Towards open object-oriented models of collaborative

problem solving interaction

Usually analysis of collaborative problem solving situations is done through discourse
analysis or interaction analysis,
where in the centre of attention are the actors involved (students, tutors etc.). An alternative
framework, called Objectoriented Collaboration Analysis Framework (OCAF) is briefly
presented here, according to which the objects of the
collaboratively developed solution become the centre of attention and are studied as entities
that carry their own history.
This approach produces a view of the process, according to which the solution is made of
structural components that are
owned by actors who have contributed in various degrees to their development. OCAF is
based on both actions and
dialogues of actors and allow deriving further qualitative as well as quantitative indicators of
both solution quality and
collaboration. Web-based tools supporting the OCAF approach are discussed. These tools are
designed to be open in
possible adaptations and able to be linked to various collaborative systems supporting
diagrammatic problem solving.

Menuju terbuka berorientasi objek model kolaboratif

pemecahan interaksi
Biasanya analisis situasi pemecahan kolaboratif dilakukan melalui analisa wacana atau in
teraksi analisis,
mana di pusat perhatian adalah aktor yang terlibat (siswa, guru dll.). Kerangka alternatif,
yang disebut "Objectoriented kolaborasi analisis kerangka (OCAF) secara
singkat disajikan di sini, yang objek
solusi bersama-sama dikembangkan menjadi pusat perhatian dan dipelajari sebagai entit
as yang membawa sejarah mereka sendiri.
Pendekatan ini menghasilkan pandangan dari proses, yang solusi terbuat dari komponen
struktural yang

'dimiliki' oleh aktor yang telah berkontribusi dalam berbagai derajat ke pembangunan me
reka. OCAF didasarkan pada kedua tindakan dan
dialog aktor dan memungkinkan berasal lebih
lanjut kualitatif maupun kuantitatif Indikator kualitas solusi kedua dan
kolaborasi. Alat berbasis
web yang mendukung pendekatan OCAF dibahas. Alat inidirancang untuk menjadi terbuk
a di
mungkin adaptasi dan dapat dihubungkan dengan berbagai sistem kolaboratif yang men
dukung pemecahan masalah diagram.

Changing pre-service primary-school teachers attitude towards

Mathematics by collaborative problem solving

Primary school teachers attitude towards Mathematics influences their pupils attitude. A
pupil with a positive attitude is more
likely to develop his/her mathematical problem solving skills, thus developing a positive
attitude towards Mathematics in case of
pre-service primary school teachers is very important. This paper presents the results of a
research on de efficiency of
collaborative problem solving in changing pre-service primary school teachers attitude
towards Mathematics. During the
intervention in the experimental group collaborative learning methods was used; in the
control group the problem solving was
made with more traditional way, using individual and frontal activities. The results show that
students from the experimental
group had a statistically significant positive change on how much they like Mathematics;
their beliefs in the utility of

Mathematics improved; and after the intervention they liked more to solve non-routine
problems.
Mengubah pra-Layanan sekolah dasar guru sikap
Matematika oleh pemecahan masalah secara kolaboratif
Sikap guru sekolah dasar matematika mempengaruhi sikap murid-murid mereka. Seoran
g murid dengan sikap positif lebih
kemungkinan untuk mengembangkan keterampilan, dengan
demikian mengembangkan sikap yang positif terhadap matematika apabila pemecahan
masalah matematika /
guru sekolah dasar pra-layanan ini sangat penting. Makalah ini menyajikan hasil penelitia
n pada efisiensi de
pemecahan masalah secara kolaboratif dalam mengubah pra-Layanan sekolah dasar gur
u sikap matematika. Selama
intervensi dalam kelompok eksperimental kolaboratif pembelajaran digunakan; pada kelo
mpok kontrol pemecahan masalah adalah
dibuat dengan cara yang lebih tradisional, menggunakan kegiatan individu dan frontal. H
asilnya menunjukkan bahwa siswa dari percobaan
Grup telah perubahan positif yang signifikan secara
statistik tentang berapa banyak mereka seperti matematika; kepercayaan mereka dalam
utilitas
Matematika meningkat; dan setelah intervensi mereka menyukai lebih untuk memecahka
n masalah-masalah non-rutin.

Collaborative problem solving (CPS) is widely considered as

one of the critical skills for academic and career success in
the 21st century [9]. However, assessing CPS, particularly
in a large-scale and standardized way, is very challenging,
as one must take into account the forms of collaboration,
the size of teams, and assessment contexts. Among the existing studies on assessing CPS,
most of them are not designed from the perspective of a standardized assessment,
but more from the perspective of revealing some important
aspects of CPS [6, 16, 5, 22]. A recent review can be found
in [21]. The first large-scale and standardized assessment for
CPS was the international Assessment and Teaching of 21st
century skills project (ATC21S) carried out by Griffin and
colleagues [9, 4]. In this assessment, two students collaborate via text chat to solve computerbased CPS tasks and
their communications as well as some other features (such
as the response time) were coded automatically according to a CPS framework [1]. Another
large-scale assessment for
CPS was carried out by the Programme for International
Student Assessment (PISA) in its sixth survey in 2015 [17].
In this assessment, students collaborate with different number of virtual partners (avatars) on
a set of computer-based
collaborative tasks and they communicate with their virtual
partners by choosing from a list of predefined texts. Both
ATC21S and PISA 2015 consider the CPS as skills across
different domains and the tasks used in their assessments

are not confined into a specific domain.

Kolaboratif pemecahan (CPS) secara luas dianggap sebagai

salah satu keterampilan penting untuk keberhasilan akademik dan karir dalam
abad ke-21 [9]. Namun, menilai CPS, terutama
dalam cara yang berskala besar dan standar, sangat menantang,
sebagai salah satu harus memperhitungkan bentuk kolaborasi,
ukuran tim, dan penilaian konteks. Di antara yang
ada studi mengkaji CPS, kebanyakan dari mereka tidak dirancang dari perspektif penilaia
n yang standar,
tapi lebih dari sudut pandang mengungkapkan beberapa penting
aspek CPS [6, 16, 5, 22]. Review baru-baru dapat ditemukan
dalam [21]. Pertama skala besar dan standar penilaian untuk
CPS adalah penilaian internasional dan pengajaran 21
abad keterampilan proyek (ATC21S) yang dijalankan oleh Griffin dan
rekan-rekan [9, 4]. Dalam penilaian ini, dua siswa berkolaborasi melalui teks chat untuk
menyelesaikan tugas-tugas CPS berbasis komputer dan
komunikasi mereka serta Beberapa fitur lain (seperti
sebagai waktu respon) diberi kode secara
otomatis sesuai dengan kerangka CPS[1]. Penilaian skala besar lain untuk
CPS dilakukan oleh program International
Student Assessment (PISA) dalam survei yang keenam pada tahun 2015 [17].
Dalam penilaian ini, para
siswa berkolaborasi dengan berbagai jumlah virtual mitra (avatar) pada set berbasis
komputer
tugas-tugas yang kolaboratif dan mereka berkomunikasi dengan virtual mereka
mitra dengan memilih dari daftar teks pra-tetap. Kedua
ATC21S dan PISA 2015 menganggap CPS sebagai keterampilan
domain yang berbeda dan tugas-tugas yang digunakan dalam penilaian mereka
tidak terbatas ke domain tertentu.