Dahulu kala, hiduplah seorang petani bersama istrinya. Mereka hidup sederhana namun tetap bahagia. Walaupun tidak kaya, mereka suka menolong orang lain. Hingga suatu malam, petani sedang duduk di tempat tidur sementara disampingnya sang istri sudah tidur lelap. Tiba-tiba ia terkejut melihat seekor kelabang putih yang muncul dari kepala istrinya. Kelabang putih itu berjalan meninggalkan rumah petani. Petani itu mengikutinya hingga tiba di sebuah kolam tak jauh dari rumah mereka. Tapi kelabang itu lalu menghilang. Petani akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah. Sampai di rumah, istrinya masih tidur lelap sehingga petani tidak menceritakan apa yang baru saja dialaminya. Petani pun tertidur lelap tidak lama kemudian. Esok paginya, istri petani menceritakan mimpinya tadi malam. Tadi malam aku bermimpi sedang berjalan di padang rumput. Ada sebuah danau disana. (istri) Apakah kau melihat ada sesuatu di danau itu? (suami) Ya, aku melihat seekor landak raksasa di dalam danau itu. Ia melotot padaku, maka aku pun lari (istri) Setelah mendengar cerita istrinya, petani teringat pada kelabang putih yang dilihatnya tadi malam. Petani itu lalu pergi lagi ke kolam di dekat rumahnya. Di dalamnya ia melihat suatu benda yang berkilau. Ia pun mengambilnya. Ternyata itu adalah sebuah patung landak dari emas. Patung itu sangat indah, matanya dari berlian. Petani membawanya pulang dengan perasaan gembira sekaligus bingung. Ketika tiba di rumah, petani memperlihatkan penemuannya kepada istrinya. Ia juga menceritakan pengalamannya tadi malam. Istrinya sangat gembira melihat patung tersebut. Walaupun mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadap patung itu, mereka menyimpannya di tempat yang aman. Malam harinya, petani didatangi seekor landak raksasa dalam mimpinya. IJinkan aku tinggal di rumahmu. Sebagai balasannya, aku akan memberikan apa yang kau minta. 1
Baiklah, aku akan mengizinkanmu tinggal di rumahku.
Landak itu mengajarkan cara untuk mengusap kepala patung landak emas dan mengucapkan kalimat pertama untuk meminta sesuatu. Jika yang diminta sudah cukup, petani harus mengucapkan kalimat lain untuk menghentikannya. Keesokan harinya, petani menceritakan mimpinya kepada istrinya. Mereka ingin membuktikan mimpi itu. Petani kemudian mengusap kepala patung dan mengucapkan kalimat permintaan. Ia meminta beras. Seketika keluarlah beras dari mulut patung tersebut! Beras itu terus mengalir keluar hingga banyak sekali. Petani segera mengucapkan kalimat kedua dan beras berhenti keluar dari mulut patung landak itu. Kemudian mereka berdua meminta berbagai benda yang mereka butuhkan. Mereka menjadi kaya dan berkecukupan. Namun mereka tetap tidak sombong dan semakin gemar menolong. Banyak orang datang untuk meminta tolong. Namun seorang pencuri mengetahui rahasia patung landak. Ia berpura-pura minta tolong. Ketika petani dan istrinya sedang lengah, pencuri itu pun segera membawa pulang patung landak tersebut ke desanya. Ternyata di desa si pencuri sedang terjadi kekeringan. Pencuri berkata kepada para penduduk di desa: Hai, warga kampung. Aku dapat mendatangkan air untuk mengatasi kekeringan di desa kita. Selanjutnya pencuri memohon air sambil mengusap kepala patung dan mengucapkan kalimat permintaan. Air keluar dari mulut patung. Penduduk desa sangat senang. Tak lama kemudian, air yang keluar sudah mencukupi kebutuhan penduduk desa. Namun air terus mengalir sehingga terjadi banjir. Pencuri itu kebingungan karena tidak tahu bagaimana menghentikan air yang keluar dari patung. Penduduk desa berusaha menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi. Pencuri juga ingin menyelamatkan diri namun tidak bisa menggerakkan kakinya. Ia melihat seekor landak raksasa memegangi kakinya. Akhirnya ia tenggelam dalam air yang makin lama makin tinggi. Air itu kemudian membentuk sungai yang disebut sungai landak. Demikianlah cerita asal usul sungai landak yang memberi pesan kepada kita agar saling tolong menolong dan agar kita tidak mengambil sesuatu yang bukan hak kita. Karena setiap perbuatan baik akan berakibat pula sedangkan perbuatan yang tidak baik akan berakibat tidak baik pula. Terimakasih atas perhatiannya sekalian. wrb 2