Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh:
MUTIARA PERTIWI
A14304025
RINGKASAN
MUTIARA PERTIWI. Analisis Efektivitas Kelompok Usaha Bersama Sebagai
Program Pemberdayaan Rakyat Miskin Perkotaan (Studi Kasus di Kecamatan
Pesanggrahan, Jakarta Selatan). Dibawah bimbingan HERMANTO SIREGAR.
Kemiskinan merupakan masalah nasional yang kompleks. Bahkan jumlah
orang miskin dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan. Peningkatan
penduduk miskin juga terjadi di Jakarta, pada tahun 2005 terdapat 316.200
penduduk miskin dan meningkat pada tahun 2006 menjadi 407.100 penduduk
miskin berdasarkan data diolah dari Susenas modul konsumsi 2005 dan 2006.
Namun, pada tahun 2007 angka kemiskinan mengalami penurunan. Hal ini
menimbulkan pertanyaan, program apa yang telah berhasil menurunkan jumlah
penduduk miskin. Berdasarkan departemen sosial RI, saat ini pemerintah sedang
menggalakkan program pemberdayaan masyarakat. Penelitian ini ingin
mengetahui efektivitas suatu program kemiskinan di Jakarta, sehingga peneliti
merujuk pada program pemberdayaan rakyat miskin perkotaan pada kegiatan
kelompok usaha bersama (KUBE).
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kemiskinan yang terjadi di
Kecamatan Pesanggrahan, menganalisis efektivitas Kelompok Usaha Bersama
(KUBE) dalam program penanggulangan kemiskinan yang telah dilakukan oleh
pemerintah di Kecamatan Pesanggrahan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan KUBE, merumuskan implikasi kebijakan atas pelaksanaan KUBE
dalam program penanggulangan kemiskinan yang telah dijalankan.
Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan data selama bulan April sampai
Juni 2008 di Kelurahan Ulujami dan Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan,
Jakarta Selatan. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dengan melakukan wawancara dan pengisian kuisioner oleh 55
orang anggota KUBE yang berasal dari 6 KUBE, yang dipilih dengan metode
accidental sampling. Data tersebut diolah dengan menggunakan program
Minitab14 dan Eviews 4.1.
Analisis efektivitas dilakukan dengan menggunakan uji beda mean dua
sampel berpasangan, yaitu menganalisis selisih antara pendapatan sebelum dan
setelah bergabung dengan KUBE. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan KUBE dianalisis menggunakan model regresi berganda. Variabel
bebas yang digunakan adalah pendidikan, pengalaman, pendampingan, dummy
kedudukan, dan dummy kelompok. Variabel tak bebas yang diduga adalah
pendapatan usaha KUBE.
Pendapatan rata-rata penduduk miskin sebesar Rp 201.968 per kapita per
bulan yang menunjukkan bahwa jumlah ini berada di bawah garis kemiskinan
yaitu Rp 322.780 per kapita per bulan untuk wilayah Kotamadya Jakarta Selatan
pada tahun 2006. Menurut jam kerja, penduduk miskin di Kecamatan
Pesanggrahan rata-rata telah bekerja lebih dari 39 jam per minggu, sedangkan
penduduk tidak miskin rata-rata bekerja lebih dari 74 jam per minggu.
Hasil uji beda mean dua sampel berpasangan menghasilkan t-hitung sebesar
4,48 untuk RT miskin, 4,7 untuk RT tidak miskin dan 6,1 untuk keseluruhan. Hal
ini menunjukkan bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel yang digunakan sehingga
Oleh:
MUTIARA PERTIWI
A14304025
Skripsi
Sebagai Bagian Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Judul
: A14304025
Program Studi
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN
Bogor,
Agustus 2008
Mutiara Pertiwi
A14304025
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Jakarta, 25 Januari 1987 sebagai anak kedua dari tiga
bersaudara pasangan Bambang Hermanto, Skom dan Umi Farida, Ssi. Penulis
menyelesaikan sekolah menengah atas pada SMUN 2 Ciputat pada tahun 2004.
Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi
Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan,
menjadi anggota ICC (IPB Crisis Center) BEM KM IPB pada tahun 2004-2005,
menjadi anggota KOPMA IPB, menjadi bagian dari BEM A Departemen
Perekonomian pada tahun 2006-2007. Disamping kegiatan kemahasiswaan,
penulis juga aktif menjadi asisten MK. Ekonomi Umum selama empat semester.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi ini yang berjudul Analisis
Efektivitas Kelompok Usaha Bersama Sebagai Program Pemberdayaan Rakyat
Miskin Perkotaan (Studi Kasus di Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan)
dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan hasil laporan penelitian yang dilakukan
oleh penulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Penulis berusaha mengerjakan dan menyajikan skripsi ini dengan sebaikbaiknya. Namun, penulis tetap mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk penelitian selanjutnya. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Bogor,
Agustus 2008
Mutiara Pertiwi
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulisan skripsi merupakan tahap akhir dari proses pendidikan yang dijalani
oleh penulis di Institut Pertanian Bogor. Dalam proses penulisan skripsi ini tidak
lepas dari kerjasama dan bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, MEc sebagai dosen pembimbing skripsi atas
masukan, arahan dan kerjasamanya selama penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Nindyantoro, MSP sebagai dosen penguji utama pada ujian skripsi
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
3. Tintin Sarianti, SP sebagai dosen penguji departemen pada ujian skripsi
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Bapak Yono selaku pihak LKMS dan ibu Yetty selaku pihak Kecamatan
urusan sosial serta warga Kelurahan Ulujami dan Kelurahan Petukangan
Utara atas kerjasamanya selama ini.
5. Kedua orang tua yang selalu memberi perhatian dan kasih sayangnya kepada
penulis.
6. Saudara-saudara dan semua keluarga yang selalu mendoakan.
7. Teman-teman seperjuangan (epse41, pns, maharani, dan SMUN 2 Ciputat)
yang tak henti-hentinya memberi semangat, dukungan dan doa.
8. Dan pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................
xii
xiii
xiv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................
16
18
19
2.3 Efektivitas......................................................................................
24
25
III.KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Analisis Regresi ...................................................................
29
31
35
38
38
38
39
39
40
41
42
44
45
46
48
50
51
52
55
55
56
58
62
63
65
68
71
VII.
73
7.2 Saran..............................................................................................
74
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
75
LAMPIRAN ............................................................................................
78
DAFTAR TABEL
Nomor
1.
Halaman
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia menurut
Daerah, 1996 2007 .....................................................................
2.
3.
4.
15
5.
52
6.
Kepadatan
Penduduk
Kecamatan
Pesanggrahan
Menurut
54
7.
55
8.
56
9.
57
58
60
12. Rata-rata Pendapatan dan Jam Kerja Penduduk Miskin dan Tidak
Miskin di Kecamatan Pesanggrahan ..............................................
62
13. Hasil Uji Beda Dua Mean Sampel Berpasangan Antara Pendapatan
Sebelum dan Setelah Mengikuti KUBE .........................................
64
66
68
69
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
2.
17
18
3.
37
4.
63
5.
64
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1.
Halaman
Garis Kemiskinan (Rp/Kap/Bln) Menurut Provinsi dan Daerah,
Tahun 2005-2007 ......................................................................
79
2.
80
3.
82
4.
5.
85
86
6.
87
7.
88
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reforma agraria yang tidak dijalankan mengakibatkan ketimpangan
kepemilikan dan pengelolaan atas sumber-sumber agraria. Hal ini menyebabkan
makin
tingginya
jumlah
buruh
migran,
pengangguran,
urbanisasi
dan
Pandangan dan Sikap Politik Organisasi Rakyat di Indonesia terhadap International Conference
on Agrian Reform and Rural Development (ICARRD). http://groups.google.co.id/group/eksseminari/browse_thread/96a5ccc98578e37c. diakses 25 Agustus 2008.
2
Urbanisasi Pasca Mudik. http://chairulakhmad.wordpress.com/2007/11/15/urbanisasi-pascamudik/. diakses 12 April 2008.
407.100 penduduk miskin berdasarkan data diolah dari Susenas modul konsumsi
2005 dan 2006.
Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia menurut
Daerah, 1996-2007
Jumlah Penduduk Miskin
(Juta)
Persentase Penduduk Miskin
Tahun
Kota
Desa Kota+Desa
Kota
Desa Kota+Desa
1996
9,42
24,59
34,01
13,39
19,78
17,47
1998
17,60
31,90
49,50
21,92
25,72
24,23
1999
15,64
32,33
47,97
19,41
26,03
23,43
2000
12,30
26,40
38,70
14,60
22,38
19,14
2001
8,60
29,30
37,90
9,76
24,84
18,41
2002
13,30
25,10
38,40
14,46
21,10
18,20
2003
12,20
25,10
37,30
13,57
20,23
17,42
2004
11,40
24,80
36,10
12,13
20,11
16,66
2005
12,40
22,70
35,10
11,68
19,98
15,97
2006
14,49
24,81
39,30
13,47
21,81
17,75
2007
13,56
23,61
37,17
12,52
20,37
16,58
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), 2007
Pemerintah telah banyak merumuskan program penanggulangan kemiskinan
bahkan telah terbentuk suatu Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
(TKPK) untuk menyelesaikan masalah kemiskinan ini. Kebanyakan program yang
telah dilaksanakan bukan merupakan program yang berkelanjutan dan hanya
membuka akses pangan dan kesehatan pada saat tertentu saja. Program
penanggulangan kemiskinan diperlukan untuk dapat menunjang kelangsungan
hidup penduduk miskin secara berkelanjutan. Berdasarkan data BPS 2007
mengenai garis kemiskinan dan jumlah orang miskin pada tahun 2007 telah
mengalami penurunan seperti pada Tabel 2.
Hal ini menimbulkan pertanyaan, program apa yang telah berhasil
menurunkan jumlah penduduk miskin. Berdasarkan departemen sosial RI, saat ini
pemerintah
sedang
menggalakkan
program
pemberdayaan
masyarakat.
Pemberdayaan ini dimaksudkan agar program yang dilakukan pemerintah saat ini
dapat menunjang kehidupan penduduk miskin secara berkelanjutan. Program
pokok dalam pemberdayaan fakir miskin dibagi menjadi dua bagian, yaitu
program penanggulangan kemiskinan kronis dan program penanggulangan
kemiskinan transient serta program terpadu pengembangan desa miskin/adopsi
desa miskin.
Tabel 2. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
menurut Daerah, Maret 2006-Maret 2007
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
Jumlah
Daerah/
Penduduk Persentase
Bukan
Tahun
Makanan
Total
Miskin
Penduduk
Makanan
(Juta)
Miskin
Perkotaan
Maret 2006
126.163
48.127
174.290
14,49
13,47
Maret 2007
132.258
55.683
187.942
13,56
12,52
Perdesaan
Maret 2006
102.907
27.677
130.584
24,81
21,81
Maret 2007
116.265
30.572
146.837
23,61
20,37
Kota+Desa
Maret 2006
114.125
37.872
151.997
39,30
17,75
Maret 2007
123.992
42.704
166.697
37,17
16,58
Sumber: Diolah dari data Susenas Panel Maret 2006 dan Maret 2007
Program penanggulangan kemiskinan kronis terdiri dari pemberdayaan fakir
miskin di wilayah hutan kemasyarakatan, pemberdayaan fakir miskin di wilayah
perdesaan, pemberdayaan fakir miskin di wilayah sub urban (desa-kota),
pemberdayaan fakir miskin di wilayah perkotaan, pemberdayaan fakir miskin di
wilayah pesisir pantai, pemberdayaan fakir miskin di wilayah kepulauan terpencil,
pemberdayaan fakir miskin di wilayah perbatasan antar negara, pemberdayaan
fakir miskin di wilayah pertambangan dan industri. Sedangkan program
penanggulangan kemiskinan transient terdiri dari pemberdayaan fakir miskin eks
korban bencana alam, dan pemberdayaan fakir miskin eks bencana sosial (Depsos,
2005).
ini
diharapkan
berguna
bagi
peneliti
terutama
dalam
sebagai
acuan
dalam
perumusan
program-program
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kemiskinan
Kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi warga masyarakat yang tidak
mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi
kemanusiaan. Sedangkan fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak
memiliki sumber mata pencarian dan tidak mempunyai kemampuan memenuhi
kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau orang yang mempunyai mata
pencaharian tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi
kemanusiaan (PP Nomor 42 Tahun 1981pasal 1 ayat (1)).
Kemiskinan adalah kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan asasi atau essensial
sebagai manusia. Kebutuhan asasi ini meliputi kebutuhan akan substitensi, afeksi,
keamanan, identitas kultural, proteksi, kreasi, kebebasan, partisipasi, dan waktu
luang. Dengan adanya kebutuhan asasi tersebut, terjadilah berbagai jenis
kemiskinan diantaranya. Kemiskinan substitensi terjadi karena rendahnya
pendapatan, tak terpenuhinya kebutuhan akan sandang, pangan, papan serta
kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya. Kemiskinan perlindungan terjadi karena
meluasnya budaya kekerasan atau tidak memadainya sistem perlindungan atas hak
dan kebutuhan dasar. Kemiskinan afeksi terjadi karena adanya bentuk-bentuk
penindasan, pola hubungan eksploitatif antara manusia dengan manusia dan antara
manusia dengan alam. Kemiskinan pemahaman terjadi karena kualitas pendidikan
yang rendah, selain faktor kuantitas yang tidak mampu memenuhi kebutuhan.
Kemiskinan partisipasi terjadi karena adanya diskriminasi dan peminggiran rakyat
dari proses pengambilan keputusan. Kemiskinan identitas terjadi karena
dan
merumuskan
cara
atau
strategi
yang
efektif
untuk
penanggulangannya.
Emil Salim dalam Sumodiningrat (1999) mengemukakan sekurangnya ada
lima ciri penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan. Pertama, pada
umumnya mereka tidak mempunyai faktor produksi seperti tanah, modal atau
keterampilan sehingga kemampuan untuk memperoleh pendapatan menjadi
terbatas. Kedua, mereka tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset
produksi dengan kekuatan sendiri. Ketiga, tingkat pendidikan mereka umumnya
rendah karena waktu mereka tersita untuk mencari nafkah dan untuk mendapatkan
penghasilan. Keempat, kebanyakan mereka tinggal di pedesaan. Kelima, mereka
yang hidup di kota masih berusia muda dan tidak didukung oleh keterampilan
yang memadai.
Sajogyo (1977) menggunakan hubungan tingkat pengeluaran rumah tangga
dengan ukuran kecukupan pangan dalam menetapkan garis kemiskinan. Tingkat
pengeluaran setara kurang dari 240 kg nilai tukar beras per kapita per tahun
tergolong miskin sekali dan tingkat pengeluaran setara kurang dari 180 kg nilai
tukar beras per kapita per tahun tergolong paling miskin untuk pedesaan.
Sedangkan tingkat pengeluaran setara kurang dari 360 kg nilai tukar beras per
kapita per tahun tergolong miskin sekali dan tingkat pengeluaran setara kurang
dari 270 kg nilai tukar beras per kapita per tahun tergolong paling miskin untuk
aksesnya terhadap barang dan jasa relatif rendah dibandingkan rata-rata orang lain
dalam perekonomian tersebut. Secara absolut, seseorang dinyatakan miskin
apabila tingkat pendapatan atau standar hidupnya secara absolut berada di bawah
tingkat subsisten. Ukuran subsistensi tersebut dapat diproksi dengan garis
kemiskinan. Secara umum, kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang untuk
memenuhi kebutuhan dasar standar atas setiap aspek kehidupan.
Menurut Muttaqien (2005) secara umum penyebab kemiskinan dapat
dianalisis dari akibat yang terjadi. Kemiskinan yang terjadi di perkotaan dan
pedesaan memiliki penyebab yang khas. Daerah pedesaan cenderung didominasi
lahan pertanian sehingga penyebab kemiskinan paling utama dapat diprediksi dari
sektor tersebut. Kurangnya pemerataan pembangunan saat ini turut memperparah
keadaan. Kemiskinan di perkotaan merupakan imbas dari kemiskinan di pedesaan
yang menyebabkan arus urbanisasi meningkat. Kemampuan kota yang terbatas
namun terus-menerus mendapat input dari pedesaan membuat daya dukung kota
melemah. Puncaknya, berbagai pemukiman kumuh (slum), kriminalitas dan
pengangguran menjadi makin meningkat.
Kemiskinan yang terjadi di pedesaan menyebabkan kesejahteraan masyarakat
menjadi rendah. Pendapatan masyarakat yang rendah dan tingginya tingkat
pengangguran menyebabkan meningkatnya arus migrasi ke kota (urbanisasi). Hal
ini justru menimbulkan masalah baru di desa dan terutama di kota.
Secara umum kemiskinan di pedesaan disebabkan oleh:
Kebijakan pembangunan bertumpu di kota. Arus lalu lintas uang dan barang
lebih besar terjadi di kota.
Budaya pemerintah yang buruk (bad governance). Hal ini berakibat pada
buruknya pelayanan pemerintah pada publik. Sistem birokrasi mejadi panjang
dan rumit.
Budaya masyarakat yang tidak disiplin, kurang suka bekerja keras, dan
cenderung agraris.
Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kemiskinan di perkotaan antara
lain:
Terjadinya arus urbanisasi besar-besaran dari desa. Migrasi yang besar tanpa
disertai peningkatan daya dukung kota akan menyebabkan efek negatif bagi
kota tersebut.
Penataan kota yang belum baik, meliputi sistem transportasi, pemukiman dan
lain-lain.
Regulasi atau peraturan yang kurang mendukung mulai dari sitem RTRW
(Rancangan Tata Ruang dan Wilayah) dan peraturan investasi yang kurang
mendukung.
penyebab yang hampir sama. Kemiskinan di pedesaan akan berimbas pada kota
melalui urbanisasi. Sebagian besar kemiskinan terjadi di pedesaan. Namun
kemiskinan di perkotaan adalah hal yang paling mudah dipantau karena arus
informasi lebih baik daripada di pedesaan. Kemiskinan di wilayah pedesaan dan
perkotaaan dapat dijabarkan dalam indikator-indikator yang dapat diihat pada
Tabel 4.
peningkatan
kapasitas/pendapatan,
perlindungan
sosial/
kesejahteraan, dan yang menjadi fokus adalah penduduk miskin produktif pada
kisaran usia antara 15-55 tahun. Dalam paradigma ini peranan stakeholder dibagi
menjadi empat bagian yaitu pemerintah sebagai fasilitator, masyarakat sebagai
pelaku usaha, perbankan sebagai sumber pembiayaan, dan Konsultan Keuangan
Mitra
Bank
(KKMB)/Business
Development
Services
(BDS)
sebagai
pendamping. Tujuan yang ingin dicapai adalah masyarakat yang maju, mandiri,
sejahtera dan berkeadilan. Strategi penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan
pemberdayaan masyarakat yaitu upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat
melalui peran aktif masyarakat dalam mewujudkan pemenuhan kebutuhan hidup,
meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi serta memperkukuh martabat
manusia dan bangsa. Hal ini akan dicapai dengan dua upaya yaitu mengurangi
beban orang miskin dan meningkatkan produktivitas dan pendapatan masyarakat
miskin produktif. Pola penyaluran dana program dapat dilihat lebih jelas pada
Tujuan program ini adalah terbangunnya lembaga masyarakat berbasis nilainilai universal kemanusiaan, prinsip-prinsip kemasyarakatan dan berorientasi
pembangunan berkelanjutan, yang aspiratif, representatif, mengakar, mampu
memberikan pelayanan kepada masyarakat miskin, mampu memperkuat
aspirasi/suara masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan lokal, dan
mampu menjadi wadah sinergi masyarakat dalam penyelesaian permasalahan
yang ada di wilayahnya; Meningkatnya akses bagi masyarakat miskin perkotaan
ke pelayanan sosial, prasarana dan sarana serta pendanaan (modal), termasuk
membangun kerjasama dan kemitraan sinergi ke berbagai pihak terkait, dengan
menciptakan kepercayaan pihak-pihak terkait tersebut terhadap lembaga
masyarakat (BKM); Mengedepankan peran Pemerintah kota/kabupaten agar
mereka makin mampu memenuhi kebutuhan masyarakat miskin, baik melalui
pengokohan Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK) di wilayahnya, maupun
kemitraan dengan masyarakat serta kelompok peduli setempat. Kelompok sasaran
P2KP mencakup empat sasaran utama, yakni masyarakat, pemerintah daerah,
kelompok peduli setempat dan para pihak terkait (stakeholders)5.
2.2.2 Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
Kelompok Usaha Bersama Fakir Miskin (KUBE-FM) adalah himpunan dari
keluarga yang tergolong miskin dengan keinginan dan kesepakatan bersama
membentuk suatu wadah kegiatan, tumbuh dan berkembang atas dasar prakarsa
sendiri, saling berinteraksi antara satu dengan yang lain, dan tinggal dalam satuan
wilayah tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas anggotanya,
meningkatkan relasi sosial yang harmonis, memenuhi kebutuhan anggota,
pendayagunaan
potensi
serta
sumber
kesejahteraan
sosial
bagi
Menteri
Sosial
RI
Nomor
50/PENGHUK/2002
tentang
penanggulangan kemiskinan
8. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 82/HUK/2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Sosial RI.
Sebuah KUBE FM dalam pelaksanaan kegiatannya mengalami beberapa
tahap, berdasarkan kriteria pentahapan perkembangan KUBE-FM dari Dinas
Sosial, maka tahap perkembangannya sebagai berikut (Andayasari, 2006).
1. Tahap Tumbuh
a. Sudah ada pendamping KUBE (Pembina Usaha dan Unsur Aparat Desa)
b. Pernah mengikuti pelatihan
sosial; (4) Identifikasi dan seleksi; (5) Studi kelayakan usaha; (6) Bantuan sosial
berupa santunan hidup dan akses jaminan kesejahteraan sosial, bantuan modal
usaha ekonomi produktif melalui kelompok usaha bersama (KUBE), penguatan
modal usaha melalui lembaga keuangan mikro (LKM), rehabilitasi sosial rumah
tidak layak huni, penataan sarana lingkungan kumuh, insentif tabungan sejahtera,
fasilitas usaha kesejahteraan sosial; (7) Pengembangan kemitraan sosial dengan
lembaga/instansi sektor lain, perguruan tinggi, dunia usaha, LSM/Orsos dan
kalangan perbankan; Serta (8) Monitoring dan evaluasi (Depsos, 2005).
2.3 Efektivitas
Ilham, Siregar, dan Priyarsono. (2006) menyatakan efektivitas dapat
diartikan sebagai suatu usaha untuk mencapai hasil yang maksimal dengan
memanfaatkan sumberdaya yang ada. Kaitannya dengan kebijakan, menurut
Ramdan, Yusran dan Darusman (2003) dalam Ilham dkk. (2006) ukuran
efektivitas kebijakan adalah: (1) Efisiensi: suatu kebijakan harus mampu
meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya secara optimal; (2) Adil: bobot
kebijakan harus ditempatkan secara adil, yakni kepentingan publik tidak
terabaikan; (3) Mengarah Kepada insentif: suatu kebijakan harus mengarah
kepada atau merangsang tindakan dalam perbaikan dan peningkatan sasaran yang
ditetapkan; (4) Diterima oleh Publik: oleh karena diperuntukkan bagi kepentingan
publik maka kebijakan yang baik harus diterima oleh publik; dan (5) Moral: suatu
kebijakan harus dilandasi oleh moral yang baik.
Ukuran efektivitas yang digunakan Sanim (1998) dan Simatupang (2002)
dalam Ilham dkk. (2006) adalah pendekatan ekonometrika dari nilai elastisitas dan
tingkat signifikansi peubah independent terhadap peubah dependen. Jika
meningkat setelah penerimaan kredit. Jadi peranan kredit yang diperoleh adalah
melalui pergerakan disepanjang kurva karena kredit tidak digunakan dalam
meningkatkan teknologi produksi. Kemitraan adalah salah satu strategi dalam
pengembangan Usaha Kecil dan Menengah.
Nurhayati (2007) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
kemiskinan dengan menggunakan model ekonometrika persamaan simultan,
menghasilkan kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan
adalah pendapatan dan pendidikan pada taraf nyata 10 persen serta variabel
jumlah pengangguran dan tingkat ketergantungan berpengaruh nyata satu persen.
Rahmawati (2006) telah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
suatu rumah tangga berada dalam kemiskinan dengan menggunakan analisis
regresi
logistik,
menghasilkan
kesimpulan
bahwa
faktor-faktor
yang
kelompok. KUBE yang berdaya adalah KUBE yang dilandasi oleh motif yang
sama dari anggotanya dan melaksanakan usaha secara berkelompok bukan
perorangan.
Andayasari (2006) menemukan suatu cara mengelola Kelompok Usaha
Bersama-Fakir Miskin (KUBE-FM) bidang konveksi yaitu dengan cara
menyatukan kegiatan konveksi di satu tempat yang diharapkan dapat lebih
memudahkan dalam menjalankan kegiatan KUBE-FM. Upaya ini mencoba
mewujudkan bentuk kolaborasi dalam mengentaskan masalah kemiskinan berupa
tata kelola yang baik.
Penelitian mengenai KUBE yang telah dilakukan baru secara kualitatif.
Dalam penelitian ini akan melihat secara kuantitatif mengenai efektivitas dari
KUBE yang dilihat dari segi pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan KUBE. Hal ini dilakukan untuk mengetahui gambaran yang lebih
rinci mengenai keberhasilan dan kendala dalam pelaksanaan program KUBE.
dimana terdapat satu variabel panjelas dan regresi berganda yang mempunyai
lebih dari satu variabel penjelas.
Dalam analisis regresi terdapat beberapa asumsi-asumsi mendasar yang harus
dipenuhi, jika tidak pengujian akan menjadi inefisien. Model yang diuji harus
dilihat apakah termasuk BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) atau tidak.
Model yang termasuk BLUE harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) normalitas, uji ini dilakukan dengan membuat histogram dan scaterplot, apabila
histogram membentuk lonceng dan keberadaan titik-titik pada scaterplot
menyebar maka model terdistribusi normal
b) lineraritas. Uji ini dilakukan dengan melihat scaterplot, jika plot antara nilai
residual terstandarisasi tidak membentuk suatu pola tertentu (acak) maka
memenuhi asumsi linearitas
c) homoskedastisitas, adalah kesamaan varians atau penyebaran yang sama.
Pendektesian kesamaan varians salah satunya dapat dilakukan dengan uji Park.
d) non multikolinearitas, dilakukan dengan melihat niai VIF (Variance Inflation
Factors). Jika VIF < 10, maka tidak terdapat multikolinearitas
e) non autokorelasi, dilakukan untuk melihat adanya korelasi antara serangkaian
data menurut waktu (time series) atau menurut ruang (cross section).
Pendektesian autokorelasi dilakukan dengan pengujian Durbin Watson (DW).
Bentuk dasar dari persamaan regresi sederhana secara umum berbentuk linear
yang menunjukkan bahwa nilai atau parameter dari koefisien regresi dan
berhubungan linear.
Yt t X t
(3.1)
dihadapi,
yaitu
masalah
autokorelasi,
heteroskedastisitas
dan
multikolinearitas.
1. Autokorelasi
Dalam berbagai penelitian seringkali terdeteksi adanya hubungan serius
antara gangguan estimasi satu observasi dengan gangguan estimasi observasi yang
lain. Nisbah antara observasi inilah yang disebut sebagai masalah autokorelasi.
Adanya autokorelasi akan menyebabkan terjadinya:
1. Dugaan parameter tidak bias.
2. Nilai galat baku terautokorelasi, sehingga ramalan tidak efisien.
3. Ragam galat terbias.
4. Terjadi pendugaan kurang pada ragam galat (standar error underestimated),
sehingga Sb underestimated. Oleh karena itu, t overestimated cenderung lebih
besar dari yang sebenarnya.
2. Prediksi (nilai Y untuk X tertentu) dengan estimator dari data yang sebenarnya
akan mempunyai varians yang tinggi sehingga prediksi menjadi tidak efisien.
3. Tidak dapat diterapkannya uji nyata koefisien atau selang kepercayaan dengan
menggunakan formula yang berkaitan dengan nilai varians.
Untuk memeriksa keberadaan heteroskedastisitas salah satunya dapat
ditunjukkan dengan uji Hal White, dimana tidak perlu asumsi normalitas dan
relatif
mudah.
Kriteria
uji
yang
digunakan
untuk
melihat
adanya
(nX 1 X 2 ) (X 1 X 2 )
(3.2)
nX 12 (X 1 ) 2 nX 22 (X 2 ) 2
R 2Y , X i ,..., X k
(3.3)
Dimana:
rX 1 X 2
X 1 dan X 2
= peubah-peubah penjelas
R 2Y , X i ,..., X k
= koefisien determinasi
data
time-series,
meninggalkan
variabel
yang
sangat
berkorelasi,
Dalam penelitian ini penulis membuat bagan alur pemikiran seperti tampak
pada Gambar 3. Penulis akan memulai dengan mengidentifikasi kemiskinan yang
terjadi di Kecamatan Pesanggrahan karena kemiskinan yang terjadi di setiap
daerah memiliki kondisi yang berbeda-beda. Selain itu, pada tahun 2006,
Kecamatan Pesanggrahan dipilih sebagai Kecamatan di wilayah Kotamadya
Jakarta Selatan yang melaksanakan program KUBE dan memperoleh satu
Lembaga Keuangan Mikro Sosial (LKMS) sebagai pembantu dana untuk kegiatan
KUBE dari pemerintah pusat. Penulis akan melihat efektivitas pelaksanaan
program
KUBE
dan
mengetahui
keberlanjutan
program
KUBE
yang
Pelaksanaan Program
(Pengamatan Dilengkapi
dengan Pengisian Kuisioner
kepada Sasaran Program)
Faktor-faktor
Keberhasilan KUBE
(Analisis Regresi)
Keefektifan Program
(Uji Mean Berpasangan)
d D
Sd / n
(4.1)
Dimana:
d = rata-rata selisih antar dua sampel
(4.2)
Dimana :
r
= 1, 2, 3, ..., n
b0
= intersept
0 = intersep
= error term
Y = pendapatan per individu hasil KUBE (dalam satuan rupiah)
X1 = pendidikan anggota (tahun sekolah)
X2 = pengalaman berusaha (tahun)
X3 = intensitas pendampingan (selama KUBE berlangsung)
D1 = dummy kedudukan
i = 1, sebagai ketua
i = 0, lainnya
D2 = dummy kelompok
i = 1, sebagai KUBE yang dijalankan secara berkelompok
i = 0, lainnya
(4.3)
KUBE
dengan
KUBE
yang
tidak
dijalankan
secara
berkelompok/perorangan. Setelah itu, model dianalisis menggunakan kriteriakriteria uji agar model tersebut memenuhi persyaratan metode analisis OLS,
seperti terbebas dari heteroskedastisitas dan multikolinearitas. Perhitungan ini
dilakukan dengan menggunakan Software Eviews 4.1.
4.4.5 Koefisien Determinasi (R2) dan Adjusted R2
Koefisien determinasi (R2) dan Adjustedsquared digunakan untuk melihat
sejauhmana variabel bebas mampu menerangkan keragaman variabel tak
bebasnya dan untuk melihat seberapa kuat variabel yang dimasukkan ke dalam
model dapat menerangkan model tersebut. Menurut Gujarati (1993) terdapat dua
sifat R-squared yaitu:
1. Merupakan besaran non-negative.
2. Batasnya adalah 0R21. Jika R2 bernilai 1 berarti suatu kecocokan sempurna,
sedangkan jika nilai R2 bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel
tak bebas dengan variabel bebasnya.
ESS
TSS
RSS
TSS
ei2
y i2
(4.4)
Dimana :
ESS = jumlah kuadrat yang dijelaskan (explained sum square)
TSS = jumlah kuadrat total (total sum square)
Salah satu masalah jika menggunakan ukuran R-squared untuk menilai baik
buruknya model adalah akan selalu mendapatkan nilai yang terus naik seiring
dengan pertambahan variabel bebas ke dalam model sehingga Adjusted R-squared
bisa juga digunakan untuk melihat sejauh mana variabel bebas mampu
menerangkan keragaman variabel tak bebasnya. Adjusted R-squared secara umum
memberikan penalty atau hukuman terhadap penambahan variabel bebas yang
tidak mampu menambah daya prediksi suatu model. Nilai Adjusted R-squared
tidak akan pernah melebihi nilai R-squared bahkan dapat turun jika ditambahkan
variabel bebas yang tidak perlu. Bahkan untuk model yang memiliki kecocokan
rendah (goodness of fit). Adjusted R-squared dapat memiliki nilai yang negatif.
Nilai Adjusted R-squared dapat dihitung sebagai berikut:
ei2
(N k)
R2 1
y i2
(n 1)
(4.5)
R2 1
2
S y2
(4.6)
Dimana:
2 = varians resisual
S y2 = varians sample dari Y
4.4.6 Pengujian untuk Masing-masing Parameter Regresi
Pengujian ini dilakukan dengan uji t untuk melihat apakah masing-masing
variabel bebas (secara parsial) berpengaruh pada variabel tak bebasnya. Selain itu,
uji ini digunakan untuk melihat keabsahan dari hipotesis dan membuktikan bahwa
koefisien regresi dalam model secara statistik signifikan atau tidak.
Hipotesis:
H 0 : i 0
H 1 : i 0, i 1,2,3,..., n.
Statistik uji yang dilakukan dalam uji-t adalah sebagai berikut:
t hitung
b
Sb
(4.7)
Kriteria uji yang digunakan dalam melakukan uji t adalah sebagai berikut:
1. Apabila nilai t-hitung lebih besar dari nilai t / 2 ( n k ) , maka tolak H0. hal ini
berarti variabel yang digunakan berpengaruh nyata terhadap variabel tak
bebas.
2. Apabila nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t / 2 ( n k ) , maka terima H0. hal ini
berarti variabel yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak
bebas.
4.4.7 Pengujian terhadap Model Penduga
Uji F-statistik digunakan untuk menduga persamaan secara keseluruhan. Uji
F-statistik dapat menjelaskan kemampuan variabel bebas secara bersamaan dalam
menjelaskan keragaman dari variabel tak bebasnya. Hipotesis yang diuji dari
pendugaan persamaan adalah variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap
variabel tak bebas. Hal ini disebut sebagai hipotesis nol.
Mekanisme untuk menguji hipotesis dari parameter dugaan secara serentak
(uji F-statistik) adalah sebagai berikut:
H 0 : 0 1 2 ... j 0 (tidak ada pengaruh nyata variabel-variabel dalam
persamaan)
H 1 : minimal salah satu i 0 (paling sedikit ada satu variabel bebas yang
= dugaan parameter
R2
k 1
(1 R )
nk
2
(4.8)
Keterangan:
Hasil dari F-hitung dibandingkan dengan F-tabel (F-tabel = F ( k 1,n k ) ).
Dimana:
R2 = koefisien determinasi
n = banyaknya data
K = jumlah koefisien regresi dugaan
Kriteria uji yang digunakan dalam pengujian model penduga adalah sebagai
berikut:
1. Apabila nilai F-hitung lebih besar dari F ( k 1,n k ) , maka tolak H0. hal ini berarti
minimal terdapat satu parameter dugaan yang tidak nol dan berpengaruh nyata
terhadap keragaman variable tak bebas.
2. Apabila nilai F-hitung lebih kecil dari F ( k 1,n k ) , maka terima H0. dalam hal
ini berarti secara bersama variabel yang digunakan tidak bias menjelaskan
secara nyata keragaman dari variabel tak bebas.
4.4.8 Pengujian Terhadap Masalah Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi dalam model regresi adalah residual memiliki varian yang
konstan agar menghasilkan estimator yang BLUE. Dalam kenyataan, sulit
memiliki varian yang konstan. Hal ini sering terjadi pada data yang bersifat data
silang (cross section) dibanding data runtut waktu. Ada beberapa metode yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas.
Beberapa metode tersebut adalah metode grafik, uji Park, uji Glejser, uji Korelasi
Spearman, uji Goldfeld-Quandt, uji Bruesch-Pagan-Godfrey, dan uji White.
Dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi masalah heteroskedstisitas digunakan
uji White.
Uji White menggunakan residual kuadrat sebagai variabel dependen dan
variabel independennya terdiri atas variabel independen yang sudah ada, ditambah
dengan kuadrat variabel independen, ditambah lagi dengan perkalian dua variabel
independen. Misal mengunakan dua variabel independen M1 dan GDP. Dengan
Uji white, menghitung regresi dengan persamaan berikut.
(4.9)
metode
White.
Metode
ini
dikenal
juga
dengan
varian
x e
var( )
x
2 2
i i
2 2
i
(4.10)
Karena
melibatkan
beberapa
variabel
independen
maka
multikolinearitas tidak akan terjadi pada persamaan regresi sederhana (yang terdiri
atas satu variabel dependen dan satu variabel independen). Kondisi terjadinya
multikolinearitas ditunjukkan dengan berbagai informasi sebagai berikut.
1. Nilai R2 tinggi tetapi variabel independen banyak yang tidak signifikan.
2. Dengan menghitung koefisien korelasi antar variabel independen. Apabila
koefisiennya rendah (tidak lebih besar dari 0,8) maka tidak terdapat
multikolinearitas.
3. Dengan melakukan regresi auxiliary. Regresi jenis ini dapat digunakan untuk
mengetahui hubungan antar dua (atau lebih) variabel independen yang secara
bersama-sama (misalnya x2 dan x3 ) mempengaruhi satu variabel independen
yang lain (misalnya x1 ). Harus dijalankan beberapa regresi, masing-masing
dengan memberlakukan satu variabel independen (misalnya x1 ) sebagai
variabel dependen dan variabel independen lainnya tetap diperlakukan sebagai
variabel independen. Masing-masing persamaan akan dihitung nilai F dengan
rumus:
Rx21 , x2 ,... xk
k 2
Fi
1 Rx21 , x2 ,... xk
n k 1
(4.11)
Dimana:
n = banyaknya observasi
k = banyaknya variabel independen (termasuk konstanta)
R = koefisien deterninasi masing-masing model
Distribusi F dihitung dengan derajat kebebasan k 2 dan n k 1 . Jika nilai
antara sektor pertanian dan bukan pertanian, tidak ada penduduk miskin yang
bekerja pada sektor pertanian dan sebesar 70,79 persen bekerja pada sektor bukan
pertanian.
Tabel 5. Data dan Informasi Kemiskinan Tahun 2005-2006
Tahun
Jumlah Penduduk
Miskin
Persentase Penduduk
Miskin (%)
Garis Kemiskinan
Wilayah
Persentase Distribusi
Penduduk Miskin dan
Pendidikan yang
Ditamatkan (%)
Persentase Penduduk
Miskin Usia 15 Tahun
Keatas dan Status
Bekerja (%)
Persentase Penduduk
Miskin Usia 15 Tahun
Keatas dan Sektor
Bekerja (%)
2005
2006
64.000 orang
76.300 orang
3,36
3,74
Rp 263.740,-
Rp 263.740,-
SLTA
SD/SLTP
Tidak
tamat
SD
SLTA
SD/SLTP
Tidak
tamat
SD
41,9
30,2
27,9
13,6
54,6
31,8
Tidak
bekerja
Sektor
informal
Sektor
formal
Tidak
bekerja
Sektor
informal
Sektor
formal
34,6
31,8
33,6
29,2
28,1
42,7
Tidak
bekerja
Pertanian
Non
pertanian
Tidak
bekerja
Pertanian
Non
pertanian
34,6
0,9
64,5
29,2
70,8
Tabel 6.
bahkan dapat juga diakses oleh masyarakat miskin. Jumlah beberapa pelayanan ini
dapat dilihat pada subbab berikut.
5.2.1 Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan terbagi dua yaitu pendidikan formal dan non formal. Di
Pesanggrahan pada tahun 2006 jumlah sekolah dibidang pendidikan formal,
terdapat sebanyak 55 sekolah Taman Kanak-kanak (TK), 76 Sekolah Dasar (SD),
18 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan 7 Sekolah Menengah Umum
(SMU). Sedangkan untuk pendidikan non formal seperti kursus-kursus (mengetik,
tata buku, dan sebagainya) seluruhnya berjumlah 32 buah dan yang paling banyak
adalah kursus bahasa. Untuk melihat letak fasilitas pendidikan per kelurahan,
dapat dilihat pada Tabel 7.
Jumlah fasilitas pendidikan yang terdapat di Kecamatan Pesanggrahan sudah
cukup untuk menjadi sarana pendidikan yang dapat diakses oleh masyarakat
termasuk penduduk miskin, karena saat ini pemerintah telah membebaskan uang
sekolah bagi pendidikan dasar dan menengah tingkat pertama.
Tabel 7. Jumlah Fasilitas Pendidikan Menurut Kelurahan Tahun 2006
16
11
7
Negeri
14
10
7
SD
Swasta
2
4
1
MI
5
1
3
11
10
55
10
49
2
13
3
14
1
6
5
12
1
5
Kelurahan
TK
Bintaro
Pesanggrahan
Ulujami
Petukangan
Selatan
Petukangan
Utara
Jumlah
SLTP
Negeri Swasta
1
1
2
3
1
1
SMU
Negeri Swasta
2 1
2
1
3
SMK
-
Kursus
4
1
12
2
2
6
13
10
32
Jumlah
Sumber: BPS, 2007
30
16
21
Dokter
Praktek
20
12
10
Mantri,Bidan
dan Perawat
13
4
15
Dukun
Bayi
3
1
18
24
14
109
64
49
11
Posyandu
Tingkat pendidikan responden yang terpilih ternyata berkisar dari yang tidak
sekolah, SD, SLTP, SMU sampai pada yang sudah menempuh perguruan tinggi.
Data menunjukkan bahwa 67,27 persen berada pada sekolah lanjut yaitu SLTP
dan SMU.
Semua responden yang diambil adalah wanita. Hal ini berkaitan dengan
keanggotaannya pada kelompok usaha bersama (KUBE). Walaupun wanita,
sebagian besar responden yaitu 34 orang atau sebesar 61,82 persen memiliki
pekerjaan utama sebagai guru, pedagang, buruh, penjahit, dan lainnya, sedangkan
sisanya hanya bekerja di rumah sebagai ibu rumah tangga.
Tabel 9. Variabel Sosial Ekonomi Responden
Variabel
Jumlah (Jiwa)
Pendidikan
Tidak sekolah
2
SD
12
SLTP
18
SMU
19
Perguruan Tinggi
4
55
Pekerjaan Utama Selain KUBE
Guru
4
Buruh
4
Dagang
19
IRT
21
Jahit
2
Lainnya
5
55
Sumber: Data Primer
Persen (%)
3,64
21,82
32,73
34,55
7,27
100
7,27
7,27
34,55
38,18
3,64
9,09
100,00
Persen (%)
10,91
69,09
20,00
70,91
29,09
12,73
76,36
10,91
tabungan wajib di LKMS agar KUBE merasa terikat dengan LKMS sehingga
dapat melakukan kerjasama yang baik dan saling mendukung dalam urusan
pemasaran dan terutama dalam permodalan.
Bantuan peralatan yang diterima oleh KUBE catering secara rinci dapat
dilihat pada Tabel 11. Tidak semua peralatan ini dapat dimanfaatkan dengan baik,
hal ini disebabkan skala usaha yang dijalankan KUBE tidak sesuai dengan ukuran
peralatan bantuan yang diberikan sehingga sebagian besar KUBE hanya
menyewakan peralatan-peralatan catering tersebut kepada masyarakat yang
membutuhkan.
Selain itu, pelaksanaan KUBE di Kecamatan Pesanggrahan sejak 2006
hingga 2008 belum berjalan secara rutin, hanya melayani pesanan pada acaraacara tertentu dan belum memiliki pasar yang pasti. Pelaksanaan KUBE di
lapangan tidak sepenuhnya berjalan seperti yang direncanakan. Ada beberapa
KUBE yang tidak dijalankan secara berkelompok tetapi dijalankan secara
individu. KUBE yang dijalankan secara individu hanya memanfaatkan KUBE
sebagai sarana akses untuk simpan pinjam, bukan sebagai pengembangan usaha
keuangan bersama.
Tabel 11. Jenis dan Jumlah Bantuan Sarana KUBE Catering
No.
Jenis Barang
Jumlah
1
Kompor Gas
2 set
2
Piring Makan
10 lusin
3
Sendok Garpu
10 lusin
4
Panci (Langseng)
2 set
5
Panci (Sayur)
2 set
6
Penggorengan Sedang
2 set
7
Pemanas
4 set
8
Uang
Rp 750.000,Sumber: Data Primer
Hal ini menyimpang dari rencana pembuatan KUBE yang dibentuk menjadi
sebuah organisasi yang menjalankan suatu usaha secara bersama-sama dan
memanfaatkan LKMS sebagai sarana simpan pinjam. Penyimpangan ini terjadi
karena lokasi beberapa KUBE yang tidak berdekatan dengan LKMS sehingga
KUBE-KUBE tersebut segan untuk datang dan menjalin kerjasama dengan
LKMS. Selain itu, lokasi yang berjauhan mengakibatkan KUBE-KUBE tidak
mendapatkan informasi terbaru dari LKMS.
Tidak semua KUBE dapat berlangsung dan berkembang dengan lancar. Hal
ini terjadi karena beberapa sebab, antara lain: ada beberapa KUBE yang
kehilangan peralatan usaha akibat banjir yang melanda daerah tempat tinggal
mereka pada tahun 2007, KUBE steam motor tidak berjalan disebabkan anggota
KUBE memiliki kesibukan lain di luar KUBE dan KUBE kue kering mengalami
hambatan untuk berkembang sebab alat yang diberikan terlalu besar sehingga
warga kesulitan untuk menyimpan alat dan mengoperasikannya.
Setiap KUBE memiliki seorang pendamping yang akan membantu dalam
keberlangsungan KUBE serta sebagai usaha monitoring dari Dinas. Namun tidak
setiap pendamping menangani satu KUBE tetapi seorang pendamping dapat
menangani 4 KUBE yang lokasinya berada pada daerah yang berdekatan. Bahkan
ada beberapa pendamping yag bertindak sebagai ketua dari KUBE yang ditangani.
Kegiatan pendampingan sampai saat ini belum mencakup kegiatan peningkatan
skill dan kreatifitas anggota KUBE. Kegiatan pendampingan hanya mencakup
pemberian saran dan masukan ketika KUBE mengalami kesulitan.
Jumlah
Responden
Penduduk Miskin
Penduduk Tidak Miskin
31
24
Rata-Rata
Pendapatan per
Kapita per bulan
Rp 201.968
Rp 507.847
11
13
15
Sebelum KUBE
Setelah KUBE
17
19
21
23
25
27
29
31
RT Miskin
Rupiah (Rp)
4000000
3500000
3000000
2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0
1
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Sebelum KUBE
Sesudah KUBE
RT Tidak Miskin
RT
Miskin
RT Tidak
Miskin
Keseluruhan
662.903
1.571250
1.059273
784.456
1.654253
1.164004
121.553
83.003
104.731
151.051
31
4,48
2,04
86.439
24
4,7
2,06
127.399
55
6,1
2,01
orang atau 7,27 persen yang bersekolah hingga perguruan tinggi. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Jumlah Anggota KUBE Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan
Tidak sekolah
SD
SLTP
SMU
Perguruan Tinggi
Jumlah (Jiwa)
Persen (%)
2
12
18
19
4
55
3,64
21,82
32,73
34,55
7,27
100
KUBE
dapat
dipantau
secara
terorganisir
dan
dapat
Kontribusi anggota ini terkait dengan intensitas kumpul dalam kelompok masingmasing individu. Pendapatan usaha dalam KUBE selama ini rata-rata diperoleh
dari hasil menyewakan peralatan catering dan pesanan yang tidak tentu adanya.
6.3.2 Hasil dan Pembahasan Model Dugaan
Dengan menggunakan metode Ordinary Least Squre (OLS), diperoleh
model dugaan sebagaimana pada Tabel 14. Dari model dugaan tersebut diperoleh
nilai koefisien determinasi (R-Sq) sebesar 67 persen dan nilai koefisien
determinasi terkoreksi (R-Sq adj) sebesar 63,6 persen. Angka (R-Sq) tersebut
menunjukkan bahwa 67 persen keragaman dari variabel tak bebas (pendapatan
KUBE per individu) dapat diterangkan oleh variabel-variabel bebas yang
digunakan dalam model, sedangkan sisanya yaitu sebesar 33 persen dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Uji F dengan p-value
0,000 (lebih kecil dari = 0,05) menunjukkan bahwa koefisien regresi secara
bersama-sama signifikan berbeda nyata dari nol. Hal-hal ini bermakna bahwa
model sudah baik.
Tabel 15. Hasil Pendugaan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Individu Kelompok Usaha Bersama di Kecamatan Pesanggrahan
Variabel
Koef
SE Koef
T
P
Kontanta
29673.51
39982.95
0,742
0,4615
Pendidikan
-2708.57
2803.81 -0,966
0,3388
Pengalaman
-195.42
169.74 -1,151
0,2552
Pendampingan
35946.38
10008.84
3,591
0,0008*
Dummy Kedudukan
144186.9
48705.13
2,960
0,0047*
Dummy Kelompok
55632.99
23461.38
2,371
0,0217*
S = 76881.01
R-Sq = 67%
R-Sq(adj) = 63.6%
DW = 1.397605
F = 19.85620
P-value = 0.000
Keterangan: * nyata pada taraf 5%
Berdasarkan hasil output pada Tabel 15, dapat dilihat bahwa tidak ada
masalah multikolinearitas maupun heteroskedastisitas. Pengujian terhadap
1.000.000
-0.125098
0.130381
0.205498
-0.125098
1.000.000
-0.057693
0.500683
0.130381
-0.057693
1.000.000
0.109914
Dummy
Kedudukan
0.205498
0.500683
0.109914
1.000.000
-0.316494
0.169328
-0.128469
0.023187
Dummy
Kelompok
-0.316494
0.169328
-0.128469
0.023187
1.000.000
Dummy Kedudukan
Hasil regresi menunjukkan bahwa dummy kedudukan berpengaruh nyata
terhadap pendapatan usaha secara individu dengan nilai koefisien regresi sebesar
144186. Artinya pendapatan usaha secara individu yang menjadi ketua lebih besar
Rp 144.186,- dibandingkan dengan anggota KUBE yang tidak menduduki jabatan
sebagai ketua.
Dummy Kelompok
Hasil regresi menunjukkan bahwa dummy pelaksanaan KUBE secara
berkelompok berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha secara individu
dengan nilai koefisien regresi sebesar 55633. Artinya pendapatan usaha secara
individu yang menjadi anggota dalam KUBE yang berjalan secara berkelompok
lebih besar Rp 55.633,- dibandingkan dengan anggota dalam KUBE yang berjalan
secara individual.
6.4 Implikasi Kebijakan
Berdasarkan hasil analisis efektivitas pendapatan sebelum dan setelah adanya
KUBE dan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan KUBE di
Kecamatan Pesanggrahan, maka dapat dirumuskan beberapa implikasi kebijakan
yang dapat dipertimbangkan untuk mengurangi angka kemiskinan di Kecamatan
Pesanggrahan, sebagai berikut.
1.
3.
VII.
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari bab sebelumnya, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
1. Kemiskinan perkotaan yang terjadi di Kecamatan Pesanggrahan antara lain
disebabkan oleh kurangnya jam kerja rata-rata RT penduduk miskin yaitu
sekitar 39 jam per minggu sedangkan jam kerja rata-rata RT penduduk tidak
miskin adalah sekitar 74 jam per minggu. Dengan jam kerja yang relatif lebih
rendah, pendapatan rata-rata RT penduduk miskin per kapita per bulan juga
rendah yaitu Rp 201.968, masih dibawah garis kemiskinan Wilayah Kotamadya
Jakarta Selatan.
2. Program KUBE yang dilaksanakan di Kecamatan Pesanggrahan pada tahun
2006 secara kuantitatif telah efektif dalam meningkatkan pendapatan
masyarakat. Namun, pada kenyataannya KUBE belum beroperasi secara rutin
sehingga efektivitas program KUBE sebetulnya masih dapat ditingkatkan lagi
sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Berdasarkan hasil
pendugaan dengan model regresi diperoleh kesimpulan bahwa faktor-faktor
yang secara nyata mempengaruhi keberhasilan KUBE pada taraf nyata 5 persen
adalah frekuensi pendampingan, dummy kedudukan dan dummy kelompok.
3. Kebijakan pemerintah saat ini cenderung masih bersifat top-down sehingga
bantuan yang diterima masih belum sepenuhnya dapat dimanfaatkan secara
optimal. Rakyat miskin perkotaan di lokasi penelitian tidak hanya
membutuhkan bantuan berupa aset (modal produksi) tetapi juga memerlukan
7.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis dapat memberikan saran
sebagai berikut.
1. Pendampingan terhadap KUBE perlu ditingkatkan dan dikembangkan
sehingga efektivitas KUBE dalam meningkatkan keterampilan para anggota
menjadi lebih tinggi dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan
sasarannya secara lebih besar.
2. KUBE sebaiknya berhubungan baik dengan Lembaga Keuangan Mikro Sosial
(LKMS) sehingga sinergi diantara dua lembaga ini dapat berkelanjutan dan
berkembang. Hal ini diharapkan sangat membantu KUBE dalam masalah
keuangan dan kemitraan terhadap pihak luar.
3. Untuk penelitian lanjutan, perlu diteliti efektifitas beberapa program
penanggulangan kemiskinan lainnya yang telah dilakukan oleh pemerintah
sehingga dapat diketahui program mana yang memiliki pengaruh yang lebih
besar
dalam
mengurangi
angka
kemiskinan
dan
dicari
bentuk
DAFTAR PUSTAKA
Andayasari, Ika. 2006. Pengembangan KUBE-Fakir Miskin Dalam Upaya
Pengentasan Kemiskinan (Kasus Upaya Pengentasan Kemiskinan melalui
KUBE-FM di Kelurahan Cibeureum Kecamatan Cimahi Selatan). Tesis.
IPB, Bogor.
Badan Pusat Statistik. 2005. Analisis dan Perhitungan Tingkat Kemiskinan. BPS,
Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2007. Analisis dan Perhitungan Tingkat Kemiskinan Tahun
2007. BPS, Jakarta
Badan Pusat Statistik. 2007. Data dan Informasi Kemiskinan 2005-2006 buku 1.
BPS, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2007. Data dan Informasi Kemiskinan 2005-2006 buku 2.
BPS, Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2007. Kecamatan Pesanggrahan Dalam Angka 2007. BPS,
Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2007. Jakarta Selatan Dalam Angka 2007. BPS, Jakarta.
Departemen Sosial RI. 2005. Panduan Operasional Program Pemberdayaan Fakir
Miskin Melalui Bantuan Sarana Penunjang Produksi KUBE Bidang
Konveksi.Depsos, Jakarta.
Departemen Sosial RI. 2005. Panduan Operasional Program Pemberdayaan Fakir
Miskin di Wilayah Pertanian.Depsos, Jakarta.
Gujarati, Damodar. 1978.Ekonometrika Dasar. Terjemahan. Erlangga, Jakarta.
Ilham, Nyak, Hermanto Siregar, & D. S. Priyarsono. 2006. Efektivitas Kebijakan
Harga Pangan Terhadap Ketahanan Pangan. Jurnal Agro Ekonomi.
Volume 24 no. 2, hal 157- 177. pdf.
Khairullah. 2003. Dinamika Kelompok dan Kemandirian Anggota Kelompok
Swadaya Masyarakat. Tesis. IPB, Bogor.
Khanata-Khasanah persona dan pranata. 2006. Menuju Indonesia Sejahtera Upaya
Konkret Pengentasan Kemiskinan. Khanata-Pustaka LP3ES Indonesia,
Jakarta.
KIKIS (The Ford Foundation). 2000. Penanggulangan kemiskinan Struktural
Agenda Keadilan dan Pemberdayaan Masyarakat Program Aksi Lima
Tahun. Akatiga, Bandung.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Garis Kemiskinan (Rp/Kap/Bln) Menurut Provinsi dan Daerah, Tahun 2005-2007
Provinsi
Nangroe Aceh Darussalam
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Bangka Belitung
Kepulauan Riau
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Banten
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku
Malku Utara
Irian Jaya Barat
Papua
Indonesia
Perkotaan (K)
2005
2006
195882
226599
175152
209282
175730
219990
196892
266897
187608
202612
172684
242135
172659
191541
164909
195912
197082
210878
231346
247540
237735
295267
151235
207233
143776
193745
160690
196406
146743
196877
183927
217536
166962
230636
134488
140490
141168
156696
164397
171289
161231
172517
163565
176650
213378
300031
150421
205685
173991
208494
138576
170517
122067
170063
135837
165585
165808
189173
202415
174425
184891
220567
193307
214739
165565
179144
2007
246375
205379
213942
233732
214769
205145
210082
187923
236854
278742
266874
180821
168186
200855
166546
188392
179141
176591
185975
166230
179418
185289
239560
165824
181555
149439
142103
146458
144842
205046
192287
209518
242556
187942
2005
166608
117578
125602
151718
122185
120331
110275
113728
178701
156453
113964
120115
130807
115272
108855
136897
109403
89764
109777
125980
107455
161910
118675
121193
97027
107902
115018
150271
122936
145610
117365
Perdesaan (D)
2006
177637
156867
166062
219483
140453
185430
124155
148389
188898
173319
157664
160753
187521
155080
140648
178359
120042
103903
125852
136949
125025
229750
177246
144379
123441
154770
142331
147186
166800
140147
200817
175237
135896
2007
206724
154827
163301
194019
152019
161205
149468
145634
234028
213985
144204
140803
156349
140322
140885
147963
130867
113310
133403
153430
144647
188787
149440
146682
115788
127197
134410
130428
170547
153526
204958
190513
146837
2005
172084
143095
140962
167620
141157
138444
128541
125319
186531
215803
237735
133701
130013
148476
128598
150209
152519
118891
98263
124804
136309
128598
189851
130929
131524
109503
110978
120670
161114
137010
157074
138574
K+D
2006
196130
180956
184266
244004
175959
185253
164397
162479
202718
210653
295267
185702
176859
190693
172060
185866
205936
149250
137147
159291
162696
163459
257723
184597
189386
148584
172995
145578
153232
171183
149743
203582
177977
158051
2007
218143
178132
180669
214034
172349
178209
170802
157052
235379
248241
266874
165734
154111
184965
153145
169485
165954
150026
126389
142529
162266
161514
220368
156550
154006
126623
130625
138181
135242
179552
165039
205998
202379
166697
Kelompok Responden:
PETUNJUK PENGISIAN
Jawablah seluruhpertanyaan dengan mengisi/melingkari/ pilihan yang sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya.mohon dijawab dengan penuh kejujuran dan
tanggung jawab agar informasi benar, akurat dan lengkap sehingga meberikan
manfaat dalam memperbaiki pelaksanaan program Kelompok Bersama (KUBE).
Data pokok responden
1. Nama Lengkap :
2. Alamat Lengkap :
3. Jenis Kelamin : (1) laki-laki, (2) perempuan
4. usia :
5. Status : (1) bujangan, (2) menikah, (3) janda/duda
6. Lama Sekolah :
tahun
tahun
6. Kedudukan dalam kelompok : (1) ketua, (2) bendahara, (3) sekretaris, (4)
anggota
7. Pendapatan dari usaha/bulan :
8. Kumpul dalam kelompok : kali/bulan
9. Dana pinjaman yang diperoleh :
10. Pendampingan dilakukan : kali/bulan
11. Keberlanjutan usaha : (1) usaha berlanjut, (2) usaha tidak berlanjut
KUBE
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
NURI
NURI
NURI
NURI
NURI
NURI
NURI
NURI
NURI
NURI
KELELAWAR
KELELAWAR
KELELAWAR
KELELAWAR
KELELAWAR
KELELAWAR
KELELAWAR
LUMBA_LUMBA
LUMBA_LUMBA
LUMBA_LUMBA
LUMBA_LUMBA
LUMBA_LUMBA
LUMBA_LUMBA
LUMBA_LUMBA
LUMBA_LUMBA
LUMBA_LUMBA
LUMBA_LUMBA
Sa'diyah
Siti Aisyah
Siti Jalpah
Rusmayanah
Hamdah H.
Sumiyati
Rojanah
Sumarni
Halowati
Niswah
Siti Munawaroh
Rupi'ah
Hasanah
Aminah
Nina Martina
Warsinah
Aliyah
Siswanti
Sriwahyuni
Ida Suwarni
Sri Wahyuningsih
Sumiati
Djariah
Amroh
Melani
Eti
Nurhayati
UMUR
48
33
35
40
30
54
42
42
50
50
42
52
40
60
43
50
63
39
36
34
42
66
50
45
30
46
40
DSTS
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
JK
84
112
0
100
140
120
0
150
140
140
0
140
0
0
0
336
120
100
24
84
100
0
40
120
160
0
0
PHSLN
2000000
300000
0
200000
250000
200000
0
600000
500000
500000
0
900000
300000
0
0
1500000
250000
400000
50000
200000
200000
0
100000
300000
200000
200000
0
TGGN
7
2
4
5
3
0
3
4
4
4
4
4
3
2
3
3
1
4
5
3
3
2
2
3
4
1
4
JKS
0
0
180
196
280
0
180
160
168
330
288
308
0
160
160
0
0
0
336
336
160
160
252
0
308
0
252
PHSLS
0
0
1000000
700000
2000000
0
1000000
1000000
1500000
1500000
600000
900000
0
600000
600000
0
0
0
1000000
1000000
1000000
1000000
1000000
0
900000
0
900000
PNDUS
300000
200000
100000
150000
150000
200000
200000
150000
150000
150000
42587
42587
42587
42587
42587
42587
42587
200000
50000
300000
0
0
0
0
0
0
0
PNDDN
13
4
9
9
12
6
9
6
0
7
8
5
9
8
9
8
6
12
12
6
12
9
9
9
9
9
12
PGLMN
12
0
0
16
5
60
60
5
12
12
0
372
0
0
0
372
0
84
12
72
0
0
0
0
24
0
0
PNMPGN
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
DKED
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
DKEL
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
MERPATI
MERPATI
MERPATI
MERPATI
MERPATI
MERPATI
MERPATI
MERPATI
MERAK
MERAK
MERAK
MERAK
MERAK
MERAK
MERAK
MERAK
MERAK
MERAK
ANGGREK
ANGGREK
ANGGREK
ANGGREK
ANGGREK
ANGGREK
ANGGREK
ANGGREK
ANGGREK
ANGGREK
Masanih
Budiyah
Supartini
Herlinah
Sainem
Lilis Yatiningsih
Ikawati
Masinah
Tri Hastuti
Ika Wartika
Titin Supratiwi
Rosita
Iip Latifah
Sawiyah
Lisnawati
Lilis Wati
Rubiyah
Hamianisbah
Mayulis
Rosnini
Puti
Selfiani Ros
Yusnani
Neneng
Sutirah
Hafnawati
Supani
Nurhidayati
40
52
43
33
37
45
36
40
49
35
29
50
35
57
32
42
47
48
48
52
24
27
48
30
60
56
55
35
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
140
0
0
0
192
180
180
0
0
120
168
168
480
150
150
150
336
120
150
160
0
0
0
0
0
0
0
0
1500000
0
800000
500000
600000
600000
1300000
400000
0
500000
1000000
1000000
900000
500000
400000
400000
1500000
200000
600000
1000000
0
0
3
4
5
4
4
4
5
4
3
3
3
4
3
2
4
3
4
3
3
2
1
1
5
3
1
2
1
4
160
180
200
160
200
160
180
140
0
0
196
0
0
0
200
0
160
160
0
0
0
0
200
336
0
0
0
140
750000
2000000
800000
750000
750000
900000
2000000
750000
0
0
700000
0
0
0
2000000
0
780000
780000
0
0
0
0
1500000
1000000
0
800000
0
750000
161875
161875
161875
161875
161875
161875
161875
161875
60867
0
0
0
60867
60867
0
60867
60867
60867
600000
600000
0
0
200000
100000
0
0
0
0
6
12
9
12
6
12
15
6
12
9
12
12
12
0
12
12
6
12
12
12
14
15
12
9
6
12
6
9
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
216
96
12
60
36
0
0
48
12
0
0
0
0
3
3
3
3
3
3
3
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10
10
0
0
10
10
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Keterangan:
UMUR = umur responden pada saat pengambilan data dilakukan
DSTS
= status pernikahan, 1 = menikah, 2 = belum menikah/janda
JK
= jam kerja responden tiap bulan
PHSLN = penghasilan responden dari pekerjaan utama per bulan
TGGN
= tanggungan keluarga
JKS
= jam kerja suami responden tiap bulan
PHSLS = penghasilan suami per bulan
PNDUS = pendapatan usaha KUBE per individu
PNDDN = pendidikan responden dalam jumlah tahun bersekolah
PGLMN = pengalaman usaha
PNMPGN = frekuensi pendampingan sejak KUBE dibentuk hingga pengambilan
data dilakukan
DKED
= dummy kedudukan
DKEL
= dummy kelompok
KUBE
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
NURI
NURI
NURI
NURI
NURI
KELELAWAR
KELELAWAR
KELELAWAR
KELELAWAR
KELELAWAR
LUMBA_LUMBA
LUMBA_LUMBA
LUMBA_LUMBA
LUMBA_LUMBA
LUMBA_LUMBA
LUMBA_LUMBA
MERPATI
MERPATI
MERPATI
MERPATI
MERPATI
MERPATI
MERAK
MERAK
MERAK
MERAK
MERAK
ANGGREK
ANGGREK
ANGGREK
ANGGREK
Rata-rata
Sa'diyah
Siti Aisyah
Siti Jalpah
Rusmayanah
Sumiyati
Siti Munawaroh
Hasanah
Aminah
Nina Martina
Aliyah
Siswanti
Sriwahyuni
Amroh
Melani
Eti
Nurhayati
Masanih
Supartini
Herlinah
Sainem
Lilis Y.
Masinah
Tri Hastuti
Ika Wartika
Rosita
Sawiyah
Lilis Wati
Mayulis
Rosnini
Supani
Nurhidayati
t-tabel
0 . 05
/ 2
= 2.042
Sebelum
Rp
2.000.000
300.000
1.000.000
900.000
200.000
600.000
300.000
600.000
600.000
250.000
400.000
1.050.000
300.000
1.100.000
200.000
900.000
750.000
800.000
750.000
750.000
900.000
750.000
800.000
500.000
600.000
400.000
500.000
900.000
500.000
200.000
750.000
662.903
Sesudah
Rp
2.300.000
500.000
1.100.000
1.050.000
400.000
642.857
342.857
642.857
642.857
292.857
600.000
1.100.000
300.000
1.100.000
200.000
900.000
911.875
961.875
911.875
911.875
1.061.875
911.875
860.867
500.000
600.000
460.867
560.867
1.500.000
1.100.000
200.000
750.000
784.456
DM
300.000
200.000
100.000
150.000
200.000
42.857
42.857
42.857
42.857
42.857
200.000
50.000
0
0
0
0
161.875
161.875
161.875
161.875
161.875
161.875
60.867
0
0
60.867
60.867
600.000
600.000
0
0
121.553
Pekerjaan
Utama
Guru
Buruh Cuci
IRT
Buruh Cuci
Dagang Kue
IRT
Kontrakan
IRT
IRT
Buruh RT
Jumantik
Dagang Es
Buruh Tekstil
Penjahit
IRT
IRT
IRT
IRT
IRT
IRT
IRT
IRT
IRT
IRT
Dagang
IRT
Dagang
Dagang
Dagang
IRT
IRT
KUBE
Nama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
NURI
NURI
NURI
NURI
NURI
KELELAWAR
KELELAWAR
LUMBA_LUMBA
LUMBA_LUMBA
LUMBA_LUMBA
LUMBA_LUMBA
MERPATI
MERPATI
MERAK
MERAK
MERAK
MERAK
MERAK
ANGGREK
ANGGREK
ANGGREK
ANGGREK
ANGGREK
ANGGREK
Rata-rata
Hamdah H.
Rojanah
Sumarni
Halowati
Niswah
Rupi'ah
Warsinah
Ida Suwarni
Sri W.
Sumiati
Djariah
Budiyah
Ikawati
Titin S.
Iip Latifah
Lisnawati
Rubiyah
Hamianisbah
Puti
Selfiani Ros
Yusnani
Neneng
Sutirah
Hafnawati
t-tabel
0 . 05
/ 2
= 2.064
Sebelum
Rp
2.250.000
1.000.000
1.600.000
2.000.000
2.000.000
1.800.000
1.500.000
1.200.000
1.200.000
1.000.000
1.100.000
2.000.000
3.500.000
1.300.000
1.300.000
2.000.000
1.780.000
1.780.000
400.000
400.000
3.000.000
1.200.000
600.000
1.800.000
1.571.250
Sesudah
Rp
2.400.000
1.200.000
1.750.000
2.150.000
2.150.000
1.842.857
1.542.857
1.500.000
1.200.000
1.000.000
1.100.000
2.161.875
3.661.875
1.300.000
1.360.867
2.000.000
1.840.867
1.840.867
400.000
400.000
3.200.000
1.300.000
600.000
1.800.000
1.654.253
DTM
Pekerjaan Utama
150.000
200.000
150.000
150.000
150.000
42.857
42.857
300.000
0
0
0
161.875
161.875
0
60.867
0
60.867
60.867
0
0
200.000
100.000
0
0
83.003
Dagang Kue
IRT
Dagang Kue
Dagang Nasi Uduk
Dagang Nasi Uduk
Dagang
Dagang
Dagang
Buruh Cuci
IRT
Dagang
IRT
Guru
Pramuniaga
Guru
IRT
Dagang
Dagang
Magang
Magang
Dagang
Dagang Kue
Dagang Kue
Penjahit
Variable
D Miskin
N
31
Mean
121553
StDev
151051
SE Mean
27130
95% CI
(66147; 176959)
T
4,48
P
0,000
Variable
D Tidak Miskin
N
24
Mean
83002,7
StDev
86438,7
SE Mean
17644,2
95% CI
(46502,8; 119502,6)
Histogram of D Miskin
Frequency
8
6
4
2
0
_
X
Ho
160000
320000
D Miskin
480000
640000
Frequency
8
6
4
2
_
X
0
Ho
80000
160000
DTidakMiskin
240000
320000
T
4,70
P
0,000
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
PNDDN
PGLMN
PNMPGN
DKED
DKEL
29673.51
-2708.571
-195.4186
35946.38
144186.9
55632.99
39982.95
2803.809
169.7427
10008.84
48705.13
23461.38
0.742154
-0.966033
-1.151264
3.591463
2.960405
2.371258
0.4615
0.3388
0.2552
0.0008
0.0047
0.0217
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.669546
0.635827
76881.01
2.90E+11
-693.6158
1.397605
104730.9
127398.7
25.44057
25.65956
19.85620
0.000000
20
Series: Residuals
Sample 1 55
Observations 55
16
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
12
1.82E-11
1232.215
264701.7
-262415.2
73235.26
0.640107
9.477070
4
Jarque-Bera
Probability
0
-250000
-125000
125000
99.89691
0.000000
250000
Matriks Korelasi
PNDDN
PGLMN
PNMPGN
DKED
DKEL
PNDDN
1.000.000
-0.125098
0.130381
0.205498
-0.316494
PGLMN
-0.125098
1.000.000
-0.057693
0.500683
0.169328
PNMPGN
0.130381
-0.057693
1.000.000
0.109914
-0.128469
DKED
0.205498
0.500683
0.109914
1.000.000
0.023187
DKEL
-0.316494
0.169328
-0.128469
0.023187
1.000.000