengkajian
1.

Idenstitas

Keterangan
-nama:Tidak disebutkan dalam pemicu misal ananda X
-Jenis kelamin: Tidak disebutkan dalam pemicu
-usia : 3 hari
-orangtua: Ibu Ani

2.

Riwayat

-Keluhan utama: belum pernah defekasi, perut teraba

Keperawatan

keras, pernah muntah berwarna kehijauan, menangis


sepanjang hari
-Riwayat penyakit sekarang: konstipasi 3 hari, muntah
kehijauan, perut teraba keras
-Riwayat penyakit terdahulu: tidak ada dalam pemicu
-Riwayat Kesehatan Keluarga: tidak ada dalam pemicu
-Riwayat kesehatan lingkungan: tidak ada dalam pemicu
-Imunisasi: tidak ada dalam pemicu
-Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan: tidak ada
dalam pemicu
-Nutrisi: Tidak ada dalam pemicu.

3.

Pemeriksaan fisik

-Sistem Kardiovaskuler: tidak ada data dalam pemicu


-Sistem pernapasan: tidak ada data dalam pemicu
-Sistem pencernaan: konstipasi 3 hari, perut teraba keras,
muntah kehijauan
-Sistem genitourinaria: tidak ada data dalam pemicu
-Sistem saraf: tidak ada data dalam pemicu
-Sistem musculoskeletal: tidak ada data dalam pemicu

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 18

-Sistem endokrin: tidak ada data dalam pemicu


-Sistem integument: tidak ada data dalam pemicu
-Sistem pendengaran: tidak ada data dalam pemicu

4.

Pemeriksaan

-Foto polos abdomen: terlihat gambaran kolon membesar

diagnostic

seperti U inferted
Foto polos abdomen dapat memperlihatkan loop distensi
usus dengan penumpukan udara di daerah rectum
Pada foto posisi tengkurap kadang-kadang terlihat jelas
bayangan udara dalam rektosigmoid dengan tanda-tanda
klasik penyakit Hirschsprung.

Penyakit Hirschprung. Foto polos abdomen menunjukkan


dilatasi usus dan daerah rektosigmoid tidak terisi udara.
-Pemeriksaan barium enema: akan dijumpai 3 tanda khas:
- Tampak daerah penyempitan di bagian rektum ke
proksimal yang panjangnya bervariasi.
- Terdapat daerah transisi, terlihat di proksimal daerah
penyempitan ke arah daerah dilatasi.
- Terdapat daerah pelebaran lumen di proksimal daerah
transisi.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 19

Terlihat gambar barium enema penderita Hirschprung.


Tampak rektum yang mengalami penyempitan, dilatasi
sigmoid dan daerah transisi yang melebar.

Apabila dari foto barium enema tidak terlihat tanda-tanda


kha, maka dapat dilanjutkan dengan foto retensi barium,
yakni foto setelah 24-48 jam barium dibiarkan membaur
dengan feces. Gambaran khasnya adalah terlihatnya
barium yang membaur dengan feces kearah proksimal
kolon.

Sedangkan

pada

penderita

yang

bukan

Hirschsprung namun disertai dengan obstipasi kronis,


maka barium terlihat menggumpal di daerah rektum dan
sigmoid.

-Biopsi isap; tujuannya mecari sel ganglion pada daerah


sub mukosa dengan mengambil mukosa dan submukosa
dengan alat penghisap. Jika tidak terdapat sel ganglion
maka dipastikan anak menderita hisprung

-Biopsi otot rectum: pengambilan lapisan otot rectum.

-Pemeriksaan

enzim

asetilkolin

esterase;

terdapat

peningkatan aktivitas enzim asetilkolin esterase.

-Pemeriksaan colok anus: pada pemeriksaan ini jari


pemeriksa akan merasakan jepitan dan feses akan
menyemprot keluar.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 20

2. Diagnosa dan Intervensi


Diagnosa

1:

Konstipasi

berhubungan

dengan

ketidakmampuan

kolon

mengevakuasi feces (Wong, Donna, 2004 : 508)


Ditandai dengan: Bayi belum pernah defekasi, perut teraba keras
Tujuan: Anak dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adaptasi sampai fungsi
eliminasi secara normal dan bisa dilakukan
Kriteria Hasil:
a. Pasien dapat melakukan eliminasi dengan beberapa adapatasi
b. Ada peningkatan pola eliminasi yang lebih baik
Intervensi Mandiri

Rasional

Kaji warna, jumlah, konsistensi dan Membantu dalam mengidentifikasi penyebab


frekuensi feses

dan faktor-faktor yang mempengaruhi, serta


membantu dalam menentukan intervensi yang
tepat

Auskultasi bising usus setiap 4 jam Memastikan fungsi bowel dan perawatan yang
sekali

sesuai

Monitor Intake dan Output

Membantu mengidentifikasi dehidrasi dan


kekurangan nutrisi

Anjurkan

untuk

menghindari Mengurangi distress lambung dan distensi

makanan yang banyak mengandung abdomen


gas
Kaji keadaan kulit perianal secara Mencegah terjadinya ekskoriasi kulit
teratur dan lakukan perineal care
Diskusikan

penggunaan

pelunak Memfasilitasi defekasi saat konstipasi terjadi

feses dan pemberian enema bila


diperlukan
Intervensi Kolaborasi

Rasional

Konsultasikan dengan ahli gizi untuk Serat dapat menyerap cairan dan membuat
mengatur makanan yang seimbang feses menjadi solid dan akhirnya menstimulasi
dan tinggi serat.

defekasi

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 21

Diagnosa 2: Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi


abdomen
Ditandai dengan: Kolon membesar dan anak menangis sepanjang hari
Tujuan: Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi
Kriteria Hasil: Anak tampak tenang, tidak menangis, tidak mengalami gangguan pola
tidur
Intervensi Mandiri

Rasional

Kaji terhadap tanda nyeri

Mengetahui

tingkat

nyeri

dan

menentukan langkah selanjutnya


Berikan

tindakan

menggendong,

kenyamanan; Upaya dengan distraksi dapat mengurangi rasa


suara

halus, nyeri

ketenangan
Intervensi Kolaborasi
Berikan

obat

Rasional

analgesik

sesuai Mengurangi persepsi terhadap nyeri yamg

program

kerjanya pada sistem saraf pusat

Diagnosa 3:
Risiko kekurangan cairan yang berhubungan dengan penurunan asupan
makanan atau peningkatan permukaan absorptive usus yang distensi ditandai
dengan mual, muntah
Hasil yang Diharapkan:
Anak akan mempertahankan keseimbangan cairan yang ditandai oleh haluaran urine
sebesar 1-2 ml/kg/jam, waktu pengisian kembali kapiler tiga hingga lima detik, turgor
kulit baik, dan membrane mukosa lembap
Intervensi

Rasional

Timbang berat badan anak setiap hari, dan Menimbang berat badan setiap hari dan
dengan cermat pantau asupan dan haluaran pemantauan cermat terhadap asupan dan
cairan

haluaran cairan mengindikasikan status


cairan anak

Beri cairan intervena, sesuai program

Anak mungkin membutuhkan cairan


intravena jika ia mengalami dehidrasi
atau berisiko mengalami dehidrasi

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 22

Gunakan larutan salin atau antibiotic, bukan Air

biasa

dapat

air biasa, ketika memberi enema atau irigasi intoksikasi

air

rectum

absorptive

permukaan

akibat

menyebabkan
peningkatan
bila

terjadi

distensi abdomen
Anjurkan anak untuk minum

Bujuk dengan jenis minuman yang


disukai, es batu

Diagnosa 4:
Resiko kekurangan nutrisi b.d distensi abdomen
Hasil yang Diharapkan:
Anak mendapatkan cukup nutrisi
Intervensi

Rasional

Pantau status nutrisi anak sebelum Memantau asupan dan haluaran dapat melihat
pembedahan

cukup atau tidaknya nutrisi yang sudah


diberikan pada anak

Kaji asupan dan haluaran secara akurat Mengetahui status nutirsi anak
setiap 8 jam

Diagnosa 5:
Kurang Pengetahuan Ibu b.d Penyakit Hirschprung ditandai dengan Ibu bingung
Tujuan : Ibu mengetahui tentang penyakit Hirschprung
Kriteria Hasil : Ibu dapat menyebutkan apa itu penyakit hirschprung, gejala, dan
intervensi yang dapat dilakukan.
Perencanaan:
Perawat melakukan persiapan dengan mengumpulkan sumber-sumber informasi
tentang penyakit Hirschprung, menyiapkan media gambar agar ibu mudah memahami
tentang penyakit. Menyiapkan waktu yang tepat untuk memberikan penjelasan terkait
penyakit hirshcprung pada ibu.
Intervensi

Rasional

Melakukan pendekatan bina hubungan Agar ibu dapat menceritakan apa yang
saling percaya

dirasakan saat ini dan perawat dapat


menjadi tempat bertukar pikiran serta
bersama-sama mencetuskan solusi

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 23

Memberikan

pendidikan

kesehatan Memberikan informasi menyeluruh terkait

mengenai penyakit Hirschprung pada ibu permasalahan


dengan

menggunakan

penyakit

yang

diderita

sumber-sumber anaknya secara jelas menggunakan media

tertulis atau berupa gambar

informasi yang mendukung

3. Preoperatif Anak dengan Penyakit Hischsprung


1) Perawatan Prabedah
a. Pantau status nutrisi anak sebelum pembedahan
1) Beri makanan tinggi kalori, tinggi protein, dan tinggi sisa
2) Gunakan rute makanan alternatif jika pasien tidak dapat minum per oral
3) Kaji asupan dan haluaran secara cermat setiap 8 jam
4) Timbang berat badan anak setiap hari
b. Persiapkan bayi dan anak secara emosional untuk menghadapi pembedahan
c. Pantau status klinik prabedah
1) Pantau TTV setiap 2 jam
2) Pantau asupan dan haluaran
3) Observasi tanda dan gejala perforasi usus:
a) Muntah
b) Peningkatan nyeri tekan
c) Distensi abdomen
d) Iritabilitas
e) Gawat pernapasan (dispnea)
4) Pantau adanya tanda-tanda enterekolotis
5) Ukur lingkaran perut setiap 4 jam (untuk mengkaji distensi abdomen)
d. Pantau persiapan bayi terhadap persiapan prabedah
1) Enema hingga bersih (untuk membersihkan usus sebelum pembedahan)
2) Pasang selang IV
3) Obat prabedah
4) Uji diagnostik
5) Dekompresi lambung dan usus (selang nasogastrik atau selang rektal)
6) Puasa selama 12 jam sebelum operasi
2) Perawatan Pascabedah
a. Pantau dan laporkan status pascabedah anak
1) Auskultasi bising usus

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 24

2) Pantau TTD setiap 2 jam hingga stabil, setelahnya setiap 4 jam


3) Pantau adanya distensi abdomen
b. Pantau status hidrasi anak
1) Kaji adanya tanda-tanda hidrasi atau kelebihan cairan
2) Ukur dan catat drainase nasogastrik
3) Ukur dan catat drainase kateter Foley
4) Pantau infus IV (jumlah, kecepatan, infiltrasi)
5)

Observasi adanya gangguan keseimbangan elektrolit (hiponatremia/


hipokalemia)

c. Observasi dan laporkan adanya tanda-tanda komplikasi


1)

Observasi usus, karena perlengketan , volvolus, atau intususepsi

2)

Kebocoran pada anastomosis

3)

Sepsis

4)

Fistula

5)

Enterekolitis

6)

Frekuensi defekasi

7)

Konstipasi

8)

Perdarahan

9)

Kambuhnya gejala

d. Usahakan peristalis kembali normal


1)

Pertahankan kepatenan selang nasogastrik

2)

Irigasi dengan air garam normal setiap 4 jam (bila diperlukan)

e. Tingkatkan dan pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit


1)

Catat asupan per rute (IV, oral)

2)

Catat haluaran per rute (urin, feses, emesis, stoma)

3)

Konsultasikan dengan dokter jika terdapat ketidakcocokan

f. Atasi atau kurangi nyeri dan ketidaknyamanan


1) Pertahankan kepatenan selang nasogastrik
2) Pertahankan posisi tidur yang nyaman
3) Pantau respon anak terhadap pemberian obat
g. Cegah infeksi
1)

Pantau tempat insisi

2)

Berikan perawatan kateter foley setiap pergantian dinas

3)

Ganti balutan bila perlu (perianal dan kolostomi)

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 25

4)

Rujuk pada pedeoman prosedur institusi untuk perawatan yang


berhubungan demngan prosedur tertentu

5)

Sering mengganti popok untik menghindari kontaminasi feses

h. Lakukan intervensi yang spesifik untukprosedur, rujuk pada pedoman


prosedur institusi
i. Beri dukungan emosi pada anak dan keluarga
3) Perencanaan Pulang dan Perawatan di Rumah
a. Ajarkan pada orang tua untuk memantau adanya tanda dan gejala komplikasi
jangka panjang berikut ini:
1)

Stenosis dan konstriksi

2)

Inkontinensia

3)

Pengosongan usus yang tidak adekuat

b. Ajarkan tentang perawatan kolostomi pada orang tua


1)

Persiapan kulit

2)

Penggunaan alat kolostomi

3)

Komplikasi stoma (perdarahan, gagal defekasi, diare meningkat, prolaps,


feses seperti pita)

4)

Irigasi perawatan kolostomi

c. Beri dan jelaskan informasi-informasi tentang penatalaksaan diet


1)

Makanan rendah sisa

2)

Masukan cairan tanpa batas

3)

Tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolit atau dehidrasi

d. Dorong orang tua dan anak untuk mengekspersikan perasaannya tentang


kolostomi
1)

Tampilan

2)

Bau

3)

Ketidaksesuaian antara anak mereka dengan anak yang tidak menderita


hirschprung

e. Rujuk ke prosedur institusi prosedur spesifik untuk informasi yang dapat


diberikan kepada orang tua mengenai perawatan anak di rumah
4) Hasil yang diharapkan:
a.

Tanda-tanda infeksi tidak ada

b.

Hidrasi anak adekuat

c.

Tidak ada kerusakan jaringan pada area stoma.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 26

B. IRRITABLE BOWEL SYNDROME


1. Pengkajian
Tn.k 30 thn, karyawan swasta dari bali, klien datang ke RS dengan keluhan
nyeri abdomen,konstipasi, feses kecil, keras dan berlendir, klien sudah 1 thn
di tinggal istri namun klien belumbisa menerima kepergiannya, bising usus
5X/menit dan tidak teratur, kesadaran CM, TD 120/80mmHg, RR 24X/menit,
nadi 70X/menit, suhu 37oC, klien mengalami syndrome usus irritable, perut
klien kembung dan tegang, klien sering flatus dan sendawa berlebihan
a) Anamnesa
1) Identitas Klien
Nama
: Tuan K
Umur
: 30 Tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Asal
: Bali
2) Riwayat kesehatan
Keluhan Utama
: nyeri abdomen
Riwayat penyakit sekarang
: klien datang ke RS dengan keluhan
nyeri abdomen, konstipasi,feses kecil, keras dan berlendir, klien sudah
1 thn di tinggal istrinamun klien belum bisa menerima kepergiannya
Riwayat psikososial
: Bekerja sebagai karyawan swasta,
sudah 1 tahun menduda danbelum menerima kepergian istri
b) Pemeriksaan fisik
Keadaan umun

: sering flatus dan sendawa berlebihan

B1 (breathing)

: RR 24x/menit

B2 (blood)

: TD 120/80 mmHg, Nadi 70x/menit

B3 (brain)

: Kesadaran Umum CM

B4 (bladder)

:-

B5 (bowel)

: bising usus 5x/menit, perut kembung dan tegang

B6 (bone)

:-

2. Diagnose Keperawatan
-

Gangguan

eliminasi/konstipasi

berhubungan

dengan

gangguan

persyarafan pada usus dan rectum


-

Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan perut kembung dan nyeri


abdomen

Cemas berhubungan dengan status kesehatan

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 27

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan: gangguan eliminasi/konstipasi berhubungan dengan


gangguan persyarafan pada usus dan rectum.

Tujuan : pasien tidak menunjukan adanya gangguan elimonasi/konstipasi


Kriteria hasil : pasien bisa BAB secara teratur
Intervensi
1) Kaji warna, jumlah, konsistensi
danfrekuensi feses.
2) Auskultasi bising usus
3) Monitor intake dan output

Rasional
Membantu dalam mengidentifikasi penyebab
dan faktor-faktor yang mempengaruhi, serta
membantu dalam menentukan intervensi yang
tepat.
Bising usus biasanya meningkat pada saat
konstipasi.
Membantu mengidentifikasi dehidrasi dan
kekurangan nutrisi.

4) Anjurkan untuk menghindari


makanan yangbanyak
mengandung gas
5) Kaji keadaan kulit perianal
secara teratur dan lakukan
perineal care
6) Diskusikan penggunaan
pelunak feses danpemberian

Mengurangi distress lambung dan distensi


abdomen

Mencegah terjadinya ekskoriasi kulit

Memfasilitasi defekasi saat konstipasi terjadi

enema bila diperlukan


7) Kolaborasi: Konsultasikan
dengan ahli giziuntuk
mengatur makanan yang
seimbangdan tinggi serat

Serat dapat menyerap cairan dan


membuatfeses menjadi solid dan akhirnya
menstimulasi defekasi

Diagnosa : Gangguan rasa nyaman (nyeri abdomen) berhubungan dengan


distensi abdomen
Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil :
a) Tampak rileks dan mampu beristirahat dengan nyaman.
b) Mempraktekkan tindakan pereda nyeri non invasive untuk mengatasi nyeri
Rencana tindakan
Intervensi
Rasional
1) Kaji lokasi, intensitas (skala
0-10) dankarakteristik
nyeri (menetap, hilang
timbul,kolik)
2) Bantu klien mengatur posisi
senyaman mungkin
3) Monitor intake dan output

Gambaran nyeri dapat diketahui baik


secarasubjektif maupun objektif, sehingga
dapatditentukan intervensi yang tepat
Bising usus biasanya meningkat pada saat
konstipasi.
Posisi yang nyaman dapat
membantumengurangi rasa nyeri dan
teganganabdomen.Membantu klien untuk

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 28

beristirahat lebih efektif dan memfokuskan


kembali perhatian,sehingga menurunkan rasa
nyeri danketidaknyamanan.
4) Ajarkan dan Bantu klien
dalammelakukan teknik
relaksas
5) Anjurkan untuk menghindari
makananyang banyak
mengandung
gas,hindariminuman yang
mengandung soda,
hindarirokok, hindari
mengunyah permen karet
6) Kolaborasi dengan dokter
untukpemberian analgetik jika
nyeri berlanjut

Mengontrol nyeri untuk meningkatkan


istirahatdan kenyamanan

Mengurangi distress lambung dan


distensiabdomen

Mengurangi persepsi terhadap nyeri


yangkerjanya pada sistem saraf pusat.

Diagnosa : Kecemasan Berhubungan Dengan Perubahan Status Kesehatannya


Tujuan : Mendemonstrasikan koping yang positif dan mengungkapkan penurunan
kecemasan,dengan kriteria menyatakan pemahaman tentang penyakitnya.Kriteria
Hasil :Ekspresi wajah tenang
Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya
Intervensi
Rasional

1) Kaji tingkat kecemasan

Mengetahui sejauh mana tingkat


kecemasanyang dirasakan oleh klien
sehinggamemudahkan dlam tindakan
selanjutnya

2) Berikan dorongan dan berikan


waktu untukmengungkapkan
pikiran dan dengarkansemua
keluhannya

Klien merasa ada yang memperhatikansehingga


klien merasa aman dalam segala haltindakan
yang diberikan

3) Jelaskan semua prosedur dan


pengobatan
4) Berikan dorongan spiritua

Rasional : Klien memahami dan


mengertitentang prosedur sehingga mau
bekejasamadalam perawatannya
Mengurangi distress lambung dan distensi
abdomen

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 29

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kelainan kongenital penyakit hisprung yang dialami oleh anak merupakan
kelainan yang terjadi pada sistem pencernaan. Anak tidak dapat melakukan
defekasi seperti anak normal lainnya. Anak mengalami kosntipasi selama berharihari. Penyebab terjadinya kelainan kongenital penyakit hisprung ini adalah tidak
adanya sel ganglion pada kolon/usus besar. Tidak adanya sel ganglion tersebut
menyebabkan tidak adanya pergerakan usus besar/gerak peristaltik tidak tercipta.
Untuk memastikan apakah anak mengalami kelainan kongenital penyakit
hisprung maka beberapa tanda yang khas antara lain; anak mengalami konstipasi
berhari-hari, anak mengalami muntah yang berwarna kehijauan, perut anak
terlihat membesar dan keras, jika dilakukan colok anus maka jari pemeriksa akan
teras seperti terjepit dan kemudian feses akan menyemprot keluar. Untuk
pemeriksaan tambahan yang perlu dilakukan antara lain pemeriksaan foto polos
abdomen, pemeriksaan foto barium enema dan pemeriksaan biopsi hisap/biopsi
rektum.
Sedangkan Irritable bowel syndrome merupakan suatu gangguan fungsional
dari gatrointestinal yangditandai oleh rasa tidak nyaman atau nyeri pada perut dan
perubahan kebiasaan defekasi tanpapenyebab organic. Terdapat 3 sub kategori
dari IBS bila dilihat dari 3 gejala utama yaitu nyeriyang berhubungan diare, nyeri
yang berhubungan dengan konstipasi dan nyeri yang disertaidiare dan
konstipasiPenyebab dari IBS adalah gabungan dari beberapa faktor yang akan
mengakibatkangangguan fungsional dari usus yang melipitu factor psikososial,
genetic, sensitifitas terhadapmakanan dan obat-obatan.Patofisiologi terjadinya
IBS merupakan kombinasi dari beberapa faktor yaituhipersensitivitas visceral,
gangguan motilitas usus, dan faktor psikososial.Keluhan IBS dapat dibagi atas
keluhan intestinal dan ekstraintestinal,Karena tidak adamarker diagnosa yang
dapat digunakan untuk menegakkan IBS, diagnosa ditegakkanberdasarkan gejalagejala yang timbul dan dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lainyang
dapat memiliki gejala yang sama.
B. SARAN

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 30

Anak yang mengalami kelainan congenital hisprung akan dapat mengalami


gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Maka sebaiknya jika terdapat
beberapa tanda khas yang telah dijelaskan dalam makalah ini bawalah segera
anak ke pelayanan kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan. Dengan
pemeriksaan dini pada anak maka tindakan medis dan keperawatan selanjutnya
dapat diberikan pada anak. Sebaiknya untuk orangtua yang memiliki anak dengan
kelainan kongenital penyakit hisprung memiliki pemahaan dan pengetahuan
mengenai penyakit hisprung. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan
membaca keberadaan makalah ini.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 31

DAFTAR PUSTAKA

Ketut.2007. Perkembangan terkini dalam diagnosis Dan penatalaksanaan irritabel


bowel syndrome. Available from : http://www.patient.co.uk/pdf/pilsL104.pdf
Inayah Iin.2004. Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan system pencernaan.
Edisi pertama. Jakarta : Salemba Medika
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35598.html
Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. Buku saku keperawatan pediatrik. Edisi ke-3.
Jakarta: EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi ke-6. Jakarta :
EGC.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak. (1996). Buku ajar ilmu kesehatan anak. Jakarta:
FKUI.
Hockenberry and Wilson. (2007). Wongs: nursing care of infants and children. Book 2.
8th Edition. USA : Mosby Elsevier.
Klaus, Marshall H. and A.A. Fanaroff. (1998). Penatalaksanaan neonates risiko tinggi.
Edisi 4. Jakarta : EGC.
Potts, Nicki L. and B.L. Mandleco. (2007). Pediatric nursing: caring for children and
their families. 2nd Edition. USA : Thomson Delmar Learning.
Speer, Kathleen Morgan. (2008). Rencana asuhan keperawatan pediatrik dengan
clinical pathways. Jakarta: EGC.
Wong, Donna (2004). Buku ajar keperawatan pediatrik. Alih Bahasa Monica Ester.
Jakarta: EGC.

www.saktyairlangga.wordpress.com

Page 32

Vous aimerez peut-être aussi