Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN TEORI
2.1 Persalinan
2.1.1
Pengertian Persalinan
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala berlangsung dalam 18-24 jam tanpa komplikasi baik
pada ibu ataupun pada janin (Saifuddin, 2009).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar secara spontan tanpa
bantuan alat dan tidak melukai ibu dan janin yang berlansung sekitar 18-24 jam,
dengan letak janin belakang kepala (Varney, Kriebs, & Gegor, 2003).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. Ibu belum in partu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan serviks (JNPK-KR/POGI, 2008).
2.1.2 Tanda- Tanda Persalinan
1. Tanda Permulaan Persalinan
a. Lightening yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul (PAP)
terutama pada primi para.
b. Perut kelihatan lebih besar /melebar, fundus uteri menurun.
c. Pola kesuria dan sasuk miksi karena kandung kemih tertekan
bagian bawah janin.
d. False labair pain yaitu perasaan sakit diperut dan pinggang karena
adanya kontraksi lemah dari uterus.
e. Serviks menjadi lembek, mendatar dan mengeluarkan sekresi
lendir, darah dari vagina (bloody show) (Mochtar, 1998).
2. Tanda dan Gejala Inpartu
dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi
lebar dengan anus membuka, labia mulai membuka dan tidak lama kemudian
kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih
berelaksasi, kepala tidak masuk lagi di luar his, dengan his dan kekuatan
mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis
dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai
lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada primi gravida kala II
berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.
3. Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas
pusat. Beberapa menit kemudian uterus kontraksi lagi untuk melepas plasenta dari
dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir
dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta
disertai dengan pengeluaran darah.
4. Kala IV
Dimulai saat plasenta lahir sampai 2 jam pertama post partum.
Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Rata-rata
perdarahan normal adalah 250 cc. Perdarahan persalinan yang lebih dari 500cc
adalah perdarahan abnormal (Prawirohardjo, 2009).
2.1.4 Mekanisme Persalinan Normal
1. Engagement
Bila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul, kepala
dikatakan telah menancap (engaged ) pada pintu atas panggul.
2. Penurunan
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul.
Penurunan terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan
amnion, tekanan langsung kontraksi fundus pada janin, dan kontraksi
diafragma serta otototot abdomen ibu pada tahap kedua persalinan.
3. Fleksi
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding
panggul atau dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan
dagu didekatkan kearah dada janin.
4. Putaran paksi dalam
yang
Diperlukan
3. Persiapan Rujukan
4. Memberikan Asuhan Sayang Ibu. Asuhan sayang ibu selama
persalinan termasuk:
- Memberikan dukungan emosional
- Membantu pengaturan posisi ibu
- Memberikan cairan dan nutrisi
- Keleluasan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur
- Pencegahan infeksi
5. Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan
utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
- Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
-
yang
diberikan,
pemeriksaan
laboratorium,
Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan
merupakan elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus
digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis.
Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau,
mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan
persalinan
kepada
ibu
dan
proses
kelahiran
Pengertian
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan
pada multipara kurang dari 5 cm (Sinopsis Obstetri, 2002: 255-256).
Waktu sejak terjadinya pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim
disebut kejadian ketubab pecah dini (periode laten). Kondisi ini merupakan
penyebab terbesar persalinan premature dengan segala akibatnya. Sebagian besar
ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu, sedangkan
kejadian pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu tidak terlalu banyak.
2.2.2 Etiologi
1. Serviks Inkompetensia
Serviks inkompetensia adalah istilah untuk menyebut kelainan pada
otot-otot leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka di tengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan
janin yang semakin besar.
2. Peninggian Tekanan intra uterin
Tekanan intrauterine yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya:
a. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b. Gemelli : Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih
pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan Rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi
karena jumlahnya berlebihan, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput
ketuban) relative kecil sedangkan di bagian bawah tidak ada yang menahan
sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah (abdul Bari,
Saifudin, 2002)
c. Makrosomia : Berat badan neonates >4000gram. Kehamilan dengan
makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi
dan menyebabkan tekanan pada intrauterine bertambah sehingga menekan
selaput ketuban, menyebabkan selaput ketuban menjadi teregang, tipis, dan
kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban
mudah pecah (Winkjosastro, Hanifah, 1991)
d. Hidramnion : Misalnya pada letak sungsang dan lintang
3. Korioamnionitis (Infeksi selaput ketuban)
Patofisiologi
Kantung ketuban adalah sebuah kantung berdinding tipis yang berisi
cairan dan janin selama masa kehamilan. Dinding kantung ini terdiri dari dua
bagian. Bagian pertama disebut amnion, terdapat di sebelah dalam. Sedangkan,
bagian kedua, yang terdapat di sebelah luar disebut chorion.
Cairan ketuban adalah cairan yang ada di dalam kantung amnion. Cairan
ketuban ini terdiri dari 98 persen air dan sisanya garam anorganik serta bahan
organik. Cairan ini dihasilkan selaput ketuban dan diduga dibentuk oleh sel-sel
amnion, ditambah air kencing janin, serta cairan otak pada anensefalus. Pada ibu
hamil, jumlah cairan ketuban ini beragam. Normalnya antara 1 liter sampai 1,5
liter. Namun bisa juga kurang dari jumlah tersebut atau lebih hingga mencapai 3-5
liter. Diperkirakan janin menelan lebih kurang 8-10 cc air ketuban atau 1 persen
dari seluruh volume dalam tiap jam. Manfaat air ketuban Pada ibu hamil, air
ketuban ini berguna untuk mempertahankan atau memberikan perlindungan
terhadap bayi dari benturan yang diakibatkan oleh lingkungannya di luar rahim.
Selain itu air ketuban bisa membuat janin bergerak dengan bebas ke segala arah.
Tak hanya itu, manfaat lain dari air ketuban ini adalah untuk mendeteksi jenis
kelamin, memerikasa kematangan paru-paru janin, golongan darah serta rhesus,
dan kelainan kongenital (bawaan), susunan genetiknya, dan sebagainya. Caranya
yaitu dengan mengambil cairan ketuban melalui alat yang dimasukkan melalui
dinding perut ibu.
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai
berikut :
a. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi, bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat
lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
b. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler
korion dan trofoblas. sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol
oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika
ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin,
menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen
pada selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan
mudah pecah spontan.
2.2.4
Diagnosis
Diagnosis pada kasus KPD:
1. Keluarnya cairan ketuban / ketuban pecah tiba-tiba
2. Cairan tampak di introitus
3. Tidak ada his dalam 1 jam (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, 2002: M-113).
Cara menentukan ketuban sudah pecah, antara lain dengan
1. Memeriksa cairan yang keluar bila berisi meconium, verniks caseosa,
rambut lanugo, atau bila terinfeksi berbau
2. Dengan spekulo DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo, perhatikan
apakah memang air ketuban keluar dari canalis servikalis dan apakah
4.
c. Persalinan premature
d. Meningkatnya insiden sectio secarea dan gagalnya persalinan normal
2.2.6 Penatalaksanaan KPD
Sebelumnya, lakukan hal-hal berikut:
1. Pastikan diagnosis
Selain melihat adanya cairan yang keluar, kepastian diagnose dapat
ditunjang dengan melakukan pemeriksaan ultrasound (USG). Ketuban
pecah dini dapat ddikonfirmasikan dengan adanya oligohidramnion.
2. Tentukan umur kehamilan
3. Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
4. Apakah dalam keadaan inpartu atau terdapat kegawatan janin. Tandatanda infeksi diantaranya bila suhu ibu > 38 C, serta air ketuban yang
keruh dan berbau. Kondisi janin dapat diperiksa dengan mendengarkan
denyut jantung janin (DJJ) atau dengan NST (non stress test) untuk
menentukan kesejahteraan janin dalam Rahim.
Menurut Mansjoer, 2002 terapi ketuban pecah dini adalah :
a. Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm atau preterm dengan atau
tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit
b. Bila janin hidup dan terdapat prolaps tali pusat, pasien dirujuk dengan
posisi panggul lebih tinggi dari badannya. Kalau perlu kepala janin
didorong ke atas dengan 2 jari agar tali pusat tidak tertekan kepala janin
c. Bila ada demam atau dikhawatirkan terjadi infeksi atau ketuban pecah
lebih dari 6 jam, berikan antibiotik
d. Pada kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan konservatif
yaitu tirah baring dan berikan sedative, antibiotic selama 5 hari,
glukokortikosteroid dan tokolisis, namun bila terjadi infeksi maka
akhiri kehamilan
e. Pada kehamilan 33-35 minggu, lakukan terapi konservatif selama 24
jam lalu induksi persalinan. Bila terjadi infeksi maka akhiri kehamilan
f. Pada kehamilan lebih dari 36 minggu, bila ada his, pimpin persalinan
dan lakukan akselerasi bila ada inersia uteri. Bila tidak ada his, lakukan
induksi persalinan bila ketuban pecah kurang dari 6 jam dan bishop
score kurang dari 5 atau ketuban pecah lebih dari 6 jam dan bishop
score lebih dari 5, section cesaria bila ketuban pecah lebih dari 5 jam
dan bishop score kurang dari 5. Tindakan yang paling tepat pada
kehamilan aterm adalah dengan mengakhiri persalinan begitu diagnosis
ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
Bila umur kehamilan sudah 32-34 minggu masih keluar, maka pada
usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi
kehamilan
Nilai tanda-tanda infeksi
Pada umur kahamilan 32-34 minggu berikan steroid selama 7 hari
untuk memacu kematangan paru janin dan bila memungkinkan
cesaria
bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan
terminasi persalinan
Bila bishop score kurang dari 5, akhiri persalinan dengan section
cesaria
Bila bishop score lebih dari 5, induksi persalinan dan partus
pervaginam
- Bila ada infeksi berat maka lakukan section cesaria
2.2.6.1 Penatalaksanaan KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu
(preterm)
BAB 3
KERANGKA KONSEP ASUHAN KEBIDANAN
3.1 Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisir pikiran serta tindakan berdasarkan teori
yang ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan
untuk mengambil keputusan yang berfokus pada ibu.
3.2 Tujuan
Memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu bersalin dengan
PRM dengan memperhatikan riwayat sebelum dan selama kehamilan.
3.3 Langkah-langkah
I.
Pengkajian Data
Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data dalam bentuk data
subjektif, data objektif, dan data penunjang yang akan memberikan gambaran
keadaan kesehatan ibu.
Tanggal
Mengetahui tanggal pengkajian saat ini
Jam/ Waktu Kunjungan
7. Suku/ Bangsa:
Dikaji Untuk mengetahui budaya dan nilai yang dianut, sehingga
memudahkan komunikasi dan pemberian asuhan.
Keluhan Utama
Keluhan yang biasanya dialamai oleh ibu hamil yang mengalami kehamilan
dengan ketuban pecah dini, seperti:
a. Keluarnya cairan ketuban / ketuban pecah tiba-tiba
b. Cairan tampak di introitus
c. Tidak ada his dalam 1 jam
Alasan Kunjungan
Dikaji Untuk mengetahui apakah alasan ibu berkunjung dan apakah sudah
pernah mendapatkan asuhan kebidanan sebelumnya. Apakah ibu termasuk
pasien rujukan. Informasi ini penting untuk mengetahui masalah yang
dihadapi oleh ibu.
Riwayat Menstruasi
Meliputi menarche, siklus haid, lama haid, sifat darah, banyak darah.
Anamnesa haid memberikan kesan pada kita tentang faal alat kandungan.
(Sastrawinata, 1983).
Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
Mengkaji adanya kemungkinan gangguan obstetrik pada kehamilan,
persalinan, dan nifas yang lalu. Pengkajian meliputi :
Penyulit
Laktasi
TT/BB
Nifas
H/M Umur
Kelamin
Jenis
Anak
Penyulit
Cara
Tempat
Penolong
Persalinan
Penyulit
Suami Ke
Usia
No
Ke-
Hamil
keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada
penyakit keluarga yang menyertainya (Ambarwati, 2008).
Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1. Pola nutrisi
Dikaji Untuk mengetahui apakah kebutuhan nutrisi terpenuhi selama masa
persalinan dan sebelum persalinan yang berpengaruh pada proses
persalinan ibu, untuk mengetahui kapan ibu makan terakhir sebelum
menjalani proses persalinan.
Makan: kualitas dan kuantitas makanan, normalnya 3x/hari dengan jenis
umumnya (nasi, sayur, lauk pauk, buah)
Minum: normalnya sekitar 8 gelas/hari (teh, susu, air putih).
2. Pola istirahat
Bidan perlu menggali informasi mengenai kebiasaan istirahat pada klien
supaya bidan mengetahui hambatan yang mungkin muncul yang dapat
mengganggu proses persalinan saat ini, dan untuk mengetahui selama di
rumah sakit tidur terakhir kapan, dapat tidur dengan nyenyak atau
terganggu.
Tidur siang normalnya 1 2 jam/hari.
Tidur malam normalnya 6-8 jam/hari.
Kualitas tidur nyenyak dan tidak terganggu.
3. Pola aktifitas
Dikaji Untuk mengetahui aktifitas ibu sebelum masuk rumah sakit apakah
aktifitas klien bekerja dengan beban kerja tinggi / kegiatan fisik yang
memberatkan klien yang dapat mempengaruhi terjadinya penyulit atau
komplikasi pada kehamilan dan persalinan serta untuk mengetahui
aktivitas ibu setelah masuk di rumah sakit.
4. Pola eliminasi
Dikaji Untuk mengetahui apakah ada perubahan BAB dan BAK sebelum
dan setelah klien masuk rumah sakit, untuk mengetahui kapan terakhir ibu
BAK dan BAB.
BAK: normalnya 6 8x/hari, jernih, bau khas.
BAB: normalnya kurang lebih 1x/hari, konsistensi lembek, warna kuning.
5. Personal hygiene
TTV :
-
Tekanan Darah
:
Tekanan darah normal antara 110-120 mmHg. Pemeriksaan tekanan darah
dilakukan untuk mendeteksi adanya preeklampsi (jika tekanan darah
140/90 mmHg).
Suhu
:
Normalnya 36,5 37,50C. Pemeriksaan suhu dilakukan untuk mengetahui
adanya tanda -tanda infeksi karena pada ibu bersalin dengan PRM rentang
terjadi infeksi. Jika suhu > 380C dianggap tidak normal dan merupakan
Muka
Menilai apakah ada oedem pada wajah, pucat/tidak, warna sklera dan
konjunctiva untuk mengetahui resiko terjadinya preeklampsi, anemia dan
ikterus pada ibu bersalin.
b.
Leher
Menilai apakah ada pembesaran vena jugularis untuk penapisan kelainan
jantung, kelenjar limfe dan kelenjar thyroid untuk mengetahui apakah ada
infeksi.
c.
Dada
Dilakukan untuk menilai kesimetrisan, kondisi payudara ibu, adakah
massa abnromal dan adanya kolostrum yang keluar. Juga dilakukan
auskultasi dada untuk mendengar apakah ada suara abnormal, seperti
ronkhi, wheezing atau mur-mur.
d.
Abdomen
Meliputi pemeriksaan secara inspeksi untuk melihat bentuk dari abdomen,
adanya striae lividae dan linea nigra, adanya bekas luka oprasi. Untuk
mengetahui TFU dapat diukur dengan menggunakan metlin, untuk
memperkirakan TBJ. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan Leopold untuk
mengetahui letak janin. Leopold I digunakan untuk menentukan bagian
janin yang berada di fundus dan TFU. Leopold II digunakan untuk
menentukan bagian janin yang berada di bagian kiri dan kanan ibu.
Leopold III digunakan untuk menentukan bagian terbawah janin, apakah
bagian terbawah janin sudah masuk PAP atau belum. Leopold IV
digunakan untuk menentukan seberapa jauh bagian terbawah janin sudah
masuk PAP. Perlimaan digunakan untuk mengetahui penurunan bagian
terendah janin bila telah masuk PAP.
Auskultasi dengan funandoskop/ doppler juga dilakukan untuk mengetahui
apakah DJJ normal. DJJ normal antara 120-160 x/menit. Selain itu juga
dilakukan pemeriksaan his untuk mengetahui frekuensi dan kekuatan his.
e.
Genetalia
Dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan di daerah genetalia luar
seperti varices, oedem, condiloma, bekas luka, pembesaran kelenjar
bartholini. Serta untuk mengetahui pengeluaran pervaginam seperti fluor
albus, bloody show, dan cairan ketuban.
Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam atau VT untuk mengetahui keadaan cervix pasien,
sudah terjadi pembukaan berapa cm dan memastikan diagnose pecahnya
ketuban
f.
Ekstremitas
Untuk menilai kesimetrisan dan pergerakan yang bebas dari ekstremitas
atas dan bawah. Selain itu juga perlu diperiksa adanya edem pada daerah
tangan dan kaki yang dapat menjadi indikasi adanya preeklampsi pada
kehamilan. Pada ekstremitas atas, kuku jari juga diperiksa apakah
berwarna pucat atau tidak, karena warna pucat pada kuku dapat
mengindikasikan gangguan sirkulasi pada ibu. Dan juga perlu dilihat
adanya varises pada kaki di daerah pretibial. Pemeriksaan patella juga
penting untuk dilakukan. Normalnya tungkai bawah akan bergerak sedikit
ketika tendon ditekuk. Bila gerakannya berlebihan dan cepat, maka hal ini
mungkin merupakan tanda eklamsia. Bila reflek patella negatif,
kemungkinan pasien mengalami kekurangan B1.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium (Darah) dan USG
Mengetahui kadar hemoglobin pada ibu untuk menentukan apakah terjadi
anemia pada ibu. Ibu yang mengalami anemia sangat membahayakan pada
proses persalinannya. Selain itu pemeriksaan lab juga dilakukan untuk
mengetahui apakah terjadi infeksi pada ibu dyag dapat dilihat dari jumlah
leukosit yang lebih tinggi dari batas normal.
b. Pemeriksaan In Spekulo
Pemeriksaan dengan speculum tampak perembesan cairan dari ostium uteri
eksternum ke dalam forniks posterior, jika tidak ada cairan yang keluar
dapat dirangsang dengan menekan fundus secara lembut atau penderita
diminta untuk batuk agar cairan amnion keluar
c. Pemeriksaan dengan Kertas Lakmus
Pemeriksaan dengan lakmus untuk menegakkan diagnose cairan yang
keluar merupakan ketuban yang telah pecah, bila ketuban sudah pecah
lakmus merah akan berubah menjadi biru (+)
d. Pemeriksaan USG dan NST
Pemeriksaan USG dan NST untuk mengetahui kesejahteraan janin dalam
rahim, misalnya dengan pemeriksaan USG dapat dilihat jumlah cairan
ketuban, apakah semakin berkurang (oligohidramnion). USG juga
digunakan untuk mengetahui apakah terdapat kondisi janin yang dapat
mempengaruhi proses persalinan nantinya.
II.
INTERPRETASI DATA
Identifikasi terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang
benar atas data yang dikumpulkan. Diagnosa kebidanan ini dibuat sesuai
standard nomenklatur kebidanan.
IV.
KEBUTUHAN SEGERA
Langkah ini mencakup tentang kebutuhan akan tindakan yang harus segera
dilakukan untuk mengatasi diagnosa atau masalah potensial yang terjadi agar
tidak terjadi komplikasi.
Tindakan yang diperlukan ibu dengan segera, seperti:
a. Bedrest
b. Pasang Infus
c. Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi antibiotik dan
terminasi kehamilan
d. Pemeriksaan USG dan NST
V.
RENCANA ASUHAN
Tujuan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan persalinan ibu dapat berjalan
lancar tanpa ada komplikasi
Kriteria Hasil
Keadaan umum ibu dan janin baik
Tanda-tanda vital dalam batas normal
TD
: 120/80 mmHg, stabil
N
: 60 100 kali/menit
S
: 36,5 37,50C
RR
: 16 24 kali/menit
DJJ (+) 120-160 kali/menit
His adekuat dan sering, his 3-5 kali, lebih dari 40 detik dalam 10 menit
multipara
Ibu memahami kondisinya dengan mampu menjelaskan apa yang terjadi
pada dirinya dan kooperatif dengan penanganan persalinan yang diberikan
oleh bidan
Intervensi
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada klien agar terbina hubungan baik
antara klien dan petugas
R/ Dengan terciptanya hubungan baik antara klien dan petugas
diharapkan klien dapat kooperatif dengan petugas sehingga penanganan
dapat dilakukan lebih efektif dan klien dapat merasa lebih tenang.
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
R/ Agar Ibu dan keluarga mengetahui kondisinya saat ini dan tidak terlalu
khawatir.
3. Berikan dukungan psikologis pada klien
R/ Dengan memberikan dukungan psikologis diharapkan klien dan
keluarga dapat merasa tenang dalam menghadapi kondisi persalinannya
saat ini.
4. Berikan KIE agar ibu dalam posisi miring ke kiri agar aliran darah ke
rahim lancar dan persalinan dapat berlangsung lebih lancar dapat terjadi
lebih cepat
R/ Dengan memberikan KIE tentang posisi miring ke kiri diharapkan
proses persalinan ibu dapat berjalan dengan lancar karena kepala bayi
cepat turun ke dalam panggul.
5. Berikan KIE tentang teknis bernafas selama persalinan
R/ Dengan memberikan KIE tentang teknis bernafas selama persalinan
diharapkan ibu memahami teknik pernafasan panjang dan pendek
sehingga
berjalan lancar
6. Berikan KIE tentang cara mengejan yang benar setelah pembukaan
lengkap selama proses persalinan
R/ Dengan mengajarkan cara mengejan yang benar selama persalinan
diharapkan proses persalinan dapat lancar
7. Berikan saran kepada suami dan keluarga agar menemani ibu dan
memijat punggung ibu atau membasuh muka ibu
PELAKSANAAN
Merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan yang telah dibuat sebelumnya.
VII.
EVALUASI
Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif
dalam pelaksanaannya. Meliputi evaluasi tindakan yang dilakukan segera dan
evaluasi asuhan kebidanan yang meliputi catatan perkembangan. Untuk
pencatatan asuhan dapat diterapkan dalam bentuk SOAP. Dan dilihat dari
kriteria hasil yang dicantumkan di rencana asuhan.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
GIIP1001Ab000UK 39-40 MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP
INTRAUTERIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI
I.
Tanggal pengkajian
: 20 juni 2015
Waktu pengkajian
: 14.00 WIB
Tempat pengkajian
: Puskesmas Turen
PENGKAJIAN DATA
A Data Subyektif
a) Identitas
Nama klien
: Ny. L
Umur
: 22 tahun
Umur
Pendidikan
: SMP
Pendidikan
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
Suku bangsa
: Jawa
Agama
: Islam
Agama
Alamat
: Sananrejo 41/8
b) Keluhan Utama
Ibu mengatakan keluar cairan sejak pukul 13.00
c)
: 33 tahun
Riwayat Obstetri
1. Riwayat Menstruasi
Menarche
: 13 tahun
Siklus
: 30 hari
Lama haid
: 6 hari
: SMP
: Swasta
: Islam
Banyak darah
Dismenorrhoe
Fluor albus
: tidak ada
Umur
Anak
1.
3 thn
UK
(bln
)
9
Jenis
persalinan
normal
Tempat
Persalinan
Komplikasi
Ibu
Bayi
Bidan
Praktek
Mandiri
Tidak
ada
Tidak
ada
Peno
long
JK
Bidan
Bayi
PB/BB
49 cm/
2900 gr
kead
aan
baik
Keada
an
baik
HAMIL INI
HPHT : 15-9-2014
ANC :
TM 1
TM 2
TM 3
: 3 kali, keluhan : -
Tempat
Status imunisasi TT
:Lengkap
d) Riwayat Pernikahan
e)
Riwayat Perkawinan
: 1 kali
:19 tahun
f)
Riwayat Kesehatan
1 Riwayat kesehatan ibu yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami penyakit hipertensi, malaria, DM,
penyakit jantung, penyakit paru-paru, dan sakit kuning
2 Riwayat kesehatan ibu sekarang
Nifas
Laktasi
Ya (+)
B Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: composmetis
Tanda vital
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 86 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: 36,9 C
Antropometri
Tinggi badan
: 155 cm
: 88 kg
BB sebelum hamil
: 76 kg
Lila
: 35 cm
Taksiran Persalinan
: 22 6 - 2015
:39-40 minggu
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Wajah
Mata
c. Dada/Payudara
Kanan
Kiri
a. Tidak ada
pembengkakan
b. Simetris
c. Terdapat
Hiperpigmentasi Areola
d. Putting susu menonjol
e. Kolostrum/ASIsudah
keluar sedikit, warna
putih kekuningan
d. Abdomen
Inspeksi
Pembesaran abdomen membujur,
kecil
pada
perut
kanan
(kesan
sebelah
: divergen
: 10.2.20
: punctum maksimum di kuadran kiri bawah
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab
Tanggal
: 20 Juni 2015
Pukul
: 14.15 WIB
Diagnosa
HPHT :15/9/2014
Data Obyektif
Keadaan Umum: baik
Kesadaran
: composmetis
Tensi : 110/70 mmHg, nadi : 86 x/menit, suhu : 36,5 0C, napas : 20 x/menit
Palpasi
- Leopold I
: teraba bulat lunak tidak melenting (kesa
bokong), TFU pertengahanprocessus xiphiodeus-pusat
- Leopold II
: teraba bagian keras seperti papan di
sebelah kiri (kesan punggung), bagian kecil sebelah kanan
- Leopold III
- Leopold IV
(kesan ekstremitas)
:teraba bulat keras melenting (kesan kepala)
: kepala sudah masuk PAP, divergen
DJJ
TBJ
: 2790 gr
Masalah :Kebutuhan
:-
: 20 Juni 2015
Pukul
: 10.10
Diagnosa
Kriteria hasil :
kondisi
bayinya
sekarang
Intervensi :
1) Lakukan pendekatan terapeutik pada klien agar terbina hubungan
baik antara klien dan petugas
R/ Dengan terciptanya hubungan baik antara klien dan petugas
diharapkan klien dapat kooperatif dengan petugas sehingga
penanganan dapat dilakukan lebih efektif dan ibu dapat merasa
lebih tenang.
2) Jelaskan kondisi
ibu
dan
janin
saat
ini
berdasarkan
hasil
pemeriksaan kondisi ibu dan bayi nya baik, tetapi karena ketuban
pecah sebelum adanya tanda tanda persalinan sehingga harus
dilakukan rujukan untuk menghindari komplikasi
R/ Agar Ibu dan keluarga mengetahui kondisinya saat ini dan tidak
terlalu khawatir, ibu dan keluarga setuju dialakukan rujukan
3) Berikan KIE agar ibu dalam posisi miring ke kiri sambil menunggu
persiapan rujukan
R/ Dengan memberikan KIE tentang posisi miring ke kiri diharapkan
kondisi janin tetap baik
4) Pasang infus RL
R/ Mencegah terjadinya dehidrasi pada ibu
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal
1) Melakukan
pendekatan
terapeutik
pada
klien
agar
terbina
VII.
Evaluasi
Tanggal
: 20 Juni 2015
Pukul : 18.30
S : ibu
O:
Keadaan umum
Kesadaran
Tensi
Nadi
: Baik
: compossmetis
: 110/70 mmHg
: 88 x/menit
Suhu
: 38,20C
Napas
: 20 x/menit
DJJ
: 152 x/menit, regular
v/v pembukaan 1 cm, letak kepala, ketuban (-) jernih merembes, H1
A :GIIP1001Ab000janin tunggal hidup intrauterine dengan kpd
P:
1.
2.
Mempersiapkan rujukan
E/ kelengkapan berkas, keluarga pasien sudah siap
Memberikan terapi amoxilin 500 gram
E/ ibu sudah meminum amoxilin
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal
: 20 Juni 2015
Pukul : 19.00
S : ibu
O:
Keadaan umum
Kesadaran
Tensi
Nadi
Suhu
Napas
DJJ
: Baik
: compossmetis
: 110/70 mmHg
: 88 x/menit
: 380C
: 20 x/menit
: 154 x/menit, regular