Vous êtes sur la page 1sur 7

Antara Khuruj Terhadap Ulil Amri

dan Penguasa Sekuler

Ahad, 27 November 2016 15:45


Seringkali kita menemukan salah kaprah beberapa pihak terhadap istilah
khuruj. Di antara contohnya adalah istilah khuruj seringkali disematkan
kepada orang atau kelompok yang mengkritisi penguasa yang tidak
berhukum dengan hukum Allah. Terkadang istilah khuruj disematkan kepada
orang yang melakukan demonstrasi menentang kebijakan penguasa sekuler.
Saat kami menyebut penguasa sekuler maka yang dimaksud di sana adalah
penguasa yang mencampakkan hukum Allah, mengganti hukum Allah
dengan hukum buatan manusia. Mencampur adukkan hukum Allah dengan
hukum-hukum buatan manusia dalam konstitusi Negara.
Tujuan Kepemimpinan dalam Islam
Imamah (Kepemimpinan) dalam Islam tidak hanya mengatur urusan duniawi
manusia semata. Akan tetapi lebih daripada itu, sebagaimana yang
disebutkan oleh Imam Al Mawardi, Imamah (Kepemimpinan) adalah
pengganti tugas kenabian dalam menjaga agama ( ) dan mengatur
dunia dengan agama ( ) dan Imamah tersebut diberikan kepada
orang

yang

melakukan

tugas

tersebut

terhadap

umat.

(Al-Ahkam

Sulthoniyah, hal 3)
Di dalam pengertian di atas Imam Al Mawardi menyebutkan bahwa tugas
utama seorang imam (baca : ulil amri) adalah menjaga agama dan mengatur
kehidupan duniawi berdasarkan agama. Dan kedua tugas tersebut tidak akan
bisa terwujud kecuali dengan menerapkan syariat Allah. Lebih jauh beliau
mengatakan

bahwa

imamah

melakukan tugas tersebut.

tersebut

diberikan

kepada

orang

yang

Ibnu Khaldun berkata, Pada dasarnya Imamah itu adalah mandat dari
pemilik syariat untuk dalam menjaga agama dan mengurus urusan duniawi
dengan agama. (Al-Muqoddimah, hal 195. Dinukil dari Al-Imamah AlUdzma inda Ahl As-Sunnah wa Al-Jamaah, hal. 29)
Allah SWT berfirman :











( 49)

Artinya, Hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka dengan


hukum yg diturunkan oleh Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka. Berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak
memalingkan kamu dari sebagian yg Allah turunkan kepadamu. Ketahuilah,
sesungguhnya Allah menghendaki menimpakan musibah kepada mereka,
karena dosa-dosa mereka. Sesungguhnya kebanyakan manusia itu fasik (49)
Apakah hukum jahilyah yang mereka kehendaki? Dan (hukum) siapakah yag
lebih baik dari (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS Al Maidah
49-50)
Di dalam hadits Rasulullah bersabda :



Artinya, Jika kalian dipimpin oleh seorang hamba sahaya yang buruk rupa
saya kira perawi menambahkan kata hitam- yang memimpin kalian
dengan kitab Allah, maka dengarkanlah dan taatilah. (HR Muslim)

Imam An Nawawi dalam Syarh Shohih Muslim berkata


:


Artinya, Rasulullah SAW memerintahkan untuk mentaati ulil amri, walaupun
memiliki kondisi yang tidak baik seperti di atas.
Ketaatan

itu

diperintahkan

selama

mereka

(para

ulil

amri)

memimpin dengan Kitab Allah. Para ulama berkata, Selama para ulil
amri berpegang dengan Islam dan menyeru kepada Kitab Allah,
apapun keadaan mereka, kondisi fisik, keagamaan dan akhlak.
(Syarh An Nawawi Ala Shohih Muslim 9/47, terbitan Dar Ihya At
Turats Al Arabi, Bairut, cetakan kedua, 1392. Versi Maktabah
Syamilah)
Syaikhul Islam Ibnu Taimyah berkata :







Jika seseorang diangkat sebagai pemimpin dan diperintahkan

untuk

berhukum dengan selain hukum Allah dan rasul-Nya atau diperintahkan


untuk tidak adil sebagaimana perintah Allah dan rasulnya, maka syarat
tersebut batil berdasarkan kesepakatan kaum muslimin. Begitu pula halnya
jika dia memerintahkan kepada hal-hal yang menyelisihi hukum Allah. (AlUqud li Ibni Taimiyah, hal. 17, Tahqiq oleh syaikh Muhammad Hamid
Al Faqi, diterbitkan oleh maktabah As-Sunnah Al-Muhammadiyah)

Dari pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ulil amri yang sah
secara syari adalah ulil amri yang menegakkan hukum-hukum Allah
memimpin umat dengan kitam Allah dan Rasul-Nya. Walaupun pada
beberapa kondisi dia melakukan kezaliman dan kefasikan (pembahasan
dalam

masalah

ini

pembahasan

tentang

Imamatul

Fasiq).

Adapun

pemerintah sekuler yang mencampakkan hukum Allah, mencampur-adukkan


antara hukum Allah dan hukum manusia maka bukanlah ulil amri yang legal
secara syari. Sesuatu yang tidak legal secara syari maka keberadaannya
dianggap tidak ada. Sebagaimana dalam kaidah fikih disebutkan :


Artinya, Sesuatu yang tidak wujud secara syari maka dianggap tidak
berlaku.
Penjelasan dari kaidah di atas adalah sesuatu yang ada secara hakikat, tapi
keberadaannya menyelisihi syariat maka keberadaannya tidak dianggap.
Contohnya, adalah akad nikah. Jika akad nikah dilakukan tidak terpenuhi
rukun dan syaratnya, maka secara syari dianggap tidak sah. Pasangan yang
melakukan akad tersebut dianggap tidak melakukan akad. Karena akadnya
tidak sah secara syari. begitu juga halnya dengan pemimpin. Pemimpin
yang dianggap legal secara syari adalah pemimpin yang berhukum dengan
hukum Allah. Jika ada kepemimpinan yang tidak menegakkan hukum Allah
dan malah mencampakkannya sebagaimana pemimpin sekuler, maka
keberadaanya tidak dianggap secara syari. jika keberadaannya tidak
dianggap secara syari maka tidak berlaku atasnya konsekuensi syari
apapun.

Antara Khuruj Terhadap Ulil Amri


dan Penguasa Sekuler
Ahad, 27 November 2016 15:45

Mengingkari Kemungkaran Ulil Amri Bukanlah Khuruj


Karena rancu dan tidak utuh dalam memahami khuruj ala ulil amri, sebagian
orang justru terjatuh kepada kemungkaran lainnya yaitu mendiamkan
kemungkaran pemimpin. Lebih parah lagi, mendiamkan kemungkaran
pemimpin sekuler yang mencampakkan hukum Allah. Ini bertentangan
dengan hadits Nabi Muhammad SAW :

*





Artinya, Dari Abdullah bin Masud, bahwasanya rasulullah SAW bersabda,
Tidaklah seorang nabi yang Allah utus kpada umat setelahku melainkan
ada dari umatnya yang enjadi pengikur setinya dan para pengikut yang
mengambil sunnahnya dan mengikuti perintahnya. Kemudian aka nada dari
generasi setelah mereka yang berkata apa yang tidak mereka kerjakan dan
mengerjakan apa yang tidak diperintahkan. Siapa yang melawan mereka
dengan tangannya maka dia beriman, siapa yang elawan mereka dengan
lisan maka dia mukmin, siapa yang melawannya dengan hati maka dia
mukmin. Dan tidak ada lagi setelah itu sebiji keimanan. (HR Muslim)
Hadits lainnya, sabda rasulullah SAW :

Artinya : Penghulu para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muttholib dan
orang

yang

mendatangi

pemimpin

yang

zalim,

kemudian

dia

mengingatkannya akan perintah dan larangan (Allah : red) kemudian

pemimpin zalim tadi membunuhnya. (HR Hakim, dan dishahihkan oleh


Albani).
Terkait mengingkari penguasa yang melakukan kemungkaran, Ibnu Rajab Al
Hanbali berkata, Mengubah kemungkaran (penguasa) dengan tangan tidak
harus dengan memeranginya. Hal ini juga disebutkan oleh Imam Ahmad
dalam riwayat Abul fadhl Sholih (salah satu anak beliau yang meriwayatkan
dari beliau) dia berkata, Merubah kemungkaran penguasa dengan tangan
bukanlah dengan pedang dan senjata. Saat itu, mengingkari umara dengan
tangan

adalah

dengan

menghilangkan

kemungkaran

yang

dilakukan

penguasa dengan tangan. Seperti menumpahkan khamr mereka atau


memecahkan alat music mereka dan lain sebagainya. Atau mencegah
dengan tangan kezaliman yang dilakukan oleh peguasa, jika mampu
meakukannya.

Semua

itu

diperbolehkan

dan

tidak

termasuk

dalam

memerangi penguasa dan juga bukan termasuk khuruj terhadap penguasa


yang ada larangannya. (Jamiul Ulum wal Hikam 3/52-53)

Antara Khuruj Terhadap Ulil Amri


dan Penguasa Sekuler

Ahad, 27 November 2016 15:45


Kesimpulan

Vonis khuruj terhadap ulil amri adalah vonis yang berbahaya. Karena vonis
tersebut secara tidak langsung menghalalkan darah pihak yang tertuduh.
Oleh karena itu janganlah seseorang terlalu tergesa-gesa menjatuhkan vonis
khuruj. Karena sebenarnya khuruj tersebut adala istilah yang digunakan oleh
para salaf yang mayoritas mereka menggunakan istilah tersebut untuk
mengugkapkan perlawanan bersenjata terhadap imam yang sah secara
syari.
Di sisi lain, sebagian lainnya menyamakan antara penguasa zalim yang
hidup pada zaman salaf dengan para penguasa sekuler yang mencampakkan
hukum Allah dan mencampur-adukkan hukum Allah dengan hukum manusia.
Imamah adalah wasilah demi terwujudnya syariat Allah di tengah-tengah
kehidupan manusia. Oleh karena itu menyamakan para khalifah zaman
dahulu

yang

masih

menegakkan

hukum

Allah

walaupun

melakukan

kezaliman dengan penguasa sekuler, sehingga orang yang mengkritik


penguasa sekuler, menuntut mereka menegakkan syariat, menentang
kebijakan mereka yang bertentangan dengan agama

dianggap sebagai

bughot dan khawarij tentunya ini adalah sebuah tindakan yang salah kaprah.
Agar kita tidak terjebak kepada vonis khuruj yang salah, maka mari kita
pahami istilah khuruj secara komprehensif, pahami lagi siapa yang menjadi
objek khuruj, pahami kembali realitas yang terjadi dengan benar. Wallahu
alam bish showab.
Penulis : Miftahul Ihsan

Vous aimerez peut-être aussi