Vous êtes sur la page 1sur 9

ANTENNA SERANGGA

Oleh :
Nama
NIM
Rombongan `
Kelompok
Asisten

: Nur Fadilah
: B1J013073
:I
:2
: Ganjar Cahyo P

LAPORAN PRAKTIKUM ENTOMOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia dimata dunia dikenal sebagai negara agraris yang berarti sebagian
besar mata pencaharian dari sekitar 260 Juta jiwa penduduk Indonesia adalah
bertani. Namun dalam tiap kegiatan bertani, seringkali berhadapan dengan berbagai
kendala, diantaranya adalah gangguan hama. Hama adalah organisme yang
menyerang tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman menjadi terganggu, yang berdampak turunnya kualitas dan kuantitas serta
kerugian ekonomis bagi manusia (Borror, 1992).
Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah kelompok utama dari
hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang), karena itulah
mereka

disebut

pula

Hexapoda

(dari

bahasa

Yunani,

berarti

"berkaki

enam"). Serangga ditemukan di hampir semua lingkungan kecuali di lautan Hewan


ini juga merupakan contoh klasik metamorfosis. Hama terdapat dalam berbagai jenis,
salah satunya yaitu hama serangga. Setiap serangga mengalami proses perubahan
bentuk dari telur hingga ke bentuk dewasa yang siap melakukan reproduksi.
Pergantian tahap bentuk tubuh ini seringkali sangat dramatis, di dalam tiap tahap
juga

terjadi

proses

"pergantian

kulit"

yang

biasa

disebut

proses

pelungsungan. Tahap-tahap ini disebut instar. Ordo-ordo serangga seringkali


dicirikan oleh tipe metamorfosisnya (Borror, 1992).
Serangga adalahinvertebrata

beruas

yang

memiliki

kerangka

luar

(eksoskeleton). Eksoskeleton selain berfungsi sebagai kulit serangga juga berfungsi


sebagai penyangga tubuh, alat proteksi diri, dan tempat melekatnya otot. Kulit
serangga disebut integumen yang terdiri dari kutikula dan lapisan epidermis.
Kutikula merupakan lapisan tipis yang strukturnya sangat kompleks yang terdiri dari
epikutikula dan prokutikula. Epikutikula merupakan lapisan terluar integumen dan
merupakan lapisan yang tipis, sedangkan prokutikula merupakan lapisan tebal yang
terdiri atas eksokutikula dan endokutikula (Ananda, 1978).
B. Tujuan
Menjelaskan tipe-tipe antenna pada seranggadan menjelaskan bagian-bagian
antenna pada serangga.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Semua serangga dewasa dan nimfa kecuali protura memiliki sepasang antenna
yang terletak pada bagian anterior kepala, dekat dengan mata majemuk, namun
demikian pada beberapa serangga misal pada bentuk larva, antenna sangat tereduksi.
Fungsi utama antenna adalah indera (sensory). Berbagai tipe-tipe rambut kecil
(sensilia) yang terletak pada antenna bertindak sebagai rangsangan fisik (tactile),
pembau, suhu, kelembapan dan penerima suara. Antenna sering memainkan suatu
bagian yang penting pada proses kawin dibanyak serangga, sebagai contoh antenna
yang menyerupai sisir pada ngengat jantan, merasakan bau (feromon) yang
dipancarkan oleh ngengat betina pada species yang sama. Dimorfisme seksual pada
antenna adalah umum, antenna serangga jantan sering lebih kompleks / rumit
dibandingkan yang betina (Pedigo, 1989)
Antenna

secara umum digunakan sebagai suatu cirri taksonomi dalam

identifikasi serangga karena variasi yang dapat dibedakan dalam ukurannya maupun
bentuknya. Tipe-tipe antenna yang paling umum dapat dibedakan menjadi 12 bentuk
yaitu filiform, setaceus, monoliform, clavatus, serratus, capitatus, geniculatus,
lamellatus, pectinatus, anistatus, stylatusdan plumose (Subyanto, 1993).
Serangga dapat merusak tanaman sebagai hama dan sumber vektor penyakit
pada manusia. Namun, tidak semua serangga bersifat sebagai hama atau vektor
penyakit. Kebanyakan serangga juga sangat diperlukan dan berguna bagi manusia.
Serangga dari kelompok lebah, belalang, jangkrik, ulat sutera, kumbang, semut
membantu dalam proses penyerbukan tanaman dan menghasilkan produk makanan
kesehatan (Metcalfe dan William, 1975). Serangga juga berperan dalam menjaga
daur hidup rantai dan jaring-jaring makanan di suatu ekosistem (Devi et al., 2013).

III. MATERI DAN METODE


A. Materi
1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah pinset, Mikroskop cahaya,
Mikroskop stereo, cawan petri, kaca objek, papan bedah dan bak preparat.
1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah,Antenna Lalat, Nyamuk, Lebah
madu, Kupu-kupu, Kecoa, dan Antenna Kumbang, Alkohol 75%, dan tisu.
B. Metode

Alat dan bahan dipersiapkan

Setelah preparat mati, ambil dengan


pinset dan ambil bagian antenna
preparat dengan gunting

Letakan antenna serangga pada kaca


objek, amati bentuk dan bagian antenna
masing-masing preparat

Diamati dan digambar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

Gambar 4.1. Antenna Belalang

Gambar 4.3. Antenna Kumbang

Gambar 4.5. Antenna Lebah

Gambar 4.2Antenna Kecoa

Gambar 4.4. Antenna Lalat

Gambar 4.6. Antenna Gideon

B. Pembahasan
Antenna pada serangga bervariasi bentuknya dengan fungsi sebagai alat
sensor. Borror et al. (1992), menyatakan bahwa fungsi antenna pada serangga
merupakan alat perasa dan bertindak sebagai organ-organ pengecap, organ pembau,
serta organ untuk mendengar. Antenna memiliki segmen scape pada segmen pertama
yang langsung berhubungan dengan kepala, pedikel pada segmen kedua dan
flagellum pada segmen berikutnya. Bervariasinya bentuk antenna ini juga merupakan
satu karakteristik pembeda yang penting dalam serangga (Arora dan Dhaliwal,
1999). Serangga menggunakan antenna sebagai sensor taktil untuk mendapatkan
informasi tentang lingkungan mereka. Antenna serangga seperti kaki pelengkap yang
telah berevolusi menjadi organ sensorik khusus, menggabungkan berbagai modalitas
sensorik seperti suara (Dirks dan Volker, 2011).
Menurut Borror dan white (1998), bentuk antenna pada serangga dapat dibagi
menjadi beberapa bagian. Praktikum kali ini serangga yang digunakan sebagai bahan
percobaan adalah belalang kayu (Valanga nigricornis) memiliki antenna bertipe
filiform, yaitu bentuk antenna seperti benang, ruas-ruas bagian flagelum mempunyai
ukuran seragam, dan berbentuk silindris, lebah madu (Apis melifera) memiliki tipe
antenna genikulata ruas-ruas bagian flagelum membentuk sudut siku-siku dengan
ruas bagian skape. Kecoa (Periplaneta americana) memiliki antenna bertipe setaseus
ruas-ruas bagian flagelum semakin ke ujung bentuknya semakin langsing membentuk
kerucut, lalat rumah (Musca domestica) memiliki antenna aristata ruas bagian ujung
flagelum biasanya membesar dan mempunyai rambut-rambut , nyamuk (Anophales sp.)

memiliki antenna tipe plumose ruas-ruas bagian flagelum mempunyai rambut-rambut


panjang dan kumbang tanduk (Xylotrupes gideon) antenna bertipe clavata dengan
ruas-ruas bagian flagelum dari arah proksimal ke distal semakin membesar, dan
membentuk gada.
Kecoa Amerika Periplaneta americana adalah yang idealsistem untuk
mempelajari pengolahan sensorik-mekanik dalam kontrolkerangka teoritis karena
kami memiliki model kuantitatif yangdinamika berjalan yang telah terintegrasidalam
model kontrol loop tertutup antena-dimediasi escapeperilaku. Karya terbaru
memilikimulai mengungkapkan mengubah mekanik antena. Mongeauet al.
menunjukkan bahwa antena-lingkunganinteraksi dapat memainkan peran penting
dalam dinding-berikut kontrol. Inistudi mengidentifikasi bahwa rambut distal pada
antena dapat saling mengunci denganasperities dinding(Mongeau et. al, 2014)

Umumnya antena serangga terbagi menjadi 3 ruas utama yaitu scape yang
merupakan ruas pertama melekat pada kepala, ruas kedua disebut dengan pedisel,
dan dan ruas ketiga disebut dengan flagellum. Bentuk dan ukuran antennapada
setiapjenis serangga berbeda beda. Berdasarkan bentuknya antena serangga dapat
dibedakan menjadi 14 tipe yaitu:
1. Filiform: menyerupai benang, tiap-tiap segmen yang membentuk antena
ukurannya sama, misalnya antena pada Valanga nigricornis atau Belalang kayu
(Orthoptera).
2. Moniliform: seperti manik-manik, ruas-ruas antena berukuran sama dan
berbentuk bulat, misalnya Rhysodidae.
3. Setaseous: seperti rambut kaku (Seta), makin ke ujung ruas-ruas antena maakin
ramping, misalnya Periplaneta Americana atau kecoa.
4. Clavate: seperti moniliform tapi agak membesar kebagian ujungnya,
misalnyaChalcosoma atlasatau kumbang tanduk.
5. Capitate: seperti clavate tetapi perbesaran ruas-ruas terakhir tiba-tiba membesar,
misalnya Nitidulidae.
6. Serate: tiap-tiap segmennya berbentuk seperti gigi, misalnya Elateridae.
7. Geniculate: segmen pertama berukuran panjang diikuti oleh satu segmen yang
lebih kecil yang membentuk sudut dengan segmen pertama, misalnya Apis
mellifera atau Lebah madu.
8. Pectinate: setiap segmen memanjang ke arah samping seperti sisir, misalnya
Pyrochoroidae.
9. Bipectinate: setiap segmen memiliki satu pasang rambut.
10. Stylate: segmen terakhir runcing dan agak panjang, misalnya Asilidae.
11. Aristate: seakan-akan dari segmen antena keluar lagi antena, misalnya Musca
domesticaatau Lalat buah
12. Plumose: setiap segmen berambut lebat dan panjang, misalnya nyamuk Culex
sp. jantan.
13. Lamellate: segmen paling ujung membesar dan menjadi lempengan, misalnya
Scarabaidae.
14. Flabellate: semua segmen setelah pedicel bentuknya seperti lempengan,
misalnya Rhipiceridae (Sunarjo, 1991).

V. SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa,
1.Macam-macam tipe antenna serangga diantaranya ada filiform, moniliform,
setaseus, clavate, capitates, serate, geniculate, pectinate, bipectinate,
stylate, aristate, plumose, lamellate, dan flabellate.
2. Bagian-bagian antenna serangga yaitu terbagi menjadi 3 ruas utama yaitu
scape yang merupakan ruas pertama melekat pada kepala, ruas kedua
disebut dengan pedisel, dan dan ruas ketiga disebut dengan flagellum.
B. Saran
Sebaiknya waktu praktikum dapat diatur dengan baik sehingga praktikan
dapat memahami dengan baik dan tidak terburu-buru oleh waktu.

DAFTAR REFERENSI
Ananda, K. 1987. Taxonomi Serangga. Yayasan Pembina Fakutas Pertanian
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Borror, D.J., C.A, Triplehom, N.F. Johnson. 1992. An Introduction to the Study of
Insect. Harcourt Brace Collage Publishers.
Borror, D.J and White, R., 1998. Insects. New York: Houghton Mifflin.
Devi, M.B., O. Sandhyarani, D and S. Dineshwar, S. 2013., Preliminary Study of
Aquatic Insect Diversity and Water Quality of Loktak Lake, Manipur.
International Journal of Integrative science, Innovation and Technology, 2(3),
pp. 33-37.
Dirks, J. H and Volker, D., Biomechanics of The Stick Insect Antenna: Damping
Properties and Structural Correlates of The Cuticle. Journal of The Mechanical
Behavior of Biomedical Materials, 4, pp. 2031-2042.
Mongeau, Jean-Michel, AlicanDemir, Chris J. Dallmann, KaushikJayaram, Noah J.
Cowan2 and Robert J. Full. 2014. Mechanical processing via passive dynamic
properties of the cockroach antenna can facilitate control during rapid running.
The Journal of Experimental Biology (2014) 217, 3333-3345.
Pedigo, L.P. 1989. Entomology and Pest Management. Macmillan Publishing
Company. New York.
Subyanto. A. Sulthoni, S.S. Siwi. 1993. Kunci Determinasi Serangga. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Sunarjo. P.I. 1991. Biologi dan Ekologi Serangga. Pusat Antar Universitas Bidang
Ilmu Hayati. ITB. Bandung.

Vous aimerez peut-être aussi