Vous êtes sur la page 1sur 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhlaq merupakan sifat yang tumbuh dan penyatu di dalam diri
seseorang. Dari sifat yang ada itulah terpancar sifat dan tingkah laku
perbuatan seseorang seperti sabar, kasih sayang, atau sebaliknya pemarah,
benci karena dendam, iri dan dengki.
Sikap laku perbuatan seorang muslim kepada khaliq Al Mabud bi-haq,
adalah sebagai pancaran jiwa ummat yang taat dan patuh, taqwa dan
pasrah karena kesadaran yang utuh, bahwa yang segala dimiliki, mulai dari
kehidupan pribadinya dan apa yang diperolehnya, seperti hibah dan warisan,
sampai kepada yang diusahakannya dengan berbekal keahlian, ketrampilan
dan ketekunan sehingga dapat mencapai kedudukannya yang mulia, semua
yang diterimanya adalah semata-mata karena munnah dan fadl
(pemberian dan penghargaan) dari Allah SWT.
Sikap laku setiap ummat islam terhadap Khaliq berlandaskan
kesadaran, bahwa Allah SWT yang menciptakan dirinya dan apa saja yang
merupakan kelengkapan hidupnya, Allah SWT berkuasa pula untuk mencabut
apa saja yang diberikan itu. Juga ia sadar bahwa Allah SWT mengetahui,
bukan saja yang nyata dari segala sepak terjangnya, tapi juga yang jauh
tersembunyi dalam lubuk hati seseorang.
Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk mengulas apa saja yang
perlu kita ketahui dan pahami tentang bagaimana berakhlak kepada Allah
SWT dengan semestinya, yang mana setelahnya diharapkan mampu
memberikan kontribusi positif dalam berakhlak kepada Allah SWT
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah untuk makalah ni adalah sebagai berikut
1. Apa pengertian Akhlak dan cirri cirinya?
2. Apakah yang dimaksud dengan akhlak kepada Allah SWT?

3. Mengapa seorang muslim harus berakhlak kepada Allah SWT?


4. Bagaimana seharusnya Akhlak seorang muslim kepada Allah SWT?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian akhlak dan ciri-ciri akhlak
2. untuk mengetahui apa yang di maksud dengan akhlak kepada Allah SWT
3. Untuk mengetahui Tujuan berakhlak kepada Allah SWT
4. Untuk mengetahui Akhlak yang baik kepada Allah SWT

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Akhlak menurut bahasa yaitu berasal dari bahasa arab ( )(jamak dari kata yang berarti
tingkah laku, perangai atau tabiat.
Sedangkan menurut istilah akhlak merupakan daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan
dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung lagi. Dengan demikian akhlak pada
hakikatnya adalah sikap yang melekat pada diri mausia, sehingga manusia dapat
melakuakannnya tanpa berfikir (spontan).
Di samping itu akhlak juga dikenal dengan istilah moral dan etika. Moral berasal dari
bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk
yang diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi standar dalam
menentukan baik dan buruknya.
Adapun Pengertian Akhlak Menurut Para Ahli
a.

Ibnu Misawaih

Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

b. Imam Al-Gazali


Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan
gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
c.

Ibrahim Anis



Sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan, baik
atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.

Adapun cirri- ciri Perbuatan Akhlak


1. Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2. Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3. Timbul dari diri ornag yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.
4. Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5. Dilakukan dengan ikhlas

B. Akhlak Kepada Allah SWT


Setiap muslim meyakini, bahwa Allah adalah sumber segala sumber dalam kehidupannya.
Allah adalah Pencipta dirinya, pencipta jagad raya dengan segala isinya, Allah adalah pengatur
alam semesta yang demikian luasnya. Allah adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam
kehidupan manusia, dan lain sebagainya. Sehingga manakala hal seperti ini mengakar dalam diri
setiap muslim, maka akan terimplementasikan dalam realitabahwa Allah lah yang pertama kali
harus dijadikan prioritas dalam berakhlak. Jika kita perhatikan, akhlak terhadap Allah ini
merupakan pondasi atau dasar dalam berakhlak terhadap siapapun yang ada dimuka bumi ini.
Jika seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah, maka ia tidak akan mungkin
memiliki akhlak positif terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia memiliki akhlak
yang karimah terhadap Allah, maka ini merupakan pintu gerbang untuk menuju kesempurnaan
akhlak terhadap orang lain.
Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada
Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu, yang
jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya.(2)
Itulah sebabnya mengapa Al-Quran mengajarkan kepada manusia untuk

memuji-Nya,

Wa qul al-hamdulillah (Katakanlah "al-hamdulillah"). Dalam Al-Quran surat An-Nam1


(27): 93, secara tegas dinyatakan-Nya bahwa,
Dan katakanlah, "Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda
kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu
kerjakan."
Makhluk tidak dapat mengetahui dengan baik dan benar betapa kesempurnaan dan
keterpujian Allah Swt. Itu sebabnya mereka sebelum memuji-Nya bertasbih terlebih dahulu
dalam arti menyucikan-Nya. Jangan sampai pujian yang mereka ucapkan tidak sesuai
dengan kebesaran-Nya.

Bertitik

tolak dari uraian mengenai kesempurnaan Allah, tidak

heran kalau Al-Quran memerintahkan manusia untuk berserah diri kepada-Nya, karena
segala yang bersumber dari-Nya adalah baik, benar, indah, dan sempurna.
Tidak sedikit ayat Al-Quran yang memerintahkan manusia untuk menjadikan Allah
sebagai "wakil". Misalnya firman-Nya dalam QS Al-Muzzammil (73): 9: (Dialah) Tuhan
masyrik dan maghrib, tiada Tuhan melainkan Dia, maka jadikanlah Allah sebagai wakil
(pelindung).
Kata "wakil" bisa diterjemahkan sebagai "pelindung". Kata tersebut pada hakikatnya
terambil dari kata "wakkala-yuwakkilu" yang berarti mewakilkan. Apabila seseorang
mewakilkan kepada orang lain (untuk suatu persoalan), maka ia telah menjadikan orang
yang mewakili sebagai dirinya sendiri dalam menangani persoalan tersebut,
sehingga sang wakil melaksanakan apa yang dikehendaki oleh orang yang menyerahkan
perwakilan kepadanya. menjadikan Allah sebagai wakil sesuai dengan makna yang
disebutkan diatas berarti menyerahkan segala persoalan kepada Nya. Dialah yang
berkehendak dan bertindak sesuai dengan kehendak manusia yang menyerahkan perwakilan
itu kepada-Nya.
Allah Swt.,yang kepada-Nya diwakilkan segala persoalan adalah Yang Mahakuasa,
Maha Mengetahui, Maha bijaksana dan semua maha yang mengandung pujian.
Manusia sebaliknya, memiliki keterbatasan pada segala hal. Jika demikian "perwakilan"-Nya
pun berbeda dengan perwakilan manusia.
Perbedaan kedua adalah dalam keterlibatan orang yang mewakilkan. Jika Anda
mewakilkan orang lain untuk melaksanakan sesuatu, Anda telah menugaskannya untuk
melaksanakan hal tertentu. Anda tidak perlu melibatkan diri, karena hal itu telah dikerjakan
oleh sang wakil. Ketika menjadikan Allah Swt. sebagai wakil, manusia dituntut untuk
melakukan sesuatu yang berada dalam batas kemampuannya.
Perintah bertawakal kepada Allah

--atau

perintah menjadikan-Nya sebagai wakil

terulang dalam bentuk tunggal (tawakkal) sebanyak Sembilan kali, dan dalam bentuk jamak
(tawakkalu) sebanyak dua kali. Semuanya didahului oleh perintah melakukan sesuatu,
lantas disusul dengan perintah bertawakal. perhatikan misalnya Al-Quran surat Al-Anfal ayat
61: Dan jika mereka condong kepada perdamaian, condonglah kepadanya, dan bertawakallah
kepada Allah.
Adapun Pengertian Akhlak Kepada Allah SWT.

Menurut Kahar Masyhur akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan
sebagai khalik.
Sehingga akhlak kepada Allah dapat diartikan Segala sikap atau perbuatan
manusia yang dilakukan tanpa dengan berfikir lagi (spontan) yang memang seharusnya
ada pada diri manusia (sebagai hamba) kepada Allah SWT. (sebagai Kholiq).
Kita sebagai umat islam memang selayaknya harus berakhlak baik kepada Allah
karena Allah lah yang telah menyempurnakan kita sebagai manusia yang sempurna.
Untuk itu akhlak kepada Allah itu harus yang baik-baik jangan akhlak yang buruk.
Seperti kalau kita sedang diberi nikmat, kita harus bersyukur kepada Allah.
Menurut pendapat Quraish Shihab bahwa titik tolak akhlak kepada Allah adalah
pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat
terpuji; demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu
menjangkaunya.
Seorang yang berakhlak luhur adalah seorang yang mampu berakhlak baik
terhadap Allah taala dan sesamanya
C. Alasan Mengapa Seorang Muslim Harus Berakhlak Kepada Allah
Seorang muslim yang baik itu memang diharuskan berakhlak yang baik kepada Allah
SWT. Karena kita sebagai manusia itu diciptakan atas kehendak-Nya, sehingga alangkah
baiknya kita bersikap santun (berakhlak) kepada sang Kholliq sebagai rasa syukrur kita.
Menurut Kahar Mashyur , Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia
perlu beakhlak kepada Allah. Yaitu:
1. Allah-lah yang mencipatakan manusia. Dia yang menciptakan manusia dari air yang
ditumpahkan keluar dari tulang punggung dan tulang rusuk hal ini sebagai mana di
firmankan oleh Allah dalam surat at-Thariq ayat 5-7. sebagai berikut, yang artinya :
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?. Dia tercipta
dari air yang terpancar. yang terpancar dari tulang sulbi dan tulang dada. (at-Tariq:57)

2. Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa pendengaran,


penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan
sempurna kepada manusia. Firman Allah dalam surat, an-Nahl ayat, 78.
yang Artinya: Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan
hati, agar kamu bersyukur. ( Q.S an-Nahal : 78)
3. Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuhtumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya. Firman Allah dalam surat al-Jatsiyah
ayat 12-13. yang Artinya Allah-lah yang menundukkan lautan untuk kamu supaya
kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya, supaya kamu dapat mencari
sebagian dari karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur. Dan Dia
menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya,
(sebagai rahmat) dari pada Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tandatanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang berpikir.(Q.S al-Jatsiyah :12-13 )
4. Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan, daratan
dan lautan. Firman Allah dalam surat Al-Israa ayat, 70. yang Artinya: Dan
sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak cucu Adam, Kami angkut mereka dari
daratan dan lautan, Kami beri mereka dari rizki yang baik-baik dan Kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan. (Q.S al-Israa : 70).
D. Akhlak Kepada Allah SWT
. Adapun akhlak kepada Allah SWT Antara Lain;
1. Taqwa kepada Allah SWT.
Definisi taqwa adalah memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala
Perintahnya dan menjauhi segala larangannya.
2. Cinta kepada Allah SWT.
Definisi cinta yaitu kesadaran diri, perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan
seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan penuh semangat dan rasa
kasih sayang.
3. Bertaubat (Al-taubah).

Bertaubat ialah suatu sikap yang menyesali perbuatan buruk yang pernah di lakukan dan
berusaha menjauhinya, beserta melakukan perbuatan baik.
4. Bersabar (Al-sabru)
Bersabar ialah suatu sikap yang betah atau dapat menahan diri pada kesulitan yang
dihadapinya. Maka sabar yang dimaksud adalah sikap yang diawali dengan ikhtiar,lalu
diakhiri dengan sikap menerima dan ikhlas bila seorang dilanda cobaan dari Allah SWT.
5. Senantiasa mengingat Allah SWT.
Salah satu akhlak yang baik kepada Allah yaitu kita selalu mengingat Allah dalam
keadaan apapun, baik dalam keadaan susah maupun senang.
6. Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.
Yaitu kita dianjurkan untuk melakukan Tadzabur Alam, memikirkan tentang bagaimana
kita diciptakan, dan lain-lain yang berkaitan dengan ciptaan Allah yang lain, supaya kita
dapat merasakan keagungan Allah SWT. Sehingga kita dapat berakhlak yang baik
kepada Allah.
7. Muraqobah
Dalam hal ini, Muraqabah diartikan bahwa kita itu selalu berada dalam pengawasan
Allah SWT.
8. Bersyukur (As-shukru)
Syukur yaitu memuji sang pemberi nikmat atas kebaikan yang telah dilakukannya.
Syukurny seorang h amba berkisar atas tiga hal, yang jika ketigany tidak berkumpul
maka tidaklah dinamakann syukur. Tiga hal itu yaitu mengakui nikmat dalam batin,
membicaraknnya secara lahir, dan menjadikannya sebagai sarana taat kepada Allah.
9. Bertawakkal (Al-tawakkalu).
ialah menyerahkan segala urusan kepada allah setelah berbuatse maksimal
mungkin,untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkannya.
10. Ikhlas (Al-ikhlas)
Ikhlas ialah menjauhkan diri dari riya (menunjuk-nunjukkan kepada orang lain) ketika
mengerjakan amal baik. Maka amalan seseorang dapat dikatakan jernih,bila dikatakan
dengan ikhlas.
11. Raja (Al-raja)
Raja ialah sikap jiwa yang sedang menunggu (mengharapkan) sesuatu oleh allah swt
setelah melakukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya sesuatu yang diharapkannya.

Oleh karena itu bila tidak mengerjakan penyebabnya, lalu menunggu sesuatu yang
diharapkan, maka hal itu disebuttamaniatau hayalan.
12. Bersikap takut (Al-khauf)
Secara bahasa khauf berasal dari kata khafa, yakhafu, khaufan yang artinya takut.
Takut yang dimaksud di sini adalah takut kepada Allah SWT. Khauf adalah takut
kepada Allah SWT. dengan mempunyai perasaan khawatir akan adzab Allah yang akan
ditimpahkan kepada kita. Cara untuk dekat kepada Allah yaitu mengerjakan segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
13. Merealisasikan ibadah kepada-Nya.
Akhlak berikutnya yang harus dilakukan seorang muslim terhadap Allah SWTadalah
merealisasikan segala ibadah kepada Allah SWT. Baik ibadah yang bersifat mahdhah
ataupun ibadah yang ghairu mahdhah. Karena padahakekatnya, seluruh aktiivitas
sehari-hari adalah ibadah kepada Allah SWT.Dalam Al-Quran Allah berberfirman
(QS. 51 : 56)
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Vous aimerez peut-être aussi