Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Kapevi Hatake
12:35 PM
Asuhan Keperawatan
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
PENGERTIAN
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru-paru
yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberkulosis.
ETIOLOGI
Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um.
Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan terhadap asam
dan lebih tahan terhadap kimia , fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang
menyukai daerah yang banyak oksigin, dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang
tinggi kandungan oksigennya yaitu. daerah apikal paru, daerah ini yang menjadi
prediksi pada penyakit Tuberkulosis.
PATOFISIOLOGI
Penyakit ini dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel efektor
(makrofag), sedangkan limphosit (sel T) adalah sel imonoresponsifnya. Imunitas ini
biasanya melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan
limfokin, respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitifitas ( lambat). Basil Tuberkel
yang mencapai permukaan alveolus akan diinhalasi sebagai suatu unit (1-3 basil),
gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan disaluran hidung dan cabang
besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Yang berada dialveolus dibagian
bawah lobus atas paru basil tuberkel ini membuat peradangan.
Leukosit polimorfonuklear nampak pada tempay tersebut dan mempagosit,
namun tidak membunuh basil. Hari-hari berikutnya leukosit diganti oleh makrofag,
alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumoni akut.
Pneumoni selluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini dapat berjalan
terus, dan basil terus dipagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga
menyebar melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang mengadakan infiltrasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang
dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan waktu 10-20 hari). Nekrosis bagian sentral
lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju (nekrosis kaseosa) .
Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel
epiteloid dan fibroblas akan menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi akan
lebih fibroblas membentuk jaringan parut dan ahirnya membentuk suatu kapsul
yang dikelilingi tuberkel..
2.
Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini untuk membuang
/mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulenta
(menghasilkan sputum)
3.
Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru.
4.
Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan fisik :
Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi
suara umforik.
Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
Pemeriksaan Radiologi :
Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak
jelas.
Bronchografi :
Merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena
TB.
Laboratorium :
Darah
Sputum
Test Tuberkulin
PENATALAKSANAAN
Penyuluhan
Pencegahan
Pemberian obat-obatan :
1.
2.
Bronchodilatator
3.
Expektoran
4.
OBH
5.
Vitamin
b.
Pola Nutrisi
Anorexia, Mual, tidak enak diperut, BB menurun
c.
Respirasi
Batuk produktif (pada tahap lanjut), sesak nafas, Nyeri dada.
d.
Riwayat Keluarga
Biasanya keluarga penderita ada yang mempunyai kesulitan yang sama (penyakit yang
sama)
e.
Riwayat lingkungan
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman padat, ventilasi rumah yang
kurang, jumlah anggauta keluarga yang banyak.
f.
Aspek Psikososial
Merasa dikucilkan
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang
lama dan biaya yang bayak.
g.
Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap.
Malnutrisi
2.
Edema trachea/larink.
3.
Edema Bronkial.
4.
Kelemahan
Dispnea
Anorexia
PENGOBATAN
1.
: 1 x 400 mg
Farmakokinetik:
Diabsorbsi
absorbsi
Puncak
: 1 - 2 jam
Distribusi
plasenta
Metabolisme
Eliminasi
CNS
Parestesias, perifeal neuropaty, nyeri kepala, kelemahan, tinitus, pusing, vertigo,
ataxia, somnolen, insomnia, amnesia,euphoria, toxis psikosis, perubahan tingkah
laku, depresi, kerusakan memori, hyperpireksia, halusinasi, konvulsi, otot kejang,
mimpi yang berlebihan , menstruasi
Mata
Penglihatan kabur, terganggunya penglihatan, optik neuritis, atropi
GI
Mual , muntah , epigastrium distress, mulut kering, konstipasi
Hematologi
Hepatotoksisitas
Panas dingin, kulit yang melepuh (mosbiliform, macula papular, purpura, urticaria)
limpadenitis, vaskulitis
Metabolik endokrin
Penurunan absorbsi vitamin B12, defisiensi pridoksin (vitamin B6), pellagra,
gynecomastia, hyperglikemia, glikosuria, hyperkalemia, hipophosphathemia,
hipokalsemia, acetonia, asidosis metabolik, proteinemia
Lain-lain
Dyspnea, retensi urine, demam yangdisebabkan obat-obat, rematik, lupus
erythromatosus syndrome, iritasi di tempat bekas injeksi.
Implikasi perawatan:
Pengelolaan :
Obat oral INH lebih baik diberikan sebelum makan 1 - 2 jam sebelum makanan
diabsorbsi, jika terjadi iritasi GI, obat boleh diberikan bersama makanan
Isoniazid dalam bentuk larutan disimpan dalam bentuk kristal dan disimpan dalam
temperatur yang rendah. Jika hal ini terjadi obat disimpan ditempat yang hangat
atau dalam temperatur ruangan.
Nyeri lokal sementara setelah injeksi IM, massage daerah injeksi dengan cara
memutar daerah injeksi
Pengkajian/efek obat:
Tes adanya kelemahan yang tepat, sebelum pemberian therapy untuk mendeteksi
kemungkinan bakteri yang resisten
Pemeriksaan mata
Pasien seharusnya secara hati-hati dengan interview dan diperiksa dalam interval
bulanan untuk mendeteksi dini dari tanda dan gejala hepatotoksisitas
Therapi INH yang kontinyu setelah onset dari disfungsi hepatik meningkatkan
resiko kerusakan hati yang lebih berat
Neuritis peripheral lebih banyak menimbulkan afek toksik seringkali didahului oleh
parestesikaki dan tangan. Pasien yang bebas kerentanan meliputi (termasuk)
alkoholik atau pasien denga penyakit liver, malnutrisi, diabetik, inaktivator lambat,
wanita hamil dan kekuatan.
Pendidikan kesehatan kepada keluarga dan pasien:
Instruksi pasien untuk melapor kepada medis bila ada tanda dan gejala dari
perkembangan hepatotoksik
Umumnya therapi INH diberikan 6 bulan - 2 tahun untuk pengobatan TBC yang
aktif, bila digunakan untuk terapi preventif, INH diberikan 12 bulan.
2.
Absorbsi
Puncak
: 2 - 4 jam
Distribusi
eritrosit, ginjal, paru-paru, saliva, melalui plasenta, didistribusi kedalam air susu.
Metabolisme
Eliminasi
CNS :
Nyeri kepala , pening/pusing, kebingungan, halusinasi, parestesia, neuritis
peripheral, nyeri tulang sendi, kelemahan pada ekstremitas bagian bawah
Mata :
Toksisitas bola mata : neuritis retrabulbar optik, kemungkinan neuritis anterior optik
dengan penurunan dalam ketajaman penglihatan, menyempitnya luas lapang
pandang, kebutaan pada warna merah-hijau, skotoma pada bagian pusat dan
periferal, mata nyeri, fotophobia, perdarahan dan edema retina.
Saluran pencernaan :
Anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen
Hypersensitifitas :
Pruritis , dermatitis, anafilaktis
Uji opthalmoskopik meliputi tes luas lapang pandang , tes untuk ketajaman
penglihatan menggunakan kertas mata, dan tes untuk penggolongan diskriminasi
warna seharusnya ditentukan lebih dulu untuk memulai therapi dan dalam interval
bulanan selama therapi. Mata seharusnya dites secara terpisah sama baiknya
secara bersama-sama
Monitor rasio input dan output pada pasien dengan kerusakan ginjal . Laporkan
adanya oliguria atau perubahan yang penting pada ratio atau dalam laporan
laboratorium tentang fungsi ginjal. Akumulasi sistemik dengan toksisitas dapat
dihasilkan dari ekresi obat-obat yang lambat
Tes fungsi ginjal dan hepatik, hitung sel darah dan determinan serum asam urat
seharusnya ditentukan dalam interval yang teratur pada terapi secara menyeluruh.
Jika pasien hamil, selama pengobatan sarankan untuk melaporkan pada dokter
dengan segera . Obat seharusnya tersendiri.
Sarankan pasien untuk melaporkan dengan tepat pada dokter tentang kejadian
mengaburnya pandangan , perubahan persepsi warna, mengecilnya luas lapang
pandang , beberapa gejala penglihatan lainnya. Pasien seharusnya secara periodik
ditanyakan tentang matanya
Jika dideteksi secara dini, defek visual secara umum tidak kelihatan lebih dari
beberapa minggu sampai beberapa bulan. Pada beberapa instansi (jarang),
pemulihan mungkin lambat. Selama setahun atau lebih atau defek mungkin
irreversibel.
3.
Absorbsi
Puncak
: 2 - 4 jam
Distribusi
Metabolisme
siklus enterohepatik
Eliminasi
CNS:
Fatigue, drowsiness, nyeri kepala, ataxia, kebingungan, pusing, ketidak mampuan
berkonsentrasi, mati rasa secara umum, nyeri pada ekstremitas, kelemahan otot,
gangguan penglihatan , konjungtivitis, hilangnya pendengaran frekuensi rendah,
secara sementara.
GI:
Heart burn, distress epigastrium, mual, muntah, anoreksia, flaturens, kram, diare,
kolitis pseudomembran
Hematologi:
Trombositopenia, leukopeni sementara, anemia, meliputi (termasuk) anemia
hemolitik
Hypersensitivitas :
panas, pruritis, urtikaria, erupsi kulit, rasa sakit pada mulut dan lidah, eosinophilia,
hemolisis
Ginjal:
hemoglobinuria, hematuria, Akut Renal Failure
Lain-lain:
hemoptisis, light-chain proteinuria, sindrom flulike, gangguan menstruasi,
sindroma hepatorenal (dengan terapi intermitten). Peningkatan sementara pada tes
fungsi hati (bilirubin, BSP, alkaline fosfatase,ALT,AST), pankreatitis
Overdosis:
Gejala GI, meningkatnya lethargi, pembesaran liver dan pengerasan, jaundice,
berkeringat, saliva, air mata, feces
Implikasi perawatan:
Kapsul bisa dibuka diisi dan diminum/diteguk dengan air atau dicampur dengan
makanan
Suspensi oral dapat disiapkan dari kapsul untuk digunakan pada pasien pediatri
Berikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan. Puncak dari tingkat serum
diperlambat dan mungkin agak rendah ketika diberikan dengan makanan
Pengawetan seharusnya dijaga dalam kapsul yang dikemas dalam botol , dapat
menjadi tidak stabil dalam keadaan lembab
Pengkajian dan efek obat:
Tes serologi dan kerentanan seharusnya ditentukan paling utama selama dan
dalam keadaan / waktu kultur positif
Disarankan tes fungsi hepatik secara periodik . Pasien dengan penyakit hepar
harus dimonitor secara tertutup (closely)
Informasikan kepada pasien bahwa obat bisa memberi warna pada urin merah
-oranye, feces, sputum, keringat dan air mata. Terutama yang menggunakan kontak
lensa atau kaca berwarna lainnya yang permanen
4.
Absorbsi
Puncak
: 2 jam
Distribusi
Metabolisme
: di metabolisme di hati
Eliminasi
dalam urin
Efek samping:
Astralgia, aktif gout, kesulitan dalam kencing, nyeri kepala, fotosensitif, urtikaria,
skin rash (jarang), anemia hemolitik, splenomegali, limphadenopathy, hemoptisis,
peptik ulser, uric asid dalam serum, hepatotoksik, tes fungsi ginjal yang abnormal,
penurunan plasma protrombin.
Implikasi perawatan:
Obat seharusnya tidak dilanjutkan jika ada reaksi hepar (jaundice,pruritis, sklera
ikterik, yellow skin) atau hyperursemia dan akut gout
Pasien harus diperiksa secara teratur , dan kemungkinan adanya tanda toksik:
pembesaran hepar, jaundice, kerusakan integritas vaskuler (echymosis, ptekie,
perdarahan abnormal)
Reaksi hepar lebih sering terjadi pada pasien yang diberikan dosis tinggi
Tes fungsi liver (AST, ALT, serum bilirubin) harus diperiksa 2-4 minggu selama
terapi
Pendidikan kesehatan kepada pasien dalam keluarga:
5.
Absorbsi
Puncak
Durasi
Distribusi
Metabolisme
Eliminasi
Efek samping :
GI:
Kram abdominal, nausea, muntah, anoreksia, diare.
Kulit:
Makulopapular, erythematosus rash, urtikaria.
Lain-lain:
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (hiperkalemia, hiponatremia), peningkatan
BUN, asidosis, agranulasitosis, SLE, hipertensi(post sympatectomi) , hiperurecemia,
Gout.
Implikasi perawatan :
Pengelolaan :
Haluskan tablet sebelum diberikan dengan cairan yang dipilih oleh pasien.
Obat disimpan dalam tempat tertutup, dalam kemasan tahan cahaya, dalam
bentuk suspensi lebih tahan dalam waktu I bulan dibawah refrigeration.
Pengkajian dan efek obat :
Serum elektrolit harus dimonitor, terutama selama permulaan terapi dan siapkan
bila ada tanda-tanda ketidak seimbangan elektrolit.
Monitor intake dan output setiap hari dan cek adanya edema, laporkan
Laporkan bila ada efek perubahan mental, letargi, stupor pada pasien dengan
penyakit hati.
Reaksi yang merugikan, terjadi reversibel yang umum dengan tidak dilanjutkan
obat. Ginekomastik yang dihubungkan dengan dosis dan durasi terapi. Ini semua
dilakukan walaupun obat telah dihentikan.
Pendidikan pasien dan keluarga :
Informasikan pada pasien dan keluarga efek obat deuretik yang maksimal
mungkin tidak terjadi sampai 3 hari pemberian terapi. Dan deuretik kontinue untuk
2-3 hari setelah obat dihentikan.
Intruksikan pasien untuk melaporkan tanda dari hiponatremi, yang lebih sering
terjadi pada pasien dengan serosis berat.
Umumnya pasien harus menghindarkan intake yang belebihan dari makanan yang
tinggi potasium dan garam.
BAB III
TINJAUAN KASUS
IDENTITAS
Nama
: Tn. D
Umur
: 73 tahun
Diagnosa : TB paru
: Jawa/Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Swasta/pedagang makanan
Pendidikan
: SLTA
Alamat
Alasan Dirawat
: sukabumi
: Batuk dan sesak nafas
Keluhan Utama
ung
Pemeriksaan Fisik
keadaan umum
: Compos mentis
Tanda vital
Mata
Hidung
Tenggorok
Gigi mulut
Leher
: I: Pergerakkan dada mengembang saat inspirasi kurang sama kanan dan kiri.
P: Fremitus kanan dan kiri sama
P: Sonor
A: Vesikular, ronkhi (+) kiri dan kanan, basah kasar, Wheezing (+) kanan dan
kiri
: I: Ictus kordis tak terlihat
P: Ictus di sela iga ke-4
P: Batas jantung kiri dan kanan normal
A: Bunyi jantung I & II normal, murmur (-), gallop (-), takhikardi (+)
: I: Datar
P: Hepar, liver (+) teraba, NT (-), lemas
P: Tympani seluruh perut
remitas
Pemeriksaan Laboratorium
h:
: 11,2 gram %
: 33 gram %
osit
: 4,66 juta
bosit
: 221.000
osit
: 10.900
: 42
tinin
: 0,9
: 101
112
: 18,6
rasi O2
: 99 %
: 125
: 5,0
gen thorak:
Terapi
Rifampisin
: 1 x 450 mg
INH
: 1 x 300 mg
Ethambutol
: 2 x 500 mg
Vitamin B.6
O2
: 3x1
: 2 liter/mnt
Streptomisin
Cefrioxone
: 3 x 250 mg
: 1 x 2 gr
Dexamethason
: 3 x 1 ampul
Ranitidin
: 2 x 1 ampul
Inhalasi
IVFD
: Ventolin/4 jam
: I. D5W: 250 cc + Dopamin 12 tts/mnt mikrodrip
II. NaCl 1 kolf/8 jam
Objektif
: RR. 24 x/mnt
Paru sonor, vesikuler kiri & kanan, Ronchi +/-, Wheezing -/-.
WSD
Analisa medis
: Pneumothorak sinistra
Terapi
: OBH 3 x 15 cc
Toradol 3 x 30 mg
Cefriaxone 2 x 1 gr
Chest fisioterapi: konsul URM cito.
Perkusi
Terapi
: Rifamisin 3 x 150 mg
Ethambutol 3 x 750 mg
Streptomycin 3 x 750 mg
BG 3 x 1 mg
TKTP 2300 kkal
Laboratorium:
SGPT
: 32
SGPT
: 34
Albumin
: 3,3 gr
Bilirubin
: 1,3 gr
26 Februari 2003
Tanda Vital
Perkusi
(+)
Terapi
: Rifamisin 3 x 150 mg
Ethambutol 3 x 750 mg
Streptomycin 3 x 750 mg
BG 3 x 1 mg
TKTP 2300 kkal
Laboratorium:
SGPT
: 32
SGPT
: 34
Albumin
: 3,3 gr
Bilirubin
: 1,3 gr
Ronchi +/+
Wheezing +/+
Gallop
Planning terapi
: Lesicol 3 x 2 mg
Toradol 3 x 30 mg
OBH 3 x 15 mg
Cefriaxone 2 x 1 gr
WSD
Chest fisioterapi
6 Maret 2003
: TD. 100/70 mmHg, P. 20 x/mnt, N. 100 x/mnt, S. 36,7 0C
Tanda Vital
Perkusi
Sklera
: Tidak ikterik
SGPT
: 30
SGPT
: 23
Albumin
: 3,3 gr
Planning terapi
N
O
1
DATA
19-01-2003
DO:
- RR. 25 x/mnt
- Ronchi +/+
- Riak +
DS:
- Klien mengeluh sesak
MASALAH
Bersihan jalan
nafas tak efektif
ETIOLOGI
napas
- Klien mengatakan
sering batuk dan
mengeluarkan dahak
19-01-2003
DO:
Gangguan
pertukaran gas
Penurunan
permukaan daerah
efektif paru
(pneumothorak)
Anoreksia
Nyeri
Efek pemasangan
Pneumothorak (+)
RR 25 x/mnt
Hasil AGD
DS:
- Klien mengeluh sesak
nafas
19-01-2003
DO:
-
BB menurun dalam
waktu 3 minggu
(51 kg 46 kg)
Albumin (?)
Hb (?)
DS:
Klien mengatakan tidak
nafsu makan (?)
25-02-2003
DO:
WSD
- WSD terpasang
disebelah kiri
- Undulasi (+)
- Bubble (-)
- Produksi (-)
- Nadi 120 x/mnt
- RR 36 x/mnt
DS:
Klien mengeluh nyeri
pada daerah
pemasangan WSD
25-02-2003
DO:
Penurunan
ekspansi paru,
akumulasi udara
Infeksi sekunder
Efek pemasangan
WSD
Dispnea
RR 36 x/mnt
Retraksi dinding dada (?)
AGD (?)
Sianosis (?)
Nafas cepat, dangkal (?)
DS:
Klien mengeluh sesak
nafas
25-02-2003
DO:
Leukosit 10.200
- Lokasi pemasangan
25-02-2003
Kerusakan fungsi
hepar
DO:
Efek pengobatan
TB Paru
DIAGNOSA KEPERAWATAN
sihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan sekret yang kental, lengket.
2.
Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, akumulasi
udara
Diagnosa:
Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan sekret kental, lengket.
Tujuan Umum:
Bersihan jalan nafas kembali efektif
Tujuan Khusus:
Dalam 4 6 jam bersihan jalan nafas kembali efektif
Data objektif:
-
RR 16 20 x/mnt
Ronchi berkurang
Data subjektif:
Intervensi
1.
Rasional
2.
2.
3.
5.
4.
7.
5.
6.
Lembabkan udara/oksigen
inspirasi.
7.
Mencegah pengeringan
membrane mukosa; membantu
pengenceran sekret.
Indikasi:
Agen mukolitik menurunkan
kekentalan dan perlengketan sekret
paru untuk memudahkan
pembersihan.
(mucomyst).
8.
Kortikosteroid (Prednison)
8.
DAFTAR PUSTAKA
Arthur C. Guyton and John E. Hal. (1997). Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. EGC.
Jakarta.
Brunner & Suddarth. (1996). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 6. EGC.
Jakarta
Marylin E. Doengoes. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Edisi 3. EGC.
Jakarta.
Edisi