Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
STROKE HEMORAGIK
Pembimbing:
dr. R.A. Neilan Amroisa. Sp.S.,M. Kes
Disusun oleh:
Agung Laksana. S.Ked
11310017
11310011
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Agung Laksana. S.Ked
11310017
11310011
Telah diterima dan disetujui oleh dr. R.A. Neilan Amroisa. Sp.S.,M. Kes selaku dokter
penguji dan
pembimbing departemen neurologi RS. Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung
DAFTAR ISI
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN 1
DAFTAR ISI ... 2
BAB I STATUS PASIEN
A. Identitas 3
B. Riwayat Penyakit ..3
C. Pemeriksaan Fisik .4
D. Pemeriksaan Neurologis6
E. Resume..10
F.Diagnosis ......11
G. Diagnosa dan Diagnosa Banding .....11
H. Penatalaksanaan....11
I. Pemeriksaan Penunjang11
J. Prognosis ..12
BAB III ANALISIS KASUS .. 13
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA.16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
STATUS PASIEN
STATUS ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
SMF NEUROLOGI
RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG
Nama Mahasiswa
NPM
Dokter Pembimbing
A. IDENTITAS
Nama
: Tn. T
Status perkawinan
: Menikah
Umur
: 04-03-1957
Suku
: Jawa
Alamat
: Kemiling
Tanggal masuk
: 04 Des 2016
Agama
: Islam
Ruang
: Poli
Pekerjaan
: Buruh
MR
: 079230
B. ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis terhadap pasien pada
tanggal 5 Desember 2016 di ruang rawat inap penyakit dalam RS Pertamina Bintang amin
Bandar Lampung.
Keluhan Utama : Lengan dan Tungkai kiri tidak dapat digerakkan sejak dua hari sebelum
masuk RS.
Keluhan Tambahan : Kepala Pusing semakin bertambah dibagian kepala depan, bicara
kurang jelas (pelo), demam terus menerus (+), mual (-), muntah (-), penurunan kesadaran
(-).
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS Pertamina Bintang Amin dengan keluhan lengan dan
Tungkai kiri tidak dapat digerakkan sejak dua hari sebelum masuk RS. Keluhan ini
dirasakan tiba-tiba saat os sedang memegang sebuah piring dengan tangan kiri saat sedang
makan. Setelah kejadian os masih dalam posisi duduk namun tangan dan kaki tidak dapat
digerakkan. Os juga tiba-tiba langsung menggeluh pusing semakin bertambah hingga hari
ini dibagian depan hingga membuat os tidak dapat tidur. Pasien juga mengeluhkan bicara
menjadi sulit atau cadel dan bibir mencong serta demam yang terus menerus dirasakan. Os
tidak ada muntah setelah kejadian tersebut atau pingsan sebelumnya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien baru pertamakali mengalami hal yang seperti ini. Os memiliki darah tinggi
dan hanya sesekali minum obat dari puskesmas.
Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga Os yaitu kakak kandung Os mengalami hal yang sama seperti Os
namun lebih baik kondisinya karena kakaknya masih bisa beraktivitas.
Riwayat Pengobatan
Setelah kejadian muncul Os esok paginya dibawa ke puskesmas oleh keluarga dan
puskesmas menyarankan untuk dirujuk ke RS. Dan Os belum mendapatkan obat atau
minum obat setelah kejadian.
Riwayat Kebiasaan
Os merokok sejak SD dan sehari dapat menghabiskan satu setengah bungkus rokok
dan telah berhenti sejak tahun ini. Minum-minuman beralkohol (-).
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama istri dan anaknya dengan keadaan ekonomi yang cukup.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesent
Keadaan Umum
: Tampak sakit sedang
Tanda vital
: Tekanan darah
: 210/120 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Pernapasan
Suhu
: 24 x/menit
: 38,4oC
Status Generalis
a. Kepala
Rambut
kanan
Tenggorokan
Tidak
terdapat
pembesaran
Tidak
terdapat
pembesaran
KGB
b) Pembesaran Tiroid :
kelenjar tiroid
c) JVP : 5 0 cm
c. Pemeriksaan Toraks
Jantung
a) Inspeksi :Bentuk dada simetris, gerak tertinggal (-), tidak ada luka (-), iktus
cordis (+)
b) Palpasi
midclavicula sinistra
c) Perkusi :
Batas atas kiri
Jantung
Paru
a) Inspeksi
kiri
c) Perkusi
d) Palpasi
k. Pemeriksaan Ekstremitas
a) Superior : Akral hangat, sianosis dan edema tidak ada
b) Inferior : Akral hangat, sianosis dan edema tidak ada
Status Neurologis
Kesadaran
: Compos mentis
GCS
: E4 V5 M6
Gerakan abnormal
: Tidak ada
a. Rangsangan Meningeal
1. Kaku kuduk
2. Brudzinski I
3. Brudzinski II
4. Kernig
2. N-II (Optikus)
a. Visus
: 1/60 / 1/60
b. Warna
c. Funduskopi
d. Lapang pandang
: Normal (+/+)
:-
Endoftalmus
:-
Exopthalmus
:-
Reflek Pupil
Refleks cahaya direk
: +/+
: +/+
(+/+), atas lateral (+/+), atas medial (+/+), bawah lateral (+/+), bawah medial (+/
+)
4. N-V (Trigeminus)
a. Sensorik
N-V1 (ophtalmicus)
N-V2 (maksilaris)
N-V3 (mandibularis)
b. Motorik
M. maseter
:+
M. temporalis
:+
M. pterigoideus
:+
c. Refleks
Refleks Kornea (Sensoris N.V, Motoris N.VII)
Refleks Bersin
: +/+
:+
5. N-VII (Fasialis)
Inspeksi wajah sewaktu
Diam
Tersenyum
Meringis
Menutup Mata
: asimetris
: asimetris
: asimetris
: simetris
: +/+
Sensoris
Pengecapan 2/3 depan lidah : tidak dilakukan
6. N. VIII (Vestibulocochlearis)
a. Keseimbangan
Nistagmus
(-)
Tes Romberg
b. Pendengaran
Ketajaman Pendengaran
: Normal (+/+)
Tinitus
(-)
: tidak ditemukan
: ditengah
:+
:+
: Normal
Bradikardi
Takikardi
: tidak ditemukan
: tidak ditemukan
8. N-XI (Akesorius)
a. Kekuatan M. Sternokleidomastoideus :
+/+
b. Kekuatan M. Trapezius
+/+
9. N-XII (Hipoglosus)
a. Atrofi lidah
: tidak ditemukan
b. Deviasi
:-
c. fasikulasi
:-
a. Sistem Motorik
Kekuatan Otot
:5/1/5/1
Tonus
:+
Klonus
:-
Atrophi
:-
Refleks Fisiologis
Biceps
Triceps
Achiles
Patella
Refleks Patologis
Babinski
-/+
Oppenheim
-/+
Chaddock
-/+
Gordon
-/+
Scaeffer
-/+
Hoffman
tidak dilakukan
Trommer
tidak dilakukan
Gonda
tidak dilakukan
b. Sensibilitas
Eksteroseptif/ rasa permukaan (Superior/Inferior)
Rasa Raba
Rasa Nyeri
: tidak diperiksa
Rasa Sikap
: tidak diperiksa
Rasa Getar
: tidak diperiksa
: tidak diperiksa
Koordinasi
: tidak diperiksa
Miksi
Defekasi
Fungsi Luhur
Fungsi Emosi
Penurunan Kesadaran : -
Nyeri Kepala
:+
Refleks Babinsky
:+
Skor Siriraj
Hasil : (-1)
Resume
Os mengeluh lengan dan tungkai kiri tidak dapat digerakkan sejak dua hari sebelum masuk
RS. Keluhan ini dirasakan tiba-tiba saat os sedang memegang sebuah piring dengan tangan
kiri saat sedang makan. Setelah kejadian os masih dalam posisi duduk namun tangan dan
kaki tidak dapat digerakkan. Os juga tiba-tiba langsung menggeluh pusing semakin
bertambah hingga hari ini dibagian depan hingga membuat os tidak dapat tidur. Pasien juga
mengeluhkan bicara menjadi sulit atau cadel dan bibir mencong serta demam yang terus
menerus dirasakan. Pasien baru pertama kali mengalami hal yang seperti ini. Os memiliki
darah tinggi dan hanya sesekali minum obat dari puskesmas. Di keluarga Os yaitu kakak
kandung Os mengalami hal yang sama seperti Os namun lebih baik kondisinya karena
kakaknya masih bisa beraktivitas.
Setelah kejadian muncul Os esok paginya dibawa ke puskesmas oleh keluarga dan
puskesmas menyarankan untuk dirujuk ke RS. Dan Os belum mendapatkan obat atau
minum obat setelah kejadian.
Os merokok sejak SD dan sehari dapat menghabiskan satu setengah bungkus rokok
dan telah berhenti sejak tahun ini.
Keadaan Umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis
GCS
: E4V5M6
Tanda vital
: Tekanan darah
: 210/120 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Pernapasan
: 24 x/menit
Suhu
: 38,4oC
Diagnosis
Klinis
: Hemiparese Sinistra
Topis
Etiologi
: Stroke Hemoragik
Diagnosis Banding
Penatalaksanaan
Non Farmakologis
Observasi Kesadaran dan Vital Sign
Farmakologis
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin
CT-Scan kepala
Gambaran CT Scan
Prognosa
Quo ad Vitam
: Dubia ad malam
BAB II
ANALISIS KASUS
Siriraj skor
Skor Stroke Siriraj
Rumus :
(2,5 x derajat kesadaran) + (2 x nyeri kepala) + (2 x muntah) +
(0,1 x tekanan diastolik) (3 x penanda ateroma) 12
Keterangan :
Derajat
0 = kompos mentis; 1 = somnolen;
kesadaran
2 = sopor/koma
Muntah
Nyeri kepala
Ateroma
Hasil :
Skor >-1
Perdarahan supratentorial
Skor <-1
Infark serebri
Skor pasien:
(2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0) + (0,1 x 90) - (3 x 0) 12 = -3
infark cerebri
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan CT-scan menjadikan diagnosa stroke iskemik menjadi lebih
tegak dengan ditemukannya lesi hipodens pada serebri daerah corpus callosum
posteriordekstra dan di parenkim serebri daerah kapsula interna dekstra.
Penatalaksanaan pada pasien ini dengan pemberian anti
Prognosis ad vitam pada kasus ini ad bonam, hal ini dipengaruhi oleh keadaan
pasien pada saat datang yang masih dalam keadaan umum yang baik. Untuk prognosis
ad fungsionam dubia ad bonam dikarenakan sangat tergantung dari ketelatenan pasien
dalam menjalani fisioterapi. Kecenderungan bonam dipengaruhi oleh luas lesi yang
tidak terlalu besar sehingga pengembalian fungsi diharapkan dapat kembali mendekati
semula.Prognosis sanationam dubia ad malam dikarenakan adanya faktor resiko
hipertensi yang butuh kesadaran dan perhatian dari pasien untuk mengontrolnya.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
willisi memungkinkan darah dapat memperdarahi semua bagian di kedua hemisper cerebri.
Penjelasan mengenai vaskularisasi dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
STROKE
A. Definisi
Menurut WHO (World Health Organization) 2005 stroke adalah suatu gangguan
fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal
maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat langsung menimbulkan
kematian, dan semata-mata disebabkan gangguan peredaran darah otak non traumatik.
Stroke non hemoragik didefinisikan sebagai sekumpulan tanda klinik yang
berkembang oleh sebab vaskular. Gejala ini berlangsung 24 jam atau lebih pada
umumnya terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak, yang menyebabkan cacat atau
kematian.
B. Etiologi
Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering disebabkan oleh
emboli ektrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu, stroke non hemoragik juga
dapat diakibatkan oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan seluler, setiap proses
yang mengganggu aliran darah menuju otak menyebabkan timbulnya kaskade iskemik
yang berujung pada terjadinya kematian neuron dan infark serebri.
1. Emboli
Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun dari rightsided circulation (emboli paradoksikal).Penyebab terjadinya emboli kardiogenik
adalah trombi valvular seperti pada mitral stenosis, endokarditis, katup buatan),
trombi mural (seperti infark miokard, atrial fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung
kongestif) dan atrial miksoma. Sebanyak 2-3% stroke emboli diakibatkan oleh
infark miokard dan 85% di antaranya terjadi pada bulan pertama setelah terjadinya
infark miokard.
2. Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus
Willisi dan sirkulus posterior).Tempat terjadinya trombosis yang paling sering
adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah distribusi dari arteri
karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya turbulensi
aliran
darah
(sehingga
meningkatkan
resiko
pembentukan
trombus
4. Penyakit jantung (penyakit jantung koroner, hipertrofi ventrikel kiri, dan fibrilasi
atrium kiri)
5. Hiperkolesterolemia
6. Riwayat mengalami penyakit serebrovaskuler
Resiko stroke juga meningkat pada kondisi di mana terjadi peningkatan viskositas
darah dan penggunaan kontrasepsi oral pada pasien dengan resiko tinggi mengalami
stroke non hemoragik.
D. Klasifikasi
Stroke iskemik dapat dijumpai dalam 4 bentuk klinis:
1. Serangan Iskemia Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)
Pada bentuk ini gejalah neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah
di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.
2. Defisit Neurologik Iskemia Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit
(RIND).
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih dari 24 jam,
tapi tidak lebih dari seminggu.
3. Stroke progresif (Progressive Stroke/Stroke in evolution)
Gejala neurologik makin lama makin berat.
4. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)
Gejala klinis sudah menetap. Kasus completed stroke ini ialah hemiplegi dimana
sudah memperlihatkan sesisi yang sudah tidak ada progresi lagi. Dalam hal ini,
kesadaran tidak terganggu
E. Patofisiologis
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya stroke iskemik, salah satunya adalah
aterosklerosis, dengan mekanisme thrombosis yang menyumbat arteri besar dan arteri
kecil, dan juga melalui mekanisme emboli.Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi
di sepanjang jalur arteri yang menuju ke otak.Aterosklerosis dapat menimbulkan
bermacam-macam manifestasi klinik dengan cara:
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran
darah.
Pembuluh darah
Oklusi
Hipoksia
Metabolisme anaerob
Asam laktat
Infark
Na & K influk
Retensi cairan
Oedem serebral
F. Diagnosis
1.
Gambaran Klinis
a) Anamnesis
Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami defisit
neurologi
akut
(baik
fokal
maupun
global)
atau
penurunan
tingkat
pertolongan.
Penderita atau penolong tidak mengetahui gejala-gejala stroke.
Terdapat beberapa kelainan yang gejalanya menyerupai stroke seperti kejang,
infeksi sistemik, tumor serebral, subdural hematom, ensefalitis, dan
hiponatremia.
b) Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk mendeteksi penyebab stroke
ekstrakranial, memisahkan stroke dengan kelainan lain yang menyerupai stroke,
dan menentukan beratnya defisit neurologi yang dialami. Pemeriksaan fisik harus
mencakup pemeriksaaan kepala dan leher untuk mencari tanda trauma, infeksi,
dan iritasi menings. Pemeriksaan juga dilakukan untuk mencari faktor resiko
stroke seperti obesitas, hipertensi, kelainan jantung, dan lain-lain.
c) Pemeriksaan Neurologi
Tujuan pemeriksaan neurologi adalah untuk mengidentifikasi gejala
stroke, memisahkan stroke dengan kelainan lain yang memiliki gejala seperti
stroke, dan menyediakan informasi neurologi untukmengetahui keberhasilan
terapi. Komponen penting dalam pemeriksaan neurologi mencakup pemeriksaan
status mental dan tingkat kesadaran, pemeriksaan nervus kranial, fungsi motorik
dan sensorik, fungsi serebral, gait, dan refleks tendon profunda. Tengkorak dan
tulang belakang pun harus diperiksa dan tanda-tanda meningimus pun harus
dicari. Adanya kelemahan otot wajah pada stroke harus dibedakan dengan Bells
palsy di mana pada Bells palsy biasanya ditemukan pasien yang tidak mampu
mengangkat alis atau mengerutkan dahinya.
2.
Gambaran Radiologi
a) CT scan kepala non kontras
Modalitas ini baik digunakan untuk membedakan stroke hemoragik dan
stroke non hemoragik secara tepat kerena pasien stroke non hemoragik
memerlukan pemberian trombolitik sesegera mungkin. Selain itu, pemeriksaan ini
juga berguna untuk menentukan distribusi anatomi dari stroke dan mengeliminasi
Adanya perubahan hasil CT scan pada infark serebri akut harus dipahami.
Setelah 6-12 jam setelah stroke terbentuk daerah hipodense regional yang
menandakan terjadinya edema di otak. Jika setelah 3 jam terdapat daerah
hipodense yang luas di otak maka diperlukan pertimbangan ulang mengenai waktu
terjadinya stroke. Tanda lain terjadinya stroke non hemoragik adalah adanya
insular ribbon sign, hiperdense MCA (oklusi MCA), asimetris sulkus, dan
hilangnya perberdaan gray-white matter.
G. Penatalaksanaan
Terapi pada stroke iskemik dibedakan menjadi fase akut dan pasca fase akut:
1. Fase Akut (hari ke 0 14 sesudah onset penyakit)
Sasaran pengobatan pada fase ini adalah menyelamatkan neuron yang menderita
jangan sampai mati dan agar proses patologik lainnya yang menyertai tidak
mengganggu/mengancam fungsi otak. tindakan dan obat yang diberikan haruslah
menjamin perfusi darah ke otak tetap cukup, tidak justru berkurang. Karena itu
dipelihara fungsi optimal:
Respirasi
: jalan napas harus bersih dan longgar
Jantung
: harus berfungsi baik, bila perlu pantau EKG
Tekanan darah
: dipertahankan pada tingkat optimal, dipantau jangan
kronis
Balans cairan
psikoterapi.1
Terapi preventif
Tujuannya untuk mencegah terulangnya atau timbulnya serangan baru sroke,
dengan jalan antara lain mengobati dan menghindari faktor-faktor resiko
stroke seperti:
Pengobatan hipertensi
DAFTAR PUSTAKA
KA.
Stroke,
Ischemic.
[Online].
Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/793904-overview
3. Feigin, Valery. Stroke Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan
Pemulihan Stroke. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. 2006.
4. Anonim. Mekanisme gangguan vaskular susunan saraf. Dalam: eds.
Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: Penerbit Dian
Rakyat; 2004. h. 274-8.
5. D. Adams. Victors. Cerebrovasculer diseases in Principles of Neurology 8
th Edition. McGraw-Hill Proffesional. 2005. Hal: 660-67
6. Bronstein SC, Popovich JM, Stewart-Amidei C. Promoting Stroke Recovery. A
Research-Based Approach for Nurses. St.Louis, Mosby-Year Book, Inc.,
1991:13-24.
7. Majalah Kedokteran Atma Jaya Vol. 1 No. 2 September 2002. Hal: 158-67.
8. Wibowo, Samekto. Gofir, Abdul. Farmakoterapi stroke prevensi primer dan
prevensi
sekunder
dalam
Farmakoterapi
dalam
Neurologi.
Penerbit