Vous êtes sur la page 1sur 33

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Persalinan
2.1.1

Pengertian Persalinan
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala berlangsung dalam 18-24 jam tanpa komplikasi baik
pada ibu ataupun pada janin (Saifuddin, 2009).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar secara spontan tanpa
bantuan alat dan tidak melukai ibu dan janin yang berlansung sekitar 18-24 jam,
dengan letak janin belakang kepala (Varney, Kriebs, & Gegor, 2003).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. Ibu belum in partu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan serviks (JNPK-KR/POGI, 2008).
2.1.2 Tanda- Tanda Persalinan
1. Tanda Permulaan Persalinan
a. Lightening yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul (PAP)
terutama pada primi para.
b. Perut kelihatan lebih besar /melebar, fundus uteri menurun.
c. Pola kesuria dan sasuk miksi karena kandung kemih tertekan
bagian bawah janin.
d. False labair pain yaitu perasaan sakit diperut dan pinggang karena
adanya kontraksi lemah dari uterus.
e. Serviks menjadi lembek, mendatar dan mengeluarkan sekresi
lendir, darah dari vagina (bloody show) (Mochtar, 1998).
2. Tanda dan Gejala Inpartu

a. Kekuatan his bertambah, makin sering terjadi dan teratur dengan


jarak kontraksi makin pendek sehingga menimbulkan rasa sakit
yang lebih hebat.
b. Keluar lendir bercampur darah (show) lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks.
c. Kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pada pemeriksaan dalam serviks mulai mendatar dan pembukaan
lengkap
e. Penipisan dan pembukaan serviks
f. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi
2.1.3

minimal 2 kali dalam 10 menit) (Mochtar, 1998)


Kala Dalam Persalinan
1. Kala I
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang

teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka


lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri atas dua fase, yaitu fase laten dan
fase aktif. Proses ini berlangsung antara 18-24 jam ,terbagi dalam 2 fase yaitu:
a. Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Dimulai sejak awal berkontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap. Pembukaan
terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
b. Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu :
1) Fase akselerasi: dalam waktu 3 jam pembukaan 3cm tersebut menjadi 4cm
2) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat
cepat dari 4 cm menjadi 9 cm
3) Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun
terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih
pendek. Kala I selesai apabila pembukaan seviks uteri telah lengkap. Pada
primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multigravida
kira-kira 7 jam.
2. Kala II
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai
3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini janin sudah masuk ruang panggul,
maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara
reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada rectum

dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi
lebar dengan anus membuka, labia mulai membuka dan tidak lama kemudian
kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih
berelaksasi, kepala tidak masuk lagi di luar his, dengan his dan kekuatan
mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis
dan dahi, muka, dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai
lagi untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada primi gravida kala II
berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.
3. Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas
pusat. Beberapa menit kemudian uterus kontraksi lagi untuk melepas plasenta dari
dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir
dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta
disertai dengan pengeluaran darah.
4. Kala IV
Dimulai saat plasenta lahir sampai 2 jam pertama post partum.
Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Rata-rata
perdarahan normal adalah 250 cc. Perdarahan persalinan yang lebih dari 500cc
adalah perdarahan abnormal (Prawirohardjo, 2009).
2.1.4 Mekanisme Persalinan Normal
1. Engagement
Bila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul, kepala
dikatakan telah menancap (engaged ) pada pintu atas panggul.
2. Penurunan
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul.
Penurunan terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan
amnion, tekanan langsung kontraksi fundus pada janin, dan kontraksi
diafragma serta otototot abdomen ibu pada tahap kedua persalinan.
3. Fleksi
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding
panggul atau dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan
dagu didekatkan kearah dada janin.
4. Putaran paksi dalam

Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika.


Setiap kali terjadi kontraksi kepala janin diarahkan ke bawah lengkung
pubis, dan kepala hampir selalu berputar saat mencapai otot panggul.
5. Ekstensi
Saat kepala janin mancapai perineum, kepala akan defleksi ke arah
anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan
bawah simfisis pubis, kemudian kepala muncul keluar akibat ekstensi.
6. Restitusi dan putaran paksi luar
Restitusi adalah gerakan berputar setelah kepala bayi lahir hingga
mencapai posisi yang sama dengan saat ia memasuki pintu atas.
Putaran paksi luar terjadi saat bahu engaged dan turun dengan gerakan
mirip dengan gerakan kepala.
7. Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu
dan badan bayi di keluarkan dengan gerakan fleksi lateral kearah
2.1.5

simfisis pubis (Prawirohardjo, 2009).


Persiapan Asuhan Persalinan
1. Mempersiapkan Ruangan untuk Persalinan dan Kelahiran Bayi
2. Persiapan Perlengkapan, Bahan-bahan dan Obat-obatan

yang

Diperlukan
3. Persiapan Rujukan
4. Memberikan Asuhan Sayang Ibu. Asuhan sayang ibu selama
persalinan termasuk:
- Memberikan dukungan emosional
- Membantu pengaturan posisi ibu
- Memberikan cairan dan nutrisi
- Keleluasan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur
- Pencegahan infeksi
5. Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan
utama dari penggunaan partograf adalah untuk:
- Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
-

pembukaan serviks melalui periksa dalam.


Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan
terjadinya partus lama.

Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,


kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan
medikamentosa

yang

diberikan,

pemeriksaan

laboratorium,

membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan


dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam
medik ibu bersalin dan bayi baru lahir
Partograf harus digunakan:
-

Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan
merupakan elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus
digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis.
Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau,
mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan

dengan penyulit maupun yang tidak disertai dengan penyulit.


Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah,

puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).


Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan
asuhan

persalinan

kepada

ibu

dan

proses

kelahiran

bayinya (Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Uumum, Residen dan


Mahasiswa Kedokteran).
Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu dan
bayinya mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu
serta membantu mencegah terjadinya penyulit (JNPK-KR/POGI,
2008).

2.2 Ketuban Pecah Dini (KPD)


2.2.1

Pengertian
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum

persalinan (Prawirohardjo, 2010: 677). Ketuban pecah dini adalah pecahnya


ketuban sebelum inpartu terdapat tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam
belum terjadi inpartu (Manuaba, 2006: 119). KPD (PROM) adalah pecahnya

ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan
pada multipara kurang dari 5 cm (Sinopsis Obstetri, 2002: 255-256).
Waktu sejak terjadinya pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim
disebut kejadian ketubab pecah dini (periode laten). Kondisi ini merupakan
penyebab terbesar persalinan premature dengan segala akibatnya. Sebagian besar
ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu, sedangkan
kejadian pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu tidak terlalu banyak.
2.2.2 Etiologi
1. Serviks Inkompetensia
Serviks inkompetensia adalah istilah untuk menyebut kelainan pada
otot-otot leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka di tengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan
janin yang semakin besar.
2. Peninggian Tekanan intra uterin
Tekanan intrauterine yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini, misalnya:
a. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
b. Gemelli : Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih
pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan Rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi
karena jumlahnya berlebihan, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput
ketuban) relative kecil sedangkan di bagian bawah tidak ada yang menahan
sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah (abdul Bari,
Saifudin, 2002)
c. Makrosomia : Berat badan neonates >4000gram. Kehamilan dengan
makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi
dan menyebabkan tekanan pada intrauterine bertambah sehingga menekan
selaput ketuban, menyebabkan selaput ketuban menjadi teregang, tipis, dan
kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban
mudah pecah (Winkjosastro, Hanifah, 1991)
d. Hidramnion : Misalnya pada letak sungsang dan lintang
3. Korioamnionitis (Infeksi selaput ketuban)

Biasanya disebabkan oleh penyebaran organisme vagina. Dua faktor


predisposisi terpenting adalah pecahnya selaput ketuban > 24 jam dan persalinan
lama
4. Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang
menyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkan
terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk preteolitik
sehingga memudahkan ketuban pecah.
2.2.3

Patofisiologi
Kantung ketuban adalah sebuah kantung berdinding tipis yang berisi

cairan dan janin selama masa kehamilan. Dinding kantung ini terdiri dari dua
bagian. Bagian pertama disebut amnion, terdapat di sebelah dalam. Sedangkan,
bagian kedua, yang terdapat di sebelah luar disebut chorion.
Cairan ketuban adalah cairan yang ada di dalam kantung amnion. Cairan
ketuban ini terdiri dari 98 persen air dan sisanya garam anorganik serta bahan
organik. Cairan ini dihasilkan selaput ketuban dan diduga dibentuk oleh sel-sel
amnion, ditambah air kencing janin, serta cairan otak pada anensefalus. Pada ibu
hamil, jumlah cairan ketuban ini beragam. Normalnya antara 1 liter sampai 1,5
liter. Namun bisa juga kurang dari jumlah tersebut atau lebih hingga mencapai 3-5
liter. Diperkirakan janin menelan lebih kurang 8-10 cc air ketuban atau 1 persen
dari seluruh volume dalam tiap jam. Manfaat air ketuban Pada ibu hamil, air
ketuban ini berguna untuk mempertahankan atau memberikan perlindungan
terhadap bayi dari benturan yang diakibatkan oleh lingkungannya di luar rahim.
Selain itu air ketuban bisa membuat janin bergerak dengan bebas ke segala arah.
Tak hanya itu, manfaat lain dari air ketuban ini adalah untuk mendeteksi jenis
kelamin, memerikasa kematangan paru-paru janin, golongan darah serta rhesus,
dan kelainan kongenital (bawaan), susunan genetiknya, dan sebagainya. Caranya
yaitu dengan mengambil cairan ketuban melalui alat yang dimasukkan melalui
dinding perut ibu.
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai
berikut :

a. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi, bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat
lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
b. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler
korion dan trofoblas. sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol
oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika
ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin,
menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen
pada selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan
mudah pecah spontan.
2.2.4

Diagnosis
Diagnosis pada kasus KPD:
1. Keluarnya cairan ketuban / ketuban pecah tiba-tiba
2. Cairan tampak di introitus
3. Tidak ada his dalam 1 jam (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, 2002: M-113).
Cara menentukan ketuban sudah pecah, antara lain dengan
1. Memeriksa cairan yang keluar bila berisi meconium, verniks caseosa,
rambut lanugo, atau bila terinfeksi berbau
2. Dengan spekulo DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo, perhatikan
apakah memang air ketuban keluar dari canalis servikalis dan apakah
4.

ada baguan yang sudah pecah


Menggunakan kertas lakmus, bila biru (basa) berarti air ketuban, bila

merah (asam) berarti air kemih (urin)


5. Pemeriksaan pit fornikel posterior pada KPD adalah basa (air ketuban)
6. Pemeriksaan histopatologi air (ketuban)
7. Aborization dan sitology air ketuban
2.2.5 Pengaruh KPD
1. Pengaruh KPD terhadap janin :
a. Infeksi neonatal atau sepsis neonatorum
Bila ketuban pecah lebih dari 24 jam maka kejadian sepsis pada bayi
meningkat 1% dan bila disertai korioamnionitis maka kejadian sepsis
meningkat menjadi 4 kali.
b. Hipoksia karena kompresi tali pusat atau fetal distress
c. Deformitas janin
2. Pengaruh KPD terhadap ibu :
a. Infeksi intrapartum, apalagi bila sering dilakukan pemeriksaan dalam
b. Infeksi puerpuralis (nifas) dan peritonitis

c. Persalinan premature
d. Meningkatnya insiden sectio secarea dan gagalnya persalinan normal
2.2.6 Penatalaksanaan KPD
Sebelumnya, lakukan hal-hal berikut:
1. Pastikan diagnosis
Selain melihat adanya cairan yang keluar, kepastian diagnose dapat
ditunjang dengan melakukan pemeriksaan ultrasound (USG). Ketuban
pecah dini dapat ddikonfirmasikan dengan adanya oligohidramnion.
2. Tentukan umur kehamilan
3. Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
4. Apakah dalam keadaan inpartu atau terdapat kegawatan janin. Tandatanda infeksi diantaranya bila suhu ibu > 38 C, serta air ketuban yang
keruh dan berbau. Kondisi janin dapat diperiksa dengan mendengarkan
denyut jantung janin (DJJ) atau dengan NST (non stress test) untuk
menentukan kesejahteraan janin dalam Rahim.
Menurut Mansjoer, 2002 terapi ketuban pecah dini adalah :
a. Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm atau preterm dengan atau
tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit
b. Bila janin hidup dan terdapat prolaps tali pusat, pasien dirujuk dengan
posisi panggul lebih tinggi dari badannya. Kalau perlu kepala janin
didorong ke atas dengan 2 jari agar tali pusat tidak tertekan kepala janin
c. Bila ada demam atau dikhawatirkan terjadi infeksi atau ketuban pecah
lebih dari 6 jam, berikan antibiotik
d. Pada kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan konservatif
yaitu tirah baring dan berikan sedative, antibiotic selama 5 hari,
glukokortikosteroid dan tokolisis, namun bila terjadi infeksi maka
akhiri kehamilan
e. Pada kehamilan 33-35 minggu, lakukan terapi konservatif selama 24
jam lalu induksi persalinan. Bila terjadi infeksi maka akhiri kehamilan
f. Pada kehamilan lebih dari 36 minggu, bila ada his, pimpin persalinan
dan lakukan akselerasi bila ada inersia uteri. Bila tidak ada his, lakukan
induksi persalinan bila ketuban pecah kurang dari 6 jam dan bishop
score kurang dari 5 atau ketuban pecah lebih dari 6 jam dan bishop
score lebih dari 5, section cesaria bila ketuban pecah lebih dari 5 jam
dan bishop score kurang dari 5. Tindakan yang paling tepat pada
kehamilan aterm adalah dengan mengakhiri persalinan begitu diagnosis

ditegakkan.lakukan observasi dalam 6 jam dengan melakukan


pemeriksaan dalam dan menilai his. Bila his timbul (inpartu) observasi
sampai pembukaan lengkap. Bila pembukaan belum lengkap beri
oksitosin drip bila tidak ada kontra indikasi tertentu. Bila his belum
muncul langsung beri oksitosin drip. Sebaiknya hanya satu kolf dan bila
ada kemajuan nyata diteruskan dengan kolf kedua. Bila his mula-mula
positif lalu negatif pada fase aktif, maka tunggu dua jam lagi. Bila drip
oktitosin gagal maka indikasi untuk seksio sesaria.
Terapi ketuban pecah dini adalah
a. Terapi konservatif
- rawat di Rumah sakit
- antibiotika jika ketuban pecah lebih dari 6 jam
- pada umur kehamilan kurang dari 32 minggu, dirawat selama air
-

ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
Bila umur kehamilan sudah 32-34 minggu masih keluar, maka pada
usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi

kehamilan
Nilai tanda-tanda infeksi
Pada umur kahamilan 32-34 minggu berikan steroid selama 7 hari
untuk memacu kematangan paru janin dan bila memungkinkan

perikasa kadar lesitin dan spingomyelin tiap minggu


b. Terapi Aktif
- kehamilan lebih dari 36 minggu, bila 6 jam belum terjadi persalinan
-

maka induksi dengan oksitosin, bila gagal lakukan section cesaria


pada keadaan DKP, letak lintang terminasi kehamilan dengan section

cesaria
bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan

terminasi persalinan
Bila bishop score kurang dari 5, akhiri persalinan dengan section

cesaria
Bila bishop score lebih dari 5, induksi persalinan dan partus

pervaginam
- Bila ada infeksi berat maka lakukan section cesaria
2.2.6.1 Penatalaksanaan KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu
(preterm)

Menghadapi KPD pada kehamilan preterm, kebanyakan ahli


sependapat untuk bersikap konservatif, yaitu menunggu sampai terjadi
persalinan spontan kecuali terjadi komplikasi yang mengharuskan
kehamilan segera diakhiri. Komplikasi yang dimaksud adalah infeksi
(korioamnionitis) yang ditandai dengan kenaikan temperature badan
ibu, nyeri tekan pada abdomen bagian bawah, discharge vagina yang
berbau busuk dan leukositosis
Pasien preterm dengan KPD dirawat di rumah sakit, berikan
antibiotic (ampisilin 4x500mg atau eritromisin bila tidak tahan dengan
ampisilin dan metronidazole 2x500mg selama 7 hari). Jika umur
kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban keluar. Jika usia
kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa
negative beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu. Jika usia
kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan
induksi, nilai tanda-tanda infeksi. Pada usia kehamilan 32-37 minggu
berikan steroid untuk memicu kematangan paru janin, dan bila
memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.
Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari,
deksametason IM 5mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
2.2.6.2 Penatalaksanaan KPD setelah usia kehamilan 37 minggu (aterm)
Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal,
seksio secarea. Dapat pula diberikan misoprostol (25 g - 50g
intravaginal tiap 6 jam, maksimal 4 kali). Bila ada tanda-tanda infeksi,
berikan antibiotic dosis tinggi dan kehamilan diakhiri.
1. Bila skor pelvik <5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi.
2.

Jika tidak berhasil, lakukan seksio secarea.


Bila skor pelvik >5, induksi persalinan

BAB 3
KERANGKA KONSEP ASUHAN KEBIDANAN
3.1 Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisir pikiran serta tindakan berdasarkan teori
yang ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan
untuk mengambil keputusan yang berfokus pada ibu.
3.2 Tujuan
Memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu bersalin dengan
PRM dengan memperhatikan riwayat sebelum dan selama kehamilan.
3.3 Langkah-langkah
I.

Pengkajian Data
Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data dalam bentuk data
subjektif, data objektif, dan data penunjang yang akan memberikan gambaran
keadaan kesehatan ibu.
Tanggal
Mengetahui tanggal pengkajian saat ini
Jam/ Waktu Kunjungan

Mengetahui waktu kunjungan


Oleh
Mengetahui siapa yang akan melakukan anamnesa pada pengkajian tersebut
Tempat
Mengetahui tempat dilakukan pengkajian
a. DATA SUBJEKTIF
Identitas Ibu dan Suami
1. Nama Ibu:
Dikaji Untuk menghindari kesalahan dalam memberikan asuhan.
Menggunakan nama inisial.
2. Umur Ibu:
Dikaji Untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alatalat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap.
Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan
dalam masa nifas (Ambarwati, 2008). Umur suami mempengaruhi
kematangan serta pengalaman dalam mendampingi ibu selama masa
kehamilan dan persalinan.
3. Pendidikan:
Dikaji Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sehingga mudah dalam
pemberian informasi dan KIE.
4. Pekerjaan:
Dikaji Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena
ini juga mempengaruhi dalam hal gizi pasien tersebut (Ambarwati, 2008).
Selain itu, untuk identifikasi (mengenal) penderita dan menentukan status
sosial ekonominya yang harus kita ketahui; misalnya untuk menentukan
anjuran apa atau pengobatan apa yang akan diberikan (Sastrawinata,
1983).
5. Alamat dan Nomor Telepon:
Dikaji Untuk mempermudah menghubungi klien dan memudahkan
pencarian informasi atau pemeriksaan lanjutan (home visit).
6. Agama:
Dikaji Untuk memberikan asuhan yang berkaitan dengan kebiasaankebiasaan yang dilakukan klien sesuai dengan agamanya.

7. Suku/ Bangsa:
Dikaji Untuk mengetahui budaya dan nilai yang dianut, sehingga
memudahkan komunikasi dan pemberian asuhan.
Keluhan Utama
Keluhan yang biasanya dialamai oleh ibu hamil yang mengalami kehamilan
dengan ketuban pecah dini, seperti:
a. Keluarnya cairan ketuban / ketuban pecah tiba-tiba
b. Cairan tampak di introitus
c. Tidak ada his dalam 1 jam
Alasan Kunjungan
Dikaji Untuk mengetahui apakah alasan ibu berkunjung dan apakah sudah
pernah mendapatkan asuhan kebidanan sebelumnya. Apakah ibu termasuk
pasien rujukan. Informasi ini penting untuk mengetahui masalah yang
dihadapi oleh ibu.
Riwayat Menstruasi
Meliputi menarche, siklus haid, lama haid, sifat darah, banyak darah.
Anamnesa haid memberikan kesan pada kita tentang faal alat kandungan.
(Sastrawinata, 1983).
Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
Mengkaji adanya kemungkinan gangguan obstetrik pada kehamilan,
persalinan, dan nifas yang lalu. Pengkajian meliputi :

Seorang wanita yang sebelumnya pernah hamil mungkin saja khawatir


dirinya akan kembali mengalami komplikasi yang berhubungan dengan
kehamilan sebelumnya. Selain faktor risiko medis atau obstetrik, wanita
mungkin juga memiliki kekhawatiran akibat pengalaman persalinan
sebelumnya, yang terkait dengan persalinan pervaginam versus persalinan
sesaria, penggunaan analgesia, posisi saat melahirkan, dukungan tenaga
pelayanan kesehatan, dan berbagai isu lain yang berkaitan dengan proses

Penyulit

Laktasi

TT/BB

Nifas
H/M Umur

Kelamin

Jenis

Anak
Penyulit

Cara

Tempat

Penolong

Persalinan
Penyulit

Suami Ke

Usia

No

Ke-

Hamil

persalinan. Sangatlah penting untuk meningkatkan kepuasannya terhadap


proses persalinan. Sebaliknya, ia mungkin mendapatkan pengalaman yang
luar biasa pada persalinan sebelumnya dan menginginkan bantuan untuk
memastikan hasil-akhir positif yang sama pada kehamilan mendatang
(Varney, 2007)
Riwayat Kehamilan Saat Ini
Dikaji Untuk mengetahui keluhan-keluhan yang dirasakan klien selama
kehamilan sekarang, gerakan janin (sejak kapan mulai, aktif/tidak, jumlah
gerakan dalam sehari), sudah berapa kali ibu memeriksakan kehamilannya
dan tempat pemeriksaan kehamilan (BPM, puskesmas, dokter atau rumah
sakit), terapi yang sudah didapatkan, status imunisasi TT yang sudah didapat
sehingga dapat diketahui kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi pada
persalinan klien jika ditemukan faktor risiko selama kehamilan.
Riwayat KB yang Digunakan
Dikaji Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi
serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa
(Ambarwati, 2008).
Riwayat Kesehatan Ibu
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit yang diderita pasien pada saat ini yang ada hubungannya dengan
terjadinya PRM (Ambarwati, 2008).
Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan adanya penyakit genetik yang diderita ibu yang dapat
ditularkan atau diturunkan sehingga dapat memperburuk kondisi ibu. Kondisi
tertentu dapat karena genetik, sedangkan yang lainnya bersifat familial atau
berkaitan dengan etnisitas, dan beberapa berkaitan dengan lingkungan fisik
atau sosial tempat keluarga tersebut bertempat tinggal (Salmah, 2006). Data
ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit

keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada
penyakit keluarga yang menyertainya (Ambarwati, 2008).
Pola Kebiasaan Sehari-Hari
1. Pola nutrisi
Dikaji Untuk mengetahui apakah kebutuhan nutrisi terpenuhi selama masa
persalinan dan sebelum persalinan yang berpengaruh pada proses
persalinan ibu, untuk mengetahui kapan ibu makan terakhir sebelum
menjalani proses persalinan.
Makan: kualitas dan kuantitas makanan, normalnya 3x/hari dengan jenis
umumnya (nasi, sayur, lauk pauk, buah)
Minum: normalnya sekitar 8 gelas/hari (teh, susu, air putih).
2. Pola istirahat
Bidan perlu menggali informasi mengenai kebiasaan istirahat pada klien
supaya bidan mengetahui hambatan yang mungkin muncul yang dapat
mengganggu proses persalinan saat ini, dan untuk mengetahui selama di
rumah sakit tidur terakhir kapan, dapat tidur dengan nyenyak atau
terganggu.
Tidur siang normalnya 1 2 jam/hari.
Tidur malam normalnya 6-8 jam/hari.
Kualitas tidur nyenyak dan tidak terganggu.
3. Pola aktifitas
Dikaji Untuk mengetahui aktifitas ibu sebelum masuk rumah sakit apakah
aktifitas klien bekerja dengan beban kerja tinggi / kegiatan fisik yang
memberatkan klien yang dapat mempengaruhi terjadinya penyulit atau
komplikasi pada kehamilan dan persalinan serta untuk mengetahui
aktivitas ibu setelah masuk di rumah sakit.
4. Pola eliminasi
Dikaji Untuk mengetahui apakah ada perubahan BAB dan BAK sebelum
dan setelah klien masuk rumah sakit, untuk mengetahui kapan terakhir ibu
BAK dan BAB.
BAK: normalnya 6 8x/hari, jernih, bau khas.
BAB: normalnya kurang lebih 1x/hari, konsistensi lembek, warna kuning.
5. Personal hygiene

Mengetahui tingkat kebersihan klien dan beberapa kebiasaan yang


dilakukan dalam perawatan kebersihan diri yang dapat mempengaruhi
terjadinya gangguan selama kehamilan dan persalinan. Penyakit infeksi
yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang menyebabkan
infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkan terjadinya
proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk preteolitik sehingga
memudahkan ketuban pecah.
6. Pola hubungan seksual
Mengetahui pola hubungan seksual klien dengan suami selama kehamilan
dan mengetahui waktu terakhir ibu melakukan hubungan seksual dengan
suami karena hubungan seksual merupakan salah satu penyebab terjadinya
PRM.
7. Pola kebiasaan
Dikaji Untuk mengetahui kemungkinan yang mengganggu atau bahkan
memperburuk kondisi ibu. Kebiasaan seperti merokok, minum-minuman
beralkohol, mengkonsumsi obat-obatan psikotropika, maupun kebiasaan
kontak dengan radiasi atau zat kimia dapat menganggu ibu dan bayinya.
Riwayat Biopsikososial
Berisi riwayat perkawinan (kawin, umur dan lama), respon ibu dan keluarga
terhadap kelahiran bayinya, apakah kehamilan ini direncanakan atau tidak
serta berapa lama perkawinan itu berlangsung. Data ini penting digunakan
untuk menentukan asuhan kebidanan yang akan diberikan.
b. DATA OBYEKTIF
Pemeriksaan Umum
Alasan :
mengetahui keadaan umum ibu, kesadaran, TTV, kelainan bentuk badan.
Keadaan umum :
mengetahui status kesehatan ibu.
Kesadaran :
mengetahui adanya penurunan kesadaran pada ibu yang dapat berpengaruh
pada ibu.
TB
: Normal > 145 cm, ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari 145 cm
BB

kemungkinan panggul sempit


: Untuk mengetahui kenaikan berat badan selama kehamilan.
Kenaikan BB normal selama kehamilan yaitu 10-12 kg

TTV :
-

Tekanan Darah
:
Tekanan darah normal antara 110-120 mmHg. Pemeriksaan tekanan darah
dilakukan untuk mendeteksi adanya preeklampsi (jika tekanan darah

140/90 mmHg).
Suhu
:
Normalnya 36,5 37,50C. Pemeriksaan suhu dilakukan untuk mengetahui
adanya tanda -tanda infeksi karena pada ibu bersalin dengan PRM rentang
terjadi infeksi. Jika suhu > 380C dianggap tidak normal dan merupakan

tanda adanya infeksi.


- Nadi
:
Nadi berkisar antara 60-80 kali permenit. Denyut nadi yang cepat dapat
disebabkan oleh infeksi.
- Pernafasan
:
Pemeriksaan respirasi yang pertama adalah pastikan jalan nafas bersih dan
cukup ventilasi. Normalnya 16 24 kali/menit. Respirasi yang meningkat
menandakan ibu mengalami sesak nafas.
Pemeriksaan Fisik
Alasan untuk mengetahui adanya penyulit / kelainan pada ibu
a.

Muka
Menilai apakah ada oedem pada wajah, pucat/tidak, warna sklera dan
konjunctiva untuk mengetahui resiko terjadinya preeklampsi, anemia dan
ikterus pada ibu bersalin.

b.

Leher
Menilai apakah ada pembesaran vena jugularis untuk penapisan kelainan
jantung, kelenjar limfe dan kelenjar thyroid untuk mengetahui apakah ada
infeksi.

c.

Dada
Dilakukan untuk menilai kesimetrisan, kondisi payudara ibu, adakah
massa abnromal dan adanya kolostrum yang keluar. Juga dilakukan
auskultasi dada untuk mendengar apakah ada suara abnormal, seperti
ronkhi, wheezing atau mur-mur.

d.

Abdomen
Meliputi pemeriksaan secara inspeksi untuk melihat bentuk dari abdomen,
adanya striae lividae dan linea nigra, adanya bekas luka oprasi. Untuk
mengetahui TFU dapat diukur dengan menggunakan metlin, untuk
memperkirakan TBJ. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan Leopold untuk
mengetahui letak janin. Leopold I digunakan untuk menentukan bagian
janin yang berada di fundus dan TFU. Leopold II digunakan untuk
menentukan bagian janin yang berada di bagian kiri dan kanan ibu.
Leopold III digunakan untuk menentukan bagian terbawah janin, apakah
bagian terbawah janin sudah masuk PAP atau belum. Leopold IV
digunakan untuk menentukan seberapa jauh bagian terbawah janin sudah
masuk PAP. Perlimaan digunakan untuk mengetahui penurunan bagian
terendah janin bila telah masuk PAP.
Auskultasi dengan funandoskop/ doppler juga dilakukan untuk mengetahui
apakah DJJ normal. DJJ normal antara 120-160 x/menit. Selain itu juga
dilakukan pemeriksaan his untuk mengetahui frekuensi dan kekuatan his.

e.

Genetalia
Dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan di daerah genetalia luar
seperti varices, oedem, condiloma, bekas luka, pembesaran kelenjar
bartholini. Serta untuk mengetahui pengeluaran pervaginam seperti fluor
albus, bloody show, dan cairan ketuban.
Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam atau VT untuk mengetahui keadaan cervix pasien,
sudah terjadi pembukaan berapa cm dan memastikan diagnose pecahnya
ketuban

f.

Ekstremitas
Untuk menilai kesimetrisan dan pergerakan yang bebas dari ekstremitas
atas dan bawah. Selain itu juga perlu diperiksa adanya edem pada daerah
tangan dan kaki yang dapat menjadi indikasi adanya preeklampsi pada
kehamilan. Pada ekstremitas atas, kuku jari juga diperiksa apakah

berwarna pucat atau tidak, karena warna pucat pada kuku dapat
mengindikasikan gangguan sirkulasi pada ibu. Dan juga perlu dilihat
adanya varises pada kaki di daerah pretibial. Pemeriksaan patella juga
penting untuk dilakukan. Normalnya tungkai bawah akan bergerak sedikit
ketika tendon ditekuk. Bila gerakannya berlebihan dan cepat, maka hal ini
mungkin merupakan tanda eklamsia. Bila reflek patella negatif,
kemungkinan pasien mengalami kekurangan B1.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium (Darah) dan USG
Mengetahui kadar hemoglobin pada ibu untuk menentukan apakah terjadi
anemia pada ibu. Ibu yang mengalami anemia sangat membahayakan pada
proses persalinannya. Selain itu pemeriksaan lab juga dilakukan untuk
mengetahui apakah terjadi infeksi pada ibu dyag dapat dilihat dari jumlah
leukosit yang lebih tinggi dari batas normal.
b. Pemeriksaan In Spekulo
Pemeriksaan dengan speculum tampak perembesan cairan dari ostium uteri
eksternum ke dalam forniks posterior, jika tidak ada cairan yang keluar
dapat dirangsang dengan menekan fundus secara lembut atau penderita
diminta untuk batuk agar cairan amnion keluar
c. Pemeriksaan dengan Kertas Lakmus
Pemeriksaan dengan lakmus untuk menegakkan diagnose cairan yang
keluar merupakan ketuban yang telah pecah, bila ketuban sudah pecah
lakmus merah akan berubah menjadi biru (+)
d. Pemeriksaan USG dan NST
Pemeriksaan USG dan NST untuk mengetahui kesejahteraan janin dalam
rahim, misalnya dengan pemeriksaan USG dapat dilihat jumlah cairan
ketuban, apakah semakin berkurang (oligohidramnion). USG juga
digunakan untuk mengetahui apakah terdapat kondisi janin yang dapat
mempengaruhi proses persalinan nantinya.
II.

INTERPRETASI DATA
Identifikasi terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang
benar atas data yang dikumpulkan. Diagnosa kebidanan ini dibuat sesuai
standard nomenklatur kebidanan.

Dx: G...P...Ab...UK.. .. .. minggu, tunggal/ganda, hidup, intrauterin, letak


kepala, puka/puki Inpartu kala I fase laten dengan PRM
Masalah
: Masalah yang terjadi pada ibu hamil dengan PRM adalah
Kebutuhan
III.

cemas dengan kondisi janinnya.


: Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu

IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL


Langkah ini diambil berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditemukan
berdasarkan data yang ada kemungkinan dapat menimbulkan keadaan yang
lebih parah.
Pengaruh PRM bagi ibu adalah infeksi intrapartum, infeksi puerpuralis (nifas)
dan peritonitis, persalinan prematur. Sedangkan pengaruh PRM pada janin
yaitu gawat janin, infeksi neonatal dan hipoksia.

IV.

KEBUTUHAN SEGERA
Langkah ini mencakup tentang kebutuhan akan tindakan yang harus segera
dilakukan untuk mengatasi diagnosa atau masalah potensial yang terjadi agar
tidak terjadi komplikasi.
Tindakan yang diperlukan ibu dengan segera, seperti:
a. Bedrest
b. Pasang Infus
c. Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi antibiotik dan
terminasi kehamilan
d. Pemeriksaan USG dan NST

V.

RENCANA ASUHAN
Tujuan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan persalinan ibu dapat berjalan
lancar tanpa ada komplikasi
Kriteria Hasil
Keadaan umum ibu dan janin baik
Tanda-tanda vital dalam batas normal
TD
: 120/80 mmHg, stabil
N
: 60 100 kali/menit
S
: 36,5 37,50C
RR
: 16 24 kali/menit
DJJ (+) 120-160 kali/menit
His adekuat dan sering, his 3-5 kali, lebih dari 40 detik dalam 10 menit

Kemajuan persalinan progresif : his teratur, semakin sering, intensitas


kuat, pembukaan 1 cm/jam pada primipara dan 1 cm/ 30 menit pada

multipara
Ibu memahami kondisinya dengan mampu menjelaskan apa yang terjadi
pada dirinya dan kooperatif dengan penanganan persalinan yang diberikan

oleh bidan
Intervensi
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada klien agar terbina hubungan baik
antara klien dan petugas
R/ Dengan terciptanya hubungan baik antara klien dan petugas
diharapkan klien dapat kooperatif dengan petugas sehingga penanganan
dapat dilakukan lebih efektif dan klien dapat merasa lebih tenang.
2. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
R/ Agar Ibu dan keluarga mengetahui kondisinya saat ini dan tidak terlalu
khawatir.
3. Berikan dukungan psikologis pada klien
R/ Dengan memberikan dukungan psikologis diharapkan klien dan
keluarga dapat merasa tenang dalam menghadapi kondisi persalinannya
saat ini.
4. Berikan KIE agar ibu dalam posisi miring ke kiri agar aliran darah ke
rahim lancar dan persalinan dapat berlangsung lebih lancar dapat terjadi
lebih cepat
R/ Dengan memberikan KIE tentang posisi miring ke kiri diharapkan
proses persalinan ibu dapat berjalan dengan lancar karena kepala bayi
cepat turun ke dalam panggul.
5. Berikan KIE tentang teknis bernafas selama persalinan
R/ Dengan memberikan KIE tentang teknis bernafas selama persalinan
diharapkan ibu memahami teknik pernafasan panjang dan pendek
sehingga

dapat mengatur pola pernafasannya dan persalinan dapat

berjalan lancar
6. Berikan KIE tentang cara mengejan yang benar setelah pembukaan
lengkap selama proses persalinan
R/ Dengan mengajarkan cara mengejan yang benar selama persalinan
diharapkan proses persalinan dapat lancar
7. Berikan saran kepada suami dan keluarga agar menemani ibu dan
memijat punggung ibu atau membasuh muka ibu

R/ Dengan ditemani suami dan keluarga serta diberikan pijatan punggung


diharapkan ibu lebih tenang, rileks dan tidak gelisah selama proses
persalinan
8. Menyiapkan inform consent
R/ Untuk meminta persetujuan ibu dan suami atas segala tindakan yang
akan dilakukan oleh petugas kesehatan kepada ibu untuk menyelamatan
ibu dan janinnya.
9. Menganjurkan ibu bedrest
R/ Akitifitas yang minimal dapat menurunkan resiko infeksi
10. Memasang infus RL
R/ Mencegah terjadinya dehidrasi pada ibu
11. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk terapi dan terminasi
kehamilan
a. Melakukan pemantauan NST
R/ Memantau kesejahteraan janin
12. Mengobservasi keadaan ibu dan janin seperti melakukan pengukuran
DJJ, TTV, dan kontraksi uterus serta pengeluaran cairan pervaginam
R/ Memantau keadaan ibu dan janin serta mengetahui bila ada tandatanda infeksi melalui suhu dan gawat janin melalui DJJ
13. Membantu ibu untuk memenuhi kebutuhan seperti nutrisi, eliminasi
R/ Melakukan asuhan sayang ibu. Nutrisi ibu harus terpenuhi dengan
baik sebagai sumber tenaga bila ibu dapat bersalin secara pervaginam.
Sedangkan kandung kemih yang penuh dapat mempengaruhi kontraksi,
mengganggu penurunan kepala dan memberikan ketidaknyamanan yang
berlebihan pada ibu.
14. Lakukan asuhan kebidanan kala I dan observasi dengan partograf jika
telah masuk fase aktif
R/ Dengan melakukan asuhan kebidanan kala I diharapkan dapat
mendeteksi kelainan pada kala I
VI.

PELAKSANAAN
Merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan yang telah dibuat sebelumnya.

VII.

EVALUASI
Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif
dalam pelaksanaannya. Meliputi evaluasi tindakan yang dilakukan segera dan
evaluasi asuhan kebidanan yang meliputi catatan perkembangan. Untuk

pencatatan asuhan dapat diterapkan dalam bentuk SOAP. Dan dilihat dari
kriteria hasil yang dicantumkan di rencana asuhan.

BAB IV
TINJAUAN KASUS
GIIP1001Ab000UK 39-40 MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP
INTRAUTERIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI

I.

Tanggal pengkajian

: 20 juni 2015

Waktu pengkajian

: 14.00 WIB

Tempat pengkajian

: Puskesmas Turen

PENGKAJIAN DATA
A Data Subyektif
a) Identitas
Nama klien

: Ny. L

Nama suami : Tn. PD

Umur

: 22 tahun

Umur

Pendidikan

: SMP

Pendidikan

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

Suku bangsa

: Jawa

Suku bangsa : Jawa

Agama

: Islam

Agama

Alamat

: Sananrejo 41/8

b) Keluhan Utama
Ibu mengatakan keluar cairan sejak pukul 13.00
c)

: 33 tahun

Riwayat Obstetri
1. Riwayat Menstruasi

Menarche

: 13 tahun

Siklus

: 30 hari

Lama haid

: 6 hari

: SMP

: Swasta
: Islam

Banyak darah

: ganti 2-3 pembalut/ hari

Dismenorrhoe

: ada, hari pertama menstruasi

Fluor albus

: tidak ada

2. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu


N
o

Umur
Anak

1.

3 thn

UK
(bln
)
9

Jenis
persalinan
normal

Tempat
Persalinan

Komplikasi
Ibu
Bayi

Bidan
Praktek
Mandiri

Tidak
ada

Tidak
ada

Peno
long

JK

Bidan

Bayi
PB/BB
49 cm/
2900 gr

kead
aan
baik

Keada
an
baik

HAMIL INI

3. Riwayat Kehamilan Sekarang

HPHT : 15-9-2014
ANC :
TM 1

: tidak pernah, keluhan :-

TM 2

: 2 kali, keluhan : nyeri punggung

TM 3

: 3 kali, keluhan : -

Tempat

: Bidan Praktek Mandiri (BPM) dan Puskesmas

Pergerakan janin pertama kali dirasakan sejak akhir desember janin


bergerak aktif sehari bergerak lebih dari 10 kali
Terapi yang didapat

: tablet tambah darah (tablet Fe), vitamin,calc

Status imunisasi TT

:Lengkap

d) Riwayat Pernikahan

e)

Riwayat Perkawinan

: 1 kali

Usia menikah pertama kali

:19 tahun

Riwayat Kontrasepsi yang Digunakan


Ibu pernah menggunakan KB suntik 3 bulan.

f)

Riwayat Kesehatan
1 Riwayat kesehatan ibu yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami penyakit hipertensi, malaria, DM,
penyakit jantung, penyakit paru-paru, dan sakit kuning
2 Riwayat kesehatan ibu sekarang

Nifas
Laktasi
Ya (+)

Ibu mengatakan sekarang tidak mengalami penyakit hipertensi, malaria,


DM, penyakit jantung, penyakit paru-paru, dan sakit kuning

3 Riwayat kesehatan keluarga


Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang sakit jantung,
darah tinggi, kencing manis, paru-paru, maupun sakit kuning,
keturunan kembar, kelainan jiwa, dan kelainan darah sukar
membeku.

g) Pola Kehidupan Sehari hari


1 Pola Nutrisi dan cairan
ibu makan 3-4x/hari, menu makanan seimbang, lauk, buah, sayur, nasi dan
minum 8 gelas/ hari, air putih, makan terakhir tadi pagi sekitar pukul
09.00 WIB terdiri dari nasi, lauk ikan, sayur dan buah pisang 1 sisir,
minum air putih 1-2 gelas.
2 Pola eliminasi
BAB 1x/ hari, konsistensi lembek, warna kuning, tidak ada keluhan,
terakhir BAB tadi pukul 11.00 WIB. BAK 5-6x/ hari, warna kuning jernih,
tidak ada keluhan.
3 Pola aktivitas
Ibu setiap hari melakukan pekerjaan rumah dan bekerja sebagai guru
4 Pola istirahat
Ibu tidur siang jarang, kecuali hari libur 1-2 jam. Tidur malam nyenyak
pukul 22.00-04.00 wib.
5 Pola personal hygiene
Mandi 2x/hari, ganti pakaian dan pakaian dalam 2x/hari.
6 Riwayat psikososial
a. Pengambil keputusan dalam keluarga : musyawarah
b. Status emosional : ibu dan keluarga sangat senang atas kehamilannya
saat ini
7 Latar belakang budaya dan kebiasaan

a. Ibu mengatakan selama hamil tidak mengkonsumsi jamu atau


ramuan tradisional, tidak pijat oyok selama hamil, apabila ibu
dan keluarga sakit berobat ke tenaga kesehatan.
b. Ibu selama ini tidak merokok, tidak minum minuman keras,
dan tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

B Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum

: baik

Kesadaran

: composmetis

Tanda vital
Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 86 x/menit

Respirasi

: 20 x/menit

Suhu

: 36,9 C

Antropometri
Tinggi badan

: 155 cm

Berat badan sekarang

: 88 kg

BB sebelum hamil

: 76 kg

Lila

: 35 cm

Taksiran Persalinan

: 22 6 - 2015

Usia kehamilan (UK)

:39-40 minggu

2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Wajah
Mata

: tidak pucat, tidak ada oedema


: simetris, konjuctiva tidak pucat, sclera putih tidak

ikterik, tidak ada oedema palpebra


Hidung
: tidak ada nafas cuping hidung
Telinga
: fungsi pendengaran normal, tidak ada serumen
Mulut dan gigi
: bersih, bibir tidak pucat, mukosa lembab,
tidak ada stomatitis, tidak ada epulis, ada caries pada gigi
b. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena
jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar limfe

c. Dada/Payudara
Kanan

Kiri

a. Tidak ada
pembengkakan
b. Simetris
c. Terdapat
Hiperpigmentasi Areola
d. Putting susu menonjol
e. Kolostrum/ASIsudah
keluar sedikit, warna
putih kekuningan
d. Abdomen
Inspeksi
Pembesaran abdomen membujur,

a. Tidak ada pembengkakan


b. Simetris
c. Terdapat Hiperpigmentasi
Areola
d. Putting susu menonjol
e. Kolostrum/ASI sudah
keluar sedikit, warna
putih kekuningan

tidak ada bekas luka operasi,

terdapat linea nigra, terdapat striae gravidarum


Palpasi
TFU Mc Donald
: 29 cm
Leopold I
: TFU 3 jari dibawah processus xiphoideus,
pada bagian fundus teraba bagian lunak dan tidak melenting
(kesan bokong)
Leopold II

: teraba bagian keras memanjang seperti

papan pada abdomen bagian kiri (kesan punggung), teraba


bagian-bagian
ekstremitas).
Leopold III

kecil

pada

perut

kanan

(kesan

: bagian bawah perut teraba keras, agak

bulat, tidak dapat digoyangkan


PAP
Leopold IV
His
Auskultasi
DJJ

sebelah

(kesan kepala), kepala masuk

: divergen
: 10.2.20
: punctum maksimum di kuadran kiri bawah

perut ibu, frekuensi (+) 138 kali/menit, teratur


Taksiran berat janin (TBJ) : 2790 gram
e. Ekstremitas : tidak terdapat odema, tidak terdapat varises
f. Genitalia dan anus
Inspeksi
Vulva/vagina : tidak tampak adanya oedema, tidak ada varises,
ada pengeluaran cairan ketuban
Anus
: tidak ada hemoroid
Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan pada pukul 14.10 WIB dengan
hasil :tidak ada kelainan pada dinding atau benjolan pada

dinding vagina, pembukaan 1 cm, letak kepala, ketuban (-)


jernih merembes, H1

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab

: Hb 12,3 gr/dL, dipstik urin (-)

Pemeriksaan dengan kertas lakmus (+)


II. INTERPRETASI DATA DASAR

Tanggal

: 20 Juni 2015

Pukul

: 14.15 WIB

Diagnosa

: GIIP1001Ab000 UK 39-40 minggu, janin tunggal hidup intrauterine

dengan ketuban pecah dini


Data Subyektif

Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan ketiga usianya 9 bulan


Ibu mengeluhkan mengeluarkan cairan sejak pukul 13.00

HPHT :15/9/2014
Data Obyektif
Keadaan Umum: baik
Kesadaran
: composmetis
Tensi : 110/70 mmHg, nadi : 86 x/menit, suhu : 36,5 0C, napas : 20 x/menit
Palpasi
- Leopold I
: teraba bulat lunak tidak melenting (kesa
bokong), TFU pertengahanprocessus xiphiodeus-pusat
- Leopold II
: teraba bagian keras seperti papan di
sebelah kiri (kesan punggung), bagian kecil sebelah kanan
- Leopold III
- Leopold IV

(kesan ekstremitas)
:teraba bulat keras melenting (kesan kepala)
: kepala sudah masuk PAP, divergen

DJJ

: 138 x/menit, regular

TBJ

: 2790 gr

Masalah :Kebutuhan

:-

III.IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


infeksi

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Melakukan rujukan
V. INTERVENSI
Tanggal

: 20 Juni 2015

Pukul

: 10.10

Diagnosa

GIIP1001Ab000 UK 39-40 minggu, janin tunggal hidup intrauterine dengan ketuban


pecah dini
Tujuan

Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan kondisi ibu dan janin


baik

Kriteria hasil :

Keadaan umum ibu dan janin baik


Tanda-tanda vital dalam batas normal
TD
: 120/80 mmHg, stabil
N
: 60 100 kali/menit
S
: 36,5 37,50C
RR
: 16 24 kali/menit
DJJ (+) 120-160 kali/menit
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Ibu memahami kondisinya dan memahami

kondisi

bayinya

sekarang
Intervensi :
1) Lakukan pendekatan terapeutik pada klien agar terbina hubungan
baik antara klien dan petugas
R/ Dengan terciptanya hubungan baik antara klien dan petugas
diharapkan klien dapat kooperatif dengan petugas sehingga
penanganan dapat dilakukan lebih efektif dan ibu dapat merasa
lebih tenang.
2) Jelaskan kondisi

ibu

dan

janin

saat

ini

berdasarkan

hasil

pemeriksaan kondisi ibu dan bayi nya baik, tetapi karena ketuban
pecah sebelum adanya tanda tanda persalinan sehingga harus
dilakukan rujukan untuk menghindari komplikasi

R/ Agar Ibu dan keluarga mengetahui kondisinya saat ini dan tidak
terlalu khawatir, ibu dan keluarga setuju dialakukan rujukan
3) Berikan KIE agar ibu dalam posisi miring ke kiri sambil menunggu
persiapan rujukan
R/ Dengan memberikan KIE tentang posisi miring ke kiri diharapkan
kondisi janin tetap baik
4) Pasang infus RL
R/ Mencegah terjadinya dehidrasi pada ibu

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal

: 20 Juni 2015 Pukul : 14.15

1) Melakukan

pendekatan

terapeutik

pada

klien

agar

terbina

hubungan baik antara klien dan petugas


E/ Ibu dan keluarga memberikan respon positif terhadap petugas
kesehatan
2) Menjelaskan kondisi ibu dan janin saat ini berdasarkan hasil
pemeriksaan kondisi ibu dan bayi nya baik, tetapi karena ketuban
pecah sebelum adanya tanda tanda persalinan sehingga harus
dilakukan rujukan untuk menghindari komplikasi
E/ Agar Ibu dan keluarga mengerti dengan kondisinya saat ini, ibu
dan keluarga setuju dialakukan rujukan
3) Memberikan KIE agar ibu dalam posisi miring ke kiri sambil
menunggu persiapan rujukan
E/ ibu miring kiri
4) Memasang infus RL
E/ infus RL terpasang di tangan kanan ibu, 20 tpm.

VII.

Evaluasi

Tanggal

: 20 Juni 2015

Pukul : 18.30

S : ibu
O:
Keadaan umum
Kesadaran
Tensi
Nadi

: Baik
: compossmetis
: 110/70 mmHg
: 88 x/menit

Suhu
: 38,20C
Napas
: 20 x/menit
DJJ
: 152 x/menit, regular
v/v pembukaan 1 cm, letak kepala, ketuban (-) jernih merembes, H1
A :GIIP1001Ab000janin tunggal hidup intrauterine dengan kpd
P:
1.
2.

Mempersiapkan rujukan
E/ kelengkapan berkas, keluarga pasien sudah siap
Memberikan terapi amoxilin 500 gram
E/ ibu sudah meminum amoxilin

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal

: 20 Juni 2015

Pukul : 19.00

S : ibu
O:
Keadaan umum
Kesadaran
Tensi
Nadi
Suhu
Napas
DJJ

: Baik
: compossmetis
: 110/70 mmHg
: 88 x/menit
: 380C
: 20 x/menit
: 154 x/menit, regular

A :GIIP1001Ab000janin tunggal hidup intrauterine dengan kpd


P:
Melakukan rujukan
E/ ibu sudah berada di dalam ambulan

Vous aimerez peut-être aussi