Vous êtes sur la page 1sur 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kematian menjadi suatu fenomena yang selalu menarik untuk dibicarakan karena
setiap manusia pasti akan mengalaminya. Kematian merupakan bagian mutlak dalam
sejarah manusia. Meskipun fenomena kematian telah akrab dengan manusia, namun
bukan hal yang mudah untuk menentukan kapan kematian itu benar-benar terjadi
sehingga memunculkan banyak keraguan tentangnya. Di sisi lain juga memunculkan
pertanyaan apakah kematian itu datang secara tiba-tiba atau ada tahapan-tahapan
tersendiri yang dialami seseorang yang secara umum dapat dipahami sebagai suatu proses
menjelang kematian? Untuk menjelaskan persoalan ini ada baiknya akan penulis
kemukakan hasil observasi yang dilakukan oleh Elisabeth Kubler-Ross atas orang-orang
yang berada dalam proses menjelang kematian mereka dalam bukunya On Death and
Dying (1998).
Berjumpa dengan pasien yang menderita karena Terminal Ilness (penyakit yang
tidak tersembuhkan), merupakan hal yang umum bagi dokter yang merawat pasien
lanjut usia (lansia). Meskipun hal itu umum, namun tugas untuk menangani orang yang
sedang meninggal (menjelang ajal, sakaratul maut, sekarat, dying) tidak mudah.
Kebanyakan dokter tidak memiliki pendidikan formal yang langsung berkaitan dengan
filosofi atau penomenologi derita manusia, atau sangat sedikit pelatihan menangani
pasien menjelang ajal. Biasanya, pengalaman konkret merawat pasien menjelang ajal
diperoleh ketika dilakukan koas. Namun refleksi mendalam atas kasus terminal illness
dan pendidikan formal sangat jarang. Pendidkan dokter dan perawat pada umumnya tetap
terpusat pada penyembuhan, memperpanjang hidup, dan memulihkan. Agaknya, fungsi
utama pertolongan medis tetap menghilangkan penderitaan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa saja konsep Dasar Pasien Menjelang Ajal ?
b. Bagaimana Tahapan-Tahapan menjelang ajal ?
c. Bagaimana tipe-tipe Perjalanan menjelang kematian ?
d. Apa saja tanda-tanda klinis menjelang kematian ?
e Apa saja macam-macam tingkat kesadaran ?
f. Apa saja bantuan yang diberikan oleh pasien menjelang ajal ?
g. Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien menjelang ajal ?

1.2Tujuan Penulisan
a. Untuk Mengetahui konsep Dasar Pasien Menjelang Ajal
b Untuk Mengetahui Tahapan-Tahapan menjelang ajal
c. Untuk Mengetahui tipe-tipe Perjalanan menjelang kematian
d. Untuk Mengetahui tanda-tanda klinis menjelang kematian
e Untuk Mengetahui macam-macam tingkat kesadaran
f. Untuk Mengetahui bantuan yang diberikan oleh pasien menjelang ajal
g. Untuk Mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien menjelang ajal

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Konsep Dasar Pasien menjelang Ajal

a. Pengertian
Kematian merupakan bagian mutlak dalam sejarah manusia. Meskipun fenomena
kematian telah akrab dengan manusia, namun bukan hal yang mudah untuk
menentukan kapan kematian itu benar-benar terjadi sehingga memunculkan banyak
keraguan tentangnya.Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut
akal sehat tidak tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu
dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan. Kematian adalah suatu
pengalaman tersendiri, dimana setiap individu akan mengalami/menghadapinya
seorang diri, sesuatu yang tidak dapat dihindari, dan merupakan suatu kehilangan.

b. Tahap-tahap Menjelang Ajal


Kubler-Rosa (1969), telah menggambarkan/ membagi tahap-tahap menjelang ajal
(dying) dalam 5 tahap, yaitu:

1. Menolak/Denial
Pada fase ini , pasien/klien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya
terjadi, dan menunjukkan reaksi menolak. Timbul pemikiran-pemikiran seperti:
Seharusnya tidak terjadi dengan diriku, tidak salahkah keadaan ini?.
Beberapa orang bereaksi pada fase ini dengan menunjukkan keceriaan yang palsu
(biasanya orang akan sedih mengalami keadaan menjelang ajal).

2. Marah/Anger
Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan
segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya. Timbul
pemikiran pada diri klien, seperti:
Mengapa hal ini terjadi dengan diriku?
Kemarahan-Kemarahan tersebut biasanya diekspresikan kepada obyek-obyek

yang dekat dengan klien, seperti:keluarga, teman dan tenaga kesehatan yang
merawatnya.
3. Menawar/bargaining
Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat
menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.
Pada pasien yang sedang dying, keadaan demikian dapat terjadi, seringkali klien
berkata:
Ya Tuhan, jangan dulu saya mati dengan segera, sebelum anak saya lulus jadi
sarjana.
4. Kemurungan/Depresi
Selama tahap ini, pasien cen derung untuk tidak banyak bicara dan
mungkin banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang
disamping pasien yang sedangan melalui masa sedihnya sebelum meninggal.

5. Menerima/Pasrah/Acceptance
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan
keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu
kematian.
Fase ini sangat membantu apabila kien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau
rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin
bertemu dengan keluarga terdekat, menulis surat wasiat, dsbg.

c. Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian


Ada 4 tipe dari perjalanan proses kematian, yaitu:
1. Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan
yang cepat dari fase akut ke kronik.
2. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, baisanya terjadi pada
kondisi penyakit yang kronik.
4

3. Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya terjadi
pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
4. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan
sakit kronik dan telah berjalan lama.

d. Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian


1. Kehilangan Tonus Otot, ditandai:
a. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.
b. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek menelan.
c. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai: nausea, muntah, perut
kembung, obstipasi, dsbg.
d. Penurunan control spinkter urinari dan rectal.
e. Gerakan tubuh yang terbatas.
2. Kelambatan dalam Sirkulasi, ditandai:
a. Kemunduran dalam sensasi.
b. Cyanosis pada daerah ekstermitas.
c. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan
hidung.
3. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital
a. Nadi lambat dan lemah.
b. Tekanan darah turun.
c. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.

4. Gangguan Sensori
a. Penglihatan kabur.
b. Gangguan penciuman dan perabaan.

Variasi-variasi tingkat kesadaran dapat dilihat sebelum kematian, kadang-kadang


klien tetap sadar sampai meninggal. Pendengaran merupakan sensori terakhir yang
berfungsi sebelum meninggal.

e. Tanda-tanda Klinis Saat Meninggal


1. Pupil mata melebar.
2. Tidak mampu untuk bergerak.
3. Kehilangan reflek.
4. Nadi cepat dan kecil.
5. Pernafasan chyene-stoke dan ngorok.
6. Tekanan darah sangat rendah
7. Mata dapat tertutup atau agak terbuka.

f. Tanda-tanda Meninggal Secara Klinis


Secara tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui perubahanperubahan nadi, respirasi dan tekanan darah.
Pada tahun 1968, World Medical Assembly, menetapkan beberapa petunjuk
tentang indikasi kematian, yaitu:

a. Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total.


b. Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.
c. Tidak ada reflek.
d. Gambaran mendatar pada EKG.

g. Macam Tingkat Kesadaran/Pengertian Pasien dan Keluarganya


Terhadap Kematian

Strause et all (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 tipe:


1. Closed Awareness/Tidak Mengerti
Pada situasi seperti ini, dokter biasanya memilih untuk tidak
memberitahukan tentang diagnosa dan prognosa kepada pasien dan keluarganya.
Tetapi bagi perawat hal ini sangat menyulitkan karena kontak perawat lebih dekat
dan sering kepada pasien dan keluarganya. Perawat sering kal dihadapkan dengan
pertanyaan-pertanyaan langsung, kapan sembuh, kapan pulang, dsbg.
2. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi
Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan
segala sesuatu yang bersifat pribadi walaupun merupakan beban yang berat
baginya.
3. Open Awareness/Sadar akan keadaan dan Terbuka
Pada situasi ini, klien dan orang-orang disekitarnya mengetahui akan
adanya ajal yang menjelang dan menerima untuk mendiskusikannya, walaupun
dirasakan getir.
Keadaan ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpartisipasi
dalam merencanakan saat-saat akhirnya, tetapi tidak semua orang dapat
melaksanaan hal tersebut.

h. Bantuan yang dapat Diberikan


1. Bantuan Emosional
a). Pada Fase Denial
Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial
dengan cara mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya
dan pasien

dapat mengekspresikan perasaan-perasaannya.

b). Pada Fase Marah


Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan
perasaannya yang marah. Perawat perlu membantunya agar
mengerti

bahwa masih me rupakan hal yang normal dalam merespon

perasaan

kehilangan menjelang kamatian.

Akan lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang
yang dapat dipercaya, memberikan ras aman dan akan menerima kemarahan
tersebut, serta meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam
menumbuhkan rasa aman.
c). Pada Fase Menawar
Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan
mendorong pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi
rasa

bersalah dan takut yang tidak masuk akal.

d). Pada Fase Depresi


Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan
apa yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika
berkomunikasi

secara non verbal yaitu duduk dengan tenang

disampingnya dan

mengamati reaksi-reaksi non verbal

dari pasien sehingga menumbuhkan

rasa aman bagi pasien.

e). Pada Fase Penerimaan


Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada
keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien
telah

menerima keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal

mungkin dalam

program pengobatan dan mampu untuk menolong

dirinya sendiri sebatas

kemampuannya.

2. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Fisiologis


a). Kebersihan Diri
Kebersihan dilibatkan unjtuk mampu melakukan kerbersihan diri
sebatas kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut,
badan,

dsbg.

b). Mengontrol Rasa Sakit


Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada klien
dengan sakit terminal, seperti morphin, heroin, dsbg. Pemberian
obat ini

diberikan sesuai dengan tingkat toleransi nyeri yang

dirasakan klien. Obatdibandingkan melalui Intra

obatan lebih baik diberikan Intra Vena


Muskular/Subcutan, karena
8

kondisi system sirkulasi sudah menurun.


c). Membebaskan Jalan Nafas
Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik
dan pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan untuk membebaskan jalan
nafas, sedangkan bagi klien yang tida sadar, posisi yang baik
adalah posisi

sim dengan dipasang drainase dari mulut dan pemberian

oksigen.
d). Bergerak
Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk
bergerak, seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk
mencegah decubitus dan dilakukan secara periodik, jika
diperlukan dapat

digunakan alat untuk menyokong tubuh klien,

karena tonus otot sudah

menurun.

e). Nutrisi
Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan
peristaltik. Dapat diberikan annti ametik untuk mengurangi nausea
dan

merangsang nafsu makan serta pemberian makanan tinggi

kalori dan

protein serta vitamin.


Karena terjadi tonus otot yang berkurang, terjadi dysphagia, perawat perlu
menguji reflek menelan klien sebelum diberikan makanan, kalau

perlu

diberikan makanan cair atau Intra Vena/Invus.

f). Eliminasi
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi
konstipasi, inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan
untuk

mencegah konstipasi.
Klien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot secara teratur
atau dipasang duk yang diganjti setiap saat atau dilakukan

kateterisasi.

Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar

perineum, apabila terjadi

lecet, harus diberikan salep.

g). Perubahan Sensori


Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya
9

menolak/menghadapkan kepala kearah lampu/tempat terang. Klien


masih

dapat mendengar, tetapi tidak dapat/mampu merespon,

perawat dan

keluarga harus bicara dengan jelas dan tidak

berbisik-bisik.

3. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Sosial


Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi, dan untuk
memenuhi kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat melakukan:
a). Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu dengan
klien dan didiskusikan dengan keluarganya, misalnya: teman-teman dekat,
atau

anggota keluarga lain.

b). Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan dengan sakitnya dan perlu


diisolasi.
c). Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima kunjungan kunjungan
teman-teman terdekatnya, yaitu dengan memberikan klien untuk membersihkan
diri dan merapikan mdiri.
d). Meminta saudara/teman-temannya untuk sering mengunjungi dan mengajak
orang lain dan membawa buku-buku bacaan bagi klien apabila klien mampu
membacanya.

4. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Spiritual


a). Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan rencanarencana klien selanjutnya menjelang kematian.
b). Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka agama dalam hal
untuk memenuhi kebutuhan spiritual.
c). Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan spiritual
sebatas kemampuannya.

10

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN MENJELANG


AJAL

PENGKAJIAN
1) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang penyakit yang diderita klien pada saat sekarang
b. Riwayat kesehatan dahulu
Berisi tentang keadaan klien apakah klien pernah masuk rumah sakit
dengan penyakit yang sama
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pernah menderita penyakit yang sama dengan
klien
2) Head To Toe
Perubahan fisik saat kematian mendekat:
1. Pasien kurang rensponsif.
2. Fungsi tubuh melambat.
3. Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja.
4. Rahang cendrung jatuh.
5. Pernafasan tidak teratur dan dangkal.
11

6. Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah.


7. Kulit pucat.
8. Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Ansietas/ ketakutan (individu , keluarga ) yang berhubungan diperkirakan dengan
situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut
akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup.
b) Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian yang dihadapi,
penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain.
c) Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan
keluarga,takut akan hasil ( kematian ) dengan lingkungnnya penuh dengan stres (
tempat perawatan ).
d) Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam
menghadapi ancaman kematian.
KRITERIA HASIL
a) Klien atau keluarga akan :
1. Mengungkapkan ketakutan yang berhubungan dengan gangguan.
2. Menceritakan pikiran tentang efek gangguan pada fungsi normal , tanggung
jawab peran dan gaya hidup.

12

b) Klien akan :
1. Mengungkapkan kehilangan dan perubahan.
2. Mengungkapkan perasaan yang berkaitan kehilangan dan perubahan.
3. Menyatakan kematian akan terjadi.
Anggota keluarga akan melakukan hal berikut :
Mempertahankan hubungan erat yang efektif, yang dibuktikan dengan cara
berikut:
a. Menghabiskan waktu bersama klien.
b. Memperthankan kasih sayang , komunikasi terbuka dengan klien.
c. Berpartisipasi dalam perawatan.
c) Anggota keluarga atau kerabat terdekat akan:
1. Megungkapkan akan kekhawatirannya mengenai prognosis klien.
2. Mengungkapkan kekawtirannnya mengenai lingkungan tempat perawatan.
3. Melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan kontiniu selama perawatan
klien.
d) Klien akan mempertahankan praktik spritualnya yang akan
mempengaruhi penerimaan terhadap ancaman kematian.

13

Intervensi Keperawatan
Diagnosa I
Ansietas / ketakutan ( individu , keluarga ) yang berhubungan dengan situasi yang
tak dikenal. Sifat kondisi yang tak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek
negative pada gaya hidup.
Criteria Hasil
Klien atau keluarga akan :
1. Mengungkapkan ketakutannya yang berhubungan dengan gangguan.
2. Menceritakan tentang efek gangguan pada fungsi normal, tanggung jawab, peran
dan gaya hidup.
No
1

Intervensi
Bantu klien untuk

Rasional
Klien yang cemas

mengurangi ansietasnya

mempunyai

penyempitan lapang
persepsi dengan

a. Berikan kepastian
dan kenyamanan
b. Tunjukkan perasaan
tentang pemahman dan
empti, jangan
menghindari pertanyaan

penurunan kemampuan
untuk belajar. Ansietas
cendrung untuk
memperburuk masalah.
Menjebak klien pada
lingkaran peningkatan
ansietas tegang,

c. Dorong klien untuk

emosional dan nyeri

mengungkapkan setiap

fisik.

ketakutan permasalahan
yang berhubungan

14

dengan pengobatannya
d. Identifikasi dan
dukung mekanisme
2

koping efektif
Kaji tingkat ansietas

Beberapa rasa takut

klien : rencanakan

didasari oleh informasi

penyuluhan bila

yang tidak akurat dan

tingkatnya rendah atau

dapat dihilangkan

sedang.

dengan memberikan
informasi akurat. Klien
dengan ansietas berat
atau parah tidak

Dorong keluarga dan

menyerap pelajaran.
Pengungkapan

teman untuk

memungkinkan untuk

mengungkapkan

saling berbagi dan

ketakutan-ketakutan

memberiakan

mereka.

kesempatan untuk
memperbaiki konsep

Berikan klien dan

yang tidak benar.


Menghargai klien untuk

keluarga kesempatan

koping efektif dapat

dan penguatan koping

menguatkan renson

positif.

koping positif yang


akan datang.

Diagnosa II
15

Berduka yang berhubungan penyakit terminal dan kematian yang akan dihadapi
penurunan fungsi, perubahan konsep diri dan menark diri dari orang lain
Klien akan :
1. Mengungkapakan kehilangan dan perubahan.
2. Mengungkapakan perasaan yang berkaitan kehilangan dan perubahan.
3. Menyatakan kematian akan terjadi.
Anggota keluarga akan melakukan hal berikut : mempertahankan hubungan erat
yang efektif , yang dibuktikan dengan cara sbb:
a. Menghabiskan waktu bersama klien.
b. Mempertahankan kasih sayang , komunikasi terbuka dengan klien.
c. Berpartisipasi dalam perawatan.
No
1

Intervensi
Berikan kesempatan pada

Rasional
Pengetahuan bahwa tidak

klien dan keluarga untuk

ada lagi pengobatan yang

mengungkapkan perasaan,

dibutuhkan dan bahwa

didiskusikan kehilangan

kematian sedang menanti

secara terbuka , dan gali

dapat menyebabkan

makna pribadi dari

menimbulkan perasaan

kehilangan.Jelaskan bahwa

ketidak berdayaan, marah

berduka adalah reaksi yang

dan kesedihan yang dalam

umum dan sehat.

dan respon berduka yang


lainnya. Diskusi terbuka dan
jujur dapat membantu klien
dan anggota keluarga
menerima dan mengatasi
16

situasi dan respon mereka


2

Berikan dorongan

terhadap situasi tersebut.


Stategi koping fositif

penggunaan strategi koping

membantu penerimaan dan

positif yang terbukti yang

pemecahan masalah.

memberikan keberhasilan
3

pada masa lalu.


Berikan dorongan pada klien

Memfokuskan pada atribut

untuk mengekpresikan

yang positif meningkatkan

atribut diri yang positif.

penerimaan diri dan


penerimaan kematian yang

Bantu klien mengatakan dan

terjadi.
Proses berduka, proses

menerima kematian yang

berkabung adaptif tidak

akan terjadi, jawab semua

dapat dimulai sampai

pertanyaan dengan jujur.

kematian yang akan terjadi di

Tingkatkan harapan dengan

terima.
Penelitian menunjukkan

perawatan penuh perhatian,

bahwa klien sakit terminal

menghilangkan ketidak

paling menghargai tindakan

nyamanan dan dukungan.

keperawatan berikut :
a. Membantu berdandan.
b. Mendukung fungsi
kemandirian.
c. Memberikan obat nyeri
saat

diperlukan dan

d. Meningkatkan
kenyamanan
fisik

( Skoruka dan
17

Bonet 1982 ).

Diagnosa III
Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan takut
akan hasil ( kematian ) dan lingkungannya penuh stres ( tempat perawatan ).
Anggota kelurga atau kerabat terdekat akan :
1. Mengungkapkan akan kekhawatirannya mengenai prognosis klien.
2. Mengungkapkan kekhawatirannnya mengenai lingkungan tempat perawatan
3.

Melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan kontiniu selama perawatan


klien.

No
1

Intervensi
Luangkan waktu bersama

Rasional
Kontak yang sering dan

keluarga atau orang terdekat

mengkmuikasikan sikap

klien dan tunjukkan pengertian

perhatian dan peduli dapat

yang empati.

membantu mengurangi
kecemasan dan
meningkatkan

Izinkan keluarga klien atau

pembelajaran.
Saling berbagi

orang terdekat untuk

memungkinkan

mengekspresikan perasaan,

perawat untuk

ketakutan dan kekawatiran.

mengintifikasi ketakutan
dan kekhawatiran
kemudian merencanakan
intervensi untuk
mengatasinya.
18

Jelaskan lingkungan dan

Informasi ini dapat


membantu

peralatan ICU
Jelaskan tindakan keperawatan
dan kemajuan postoperasi

mengurangi ansietas yang

yang dipikirkan dan berikan

berkaitan

informasi spesifik tentang


kemajuan klien.
Anjurkan untuk sering

dengan ketidaktakutan.
Kunjungan dan partisipasi

berkunjung dan berpartisipasi

yang sering dapat

dalam tindakan perawatan.

meningakatkan interaksi

Konsul dengan atau berikan

keluarga berkelanjutan.
Keluarga dengan masalah-

rujukan kesumber komunitas

masalah seperti kebutuhan

dan sumber lainnya.

financial , koping yang


tidak berhasil atau konflik
yang tidak selesai
memerlukan sumbersumber tambahan untuk
membantu
mempertahankankan fungsi
keluarga.

Diagnosa IV
Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari sistem
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi
ancaman kematian

19

Klien akan mempertahankan praktik spritualnuya yang akan mempengaruhi


penerimaan terhadap ancaman kematian.
No
1

Intervensi
Gali apakah klien menginginkan untuk

Rasional
Bagi klien yang

melaksanakan praktek atau ritual

mendapatkan

keagamaan atau spiritual yang

nilai tinggi pada

diinginkan bila yang memberi

doa atau praktek

kesempatan pada klien untuk

spiritual lainnya,

melakukannya.

praktek ini dapat


memberikan arti
dan tujuan dan
dapat menjadi
sumber
kenyamanan dan

Ekspesikan pengertian dan penerimaan

kekuatan.
Menunjukkan

anda tentang pentingnya keyakinan dan

sikap tak menilai

praktik religius atau spiritual klien.

dapat membantu
mengurangi
kesulitan klien
dalam
mengekspresikan
keyakinan dan

Berikan prifasi dan ketenangan untuk

prakteknya.
Privasi dan

ritual spiritual sesuai kebutuhan klien

ketenangan

dapat dilaksanakan.

memberikan
lingkungan yang
memudahkan
refresi
dan perenungan.
20

Bila anda menginginkan tawarkan untuk

Perawat

berdoa bersama klien lainnya atau

meskipun yang

membaca buku keagamaan.

tidak menganut
agama atau
keyakinan yang
sama dengan
klien dapat
membantu klien
memenuhi
kebutuhan

Tawarkan untuk menghubungkan

spritualnya.
Tindakan ini

pemimpin religius atau rohaniwan rumah

dapat membantu

sakit untuk mengatur kunjungan.

klien

Jelaskan ketidak setiaan pelayanan

mempertahankan

( kapel dan injil RS ).

ikatan spiritual
dan
mempraktikkan
ritual yang
penting ( Carson
1989 ).

IMPLEMENTASI
Diagnosa I
1. Membantu klien untuk mengurangi ansientasnya :
a.

Memberikan kepastian dan kenyamanan.

21

Menunjukan perasan tentang pemahaman dan empati, jangan menghindari


pertanyaan.

Mendorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan permasalahan


yang berhubungan dengan pengobotannya.

d.

Menditifikasi dan mendorong mekanisme koping efektif.

2. Mengkaji tingkat ansientas klien. Merencanakan penyuluhan bila tingkatnya


rendah atau sedang.
3. Mendorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan atau pikiran
mereka.
4. Memberikan klien dan keluarga dengan kepastian dan penguatan prilaku koping
positif.
5. Memberikan dorongan pada klien untuk menggunakan teknik relaksasi seperti
paduan imajines dan pernafasan relaksasi.

Diagnosa II
1. Memberikan kesempatan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan
perasaan, diskusikan kehilangan secara terbuka dan gali makna pribadi dari
kehilangan. Jelaskan bahwa berduka adalah reaksi yang umum dan sehat.
2. Memberikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti
memberikan keberhasilan pada masa lalu.
3. Memberikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan atribut dari yang positif.
4. Membantu klien menyatakan dan menerima kematian yang akan terjadi, jawab
semua pertanyaan dengan jujur.
22

Meningkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian, menghilangkan


ketidaknyamanan dan dukungan.

Diagnosa III
1. Meluangkan waktu bersama keluarga/orang terdekat klien dan tunjukkan
pengertian yang empati.
2. Mengizinkan keluarga klien/orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan,
ketakutan dan kekhawatiran.
3. Menjelaskan akan lingkungan dan peralatan itu.
4. Menjelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi yang dipikirkan dan
memberikan informasi spesifik tentang kemajuan klien.
5. Menganjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi dalam tindakan
keperawatan.
6. Mengkonsul atau memberikan rujukan ke sumber komunitas dan sumber lainnya.

Diagnosa IV
1. Menggali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktik atau ritual
keagamaan atau spiritual yang diizinkan bila ia memberikan kesempatan pada
klien untuk melakukannya.
2. Mengekpresikan pengertian dan penerimaan anda tentang pentingnya keyakinan
dan praktik religius atau spiritual klien.
23

3. Memberikan privasi dan ketenangan untuk ritual, spiritual sesuai kebutuhan klien
dan dapat dilaksanakan.
4. Menawarkan untuk menghubungi religius atau rohaniwan rumah sakit untuk
mengatur kunjungan menjelaskan ketersediaan pelayanan misalnya : alquran dan
ulama bagi yang beragama islam

EVALUASI
a). Klien
1. Klien merasa nyaman (bebas dari rasa sakit) dan mengekpresikan perasaannya
pada perawat.
2. Klien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan.
3. Klien selalu ingat kepada Allah dan selalu bertawakkal dan klien sadar bahwa
setiap apa yang diciptakan Allah SWT akan kembali kepadanya.

b). Keluarga Klien:


1. Keluarga dapat mengekspresikan perasaan-parasaan, seperti : sedih, marah,
kehilangan, dll.
a. Dapat mengutarakan pengalaman-pengalaman emosionalnya.
b. Dapat melakukan kegiatan yang biasa dilakukannya.

24

c. Dapat membentuk hubungan baru dengan orang lain.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

25

Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa dalam perspektif ilmu kedokteran,


kematian terjadi bilamana fungsi spontan pernapasan (paru-paru) dan jantung telah berhenti
secara pasti (ireversibel) atau otak, termasuk di dalamnya batang otak, telah berhenti secara
total. Dengan demikian, kematian berarti berhentinya bekerja secara total paru-paru dan
jantung

atau

otak

pada

suatu

makhluk.

Namun demikian, selama proses meninggal dunia tetap berlangsung dalam konteks
teknologis, berbagai definisi ini akan tetap diperdebatkan. Banyaknya definisi tentang mati
memunculkan kesan yang tak terelakkan, yakni seolah-olah mati dari waktu ke waktu selalu
mengalami perubahan. Sementara di pihak lain, proses kematian sejak manusia pertama
hingga kini tidak pernah berubah sampai berakhirnya sejarah manusia. Maka sudah
sewajarnya definisi mati juga tidak berubah-ubah.

3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa mampu memahami betul apa saja yang menjadi konsepkonsep dasar dari pasien menjelang ajal , apabila pada saat praktek, mahasiswa mampu
memberikan asuhan keperawatan yang telah mereka pelajari.

DAFTAR PUSTAKA

Potter and Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Volume 2 Edisi 4. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Filsafatku79.2009.kematian

dalam

perspektif

ilmu.dalam

(http://filsafatku79.blogspot.com/2009/02/kematian-dalam-perspektif-ilmu.html) diakses
tanggal 19 maret pukul 13.45
Kesehatan Kompasiana. 2014. Kebutuhan dasar manusia ii konsep dan asuhan
keperawatan

pada

pasien

terminal

dan

menjelang

ajal.dalam
26

(http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2014/02/08/kebutuhan-dasar-manusia-iikonsep-dan-asuhan-keperawatan-pada-pasien-terminal-dan-menjelang-ajal-630439.html)
diakses tanggal 19 maret pukul 13.45
Xomankoni.2013.askep

pada

pasien

menjelang

ajal.dalam

(http://xomankoni.wordpress.com/2013/01/04/askep-pada-pasien-menjelang-ajal/)
diakses tanggal 19 maret pukul 13.45

27

Vous aimerez peut-être aussi